Top Banner
PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh: RENATA RATNA RAISSA F100140250 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
17

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Nov 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

RENATA RATNA RAISSA

F100140250

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Oleh:

RENATA RATNA RAISSA

F100140250

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh

Dosen

Pembimbing

Siti Nurina Hakim, S.Psi, M.Psi, Psikolog

NIP/NIDN. 689/0625056702

Page 3: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER

OLEH

RENATA RATNA RAISSA

F100140250

Telah dipertahankan di depan Dewan penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal, Agustus 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Siti Nurina Hakim , S. Psi, M.Psi, Psikolog (....................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Partini, M.Si, Psikolog (....................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Permata Asfi Raihana, S.Psi, MA (....................)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si, Psikolog

NIK/NIDN. 838/0624067301

Page 4: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam peryataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 10 Agustus 2019

Yang menyatakan

RENATA RATNA RAISSA

F100140250

Page 5: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

1

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah memahami nilai-nilai apa yang diperoleh dari

peran yang dilakonkan, dan bagaimana proses internalisasi nilai yang telah

diperoleh dari peran yang dilakonkan secara kognitif, emosi, dan tindakan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif fenomenologi yang datanya

dikumpulkan melalui kuesioner terbuka. Informan penelitian ada 51, dengan

kriteria mahasiswa aktif organisasi teater nimimal 1 tahun, minimal pernah

melakonkan 2 karakter tokoh antagonis dan protaginis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa informan memperoleh nilai-nilai dari karakter yang telah

dilakonkan yaitu peduli dengan lingkungan, komunikatif, disiplin, menghargai

prestasi, dan percaya diri. Proses internalisasi nilai secara kognitif terjadi melalui

pemahaman naskah yang akan dipentaskan dan menginterpretasi watak tokoh

dalam naskah. Proses internalisasi nilai melibatkan aspek emosional karena

pemain harus menekan egonya agar karatkter pribadinya tidak muncul dalam

tokoh yang akan diperankan. Proses internalisasi secara tindakan yaitu pemain

dituntut untuk memerankan sesuai dengan karakter tokoh dalam naskah yang

berhubungan dengan gerak tubuh, olah mimik/ ekspresi, blocking panggung yang

merupakan hasil belajar dari pengalaman di aspek kognitif dan aspek emosional

sehingga terukir menjadi sebuah kebiasaan jika dilakukan secara terus-menerus

dan bisa disebut sebagai karakter.

Kata kunci: pembentukan karakter, peran dalam teater, teater

Abstract

The purpose of this study is to understand what values are obtained from the roles

that are played and how the process of internalizing the values that have been

obtained from the roles that are performed cognitive, emotionally, and in action.

The research method used was qualitative phenomenology whose data collected

through an open questionnaire. There are 51 research informants with the criteria

of active students of a theater organization at least one year, and at least have two

performed antagonist and protagonist characters. The results showed that the

informants obtained values from the characters that have been acted out namely

caring abaout the environment, communicative, disciplined, respecting

achievement, and confidence. The process of cognitive internalizating of values

occurs through understanding the text that will be staged and interpreting the

character of the characters in the script. The process of internalizing values

involves emotional aspects because the player must suppress the ego so that his

personal character does not appear in the character to be portrayed. The process of

internalization of action in wich the player is required to act in accordance with

the character in the script related to gestures, expression/blocking, stage blocking

which is the result of learning from cognitive aspects and emotional aspects so

that it is engraved into a habit that can be called a character.

Keyword : Character building, drama in the theater, theater

Page 6: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

2

1. PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter sehingga menjadi individu yang bermartabat, serta bertujuan

untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang berilmu,

kreatif, tanggung jawab, dan berakhlak mulia namun, semua itu belum

sepenuhnya terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari

maraknya pemberitaan di media sosial tentang konflik moral di kalangan

mahasiswa seperti bullying, narkoba,kriminal, dll (Harmellawati, 2013)

Indonesia memang tengah mengalami kemrosotan karakter, banyak kasus

yang terjadi akhir-akhir ini mengenai moral, seperti yang bisa dilihat dalam kasus

di Pontianak, seorang remaja yang dikeroyok dan dilecehkan yang dilakukan oleh

9 remaja lainnya menyulut perang tagar yang memenuhi media sosial, serta

warganet yang begitu reaktif dan menghakimi para pelaku pengroyokan sebelum

menyelidiki kasus tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya membentuk

karakter terutama bagi para anak, remaja dan dewasa, terutama pada era saat ini

berita bohong bebas berseliweran di media sosial, ditambah kemampuan

menyaring berita sangat rendah. Pembentukan karakter harus ditegakkan baik

dilingkup formal maupun non-formal dapat meningkatkan tingkat empati

sehingga dapat menciptakan komunikasi yang sehat dan tidak reaktif seperti

sekarang ini (Subagio, 2019).

