PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI BIMBINGAN BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERMUSIK DI LEMBAGA SAHABAT ANAK CIJANTUNG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: ROSA JUNI ANDRI 1113054000024 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1439 H
145
Embed
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI BIMBINGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40914/1/ROSA JUNI ANDRI-FDK.pdf · UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH .
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI
BIMBINGAN BELAJAR DAN KETERAMPILAN
BERMUSIK DI LEMBAGA SAHABAT ANAK
CIJANTUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ROSA JUNI ANDRI
1113054000024
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1439 H
LEMBAR PERSETUJUAN
Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Bimbingan Belajar Dan Keterampilan Bermusik
Di Lembaga Sahabat Anak Cijantung, Jakarta Timur
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ROSA JUNI ANDRI
1113054000024
Menyetujui
Pembimbing Skripsi
Dr. Tantan Hermansyah M.si
NIP: 197606172005011006
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1439 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI
BIMBINGAN BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERMUSIK DI
LEMBAGA SAHABAT ANAK CIJANTUNG JAKARTA TIMUR telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 November 2017. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 16 November 2017
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Wati Nilamsari, M.Si Ahmad Fathoni, S.Sos.I
NIP. 19710520 199903 2 002
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA Drs. Yusra Kilun, M.Pd
NIP. 19600720 199103 1 001 NIP. 19570605 199103 1
004
Pembimbing
Dr. Tantan Hermansyah, M.Si
NIP. 19760617 200501 1 006
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 september 2017
Rosa Juni Andri
i
ABSTRAK
Rosa Juni Andri
Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Bimbingan Belajar dan Keterampilan
Bermusik di Lembaga Sahabat Anak Cijantung, Jakarta Timur.
Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang umumnya terjadi
diperkotaan. Pemerintah telah melakukan upaya untuk menangani masalah
kemiskinan, melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan lain sebagainya.
Meskipun begitu, masih banyak masyarakat yang hidup di bawah angka
kemiskinan dan anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.
Maka dari itulah Lembaga Sahabat Anak sebagai suatu lembaga yang perduli
terhadap permasalahan sosial khususnya Anak Jalanan dengan memberikan
program pendidikan serta keterampilan sebagai upaya untuk memberdayaan anak
jalanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil proses
pemberdayaan anak jalanan melalui bimbingan belajar dan keterampilan bermusik
di Lembaga Sahabat Anak Cijantung, Jakarta Timur. Dengan perumusan masalah
(1) Bagaimana proses pemberdayaan anak jalanan melalui bimbingan belajar dan
keterampilan bermusik di Lembaga Sahabat Anak Cijantung? (2) Bagaimana/Apa
hasil proses pemberdayaan tersebut.
Metodelogi penelitian karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dan
jenis penelitian deskriptif. Dengan menggunakan sumber data primer dan
sekunder yaitu menggunakan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan
dokumentasi, serta data yang diperoleh dari catatan-catatan, buku-buku, majalah,
bulletin, dokumen-dokumen yang tertulis yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pemberdayaan anak jalanan
melalui bimbingan belajar dan keterampilan bermusik di Lembaga Sahabat Anak
Cijantung cukup membantu para anak jalanan dan mendapatkan kesetaraan
pendidikan dengan anak-anak pada umumnya. Pemberdayaan anak jalanan
melalui bimbingan belajar dan keterampilan bermusik merupakan upaya yang
dilakukan agar para anak jalanan dapat mengembangkan potensi akademik
maupun non akademik, memiliki kemampuan dan kemandirian, serta dapat
membina kehidupannya menjadi lebih baik dan menjadi orang yang bermanfaat di
lingkungannya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Bimbingan Belajar
dan Keterampilan Bermusik di Lembaga Sahabat Anak Cijantung, Jakarta Timur”
dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menjadi
zaman ilmu pengetahuan.
Penulis sepenuhnya menyadari dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, serta jauh dari kata sempurna, dengan demikian penulis
membuka diri untuk menerima masukan dan kritikan demi memperbaiki skripsi
dan diri penulis sendiri untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dan introspeksi
diri sekarang dan dimasa yang akan datang.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada semua pihak yang telah membantu, memotivasi, arahan, terhadap
penyusunan skripsi ini. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Rohmain Hasan dah Almarhumah ibunda Sri Budiarti dan yang
selalu tulus ikhlas mendoakan penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga setiap doa dan pengorbanan mendapat balasan berlipat dari
Allah SWT. Amin.
iii
2. Bapak Dr Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Wati Nilamsari M.Si selaku Ketua jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam
4. Bapak Drs. M. Hudri M.Ag selaku Seketaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam
5. Bapak Tantan Hermansyah M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah sabar,
tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada
penulis selama penyusunan skripsi.
