PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG PADA SISWA KELAS X MAN KALIMUKTI PABEDILAN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI diajukan untuk menempuh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia oleh TOMY INDRA GUNAWAN 107050032 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI (UNSWAGATI) CIREBON 2011
118
Embed
Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Menggunakan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung Pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG
PADA SISWA KELAS X MAN KALIMUKTI PABEDILAN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
TOMY INDRA GUNAWAN 107050032
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI (UNSWAGATI) CIREBON
2011
ABSTRAK Tomy Indra Gunawan, Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan
Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pengajaran sastra di sekolah-sekolah, khususnya materi menulis puisi
lebih menekankan pada teori dibandingkan praktik. Dengan metode ceramah siswa diajak untuk mengenali bentuk puisi, ciri-ciri puisi dan contoh puisi karya sastrawan dan selalu seperti itu. Dengan sistem pembelajaran yang seperti ini, proses pembelajaran menulis puisi menjadi kurang efektif. Akhirnya, timbullah kejenuhan siswa pada pembelajaran menulis puisi yang berakibat kurang sukanya siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Sebenarnya, pembelajaran menulis puisi dengan memerhatikan kriteria puisi yang baik yakni ; bunyi (rima dan irama), kata atau pilihan kata (diksi), larik atau baris, bait, dan tipografi, tentu akan membuat sebuah puisi memiliki nilai estetik, apalagi didukung dengan pembelajaran menulis puisi yang tidak monoton dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, siswa tidak merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran ini lebih dipusatkan dengan melakukan pembelajaran di luar kelas yang tentu akan membuat imajinasi siswa menjadi lebih berkembang dibandingkan dengan di dalam kelas.
Penelitian ini beranjak dari pokok permasalahan yaitu Apakah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung pada siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012 efektif?
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 161 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample atau sampel bertujuan. Dengan demikian, sampel penelitian adalah siswa kelas X-4 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X-3 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. Penggunaan metode penelitian yakni eksperimen semu atau kuasi. Kemudian, data yang digunakan yakni berupa tes, observasi, dan angket. Fungsi dari ketiga data tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penulisan puisi.
Berdasarkan hasil penelitian, baik dari hasil perbandingan tes awal dan tes akhir kelas eksperimen, maupun perbandingan hasil tes awal dan tes akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung dinyatakan efektif untuk dijadikan sebagai teknik pembelajaran dalam menulis puisi. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan hasil statistik uji t yaitu : nilai thitung = - 35,091 lebih besar dibandingkan dengan ttabel = 1,994.
i
Ku persembahkan skripsi ini untuk
Ayahanda tersayang (Alm) MAKSUM, S.Pd. yang telah
memberikan semangat baik moril, materil maupun spiritual
selama beliau masih hidup sampai dengan nafas
terakhirnya.
Ibunda tercinta HESTI RAHAYU yang tidak henti-hentinya
memberikan kasih sayang serta spirit dan bimbingan mental
yang menjadikan pacuan bagi penulis dalam menyelesaikan
karya terbaik ini.
Adinda Muhammad Maulana Rizki yang memberikan
warna dalam canda, cita dan cinta dalam sehari-hari.
Dan untuk keluarga besar mimih dan abah sebagai
pelabuhan kasih sayang penulis.
Serta keluarga kecil Yayu dan Toding yang menjadi benteng
pertahanan dan support mental yang tak henti-hentinya
kepada penulis.
iv
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
Pergunakanlah Pergunakanlah Pergunakanlah Pergunakanlah Masa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik Mungkin
Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………
Hasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa Mudamu
Dan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali Lagi
MAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDA
Barang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang Bersungguh----sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan
Hal Mudah Hal Mudah Hal Mudah Hal Mudah Akan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika Yanananang Pertama g Pertama g Pertama g Pertama
Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa
Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran
Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung
pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran
2011/2012 beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Cirebon, Desember 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Tomy Indra Gunawan
NPM 107050032
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG
PADA SISWA KELAS X MAN KALIMUKTI PABEDILAN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Tomy Indra Gunawan 107050032
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I,
Dr. Dede Endang Mascita, M.Pd NIP 19680514 199403 1 003
Pembimbing II,
Sobihah Rasyad, Dra
NIP 19581005 198503 2 001
Dekan FKIP
Unswagati Cirebon,
Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata, M.P
NIP 19590718 198503 1 004
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jaja, Drs., M.Hum
NIP 19660205 199203 1 003
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih
diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Solawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad saw, untuk
keluarganya, sahabat-sahabatnya, juga umatnya sampai akhir zaman. Amin.
Judul skripsi ini adalah Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menggunakan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X
MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pendidikan pada
Universitas Swadaya Gunung Jati, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Terselesaikannya skripsi ini, tentunya, tidak lepas dari bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
dalam kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada nama-nama sebagai berikut.
1. Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata M., M.P, selaku dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Unswagati Cirebon.
2. Jaja, Drs., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Unswagati.
3. Dr. Dede Endang Mascita, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
ii
4. Dra. Sobihah Rasyad, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan, arahan, dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. KH. Drs. Usamah Manshur, selaku Kepala MAN Kalimukti dan dewan guru
serta staf dan karyawan tata usaha.
6. Alm. ayahanda tersayang dan ibunda tercinta serta adinda yang telah
memberikan banyak bimbingan serta memberikan arti kehidupan.
7. Teman-teman dan semua pihak yang dengan penuh perhatian dan dorongan
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah swt. Amin. Dalam penulisan skripsi ini, tentu masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kebaikan penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa sebagai reverensi. Terima kasih.
Cirebon, Desember 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
UNTAIAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. iv
MOTTO ………………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 5
1.5 Anggapan Dasar ……………………………………………………… 6
1.6 Hipotesis ………………………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Menulis Puisi ……………………………………………. 8
2.1.1 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Pendapat Para Ahli … 8
2.1.2 Kriteria Puisi yang Baik ……………………………………… 9
2.1.3 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Kurikulum ………… 12
2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran ……………………………………. 12
2.1.3.2 SK dan KD Pembelajaran Menulis Puisi ……………….. 13
2.2 Menulis Puisi …………………………………………………………… 14
2.2.1 Pengertian Menulis Puisi ……..……………………………… 14
2.2.2 Langkah-Langkah Menulis Puisi ……..………………………. 16
2.3 Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung …………………………… 19
2.3.1 Pengertian ………….………………………………………….. 19 vi
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi Menggunakan Teknik
Pengamatan Objek Secara Langsung …………………………. 21
2.4 Desain Pembelajaran …………………………………………………… 22
2.4.1 Tujuan ………………………………………………………… 22
2.4.2 Materi Ajar ……………………………………………………. 23
2.4.3 Peran Siswa …………………………………………………… 24
2.4.4 Peran Guru …………………………………………………….. 24
2.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik
Pengamatan Objek secara Langsung ….………………………. 25
2.4.6 Penilaian ……………………………………………………… 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ……………………………………………………… 28
3.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………………..28
3.2.1 Populasi ………………………………………………………. 28
3.2.2 Sampel ………………………………………………………… 29
3.3 Desain Penelitian ………………………………………………………. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 30
3.4.1 Tes ……………………………………………………………….. 31
3.4.2 Observasi ……………………………………………………….. 31
3.4.3 Angket …………………………………………………………… 31
3.5 Teknik Pengolahan Data ……………………………………………….. 32
3.5.1 Analisis Data Uji t-test ………………………………………….. 32
3.5.2 Analisis Data Angket Siswa …………………………………….. 32
3.6 Uji Hipotesis …………………………………………………………… 33
3.7 Instrumen Penelitian ……………………………………………………. 33
3.7.1 Instrumen ………………………………………………………. 34
3.7.1.1 Soal Tes ………………………………………………….. 34
3.7.1.2 Aspek dan Bobot Penilaian ………………………………. 34
Proses belajar siswa merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun
sebuah pemahaman. Untuk itu, peran guru sangat sentral sebagai pemacu
semangat (motivator) siswa, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan non
pembelajaran. Guru juga berperan sebagai pemrakarsa dan fasilitator. Seperti
yang tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan atau yang lebih
dikenal dengan KTSP, bahwasannya guru tidak memberikan materi secara utuh
lagi, tetapi guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Proses yang baik akan tercipta
hasil yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik hanya bisa diciptakan
dengan perencanaan yang baik dan tepat (Hakim, 2007 : 1). Untuk itu agar
terciptanya pembelajaran yang baik, sebagai pendidik perlu mematangkan
perencanaan pembelajaran yang baik dan benar. Isjoni (2010 : 11)
menambahkan bahwasannya pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Upaya-
upaya tersebut dikemas dalam perencanaan pembelajaran yang matang dan
kreatif serta imajinatif.