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter sesuai

dengan fungsi pendidikan nasional salah satunya melalui proses pembelajaran di

bangku perguruan tinggi. Pada dasarnya pembentukan karakter tidak hanya dapat

dibentuk melalui jalur akademik saja, padahal masih banyak cara lain untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter mahasiswa dengan jalur

non-akademik seperti teater, mapala, kegiatan kerohanian, dan lain-lain

(Hetilaniar, 2016). Sejalan dengan penelitian di Harvard University Amerika

Serikat (Yusuf, 2013), yang menyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya

ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi lebih pada

kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill), kesuksesan hanya

ditentukan sekitar 20% oleh hard skill, sisanya 80% ditentukan oleh soft skill.

Page 7: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

3

Pembentukan karakter harus dilakukan secara terus-menerus dari semua

lingkungan baik keluarga, sekolah /perguruan tinggi, dan masyarakat. Perguruan

tinggi salah satunya yang bertugas membentuk kebiasaan-kebiasaan yang positif

sebagai pondasi yang kuat dalam lingkup pendidikan formal sebagai pembentuk

karakter mahasiswa, selain itu melalui pendidikan non-formal yaitu dapat melalui

unit kegiatan mahasiswa di kampus salah satunya dengan media teater khususnya

melalui peran (drama). Kegiatan teater terutama melalui divisi peran juga dapat

membentuk karakter seseorang dari pengalaman bermain peran serta nilai-nilai

moril yang terkandung dalam naskah dapat dipetik sehingga hal yang positif dapat

diaplikasikan kedalam perilaku pemain di kehidupan sehari-hari (Mulyatiningsih,

2011).

Menjadi aktor tidaklah mudah, harus melalui proses yang panjang untuk

mendalami karakter yang akan diperankan, dapat diibartakan bahwa seseorang

bermain peran berawal dari ketidaktahuan akan peran yang akan dilakonkan,

kemudian melakukan proses pengenalan terhadap tokoh yang akan di mainkan,

kemudian dilanjutkan dengan proses pendalaman karakter tokoh, dari pengalaman

itulah yang berpotensi mempengaruhi karakternya sebagai individu. Ketika

bermain peran, apabila seorang aktor mendapatkan lakon yang berbeda dengan

karakter pribadinya maka aktor dituntut untuk meninggalkan karakter diri dan

berusaha menghadirkan karakter tokoh kedalam peran agar penonton ikut masuk

kedalam cerita dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam peran

(Dewojati, 2012).

Hasil penelitian terdahulu, salah satu aggota teater lingkar di Universitas

Brawijaya Malang yang bernama Dewi mengaku mengalami perubahan karakter

bahkan setelah pementasan telah selesai. Ia menjadi pribadi yang cenderung sinis

dan tegas kepada orang lain sebagai dampak dari peran menjadi ibu-ibu muda

dalam pementasan yang berperan menjadi jeng ellya yang karakternya cenderung

bersifat antagonis. Dewi melakukan proses pendalaman karakter sekitar 3-4 bulan

sehingga secara tidak sadar tokoh jeng ellya sudah terinternalisasi oleh dewi

sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari (Setiawan & Fajar, 2015). Kasus

Page 8: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

4

serupa juga dirasakan oleh salah satu anggota teater didik IAIN Purwokerto

bernama Lisnaeni Panggayuh yang mengaku bahwa terpengaruh dengan karakter

tokoh peran sebagai ibu Dar Indiana, yang mulanya lisnaeni memiliki karakter asli

yang periang dan mudah tersinggung kemudian terpengaruh oleh karakter ibu Dar

yang penyabar (Mustaqim, 2017).