6. Segenap dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh Civitas
Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi fasilitas berupa buku-buku dan
referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
8. Mauritius Hutomo Prasetyo selaku ketua Lembaga Sahabat Anak Cijantung
yang telah memberikan izin dan informasi. Semoga kepemimpinan kaka selalu
Tabel 2 Data anak didik bimbingan belajar dan keterampilan bermusik ......... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama
atau menyatu satu-sama lain karena mereka saling berbagi identitas,
kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki dan biasanya satu
tempat yang sama.1
Masalah sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul
dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan keseharian
fenomena tersebut hadir bersamaan dengan fenomena sosial lain, oleh sebab
itu, untuk memahami masalah sosial dan membedakannya dengan fenomena
yang lain dibutuhkan suatu identifikasi.2
Tajuddin Noer Effendi dalam bukunya yang berjudul “Sumber Daya
Kerja dan Kemiskinan” menjelaskan bahwa, ditengah masyarakat terdapat
banyak permasalahan salah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan adalah
masalah yang enak didiskusikan tetapi bila hendak dibahas secara sistematik.3
Kemiskinan adalah salah satu masalah serius yang dialami oleh sebagian
besar penduduk dunia, kemiskinan membuat banyak penduduk kesulitan
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, serta membuat jutaan anak di
1 Edi Suharto, Membangun Masyarat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
h. 47 2 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya,(Yogjakarta: Pustaka Pelajar,
2015) h. 28
3 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Kerja dan Kemiskinaan, (Jogjakarta:
Tiara Wacana Yogya, 1993) h. 257
2
dunia sulit mengenyam pendidikan. Dampak terburuk dari kemiskinan adalah
timbulnya berbagai kasus kejahatan seperti begal, perampokan, pencurian
bahkan pembunuhan.
Menurut Soetomo dalam bukunya yang berjudul “Masalah Sosial dan
Upaya Pemecahannya” untuk mengetahui sumber masalah kemiskinan serta
menjawab siapa dan apa penyebab kemiskinan, dijumpai adanya dua jawaban
yang berbeda. Pertama, kemiskinan adalah kondisi yang disebabkan oleh
kekurangan atau cacat fisik, psikologis, maupun kultural yang menghalangi
seseorang memperoleh kemajuan dalam kehidupannya. Kedua, adalah faktor
struktural yaitu penyebabnya, seseorang menjadi miskin karena berada di
lingkungan masyarakat yang mempunyai karakteristik antara lain: distribusi
penguasaan resources yang timpang, gagal dalam mewujudkan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, institusi sosial yang melahirkan
berbagai bentuk diskriminasi, perkembangan industri dan teknologi yang
kurang membuka kesempatan kerja.4
Masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia perlu dicari solusinya.
Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah
kemiskinan, seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan lain-lain.
Meskipun begitu, belum terlihat hasil yang signifikan sehingga masih banyak
masyarakat yang hidup di bawah angka kemiskinan dan anak-anak yang
belum mendapatkan pendidikan yang layak. Kemiskinan adalah salah satu
4 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, h. 318
3
penyebab munculnya masalah sosial yang umumnya terjadi di perkotaan,
seperti pengangguran, pengemis, gelandangan, pengamen, dan anak jalanan.
Anak jalanan termasuk dalam golongan yang sama seperti
gelandangan dan pengemis, hanya saja mereka berusia dini. Ada banyak
faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan,
seperti kesulitan keuangan keluarga, tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan
rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak
dengan orang tua.5 Para anak jalanan umumnya mencari uang dengan menjadi
pengemis dan pengamen di perkotaan. Untuk membantu mereka agar tidak
terus menerus hidup di jalanan serta mendapatkan pendidikan dan
kesejahteraan dibutuhkan kepedulian semua pihak.
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan
yang mengalami proses dehumanisasi. Dehumanisasi adalah proses
memudarnya atau menghilangnya sisi kemanusiaan seseorang, karena
cenderung diperlakukan layaknya komoditas atau sekedar sebagai objek
penderita saja.6 Para anak jalanan tidak hanya diharuskan mampu bertahan
hidup dalam kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif
bagi proses tumbuh kembang anak, akan tetapi lebih dari itu, mereka juga
cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek pemerasan berbagai pihak,
seperti sesama teman, preman atau oknum aparat, sasaran eksploitasi, korban
pemerkosaan dan segala bentuk penindasan lainnya.7
5 Suryanto Bagong, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana, 2013) cet.2, h. 210 6 Suryanto Bagong, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana, 2010) cet.1 h. 366 7 Suryanto Bagong, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) ed.
2, cet. 6 h.1
4
Anak jalanan disebut juga anak gelandangan, tekyan, arek kere, atau
secara eufemistis disebut sebagai anak mandiri. Sesungguhnya mereka adalah
anak-anak yang tersisih, marginal, teralienasi dari perlakuan kasih sayang.
