Pembentukan Antigen dan Antibodi : Mekanisme / ProsesPembentukan
Antigendan Antibodi : Mekanisme / Proses -Di dalam tubuh manusia,
antibodi dihasilkan oleh organ limfoidsentral yang terdiri atas
sumsum tulang dan kelenjar timus, terutamaoleh sel-sel limfosit.
Ada dua macam sel limfosit, yaitu sel limfosit Bdan sel limfosit T.
Kedua sel ini bekerja sama untuk menghasilkanantibodi dalam
tubuh.Baik antibodi maupun antigen keduanyamempunyai hubungan
spesifi k yang sangat khas.Keadaan ini terlihat sewaktu antigen
masuk kedalam tubuh. Saat itu, dengan seketika sel limfositT
mendeteksi karakteristik dan jenis antigen. Kemudiansel limfosit T
bereaksi cepat dengan caramengikat antigen tersebut melalui
permukaanreseptornya. Setelah itu, sel limfosit T membelahdan
membentuk klon. Sementara pada permukaanmembrannya menghasilkan
immunoglobulinmonomerik.Berikutnya, molekul antigen dan molekul
antibodisaling berikatan dan ikatan kedua molekulini ditempatkan
pada makrofaga. Secara berurutan,makrofaga menghadirkan antigen
pada sellimfosit B. Lantas, sel limfosit B berpoliferasi danmenjadi
dewasa, sehingga mampu membentukantibodi untuk masing - masing
antigen. Akan lebih jelas kalian simakGambar 1.
Gambar 1.Reaksi antigen dan antibodi
Sementara itu, pembuangan antigen setelah diikat antibodi
dapatmenggunakan berbagai cara, yakni netralisasi, aglutinasi,
presipitasi, danfiksasi komplemen. Perhatikan Gambar 2.
Gambar 2.Mekanisme pelenyapan antigen
Netralisasi merupakan carayang digunakan antibodi untuk
berikatan dengan antigen supaya aktivitasnyaterhambat. Sebagai
contoh, antibodi melekat pada molekul yang akandigunakan virus
untuk menginfeksi inangnya. Pada proses ini, antibodi danantigen
dapat mengalami proses opsonisasi, yakni proses pelenyapan
bakteriyang diikat antibodi oleh makrofaga melalui fagositosis.Cara
pelenyapan antigen berikutnya adalah aglutinasi. Aglutinasi
ataupenggumpalan merupakan proses pengikatan antibodi terhadap
bakteriatau virus sehingga mudah dinetralkan dan diopsonisasi.
Misalnya, IgGyang berikatan dengan dua sel bakteri atau virus
secara bersama-sama.Mekanisme yang sama juga terjadi pada cara
berikutnya yaknipresipitasi. Presipitasi atau pengendapan merupakan
pengikatan silangmolekul-molekul antigen yang terlarut dalam cairan
tubuh. Setelah diendapkan,antigen tersebut dikeluarkan dan dibuang
melalui fagositosis.Selain berbagai cara tersebut, pembuangan
antigen dapat melaluifiksasi komplemen. Fiksasi komplemen merupakan
pengaktifanrentetan molekul protein komplemen karena adanya
infeksi. Prosesnyamenyebabkan virus dan sel - sel patogen yang
menginfeksi bagian tubuhmenjadi lisis.