Pada hari jum’at tanggal 22 Desember 2017 peneliti melakukan

wawancara kepada salah satu anggota Teater Lugu Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta, dari hasil wawancara informan dikenal sebagai pribadi

yang memiliki karakter kurang bisa serius (celelekan), humoris, kurang bisa

mengontrol emosi, namun ia mengaku memanfaatkan pengalamannya dalam

bermain peran yang pernah ia lakonkan menjadi seorang ayah dengan karakter

yang penyabar, menyayangi keluarga, bijaksana, bertanggung jawab, dan

memiliki wibawa. Informan mengatakan dari pengalamannya bermain peran bisa

mengambil hal yang positif kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

terutama dalam berperilaku seperti ketika berada dalam rapat saat mengutarakan

pendapat ia bersikap berwibawa, kemudian bijaksana dalam menyelesaikan

masalah ketika terjadi masalah antar anggota teater lugu. Hal ini juga sejalan

dengan pendapat Suryadi, yang mengatakan bahwa anak-anak dapat memetik

pelajaran dari naskah-naskah yang pernah diperankan kemudian dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari (Suryadi, kompas.com 2018). Pengalaman yang

diperoleh melalui pemahaman naskah drama dapat membantu mendorong

perkembangan kognitif atau penalaran seseorang, dengan begitu mereka mencoba

untuk mengekpresikan emosi dan empatinya terhadap orang lain (Wulandari,

2015).

Berdasarkan fenomena diatas bermain peran dapat mempengaruhi

kepribadian seseorang, yang mulanya dari mengobservasi dan memahami tokoh

yang akan dilakonkan kemudian meniru perilaku tokoh tersebut kedalam peran

yang dilakonkan dan dilakukan pengulangan secara terus-menerus. Albert

Bandura (dalam Alwisol, 2005), mengatakan bahwa perubahan perilaku terjadi

melalui peniruan (modeling) yang berbentuk simbolik baik perilaku maupun

Page 9: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

5

tingkah laku. Peniruan (modeling) tidak hanya sekedar meniru dan mengulangi

saja namun di ikuti dengan penguatan. Memerankan tokoh dalam drama (peran)

seorang aktor dituntut mampu memberikan isi atas karakter yang diperankan.

Mendalami karakter tokoh juga dapat menggunakan olahrasa yaitu proses

relaksasi dengan menggunakan sugesti dengan tujuan membangkitkan aktor

begitu bebas mengeksplore dirinya, selain itu olahrasa juga bisa digunakan untuk

relaksasi dalam mengembalikan karakter asli aktor dari setiap pemeranan yang

telah dilakukan (Mustaqim, 2017).

Observasi tokoh dan olahrasa sebagai suatu tahapan dalam membentuk

karakter karena dalam pembentukan karakter melalui tiga tahapan yaitu aspek

kognitif, aspek emosional, dan aspek fisik/tindakan (Lickona, 2012). Berawal dari

peniruan modeling yang dilakukan dengan cara mengobservasi segala sesuatu

yang berhubungan dengan perilaku dan kepribadian tokoh, proses pemahaman ini

yang melibatkan kemampuan kognitif, setelah mengamati dan memahami perilaku

dari modeling kemudian menghayati dan merasakan hasil dari pemahaman yang

melibatkan kemampuan emosional, setelah itu dieksekusi melalui suatu tindakan

yang melibatkan aspek fisik secara tidak sadar nilai-nilai karakter yang ada dalam

tokoh/model tersebut terinternalisasi kedalam diri, kemudian dapat terukir

menjadi sebuah kebiasaan pikiran, hati, dan perilaku sehingga dapat melekat

kedalam diri seseorang yang bisa dikatakan sebagai karakter (Amirulloh, 2015).

Karakter tokoh dapat terinternalisasi kedalam diri seseorang karena internalisasi

merupakan suatu proses menanamkan suatu nilai dengan menggunakan

penghayatan, mendalami, dan menguasai secara mendalam yang berlangsung

secara terus-menerus sehingga mempengaruhi pribadi seseorang (Fitriani &

Hadianda, 2016).

Berdasarkan fenomena diatas muncul pertanyaan mengenai pembentukan

karakter melalui peran dalam teater terutama pada yaitu bagaimana cara

mendalami karakter tokoh yang akan dilakonkan?, bagaimana cara memisahkan

karakter diri dengan karakter tokoh yang akan dilakonkan?, dampak apa yang

terjadi setelah bermain peran?