Kebanyakan mereka berusia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan
lingkungan kota yang keras bahkan sangat tidak bersahabat.8
Menurut Sudrajat dalam buku “Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari
Sampai Kebijaksanaan”, Anak Jalanan dibedakan menjadi 3 kelompok: 1)
Children on the street yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi
sebagai pekerja anak di jalan yang hanya sesaat saja di jalanan. 2) Children
of the street yaitu anak-anak yang berpartisipasi penuh dan tumbuh di
jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Seluruh waktunya dihabiskan di
jalanan, tidak mempunyai rumah, jarang berhubungan dengan keluarganya. 3)
Children from families of the street yaitu anak-anak yang berasal dari
keluarga yang hidup di jalan dan berprofesi sebagai pemulung, pengemis,
pengamen, pedagang asongan dan lain-lain. Umumnya anak jalanan bekerja
sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais
sampah.9
Pemberdayaan adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah
sosial anak jalanan, melalui program pemberdayaan diharapkan setiap
individu dari mereka mampu memperbaiki perekonomian serta dapat
merubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau
8 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 201 9 Singgih Susilo, Sumbangan Penghasilan Kerja Anak Jalanan Terhadap Ekonomi
Keluarga di Kota Surabaya, Malang dan Mojokerto. (Malang: LEMLIT UM, 2005) h. 5-6
5
keberdayan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan
konsep mengenai kekuasaan yang seringkali dikaitkan dengan kemampuan
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas
dari keingian dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan control. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau
tidak dapat diubah.10
Rofik A. dkk. dalam bukunya “Pemberdayaan Pesantren: Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah
Kebudayaan” menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah upaya peningkatan
kemampuan dalam mencapai penguatan diri guna meraih keinginan yang
dicapai. Pemberdayaan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir,
bersikap, dan tindakan bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih
baik.11
Mengenai permasalahan Anak Jalanan sudah banyak lembaga yang
memberikan program pendidikan dan pelatihan untuk Anak Jalanan.
Diantaranya adalah Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” yang memiliki
program keterampilan (skill) agar nantinya para warga Master/peserta didik
memiliki bekal keterampilan. Berbagai program keterampilan diberikan
kepada anak didik seperti Teknik Komputer, Video Foto Shooting dan Editor,
Service Handphone, Desain Grafis, Tata Boga, Tata Busana, Teknik Otomotif
10 Edi Suharto, Membangun Masyarat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 57 11 Rofik A. dkk, Pemberdayaan Pesantren : Menuju Kemandirian Dan Profesionalisme
Santri Dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005) h. 33
6
Ringan, Teknik Las Dasar, Mini offset/sablon untuk media kertas, Plastik dan
kain, Pelatihan dasar hukum/paralegal.12
Pendidikan untuk anak jalanan sangatlah penting karena. Mulyahardjo
seperti dikutip Abdul Kadir dkk. dalam bukunya “Dasar-Dasar Pendidikan”
menjelaskan bahwa, pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup,
serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hidup.13 Dengan kata lain, pendidikan sangatlah berpengaruh
untuk kehidupan anak jalanan agar menjadi lebih baik. Anak jalanan
seharusnya dididik dan diberikan pengarahan agar mereka dapat menentukan
arah hidup mereka sendiri, bukan dengan dipaksa berjuang melawan kerasnya
kehidupan kota.
Lembaga Sahabat Anak adalah yayasan nirlaba yang memberikan
pendidikan serta memperjuangkan hal-hak anak marjinal dan anak jalanan di
Jakarta. Lembaga ini didirikannya dengan tujuan anak-anak jalanan tidak
terus menerus hidup di jalan dan memiliki masa depan. Sahabat Anak terdiri
dari para volunter yang peduli terhadap kesejahteraan anak jalanan dan
memberi perhatian melalui persahabatan.14
Lembaga Sahabat Anak Cijantung adalah salah satu cabang dari
Lembaga Sahabat Anak pusat yang memiliki beberapa program, yaitu:
12 Vivih Rahmawati, Skripsi: Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok Jawa
Barat, (Jakarta: FDK, 2014) 13 Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: KENCANA, 2012) cet.1 h. 59 14 Sahabat Anak. “Bimbel Sahabat Anak Cijantung” Diakses pada 21 April 2017 pukul
Pada Bagian II mencakup hal-hal mengenai Pengertian
pemberdayaan, Tujuan pemberdayaan, Pemberdayaan
masyarakat, Jenis, ragam dan metode pemberdayaan.
21
Pengertian Anak Jalanan, klasifikasi Anak Jalanan, latar
belakang Anak Jalanan Lembaga Sahabat Anak dan
pemberdayaan anak jalanan. Pengertian keterampilan, Jenis-
jenis keterampilan dan Indikator keterampilan bermusik.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada Bab III mencakup Profil Lembaga Sahabat Anak, Visi
dan Misi Lembaga Sahabat Anak, Pengurus Lembaga Sahabat
Anak beserta Fungsi Tugasnya, kegiatan Lembaga Sahabat
Anak, Alur pendanaan Lembaga Sahabat Anak, dan Gambaran
Umum Wilayak Kramat Jati Jakarta Selatan
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Mencakup hal-hal yang mengenai Aktivitas Rutin yang
meliputi: Proses Pemberdayaan Anak Jalanan melalui
pendidikan dan keterampilan bermusik di Lembaga Sahabat
Anak Cijantung dan Hasil Pemberdayaan Anak Jalanan
melalui pendidikan dan keterampilan bermusik di Lembaga
Sahabat Anak Cijantung.
BAB V PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian penutup yang mencakup hal-hal
mengenai Saran serta Kesimpulan dari temuan dan analisis
penelitian yang didapatkan di Lembaga Sahabat Anak
Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan yang seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita
untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka.1
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam
mencapai penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai.
Pemberdayaan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap,
dan tindakan bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik.2
Pemberdayaan meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat serta
memandirikan masyarakat.3 Dengan adanya pemberdayaan diharapkan
masyarakat mampu meningkatkan kualitas diri untuk tercapainya harapan
hidup lebih baik.
