Top Banner
1 “ PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C “ KAJIAN ILMIAH OLEH : TIKA FARDINA K4610087 PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
51

Pembelajaran penjas Adaptif

Jan 16, 2023

Download

Documents

adi magna
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembelajaran penjas Adaptif

1

“ PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOKOMOTOR

(LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN

UNTUK ANAK TUNAGRAHITA

TINGKAT SMALB- C “

KAJIAN ILMIAH

OLEH :

TIKA FARDINA

K4610087

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Page 2: Pembelajaran penjas Adaptif

2

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan

Penyayang, yang memberi ilmu dan inspirasi, dan kemuliaan.

Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan kajian ilimiah

dengan judul “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR

LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK

TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C “

Kajian Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata

Kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif pada semester Gasal

2013/2014,Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Drs. Sarwono, MS , selaku Pengampu Mata Kuliah Pendidikan

Jasmani Adaptif.

Penulis menyadari bahwa kajian ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun

demikian, penulis berharap semoga kajian ilmiah ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 22 Desember

2013

Page 3: Pembelajaran penjas Adaptif

3

Penulis

DAFTAR ISI

Pengantar...................................................

....................................................

Daftar

Isi.........................................................

...............................................

Abstrak.....................................................

......................................................

PENDAHULUAN.................................................

........................................

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi ABK

Page 4: Pembelajaran penjas Adaptif

4

1. Pengertian Penjas

Adptif..............................................

...............

2. Ciri-ciri Program Pengajaran Penjas

Adaptif.............................

3. Tujuan Penjas

Adaptif.............................................

...................

4. Modifikasi Penjas

Adaptif.............................................

.............

B. Tunagrahita

1. Pengertian

Tunagrahita.........................................

......................

2. Karakter

Tunagrahita.........................................

.........................

3. Klasifikasi

Tunagrahita.........................................

......................

C. Pembelajaran Gerak Lokomotor (Lompat dan Loncat)

bagi Tunagrahita

1. Pengertian Gerak

lokomotor...........................................

............

Page 5: Pembelajaran penjas Adaptif

5

2. Pengertian Loncat dan

Lompat..............................................

.....

3. Materi Pembelajaran

Lompat..............................................

........

4. Materi Pembelajaran

Loncat..............................................

.........

5. Materi Kombinasi Lompat dan

Loncat.......................................

SIMPULAN DAN

SARAN.......................................................

....................

Referensi...................................................

.....................................................

ABSTRAK

Sekolah Luar Biasa bagian C merupakan sekolah yang

disediakan khusus bagi murid-murid yang mengalami integensi

dibawah rata-rata murid normal atau disebut dengan

tunagrahita. Di dalam sekolah tersebu terdapat mata

pelajaran pendidikan jasmani yang merupakan salah satu mata

Page 6: Pembelajaran penjas Adaptif

6

pelajaran yang berperan penting pada pertumbuhan dan

perkembangan murid berkebutuhan khusus. Anak tunagrahita

adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah

rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka

memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pertama pada sisi

kemampuan intelektualnya yang berada di bawah anak normal.

Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua adaptifnya

atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai

dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya. Pembelajaran

Penjasorkes yang bernilai terapi, edukatif, dan menyenangkan

bagi anak tunagrahita. Di harapkan pula akan berdampak pada

peningkatkan kemampuan fisik motorik siswa, seperti:

meningkatkan kekuatan, daya tahan, kelincahan, kecepatan,

serta ketangkasan atau koordinasi. Disamping kemampuan

fisik meningkat, maka secara mental juga diharapkan lebih

baik, seperti meningkatkan: rasa percaya diri, rasa

keberanian, disiplin, rasa kebersamaan, dan lain-lain .Perlu

adanya modifikasi atau adaptasi dari pembelajaran penjas

mulai dari metode,strategi ,media pembelajaran dan

sebagainya agar semua tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Kata kunci : pembelajaran penjas adaptif , pembelajaran

penjas tunagrahita , pembelajaran lokomotor (lompat dan

loncat ) tunagrahita.

Page 7: Pembelajaran penjas Adaptif

7

PENDAHULUAN

Kegiatan olahraga merupakan suatu bagian dari

kegiatan hidup manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa

olahraga merupakan kegiatan yang sudah menjadi sebuah

kebutuhan hidup masing-masing individu. Apabila olahraga

diberikan kepada anak-anak, maka kegiatan latihan tersebut

harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan maksimal respon

tubuh dari anak itu sendiri. Tidak semua anak dilahirkan

dalam keadaan sempurna, ada sebagian kecil yang mengalami

hambatan-hambatan, baik dalam perkembangan fisik maupun

dalam perkembangan mental. Anak yang demikian

diklasifikasikan sebagai anak luar biasa (berkebutuhan

khusus). Anak luar biasa (berkebutuhan khusus) biasanya

menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai

dengan kekhususan masing-masing. SLB bagian A untuk

tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk

tunagrahita, dan lain sebagainya (Wikipedia Bahasa

Indonesia: 2011).