MATURASI LIMFOSIT TPerkembangan T cell precursor dimulai di
dalam sumsum tulang. T cell precursor bermigrasi ke dalam organ
Thymus dan proses maturasi terjadi. Di dalam Thymus bagian
subkapsular, T cell precursor menjadi timosit imature dan terjadi
diferensiasi dan proliferasi dengan proses pembentukan gen TCR ( T
cell Receptor ), CD8+ dan CD4+ dan diekpresikan (Double Positif
Tymocyte), sebagian besar timosit imature mati dan sisanya terus
berdeferensiasi. Pada daerah cortex di sel -sel epitel ( Thymic
Epithelial cell) terjadi proses seleksi positif. Seleksi positif
terjadi dengan cara reseptor tersebut mengenali MHC yang
dipresentasikan oleh APC. Apabila MHC class I dikenali oleh CD8+
dan MHC class II dikenali oleh CD4+ kemudian menempel pada TCR maka
timosit imature tetap hidup bila tidak mengenali APC tersebut maka
akan mati atau mengalami apaptosis kemudian difagosit oleh makrofag
Selanjutnya dilakukan seleksi negative, yaitu, timosite imature
diuji dengan self antigen atau antigen tubuh sendiri. Bila
mengenali atau pengenalan self reactive cell maka timosit imature
akan mati. Timosite mature/nave melewati dinding venule postkapilar
mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ limfoid
perifer.
Pengenalan TCRBerfungsi dalam proses inflamasi dan memperbaiki
jaringan yang rusak. Fungsi sel Th1 adalah pertahanan terhadap
infeksi mikroba intraseluler yang mengaktifkan sel efektor.
Kerjasama antara sel T dan fagosit merupakan kerja antarsel
nonspesifik yang terjadi melalui sitokin. yang meningkatkan
imunitas selular fagosit berupa makrofag. Makrofag yang diaktifkan
oleh IFN-Timosite mature/nave sel T dapat mengenal antigen yang
dipresentasikan oleh APC. Sel Th memberikan respon terhadap antigen
dengan menghasilkan sitokin. Sel Tc memberikan respon terhadap
antigen yang berkembang menjadi sel CTL yang dapat memusnahkan sel
sendiri. Aktivasi sel T membutuhkan sinyal yang direspon oleh
reseptor TCR, adanya molekul stimulatori, dan sitokin. Reseptor sel
T hanya mengenal dan akan mengikat fragmen yang berhubungan dengan
MHC. Sel T CD4+ yang berdiferensiasi menjadi Th2, mensekresikan
IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang sel B untuk memproduksi IgE yang
berikatan dengan sel mast. IL-5 mengaktifkan eosinofil sebagai
respon terhadap patogen yang berupa cacing. Sitokin yang dihasilkan
oleh Th2 menghambat aktivasi makrofag dan reaksi Th1. Sel CD4+
berdiferensiasi menjadi sel efektor Th1 yang mensekresikan IFN-
MATURASI LIMFOSIT BPrekursor sel B berkembang menjadi sel B
immature di dalam sumsum tulang kemudian terjadi proliferasi dan
deferensiasi yang ditandai dengan pembentukan BCR atau BCR somatic
gen rearrangement, yaitu pembentukan reseptor yang dipresentasikan
pada permukaan membrane. Setelah terbentuk IgM dalam tahap immature
dalam sumsum tulang, sel B immature bermigrasi ke limpa atau
disebut dengan sel B transisional, kemudian mengalami deferensiasi
menjadi limfosit B mature. Pengembangan sel B terjadi melalui
beberapa tahapan, setiap tahap mewakili perubahan genom pada lokus
antibodi. Antibodi ini terdiri dari dua rantai identik Light
(L)atau light chain dan dua rantai identik heavy (H) atau heavy
chain, dan gen-gen ditemukan di daerah 'V' (Variable) dan daerah
'C' (Constant). Dalam heavy chain, daerah 'V' memiliki tiga segmen;
V, D dan J, yang dikombinasikan secara acak, dalam proses yang
disebut rekombinasi VDJ, untuk menghasilkan sebuah variabel unik
imunoglobulin domain di masing - masing sel B. Sebagian besar sel B
immature mati serta sisanya terus berdeferensiasi Setelah itu
terjadi seleksi negative yaitu bila reseptor mengenali self antigen
atau self reactive cell maka sel B immatur akan mati, bila tidak
mengenali, maka akan tetap hidup. Sel B mature/nave melewati
dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan
menempati organ limfoid perifer. Seleksi positif bila sel B mampu
masuk ke organ sekunder tersebut.Ketika sel B mengalami kegagalan
dalam setiap langkah dari proses maturasi, sel B akan mati melalui
mekanisme apoptosis, dalam hal ini disebut clonal deletion. Jika
telah mengenali self-Antigen selama proses maturasi, sel B akan
mengalami apoptosis ( seleksi negatif ). Setelah teraktivasi, sel B
akan terbentuk menjadi sel B memori sebagai bagian dari sistem imun
adaptif.