1 Edi Suharto, Membangun Masyarat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
h. 57 2 Rofik A. Dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme
Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005) h. 33 3 Totok Murdikanto, Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Public, (Bandung: Alfabeta, 2003) h. 51
23
Pemberdayaan diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih
baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya, pemberdayaan terkait dengan
upaya meningkatkan taraf hidup kehidupan ketingkat yang lebih baik.
Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang dimiliki ke arah yang lebih baik lagi.4
Selain itu, menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei
menerangkan bahwa pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti, Islam
sendiri sebagai agama gerakan atau perubah.5
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasan orang-orang
yang lemah dan tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat disebut
sebagai tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.6
3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui agar program
pemberdayaan berjalan sebagaimana mestinya, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan,
yaitu: persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas ini
dapat dilakukan oleh community workers untuk menyamakan persepsi
4 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogjakarta: Gajah Mada, University
Press, 1991) h. 15 5 Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001) h. 41 6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 60
24
mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dan persiapan lapangan
yang pada dasarnya dilakukan melalui studi kelayakan terhadap
daerah yang dijadikan sasaran.
Contohnya setelah dilakukan study kelayakan bahwa komunitas
A telah layak dijadikan sasaran pemberdayaan, maka para petugas
berkumpul untuk membahas mengenai tempat yang strategis untuk
mengumpulkan warga dan melakukan pendekatan dari pemberdayaan
yang akan dilakukan.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Dalam tahap ini petugas berusaha mengidentifikasi masalah dan
juga sumber daya yang dimiliki klien.
1) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Petugas sebagai agen perubah secara partisipatif mencoba
melibatkan masyarakat untuk memahami masalah dan berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya.7
Contohnya adalah setelah mengidentifikasi bahwa masalah
yang dihadapi oleh warga komunitas A adalah masalah
kemiskinan, karena sebanyak 1.500 dari 3.000 keluarga di daerah
tersebut adalah keluarga miskin, namun sekitar 50 % dari warga
tersebut memiliki kemampuan untuk mengelola pertanian,
sehingga yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sektor
7 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteaan
Sosial, (Jakarta : FE-UI, 2002) h. 182
25
pertanian agar kualitas dari hasil pertanian menjadi lebih baik
yang secara tidak langsung akan meningkatnya harga pasar dan
berpengaruh terhadap peningkatkan pendapatan para warga.
2) Tahap Performulasian Rencana Aksi
Petugas membantu masing-masing kelompok untuk
merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka lakukan guna mengatasi masalah yang ada.8
Contohnya adalah untuk mengembangkan sektor pertanian warga
komunitas A adalah dengan Proyek Pengembangan Modal Usaha
Bagi Warga Sejahtera 1 dan Pra Sejahtera (PMU-WSP) (Target
perubahan yang ingin dicapai adalah setelah satu tahun program
dijalankan sekurang-kurangnya 50 % dari keluarga miskin di
komunitas A sudah dapat memiliki modal yang digunakan
sebagai modal awal usaha ataupun modal awal mengembangkan
usaha.9
3) Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Tahap pelaksanaan adalah tahap yang paling penting karena
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada
kerjasama antara petugas dengan warga masyarakat.10
8 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h. 182 9 Ismandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat: Sebagai
upaya Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 321 10 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h. 182
26
Contohnya para petugas dengan warga komunitas A bekerja sama
untuk saling membantu melaksanakan program yang telah dibuat
agar berjalan dengan baik, program yang telah dijalankan harus
diberikan kepada target sasaran awal yaitu warga miskin
komunitas A, hal ini dilakukan agar hasil kinerja yang telah
dilakukan sesuai dengan target awal dan mempermudah pada
tahap evaluasi.
4) Tahap Evaluasi
Dalam tahapan ini dilakukan oleh pendamping agar dapat
menetapkan apakah warga berhak atau kesiapan dan mampu
untuk melanjutkan kegiatan belajar melalui rapat evaluasi
pendamping. Evaluasi sebagai proses pengawasan terhadap
program pemberdayaan yang sedang berjalan. Agar diharapkan
terbentuk suatu system dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal.11
Contohnya setelah program dijalankan selama 1 tahun,
sekurang-kurangnya 25% warga miskin komunitas A telah
memiliki modal awal usaha dan dapat meningkatkan kualitas
pertanian mereka. Selain itu, dalam tahapan ini para petugas dan
masyarakat komunitas A menilai kekurangan apa saja yang dirasa
penting untuk diperbaiki di waktu yang akan datang dan
melakukan pengawasan dari program yang telah berjalan.