Sekolah Luar Biasa bagian C merupakan sekolah yang

disediakan khusus bagi murid-murid yang mengalami integensi

dibawah rata-rata murid normal atau disebut dengan

Page 8: Pembelajaran penjas Adaptif

8

tunagrahita. Istilah anak tunagrahita Nuryadin (2005: 1-2)

memberikan penjelasan dalam bukunya, yang Mengatakan bahwa

anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan

perkembangan. Perkembangan jasmani dan motorik anak

tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal, Anak

tunagrahita mempunyai karakteristik diantaranya mempunyai

koordinasi yang kurang, gerakannya canggung/ kurang seimbang

dan kurang terkendali, serta kesulitan ketika melakukan

gerakan motorik kasar, keterbatasan daya pikir yang dialami

anak tunagrahita juga menyebabkan mereka sulit mengontrol,

apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas sehari-hari

wajar atau tidak wajar (menurut ukuran normal). Untuk

mengatasi hal-hal tersebut, sebagai pokok pemecahannya

bukanlah dengan jalan pengobatan saja, tetapi harus

berkaitan dengan jalan mengadakan latihan-latihan dan perlu

dilakukan modifikasi kegiatan sebagai terapi perilaku

sehingga nantinya anak bisa lebih mandiri dalam kehidupan

sehari-harinya (Widati dan Murtadlo, 2007: 265).

Latihan permainan yang diperuntukkan bagi anak

tunagrahita bukan sembarang permainan, Prasedio dalam Efendi

(2006: 105) mengatakan bahwa permainan yang bisa diberikan

kepada anak tunagrahita paling tidak memiliki muatan antara

lain, memiliki nilai terapi yang berbeda serta sosok

permainan yang diberikan tidak terlalu sulit untuk dicerna

anak tunagrahita. Pada murid yang memiliki mental dibawah

rata-rata strategi yang digunakan tidak dapat disamakan

dengan murid normal pada umumnya, strategi harus dirancang

Page 9: Pembelajaran penjas Adaptif

9

khusus karena kebutuhan dari setiap murid tidak akan sama

dikerenakan perbedaan karakteristik dan tingkat kesulitan

siswa. Strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran

murid tunagrahita

(http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-

pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/) antara lain:

Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, Strategi

kooperatif, Strategi modifikasi tingkah laku. Pada murid

tunagrahita, proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

menggunakan strategi pembelajaran yang diindividualisasi,

dimana materi yang diberikan disesuiakan dengan keadaan

murid yang dihadapi baik dari tingkat kebutuhannya,

kemampuannya, bahkan kekurangan atau hambatan yang

dimilikinya. Agar setiap murid dapat memperoleh manfaat dari

pembelajan Pendidikan Jasmani Adaptif. Pada murid

tunagrahita juga digunakan strategi kooperatif, dimana

murid yang satu dapat belajar dari teman lainnya atau kerja

sama. Pada murid tunagrahita juga perlu dilakukan berbagai

modifikasi baik dari kurikulum pembelajaran, medianya

(materi atau alat yang digunakan) disesuaikan dengan murid

tunagrahita, maupun lingkungan atau sarana fisik, semuanya

harus dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan murid

tunagrahita.

Page 10: Pembelajaran penjas Adaptif

10

PEMBAHASAN

A. TUNAGRAHITA

1.Pengertian Tunagrahita

Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk

menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah

rata-rata. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang pernah

digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah

pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat

grahita, dan tunagrahita. Dalam Bahasa asing (Inggris)

dikenal dengan istilah mental retardation, mental

deficiency, mentally handicapped, feebleminded, mental

subnormality (Moh. Amin, 1995: 20). Istilah lain yang

banyak digunakan adalah intellectually handicapped dan

intellectually disabled.

Page 11: Pembelajaran penjas Adaptif

11

1) Mental retardation, banyak digunakan di Amerika

Serikat dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

sebagai terbelakang mental.

2) Feebleminded (lemah pikiran) digunakan di Inggris

untuk melukiskan kelompok tunagrahita ringan.

3) Mental subnormality digunakan di Inggris,

pengertiannya sama dengan mental retardation.

4) Mental deficiency, menunjukkan kapasitas

kecerdasan yang menurun akibat penyakit yang

menyerang organ tubuh.

5) Mentally handicapped, dalam bahasa Indonesia

dikenal dengan istilah cacat mental.

6) Intellectually handicapped, merupakan istilah yang

banyak digunakan di New Zealand.

7) Intellectual disabled, istilah ini banyak

digunakan oleh PBB.