Proses keberhasilan sebuah pembelajaran bukan hanya dari proses
pembelajaran antara guru dan siswa saja, tetapi metode atau teknik juga menjadi
peran penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode atau teknik yang
1
menarik, kreatif, dan inovatif akan menjadi sebuah pembelajaran yang
menyenangkan dan mengena.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra ada empat aspek keterampilan
berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
ini sifatnya saling terkait dan tentu erat hubungannya. Rahmanto (2004 : 16-17)
menambahkan bahwa mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum
berarti akan membantu peserta didik dalam keterampilan menyimak dengan
sedikit ditambah keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, yang masing-
masing erat hubungannya. Keterkaitan keempat aspek ini berpengaruh besar
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tanpa pengikutsertaan
keempat keterampilan itu pembelajaran bahasa dan sastra menjadi kurang
lengkap.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif
(Tarigan, 2008 : 3). Dengan menulis, berarti siswa belajar menyampaikan
gagasan yang berada dalam pikiran dirinya. Terlebih-lebih dalam pembelajaran
menulis kreatif yakni menulis puisi, tentu siswa bukan hanya menyampaikan
gagasan yang ada dalam pikirannya saja tetapi juga menyampaikan imaji-imaji
dan ide kreatif yang terkadang semua itu muncul dari pikiran dasar ataupun
pikiran bawah sadar mereka. Sebenarnya dalam kurikulum siswa terdapat
pembelajaran menulis, baik menulis kreatif maupun menulis nonkreatif,
semuanya diajarkan sejak sekolah dasar. Untuk itu seharusnya siswa sudah
pandai dalam menulis. Namun, pada hakikatnya siswa masih saja mengalami
kesulitan dalam menulis, khususnya menulis kreatif yaitu menulis puisi.
Pada kenyataannya menulis puisi itu sesuatu yang mudah. Rohmad
(2007 : 6) mengatakan bahwa menulis puisi itu tidak mesti memiliki jiwa seni
atau perlu memiliki daya sastra yang tinggi. Sebab pada kenyataannya orang
menangis, bersedih, tertawa dan gembira pun bisa menciptakan sebuah puisi
lewat perasaan yang sedang dialaminya. Tidak seperti yang dikatakan banyak
orang bahwa menulis puisi sama halnya dengan belajar ilmu eksak.
Pembelajaran menulis puisi memang menjadi sesuatu yang sulit bagi
siswa. Semua kesulitan itu terjadi karena siswa sulit untuk menemukan ide dan
gagasan yang akan menjadi awal dari penulisan puisi mereka. Ditambah kurang
kreatifnya guru terhadap penggunaan metode atau teknik pada pembelajaran
menulis puisi sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan pada pembelajaran
menulis puisi. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dalam penggunaan metode
atau teknik pada pembelajaran menulis puisi. Dengan harapan pembelajaran
menulis puisi akan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan memudahkan
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, pada kelas X
MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon dan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, rata-rata kemampuan
anak dalam menulis puisi itu masih rendah. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan
rata-rata nilainya yang hanya mencapai 60 dari kriteria ketuntasan minimal
yakni 70. Faktor utama yang menyebabkan masih rendahnya kemampuan
menulis puisi pada siswa MAN Kalimukti adalah penggunaan metode yang
kurang tepat dalam pembelajaran. Pada pembelajaran menulis puisi di MAN
Kalimukti masih menggunakan metode ceramah dengan cara siswa diberikan
materi pengertian puisi dan salah satu contoh puisi. Padahal, penggunaan metode
ceramah menuntut konsentrasi yang terus menerus dan tentunya membatasi
siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, yang tentunya bertolak belakang pada
peran guru dalam kurikulum KTSP yaitu sebagai fasilitator. Dengan metode
ceramah tersebut, siswa akan merasa jenuh dan bosan. Pada proses kegiatan ini,
siswa diberi tugas untuk membuat puisi, kemudian pada minggua selanjutnya
tugas dikumpulkan. Dengan rangkaian kegiatan yang seperti ini tentu siswa akan
merasa jenuh dan tertekan sehingga sulit dalam menemukan ide dikarenakan
tidak adanya bimbingan secara langsung oleh guru dan akhirnya siswa merasa
kesulitan dalam menulis puisi.
Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan teknik
pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi ini dalam
penelitian yang berjudul “Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan
Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X MAN
Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah penggunaan teknik pengamatan objek secara langsung dalam
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X MAN Kalimukti efektif?
2) Apakah teknik pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran
menulis puisi dapat memotivasi siswa dalam belajar menulis puisi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
tujuan penelitian ini adalah
1) untuk mengetahui keefektivitasan pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung;
2) untuk mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung dibuktikan melalui hasil
lembar angket.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan penulis.
1) Bagi Siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa karena secara langsung atau tidak
langsung menghilangkan persepsi akan kejenuhan dan kebosanan siswa
terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi. Selain itu,
menghilangkan anggapan bahwa menulis puisi itu sulit.
2) Bagi Guru
Penelitian ini memberikan inspirasi dan alternatif terhadap
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung.
3) Bagi Penulis
Dengan ini penulis dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman di
bidang penelitian, khususnya mengenai pembelajaran sastra.
1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Menulis puisi merupakan suatu kompetensi yang perlu diajarkan kepada siswa.
2) Menulis puisi merupakan sesuatu yang sulit bagi siswa dalam pembelajaran.
Kebanyakan dari siswa, belajar menulis puisi sama halnya dengan belajar ilmu
eksak.
3) Teknik pengamatan objek secara langsung merupakan salah satu teknik
pembelajaran yang bertolak pada apa yang siswa lihat (objek) untuk kemudian
diamati dan diekspresikan siswa melalui sebuah kata-kata yang bernilai estetik
dan puitis.
1.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Ho : Pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung pada kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
tidak efektif.