11 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h. 182
27
5) Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara
formal dengan komunitas sasaran. Tahap ini dilakukan bukan
karna masyarakat dianggap mandiri, tetapi proyek sudah melewati
batas jangka waktu yang ditentukan.12
Contohnya setelah melaksanakan program dan
menjalankannya sesuai jadwal awal, petugas melakukan
pemutusan hubungan secara formal karena telah melewati batas
waktu yang di tentukan, meskipun para warga komunitas A yang
belum dianggap mandiri.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan secara konseptual membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka.13 Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah
memapankan dan memandirikan masyarakat.14
12 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h. 182 13 Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014) h. 90 14 Ismandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h. 182
28
Pemberdayaan dalam bidang pendidikan, merupakan proses
“Penyadaran” baik penyadaran tentang keberadaannya, masalah-masalah
yang dihadapi, kebutuhan untuk memecahkan masalah, peluang-peluang
yang dapat dimanfaatkan, serta penyadaran tentang pilihan-pilihan yang
terbaik untuk diri-sendiri dan masyarakat.15
Dalam memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena jika demikian akan sudah punah.
b. Memperkuat potensi dan daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih
positif, selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini
meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbgai
masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
c. Memberdayakan mengandung arti pula melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
15 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 32
29
Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang
lemah.16
5. Jenis, Ragam, dan Metode Pemberdayaan Masyarakat
Selain metode percakapan, dialog, pertemuan, ceramah, diskusi
dan lain-lain, pada perkembangan terakhir banyak diterapkan beragam
metode pemberdayaan masyarakat “partisipatif” berupa:
a. RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA merupakan metode penilaian keadaan secara cepat, yang
dalam praktik, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang
luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat. Sebagai suatu
teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri
dari:
1) Review atau telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan
pengamatan lapangan secara ringkas.
2) Observasi/pengamatan lapangan secara langsung.
3) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
4) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
5) Studi kasus, sejarah local, dan biografi.
6) Kecenderungan-kecenderungan.
7) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
16 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 28-32
30
8) Pembuatan laporan lapangan secara cepat.17
b. PRA (Partisipatory Rapid Appraisal)
PRA merupakan penyempurnaan dari RRA atau penilaian
keadaan secara partisipatif, berbeda dengan PRA yang dilakukan oleh
(sekelompok) tim yang terdiri dari “orang luar”, PRA yang dilakukan
lebih banyak melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua
stakeholder (pemangku kepentingan kegiatan) dengan difasilitasi oleh
orang-luar yang lebih berfungsi sebagai “nara sumber” atau fasilitator
dibanding sebagai instruktur atau guru yang “menggurui”. Melalui
PRA, dilakukan kegiatan-kegiatan:
1) Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik
penilaian keadaan.
2) Analisis keadaan berupa keadaan masa lalu, sekarang dan
kecenderungan di masa depan, identifikasi perubahan yang terjadi
dan alasan-alasannya, identifikasi (akar) masalah atau alternatif
pemecahannya dan analisis strength, weakness, opportunity, and
threat (SWOT) terhadap semua alternative pemecahan masalah.
3) Pemilihan alternative masalah yang paling layak dan dapat
diandalkan.
4) Rincian tentang stakeholder dan peran yang diharapkan dari para
pihak, serta jumlah atau sumber-sumber pembiayaan yang dapat
17 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 200
31
dilaksanakan untuk melaksanakan program yang akan
diusulkan/direkomendasikan.18
c. FGD (Focus Group Discussion)
Sebagai suatu metode pengumpulan data, FGD merupakan
interaksi individu-individu (sekitar 10-30 orang) yang tidak saling
mengenal, oleh seorang pemandu moderator diarahkan untuk
mendiskusikan pemahaman dan pengalamannya tentang sesuatu
program atau kegiatan yang diikuti dan dicermatinya.19 Secara
keseluruhan FGD akan dilaksanakan mulai dari tingkat kelompok,
komunitas dan lokalitas. Lama diskusi sangat tergantung dari peranan
dan kemampuan moderator sehingga timbul diskusi diantara
partisipan.20
Sebagai suatu metode pengumpulan data, FGD dirancang dalam
beberapa tahapan:
1) Perumusan kejelasan tujuan FGD, utamanya tentang isu-isu
pokok yang adan dipercakapkan, sesuai dengan tujuan
kegiatannya.
2) Persiapan pertanyaan-pertanyaan.
3) Identifikasi dan pemilihan partisipan yang terdiri dari pemangku
kepentingan dan nara-sumber yang kompeten.
18 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 201 19 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 201 20 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi komunitas & Pengembangan Masyarakat: Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h. 120
32
4) Persiapan ruangan diskusi dan lain-lain.
5) Pelaksanaan diskusi.
6) Penulisan laporan.21
d. PLA (Partisipatory Learning and Action)
PLA merupakan salah satu bentuk tertentu dari penelitian
kualitatif digunakan untuk mendapat pemahaman yang mendalam
tentang situasi komunitas. PLA adalah suatu proses dimana komunitas
akan menganalisis situasi yang mereka hadapi dan mengambil
keputusan tentang bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan
yang ada. Selain itu PLA juga dikenal sebagai metode dan pendekatan
pembelajaran mengenai kondisi dan kehidupan komunitas dari,
dengan, dan untuk masyarakat sendiri.22
Menurut konsepnya, PLA merupakan “payung” dari metode-
metode partisipasi berupa RRA, PRA, PAR dan PALM. PLA
merupakan bentuk baru dari metode pemberdayaan masyarakat yang
dahulu disebut “learning by doing” atau belajar sambil bekerja. PLA
merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses
belajar (melalui: ceramah, curah pendapat, diskusi, dll).23
21 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 202 22 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi komunitas & Pengembangan Masyarakat: Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h. 283
23 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 203
33
e. SL atau Sekolah Lapangan
Sebagai metode pemberdayaan masyarakat, SL/FFS merupakan
kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat pada hamparan tertentu, yang diawali dengan membahas
masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah
pendapat, berbagi pengalaman (sharing), tentang alternative dan
pemilihan cara-cara pemecahan masalah yang paling efektif dan
efisien sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki. Sebagai suatu
kegiatan belajar-bersama, SL/FFS biasanya difasilitasi oleh nara-
sumber yang berkompeten.24
f. Pelatihan Partisipatif
Sebagai proses pendidikan, kegiatan pemberdayaan masyarakat
banyak sekali dilakukan melakui pelaksanaan pelatihan-pelatihan.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu
proses pendidikan non-formal atau pendidikan luar-sekolah.