Menurut American Association on Mental Deficiency

(AAMD) anak tunagrahita adalah anak yang secara umum

memiliki kekurangan dalam hal fungsi intelektualnya

secara nyata dan bersamaan dengan itu, berdampak pula

pada kekurangannya dalam hal prilaku adaptifnya, di

mana hal tersebut terjadi pada masa perkembangannya

dari lahir sampai dengan usia delapan belas tahun.

Pernyataan tersebut pun dapat pula diartikan bahwa anak

tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan pada

dua sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan

intelektualnya yang berada di bawah anak normal. Anak

Page 12: Pembelajaran penjas Adaptif

12

tersebut memiliki kemampuan intelektual yang berada

pada dua standar di bawah normal jika diukur dengan tes

intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainya.

Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua

adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu

bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum

dikenal sebelumnya. Keadaan tersebut terjadi pada

proses pertumbuhannya, cara berfikir dan kemampuannya

dalam bermasyarakat sejak anak tersebut lahir dan

berusia delapan belas tahun.

Moh. Amin (1995:11), menguraikan gambaran tentang

anak tunagrahita yaitu, anak tunagrahita kurang cakap

dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang

sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau

terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari

atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan

bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-

galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran, seperti

mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol-

simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang

bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau

terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendapat di atas sejalan dengan definisi yang

ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk &

Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa

ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum

yang secara jelas di bawah rata-rata, bersama

Page 13: Pembelajaran penjas Adaptif

13

kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung

pada masa perkembangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

Anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah

rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak

normal pada umumnya..Adanya keterbatasan dalam

perkembangan tingkah laku, ketunagrahitaan tersebut

berlangsung pada masa perkembangan.

2.Karakteristik Anak Tunagrahita

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di

atas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik

tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya,

cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk

karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita

memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan

tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik

tersebut dapat digeneralkan ke dalam beberapa hal,

meliputi:

a) Segi intelektualnyaa.

a. Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari

situasi, benda-benda dan orang di sekitarnya, namun

mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya. Hal

tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjadi

hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk

Page 14: Pembelajaran penjas Adaptif

14

mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan

keadaan yang diinginkannya.

b. Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-

masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana

bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk

memilih alternatif pilihan yang berbeda.

c. Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka,

sehingga secara umum mereka memiliki kesulitan dalam

bidang membaca, menulis dan berhitung.

d. Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas.

Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam

pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam

menempatkan dirinya dengan keadaan situasi

lingkungannya.

b) Segi tingkah laku (perilaku adaptif).

a. Perkembangan anak tunagrahita lamban. Sulit

mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan

pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut

bagi orang normal sangat sederhana.

b. Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak

tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian

dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan

bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.

c. Anak tunagrahita seringkali merasakan

ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau

tugas yang diberikan padanya, karena seringnya

melakukan kesalahan-kesalahan pada saat

Page 15: Pembelajaran penjas Adaptif

15

melakukannya. Mereka pada umunya kurang percaya diri

dan seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan

orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan

dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam

memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga

mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif.

Jadi dari karakteristik di atas, dapat disimpulkan

bahwa anak tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam

beberapa hal, seperti melakukan koordinasi gerak dan

sensorinya, rendahnya rasa toleransi, kemampuan untuk

memahami konsep-konsep, hal yang bersifat akademik, dan

menarik suatu kesimpulan, memusatkan perhatian,

memanfaatkan waktu luangnya, memilih lingkungan

pergaulan yang baik, kesulitan dalam bahasa, dan yang

tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk

mendapatkan pekerjaan.

3.KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA

Pengklasifikasian anak tunagrahita penting

dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyusun program

dan melaksanakan layanan pendidikan. Penting bagi Anda

untuk memahami bahwa pada anak tunagrahita terdapat

perbedaan individual yang variasinya sangat besar.

Artinya, berada pada level usia (usia kalender dan usia

mental) yang hampir sama serta jenjang pendidikan yang

Page 16: Pembelajaran penjas Adaptif

16

sama, kenyataannya kemampuan individu berbeda satu

dengan lainnya. Dengan demikian, sudah barang tentu

diperlukan strategi dan program khusus yang disesuaikan

dengan perbedaan individual tersebut. Pengklasifikasian

ini pun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu

maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak

tunagrahita. Klasifikasi anak tunagrahita yang telah

lama dikenal adalah debil, imbecile, dan idiot,

sedangkan klasifikasi yang dilakukan oleh kaum

pendidik di Amerika adalah educable mentally retarded

(mampu didik), trainable mentally retarded (mampu

latih) dan totally/custodial dependent (mampu rawat).