Hi : Pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung pada kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
efektif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Menulis Puisi
2.1.1 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Pendapat Para Ahli
Pembelajaran menulis puisi merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk dipelajari oleh siswa karena dengan menulis puisi banyak hal yang
dilakukan, dari menuangkan sebuah ide dan gagasan hingga menuliskan
imajinasi ke dalam bentuk kata-kata. Hutabarat (2010 : 4) menambahkan dengan
melaksanakan pembelajaran menulis puisi berarti siswa membuka perspektif
baru, menawarkan kenyataan yang unik daripada kenyataan keseharian yang
cenderung instan. Bukan hanya itu melakukan pembelajaran menulis puisi juga
membenahi sistem penalaran dan logika siswa saat melihat dan menganalisis
realitas.
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap sampai
menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011)
menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk
pembelajaran menulis puisi, yaitu :
1) tahap persiapan dan usaha,
2) tahap inkubasi atau pengendapan,
3) tahap iluminasi,
4) tahap verifikasi.
8
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi
dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang
dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikembangkan, makin
memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan
pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk
menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk
mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah
tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan
penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan
dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk
mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya
selanjutnya.
2.1.2 Kriteria Puisi yang Baik
Sebuah puisi akan lebih disebut puisi karena bentuk dan pembacaannya;
dan itu yang menjadikan letak perbedaan yang jelas dari karya sastra lain
(Djuanda&Iswara, 9 : 2006). Aminudin (136 : 2009) untuk mengatakan sebuah
puisi itu baik atau kurang baik, maka puisi tersebut harus memiliki unsur sebagai
berikut : 1) bunyi, 2) diksi, 3) larik atau baris, 4) bait, dan 5) tipografi.
1) Bunyi
Bila kita berbicara mengenai bunyi dalam puisi maka kita harus
memahami beberapa konsep berikut.
- Rima
Secara umum rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Sedangkan Irama merupakan nada dari
sebuah puisi (Siswanto, 2008 : 122). Faktor kata-kata disusun sesuai dengan
rimanya adalah untuk mempermudah pengucapan, nyaman didengar, dan mudah
diingat (Rohmad, 2007 : 4).
- Irama
Irama merupakan paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas,
baik berupa alunan keras lunak, tinggi rendah, panjang pendek, dan kuat lemah
yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta
makna tertentu (Aminudin, 2009 : 137).
Bunyi itu memiliki peranan dalam sebuah puisi yakni sebagai pencipta
keindahan lewat unsur musikalitas atau kemerduan, untuk mengetahui makna
yang terkandung dari sebuah puisi yang diciptakan penyairnya, dan untuk
mengetahui perwujudan batin yang diciptakan penyair lewat sebuah puisi.
2) Diksi
Pemilihan kata untuk menyampaikan penggunanya itu disebut diksi.
Diksi juga berarti kemampuan untuk menemukaan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan sesuai pula dengan nilai rasa (Wiyanto, 2005 48-49). Diksi itu
merupakan pemilihan kata yang tepat agar terciptanya kata yang puitis dalam
sebuah puisi, sehingga kata-kata itu seakan-akan hidup. Peranan diksi dalam
puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Untuk
itu sebuah puisi harus memiliki kata-kata yang bersifat estetik (memiliki
keindahan). Dalam menciptakan kata yang estetik perlunya pemilihan kata yang
baik sehingga terciptanya kata-kata yang penuh dengan pengemasan baik.
3) Larik atau Baris
Sebenarnya istilah larik atau baris dalam puisi, pada dasarnya sama
dengan istilah kalimat dalam prosa. Namun meskipun sama tapi tidak seutuhnya
disamakan begitu saja. Hal itu karena bila di dalam prosa, kalimat akan diawali
dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca. Hal yang seperti itu tidak
selamanya dijumpai dalam sebuah puisi. Selain itu, struktur kalimat dalam
sebuah puisi sebagai suatu baris, tidak selamanya sama dengan struktur kalimat
dalam karya prosa. Seperti halnya kalimat, larik pada umumnya merupakan
satuan yang lebih besar dari pada kata sebagai suatu kelompok kata yang telah
mendukung satu makna tertentu (Aminudin, 2009 144). Maka dari itu sebagai
salah satu elemen dari puisi, larik meskipun pada umumnya merupakan satu
kesatuan yang lebih besar dari kata, pertalian makna antara larik yang satu
dengan yang lain sangat erat hubungannya.
4) Bait
Satuan yang lebih besar dari larik biasa disebut dengan bait. Bait adalah
kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu
kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya (Aminudin,
2009: 146). Keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak, karena
tidak banyak juga puisi-puisi yang tidak sesuai dengan ketentuan bait pada
umumnya. Peranan terpenting bait dalam puisi adalah sebagai pembentuk suatu
kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda
dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
5) Tipografi
Peranan tipografi dalam puisi yakni untuk menampilkan bentuk-bentuk
tertentu yang dapat diamati secara visual. Selain untuk menampilkan aspek
artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Di
sisi lain, tipografi juga berperan dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan
serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan
penyairnya.
2.1.3 Pembelajaran Puisi Berdasarkan Kurikulum
2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran
Di dalam kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), bahwasannya bahasa dan sastra memiliki dua
sasaran, yakni kemampuan dalam bidang kebahasaan dan kemampuan dalam
bidang kesastraan siswa. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara.
2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan, dan keadaan.
3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (menulis dan
berbicara)
5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra seperti cerpen,
puisi, dan prosa untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2.1.3.2 SK dan KD Pembelajaran Menulis Puisi
Standar kompetensi merupakan dasar dalam setiap awal sebuah
pembelajaran. Begitu pula kompetensi dasar yang menjadi tolak ukur atau acuan
dalam pembelajaran setelah standar kompetensi. Untuk itu tanpa adanya kedua
penunjang ini, pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan sistematika
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada hakikatnya, kedua komponen
ini bertolak pada kurikulum.
Dalam pembelajaran menulis puisi sebenarnya terdapat dua kompetensi
dasar yakni : 1) menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima;
2) menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Pada
kesempatan ini peneliti akan menggunakan kompetensi dasar yang kedua.
2.2 Menulis Puisi
2.2.1 Pengertian Menulis Puisi
Sebenarnya menulis puisi termasuk jenis keterampilan karena menulis
puisi merupakan menulis kreatif. Seperti halnya keterampilan yang lain
pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan
makin giat berlatih tentu makin cepat terampil dalam menulis sebuah puisi
(Wiyanto, 2005 : 48). Menulis puisi merupakan sesuatu yang sangat sulit
menurut anggapan banyak orang. Menurut mereka menulis puisi itu harus
memiliki jiwa seni dan memiliki daya sastra yang tinggi agar terciptanya puisi
yang memiliki nilai estetik. Namun anggapan semua itu bisa dibenarkan namun
juga bisa dikatakan kurang tepat.
Rohmad (2007 : 6) mengatakan bahwa menulis puisi itu tidak mesti
memiliki jiwa seni atau perlu memiliki daya sastra yang tinggi. Namun pada
kenyataannya orang menangis, bersedih, tertawa, dan gembira pun bisa
menciptakan sebuah puisi lewat perasaan yang sedang dialaminya. Jadi pada
dasarnya menulis puisi itu tidak memerlukan keahlian khusus. Hutabarat (2010 :
17) menambahkan bahwa menulis puisi itu hal mudah, ringan, dan
menyenangkan. Menulis puisi itu menyampaikan gagasan yang ada di dalam
pikiran ke dalam pikiran dan hati pembaca. Dengan demikian diharapkan tidak
ada anggapan lagi bahwa menulis puisi itu hal sulit seperti yang banyak orang
katakan.