Pemberdayaan masyarakat bukanlah kegiatan bersifat mendadak,
melainkan harus terencana atau lebih direncanakan sebelumnya.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mengacu pada kebutuhan
yang sedang dirasakan penerima manfaat, oleh karena itu
penyelenggaraan harus dengan penelusuran program pendidikan yang
diperlukan atau (need assessment). Untuk kemudian disusunlah
24 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 204
34
program yang dalam pendidikan formal disebut silabus dan
kurikulum.25
Metode yang dipergunakan dalam pemberdayaan di lembaga
Sahabat Anak Cijantung adalah SL (Sekolah Lapangan) karena
metode ini diawali dengan membahas masalah yang sedang dihadapi
serta di ikuti curah pendapat untuk menemukan pemecahan masalah
yang paling efektif dan efisien. Beberapa tahapan proses
pemberdayaan di lembaga Sahabat Anak sama-sama bertujuan
menemukan pemecahan masalah yang selanjutnya dibentuklan
program yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, kesamaan
dalam realisasinya juga di fasilitasi narasumber yang berkompeten.
B. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak-anak yang teralienasi dari perlakuan
kasih sayang, karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini. Anak
jalanan adalah anak usia 7 sampai dengan 17 tahun yang bekerja di jalan
raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman
orang lain dan membahayakan dirinya sendiri.26
Anak Jalanan dibedakan menjadi 3 kelompok: 1) Children on the
street yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai
pekerja anak di jalan yang hanya sesaat saja di jalanan. 2) Children of
25 Totok Murdikanto, Poerwoko Subianto, Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif
Kebjakan Public, h. 204 26 A. Soedjiar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI, (Jakarta : Media Informatika, 1989) h. 33
35
the street yaitu anak-anak yang berpartisipasi penuh dan tumbuh di
jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Seluruh waktunya
dihabiskan di jalanan, tidak mempunyai rumah, jarang berhubungan
dengan keluarganya. 3) Children from families of the street yaitu anak-
anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalan dan berprofesi
sebagai pemulung, pengemis, pengamen, pedagang asongan dan lain-lain
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di
perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi. Mereka bukan saja
harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras,
tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak.
Tetapi, lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat,
menjadi objek pemerasan berbagai pihak, sesama teman, preman atau
oknum aparat, sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan dan segala
bentuk penindasan lainnya.27
2. Klasifikasi Anak Jalanan
Secara garis besar anak jalanan dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Children On The Street
Children on the street yaitu atau anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan, anak-anak yang
ada di jalanan, hanya sesaat saja di jalanan, dan meliputi dua
kelompok yaitu kelompok dari luar kota dan kelompok dari dalam
27 Bagong Suryanto, Masalah sosial anak, Ed.2, cet. 6 h. 1
36
kota.28 Namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang
tua mereka, sebagian besar penghasilan mereka diberikan kepada
orang tua mereka.
Fungsi anak jalanan pada tingkat ini adalah untuk membantu
memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau
tekanan kemiskinan yang meski di tanggung tidak dapat diselesaikan
sendiri oleh kedua orang tuanya.29 Anak jalanan dalam kategori ini
adalah anak jalanan yang diberdayakan di Lembaga Sahabat Anak
Cijantung, karena mereka lebih mudah untuk dibimbing dan
memiliki keinginan lebih untuk belajar dan mengikuti program
pendidikan keterampilan di lembaga sahabat anak.
b. Children Of The Street
Children of the street yakni anak-anak yang hidup dan
berkembang di jalanan, seluruh waktunya dihabiskan di jalanan,
tidak mempunyai rumah, dan jarang atau tidak pernah kontak dengan
keluarganya.30 Banyak dari mereka adalah anak-anak yang karena
suatu sebab biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah, Biasanya
dalam kategori ini anak jalanan yang pernah mengikuti dan
menerima pendidikan di sekolah formal.