AKTIVASI LIMFOSIT DAN PRODUKSI ANTIBODI
Aktivasi limfosit T, khususnya limfosit Th dari interaksi antara
reseptor sel T + kompleks antigen-MHC kelas II yang terdapat di
permukaan APC. Selain menyajikan antigen, APC juga memproduksi
interleukin-1 yang mampu merangsang pertumbuhan sel T. Interaksi
ini merangsang berbagai reaksi biokimia di dalam sel T, diantaranya
adalah perombakan fosfatidil-inositol dan peningkatan konsentrasi
ion Ca++serta aktivasi protein kinase-C yang diperlukan sebagai
katalisator pada fosforilasi berbagai jenis protein. Reaksi-reaksi
diatas mengakibatkan serangkaian reaksi-reaksi yang menghasilkan
ekspresi reseptor IL-2 dan roduksi IL-2 yang diperlukan untuk
proliferasi sel selanjutnya (Grey dkk, 1989; Abbas dkk, 1991; Roitt
dkk, 1993).Sebagian dari sel T selanjutnya akan berfungsi sebagai
sel T helper-inducer untuk membantu sel B, sebagian lagi akan
kembali dalam keadaan istirahat menjadi sel memori. Aktivasi sel B
dapat terjadi atas rangsangan antigen T-independen tipe Im antigen
T-independen tipe II dan antigen T-dependen. Antigen T-dependen
memerlukan bantuan sel Th. Antigen T-independen tipe I dalam
konsentrasi tinggi mampu merangsang sel B secara poliklonal tanpa
mengindahkan spesifsitas reseptor permukaan sel B. Contoh antigen
seperti ini adalah lipopolisakarida pada permukaan sel bakteri.
Tetapi pada konsentrasi rendah sel B dengan sIg spesifik sebagai
reseptor dapat menangkap antigen sehingga sel teraktivasi.Antigen
T-independen tipe II adalah antigen yang tidak segera dirombak
didalam tubuh misalnyapolisakarida pneumokokus, polimer
polivinilpirolidon(PVP) yang mampu merangsang sel B tanpa banuan
sel Th. Antigen dapat melekat dengan aviditas kuat pada permukaan
sel B dengan ikatan multivalen melalui sIg. Pada umumnya antigen
T-independen merangsang pembentukan IgM. Sebagian besar antigen
adalah T-dependen yang berarti respon pada sel B baru dapat terjadi
atas rangsangan sel T. Agar sel B apat dirangsang oleh sel T maka
MHC kelas II pada permukaan kedua sel harus sesuai. Hal ini penting
untuk interaksi antara sel T dengan sel B dalam keadaan istirahat
(resting B cells). Dilain pihak sel B yang sudah teraktivasi oleh
kompleks antigen-MHC yang relevan.Sel T yang diaktivasi oleh
antigen akan memproduksi interleukin-2 (IL-2) yang diperlukan untuk
proliferasi sel T sendiri, disampign itu sel T juga memproduksi
berbagai faktor atau limfokin yang dapat merangsang perubahan pada
berbagai jenis sel antara lain sel B, sel T sitotoksik, makrofag
dan lain-lain karenanya sel itu disebut sel T inducer (Grey dkk,
1989; Hendrik, 1989; Vitetta dkk, 1989).Berbagai jenis limfokin
yang diproduksi oleh sel T dan dipergunakan untuk merangsang sel B
adalah:B-cell stimulatory factor (IL 4),B-cell growth
factor(II-6),B-cell differentiation factor-u (BCDF-u) danBCDF-gamma
serta gamma interferon.Dengan rangsangan limfokin diatas sel B
berproliferasi dan berdiferensiasi lebih lanjut menjadi sel plasma
dan memproduksi imunoglobulin. BCDF-umerangsang produksi IgM yang
diproduksi menjadi IgG dan selanjutnya akan terjadi sintesa dan
sekresi immunoglobulin oleh sel plasma (Abbs dkk, 1991; Kresno,
1991).Selain berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
imunoglobulin, stimulasi sel B perawan menyebabkan terbetuknya klon
sel B yang perlahan-lahan kembali leleadaan istirahat dan menjadi
sel memori. Sel ini seringkali mengekspresikan reseptor yang
mengalami mutasi dan menunjukkan afinitas yang lebih tinggi. Sel B