Page 10: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

6

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi yaitu

menggambarkan suatu pemaknaan secara umum dari berbagai pengalaman hidup

individu yang berkaitan dengan konsep atau fenomena (Creswell, 2013). Informan

dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling,

yaitu pengambilan informan yang berdasarkan dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih, dengan kriteria responden yaitu: a) mahasiswa aktif orgnisasi

teater minimal 1 tahun b) minimal pernah melakonlan 2 karakter antagonis,

protagonis, atau keduanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan kuesioner terbuka berisi 15 pertanyaan yang dibagikan kepada 60

orang yang tergabung dalam anggota teater di universitas Muhammadiyah

Surakarta, namun kuesioner yang kembali hanya terisi sejumlah 54 dan setelah

dilakukan pengecekan yang disesuaikan dengan kriteria responden penelitian

terdapat 51 kuesioner yang sesuai dengan kriteria responden penelitian dengan

sebaran 27 orang dari Teater Lugu, 7 orang dari Teater Kidung, 7 orang dari

Teater Wejang, dan 10 orang dari Teater Ngirit yang berada di Universitas

Muhammadiya Surakarta.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a) mengumpulkan

data penelitian, b) melakukan reduksi data dengan mengkoding data dan

mengkategorisasikan data, c) melakukan display data, data dianalisis secara

deskripsi (Bungin, 2007).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memahami cara mendalami karakter tokoh dalam

bermain peran. Dari hasil penelitian diketahui cara mendalami karakter tokoh

yaitu

3.1 Nilai-nilai yang Diperoleh dari Peran yang Dilakonkan

Berikut adalah hasil tanggapan kuesioner terbuka yang di munculkan dalam

bentuk Tabel Re-Kategori analisis :

3.1.1 Karakter apa saja yang pernah dilakonkan

Page 11: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

7

Tabel 1 Re-kategori karakter yang pernah dilakonkan

Jawaban Frekuensi Persentase

Protagonis 9 18%

Antagonis 4 8%

antagonis dan protagonis 38 75%

Berdasarkan tabel diatas, jawaban informan mengenai karakter yang

pernah dilakonkan, informan lebih banyak memerankan karakter antagonis dan

protagonis dibandingkan dengan karakter protagonis saja atau antagonis saja,

sebanyak 38 informan sudah pernah memerankan dua karakter yang berbeda yang

dapat menambah wawasannya mengenai nilai-nilai karakter dalam tokoh yang

pernah dilakonkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumaryadi (2006),

menyatakan bahwa menjadi seorang aktor atau pemain peran pasti pernah

melakonkan beberapa karakter yang berbeda-beda sehingga dapat memberikan

banyak pengalaman pada pemain, karena dalam sebuah pertunjukan drama pasti

ada lakon dengan karakter antagonis dan lakon protagonis.

3.1.2 Karakter yang paling mempengaruhi

Tabel 2 Re-kategori karakter yang paling mempengaruhi

Jawaban Frekuensi Persentase

Protagonis dan antagonis 3 6%

Protagonis 29 56%

Antagonis 7 14%

Tidak terpengaruh 12 24%

karakter yang paling mempengaruhi pemain yaitu karakter protagonis.

Karakter protagonis lebih banyak mempengaruhi dari pada karakter antagonis hal

ini dikarenakan pemain memperoleh pengalaman bermain peran membawakan

karakter yang cenderung positif. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner terbuka,

ada informan yang terpengaruh oleh dua karakter yaitu antagonis dan protagonis.

Menurut informan dua karakter tersebut harus selalu ada dan digunakan sesuai

dengan situasi dan kondisi. Terpengaruhnya karakter pemain oleh karakter tokoh

yang diperankan akibat adanya proses internalisasi nilai-nilai karakter tokoh peran

Page 12: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

8

kedalam diri pemain. Bermain peran dapat memberikan pengaruh terhadap

karakter seseorang sebagai pribadi khususnya untuk pemain atau aktor peran.