Pengelompokan yang telah disebutkan itu telah jarang

digunakan karena terlampau mempertimbangkan kemampuan

akademik seseorang. Klasifikasi yang digunakan sekarang

adalah yang dikemukakan oleh AAMD (Hallahan, 1982: 43),

sebagai berikut :

1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) : IQ-

nya 70 – 55

2. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang)

: IQ-nya 55 – 40

3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) : IQ-

nya 40 – 25

4. Profound mental retardation (sangat berat) IQ-nya

25 ke bawah

Untuk memperjelas klasifikasi tersebut, cobalah

Anda perhatikan ilustrasi dan grafik berikut:

Page 17: Pembelajaran penjas Adaptif

17

Ada lima orang anak berusia 10 tahun. Si A, IQ-nya 100

(normal); si B IQ-nya 70 -55; si C IQ-nya 55 - 40; si D

IQ-nya 40 - 25; dan si E IQ-nya 25 ke bawah. Untuk

kebutuhan pendidikannya perlu ditentukan lebih dahulu

umur kecerdasannya (mental age).

Gambar 6.1

Grafik Klasifikasi Anak Berdasarkan Chronological Age dan

Mental Age

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) A berusia (chronological age) 10 tahun dan MA-nya 10

tahun.

b) B berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 7-5,5 tahun

artinya ia dapat mempelajari materi pelajaran/ tugas

anak normal usia 5,5 - 7 tahun.

c) C berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 5.5-4.0 tahun

artinya ia dapat mempelajari materi pelajaran/ tugas

anak normal usia 5,5-4.0 tahun.

Page 18: Pembelajaran penjas Adaptif

18

d) D berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 4.0-2,5 tahun

artinya ia dapat mempelajari materi pelajaran/ tugas

anak normal 4,0-2,5 tahun.

e) E berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 2,5 tahun ke

bawah artinya ia dapat mempelajari materi

pelajaran/tugas anak normal usia 2,5 tahun ke bawah.

Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini

sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 adalah sebagai berikut :

1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50 - 70,

2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30 - 50,

3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang

dari 30.

Berikut ini dilukiskan perkembangan seorang anak

tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang (Adaptasi

dari Kirk & Gallagher, 1986:121-122)

Page 19: Pembelajaran penjas Adaptif

19

Gambar 6.2

Grafik Perkembangan Anak Tunagrahita Ringan dan Sedang

Selain klasifikasi di atas ada pula pengelompokan

berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis.

Tipe-tipe klinis yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a) Down Syndrome (Mongoloid) : Anak tunagrahita jenis

ini disebut demikian karena memiliki raut muka

menyerupai orang Mongol dengan mata sipit dan

miring, lidah tebal suka menjulur ke luar, telinga

kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.

Page 20: Pembelajaran penjas Adaptif

20

b) Kretin (Cebol) : Anak ini memperlihatkan ciri-ciri,

seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan

pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan

keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak

mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan

gigi terlambat.

c) Hydrocephal : Anak ini memiliki ciri-ciri kepala

besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran

tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.

d) Microcephal : Anak ini memiliki ukuran kepala yang

kecil.

e) Macrocephal : Memiliki ukuran kepala yang besar dari

ukuran normal.

Page 21: Pembelajaran penjas Adaptif

21

B. PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF

1.Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah

sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan

jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses

pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani

adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang

bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk

mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam

ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar

Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah

psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan

sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.

Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi

sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat

dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu

mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan

tersebut.

2.Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani

adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama

pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun

ciri tersebut adalah:

Page 22: Pembelajaran penjas Adaptif

22

a) Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan

jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses,

dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang

memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam

bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan

sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang

dikenakan kepada siswa yang berkursi roda

dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh

karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat

membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan

kemampuan jasmani dan mentalnya.

b) Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat

membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang

oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa

terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan

pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran

pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu

siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang

memperburuk keadaannya.

c) Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani

individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif

mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang

progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-

otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK

akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman

Page 23: Pembelajaran penjas Adaptif

23

sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani

adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka

pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa

melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan

perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini

akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap

sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

3.Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan

strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam

mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma

Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan

Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani

adaptif bagi ABK sebagai berikut:

1.Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat

diperbaiki.

2.Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari

kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui

Penjas tertentu.

3.Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari

dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan

aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat

rekreasi.

4.Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan

jasmani dan mentalnya.

Page 24: Pembelajaran penjas Adaptif

24

5.Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

6.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan

dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.

7.Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam

olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

4.Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK

dikelompokkan menjadi:

ABK yang memilik masalah dalam sensoris

ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya

ABK yang memiliki masalah dalam belajar

ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik

setiap jenis ABK maka  menuntut adanya penyesuaian dan

modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi

ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas

bagi ABK dapat terjadi pada:

1.Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan

jasmani.

2.Modifikasi keterampilan dan tekniknya.

3.Modifikasi teknik mengajarnya.

4.Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas

dan peralatannya.

Page 25: Pembelajaran penjas Adaptif

25

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan

aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu

mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena

bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan

modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut.

Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan

modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat

dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya,

tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan

karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap

jenis ABK.