memori maupun sel T memori akan meninggalkan kelenjar limfe, limpa
atau jaringan limfoid lain kemudian masuk kedalam pembuluh limfe
dan pembuluh darah untuk melakukansurveillance(Bellanti, 1985;
Subowo, 1993; Kresno, 1991).Respon imun sekunder pada umumnya
timbul lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan dengan respon
primer. Hal ini disebabkan oleh karena adanya sel T dan sel B
memori seta antibodi yang tersisa. Antigen dapat dikenal oleh sel B
spesifik secara lebih efisien. Dalam hal ini sel B bertindak sebgai
APC. Karena jumlah sel T dan sel B spesifik lebih banyak,
kemungkinan untuk berinteraksi dengan antigen lebih besar, sehingga
titer antibodi juga cepat meningkat. Disamping itu antibodi yang
tersisa juga dapat bereaksi dengan antigen sehingga kompleks
antigen antibodi lebih mudah ditangkap oleh APC dan diproses dan
selanjutnya akan terjadi stimulasi sel T dan sel B seperti halnya
pada respons imun tetapi dengan kecepatan efisiensi lebih tinggi
(Bellanti, 1985;Roitt dkk, 1993).
A. SISTEM KOMPLEMENSistem komplemen adalah suatu sistem yang
terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya
sangat berbeda. Ada 9 komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9
yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan
kecil (C3a, C4a dan sebagainya). Fragmen yang besar dapat berupa
enzim tersendiri dan mengikat serta mengaktifkan molekul lain.
Fragmen tersebut dapat juga berinteraksi dengan inhibitor yang
menghentikan reaksi selanjutnya. Komplemen sangat sensitif terhadap
sinyal kecil, misalnya jumlah bakteri yang sangat sedikit sudah
dapat menimbulkan reaksi beruntun yang biasanya menimbulkan reaksi
lokal (Baratawidjaja, 2004).Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan
oleh sekumpulan komponen protein yang terdapat di dalam serum.
Protein-protein ini dapat dibagi menjadi protein fungsional yang
menggambarkan elemen dari berbagai jalur, dan protein pengatur yang
menunjukkan fungsi pengendalian. Komplemen sebagian besar
disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan juga oleh sel
fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C
l juga dapat di sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar.
Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear terutama
akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya aktivasi. Komponen C3
mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi komplemen, baik
melalui jalur klasik maupun jalur alternatif. Konsentrasi C3 jauh
lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya, hal ini menempatkan
C3 pada kedudukan yang penting dalam pengukuran kadar komplemen di
dalam serum. Penurunan kadar C3 di dalam serum dapat dianggap
menggambarkan keadaan konsentrasi komplemen yang menurun. Juga
penurunan kadar C3 saja dapat dipakai sebagai gambaran adanya
aktivasi pada sistem komplemen (Judarwanto, 2009).Aktivasi
komplemen menghasilkan sejumlah molekul efektor antara lain
anafilaktoisin, kemotaksin, adherens imun, opsonin dan membrane
attack complex yang mempunyai efek biologik (Baratawidjaja,
2004).B. AKTIVASI KOMPLEMENa. Aktivasi Komplemen melalui Jalur
KlasikJalur ini diawali dengan stimulasi dari kompleks
antigen-antibodi yang kemudian mengaktivasi C1q, C1r, C1s, ketiga
komponen ini menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi C4,
C4 menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi C2, komponen
C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan menstimulasi C3
Convertase (pusat katalitik sistem komplemen).
