perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN REAL LAB DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia Oleh RIANA S 830809218 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
150
Embed
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI ...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN REAL LAB DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia
Oleh
RIANA
S 830809218
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN REAL LAB DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )
Disusun Oleh:
RIANA
S 830809218
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr.H. Ashadi
NIP 195101021975011001
.........................
………….
Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si
NIP 196909011994031002
.........................
………….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd
NIP 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN REAL LAB DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Bismillahirrohmanirrohim
Rasullullah SAW bersabda,
“Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim terputuslah
berkahnya”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Dalam hidup ini ada tiga hal yang tidak bisa kembali yaitu
umur, waktu, dan kesempatan.
(penulis)
If you dream it you can do it
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya yang jauh dari sempurna ini,
penulis persembahkan untuk:
Ayahku, Rawanto yang selalu melindungi, menyayangi, membesarkan, memberikan doa
dan dukungan kepada penulis hingga penulis dapat merasakan kebesaran
Rahmat dan Hidayah Allah SWT.
Almarhumah Ibuku, Suwarni yang telah melahirkan penulis dan memberikan kasih
sayangnya secara tulus. Maafkanlah anakmu ini yang belum bisa membalas budi
baikmu. Engkau adalah seorang ibu yang mendidik dan memperlihatkan
kepadaku Tanda-Tanda Kebesaran Kekuasaan Allah SWT.
Seluruh saudaraku yang senantiasa membantu, membimbing serta memberikan doa
dalam menjalani hidup ini.
My Lovely Damas Setawan Hamidi yang selalu memberikan dukungan dan doa,
beserta seluruh kasih sayang dan cintanya yang tulus kepadaku.
Semua sahabatku, kalian merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya,
thanks for all
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN
Nama : Riana
NIM : S 830809218
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Pembelajaran Kimia
dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab
Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas
XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)”
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2011
Yang membuat pernyataan
Riana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi robbil a‘aalamin penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallohu
Wata’alah yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul ”Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing
Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas
Belajar Siswa”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS
Surakarta.
Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis bermaksud mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa segala sarana dan
fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan ide yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. H. Ashadi, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,
motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. Sarwanto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan,
motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta yang
telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan kepada penulis.
6. Kepala SMA Batik 2 Surakarta, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin,
saran dan bantuan dalam kelancaran tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Pararel 3
angkatan September 2009, yang telah memberikan motivasi dan masukan yang
berharga kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan tesis ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritikan, saran, dan masukan dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………...……………………………….......... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING….………………………………………... ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………... iii
MOTTO ….……………………………………………………………………. iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….. v
PERNYATAAN……………………..………………………………………... vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………...………………………………………... ix
DAFTAR TABEL…………………...………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR………………..………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xvii
ABSTRAK…………………………………………………………………….. xix
ABSTRACT…………………………………………………………………... xx
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 10
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
Riana, S830809218. “Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa”, (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan real lab; (2) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik; (3) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah; (4) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab, real lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (5) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa; (6) interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa; (7) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta sejumlah 81 siswa dalam 2 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Kelas eksperimen I menggunakan virtual lab, kelas ekperimen II menggunakan real lab. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes (angket). Untuk tes prestasi kognitif pengumpulan data menggunakan teknik tes, sedangkan untuk prestasi afektif, gaya belajar dan aktivitas belajar menggunakan teknik non tes. Uji hipotesis menggunakan anava tiga jalan sel tak sama dan dilakukan uji lanjut anava menggunakan uji Scheffe.
Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang duberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan real lab, hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab lebih efektif daripada real lab; (2) tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik; (3) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah; (4) ada interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dengan aktivitas belajar siswa; (6) tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab, gaya belajar, aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa
Kata kunci: inkuiri terbimbing, lab virtual, lab real, gaya belajar, aktivitas belajar,
prestasi belajar, koloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
Riana, S830809218. “Chemistry Learning using Guided Inquiry Method Through Virtual Lab and Real Lab over Viewed from the Student Learning Style and Activity”, (A Case Study on Colloid for XI Graders, SMA Batik 2 Surakarta Academic Year 2009/2010. Thesis: Science Education, Post Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II Dr. Sarwanto,M.Si.
The objectives of research were to find out: (1) the different of student learning achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough virtual and real lab media; (2) the different of student learning achievement between student who had visual and kinesthetic learning styles; (3) the different of student learning achievement between student who had high and low activities; (4) interaction between learning media virtual lab and real lab, and the learning style toward the student learning achievement; (5) interaction between media, and the learning activity toward the student learning achievement; (6) interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) interaction between learning with guided inquiry learning using media virtual lab and real lab, learning style and the learning activity toward the student learning achievement.
This study employed an experimental method with 2x2x2 factorial design. The population of research was all XI graders of SMA Batik 2 Surakarta consisting of 81 students in 2 classes. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 class. The first eksperiment class was treated by virtual lab, and the second ones by real lab. The data collection was done using test and non-test (questionnaire) techniques. The data was collected using test for cognitive achievement, and questionere for affective achievement, learning style, and students’s activity. The hypothesis were tested using ANOVA unequal cells, and continued using Scheffe test.
From the data analysis can be conclude that: (1) there was a different in student learning achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough virtual and real lab media, this result indicates that the guided inquiry learning method using virtual lab is more effective that that using real lab, (2) there was no difference of student learning achievement between student who had visual and kinesthetic learning styles; (3) there was a different in student learning achievement between student who had high and low activities; (4) there was an interaction between learning media, and the learning style toward the student learning achievement; (5) there was an interaction between media and the student learning activity toward the student learning achievement, (6) there was no interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) there was no interaction between guided inquiry learning through virtual lab and real lab, learning style, learning activity toward the student learning achievement.
Pendidikan merupakan hal yang utama bagi kemajuan suatu bangsa.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan secara bertahap dan terus menerus. Pembaharuan di bidang
pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pergantian
kurikulum, ada yang berbasis materi (content-based curriculum), berbasis pencapaian
tujuan (objective-based), berbasis kompetensi (competency-based curriculum) dan
akhir-akhir ini mulai dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu adanya pengembangan, pembaharuan,
pemakaian dan relevansi metode mengajar. Perubahan kurikulum yang terjadi itu
dilakukan bukan karena materi pendidikannya ganti atau karena masalah insidental
lainnya. Jika hasil pendidikan ingin ditingkatkan, maka guru harus terus melakukan
perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan dalam dunia pendidikan
untuk mengimbangi yang terjadi di negara lain, temasuk penyempurnaan kurikulum.
Pergantian kurikulum pada dasarnya untuk membantu guru dalam proses
pembelajaran, bukan untuk membebani guru karena kebingungan menggunakan
kurikulum yang mana. Kurikulum yang berganti setiap saat memang diharapkan
untuk membuat pendidikan di Indonesia semakin baik dan maju.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal harus dapat berperan
memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat secara
optimal. Untuk mengemban misi tersebut maka pendidikan di sekolah harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
direncanakan dan dilaksanakan secara sistemik dengan manageman berbasis
kompetensi yang tertuang dalam program pengajaran atau silabus. Penyusunan
silabus hendaknya mengacu pada standar isi sebagaimana tertuang dalam
Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini disusun oleh satuan
Pendidikan (sekolah) masing-masing untuk memungkinkan terjadinya penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah.
Penjabaran program pendidikan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum
yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk memberikan acuan bagi
penyelengaraan kegiatan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan (sekolah).
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan yang tidak
terpisahkan. Ilmu pengetahuan merupakan dasar dalam mencari pemahaman dan
pengetahuan. Sedangkan teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan
dikembangkan untuk menghasilkan suatu piranti, teknik, mesin dan peralatan.
Teknologi ditemukan ketika masyarakat menemukan alat dan memproses suatu
pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan semakin
maju untuk dapat mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-
hasil teknologi dalam proses belajar. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi proses
pembelajaran dalam memasuki dunia teknologi. Untuk memasuki dunia teknologi
yang semakin berkembang, maka dalam pembelajaran di sekolah siswa perlu dibekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan kompetensi yang cukup agar nantinya mampu berperan aktif dalam
masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip semata,
melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery, inquiry). Proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari
tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu cabang IPA yang
mendasari perkembangan teknologi maju adalah kimia.
Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) no 22
Tahun 2006, menyebutkan bahwa:
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan uraian tersebut memberikan arah bahwa mata pelajaran kimia di sekolah
harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Pelajaran kimia di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari hal-hal yang ada disekitar mereka. Kimia diharapkan dapat menjadi
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer ilmu
dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan efektivitasnya agar kualitas
pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan
baik, sebaiknya guru bisa memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar karena aktivitas yang dilakukan setiap siswa
dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar, selain itu semestinya
siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat indera yang dimilikinya secara optimal.
Untuk kepentingan tersebut maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal
mungkin untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima
dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan
dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi pelajaran
yang disajikan.
Selain aktivitas belajar, kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap
pelajaran sudah bisa dipastikan berbeda-beda pula tingkatannya. Ada yang cepat,
sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu mereka seringkali harus menempuh
cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di papan
tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya.
Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara
menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya.
Sementara itu ada pula siswa lain yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Setiap siswa akan
memiliki kebiasaan atau gaya belajar tertentu dalam menerima dan menyerap
informasi pelajaran, hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif
untuk diproses menjadi suatu perilaku seimbang untuk mengembangkan dan
menghadapi permasalahan berikutnya.
Cara-cara yang dipilih oleh siswa dalam belajar akan menyesuaikan dengan
kebiasaan mereka dalam gaya belajar. Jika guru bisa memahami perbedaan gaya
belajar setiap siswa, maka akan lebih mudah bagi guru untuk memandu dan memilih
cara yang tepat untuk memberikan informasi pengajaran hingga diharapkan dapat
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran dan dapat menimbulkan rangsangan kepada siswa yang memiliki gaya
belajar dan kemampuan berfikir berbeda diantaranya bisa berupa media audiovisual
(film, filmstrip, televisi dan kaset video) maupun media komputer. Meskipun banyak
teknologi lain yang dapat digunakan dalam pengajaran, namun kedua jenis teknologi
tersebut paling banyak digunakan sebagai penunjang fasilitas pengajaran dalam kelas
dan memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan instruksional. Azhar Arsyad
(2006: 15) mengatakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat, motivasi dan rangsangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa”. Jadi media
pembelajaran dapat membantu membangkitkan motivasi dalam pembelajaran. Di
samping itu media pembelajaran dalam pembelajaran IPA memiliki kekurangannya
yaitu siswa tidak banyak memperoleh olah tangan untuk mendapatkan ketrampilan
teknis seperti di laboratorium nyata, melainkan hanya mendapatkan olah tangan untuk
mengoperasikan komputer.