Menulis puisi berarti memaparkan sebuah kisah yang menawarkan
suatu teologi, ideologi, dan sesuatu yang mencerahkan ataupun menghentakkan
hati. Di dalam penulisannya memuat unsur-unsur penting yaitu harus indah, baik
dalam kriteria umum alias puitik, bukan karangan ilmiah, dan merupakan bahasa
hati (Thoha, 2009 : 29). Menulis puisi bisa dianggap sama dengan berbicara,
karena sama-sama memberdayakan fungsi bahasa. Menulis puisi juga berarti
menumbuhkan ide-ide yang keluar dari dalam pikiran kita melalui imajinasi
(Aspahani, 2007 : 1).
Thoha (2009 : 43) berpendapat bahwa, terdapat tiga mainstream
paradigmatik dalam penulisan puisi, yakni naratif, simbolik, dan filosofis.
Masing-masing paradigma tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri dan selain ketiga paradigma tersebut, biasanya ada pula karakteristik
puisi yang menggabungkan ketiga paradigma tersebut, yakni paradigma
integratif. Pada dasarnya kelebihan dan kekurangan atas penciptaan sebuah puisi
tergantung kepada daya imajinasi seorang penyair akan kebiasaannya
menciptakan sajak. Semakin sering penyair menciptakan sebuah sajak maka
semakin bermutulah hasil sajak-sajaknya itu. Begitu pula sebaliknya, semakin
jarang penyair menciptakan sajak maka semakin kurang bermutulah sajak-sajak
yang diciptakannya.
2.2.2 Langkah-langkah dalam Menulis Puisi
Pada dasarnya ketika kita akan menulis puisi, yang pertama dilakukan
adalah siap. Siap dalam artian kesiapan kita ketika hendak menulis sebuah puisi.
Apa jadinya kalau sebuah puisi dihasilkan dengan setengah hati maka akan
menjadi sebuah puisi yang kurang nilai estetik. Hal kedua yang dilakukan adalah
mencari ide. Proses penemuan ide puisi bisa datang dari mana saja, bisa dari
sebuah objek yang dilihat, peristiwa yang ada serta kejadian-kejadian di sekitar
kita. Hal ketiga yang dilakukan adalah memerhatikan keadaan sekitar
(peristiwa). Peristiwa atau kejadian yang terkadang sepintas kita temukan bisa
juga menjadi inspirasi awal dalam penulisan sebuah puisi. Meski puisi
merupakan laporan dari peristiwa dan kejadian yang kita lihat, tetapi puisi bukan
sebuah reportase. Setelah ketiga hal tersebut dilakukan, barulah kita memulai
menulis puisi yaitu bisa dengan memulai menulis judul terlebih dahulu,
kemudian menulis kata demi kata hingga tersusun dalam baris dan kemudian
menjadi bait demi bait. Ketika proses penciptaan puisi, jangan sampai lupa yaitu
menggunakan bahasa perumpamaan atau majas serta dalam penulisan puisi, kita
juga harus membayangkan apabila puisi kita dibaca oleh orang lain (Aspahani,
2007 : 39-43).
Wiyanto (2005 : 48) menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah puisi
ada dua tahapan awal yang harus dilakukan. Pertama adalah menentukan sebuah
tema (mengungkapkan pokok persoalan yang akan kita kemukakan dalam
bentuk puisi).
Pada hakikatnya penciptaan sebuah puisi bisa dimulai dengan
menuliskan judul terlebih dahulu bisa juga dengan menentukan tema terlebih
dahulu. Hal ini tergantung pada kebutuhan puisi yang akan diciptakannya.
Tema itu lahir atau tercipta dari berbagai hal, apapun bisa menjadi tema karena
tema itu lahir dari apa yang kita lihat (objek) seperti lingkungan, peristiwa
ataupun kejadian. Hal kedua yang dilakukan adalah mengembangkan tema
tersebut menjadi pokok pembicaraan. Mengembangkan hal-hal apa yang akan
kita kemukakan. Dalam pengembangan itu, dicari melalui pengamatan atau
pemikiran.
Pengembangan itu meliputi beberapa hal sehingga terciptanya sebuah
puisi yang indah, antaranya sebagai berikut.
1. Diksi
Pemilihan kata untuk menyampaikan penggunanya itu disebut diksi.
Diksi juga berarti kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan sesuai pula dengan nilai rasa (Wiyanto, 2005 : 48-49). Diksi itu
merupakan pemilihan kata yang tepat agar terciptanya kata yang puitis dalam
sebuah puisi sehingga kata-kata itu seakan-akan hidup. Peranan diksi dalam
puisi sangat penting karena kata-kata sangat berperan dalam puisi.
Kata merupakan salah satu bahasa ungkap manusia dalam
kehidupannya, tanpa kata manusia akan menjadi bisu (Rohmad, 2007 : 7).
Karena pada hakikatnya dalam puisi imajis, kata-kata sebagai pendukung dan
penghubung pembaca dengan dunia intuisi seorang penyair (Sayuti, 2010 : 143).
Dengan diksi, kita akan mengetahui makna denotatif dan konotatif
dalam sebuah puisi yang kita temui atau kita tulis. Di sisi lain dengan adanya
diksi, kita juga dapat menemukan penyimpangan kalimat atau biasa dikatakan
penggunaan kalimat dengan pola menyimpang (Djuanda, Iswara, 2006 : 61).
Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk
mengetengahkan perasaan-perasaan yang bergejolak dalam diri seorang penyair
(Sayuti, 1985 : 62).
2. Majas
Sesuai dengan hakikat puisi sebagai pemusatan dan pemadatan
ekspresi, bahasa kias (figurative) dalam puisi berfungsi sebagai sarana
pengendapan sesuatu yang berdimensi jamak dalam bentuk yang sesingkat-
singkatnya. Di samping itu, sebagai akibat bentuknya yang singkat, bahasa kias
(figurative) juga berfungsi membangkitkan tanggapan pembaca (Sayuti, 2010:
195). Majas ini yang menjadi bagian dari kepuitisan sebuah puisi. Puitis
tidaknya sebuah puisi tergantung banyak tidaknya kita menggunakan kata-kata
yang bermajas.
Penggunaan majas bertujuan agar dalam karya sastra yang
diciptakannya memiliki nilai estetik, tidak biasa-biasa saja. Dengan majas pun
pengucapan sajak akan menjadi lebih indah, enak didengar dengan makna yang
tepat. Majas atau bahasa kias di dalam sebuah puisi itu selain sebagai penggugah
tanggapan pembaca, juga untuk mengetengahkan sesuatu yang berdimensi
banyak dalam bentuk yang sesingkat-singkatnya (Djuanda, Iswara, 2006 : 66).
3. Rima dan Irama
Secara umum rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Sedangkan Irama merupakan nada dari
sebuah puisi (Siswanto, 2008 : 122). Faktor kata-kata disusun sesuai dengan
rimanya adalah untuk mempermudah pengucapan, nyaman didengar dan mudah
diingat (Rohmad, 2007 : 4).