Hasil jawaban kuesioner terbuka sebanyak 39 informan menyatakan terpengaruh

dengan karakter tokoh yang telah diperankan baik karakter protagonis, antagonis,

maupun keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Stemberg (Nuryanto, 2017),

bahwa ketika bermain peran seorang aktor pasti pernah melakonkan karakter yang

berbeda-beda baik protagonis maupun antagonis, seorang aktor juga dituntut

untuk mendalami sebuah karakter tokoh, sehingga secara tidak sadar karakter

tokoh terinternalisasi kedalam diri dan dapat masuk kedalam jiwa pemain bahkan

pemain mampu mengulangi dalam kehidupan nyata sehingga karakter dirinya

terpengaruh oleh karakter tokoh yang telah dilakonkan. Perubahan karakter ini

terjadi karena adanya proses internalisasi yang dilakukan secara berulang-ulang.

Hal ini didukung juga oleh pendapat Dewojati (2012), bahwa menjadi aktor dalam

drama tidaklah mudah karena harus melalui proses panjang untuk bisa mendalami

karakter yang akan diperankan, pada awalnya seseorang tidak tahu akan karakter

tokoh yang akan dilakonkan kemudian melakukan proses pengenalan terhadap

tokoh dan memahami karakter tokoh yang akan dilakonkan dalam pementasan,

dari pengalaman itulah yang berpotensi mempengaruhi karakter seseorang sebagai

individu.

3.1.3 Manfaat yang diperoleh setelah bermain peran

Tabel 3 Re-kategori manfaat setelah bermain peran

Jawaban Frekuensi Persentase

peduli sosial 13 25%

komunikatif 13 25%

disiplin 2 4%

menghargai prestasi 10 20%

percaya diri 10 20%

other 3 6%

Hasil jawaban informan mengenai manfaat setelah bermain peran yaitu

informan mengalami perubahan karakter menjadi lebih perduli dengan

lingkungan, komunikatif, disiplin, menghargai prestasi, dan percaya diri. Secara

Page 13: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

9

tidak disadari manfaat yang dirasakan oleh informan adalah nilai-nilai karakter

yang diperoleh dari peran yang telah selesai dilakonkan, nilai-nilai karakter dari

peran yang telah dilakonkan memberikan dampak yang positif bagi pemain. Hal

ini sesuai pendapat Hetilaniar (2016), bahwa bermain drama dapat menumbuhkan

kepribadian yang baik bagi perkembangan karakter mahasiswa dan

mengembangkan pribadi menjadi pribadi yang bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, pribadi mandiri, kreatif, percaya diri dan pribadi yang peduli terhadap

sesama. Hal ini juga didukung pendapat Lickona (2012), bahwa aspek-aspek

pembentukan karakter salah satunya adalah aspek emosional yang menyangkut

ranah kejiwaan atau keadaan mental seseorang, aspek emosional meliputi

kepedulian, rasa percaya diri, menghormati, empati, tolong-menolong,

memaafkan kesalahan orang lain.

3.2 Proses Internalisasi Nilai Secara Kognitif, Emosi, dan Tindakan dari

Peran yang Pernah Dilakonkan

3.2.1 Cara mendalami karakter tokoh

Tabel 4 Re-kategori cara mendalami karakter tokoh yang akan diperankan

Hasil penelitian dari jawaban kuesioner terbuka, sebanyak 33 informan

merasakan pengaruh atau dampak setelah bermain peran, perubahan yang

dirasakan oleh informan yaitu masih terbawa oleh karakter tokoh yang telah

selesai dilakonkan dalam sebuah pertunjukan, dan karakter tersebut melekat

kedalam diri pemain sehingga mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini terjadi karena proses pendalaman karakter yang berawal dari

proses memahami naskah, melakukan observasi tokoh, adanya latihan yang

berulang-ulang dan dilakukan secara terus menerus sehingga mempengaruhi

kognitif seseorang dan secara tidak sadar mempengaruhi pribadi pemain. Hal ini

sesuai dengan teori Lickona (2012), bahwa pembentukaan karakter melalui tiga

Jawaban Frekuensi Persentase

Mencari refrensi dari luar 31 61%

eksplore diri 20 39%

Total 51 100%

Page 14: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

10

tahapan yaitu aspek kognitif, aspek emosi, dan aspek tindakan. Keterlibatan

aktivitas kognitif karena adanya proses memahami naskah dan mengingat dialog

dalam naskah, selain itu juga melibatkan kemampuan emosional karena pemain

memusatkan perhatiannya untuk merasakan karakter tokoh dalam dirinya serta

perasaan menekan ego kita dalam bermain peran agar selaras antar pemain yang

lain tidak menonjol satu sama lain, tidak hanya melibatkan aspek kognitif dan

emosi namun juga melibatkan aspek tindakan seperti melakukan pemeranan

karakter tokoh dengan menggunakan gesture yang berbeda yang merupakan hasil

belajar dari kognitif dan emosi kemudian terukir menjadi sebuah kebiasaan.