(Gambar :Tiga Jenis Jalur Aktivasi Komplemen)
b. Aktivasi Komplemen melalui Jalur AlternatifJalur ini diawali
oleh stimulasi dari permukaan patogen yang mengandung LPS
(Lipopolisakarida) yang kemudian langsung menstimulasi C3, C3
menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi faktor B, faktor
B menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi fakator D,
faktor D kemudian menghasilkan komponen enzimatik yang akhirnya
mensimulasi C3 convertase.c. Aktivasi Komplemen melalui Jalur
LektinJalur ini diawali oleh stimulasi dari kompleks manosa binding
protein pada permukaan patogen yang kemudian menstimulasi MBL,
MASP-1, MASP-2. Ketiga komponen ini kemudian mnghasilkan komponen
enzimatik yang menstimulasi C4, (seperti halnya pada jalur klasik)
C4, C4 menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasiC2,
komponen C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan
menstimulasi C3 convertase (pusat katalitik sistem komplemen).
Setelah ketiga jalur tersebut mengaktivasi C3 Convertase, C3
convertase ini kemudian menghasilkan C3a, C5a dan C3b. C3a, C5a
kemudian menstimulasi peptida mediator untuk inflamasi dan
menstimulasi rekrutmen sel fagositik. C3b kemudian berikatan dengan
reseptor komplemen pada sel fagositik dan kemudian menstimulasi
opsonisasi dan penghilangan kompleks imun. Selain itu, C3b juga
menstimulasi komponen terminal komplemen yang kemudian terjadi
reaksi cascade : menstimulasi C5b,C6,C7,C8,C9 dan akhirnya
membentuk Membran attack complex dan menyebabkan lisis pada
patogen.C. RESEPTOR KOMPLEMENAda beberapa reseptor spesifik yang
berikatan dengan komponen komplemen dan fragmen pada komplemen. CR1
dan CR3 adalah komponen penting dalam menginduksi proses
fagositosis bakteri. CR2 terutaman ditemukan pada sel B yaitu
kompleks sel B-koreseptor dan menjadi reseptor terhadap virus
Epstein-Barr yang menyebabkan infeksi mononukleusis. CR1 dan CR2
saling membagi struktur komplemen-regulatory protein yang mengikat
C3b dan C4b. CR3 dan CR4 saling berintegrasi, CR3 untuk proses
migrasi dan adesi leukosit, sedangkan CR4 untuk respon fagositosis.
Reseptor C5a dan C3a adalah bagian dari tujuh pasang pada untaian G
protein. FDC sebagai sel folikular dendritik tidak terlibat dalam
imunitas bawaan (innate immunity) (Janeway et all,
2001).Anafilaksis dan kemotaksisC3a, C4a dan C5a disebut
anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel basofil
untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan
permeabilitas dan kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan
C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan
limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil,
netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium.Melekatnya
anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos
menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a
adalah yang paling poten dan C4a adalah yang paling lemah. C5a juga
mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a; oleh karena
C5a juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel
fagosit maka C5a dapat menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke
tempat mikroorganisme, benda asing atau jaringan yang rusak; proses
ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat merangsang
metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat
meningkatkan daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing
tersebut (Judarwanto, 2009).
Opsonisasi dan peningkatan fungsi fagositosisFagositosis yang
diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b yang dibantu oleh IgG
atau IgM mungkin merupakan mekanisme pertahanan utama terhadap
infeksi bakteri dan jamur secara sistemik.Proses
peradanganKombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas
mengakibatkan terkumpulnya sel-sel dan serum protein yang
diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan
mikroorganisme atau benda asing tersebut.Pelarutan dan eliminasi
kompleks imunKompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen dan
mengaktifkan fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks
tersebut akan berikatan dengan reseptor pada permukaan eritrosit.
Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati hati dan limpa, maka sel
fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan
kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit
tersebut.D. REGULATORAktivasi komplemen dikontrol melalui tiga
mekanisme utama, yaitu 1) komponen komplemen yang sudah diaktifkan
biasanya ada dalam bentuk yang tidak stabil sehingga bila tidak
berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak, 2) adanya
beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor,
faktor I dan faktor H, 3) pada permukaan membran sel terdapat
protein yang dapat merusak fragmen komplemen yang melekat.FUNGSI
KOMPLEMEN1. InflamasiSebagai langkah awal untuk menghancurkan benda
asing dan mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak.
Tubuh mengerahkan elemen - elemen system imun ke tempat benda asing
dan mikroorganisme yang masuk ke tubuh atau jaringan yang rusak
tersebut. Fagositosis merupakan komponen penting pada inflamasi.
Dalam inflamasi, ada 3 hal yang terjadi, yaitu : Peningkatan
pasokan darah ke tempat benda asing dan mikrorganisme atau jaringan
yang rusak. Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh
pengerutan sel endotel yang memungkinkan molekul yang lebih besar
seperti antibody dan fagosit bergerak keluar pembuluh darah menuju
ke tempat benda asing ( diapedesis )Mikrorganisme atau jaringan
yang rusak. Peningkaan permeabilitas vascular yang local terjadi
atas pengaruh anafilatoksin (C3a, C4a, C5a). Aktivasi komplemen C3
dan C5 menghasilkan fragmen kecil C3a dan C5a yang merupakan
anafilatoksin yang dapat memacu degranulasi sel mast dan atau
basofil melepas histamine. Histamine yang dapat dilepas sel mast
atas pengaruh komplemen, meningkatkan permeabilitas vascular dan
kontraksi otot polos dan keluarnya plasma yang mengandung banyak
antibody, opsonin dan kompnen komplomen ke jaringan.2.
KemokinMerupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel
fagosit. C3a, C5a dan C5-6-7 merupakan kemokin yang dapat
mengerahkans sel-sel fagosit baik mononuclear maupun
polimorfonuklear ke tempat terjadi infeksi. C5a adalah kemoatraktan
untuk neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin. Monosit yang
masuk ke jaringan menjadi makrofag, dan fagositosisnya diaktifkan
opsonin dan antibody. Makrofag yang diaktifkan melepas berbagai
mediator yang ikut berperan dalam reaksi inflamasi.3. Fagositosis
opsoninC3b dan C4b mempunyai sifat opsonin. Opsonin adalah molekul
yang dapat diikat disatu pihak leh partikel (kuman) dan dilain
pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis
bakteri atau sel lain. C3 yang banyak diaktifkan pada aktivasi
komplemen merupakan sumber opsonin utama (C3b). Molekul C3b dalam
bentuk inaktif (iC3b), juga berperan sebagai opsonin dalam
fagositosis oleh karena fagositosis juga memiliki reseptor untuk
CiC3b.IgG juga dapat berfungsi sebagai opsonin, bila berikatan
dengan reseptor Fc pada permukaan fagosit. Oleh karena fagosit
tidak memiliki reseptor Fc untuk IgM, opsonisasi yang dibantu
konplemen merupakan hal yang sangat penting selama terjadi respon
antibody primer yang didominasi IgM yang merupakan activator
komponen poten. CRP juga berfungsi sebagai opsonin.4. Adherens
ImunAdherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang
melekat pada berbagai permukaan (mis: permukaan pembuluh darah),
kemudian dilapis antibody dan mengaktifkan komplemen. Akibatkan
anigen akan mudah difagositosis. C3b berfungsi dalam adherens imun
tersebut.5. Elimiasi kompleks imunC3a atau iC3b dapat diendapkan
dipermukaan kompleks imun dan merangsang eleminasi kompleks imun.