C. Pembelajaran Gerak Lokomotor (Lompat dan Loncat) bagi

Tunagrahita

1.Pengertian Gerak lokomotor

Definisi gerak lokomotor dijelaskan oleh Asim

(2001: 32) menyatakan bahwa gerak lokomotor adalah

gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang

lain, baik secara horisontal maupun vertikal. Gerakan

tersebut diantaranya jalan, lari, lompat, loncat,

jingkat, menderap, memanjat dan lain-lain.

Page 26: Pembelajaran penjas Adaptif

26

Bentuk-bentuk latihan gerak lokomotor dikembangkan

setiap macam gerak lokomotor ini, dengan mengembangkan

tema-tema sesuai konsep dari Laban; misalnya, dikaitkan

dengan konsep tubuh atau bagian tubuh, konsep ruang,

konsep usaha, dan konsep keterhubungan.

a) Berjalan adalah aktivitas gerak memindahkan tubuh

dari satu tempat ke tempat yang lain, pada saat kaki

melakukan pergantian langkah salah satu kaki tetap

menumpu pada dasar pijakan. Dengan konsep di atas,

berjalan dapat dilakukan dengan kaki, dengan tangan,

dengan kaki dan tangan, dengan tubuh; demikian juga

arahnya, ke depan dan ke belakang, ke samping kiri

dan kanan, dalam hal usaha, bisa cepat, lambat,

keras, perlahan, terhenti-henti, berkelanjutan;

dalam hal keterhubungan, bisa di sekitar ruangan, di

sekitar teman sendiri, melintasi atau melangkahi

alat, dsb.

b) Berlari adalah aktivitas gerak memindahkan tubuh

dari satu tempat ke tempat yang lain, pada saat kaki

melakukan pergantian langkah badan dalam keadaan

melayang di udara. Aplikasikan konsep-konsep di

atas, sesuai dengan tema berlari.

c) Berjingkat adalah aktivitas memindahkan tubuh dari

satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan

satu kaki, menumpu dan mendarat menggunakan satu

kaki, sedangkan satu kaki yang lain ditekuk pada

bagian lutut sehingga tidak menyentuh tanah.

Page 27: Pembelajaran penjas Adaptif

27

Keterampilan berjingkat selain sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari juga sering digunakan

dalam aktivitas motorik pada beberapa cabang

olahraga seperti lompat jangkit, sepak bola, bola

voli dan bola basket.

d) Meloncat adalah gerakan memindahkan tubuh dengan

menggunakan dua atau satu kaki tumpu dari satu

ketinggian dan mendarat tidak harus menggunakan

kaki.

e) Menderap atau mencongkang adalah gerakan berjalan

dipadukan dengan lompat (leaping), arah dapat ke

depan maupun ke belakang. Gerakan ini seperti kuda

pada saat berlari kencang (menderap), tetapi hanya

dilakukan dengan menggunakan dua kaki. 

f) Merayap adalah gerakan yang dilakukan dengan posisi

tubuh telungkup di atas permukaan, tangan dan kaki

kiri atau kanan digerakkan maju secara bersama-sama,

kemudian kaki mendorong tubuh ke depan, dan kepala

sedikit diangkat untuk melihat ke depan.

g) Memanjat adalah gerakan ke atas atau ke bawah dengan

menggunakan kedua tangan dan kaki. Biasanya anggota

tubuh bagian atas sebagai alat kontrol utama agar

tidak jatuh.

Bentuk latihan gerak dasar lokomotor (lompat dan

loncat) melalui permainan ini untuk mengembangkan

variasi latihan gerak dasar lokomotor (lompat dan

Page 28: Pembelajaran penjas Adaptif

28

loncat) pada proses pembelajaran Pendidikan Jamani

Olahraga dan Kesehatan.Pengembangan bentuk latihan

ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi

terkait dengan pengembangan gerak dasar lokomotor

(lompat dan loncat) secara efektif dan efisien.

Disamping itu diharapkan siswa juga dapat menerapkan

aktivitas pembelajaran gerak dasar lokomotor (lompat

dan loncat) dengan langkah-langkah yang sederhana dan

mudah dipahami dalam penerapan. Adapun tujuan secara

khusus terkait dengan pengembangan variasi-variasi

latihan lompat dan loncat berupa permainan ini,

diharapkan dalam aplikasi proses pembelajarannya akan

berjalan secara efektif dan efisien yang nantinya akan

berdampak pada peningkatkan kemampuan fisik motorik

siswa, seperti: meningkatkan kekuatan, daya tahan,

kelincahan, kecepatan, serta ketangkasan atau

koordinasi. Disamping kemampuan fisik meningkat, maka

secara mental juga diharapkan lebih baik, seperti

meningkatkan: rasa percaya diri, rasa keberanian,

disiplin, rasa kebersamaan, dan lain-lain.