Komputer menjadi suatu teknologi informasi yang banyak digunakan dalam
masyarakat karena sering digunakan dalam kegiatan sekolah, hiburan, bisnis, maupun
untuk penggunaan pribadi di rumah. Beberapa tahun terakhir komputer mendapakan
perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Tidak sedikit materi-meteri pelajaran yang dapat
disampaikan menggunakan komputer. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis
komputer dijelaskan Azhar Arsyad (2002: 32) ”dapat meningkatkan pembelajaran
karena berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi”. Jadi
penggunaan media komputer dapat meningkatkan interaktivitas siswa. Penggunaan
komputer dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya tergantung pada
kecakapan dari pendesain dan pengembang pembelajarannya. Desain yang dimaksud
bisa berbentuk permainan (games) yang mengajarkan konsep-konsep abstrak hingga
kemudian dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang distimulasikan dengan
gerakan (dianimasikan).
Animasi merupakan suatu teknik gerakan gambar/paparan yang dihasilkan
oleh gabungan dari media komputer. Secara sederhana animasi komputer bisa
dijadikan sebagai model pembelajaran menggunakan program komputer (software)
untuk menstimulasi beberapa percobaan kimia tanpa melalui percobaan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
laboratorium cukup melalui monitor komputer sehingga siswa dapat mempelajarinya
dari simulasi.
Salah satu contoh animasi tersebut adalah media simulasi komputer (virtual
lab) tentang koloid. Media ini mempunyai tampilan yang menarik, dalam bentuk
gambar, warna dan sedikit efek suara. Dengan media ini siswa menjadi termotivasi
untuk lebih menekuni materi yang disajikan serta dengan adanya warna komponen
yang dianimasikan dapat menarik perhatian siswa. Jadi animasi menggunakan
komputer, merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran di kelas. Dengan animasi dapat menggantikan pembelajaran yang
memerlukan peralatan laboratorium banyak dan waktu persiapan yang relatif lama.
Sekolah SMA Batik 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta di
Surakarta. Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMA Batik 2
Surakarta dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di sekolah tersebut, keadaan
yang dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran kimia
khususnya pada materi koloid masih menggunakan metode ceramah/jarang
menggunakan laboratorium. Walaupun di sekolah sudah memiliki fasilitas
laboratorium IPA beserta alat-alat dan bahan yang biasa digunakan untuk
pembelajaran (praktikum) namun sebagian bahan-bahan untuk praktikum sudah tidak
bisa digunakan. Hal itu menyebabkan prestasi belajar materi kimia koloid banyak
yang tidak tuntas. Batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal Rata-Rata) untuk mata
pelajaran kimia koloid adalah 65.
Saat ini di SMA Batik 2 Surakarta sudah memiliki ruang laboratorium
komputer dengan jumlah komputer kurang lebih 40 unit, dan hanya digunakan untuk
mata pelajaran TIK. Hal ini antara lain disebabkan karena masih terbatasnya jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
guru yang sudah menguasai dan mampu menggunakan media pembelajaran berbasis
komputer. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kemampuan guru dalam
penguasaan ilmu komputer guna memanfaatkan fasilitas komputer yang telah dimiliki
sekolah dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka pembelajaran untuk
bidang studi yang lain, salah satunya adalah mata pelajaran kimia misalnya.
Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh pemikiran bahwa dalam
pembelajaran kimia, prestasi belajar siswa di SMA Batik 2 Surakarta dapat
ditingkatkan melalui penggunaan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang
tepat. Hal ini tentu saja tetap memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik
siswa sebagai subyek didik. Faktor intrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan
ragam gaya belajar dan aktivitas yang dimiliki masing-masing siswa.
Oleh karena itu penelitian ini berkaitan tentang pembelajaran menggunakan
media laboratorium real dan virtual yang berupa animasi komputer interaktif
pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia yang meliputi aspek kognitif dan afektif
bagi siswa yang mempunyai gaya belajar (learning style) dan aktivitas belajar yang
berbeda.
Gaya belajar adalah cara seorang siswa dalam menyerap informasi dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut. Gaya belajar itu dibedakan
menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar
kinestetik. Sedangkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
siswa yang berupa suatu proses mempelajari sesuatu. Macam aktivitas belajar
meliputi visual activities, oral activites, listening activities, writing activities, drawing
activities, motor activities dan mental activities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gaya belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah gaya belajar visual
(visual learners) dan gaya belajar kinestetik (kinestethic learners). Sedangkan
aktivitas belajar yang disini dikategorikan menjadi aktivitas belajar tinggi dan rendah.
Penggunaan media komputer dalam hal ini untuk mendukung penggunaan media
virtual laboratory (virtual laboratorium). Pembelajaran yang dimaksud adalah pada
materi koloid kelas sebelas (XI) semester genap SMA 2 Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010. Pemilihan materi koloid ini karena materi koloid merupakan
salah satu materi yang penting dan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Siswa dituntut dapat menguasai kompetensi tinggi melalui proses belajar baik
secara individu maupun melalui interaksi dengan temannya, yaitu dapat mencapai
kriteria ketuntasan minimal rata-rata untuk tiap kompetensi dasar diharapkan.
Kenyataan menunjukkan masih banyak siswa yang belum dapat mencapai kriteria
ketuntasan tersebut, karena proses pembelajaran tidak melibatkan siswa kearah
aktif, padahal ada berbagai metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif
seperti inquiry, discovery, proyek, pemberian tugas, dll. Metode ini belum banyak
digunakan oleh guru.
2. Kurang lengkapnya alat-alat laboratorium/tidak adanya tenaga khusus laboran
menjadi kendala bagi guru untuk bisa mengembangkan metode-metode penemuan
(inquiry), karena tidak terlayani penyediaan dan persiapan peralatan laboratorium
yang mendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena rencana pembelajaran belum
memperhatikan gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa meliputi gaya belajar
visual, audio dan kinestetik.
4. Setiap siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda. Aktivitas belajar siswa
meliputi visual activities, oral activites, listening activities, writing activities dll.
5. Tuntutan prestasi tinggi baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
sebagaimana diamanatkan oleh kurikulum KTSP harus dibangun dari potensi
yang dimiliki sekolah itu sendiri, sementara itu sekolah SMA Batik 2 Surakarta
memiliki belum memiliki sarana dan fasilitas belajar yang relevan dengan
kemampuan guru.
6. Siswa hanya diperhatikan pada aspek kognitif saja, padahal pada pembelajaran
IPA, aspek afektif dan psikomotor perlu diperhatikan.
7. Setiap materi memiliki karakteristik yang berbeda, namun guru dalam
menyampaikan materi masih bersifat hapalan.
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah:
1. Banyak metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif seperti inquiry,
discovery, proyek, pemberian tugas, dll tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada
metode inkuiri terbimbing (guide inquiry).
2. Banyak media yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran seperti
demonstrasi, komik, dll tetapi pada penelitian ini media pembelajaran dibatasi
pada penggunaan media audio visual virtual lab, yakni sebuah software
internasional yang dibuat oleh “Educational Courseware” di Malaysia dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dipublikasikan melalui jaringan internet pada situs www.pintarmedia.com dan
penggunaan real lab yang disertai dengan pedoman praktikum pada materi koloid.
3. Dalam menerima informasi pelajaran atau mengikuti pelajaran ada tiga macam
gaya belajar yang dilibatkan yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Tetapi pada penelitian ini gaya belajar siswa hanya dibatasi pada gaya belajar
visual dan kinestetik. Gaya belajar auditorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini
karena pada metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real
lab tidak banyak memberikan informasi melalui pendengaran.
4. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas tinggi dan rendah.
5. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa SMA Batik
2 Surakarta Kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran
kimia materi koloid. Prestasi belajar aspek afektif sebagai akibat dari proses
pembelajaran dan tidak dianalisa secara statistik. Sedangkan aspek psikomotor
pada penelitian ini tidak dilakukan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab?
2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual
dan kinestetik?
3. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi dan rendah ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar
terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode inkuiri
terbimbing menggunakan media virtual dan real lab pada materi koloid.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kinestetik pada materi koloid.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah
pada materi koloid.
4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual lab, real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia
siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menentukan
pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
bahan pengajaran khususnya pada mata pelajaran kimia.
b. Mengetahui pengaruh gaya belajar dalam pembelajaran kimia terhadap prestasi
belajar siswa.
c. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar dalam pembelajaran kimia terhadap
prestasi belajar siswa.
d. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang relevansi penggunaan metode
dengan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan teoritis bagi masyarakat, guru,
mahasiswa yang memerlukan tambahan dasar teori bagi penelitian mereka, baik
untuk pengembangan pembelajaran, maupun penyelesaian tugas akhir.
b. Mengajak dan mendorong kepada para guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(komputer) dalam pembelajaran kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN
KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Teori Belajar
Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu
mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada
definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri orang
tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada
akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi proses belajar
dalam diri orang itu. Sedangkan pengertian belajar menurut IPA, belajar merupakan
suatu suatu aktivitas mental yang berlangsung secara interaktif dengan lingkungannya
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi belajar merupakan suatu
proses menuju perubahan.
Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Adapun teori-
teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1). Teori belajar Bruner
Belajar pada intinya adalah cara-cara orang memilih, mempertahankan, dan
mentransformasikan secara aktif. Manusia memusatkan perhatiannya pada masalah
yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan yang dilakukannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sesudah memperoleh informasi itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya. Menurut Bruner belajar bermakna dapat dilaksanakan dengan
belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan secara aktif oleh siswa
memberikan hasil yang paling baik dan pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan
lama.
Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi ketepatan
pengetahuan. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas, dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Metode inkuiri dalam pembelajaran kimia sangat erat
hubungannya dengan belajar penemuan. Dari penemuan tersebut anak banyak
memperoleh informasi dan pengalaman baru. Informasi baru tersebut dapat berupa
ketrampilan proses, informasi berupa data, maupun informasi berupa konsep baru.
Selanjutnya siswa akan mengelola informasi baru tersebut dan menguji ketepatannya
dan pada akhirnya akan membentuk konsep baru yang merupakan penguatan dari
konsep baru yang merupakan penguatan dari konsep lama yang ada pada diri siswa.
Konsep yang baru inilah menjadi bekal bagi siswa dalam proses belajar
penemuan. Siswa dapat mengembangkan kegiatan belajarnya dengan melakukan
percobaan-percobaan yang sesuai dengan konsep baru untuk memperoleh informasi-
informasi baru. Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu contoh belajar penemuan.