Djuanda dalam kesusastraan Indonesia, irama merupakan turun naiknya
suara teratur sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Irama dibangun salah
satunya dengan paralelisme sedangkan rima dibangun dari persamaan bunyi di
awal, tengah dan akhir baris.
2.3 Teknik Pengamatan Objek secara Langsung
2.3.1 Pengertian
Pada hakikatnya keberhasilan sebuah pembelajaran bertumpu pada
keberhasilan pencapaian dari sebuah metode yang terfokus pada tujuan
pembelajaran, dan penunjangnya adalah teknik dan taktik dalam
mengimplementasikan sebuah metode (Endah, dkk, 2009 : 2). Teknik
pembelajaran tidak akan berhasil apabila tidak ada metode yang benar-benar
cocok untuk pembelajaran tersebut. Untuk itu peneliti menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung.
Teknik pengamatan objek secara langsung merupakan sebuah metode
yang dilakukan dengan mengamati sebuah objek secara langsung. Proses
pengamatan objeknya itu bisa sebuah benda, peristiwa, atau kejadian secara
langsung. Dalam pengamatan, objeknya itu bervariasi sesuai dengan tema
pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun
kelompok (Suyatno, 2004 : 82).
Teknik pengamatan objek secara langsung ini dekat sekali dengan alam
lingkungan sekitar. Pada kenyataannya siswa menyukai alam sebagai tempat
dalam proses pembelajarannya. Realita serta apa yang dilihat akan jauh lebih
diingat oleh siswa, ketimbang sebuah gambaran abstrak yang diberikan guru
dalam proses pembelajaran yang hanya berkutat dengan berceramah. Untuk itu
siswa tentu akan jauh lebih peka terhadap apa yang dirasakan dan dilihatnya
secara langsung oleh dirinya ketimbang melalui lamunan-lamunannya.
Proses pembelajaran ini berlangsung tidak hanya berkutat di dalam
kelas saja, namun akan banyak menggunakan waktu di luar kelas. Dengan
melakukan pembelajaran di luar kelas tentu akan menambah hasil imaji siswa
terhadap objek-objek yang dilihat atau dirasakannya. Teknik ini sangat
bermanfaat dalam pembelajaran menulis puisi (Sudjana&Rivai, 2010 : 210).
Teknik pengamatan objek secara langsung ini dapat menggugah siswa
dalam berekspresi. Ekspresi itu dituangkan dalam sebuah puisi dengan cara
siswa mengamati sebuah objek alam, misalnya pohon, langit, atau peristiwa dan
kejadian.
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan
Objek secara Langsung
Banyak tujuan yang didapat dengan menggunakan teknik pengamatan
objek secara langsung ini. Namun, tujuan terpenting penggunaan teknik
pengamatan objek secara langsung ini yakni agar siswa dapat menulis puisi
dengan cepat dan tepat berdasarkan objek yang dilihatnya secara langsung.
Siswa menulis puisi berdasarkan objek langsung yang dilihatnya. Siswa diajak
ke luar kelas untuk melihat objek yang mereka senangi kemudian
menuliskannya ke dalam puisi. (Suyatno, 2004 : 146).
Banyak keuntungan yang diperoleh dari melakukan pembelajaran di
luar kelas. Misalnya, untuk menghilangkan tingkat kejenuhan siswa selama
proses belajar mengajar di kelas, kegiatan belajar akan lebih menarik, hakikat
belajar akan lebih bermakna dengan siswa dihadapkan pada objek-objek,
peristiwa, serta kejadian yang nyata (Sudjana&Rivai, 2010 : 208).
Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan yang imajinatif
berdasarkan objek yang dilihatnya. Objek-objek ini bervariasi sesuai dengan
tema yang akan diterapkan dalam pembelajaran tersebut. Dalam teknik ini
diharapkan sekali penentuan objek yang ditunjuk oleh guru sesuai dengan objek-
objek yang berada di sekitar sekolah karena pada hakikatnya apabila penentuan
tema sesuai dengan objek-objek yang ada dan eksplisit maka akan lebih
mempermudah siswa dalam membuat sebuah puisi (Suyatno, 2004 : 82).
2.4 Desain Pembelajaran
2.4.1 Tujuan
Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa karena dengan
menulis puisi siswa dapat mengekspresikan pikiran, perasaaan, pengalaman, dan
imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Hutabarat (2010 : 9)
menambahkan menulis puisi wajib karena bertujuan sebagai berikut.
1) Agar siswa dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan serta pengalaman
yang dimilikinya ke dalam bentuk sajak-sajak puisi.
2) Dengan menulis puisi berarti siswa menyalurkan imajinasi yang
dimilikinya ke dalam proses berpikir yang kreatif.
3) Proses pengimajian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin
merupakan awal dari proses pendewasaan siswa dalam dirinya.
4) Proses berpikir kreatif tersebut kemudian dilanjutkan dengan
pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut
dengan istilah puisi.
5) Membenahi sistem penalaran atau logika siswa saat melihat dan
menganalisis realitas.
6) Siswa akan lebih jernih dan sistematis nalar bepikirnya kalau mereka
terbiasa menuliskan imajinasi dan impresi.
7) Dengan menulis puisi, maka akan terbukanya perspektif baru,
menawarkan kenyataan dari lapis yang lebih dalam, lebih tajam, dan lebih
unik daripada kenyataan keseharian yang cenderung instan dan binal.
8) Dengan menulis puisi, maka akan menyadarkan siswa bahwa kenyataan
hidup itu sedemikian luas dan dalam serta kenyataan yang ada pada diri
manusia juga begitu kompleks.
9) Dengan menulis puisi akan mengantarkan otak siswa pada batas paling
jauh dari imajinasinya dan;
10) Dengan puisi akan megajarkan siswa untuk lebih rendah hati melihat
dirinya sendiri.
Jadi, pada dasarnya tujuan pembelajaran menulis puisi itu sangat
banyak fungsinya bagi siswa di sekolah. Seperti yang telah dipaparkan oleh
Hutabarat (2010 : 9) bahwa dengan menulis puisi, siswa menjadi terbuka
imajinasinya, mengajarkan sifat rendah hati, mengajarkan arti luasnya sebuah
kehidupan dan masih banyak lagi yang didapat dari pembelajaran menulis puisi.
2.4.2 Materi Ajar
Materi ajar merupakan bahan utama sebagai informasi, alat, dan acuan
dalam sebuah perencanaan pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan. Pada kesempatan ini materi ajar yang akan disampaikan
meliputi beberapa hal yakni, mengenai kriteria puisi yang baik dan contoh puisi
dengan memperhatikan bait, rima, dan irama, dan cara menulis puisi
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung.
2.4.3 Peran Siswa
Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan subyek yang terlibat
dalam proses tersebut. Tindakan dan perilaku siswa adalah hakikat dari belajar.
Dimyati & Mudjiono (2006 : 7) menambahkan peran siswa adalah bertindak
belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan
menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring.
Dengan belajar, maka kemampuan mental kita akan semakin meningkat. Hal itu
sesuai dengan perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi
utuh dan mandiri. Jadi, dengan belajar seseorang akan memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai.
2.4.4 Peran Guru
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, guru berperan memberikan
informasi mengenai pembelajaran menulis puisi serta penggunaan teknik
pengamatan obyek secara langsung. Ketika siswa telah mampu dan memahami
pembelajaran, kemudian siswa melaksanakan tugas yang diberikan. Di sini guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada akhirnya ketika siswa telah mampu mengerjakan dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa diberikan kesempatan
untuk melaporkan hasil kerjanya.