2. Pengertian Loncat dan Lompat

Sebelum memasuki bagian bentuk-bentuk latihan

gerak dasar lokomotor (lompat dan loncat) melalui

permainan, kita hendaknya mengetahui dan memahami

tentang lompat dan loncat terlebih dahulu. Definisi

lompat menurut Widya (2004: 65) adalah suatu gerakan

Page 29: Pembelajaran penjas Adaptif

29

mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang

lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat

atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat

dengan dua kaki/ anggota tubuh lainnya dengan

keseimbangan yang baik. Jenis-jenis lompatan yang bisa

dilakukan oleh siswa antara lain :

a) lompat kedepan

b) lompat ke belakang

c) lompat ke samping

d) lompat ke atas

e) lompat ke bawah

f) lompat berputar.

Gambar 1.1 Gerak Lompat

(Sumber: Widya, 2004: 67)

Adapun Definisi Loncat menurut Widya (2004: 59)

adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik

ke titik lain yang lebih jauh atau lebih tinggi dengan

ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu dua

kaki dan mendarat dengan kaki/ anggota tubuh lainnya

Page 30: Pembelajaran penjas Adaptif

30

dengan keseimbangan yang baik. Jenis-jenis loncatan

yang bisa dilakukan oleh siswa antara lain :

a) loncat kedepan,

b) loncat ke belakang,

c) loncat ke samping kanan atau kiri,

d) loncat ke atas

e) loncat ke bawah,

f) loncat berputar.

Gambar 1.2 Gerak Loncat

(Sumber: Ketzenbogner, 1996: 44)

3.LATIHAN GERAK DASAR LOMPAT

a. Bentuk Latihan 1

Page 31: Pembelajaran penjas Adaptif

31

Gambar 2.1 Latihan Gerak Dasar Lompat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, koordinasi, keberanian serta kepercayaan

diri siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Tali

o Peluit

o Kun

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara tempat melakukan awalan (garis

start) terhadap garis rintangan pendaratan

(tali) adalah 2 meter.

2) Tinggi tali sebagai rintangan pada tempat

penadaratan adalah 20 cm

3) Pada kegiatan latihan ini siswa belajar

lompat tanpa menentukan tempat tumpuan, namun

Page 32: Pembelajaran penjas Adaptif

32

bidang pendaratan dipasang rintangan agar

siswa dapat menjadikan rintangan tersebut

menjadi ukuran sebagai tingkat keberhasilan

dalam melakukan lompatan

4) Dari garis start siswa melakukan sprint

atau joging dengan menggunakan start berdiri

untuk mengambil awalan dalam menentukan

tumpuan pada saat melakukan lompatan.

Pendaratan diusahakan untuk melewati

rintangan yang telah dipasang.

b. Bentuk Latihan II

Gambar 2.2 Latihan Gerak Dasar Lompat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, koordinasi, keberanian serta kepercayaan

diri siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

Page 33: Pembelajaran penjas Adaptif

33

o Tali

o Selang yang telah dibentuk lingkaran

o Peluit

o Kun

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara tempat melakukan awalan (garis

start) terhadap garis rintangan pendaratan

(tali) adalah 2 meter.

2) Tinggi tali sebagai rintangan pada tempat

penadaratan adalah 20 cm.

3) Jarak garis rintangan (tali) dengan titik

pusat lingkaran (tempat pendaratan) adalah

25 cm.

4) Garis tumpu tidak ditentukan.

5) Dari garis start siswa melakukan sprint

atau joging dengan menggunakan start berdiri

untuk mengambil awalan dalam menentukan

tumpuan pada saat melakukan lompatan.

Pendaratan diusahakan untuk melewati

rintangan yang dipasang dan harus masuk pada

lingkaran yang telah di sediakan.

c. Bentuk Latihan III

Page 34: Pembelajaran penjas Adaptif

34

Gambar 2.3 Latihan Gerak Dasar Lompat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, koordinasi, keberanian serta kepercayaan

diri siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Tali

o Peluit

o Kun

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara tempat melakukan awalan (garis

start) dengan garis tumpu adalah 2 meter,

jarak antara tempat tumpuan terhadap garis

rintangan pendaratan (tali) adalah 25 cm.

2) Tinggi tali sebagai rintangan pada tempat

pendaratan adalah 20 cm.

3) Dari garis start siswa melakukan sprint

atau joging dengan menggunakan start berdiri

Page 35: Pembelajaran penjas Adaptif

35

untuk mengambil awalan dengan melakukan

tumpuan pada garis yang telah ditentukan.

Pendaratan diusahakan untuk melewati

rintangan yang telah dipasang.

d. Bentuk Latihan IV

Gambar 2.4 Latihan Gerak Dasar Lompat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, koordinasi, keberanian serta kepercayaan

diri siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Peluit

o Selang yang telah dibentuk lingkaran

Page 36: Pembelajaran penjas Adaptif

36

o Tali

o Kun

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara tempat melakukan awalan (garis

start) dengan garis tumpu adalah 2 meter,

jarak antara tempat tumpuan terhadap garis

rintangan pendaratan (tali) adalah 25 cm.