28 Tata Sudrajat, Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai Kebijaksanaan
(Bandung: Yayasan Akatiga, 1996) h. 151-152 29 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, cet.2 , h. 186 30 Tata Sudrajat, Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai Kebijaksanaan, h. 151-
152
37
c. Children From Families Of The Street
Children from families of the street yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Umumnya anak jalanan
bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak
dan pengais sampah.31 Ciri penting dari kategori ini dengan mudah
ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang
rel kereta api, dan sebagainya, walaupun secara jumlahnya belum
diketahui pasti.32
3. Latar Belakang Anak Jalanan
Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak
terjerumus dalam kehidupan dijalanan, seperti kesulitan keluarga, atau
tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga keluarga, dan
masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua,
kombinasi dari faktor ini seringkali memaksa anak-anak mengambil
inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan.33
4. Pemberdayaan Anak Jalanan
Pemberdayaan anak jalanan sebenarnya telah dilakukan oleh
banyak lembaga pemerintah maupun komunitas sosial, pemberdayaan
yang dilakukan biasanya dalam bidang pendidikan, pelatihan
keterampilan dan lain-lain. Inilah beberapa contoh kasus pemberdayaan
anak jalanan:
31 Susilo. Singgih. Sumbangan Penghasilan Kerja Anak Jalanan Terhadap Ekonomi
Keluarga di Kota Surabaya, Malang dan Mojokerto, ( Malang: LEMLIT UM, 2005) H. 5-6 32 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak. h. 201 33 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktikum, (Bandung: PT.Remaja
Roskadarya, 1986) h. 169
38
1. Pemberdayaan anak jalanan di Sanggar Anak Akar Gudang Seng
Jakarta Timur. Menurut Fenny Oktaviani dalam skripsinya yang
berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Sekolah
Otonom di Sanggar Anak Akar Gudang Seng Jakarta Timur”
menjelaskan bahwa pelaksanaan sekolah otonom di Sanggar Anak
Akar adalah program pendidikan alternatif untuk pemberdayaan anak
jalanan yang tidak mampu dalam hal ekonomi untuk melanjutkan
pendidikan. Proses pelaksanaan sekolah otonom ini hampir sama
dengan sekolah formal pada umumnya, yaitu proses belajar mengajar
di dalam kelas yang dibimbing oleh seorang guru yang disebut
moderator. Di kelas mereka diberikan pelajaran seperti, Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ips, Sejarah, dan beberapa
kreatifitas seperti Conversation, Jurnalistik, Seni Rupa, Patung Dan
Musik. Dengan begitu, mereka bisa meningkatkan kapasitas
intelektualnya sambil menyalurkan dan mengembangkan bakatnya
masing-masing. 34
2. Pemberdayaan di Yayasan Pesantren Islam Boarding School Of
Cipete (YPI BSC) Al-Futuwwah. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Mursalih dalam skripsinya yang berjudul “Pendidikan Non Formal
Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Anak Jalanan oleh Yayasan
Pesantren Islam Boarding School Of Cipete (YPI BSC) Al-Futuwwh,
Cipete Utara, Jakarta Selatan”. Menurutnya, Yayasan BSC
34 Fenny Oktaviani, Skripsi: Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Sekolah
Otonom di Sanggar Anak Akar Gudang Seng Jakarta Timur. (Jakarta: FDK, 2010) h. 80
39
Alfutuwwah sudah menerapkan sistem pendidikan non formal yang
cukup profesional, sebab YPI BSC Al-futuwwah menggunakan
managemen dalam merencanakan dan menjalankan strategi yang
ditetapkan serta berusaha meningkatkan sumberdaya anak jalanan
melalui berbagai pelatihan, pendidikan, pembinaan, dan
pengembangan anak didik, dengan berbagai macam program seperti,
pelatihan life skill, kursus bahasa dan komputer, kajian intensif rutin
mingguan dan bulanan, penyaluran kerja bagi anak yang sudah lulus
atau selesai mengikuti pendidikan non formal.35
3. Pemberdayaan di Social Development Center (SDC) Bambu Apus
Jakarta Timur. Seperti yang telah dijelaskan oleh Ahmad Harry Deni
dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Life Skills
Anak Jalanan Melalui Pelatihan Keterampilan Otomotif Bagi Klien
Anak Jalanan Di Social Development Center (SDC) Bambu Apus
Jakarta Timur” Menjelaskan bahwa, sebenarnya SDC telah
mengajak anak jalanan untuk mengubah kehidupan mereka dengan
upaya meningkatkan life skills melalui program keterampilan
otomotif. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sesuatu yang
bermanfaat untuk anak jalanan, agar anak jalanan dapat tumbuh
kembang secara wajar dan siap mandiri guna memperoleh masa
depan yang cerah. Dengan adanya program keterampilan otomotif di
35 Mursalih, Skripsi: Pendidikan Non Formal Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Anak
Jalanan oleh Yayasan Pesantren Islam Boarding School Of Cipete (YPI BSC) Al-Futuwwh, Cipete
Utara, Jakarta Selatan. (Jakarta: FDK, 2008) h. 85
40
SDC, anak-anak dapat menyalurkan minat dan bakat mereka serta
mempunyai moodal keilmuan dibidang otomotif yang mana dapat
berguna untuk mengubah keadaan mereka.36
C. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut Ngalim Purwanto, keterampilan berasal dari kata terampil
berarti mahir, namun dalam pembahasan ini keterampilan yang dimaksud
adalah keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan tangan atau
kecekatan kerja.37 Sedangkan menurut Whitherington menyatakan bahwa,
suatu keterampilan adalah hasil yang berulang-ulang yang dapat disebut
perubahan meningkat atau progresif atau pertumbuhan yang dialami oleh
orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktifitas
tertentu.38
2. Jenis-Jenis Keterampilan
Menurut Marbun, dalam bukunya “Kamus Management”
keterampilan dapat dikelompokkan kedalam lima jenis yaitu:
a. Keterampilan yang dapat di Transfer (transferable skill)
Transferable skill yaitu kemampuan atau pengalaman yang
diterapkan pada lingkungan atau jenis pekerjaan yang berbeda.