Pembelajaran inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk menemukan konsep kimia
koloid melalui proses percobaan baik melalui virtual lab maupun real lab. Pada
pembelajaran tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung menemukan konsep
koloid. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
melakukan percobaan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan. Dari
percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga akhirnya siswa
dapat menarik kesimpulan dan menemukan konsep materi pembelajaran.
2). Teori belajar Gagne
Belajar menurut Gagne adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas baru.
Belajar terjadi jika ada hasil perubahan perilaku yang dapat diperlihatkan. Karena
pengamatan dan evaluasi pada perubahan perilaku yang ada, maka teori belajar
Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku. Dalam proses pembelajaran
inkuiri, guru mengajak siswa untuk menemukan konsep-konsep dan sebaliknya siswa
menghadapi suatu konsep-konsep yang harus dipahami dan dipelajari. Pengamatan,
pemahaman dan penyerapan konsep-konsep dalam pembelajaran tersebut akan
mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah
perubahan dalam bentuk kemahiran intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
kemahiran motorik dan sikap.
Dalam pembelajaran perlu disusun instruksional pembelajaran agar suasana
dan gaya belajar dapat terkontrol dan dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah
menjadi dasar bagi penyusunan tujuan pembelajaran dan berlanjut pada kemampuan
yang lebih tinggi dari hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus menyadari dan
memahami bahwa belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan dengan
masalah yang kompleks dan sampai pada kesulitan masalah yang lebih tinggi.
Konsep-konsep yang diinformasikan oleh guru memuat indikator-indikator
yang termasuk dalam tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa dalam
menerima konsep-konsep tersebut ada sebagian merupakan konsep baru tetapi ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
juga konsep yang berulang. Perbedaan inilah yang mengakibatkan ketercapaian hasil
belajar siswa juga berbeda-beda.
3). Teori belajar Ausubel
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Ausubel mengemukakan terjadinya belajar
bermakna apabila informasi baru pada konsep-konsep yang diterima dalam
pembelajaran yang relevan dengan konsep-konsep yang terdapat dalam struktur
kognitif siswa, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa.
Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk
menemukan konsep kimia koloid melalui bimbingan guru. Pembelajaran ini
bermakna karena siswa tidak hanya sekedar menghafal konsep kimia koloid, tetapi
juga melihat setiap peristiwa yang berkaitan dengan kimia koloid sehingga siswa
dapat mengingat konsep kimia koloid dan pada akhirnya pembelajaran menjadi
bermakna.
4). Teori Belajar Piaget
Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan
dan pertumbuhan kognitif anak yaitu: a) proses assimilation, dalam proses
mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan
mengubahnya bila perlu. b) Proses accommodation yaitu proses menyusun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
membangun atau memodifikasi antara informasi baru dengan sesuatu/konsep yang
telah diketahui sebelumnya sehingga diperoleh hasil pengetahuan yang lebih baik.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif, kedua proses itu harus
berjalan seimbang atau ekuilibrium. Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
ini mengakibatkan terjadinya adaptasi yang artinya informasi baru cocok dengan
konsep lama yang ada dalam diri anak, sehingga anak tersebut dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya. Jika terjadi tidak keseimbangan maka terjadi proses
akomodasi, artinya anak akan menyusun konsep baru karena informasi baru yang
diterima tidak sesuai dengan konsep yang sudah ada.
Pada saat pembelajaran kimia koloid, mula-mula siswa diminta guru untuk
membawa suatu benda, kemudian di kelas siswa diminta untuk berpendapat sesuai
dengan apa yang sudah dia ketahui, disinilah terjadi proses asimilasi, kemudian
setelah pembelajaran berlangsung siswa menyusun informasi baru tersebut dengan
konsep yang telah dia ketahui sebelumnya sehingga siswa memiliki pengetahuan
yang lebih baik, disini terjadilah proses akomodasi. Agar terjadi keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi, pemilihan metode pengajaran dan media pembelajaran yang
digunakan harus tepat agar dapat diterima oleh siswa. Dalam penelitian ini metode
pengajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Media yang digunakan
adalah media virtual lab (melalui animasi) dan real lab (alat dan bahan laboratorium).
Metode inkuiri dan media pembelajaran saling berkaitan yang merupakan satu
kesatuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai
dengan teori belajar Piaget yaitu terjadinya keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sehingga terjadi adaptasi dalam pembelajaran kimia koloid.
Siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan melalui bahasa. Perkembangan pengetahuan pada siswa tergantung pada faktor biologi (memori, atensi, persepsi, stimulus-respon) dan faktor sosial (fungsi mental yang lebih tinggi) untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan. Proses pembelajaran akan terjadi jika siswa bekerja menangani tugas- tugas yang masih berada dalam daerah tingkat perkembangan sedikit lebih tinggi (zone of proximal development). Fungsi mental yang lebih tinggi bisa muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu dalam suatu kelompok (diskusi kelompok) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Pada awal perkembangannya siswa diberikan bantuan secukupnya dan selanjutnya mengurangi bantuan tersebut untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan ketika belajar.
Berdasarkan pendapat di atas maka pada penelitian ini menggunakan belajar
kelompok (dua orang atau lebih) selama melakukan percobaan untuk
mengembangkan faktor sosial dalam rangka membentuk penalaran logis dan
pengambilan keputusan. Meskipun demikian tetap berpedoman bahwa tiap-tiap siswa
diarahkan secara aktif untuk membangun sikap kemandirian dalam kebersamaan
khususnya pada saat diskusi selama percobaan di laboratorium berlangsung hingga
menemukan kesimpulan sebagai jawaban dari hipotesis yang telah ditetapkan
sebelumnya sebagaimana konsep atau prinsip.
c. Pembelajaran Kimia
Istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Menurut Roestiyah
(1998:1) “Dalam mengajar ada 3 faktor yang harus diperhatikan : 1. Pengajar – yang
mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi; 2. Pelajar – yang menerima,
yang belajar, yang menyerap dan menggunakannya; 3 Bahan pelajarannya”. Dengan
demikian pengajaran diartikan sebagai perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar
(oleh guru) dan terjadi pengorganisasian lingkungan yang ada disekitar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sehingga proses belajar mengajar yang berupa penyampaian pengetahuan dapat
berjalan baik.
Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang
langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia
dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta
perubahannya, menemukan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.
Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta
kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata”
(invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya
Menurut pendapat Elizabeth Kean dan Catherine Middlecamp (1985: 5):
“sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, materi kimia sifatnya berurutan dan
berkembang dengan pesat, diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana daripada
kenyataannya, melibatkan lebih daripada sekedar pemecahan soal-soal, dan menuntut
banyak belajar”. Jadi materi kimia dikemas lebih sederhana daripada kenyataannya.
Pembelajaran khususnya pelajaran kimia guru dituntut untuk memiliki kemampuan
yang memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu
mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga prestasi belajar siswa tinggi.
2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pendekatan Kontruktivisme
Von Glasersfeld dalam Paul Suparno (1997: 18) mengatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan dan juga bukan gambaran dari kenyataan yang ada, melainkan pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan
merupakan suatu proses menjadi tahu yang dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang
sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan bisa berarti menunjuk
kepada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang diabstraksikan dari pengalaman.
Salah satu contoh alat atau sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui
sesuatu adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungan
dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya.
Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme
dengan metode inkuiri terbimbing melalui media virtual lab dan real lab dengan
mempertimbangkan gaya belajar dan aktivitas belajar siswa. Pendekatan dan metode
ini diharapkan siswa selama belajar mengalami proses internalisasi, membentuk
kelompok atau membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dengan
pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembentukan pengetahuan baru yang
melibatkan internalisasi dan keaktifan siswa untuk menggunakan pengetahuan yang
dimiliki secara terus-menerus sehingga terjadi konstruksi pengetahuan baru yang
didahului oleh rasa keingintahuan yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah-
masalah oleh guru untuk dibahas dan diselesaikan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Pendekatan Psikologis Sosial
Cobb dalam Paul Suparno, (2007: 11) mengatakan bahwa: “pentingnya
interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik
dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa interaksi dengan orang lain sangat penting untuk mendapatkan
pengetahuan yang lebih baik dan lebih banyak lagi. Menurut Vygotsky pembelajaran
terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proximal (zone of proximal
development) yaitu zona jarak antara tingkat perkembangan aktual yang ditentukan
oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan potensial
yang ditentukan lewat pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau
dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu.
Tingkat perkembangan aktual adalah kemampuan anak memecahkan masalah
secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan
memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu. Ide penting lain yang diturunkan dari Vygotsky
adalah Scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal
perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide
Scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan dan menguraikan masalah
pada awal pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Metode Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Barlow dalam Muhibbin Syah (2005: 191) berpendapat bahwa:
Inkuiri merupakan proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara alamiah.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa inkuiri merupakan salah
satu metode atau kegiatan penyajian materi pelajaran untuk memperoleh pengetahuan
yang dilakukan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui penyelidikan. Melalui metode ini siswa mempunyai
kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri yang dia butuhkan
untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan ketrampilan intelektual dan
daya pikir kritis.
Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1986:4)
mengatakan bahwa: “inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah-
menganalisa dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Trowbridge,
Bybee dan Robert B. Sund dalam Paul Suparno (2007: 69) mengatakan bahwa:” the
essence of inquiry teaching is arranging the learning environment to facilitate student
centered instruction and giving sufficient guidance to ensure direction and success in
discovering scientific concept and principles”. Artinya bahwa pengajaran inkuiri
adalah mengatur lingkungan belajar untuk memudahkan pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan memberikan petunjuk yang cukup untuk memastikan kelancaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
keterarahan dalam menemukan prinsip dan konsep ilmiah. Salah satu cara yang dapat
digunakan oleh guru untuk membantu siswa agar terarah kepada tujuan pembelajaran
dan dapat menggunakan ingatannya adalah dengan pertanyaan atau diskusi sehingga
dapat mengembangkan perilaku inkuiri.
Meskipun para ahli menjelaskan secara berbeda-beda tentang metode
pembelajaran inkuiri sebagaimana tertera diatas, namun secara keseluruhan dapat
dijelaskan bahwa pembelajaran tersebut menggunakan proses sebagaimana
diungkapkan oleh Kindsvatter, Willen dan Ishler dalam Paul Suparno (2007: 65)
seperti berikut: “1) identifikasi masalah, 2) membuat hipotesis, 3) merancang
percobaan, 4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, 5) menganalisis data,
6) mengambil keputusan “.
Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Momi Sahromi (1986: 55)
mengatakan bahwa: “ada tiga macam metode inkuiri yaitu inkuiri terbimbing (Guided
inquiry), inkuiri terbuka, bebas (Open Inquiry), dan inkuiri bebas termodifikasi
(Modified Free Inquiry)”. Yang dimaksud dengan inkuiri terbimbing adalah inkuiri
yang banyak dicampuri guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk
baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan
selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga
siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan
persoalan dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang
tertentu yang diarahkan oleh guru. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela
proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Metode inkuiri
terbimbing (terarah) ini lebih cocok untuk siswa yang belum terbiasa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
inkuiri. Dengan metode inkuiri terbimbing siswa tidak mudah bingung dan tidak
mengalami kegagalan dalam belajar karena guru terlibat penuh.
Metode inkuiri memiliki kebaikan-kebaikan antara lain: meningkatkan potensi
intelektual anak, menguasai melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat,
membuat anak lebih aktif, membentuk dan mengembangkan konsep diri anak,
menambah tingkat harapan anak, mengembangkan bakat-bakat, menghindarkan siswa
dari belajar menghafal, memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
b. Tahapan Inkuiri Terbimbing
Tahapan inkuiri terbimbing antara lain sebagai berikut: 1). Perumusan
Masalah. Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin dialami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh
guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami, dan
dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh
proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat,
sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik
minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan
siswa. 2). Menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk
mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis.
Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru
mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak
memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah
nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
3). Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis
mereka benar atau tidak. 4). Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus
dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk
mempermudah menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan,
diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam
suatu tabel. 5). Menyimpulkan. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis,
kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil, kesimpulan,
kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak.
Sintak inkuiri terbimbing disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1: Sintak Inkuiri Terbimbing
No Langkah Pokok Aktivitas Pengajar Aktivitas siswa 1. Perumusaan
masalah Ø Menjelaskan prosedur kegiatan
menyelidiki Ø Menyajikan masalah dengan
mengajukan pertanyaan tentang inti masalah.
Ø Memahami prosedur kegiatan
Ø Merumuskan permasalahan
2. Menyusun hipotesis
Ø Membimbing dalam merumuskan masalah
Ø Merumuskan hipotesis
3. Mengumpulkan data
Ø Memberi tugas kegiatan inti Ø Memantau dan membimbing
proses kegiatan penemuan konsep
Ø Mengumpulkan data dan informasi
Ø Melakukan kegiatan penemuan konsep
4. Menganalisa data
Ø Membimbing dalam menganalisa data hasil kegiatan
Ø Mengadakan diskusi
Ø Menganalisa data hasil Ø Melakukan diskusi
hasil
5. Menyimpulkan Ø Memacu proses penyimpulan Ø Membimbing siswa dalam
mengambil kesimpulan
Ø Membuat kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Syarat agar inkuiri dapat berjalan baik
Agar inkuiri dapat berjalan dengan baik maka siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan hipotesisnya, menyusun eksperimen yang mau digunakan, dan
mencari informasi apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam
penelitiannya. Lingkungan atau suasana yang responsif ada laboratorium, komputer,
kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri. Fokus
persoalan yang mau dialami harus jelas arahnya, dan dapat dipecahkan siswa. Dalam
inkuiri terbimbing persoalan memang harus sangat jelas. Bila muncul banyak
persoalan yang diajukan oleh siswa dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih
salah satu yang terpenting dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa.
Sedangkan untuk inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu
hanya diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalannya sendiri.
Jadi agar inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik perlu ada kerja sama yang
baik antara siswa dengan siswa dalam satu kelompok ataupun guru dengan siswa.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media diartikan sebagai
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran itulah yang dikatakan sebagai media
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut pendapat Azhar Arsyad (2005:4): “media adalah alat yang digunakan
untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Setiap sistem
pembelajaran yang yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai peralatan
canggih”. Jadi media adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pembelajaran.
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pembelajaran kimia peranan media
pembelajaran adalah untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran
yang baik adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan jelas
dan dapat mengurangi miskonsepsi pada penerima pesan. Selain itu tujuan
diadakannya media pembelajaran adalah untuk menghilangkan sifat pembelajaran
yang verbalisme dan mengubah menjadi pembelajaran yang realisme. Media
pengajaran adalah komponen sumber belajar dan wahana fisik yang mengandung
materi instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
b. Macam media Pembelajaran
Bermacam-macam peralatan yang dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan informasi dapat menyampaikan informasi berupa audio maupun
visual berupa materi pembelajaran kepada siswa. Penyampaian dan penerimaan
informasi bisa melalui indera pendengaran dan pengelihatan. Media pembelajaran
keberadaannya untuk menghindari penyampaian materi yang berupa verbal saja tetapi
diharapkan dapat menyampaikan materi berupa audio maupun visual.
Teknologi pendidikan adalah pemanfaatan teknologi komunikasi untuk
kegiatan pendidikan. Menurut pendapat Arief S. Sardirman (2005: 2): “media
pendidikan adalah media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
informasi pendidikan”. Jadi dengan demikian secara umum teknologi pendidikan
merupakan media yang lahir dari kemajuan teknologi komunikasi yang dapat
digunakan untuk tujuan pembelajaran. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa
media pembelajaran selalu berpijak pada kaidah teknologi komunikasi.
Rudy Brets dalam Arief S. Sardiman (2005: 20) mengklasifikasikan media
menjadi 7 (tujuh ), yaitu :
1) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok
visual misalnya : foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu,
model 3 dimensi seperti diorama dan sebagainya.
2) Media audio, adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset, audio,
radio, MP3 player.
3) Media audio visual, yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar, misalnya:
film bersuara, video, televisi, sound slide.
4) Multimedia, adalah media yang dapat menyajikan unsure media secara lengkap
seperti: suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentifikasikan
dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis computer.
5) Media realita, yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam. Baik
digunakan dalam kehidupan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan,
batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.
Media realita adalah media yang paling baik digunakan dalam proses
pembelajaran, karena siswa dapat melihat bentuk asli dari benda yang dipelajari.
Sedang media visual adalah media yang tingkat kekonkretannya paling rendah,
karena hanya menampilkan gambar diam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Salah satu teori yang digunakan sebagai landasan penggunaan media dalam
proses belajar adalah Dale ‘Cone Of Experience (Kerucut Pengalaman Dale).
Menurut Azhar Arsyad (2003: 9) mengatakan bahwa:
Kerucut pengalaman Dale merupakan pengembangan yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, samapi kepada hal yang abstrak (lambang verbal).
Hal ini digambarkan dalam sebuah diagram kerucut Edgar Dale. Dasar
pengembangan kerucut pada gambar berikut bukanlah tingkat kesulitan, melainkan
tingkat keabstrakan (jumlah jenis indera yang turut serta selama penerima isi
pengajaran/pesan). Gambar kerucut Edgar Dale disajikan pada gambar 2.1
Abstrak
Konkret
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Menurut kerucut Edgar Dale dapat dijelaskan bahwa pengalaman langsung akan
memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan
yang terkandung dalam pengalaman itu oleh karena ia melibatkan indera
pengelihatan, pendengaran perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
istilah belajar dengan bekerja (learning by doing). Tingkat keabstrakan pesan akan
semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan
(chart), grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti yang
telah disebutkan, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas,
yakni indera pengelihatan dan indera pendengaran.
Azhar Arsyad (2003: 11) mengatakan bahwa:
Pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti, hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang ia terlibat langsung di dalamnya.
Artinya bahwa pengalaman langsung yang konkrit sebagai hasil belajar akan
menambah tingkat abstraksi seseorang. Sebaliknya kemampuan abstraksi, interpretasi
seseorang dapat memahami pengalaman yang dialaminya.
Dalam perkembangannya, media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
percetakan konvensional. Kemudian lahir teknologi audio-visual, teknologi yang
muncul terakir adalah teknologi mikro-prosesor yang melahirkan pemakaian
komputer dan kegiatan interaktif. Perkembangan teknologi komputer yang pesat saat
ini menyebabkan semakin meningkatnya jumlah perangkat keras komputer yang
beredar di pasaran dengan harga yang relatif terjangkau. Akibatnya jumlah
kepemilikan perangkat komputer, baik oleh lembaga pendidikan ataupun oleh
perorangan baik pendidik maupun siswa semakin meningkat. Hal ini mendukung
pemanfaatan teknologi untuk maksud pengajaran antara lain visualisasi, pemodelan,
simulasi, pemetaan dan sebagainya termasuk di dalamnya sebagai media
pembelajaran kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Komputer dengan perangkat lunak yang dirancang secara khusus, merupakan
media yang baik dalam proses pembelajaran kimia. Alat yang digunakan adalah
seperangkat unit komputer lengkap dengan software yang dibuat khusus untuk
pembelajaran materi kimia.
Pada penelitian ini dengan inkuiri terbimbing siswa dilibatkan untuk
mendapatkan pesan informasi pelajaran melalui pengalaman langsung menggunakan
media laboratorium baik virtual maupun real. Setelah diskusi hasil percobaan dan
mendapatkan kesimpulan sebagai konsep yang sedang dipelajari akan membangun
abstraksi siswa untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi berkaitan dengan
konsep yang dipelajari tersebut.
c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran digunakan dalam rangka
menyajikan informasi di hadapan kelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian berfungsi
sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Untuk tujuan
instruksi, formasi yang terdapat dalkam media itu harus melibatkan siswa baik mental
maupun dalam bentuk aktivitas nyata sehingga pembelajaran dapat berlangsung.
Azhar Arsyad (2005: 21) juga mengemukakan beberapa manfaat dari media
pembelajaran, yaitu:
1). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, 2). Pelajaran menjadi lebih menarik, 3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif (ada partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan), 4). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara terorganisir dengan baik, spesifik dan jelas.
Beberapa manfaat praktis penggunaan media pembelajaran selama proses
belajar berlangsung antara lain: 1). Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, 2) penggunaan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat siswa yang pasif
sehingga lebih banyak melakukan kegiatan belajar menurut kemampuan dan
minatnya, 4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, 5). Memberikan
perangsang belajar yang sama dengan memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa sehingga menimbulkan persepsi yang sama.
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan tekhnik perencanaan yang baik. Media
sebagai salah satu unsur penting yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
juga memerlukan perencanaan yang baik. Model perancangan penggunaan media
yang efektif dalam pembelajaran yang diajukan oleh Heinich (1982) dalam Azhar
Arshad (2005: 67-69) dikenal dengan istilah ASSURE (Analyze learnes
characteristic, State objective, Select,or modify media, Utilize, Require learner
response, and Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam
perancangan pembelajaran, yaitu: “1). A : Analyze learnes characteristic. 2) S: State
Artinya laboratorium virtual adalah sebuah lingkungan interaktif untuk menciptakan
dan melakukan simulasi percobaan sebuah tempat bermain untuk melaksanakan
percobaan.