2.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik
Pengamatan Objek secara Langsung
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi ini
terbagi menjadi dua langkah yakni : a) Langkah persiapan dan; b) Langkah
pelaksanaan (Suyatno, 2004 : 146). Adapun secara menyeluruh dari dua langkah
di atas adalah sebagai berikut.
a. Langkah Persiapan
Ada beberapa hal yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, yaitu
sebagai berikut.
1) Guru menentukan tujuan yang diharuskan dicapai para siswa.
2) Menentukan objek yang akan diamati. Dalam hal ini guru menentukan
objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi.
Diusahakan objek yang diamati adalah objek yang dekat dengan
lingkungan sekolah agar tidak membutuhkan waktu yang lama.
3) Menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Dengan itu
siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan
yang diharapkannya.
b. Langkah Pelaksanaan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran di tempat objek yang
telah dipilih.
1) Siswa mengamati objek secara langsung yang berada di halaman
sekolah (MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon). Objek yang diamati
oleh siswa, berupa objek nyata seperti pepohonan, bebatuan, pot
bunga, bunga, rumput ilalang, tiang bendera, langit, awan dll. Bisa
juga berupa objek kasat mata yang dirasakan siswa, seperti angin, dll.
2) Kemudian siswa mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh
siswa pada saat melakukan pengamatan terhadap objeknya itu.
3) Pengungkapan perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam
kata-kata serta bahasa yang puitis. Misalnya, seperti puisi Sutan Takdir
Alysahbana yang berjudul Pohon Beringin.
POHON BERINGIN
Tinggi melangit puncakmu bermegah,
Melengkung memayung daunmu bodi
Berebut akar mencecah tanah
Masuk membenam ke dalam bumi
Lemah mendesir daunmu bernyanyi
Gemulai berbuai dibelai angin
Nikmat lindap menyerap di kaki
Mengundang memanggil leka berangin
Puisi di atas menggambarkan keadaan luar dari pohon beringin.
Di sini penyair mengemasnya dengan bahasa yang penuh makna dan
nilai estetik serta puitik.
4) Setelah melakukan pengamatan objek dan mengerjakan yang
ditugaskan oleh guru yaitu siswa menulis puisi berdasarkan objek
secara langsung, siswa diharapkan untuk kembali ke kelas.
5) Dalam kelas tersebut, guru mencoba melihat hasil karya siswa dengan
melihat puisi yang telah dituliskan oleh siswa.
6) Agar seluruh siswa mengetahui karya yang telah ditulisnya, maka
guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan hasil puisinya itu.
Setelah itu siswa yang lainnya menilai atau mengoreksi pekerjaan
temannya.
2.4.6 Penilaian
Dalam setiap kegiatan pembelajaran tentu perlu adanya penilaian.
Fungsi dari penilaian tersebut untuk mengukur hasil dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh peneliti pada
pembelajaran menulis puisi memiliki lima aspek yang dinilai, yakni : 1) Bunyi.
Dengan berbicara bunyi berarti kita menilai tentang rima dan irama. Rima
berarti menilai persamaan bunyi, sedangkan irama berarti menilai tinggi
rendahnya nada yang dihasilkan dari sebuah puisi. 2) Kata. Kata merupakan
bagian terpenting dalam sebuah puisi, tanpa kata maka tidak ada puisi.
Pemilihan-pemilihan kata yang tepat juga akan berpengaruh terhadap hasil dari
sebuah puisi yang diciptakan. 3) Larik atau baris. Sebuah puisi harus memiliki
baris. Semua itu untuk membedakan antara sebuah puisi dan prosa. Baris atau
larik sebuah puisi selalu memiliki makna. 4) Bait. Setelah baris tentu ada bait,
agar terciptanya puisi yang rapi. Bait berfungsi untuk membedakan makna
dalam setiap larik dalam puisi. 5) Tipografi. Peranan tipografi ini berfungsi
untuk menampilkan unsur visual serta untuk terciptanya makna dalam setiap
kata-katanya sehingga menjadikan sebuah puisi lebih memiliki nilai keindahan
atau biasa disebut dengan estetik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu. Metode penelitian ini dikatakan semu atau kuasi karena bukan merupakan
eksperimen murni, tetapi seperti murni, seolah-olah murni. Karena berkenaan
dengan pengontrolan variabel yang kemungkinan sukar dilakukan dalam
eksperimen murni. Eksperimen semu dapat mengontrol satu variabel saja
(Sukmadinata, 2010 : 207).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X MAN
Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 161
siswa.
Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas X
MAN Kalimukti Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No Kelas Jumlah Siswa
1 X 1 40
2 X 2 41
3 X 3 40
4 X 4 40
Jumlah Siswa 161
28
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2010: 56). Dalam pengambilan
sampel, yang dilakukan oleh peneliti kali ini adalah dengan menggunakan
sampel bertujuan (purposive sample). Pengambilan sampel bertujuan (purposive
sample) ini dilakukan karena berdasarkan pertimbangan kelas-kelas yang
memiliki nilai cukup baik dan nilai kurang baik terhadap pembelajaran menulis
puisi. Semua itu diketahui berdasarkan nilai tes awal yang dilakukan sebelum
penelitian.
Setelah dilakukan pertimbangan, akhirnya terpilih kelas X3 sebagai
kelompok kontrol karena memiliki nilai yang cukup baik; dan kelas X4 sebagai
kelompok eksperimen yang memang memiliki nilai kurang baik dalam
pembelajaran menulis puisi. Jumlah siswa pada kelas X3 (kelompok kontrol)
adalah 40 siswa, dan jumlah siswa di kelas X4 (kelompok eksperimen) adalah 40
siswa.
3.3 Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design
menurut Sugiyono (2009 : 116). Artinya, penelitian ini selain kelompok
eksperimen ada juga kelompok lain sebagai pembanding yang disebut kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran menulis
puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, sedangkan
kelompok control yang tidak diberi perlakuan melakukan pembelajaran seperti
biasanya menggunakan metode ceramah.
Keterangan :
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 : Hasil tes awal kelompok eksperimen
O2 : Hasil tes akhir kelompok eksperimen
O3 : Hasil tes awal kelompok kontrol
O4 : Hasil tes akhir kelompok kontrol
X : Perlakuan (treatment)
(Sugiyono, 2009 : 116)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada tiga jenis teknik pengumpulan data yang
digunakan yakni : a) tes, b) observasi, dan c) angket (kuisoner). Ketiga jenis data
ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui kemampuan siswa terhadap
penulisan puisi yang dibuktikan lewat nilai yang dihasilkan siswa. Kemudian,
observasi digunakan untuk mengamati siswa dan guru dalam proses
pembelajaran serta angket untuk mengetahui motivasi siswa dalam menulis puisi
setelah diberi perlakuan.
Pola ∶
3.4.1 Tes
Digunakannya teknik pengumpulan data berupa tes dalam penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap pembelajaran menulis
puisi, baik sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan. Tes yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa uraian bebas yang berisi pertanyaan
yang jawabannya berupa puisi yang sesuai dengan objek yang diamati.
3.4.2 Observasi
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi.