36 Ahmah Herry Deni, Skripsi: Upaya Meningkatkan Life Skills Anak Jalanan Melalui
Pelatihan Keterampilan Otomotif Bagi Klien Anak Jalanan di Social Development Center (SDC)
Bambu Apus Jakarta Timur. (Jakarta: FDK, 2010) h. 76 37 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktikum, h. 169 38 Whitherington, Psicologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985) h. 104
41
b. Keterampilan Berkomunikasi (interpersonal skill)
Interpersonal skill yaitu kemampuan orang untuk bisa
berhubungan satu sama lain dengan baik. Keterampilan ini dapat
dikembangkan secara metodik untuk digunakan dalam situasi formal
seperti wawancara dan negosiasi.
c. Keterampilan Komunikasi (communication skill)
Communication skill adalah kemampuan dengan menggunakan
tehnik yang diperoleh untuk menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan baik dengan lisan, tertulis, maupun metode audiovisual.
d. Keterampilan Kunci (core skill)
Core skill yaitu keterampilan yang dipergunakan untuk
mencapai sasaran tugas dan sebagai dasar guna memperoleh
kualifikasi kegiatan lain.
e. Keterampilan Praktis (practical skill)
Practical skill yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan rutin
tanpa menuntut pengetahuan dan pengalaman teknis.39
3. Keterampilan Bermusik
Musik adalah suatu bunyi yang bisa didengarkan yang mempunyai
nada tersendiri sehingga menjadi bunyi yang enak didengar. Musik
merupakan cara simbolis untuk mengekspresikan pikiran atau suasana hati
seseorang. Dengan musik anak-anak diberi kesempatan untuk
39 B.N.Marbun. Kamus Management, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Anggota Ikapi,
2003) h. 131-132
42
mengungkapkan perasaan- perasaan dan gagasan mereka dengan cara
menari atau bergerak mengikuti suara musik.40
Salah satu jenis keterampilan adalah keterampilan bermusik,
melalui keterampilan bermusik seseorang dapat meningkatkan
perekonomiannya. Dengan bermusik seseorang dapat berkarya dan
mengungkapkan segala sesuatu baik ungkapan hati, makna kehidupan atau
kritikan.
4. Indikator Keterampilan Bermusik
Keterampilan hidup adalah kemampuan yang ditunjukkan.
Seseorang dikatakan terampil manakala mampu menguasai sesuatu sesuai
dengan yang seharusnya dikuasai menurut nilai, norma, atau pandangan
sekelompok orang atau masyarakat.41
Menurut Liang Gie seperti dikutip Syarif Makmur dalam bukunya
“Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas Organisasi: Kajian
Penyelenggaraan Pemerintah Desa“ menjelaskan bahwa keterampilan
adalah kegiatan menguasai sesuatu dengan tambahan bahwa mempelajari
keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan
mengulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas, metode,
40 Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak
Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah, (Jakarta : PT. Indeks. 2008) 41 Euis Sunarti, Rulli Purwani, Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2005) h. Xxi
43
pengetahuan teori dan mampu melaksanakan secara praktik adalah orang
yang memiliki keterampilan.42
Ada tiga tahapan seseorang dikatakan terampil dalam bermusik,
yaitu: tahap dasar, tahap menengah, dan tingkat mahir.
a. Tahap Dasar
1) Memiliki pengetahuan seputar chord dan tangga nada.
2) Dapat memainkan alat musik.
b. Tahap Menengah
1) Dapat memainkan cord yang lebih sulit, seperti minor maupun mol
dalam gitar.
2) Peletakkan jari kiri dan jari kanan tangan. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana menekan cord dan petikan senar pada alat musik gitar.
3) Pelajari pola dan skala dasar dari nada dasar sampai nada oktaf baik
minor maupun mayor serta kenaikan penurunan dari nada dasar.
c. Tingkat Mahir
Pada tingkat ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu tingkat teori
dan teknik yang keduanya saling mendukung, tidak terpisahkan, tidak
mendahului satu sama lain, saling menyatu. Jika tidak ada yang satu
maka yang satunya tidak berjalan. Kedua hal tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Teori
a) Pelajari bagaimana cara membaca non balok dan not standar.
42 Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dan Efektivitas Organisasi:
Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008) h. 70
44
b) Pelajari skala nada seperti harmonik minor, pentatonic,
kromatic, blues 1 dan 2, jazz mayor dan minor, hindu,
Japanese, slendro (jawa), pelok (jawa), dan masih banyak yang
lainnya.
2) Teknik
a) Peletakkan jari pada badan gitar (peletakkan jari-jari dengan
tepat pada not yang akan kita tekan dan menghasilkan bunyi
yang sempurna).
b) Penerapan teori khusus seperti picking dengan berbagai