Laboratorium virtual merupakan laboratorium dengan alat dan bahan yang
digunakan untuk kegiatan praktikum berupa seperangkat komputer lengkap dengan
program aplikasi (software) yang dirancang khusus untuk kegiatan eksperimen.
Software ini berisi animasi-animasi alat, bahan dan desain interaktif untuk kegiatan
eksperimen. Jadi siswa tinggal menjalankan eksperimen sesuai dengan lembar kerja
atau petunjuk yang telah disediakan.
Kelebihan dalam penggunaan laboratorium virtual adalah siswa dapat
mengumpulkan data dengan cepat dalam situasi apapun, dan juga memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
untuk melakukan eksperimen yang tidak dapat dilakukan pada laboratorium real pada
umumnya. Dengan kerja laboratorium virtual siswa bisa melakukan eksperimen
dengan aman apabila eksperimen yang sebenarnya berbahaya. Penggunaan
laboratorium virtual akan terasa sangat murah jika dibandingkan dengan eksperimen
yang memerlukan laboratorium real (real experiment) dengan alat dan bahan yang
relatif mahal.
Kekurangan dalam penggunaan laboratorium virtual adalah siswa tidak
banyak memperoleh olah tangan untuk mendapatkan ketrampilan teknis seperti di
laboratorium nyata, melainkan hanya mendapatkan olah tangan untuk
mengoperasikan komputer. Berkenaan dengan masalah biaya, bagi lembaga
pendidikan (sekolah), penggunaan laboratorium virtual tergolong murah. Untuk dapat
mengaplikasikannya hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan software-nya.
Komputer tidak hanya digunakan untuk praktikum saja, melainkan dapat juga
digunakan untuk kepentingan lain seperti pelatihan ketrampilan komputer, pelatihan
IT, dan kegiatan pembelajaran.
7. Fungsi dan peranan Laboratorium Kimia
Fungsi dan peranan laboratorium kimia sebagaimana diungkapkan dalam
petunjuk pengelolaan laboratorium yang diterbitkan oleh Depdikbud (1996: 6) adalah
“sebagai sumber belajar, artinya laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan
masalah atau melakukan percobaan atau melakukan percobaan sehingga berbagai
masalah yang berkaitan dengan tujuan pembeljaran kimia yang variasinya meliputi
cognitive domain, affective domain dan phsychomotor domain dapat digali,
ditetapkan dan diungkapkan serta dikembangkan. Laboratorium sebagai metode
pembelajaran artinya dua metode penting dalam kegiatan di laboratorium akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menghasilkan produk kimia. Dua metode penting yang dimaksud adalah metode
pengamatan (observation method) dan metode percobaan (experimental method).
Sedangkan laboratorium sebagai sarana pendidikan artinya sebagai wadah proses
belajar mengajar. Ruang belajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan
dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan
untuk melakukan percobaan.
Untuk fungsi Laboratorium Virtual dapat dibedakan menjadi berbagai jenis
sesuai dengan fungsi yang dikandungnya, sebagai berikut:
1). Kategori pertama memberikan petunjuk untuk melakukan percobaan ilmiah, yang
dapat dilakukan di sekolah atau bahkan dirumah
2). Kategori kedua: presentasi atau demonstrasi berbagai kegiatan eksperimen yang
terkontrol, yang dikemas dalam bentuk compact disk (CD) interaktif.
3). Kategori ketiga: penyediaan kegiatan eksperimen interaktif yang dapat diunduh
dari internet oleh anggota klub yang telah mendaftarkan diri dan memenuhi syarat
keanggotaan.
4). Kategori keempat: Penemuan prinsip-prinsip ilmiah dengan melaksanakan
eksperimen simulasi laboratorium secara interaktif, atau disebut juga online
stimulated laboratory experiments.
5). Kategori kelima: program penelitian dalam laboratorium yang dikerjakan bersama
melalui jaringan virtual.
(Disunting dari Materi Workshop Pengkajian Laboratorium Virtual tanggal 19-20
Agustus 2009, yang diselenggarakan oleh staff Ahli Mendiknas Bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Departemen Pendidikan Nasional) (http://smuha-
yog.sch.id.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
8. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Dalam menyerap informasi antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda,
juga dalam mengatur serta mengolah informasi tidak sama. Dengan menyadari
bagaimana siswa itu antara yang satu dengan yang lainnya saling dapat menyerap dan
mengolah informasi, maka akan menjadikan orang tersebut lebih mudah belajar dan
berkomunikasi dengan gaya mereka sendiri. Gaya belajar siswa merupakan kunci
untuk mengembangkan kinerja dalam kehidupan di sekolah, dan dalam situasi antar
pribadi. Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda akan membantu guru dalam
mendekati siswa-siswanya untuk menyampaikan informasi dengan gaya yang
berbeda pula.
Rita Dum, seorang pelopor bidang gaya belajar menemukan beberapa variabel
yang mempengaruhi cara belajar seseorang. Variabel itu meliputi beberapa faktor
yaitu: fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Telah disebutkan bahwa gaya
belajar seseorang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang belajar
dengan baik bila ditempat cahaya yang terang, tetapi ada yang belajar yang baik
dengan pencahayaan yang suram, ada yang belajar baik bila berkelompok tapi ada
ada yang suka menyendiri, ada yang belajar baik bila mendengarkan musik, tapi ada
yang lebih senang belajar bila diruangan yang sepi, ada yang suka belajar bila
lingkungan belajarnya teratur dan rapi tetapi ada pula yang menggelar segala
sesuatunya untuk dapat dilihatnya.
Para peneliti telah bersepakat dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi
gaya belajar seseorang, yang secara umum dikategorikan menjadi dua yaitu pertama
bagaimana cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
gaya belajar seseorang adalah merupakan kombinasi dan bagaimana cara menyerap
informasi dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut.
b. Teori Gaya Belajar
Gaya belajar yang paling jelas penguraiannya saat ini adalah teori gaya belajar
Kolb (1995). Kolb (1995) berpendapat bahwa:
Gaya belajar dapat diperingkat disepanjang kontinum yang diawali dari: 1) pengalaman konkret (yang terlibat didalam sebuah pengalaman baru) yang melalui 2) observasi reflektif (mengamati orang lain atau mengembangkan pengalaman sendiri). 3). Konseptualisasi abstrak (menciptakan teori untuk menjelaskan observasi) untuk melakukan 4). Eksperimentasi aktif (dengan menggunakan berbagai teori untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan).
Jadi menurut Kolb gaya belajar dimulai dari pengalaman konkret, observasi reflektif,
konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif. Meskipun demikian teori kolb ini
bukan satu-satunya klasifikasi gaya belajar yang ada, masih ada klasifikasi gaya
belajar yang lain yang melihat preferensi-preferensi sensorik murid yang berbeda.
Selain itu ada teori lain yang menambahkan bahwa ada golongan pelajar yang
lebih menyukai belajar melalui tulisan, belajar secara interaktif dan belajar melalui
penciuman. Pelajar visual yaitu siswa/pelajar belajar baik dengan melihat gambar,
grafik, slides, demonstrasi, film dll. Grafis warna-warni dapat membantu mereka
menyimpan informasi. Pelajar auditorik, senang belajar melalui mendengarkan orang
lain, berbicara dan mendengarkan rekaman suara. Mereka akan mendapatkan manfaat
dari misalkan menyiapkan rekaman suara untuk ditulis. Pelajar kinestetik, belajar
paling baik melalui sentuhan dan gerakan, dan oleh karenanya senang bekerja dengan
hans on manipulative. Mereka juga senang bermain peran dan kegiatan yang
menggunakan anggota tubuh sebagai alat pengingat, misal isyarat tangan. Pelajar
berorientasi tulisan, senang belajar melalui membaca. Pelajar interaktif, menikmati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
diskusi dengan murid-murid lain dalam kelompok kecil atau kerja berpasangan.
Pelajar olfaktory/penciuman, mendapatkan manfaat belajar dari penggunaan
penciuman, mendapatkan manfaat belajar dari penggunaan penciuman,
mengalokasikan pelajaran tertentu dengan bau tertentu dapat menguntungkan pelajar
tipe ini. Dari teori gaya belajar tersebut diatas, pada penelitian ini hanya akan
menggunakan dua gaya belajar yaitu gaya belajar visual dan kinestetik.
c. Karakteristik Gaya Belajar
1). Gaya belajar visual
Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya kemudian bisa
mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang
menyukai gaya belajar visual. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/
pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya/memahami; kedua, memiliki kepekaan
yang kuat terhadap warna; ketiga, memiliki pemahaman yang cukup terhadap artistik;
keempat, memiliki kesulitan berdialog secara langsung; kelima, terlalu reaktif
terhadap suara; keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan; ketujuh, sering salah
mengintepretasikan kata/ucapan.
Untuk mengatasi ragam masalah diatas, ada beberapa pendekatan yang bisa
digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang
menggembirakan. Salah satunya adalah “menggunakan beragam bentuk grafis untuk
menyampaikan informasi atau materi pelajaran” (Hamzah B.Uno, 2007: 181).
Perangkat grafis itu berupa film, slide, gambar ilustrasi, coret-coretan, kartu
bergambar atau sejenisnya yang semuanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu
informasi secara berurutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2). Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Orang yang menyukai gaya
belajar seperti ini harus mendengar dulu baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakteristik pertama gaya belajar ini adalah semua
informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; kedua, memiliki kesulitan untuk
menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga, memiliki kesulitan
menulis ataupun membaca.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan orang untuk belajar apabila ia
termasuk yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti diatas. Pertama,
menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam
bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk
kemudian didengarkan kembali. Kedua, wawancara atau terlibat dalam kelompok
diskusi, ketiga, mencoba membaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk lisan
dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Keempat, melakukan
pengulangan (review) secara verbal dengan teman atau guru.
3). Gaya belajar kinestetik
Dalam gaya belajar kinestetik, siswa harus menyentuh sesuatu agar ia bisa
mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini diantaranya:
pertama, menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama untuk
kemudian bisa terus mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang sudah bisa
menyerap informasi tanpa membaca penjelasannya. Ketiga, tidak tahan duduk terlalu
lama mendengarkan pelajaran. Keempat, bisa belajar lebih baik apabila disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dengan kegiatan fisik. Kelima, memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim
dan mampu mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk orang–orang yang memiliki karakteristik seperti diatas, pendekatan
yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman
dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau
bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa dilakukan secara tetap membuat jeda
di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter
kinesthetic learners juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi
dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau
memahami fakta. Penggunaan komputer bagi orang kinestetik akan sangat membantu.