Pembentukan karakter melalui tiga tahap aspek kognitif,emosional, dan

tindakan juga didukung oleh Hetilaniar (2016), bahwa proses internalisasi nilai-

nilai karakter membutuhkan segala aspek kecerdasan baik kecerdasan intelektual,

emosional, spiritual, maupun kinestetik. Pada aspek intelektual (kognitif) pemain

dituntut mampu memahami naskah drama yang akan dipentaskan kemudian

menginterpretasikan perwatakan dan mampu memerankan tokoh yang dipilih

sesuai kehendak penulis skenario dan sutradara. Pemahaman naskah dan

interpretasi perwatakan inilah yang melibatkan kemampuan intelektual pemain

dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter tokoh kedalam diri pemain. Pada

aspek emosional, kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam proses

internalisasi nilai karakter kedalam diri, karena tidak hanya pemain saja namun

semua orang yang terlibat dalam naskah termasuk tim produksi, harus mampu

menjaga kekompakan, kesetiaan, dan kepedulian antar sesama. Pemain harus

saling menjaga ego masing-masing sehingga pembawaan karakter tokoh pas

sesuai porsinya tidak saling menonjol. Pada kemampuan kinestetik atau tindakan,

pemain dituntut untuk dapat memerankan perannya sesuai dengan naskah yang

akan diperankan. Kemampuan kinestetik berhubungan dengan gerak tubuh, olah

mimik/ ekspresi, blocking panggung yang merupakan hasil belajar dari

kemampuan kognitif dan emosional sehingga terukir menjadi sebuah kebiasaan

jika dilakukan secara terus-menerus. Tiga tahapan inilah terjadi proses

internalisasi nilai-nilai karakter kedalam diri pemain.

Page 15: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

11

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai pembentukan karakter melalui

peran dalam teater, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: Nilai- nilai yang

diperoleh dari peran yang dilakonkan yaitu peduli dengan lingkungan,

komunikatif, disiplin, menghargai prestasi, dan percaya diri. Pembentukan

karakter melalui tiga tahapan yaitu aspek kognitif, aspek emosi, dan aspek

tindakan. Proses internalisasi nilai-nilai karakter yang diperoleh dari peran yang

telah dilakonkan ini melalui pada aspek intelektual (kognitif) mencakup aktivitas

otak yang berorientasi pada kemampuan berpikir seperti mengingat, memahami,

memecahkan masalah. Pemain dituntut mampu memahami naskah drama yang

akan dipentaskan kemudian menginterpretasikan perwatakan dan mampu

memerankan tokoh yang dipilih sesuai kehendak penulis skenario dan sutradara.

Melakukan pemahaman naskah berati harus melalui proses membaca dan

mengingat dialog yang ada dalam naskah, sehingga pemahaman naskah dan

interpretasi perwatakan inilah yang melibatkan kemampuan intelektual pemain

dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter tokoh kedalam diri pemain.

Pada aspek emosional, kecerdasan emosional melibatkan perasaan, sikap,

nilai. Aspek emosional memiliki peran penting dalam proses internalisasi nilai

karakter kedalam diri, terlibatnya aspek emosi karena adanya latihan observasi

tokoh yang akan diperankan dan menghayati serta merasakan karakter tokoh

tersebut masuk kedalam jiwanya. Aspek emosi tidak hanya terlibat oleh pemain

saja melainkan semua yang berhubungan dengan naskah termasuk tim produksi,

harus mampu menjaga kekompakan, kesetiaan, dan kepedulian antar sesama.

Pemain harus saling menjaga ego masing-masing sehingga pembawaan karakter

tokoh pas sesuai porsinya tidak saling menonjol antar pemain.