Baik sel darah merah dan neutrofil memiliki CR1-R dan mengikat C3b
dan iC3b. C3 dan C4 ditemukan dalam kompleks imun yang larut dan
diikat oleh CR1-R pada sel darah merah yang mengangkutkan ke organ
yang mengandung banyak fixed fagosit seperti hati dan limpa.
Melalui reseptor komplemen dan Fc, fagosit-fagosit tersebut
menyingkirkan dan menghancurkan kompleks imun dari sel darah merah.
Pada proses ini, sel darah sendiri tidak rusak.Neutrofil dapat
mengeliminasi kompleks imun kecil dalam sirkulasi. Bila antigen
tidak larut yang diikat antibody dan dibentuk dalam darah atau
jaringan tidak disingkirkan, akan memacu inflamasi dan dapat
menimbulkan penyakit kompleks imun. Kompleks besar tidak larut
sulit untuk disingkirkan dari jaringan; sejumlah besar C3 yang
diaktifkan dapat melarutkan kompleks tersebut.
6. Lisis osmotic bakteriAktivasi C3 (jalur alternative atau
klasik) akan mengaktifkan bagian akhir dari kaskade komponen
komplemen C5-C9. Aktivasi komplemen yang erjadi dipermukaan sel
bakteri akan membentuk Membrane Attack Complex dan akhirnya
menimbulkan lisis osmotic sel atau bakteri. C5 dan C6 memiliki
aktivasi enzim, yang memungkinkan C7, C8 dan C9 memasuki membrane
plasma dari sel sasaran.7. Aktivitas sitolitikEosinofil dan sel
polimorfonuklear mempnyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b
dapat meningkakan sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent
Cell Mediated Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada
IgG. Disamping itu sel darah merah yang diikat C3b dapat
dihancurkan juga melalui kerusakan kontak. C8-9 merusak membrane
membentuk saluran-saluran dalam membrane sel yang menimbulkan lisis
osmotic.
RESEPTOR KOMPLEMENAktivasi komplemen jalur alternative dan
klasik menghasilkan beberapa fragmen komplemen yang diikat oleh
reseptor yang ditemukan pada berbagai jenis sel. C1qR ditemukan
pada makrofag yang mengikat C1G dari jaringan kolagen dan
berperanan pada elimnasi antigen. CR2 merupakan bagian dari
kompleks ko-reseptor sel B dan juga ditemukan pada sel dendritik
folikular yang berfungsi dalam fagositosis kompleks imun di center
germinal dan dalam perkembangan sel memori. CR3 adalah antegrin
(molekul adhesi). Pada fagosit mononukleat, neutrofil dan Sel NK
yang fungsinya memudahkan fagositosis kompleks imun dan juga dalam
migrasi monosit ke jaringan. CR4 merupakan intergrin yang
memupunyai fungsi sama dengan CR3, diekspresikan terutama pada
makrofag jaringan.Protein dalam serum yang merupakan komponen pada
aktivasi komplemen, baik pada jalur klasik maupun jalur alternative
dibentuk oleh hati, makrofag, monosit dan sel epitel intestinal.
Bahan-bahan tersebut dilepas kedalam serum dalam bentuk tidak
aktif. Pada tiap tahap penglepasan mediator terdapat mekanisme
tubuh untuk menetralkan, yang disebut regulator, sehingga tidak
akan terjadi reaksi yang berlangsung terus-menerus yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan. System enzim yang kompleks ini
diatur oleh beberapa penyekat protein yang dapat mencegah aktivasi
premature dan aktivitas yang menunjang dari setiap produk.
Contohnya adalah penyekat esterase CI (CI INH), penyekat C3b,
inaktifator anafilatoksin dan penyekat C4b. Defesiensi bahan -
bahan tersebut jarang ditemukan. Penyekat anafilatoksin
menginaktifkan C3a dan C5a. penyekat C3b mengikat molekul tersebut
dan membuatnya menjadi inaktif.