Karena, dengan komputer ia bisa terlihat aktif dalam melakukan sentuhan, sekaligus
menyerap informasi dalam bentuk gambar atau tulisan. Selain itu, agar belajar
menjadi lebih efektif dan berarti, orang dengan karakteristik kinestetik disarankan
untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan
(Hamzah B.Uno, 2007: 182)
Berdasarkan modalitas sebagaimana diuraikan pada gaya belajar diatas maka
pada penelitian ini menggunakan variabel moderator visual dan kinestetik dengan
mendasarkan pada kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat
inderanya. Pemilihan dua gaya belajar ini atas pertimbangan dengan jenis media
laboratorium yang digunakan tidak disertai dengan bunyi-bunyian. Oleh karena itu
gaya belajar auditorial tidak diteliti.
9. Aktivitas Belajar
Tokoh ilmu jiwa lama, John Lock mengungkapkan bahwa murid ibarat kertas
putih yang tidak tertulis. Dalam hal ini terserah kepada guru mau dibawa kemana,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mau diapakan murid itu. Guru adalah yang mengatur dan memberi isinya. Aktivitas
guru dalam pembelajaran mendominasi kegiatan, sementara murid bersifat pasif dan
menerima begitu saja. Guru yang menentukan bahan dan metode sedang aktivitas
murid terbatas pada mendengarkan, mencatat dan menjawab pertanyaan guru apabila
bertanya. Para siswa bekerja dan berfikir karena atas perintah guru, sehingga proses
pembelajaran tidak mendorong anak didik untuk berfikir dan beraktivitas.
Sementara menurut ilmu jiwa yang tergolong modern menerjemahkan jiwa
manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi, dan energi sendiri. Secara
alamiah anak didik bisa menjadi aktif karena adanya motivasi atas bermacam-macam
kebutuhan. Aliran ilmu jiwa modern memandang anak didik sebagai organisme yang
mempunyai potensi untuk berkembang, sehingga harus beraktivitas, berbuat, dan
aktif sendiri. Sementara itu, tugas guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi
agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.
Piaget dalam Sardiman (2005:100) menjelaskan bahwa anak itu berfikir
sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak itu tidak berfikir, agar anak berfikir
sendiri harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Dalam hal ini berbuat berarti
melakukan aktivitas, aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik
(jasmani) dan mental (rohani).
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2005:101) membedakan aktivitas belajar
siswa di sekolah menjadi: a) visual activities (aktivitas visual), yaitu kegiatan oleh
indera mata yang meliputi: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, b).oral
activites (aktivitas mulut), yaitu merupakan kegiatan fisik yang memberdayakan
indera mulut, yang meliputi ; menyatakan, menanyakan, memberi saran, interupsi,
menyampaikan pendapat, melakukan wawancara, c). listening activities (aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pendengaran) yaitu kegiatan fisik dengan menggunakan indera pendengaran
(telinga), misalnya: mendengarkan percakapan, menerima saran, berdiskusi,
d).writing activities (aktivitas penulisan), yaitu kegiatan fisik yang berkaitan dengan
tulis menulis, misalnya: menulis laporan, mengerjakan tugas, menyalin catatan,
e).drawing activities (aktivitas gambaran), yaitu merupakan kegiatan fisik yang
berkaitan dengan gambar, yaitu: membuat peta, menggambar, membuat grafik,
membuat diagram, f). motor activities (aktivitas motorik), yaitu kegiatan yang
berkaitan dengan gerakan badan, meliputi: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, bermain, g). mental activities (aktivitas mental), yaitu kegiatan yang
berhubungan dengan psikis (nalar/pikir), misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan masalah, melihat hubungan, menganalisis, h). emotional activities
(aktivitas perasaan), yaitu kegiatan psikis yang ada kaitannya dengan sikap dan
perasaan, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, sedih, bersemangat,
bergairah, tenang, sungguh-sungguh.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
dipengaruhi oleh adanya metode pembelajaran. Adanya metode pembelajaran yang
tepat diharapkan dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
10. Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk
perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi
belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar
ini dapat digunakan sebagai masukan bagi menguasai materi yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Perbedaan
ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar individu. Faktor
dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain: motivasi,
kemampuan berfikir, gaya belajar, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya,
sedangkan faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya: faktor lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.
Menurut Taksonomi Bloom dkk (1956), “hasil belajar terdiri dari tiga
domain”. Pertama domain kognitif, kedua domain afektif, ketiga domain psikomotor.
a. Domain Kognitif
Domain kognitif adalah ranah yang mencakup kemampuan intelektual.
Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis maupun tes lisan,
portofolio (kumpulan tugas). Dalam domain kognitif terdapat enam jenjang proses
berfikir dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, yaitu: (1) tingkat pengetahuan
(knowledge), yaitu kemampuan mengingat informasi atau materi pelajaran yang
diterima sebelumnya. Kemampuan ini biasanya dapat diukur dengan menggunakan
Contoh suspensi : air sungai yang keruh dan campuran air dengan pasir
Contoh dari suspensi dan koloid disajikan pada gambar 2.3 dan 2.4.
Gambar 2.3 Suspensi Gambar 2.4. Koloid
Gambar 2.3 adalah campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan memisah.
Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan gambar 2.4 adalah susu merupakan
satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid
Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya
dapat dilihat pada tabel 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2.3: Jenis-Jenis Koloid
No Fase
Terdispersi Fase
Pendispersi Nama Contoh
1 2 3 4 5 6 7 8
Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas
Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat
Aerosol Padat Sol Sol Padat Aerosol Emulsi Emulsi padat Buih Buih Padat
Asap (smoke), debu di udara Sol emas, sol belerang, tinta,cat Gelas berwarna, intan hitam Kabut (fog) dan awan Susu, santan, minyak ikan Jelly, mutiara Buih sabun, krim kocok Karet busa, batu apung
Beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang disajikan dalam gambar 2.5 dan
2.6.
Gambar 2.5 parfum bentuk aerosol Gambar 2.6. kosmetik dalam
bentuk gel
b. Sifat-sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah
dengan percobaan Tyndall. Pada gambar 2.7 bila suatu larutan sejati disinari dengan
seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar
(transparan), sedangkan pada gambar 2.8 bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem
koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar
yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 2.7. Larutan Sejati Gambar 2.8. Sistem Koloid
Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
- Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu
- Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang
berkabut
- Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak
asapnya.
2) Gerak Brown
Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa
bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak Brown
adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop
ultra. Gambar gerak Brown disajikan pada gambar 2.9. Gerak brown terjadi sebagai
akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap
partikel koloid. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid.
Oleh karena bergerak terus menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi. Gambar arah tumbukan molekul
medium dengan partikel zat terdispersi disajikan pada gambar 2.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 2.9 Gerak Brown
3) Muatan Koloid
a. Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan
pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari Fe(OH)3
bermuatan positif dalam air, karena mengadsorpsi ion H+. Sedangkan partikel koloid
As2S3 dalam air bermutan negatif karena mengadsorpsi ion negatif. Gambar adsorpsi
ion-ion disajikan pada gambar 2.11
Gambar 2.10. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 2.11. Adsorpsi Ion-Ion
Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat
dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut.
Contoh:
- Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah
diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga
diperoleh gula yang putih bersih.
- Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat racun.
- Penjernihan air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk
Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat warna
atau zat pencemar dalam air.
b. Elektroforesis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis. Apabila
ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan
dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu
Fe(OH)3 As2S3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak
ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke
katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid dari Fe(OH)3
berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari sistem koloid tadi
dimasukkan dalam alat elektroforesis. Sel elektrolisis sederhana disajikan pada
gambar 2.12.
Dari percobaan gambar 2.12, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut
dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna kuning
dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut dapat
dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif karena ditarik oleh elektode
positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena ditarik oleh elektrode negatif.
Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan
koloid
4) Koagulasi
Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi
partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara yakni :
Gambar 2.12. Sel Elektrolisis Sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a) Cara Mekanik
Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pamanasan atau
pendinginan.
b) Cara Kimia : yakni dengan penambahan zat-zat kimia
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatn
positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung
lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu
akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion
makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat
terjadi koagulasi. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit disajikan pada
gambar 2.13. Pada gambar 2.13 memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih
efektif dalam mengumpalkan koloid.
Gambar 2.13. Koagulasi Koloid karena Penambahan Elektrolit.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
- Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
- Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
- Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas.
Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan
digumpalkan dengan oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).
5) Koloid Pelindung
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut
koloid pelindung.
Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat
lagi mengelompok.
Contoh:
a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
kristal besar es atau gula.
b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung.
6). Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat dihilangkan
dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid
dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke
dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi terbuat dari selaput
semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti
ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion
keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Gambar Proses Dialisis disajikan pada
gambar 2.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 2.14 Proses Dialisis
Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga
merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable
yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan
butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal dapat
menjalani “cuci darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator.
Gambar diagram dialisis darah disajikan pada gambar 2.15.
Gambar 2.15. Diagram suatu Dialisis Darah
7). Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a) Koloid Liofil
Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar
antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio =
cairan, philia = suka)
b) Koloid Liofob
Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut
tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani= phobia=
takut/benci).
Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas masing-
masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
- Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya,
sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil
dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau
jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid
tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan).
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan.
Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol
hidrofil bersifat reversible. Contoh dari koloid hidrofil adalah agar-agar.
- Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran
zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus partikel koloid
hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air) distabilkan
oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan mayonaise (emulsi miyak nabati
dalam air) distabilkan oleh kuning telur. Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid
hidrofob adalah mayonise, mayonise dapat mengalami koagulasi pada penambahan
sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol
lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbandingan antara sol hidrofil dan hidrofob
dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4: Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob.
Sol hidrofil Sol hidrofob
1. Mengadsorbsi mediumnya 2. Dapat dibuat dengan konsentrasi
yang relatif besar 3. Tidak mudah digumpalkan
dengan penambahan elektrolit 4. Viskositas lebih besar daripada
mediumnya 5. Bersifat reversible 6. Efek tyndall lemah
1. Tidak mengadsobsi mediumnya 2. Hanya stabil pada konsentrasi kecil 3. Mudah menggumpal pada
penambahan elektrolit 4. Viskositas hampir sama dengan
mediumnya
5. Tidak reversible 6. Efek tyndall lebih jelas.
c. Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorpsi. Air sungai atau sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan
barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida.
Bahan-bahan yang di perlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat),
pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif.
- Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah
disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat
warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat
kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif disamping
tawas.
- Pasir berfungsi sebagai penyaring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
- Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan), sedangkan
- kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang
terjadi karena penggunaan tawas.
d. Pembuatan Sistem Koloid
Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan
partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
1) Cara kondensasi
Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati.
Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel larutan sejati
(molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan
melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi
rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
- Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) è 2H2O(l) + 3S(koloid)
- Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO
Pada tabel 3.10 dapat dijelaskan bahwa butir soal pada angket sikap gaya belajar
siswa berjumlah 48 soal. Kriteria butir tes dikatakan valid jika rxy–obs > rxy–tabel.