2) Tinggi tali sebagai rintangan pada tempat

penadaratan adalah 20 cm.

3) Adapun jarak garis rintangan (tali) dengan

titik pusat lingkaran (tempat pendaratan)

adalah 25 cm.

4) Dari garis start siswa melakukan sprint

atau joging dengan menggunakan start berdiri

untuk mengambil awalan dengan melakukan

tumpuan di garis yang telah ditentukan. Pada

saat siswa melakukan pendaratan, harus masuk

pada lingkaran yang telah di sediakan.

e. Bentuk Latihan V

Page 37: Pembelajaran penjas Adaptif

37

Gambar 2.5 Latihan Gerak Dasar Lompat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, koordinasi, keberanian serta kepercayaan

diri siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Peluit

o Selang yang telah dibentuk lingkaran

o Tali

o Kun

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara tempat melakukan awalan (garis

start) dengan garis tumpu adalah 2 meter,

jarak antara tempat tumpuan terhadap garis

rintangan pendaratan (tali) adalah 25 cm.

2) Tinggi tali sebagai rintangan pada tempat

penadaratan adalah 20 cm.

Page 38: Pembelajaran penjas Adaptif

38

3) Adapun jarak garis rintangan (tali) dengan

titik pusat lingkaran pertama (tempat

pendaratan) adalah 25 meter, dengan pusat

lingkaran ke dua adalah 30 cm, dengan pusat

lingkaran ke tiga adalah 35 cm

4) Dari garis start siswa melakukan sprint

atau joging dengan menggunakan start berdiri

untuk mengambil awalan dengan melakukan

tumpuan di garis yang telah ditentukan. Pada

saat siswa melakukan pendaratan, harus masuk

pada lingkaran yang telah di sediakan. Untuk

menimbulkan semangat dan kompetisi antar

siswa, guru memberikan semangat kepada siswa

agar pendaratan lompatan siswa jatuh tepat di

lingkaran ke dua atau ke tiga.

4.LATIHAN GERAK DASAR LONCAT

a. Bentuk Latihan I

Page 39: Pembelajaran penjas Adaptif

39

Gambar 2.6 Latihan Gerak Dasar Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, serta kebersamaan

antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Tali

o Peluit

o Kapur tulis

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Panjang tali adalah 8 meter (bisa disesuaikan

dengan kebutuhan).

2) Pada kegiatan latihan ini siswa belajar

loncat mengikuti bentuk tali yang telah

disediakan.

Page 40: Pembelajaran penjas Adaptif

40

3) Kegiatan diatas dilakukan dengan saling

menyusul agar timbul semangat dan kompetisi

bagi siswa dalam melakukannya.

b. Bentuk Latihan II

Gambar 2.7 Latihan Gerak Dasar Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, serta kebersamaan

antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Tali

o Peluit

o Kapur tulis

Petunjuk Pelaksanaan:

Page 41: Pembelajaran penjas Adaptif

41

1) Panjang tali adalah 5 meter (bisa disesuaikan

dengan kebutuhan).

2) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan loncat melewati bentuk tali yang

telah disediakan.

3) Kegiatan diatas dilakukan secara bertahap,

yaitu meloncati satu tali terlebih dahulu,

kemudian dilanjutkan dengan meloncati dua

tali. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak

jenuh dalam melakukan kegiatan tersebut.

c. Bentuk Latihan III

Gambar 2.8 Latihan Gerak Dasar Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

Page 42: Pembelajaran penjas Adaptif

42

kepercayaan diri, keberanian, serta kebersamaan

antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Selang yang telah dibentuk lingkaran

o Peluit

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara lingkaran (selang yang telah

dibentuk lingkaran) adalah 20 cm, dihitung

dari garis luar lingkaran.

2) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan loncat dengan mendarat tepat didalam

lingkaran (holahop/ selang yang telah

dibentuk lingkaran).

3) Kegiatan diatas dilakukan dengan saling

menyusul agar timbul semangat dan kompetisi

dan semangat bagi siswa dalam melakukannya.

4) Kegiatan tersebut juga bisa ditambah gerakan

agar tidak membosankan, yaitu melakukan

lompatan memasuki selang dengan melompat

kearah samping atau ke belakang.

d. Bentuk Latihan IV

Page 43: Pembelajaran penjas Adaptif

43

Gambar 2.9 Latihan Gerak Dasar Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, serta kebersamaan

antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Kapur tulis

o Selang yang telah dibentuk lingkaran

o Peluit

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara lingkaran (selang yang telah

dibentuk lingkaran) adalah 20 cm, dihitung

dari garis luar lingkaran.

2) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan gabungan loncat kedepan dan kesamping

dengan mendarat tepat didalam lingkaran

(selang yang telah dibentuk lingkaran).

Page 44: Pembelajaran penjas Adaptif

44

3) Kegiatan loncat dilakukan dengan mengikuti

tanda arah panah yang telah ditentukan. Hal

tersebut dilakukan agar dalam melakukan

kegiatan tersebut siswa bisa merasa senang.

5.LATIHAN KOMBINASI GERAK DASAR LOMPAT DAN LONCAT

a) Bentuk Latihan I

Gambar 2.11 Latihan Kombinasi Gerak Dasar Lompat dan Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, kedisiplinan serta

kebersamaan antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Bola

o Peluit

o Balon

o Tali

Petunjuk Pelaksanaan:

Page 45: Pembelajaran penjas Adaptif

45

1) Jarak antara bola yang digantung adalah 1

meter.

2) Tinggi bola yang digantung adalah 1,5 meter

(jarak bisa diubah sesuai dengan kebutuhan).

3) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan memukul bola secara bergiliran dengan

menggunakan satu tangan.

b) Bentuk Latihan II

Gambar 2.12 Latihan Kombinasi Gerak Dasar Lompat dan Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, kedisiplinan serta

kebersamaan antar siswa.

Alat yang diperlukan:

o Bola

o Peluit

o Tali

Page 46: Pembelajaran penjas Adaptif

46

o Balon

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara bola dan balon yang digantung

adalah 1 meter.

2) Tinggi bola dan balon yang digantung adalah

1,5 meter (jarak bisa diubah sesuai dengan

kebutuhan).

3) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan memukul bola secara bergiliran dengan

menggunakan dua tangan.

c) Bentuk Latihan III

Gambar 2.13 Latihan Kombinasi Gerak Dasar Lompat dan Loncat

Tujuan Latihan:

Pada model latihan ini bertujuan untuk melatih

kekuatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,

kepercayaan diri, keberanian, kedisiplinan serta

kebersamaan antar siswa.

Page 47: Pembelajaran penjas Adaptif

47

Alat yang diperlukan:

o Bola

o Tali

o Balon

o Peluit

Petunjuk Pelaksanaan:

1) Jarak antara bola dan balon yang digantung

adalah 1 meter (jarak bisa diubah sesuai

dengan kebutuhan).

2) Tinggi bola dan balon yang digantung adalah

1,5 meter (jarak bisa diubah sesuai dengan

kebutuhan).

3) Pada kegiatan latihan ini siswa melakukan

gerakan menyentuh (menyundul) bola secara

bergiliran dengan menggunakan kepala.

Page 48: Pembelajaran penjas Adaptif

48

KESIMPULAN

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya

jelas-jelas berada di bawah rata-rata, disamping itu mereka

mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu

pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di

bawah anak normal. Anak tersebut memiliki kemampuan

intelektualnya yang berada pada dua satnda deviasi di bawah

normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan

dengan anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada

Page 49: Pembelajaran penjas Adaptif

49

sisi prilakua adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu

bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal

sebelumnya.

Sekolah Luar Biasa bagian C merupakan sekolah yang

disediakan khusus bagi murid-murid yang mengalami integensi

dibawah rata-rata murid normal atau disebut dengan

tunagrahita. Di dalam sekolah tersebu terdapat mata

pelajaran pendidikan jasmani yang merupakan salah satu mata

pelajaran yang berperan penting pada pertumbuhan dan

perkembangan murid berkebutuhan khusus. Ciri dari Program

Pengajaran Penjas Adaptif yaitu:

Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan

jenis dan karakteristik kelainan siswa.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani

individu ABK.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu

dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa

Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat

diperbaiki.

Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari

kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui

Penjas tertentu.

Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan

berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan

aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.

Page 50: Pembelajaran penjas Adaptif

50

Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan

jasmani dan mentalnya.

Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan

apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.

Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam

olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

latihan gerak dasar lokomotor (lompat dan loncat)

berupa permainan untuk dikembangkan dalam pembelajaran

Penjasorkes yang bernilai terapi, edukatif, dan menyenangkan

bagi anak tunagrahita. Di harapkan pula akan berdampak pada

peningkatkan kemampuan fisik motorik siswa, seperti:

meningkatkan kekuatan, daya tahan, kelincahan, kecepatan,

serta ketangkasan atau koordinasi. Disamping kemampuan

fisik meningkat, maka secara mental juga diharapkan lebih

baik, seperti meningkatkan: rasa percaya diri, rasa

keberanian, disiplin, rasa kebersamaan, dan lain-lain.

REFERENSI

http://sumiswan.wordpress.com/pembaharuan-dalam-penjas-adaptif/

http://ikadam23.wordpress.com/2009/11/06/pembelajaran-adaptif-dalam-pendidikan-jasmani-bagi-abk/