Lembar observasi ini berfungsi untuk mengamati secara langsung kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Dengan penggunaan
lembar observasi ini tentu proses pembelajaran menjadi lebih terorganisasi dan
terkontrol dengan baik.
3.4.3 Angket
Penggunaan angket di sini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa
terhadap pembelajaran menulis puisi setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, yang sebelumnya
memang pembelajaran menulis puisi ini kurang diminati oleh siswa. Untuk itu,
penggunaan angket sangat penting dalam penelitian ini serta penggunaan angket
ini sejalan dengan rumusan masalah yang peneliti ajukan.
Penggunaan angket ini juga berfungsi untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung. Dengan adanya angket, penelitian menjadi
lebih mudah dan memperkuat data yang diperoleh dari lapangan melalui
instrumen penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti meliputi
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2
Analisis Data
No Instrumen Data Analisis
1 Tes Angka / Nilai Statistik
2 Observasi Lembar Observasi Deskripsi
3 Angket Lembar Angket Centang
3.5.1 Analisis Data Uji t-test
Data dari instrumen berupa tes yang terkumpul kemudian diolah dengan
uji statistik uji t (t-test) penghitungannya menggunakan SPSS 15.0 sebagai cara
untuk menguji kesignifikansian perbedaan mean antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3.5.2 Analisis Data Angket Siswa
Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut.
P = 100%
Keterangan :
P : Persentase alternatif jawaban
f : Alternatif jawaban
n : Jumlah sampel atau siswa
Tabel 3.3
Klasifikasi Penafsiran Data
Persentase (%) Penafsiran Data
0 Tidak ada
1 – 25 Sebagian kecil
26 – 49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51 – 75 Lebih dari setengahnya
76 – 99 Sebagian besar
100 Seluruhnya
Sumber : Kuntjaraningrat (dalam Suherman, 2001 : 6)
3.6 Uji Hipotesis
Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan rumus di atas
selanjutnya akan dijadikan dasar menguji hipotesis yang telah ditentukan yaitu.
1) Jika kelas eksperimen (KE) > kelas kontrol (KK) maka HO ditolak dan
metodenya dinyatakan efektif.
2) Jika kelas eksperimen (KE) < kelas knntrol (KK) maka HO diterima dan
metodenya dinyatakan tidak efektif.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini merupakan
bukti yang valid dalam sebuah penelitian. Hasil instrumen penelitian ini diolah
ke dalam pengumpulan data.
3.7.1 Instrumen Tes
3.7.1.1 Soal Tes
Kerjakan soal-soal di bawah ini. Setelah kamu memahami cara-cara menulis puisi, sekarang buatlah sebuah puisi berdasarkan objek yang kamu lihat, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Tulislah puisimu itu berdasarkan bait, rima, dan irama!
2) Pergunakanlah diksi yang tepat dalam penulisan puisimu!
3) Agar puisimu terlihat lebih memiliki nilai estetik dan menarik, pergunakanlah
kata-kata bermajas dalam penulisan puisimu!
3.7.1.2 Aspek dan Bobot Penilaian
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di
awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
- c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila :
- Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
3.7.2 Instrumen Observasi
Lembar Observasi Siswa
Sekolah :
Tanggal :
Kelas :
No Jenis perilaku Fokus Observasi SB B C K
1 Keaktifan siswa
mendengarkan
penjelasan guru/
apersepsi
1. Siswa semangat dan sungguh-sungguh mengikuti penjelasan guru
2. Siswa serius dalam memperhatikan penjelasan/pertanyaan dari guru
3. Siswa aktif bertanya, berkomentar tentang materi yang diajarkan.
4. Siswa membuat catatan mengenai hal-hal yang penting.
2 Keaktifan siswa
selama proses
pembelajaran
menulis puisi
1. Siswa aktif bertanya dan bersungguh-sungguh mendengarkan penguatan dari guru
2. Siswa mengamati objek yang ada di dalam lingkungan sekolah (halaman sekolah MAN Kalimukti).
3. Siswa serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
4. Adanya saling interaksi antara siswa satu dan yang lainnya dalam mengerjakan tugas dari guru.
5. Siswa memperhatikan hasil puisinya dengan memperhatikan bait, rima dan irama.
Keterangan :
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
T : Kurang
Lembar Observasi Guru
Mata Pelajaran :
Tanggal :
Kelas :
No Aspek yang Diamati Aspek Penilaian
Ket SB B C K
Pendahuluan
1 Menyiapkan sumber belajar yang
diperlukan secara lengkap
2 Mengawali pelajaran dengan ceria
3 Menunjukkan kegunaan kompetensi
dasar (KD) yang akan dibahas dalam
kehidupan sehari-hari atau hubungannya
dengan mata pelajaran yang lain.
4 Memberi permasalahan yang menantang
sehingga membangkitkan keinginan
siswa untuk memecahkannya
5
Mengajukan pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang lalu yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
6 Menyampaikan baik lisan maupun
tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai
siswa setelah selesai pembelajaran
7 Menyiapkan bahan ajar, baik berupa
buku teks, modul, kaset/CD
pembelajaran, dsb.
Kegiatan Pokok
8 Mantap, percaya diri, dan tidak raguragu
dalam menyajikan pembelajaran
9 Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab
dengan tepat
10 Kebenaran konsep-konsep yang
disampaikan
11 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
dengan guru
12 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
antarteman
13 Terdapat kemudahan bagi siswa; bahan
ajar, dan alat-alat pembelajaran (sumber
belajar)
14 Menggunakan waktu sesuai alokasi yang
disediakan
15 Waktu yang tersedia lebih banyak
digunakan untuk kegiatan siswa
dibandingkan dengan kegiatan guru
16 Menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa
17 Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan secara tertib dan sistematis
18 Kegiatan pembelajaran menggunakan
metode yang bervariasi
19 Terampil, efektif, dan efisien dalam
menggunakan alat Bantu/ media
pembelajaran (sumber belajar) yang telah
disiapkan
20 Memberi kesempatan/ memfasilitasi
siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
dalam upaya pencapaian
indikator/kompetensi dasar
21 Selalu siap membantu siswa
22 Mengajukan pertanyaan kepada semua
siswa
23 Memberi waktu tunggu bagi siswa untuk
berpikir
24 Dalam menanggapi pertanyaan/jawaban
siswa, sikap guru menunjukkan sabar
mendengarkan sampai selesai (tidak
memotong pertanyaan/jawaban siswa)
25 Tidak mencemooh siswa walaupun
pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat,
dan tidak langsung menyalahkan
pendapat siswa
26 Memberi penghargaan pada pertanyaan
yang berbobot/ jawaban yang tepat
27 Menulis pokok-pokok penting saja
28 Teknik menulis tidak membelakangi
siswa
29 Hubungan guru dan siswa dalam
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
30 Hubungan antarsiswa dalam
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
31 Selurah siswa aktif melaksanakan
berbagai kegiatan pembelajaran
Penutup
32 Pertanyaan-pertanyaan guru yang
berhubungan dengan tujuan
pembelajaran/indikator/KD, baik yang
disampaikan selama pembelajaran
maupun di akhir pembelajaran, sebagian
besar (> 75%) dapat dijawab oleh siswa
dengan baik.
33 Siswa membuat dengan dibimbing oleh
guru
Keterangan :
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
3.7.3 Instrumen Angket
ANGKET MOTIVASI SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas : X
Hari/tanggal : Materi : Menulis Puisi
Nama siswa
Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 12 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.