Setelah diuji validitasnya, butir soal yang valid ada 40 soal sedangkan yang tidak
valid 8 soal. Selanjutnya instrumen yang valid digunakan untuk penelitian, sedangkan
yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Jadi jumlah butir soal yang
digunakan untuk tes prestasi sebanyak 40 soal.
2). Uji Realibilitas
Realibilitas suatu instrument adalah bahwa instrument yang disusun dapat
dipercaya sebagai alat pengambilan data. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki
tingkat keajegan dalam mengukur aspek yang diukur. Nilai keajegan ini dimaksudkan
bahwa apabila instrumen tersebut diberikan pada subyek yang berbeda memberikan
hasil yang relative sama. Untuk uji reliabilitas tes prestasi kognitif menggunakan
format Kuder-Ruchardson (K-R 20), seperti pada rumus berikut ini:
úúû
ù
êêë
é -÷øö
çèæ
-=G å
t
ttt S
pqS
nn
21
Keterangan :
rtt : Koefisien realibilitas
n : Jumlah item
S : Deviasi standar
p : Indeks kesukaran
q : 1-P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Untuk pengukuran aspek afektif, reliabilitas menggunakan rumus alpha Cronbach’s
Alpha (α) sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é-÷
øö
çèæ
-= å
2
2
11 11 t
i
nn
rss
Keterangan rumus :
r11 : realibilitas instrumen
n : banyaknya butir pertanyan atau banyaknya soal
å 2is : jumlah varians skor tiap-tiap item
2ts : varians total
( )
NN
XX
2
2
2
åå -=s
Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Instrumen
Klasifikasi Keterangan 0 < r 11 < 0,2 Sangat Rendah 0,2 < r 11 < 0,39 Rendah 0.39 < r 11 < 0,59 Cukup 0,59 < r 11 < 0,79 Tinggi 0,79 < r 11 < 1,00 Sangat Tinggi
(Suharsimi Arikunto, 2001: 109-110)
Uji reliabilitas pada uji coba dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan
program Ms. Excel. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tes prestasi, angket
afektif, angket aktivitas belajar dan angket gaya belajar siswa dengan signifikansi 5%,
untuk uji coba diperoleh data sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen Rtabel Rhitung Kriteria Tes Prestasi 0,3 0,667 cukup Angket Aspek Afektif 0,3 0,956 Reabilitas Sangat Tinggi Angket gaya belajar 0,3 0,774 Reabilitas Tinggi Angket aktivitas belajar 0,3 0,963 Reabilitas sangat tinggi
Pada tabel 3.12 dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi
belajar didapat r hitung > r tabel berarti instrumen tes prestasi belajar reliabel dengan
kriteria reabilitas cukup. Hasil uji reliabilitas instrumen angket afektif didapat r hitung >
r tabel berarti instrumen aspek afektif reliabel dengan kriteria reabilitas sangat tinggi.
Hasil uji reliabilitas instrumen gaya belajar didapat r hitung > r tabel berarti instrumen
aktivitas belajar reliabel dengan kriteria reabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji
reliabilitas instrumen angket aktivitas belajar didapat r hitung > r tabel berarti instrumen
aspek afektif reliabel dengan kriteria reabilitas sangat tinggi.
3). Uji Daya Pembeda Butir Soal
Daya beda (ID) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi (pandai)/ kelompok atas dengan siswa yang
memiliki kemampuan rendah (kurang pandai)/ kelompok bawah. Perbedaan jawaban
benar dari siswa tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi
(ID).
KA – KB
ID=
NKA atau NKB x Skor maksimal
Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas
KB : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.
NKA atau NKB x Skor maksimal : Perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Prestasi
Klasifikasi Keterangan 0,00 – 0,20 Soal Jelek 0,21 – 0,40 Soal Cukup 0,41 – 0,70 Soal Baik 0,71 – 1,00 Soal Sangat Baik
(Masidjo, 1995: 198-201)
Dalam penelitian ini untuk uji daya pembeda butir soal menggunakan
Microsoft Excel. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda tes prestasi diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 3.14 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Prestasi
Daya Pembeda Jumlah
soal Nomor soal
Sangat Jelek 4 3,5,7,16 Jelek 10 10,13,18,19,21,23,24,25,27,29 Cukup 13 1,2,4,8,9,11,14,15,17,20,22,26,28 Baik 4 6,12,30,31
Pada tabel 3.14 menunjukkan bahwa soal dengan daya pembeda kategori
sangat jelaek sekali ada 4 butir soal, soal daya pembeda kategori jelek ada 10 butir
soal, soal dengan daya pembeda kategori cukup ada 13 butir soal, sedangkan soal
dengan daya pembeda kategori baik ada 4 butir soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4). Taraf Kesukaran Suatu Item
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks yang
disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan
antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari
suatu item.
B
IK=
N x Skor maksimal
Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N : Kelompok siswa
Skor maks : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item
N x Skor maksimal : Jumlah jawaban beanar yang harus diperoleh dari suatu item
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
Tabel 3.15 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
Klasifikai Keterangan 0% - 30,99% Item dianggap sukar
31% - 70,99% Item dianggap sedang 71% - 100% Item dianggap mudah
(Suharsimi Arikunto, 1987: 205)
Dalam penelitian ini uji taraf kesukaran soal digunakan Microsoft Excel..
Deskripsi data daya pembeda dapat disajikan pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 3.16 Distribusi Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi
Tingkat kesukaran
Jumlah soal Nomor soal
Sukar 6 11,23,24,25,27,29 Sedang 15 1, 2, 3, 4, 6,7,8,9,13,15,16,18,20,30,31 Mudah 10 5,10,12,14,17,19,21,22,26,28
Dari tabel 3.16 menunjukkan bahwa dari 31 butir soal tes prestasi, soal
dengan indeks kesukaran kategori sukar ada 6 butir soal, soal dengan indeks
kesukaran kategori sedang ada 15 butir soal dan soal dengan indeks kesukaran
kategori mudah ada 10 butir soal.
I. Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui dan menguji kebenaran dari
hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini diperlukan statistik inferensial sebagai cara untuk
menganalisis data. Sebelum data dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi
(anava) klasifikasi tiga jalan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu
uji normalitas dan homogenitas.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan
Metode Probability Plot dari Ryan-Joiner dengan taraf signifikasi α= 0,05, dengan
hipotesis:
1) H0,N = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
H1N = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Taraf Signifikansi, a = 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3) Keputusan Uji
P-value ≥ P a = 0,05; Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
P-value ≤ P a = 0,05; Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians
digunakan Levene’s test dan uji Bartlet’s atau uji F. Uji Levene’s digunakan untuk
menguji 2 varian (metode virtual lab dan real lab, gaya belajar visual dan kinestetik,
aktivitas tinggi dan rendah), sedangkan uji Bartlet’s untuk menguji 3 varian (metode,
gaya belajar dan aktivitas belajar). Langkah-langkah pengujian homogenitas dengan
menggunakan uji Bartlet ‘s adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,
dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang homogen.
Dengan dan
2) Menetapkan Statistik uji
Uji homogenitas perhitungannya menggunakan komputasi dengan program
Minitab V.15. Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05. Untuk mencari F
hitung maka varian terbesar dibagi dengan varian terkecil.
3) Menentukan keputusan uji
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: Jika
probabilitas atau p value < α maka H0 ditolak artinya data tidak homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
( ) sedangkan jika probabilitas atau p value > α maka H0 diterima
artinya data homogen ( ).
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Anava
Setelah terpenuhinya prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas,
maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Untuk menguji hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama
dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Tujuan dari analsis ini adalah untuk menguji
signifikansi efek dua variabel bebas, dua variabel moderator dan satu variabel terikat.
Untuk kebutuhan statistik uji hipotesis dalam penelitian dengan desain faktorial di
bawah ini:
Tabel 3.17 Desain Faktorial untuk Uji Hipotesis
A (Metode inkuiri terbimbing) dengan menggunakan media A1(lab virtual) A2 (lab real)
C1 (aktivitas tinggi)
A1B1C1 A2B1C1 B1 (gaya belajar
visual) C2 (aktivitas rendah)
A1B1C2 A2B1C2
C1 (aktivitas tinggi)
A1B2C1 A2B2C1 B2 (gaya belajar
kinestetik) C2 (aktivitas rendah)
A1B2C2 A2B2C2
Menurut tabel 3.17 dapat dijelaskan bahwa sel A1B1C1 merupakan letak
data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran kimia dengan
metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab untuk siswa yang memiliki gaya
belajar visual dan aktivitas belajar tinggi. A1B1C2 merupakan letak data prestasi
belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran kimia dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan virtual lab untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
dan aktivitas belajar rendah. A1B2C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang
memperoleh perlakuan pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan
aktivitas belajar tinggi. A1B2C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang
memperoleh perlakuan pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan
aktivitas belajar rendah.
Sel A2 B1C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh
perlakuan pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real
lab untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual dan aktivitas belajar tinggi.
A2 B1C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab untuk
siswa yang memiliki gaya belajar visual dan aktivitas belajar rendah. A2 B2C1
merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab untuk
siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan aktivitas belajar tinggi.
A2 B2C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran kimia dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab untuk
siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan aktivitas belajar rendah.
Berdasarkan dari desain faktorial di atas pengujian hipotesis dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
(a). H0, A : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual
lab dan real lab
H1, A : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab
(b). H0, B : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya
belajar visual dan kinestetik.
H1, B : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar
visual dan kinestetik.
(c). H0, C : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi dan rendah.
H1, C : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi dan rendah.
(d). H0, AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
H1,AB : Ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
(e). H0,AC : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab dengan
aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
H1,AB : Ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan aktivitas belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
(f). H0, BC : Tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
H1,BC: Ada interaksi antara antara gaya belajar dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
(g). H0,ABC: Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab, gaya belajar
dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
H1,AB : Ada interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab, gaya belajar dan aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2) Menetapkan uji statistik
Statistik uji dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga
jalan dengan GLM (General Linier Model).
3) Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi (α ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Taraf
signifikansi ini merupakan toleransi terhadap adanya kekeliruan. Semakin kecil taraf
signifikansi maka tingkat kekeliruan semakin kecil pula. Untuk penelitian pendidikan
pengambilan nilai α sebesar 0,05 sudah cukup memadai.
4) Menetapkan keputusan uji
Ketentuan pengambilan keputusan, H0 ditolak jika p-value > 0,05 selain itu H1
akan diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variasi jika hasil analisis
menunjukan bahwa pengecekan hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini
adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris,
dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata yang
berbeda. Pada penelitian ini uji lanjut dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM)
pada program Minitab Versi 15. Pemilihan pengolahan data dengan bantuan software
minitab 15 dikarenakan lebih praktis, menghemat waktu, meminimalisir kesalahan
hitung, memudahkan pembuatan interval distribusi frekuensi data dan histogram,
serta meningkatkan akurasi hasil perhitungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas data gaya belajar,
aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari kelas XI IPA 1
sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing dengan virtual lab dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen 2 yang
diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dengan real lab.
1. Data Gaya Belajar Siswa
Data gaya belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari isian angket
tertulis gaya belajar responden. Pembagian kategori gaya belajar adalah kategori gaya
belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa dimasukkan dalam kategori belajar
visual jika skor gaya belajar visual lebih besar dari skor gaya belajar kinestetik. Siswa
dimasukkan kedalam kategori gaya belajar kinestetik jika skor gaya belajar kinestetik
lebih besar daripada skor gaya belajar visual. Deskripsi data gaya belajar ditunjukkan
tabel 4.1.
Dari data dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual pada
kelas virtual lab adalah 25 siswa, sedangkan pada kelas real lab adalah 35 siswa, jadi
total siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah 60 siswa dari jumlah
keseluruhan siswa yaitu 81 siswa. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik pada kelas virtual lab adalah 15 siswa, sedangkan pada kelas real lab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
adalah 6 siswa. Jadi total siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah 21 siswa
dari total keseluruhan yaitu 81 siswa.
Tabel 4.1 Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar kelas Visual kinestetik
Jumlah
Virtual lab 25 15 40
Real lab 35 6 41 jumlah 60 21 81
2. Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes
aktivitas belajar. Pembagian kategori aktivitas adalah kategori aktivitas tinggi dan
aktivitas rendah. Aktivitas belajar tinggi jika skor lebih tinggi atau sama dengan rata-
rata gabungan kedua kelas. Aktivitas belajar rendah jika skor aktivitas belajar kurang
dari nilai aktivitas rata-rata gabungan kedua kelas. Deskripsi data aktivitas tersebut
dapat ditunjukkan pada tabel 4.2.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil tes aktivitas belajar dari jumlah
keseluruhan data sebanyak 81 siswa mempunyai skor rata-rata sebesar 53,58. Jumlah
siswa yang memiliki skor aktivitas belajar lebih tinggi dari 53,58 adalah sebanyak 46
siswa yang masing-masing 17 siswa dari kelas virtual lab dan 29 siswa dari kelas real
lab. Sedangkan jumlah siswa yang memiliki skor aktivitas belajar kurang dari 53,58
sebanyak 35 siswa yang masing-masing 23 siswa dari kelas virtual lab dan 12 siswa
dari kelas real lab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4.2 Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa
Kategori Kelas Jumlah data
Rata-rata Tinggi % Rendah %
Virtual lab 40 17 36,95 23 65,71 Real lab 41 29 63,05 12 34,29 Jumlah 81
53,58 46 100 35 100
Untuk diskripsi data metode virtual lab dan real lab, gaya belajar visual dan
kinestetik, aktivitas belajar tinggi dan rendah disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau dari Metode, Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar.
Metode inkuiri terbimbing dengan lab
virtual real
Aktivitas tinggi 9 26 visual
Aktivitas rendah 16 10
Aktivitas tinggi 8 2
Gaya
belajar
kinestetik
Aktivitas rendah 7 3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang diberi pembelajaran
dengan inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab, gaya belajar visual, aktivitas
tinggi sebanyak 9 siswa. Yang diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab gaya belajar visual, aktivitas rendah sebanyak 16 siswa.
Yang diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab, gaya
belajar kinestetik, aktivitas tinggi sebanyak 8 siswa. Yang diberi pembelajaran
dengan inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab gaya belajar kinestetik, aktivitas
rendah sebanyak 7 siswa. Yang diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing
menggunakan real lab, gaya belajar visual, aktivitas tinggi sebanyak 26 siswa. Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing menggunakan real lab gaya belajar
visual, aktivitas rendah sebanyak 10 siswa. Yang diberi pembelajaran dengan inkuiri
terbimbing menggunakan real lab, gaya belajar kinestetik, aktivitas tinggi sebanyak 2
siswa. Yang diberi pembelajaran dengan dengan inkuiri terbimbing menggunakan
real lab gaya belajar kinestetik, aktivitas rendah sebanyak 3 siswa
3. Data Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa diambil setelah pembelajaran berakhir. Dalam
penelitian ini, data yang diambil meliputi dua ranah yakni ranah kognitif dan ranah
afektif. Deskripsi data prestasi belajar siswa masing-masing ranah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
a. Ranah Kognitif
Deskripsi data prestasi belajar siswa ranah kognitif dapat ditunjukkan pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif
Nilai maksimal yang dapat dicapai oleh siswa adalah 70. Berdasarkan tabel 4.8 diatas,
diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa ranah afektif dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
virtual lab nilai rata-rata 60,525 dengan simpangan baku 2,470 nilai tertinggi 65 dan
nilai terendah 56. Sedangkan siswa yang diajar menggunakan real lab memperoleh
nilai rata-rata 61,122 dengan simpangan baku 3,756 nilai tertinggi 70 dan terendah
51.
Untuk diskripsi data prestasi belajar afektif ditinjau dari metode inkuiri
terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab dan gaya belajar disajikan pada
tabel 4.10.
Tabel 4.10 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Gaya Belajar
Virtual lab Real lab n mean SD n mean SD
Visual 25 65,000 2,550 35 64,829 2,728 Gaya belajar kinestetik 15 64,733 3,150 6 64,33 3,50
Untuk diskripsi data prestasi belajar afektif ditinjau dari metode inkuiri
terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab dan aktivitas belajar disajikan pada
tabel 4.11
Tabel 4.11 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Aktivitas Belajar
Virtual lab Real lab n mean SD n mean SD
rendah 23 65,043 2,513 12 63,583 2,503 Aktivitas belajar Tinggi 17 64,706 3,118 29 65,421 2,824
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas tujuannya adalah untuk mengevaluasi null hypothesis (H0)
yang menyatakan ’data mengikuti distribusi normal’. Jika p-value (nilai p) pada hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
uji lebih besar daripada taraf signifikansi, maka menerima null hypothesis (H0) dan
kesimpulannya data yang diuji mengikuti distribusi normal. Pada penelitian ini uji
normalitas yang digunakan adalah Ryan-Joiner normality test. Sedangkan taraf
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Uji normalitas dilakukan pada tiap kolom
dan baris sehingga jumlah keseluruhan terdapat 6 hasil uji normalitas pada tiap ranah
prestasi belajar. Hasil uji normalitas pada masing-masing ranah prestasi belajar
disajikan pada tabel 4.12 dibawah ini.
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar
p-value Ryan-Joiner Kelompok kognitif afektif kognitif afektif
Keputusan uji
Met virtual lab >0,100 >0,100 0,994 0,994 normal Met real lab >0,100 >0,100 0,997 0,991 normal Gaya belajar visual >0,100 >0,100 0,995 0,997 normal Gaya belajar kinestetik >0,100 >0,100 0,990 0,984 normal Aktivitas belajar tinggi >0,100 >0,100 0,995 0,995 normal Aktivitas belajar rendah >0,100 >0,100 0,995 0,995 normal
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa harga p-value prestasi belajar
kognitif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100 (p-value>0,100).
Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan
ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar kognitif siswa pada tiap-
tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari tabel diatas harga
p-value pada prestasi belajar afektif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari
taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti
data prestasi belajar afektif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
2. Uji Homogenitas
Uji homogentas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau
homogenitas antar populasi atau tingkatan faktor. Pada uji homogenitas, jika p-value
lebih besar dari pada nilai alpha a, maka menerima null hypothesis (hipotesis nol)
yang menyatakan bahwa variansi sampel sama atau homogen. Pada penelitian ini
dibandingkan variansi antara sampel yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab dan yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakan real lab ditunjukkan pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
P- value kognitif afektif
Faktor
F-test Levene’s test F-test Levene’s test
Keputusan uji
Metode 0,202 0,405 0,902 0,931 homogen Gaya belajar 0,246 0,347 0,274 0,257 homogen Aktivitas belajar 0,141 0,133 0,451 0,481 homogen
Pada uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari metode metode inkuiri
terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab, gaya belajar, dan aktivitas belajar
dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa p-value
untuk prestasi belajar kognitif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100
(p-value>0,100).berarti harga p-value lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
diperoleh keputusan bahwa H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa data prestasi
belajar kognitif ditinjau dari pembelajaran metode inkuiri terbimbing menggunakan
virtual lab dan real lab, gaya belajar, dan aktivitas belajar sampel-sampel dalam
penelitian berasal dari populasi yang homogen. Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
p-value untuk prestasi belajar afektif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari
0,100 (p-value>0,100) yang berarti harga p-value lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian diperoleh keputusan bahwa H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa data
prestasi belajar afektif ditinjau dari pembelajaran metode metode inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab dan real lab, gaya belajar, dan aktivitas belajar sampel-
sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Anava Tiga Jalan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai prestasi
belajar dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab yang
ditinjau dari gaya belajar dan aktivitas belajar siswa dianalisa dengan analisis variansi
2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama dengan uji GLM (General Linier Model),
dilanjutkan uji lanjut untuk H0 yang ditolak. Adapun hasil pengolahan data disajikan
pada tabel 4.13 untuk prestasi kognitif dan tabel 4.14 untuk prestasi afektif.
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
a. Ho1 : Dari tabel tersebut ditolak untuk kognitif sebab p-value = 0,004 < 0,05 dan
tidak ditolak untuk afektif sebab p-value = 0,412 > 0,05. Jadi ada perbedaan prestasi
belajar kognitif antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual lab dan real lab tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual
lab dan real lab.
Tabel 4.14 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif Siswa b.
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Metode 1 214.98 365.46 365.46 8.62 0.004
Gaya belajar 1 61.88 0.20 0.20 0.00 0.945
Aktivitas belajar 1 387.59 187.06 187.06 4.41 0.039
Metode*gaya belajar 1 154.71 180.92 180.92 4.26 0.042
Metode*aktivitas belajar 1 475.40 353.39 353.39 8.33 0.005
GB*aktivitas belajar 1 6.14 3.63 3.63 0.09 0.771
Metode*GB*aktivitas 1 2.37 2.37 2.37 0.06 0.814
Tabel 4. 15 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif Siswa
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Metode 1 0.419 3.175 3.175 0.68 0.412
Gaya belajar 1 149.643 48.546 48.546 10.41 0.002
Aktivitas belajar 1 102.490 40.744 40.744 8.74 0.004