Pada kemampuan kinestetik atau tindakan yang berkaitan dengan

kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman dari hasil belajar aspek

kognitif dan emosional sehingga membentuk suatu kebiasaan. Ketika bermain

peran, pemain dituntut untuk dapat memerankan perannya sesuai dengan naskah

yang akan diperankan. Kemampuan kinestetik berhubungan dengan gerak tubuh,

olah mimik/ ekspresi, blocking panggung yang semua itu merupakan hasil belajar

Page 16: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

12

dari kemampuan kognitif dan emosional sehingga terukir menjadi sebuah

kebiasaan jika dilakukan secara terus-menerus, secara tidak sadar kebiasaan-

kebiasaan tersebut akan membentuk karakter seseorang dari hasil proses

internalisasi nilai-nilai karakter tokoh dalam peran yang telah dilakonkan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan

penelitian selanjutnya, selain itu diharapkan bagi informan penelitian dapat

memahami cara mendalami karakter tokoh melalui teknik bermain peran dan

menanamkan nilai-nilai karakter yang positif kedalam diri guna mebangun pribadi

menjadi yang lebih baik, selain itu peneliti juga mengharapkan informan dapat

memetik manfaat positif dari karakter yang pernah dilakonkan para pemain peran,

sehingga informan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Harapan

untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik wawancara dalam

melakukan penelitian agar data yang didapatkan dapat membahas lebih dalam

mengenai pembentukan karakter melalui peran dalam teater. Penelitian ini juga

diharapkan dapat disosialisasikan kepada organisasi teater untuk membentuk

karakter anggotanya menjadi mahasiswa yang berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang.

Bungin, B. (2007). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana.

Creswell, J. (2013). Reserch Design : Pendekatan Kualtitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dewojati, C. (2012). Drama Serajah,Teori, dan Penerapan. (S. Prof.Dr.C.

Soebakdi Soemanto, Penyunt.) Javakarsa Media.

Harmellawati. (2013, November). Pembinaan Nilai Karakter Melalui Kegiatan

Ekstrakulikuler Teater Dii SMK Nusantara Tangerang. hal. 14.

Hetilaniar. (2016, Mei). Pementasan Drama sebagai Pembentukan Karakter

Mahasiswa, hal. 2-15.

kompas.com. (2011, juni selasa). Membangun Karakter Bisa Melalui Teater.

Page 17: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATEReprints.ums.ac.id/77454/3/Naskah Publikasi.pdf · PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PERAN DALAM TEATER Abstrak Tujuan dari penelitian ini

13

Lickona, T. (2012). Educating For Character : mendidik untuk membentuk

karakter. (U. W. Suryani, Penyunt., & J. W. Wamaungu, Penerj.) jakarta:

Bumi Aksara.

Muhammad. (2018). Pembelajaran Drama pada Teater Sekolah SMA Negeri 10

Fajar Harapan Banda Aceh. Master Bahasa , 6 (1), 37-49.

Mulyatiningsih, E. (2011). Analisis Model-model Pendidikan Karakter untuk Usia

Anak-anak, Remaja, dan Dewasa. jurnal FT UNY Karang Malang

Mustaqim, I. (2017). Efek Karakter Pada Pemeran Pasca Pertunjukan Drama

"PULANG" karya Isno Wardoyo. skripsi IAIN Purwokerto (hal. 76).

Purwokerto: IAIN Purwokerto.

Piscayanti, K. S. (2012). Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter Melalui Proses

Produksi Kulish Drama Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UNDIKSHA.

Prasi , 7 (14), 6-15.

Setiawan, F. N., & Fajar, Y. (2015). Kontribusi Teater Kampus dalam Pendidikan

Karakter Mahasiswa:Studi Kasus Teater Lingkar Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Brawijaya. Lensa : kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan

Budaya , 7 (1), 1-12.

Subagio, J. (2019, April Senin, 15). Jawaban atas Maraknya Perundangan, ini kata

Peneliti. (S. W. Wibawa, Penyunt.)

Sumaryadi. (2006). Pelaksanaan Pembelajaran Seni Drama Sejak Usia Dini. Imaji

, 4 (1), 61-73.

Wulandari, R. A. (2015). Sastra dalam Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal

Edukasi Kultara , 2 (2), 63-73.

Yusuf, M. (2013). Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Berbasis Nilai.

Jurnal Al-Ulum , 13 (1), 1-24.