2. Berilah lingkaran pada angka-angka yang sesuai dengan pernyataan yang kamu rasakan pada saat melakukan pembelajaran menulis puisi.
Keterangan Pilihan Jawaban
1 : sangat tidak setuju 2 : tidak setuju 3 : ragu-ragu 4 : setuju 5 : sangat setuju
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
1 2 3 4 5
1 Saya senang belajar menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung. 1 2 3 4 5
2 Pembelajaran menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung yang
saya ikuti menarik.
1 2 3 4 5
3 Belajar dengan menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung, memotivasi
saya untuk menulis puisi.
1 2 3 4 5
4 Saya merasa mudah dan terbantu dalam menulis
puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung.
1 2 3 4 5
5 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung dapat membantu saya dalam
menuangkan ide dan gagasan.
1 2 3 4 5
6 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung dapat menumbuhkan kreasi dan
imajinasi saya.
1 2 3 4 5
7 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung memudahkan saya menuangkan kata-
kata yang ekspresif dan estetik.
1 2 3 4 5
8 Saya lebih senang pembelajaran seperti ini
daripada pembelajaran biasa. 1 2 3 4 5
9 Perubahan metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam pembelajaran menulis puisi
membuat kegiatan pembelajaran tidak
membosankan.
1 2 3 4 5
10 Penyajian materi yang disampaikan oleh guru
mudah untuk dipahami. 1 2 3 4 5
11 Saya merasa terbantu saat guru memberikan
bimbingan cara menulis puisi yang baik pada
saat proses menulis puisi berlangsung.
1 2 3 4 5
12 Penggunaan “objek lingkungan sekolah” 1 2 3 4 5
membantu saya dalam pembelajaran menulis
puisi sehingga tidak menjenuhkan.
3.7.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
MATA PELAJARAN : Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS / SEMESTER : X (Sepuluh) / (Gasal)
PROGRAM : Umum
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit (90 Menit)
TATAP MUKA : 1 x Tatap Muka
KKM : 70
STANDAR
KOMPETENSI
MENULIS
7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan
menulis puisi
KOMPETENSI
DASAR
7.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama,
dan rima
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
(IPK)
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan
rima
I TUJUAN PEMBELAJARAN
· Siswa dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
II MATERI PEMBELAJARAN
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi, yaitu sebagai berikut. 1. tahap persiapan dan usaha 2. tahap inkubasi atau pengendapan 3. tahap iluminasi 4. tahap verifikasi
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikerjakannya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya.
III METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Student Centered Approach (SCA)
2. Strategi : Pembelajaran Berbasis Simulasi
3. Metode : · Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung
· Penugasan
· Tanya Jawab
IV KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1) Orientasi : Memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari dengan menuliskannya di papan tulis.
2) Apersepsi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan materi tersebut dengan
materi yang lampau.
3) Motivasi : Menuliskan KD di papan tulis dan menjabarkan tujuan
pembelajaran yang dihasilkan dalam pembelajaran
sekarang.
b. Kegiatan Inti : (70 Menit)
1) Eksplorasi
- Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bait, rima, dan irama; dan cara
menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek langsung.
- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang proses pembelajaran
selama menciptakan puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung.
- Siswa diajak untuk keluar kelas
- Siswa diperintahkan untuk memperhatikan objek lingkungan sekitar
(peristiwa, kejadian atau objek langsung)
2) Elaborasi :
- Siswa melakukan pengamatan terhadap objek sesuai dengan tema yang
dipilihnya.
- Siswa membuat puisi berdasarkan teknik pengamatan objek secara langsung
dengan memperhatikan bait, rima, dan irama
- Siswa mengidentifikasi hasil puisinya berdasarkan bait, rima, dan irama
- Beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya
3) Konfirmasi :
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
- Siswa dan guru melakukan refleksi
c. Kegiatan Penutup : (10 Menit)
- Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas
V SUMBER PEMBELAJARAN
a. Sumber Belajar
· Buku Ajar : Aktif dan Kreatif Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA karangan Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan. BSE (Buku
Standar Elektronik)
· Lingkungan Sekolah
b. Media Ajar :
· Lingkungan
c. Alat/Media Belajar
· Buku Pelajaran
VI PENILAIAN
a. Teknik Penilaian : Uraian
b. Bentuk lnstrumen : Uraian Bebas
c. Instrumen Penilaian :
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila :
- Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi
baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Skor Maksimal 25
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir =� � � � � � ℎ� � � � � �
� � � � � � � � � � � � (25) 100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol
MATA PELAJARAN : Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS / SEMESTER : X (Sepuluh) / (Gasal)
PROGRAM : Umum
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit (1 x Pertemuan)
TATAP MUKA : 1 x Tatap Muka
KKM : 70
STANDAR
KOMPETENSI
MENULIS
7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan
menulis puisi
KOMPETENSI
DASAR
7.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama,
dan rima
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
(IPK)
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan
rima
I TUJUAN PEMBELAJARAN
· Siswa dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
II MATERI PEMBELAJARAN
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi, yaitu sebagai berikut. 1. tahap persiapan dan usaha
2. tahap inkubasi atau pengendapan 3. tahap iluminasi 4. tahap verifikasi
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikerjakannya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya.
III METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Teacher Centered Approach (SCA)
2. Strategi : Pembelajaran Berbasis Berbagai Sumber
3. Metode : · Ceramah
· Penugasan
· Tanya Jawab
IV KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1) Orientasi : Memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari dengan menuliskannya di papan tulis.
2) Apersepsi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan materi tersebut dengan
materi yang lampau.
3) Motivasi : Menuliskan KD di papan tulis dan menjabarkan tujuan
pembelajaran yang dihasilkan dalam pembelajaran
sekarang.
b. Kegiatan Inti : (70 Menit)
1) Eksplorasi
- Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bait, rima, dan irama
- Siswa diberikan contoh sebuah puisi modern karya sastrawan (Chairil
Anwar)
- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang proses pembelajaran
selama menciptakan puisi dengan lamunan
- Siswa diperintahkan untuk memikirkan apa yang ada di dalam pikirannya
untuk dituangkan dalam sebuah puisi yang akan ditulisnya
2) Elaborasi :
- Siswa membayangkan sesuatu agar bisa menciptakan sebuah puisi
- Siswa membuat puisi berdasarkan apa yang ada di dalam pikirannya dengan
memperhatikan bait, rima, dan irama
- Siswa mengidentifikasi hasil puisinya berdasarkan bait, rima, dan irama
- Beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya
3) Konfirmasi :
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
- Siswa dan guru melakukan refleksi
c. Kegiatan Penutup : (10 Menit)
- Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas
V SUMBER PEMBELAJARAN
a. Sumber Belajar
· Buku Ajar : Aktif dan Kreatif Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA karangan Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan. BSE (Buku
Standar Elektronik)
· Kumpulan Puisi Sastrawan
b. Bahan Ajar :
· Contoh puisi karya Chairil Anwar Senja di Pelabuhan Kecil
c. Alat/Media Belajar
· Laptop
VI PENILAIAN
a. Teknik Penilaian : Uraian
b. Bentuk lnstrumen : Uraian Bebas
c. Instrumen Penilaian :
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di
awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi
baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Skor Maksimal 25
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :