perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK SISWA Disusun oleh : Agin Widarti S830809201 UNIVERSITAS SEBELAS MARET PASCASARJANA 2011
156
Embed
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR … · MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER ... Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik dinamis pada Siswa Kelas IX SMP ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK SISWA
Disusun oleh :
Agin Widarti S830809201
UNIVERSITAS SEBELAS MARET PASCASARJANA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK SISWA
Disusun oleh :
Agin Widarti S830809201
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
N a m a Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.NIP. 19520116 198003 1 001
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN
Nama : Agin Widarti
NIM : S830809201
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN FISIKA
MODEL SIKLUS BELAJAR MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN
ANIMASI KOMPUTER DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR ABSTRAK : Studi Kasus Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik
Dinamis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan Tahun
Pelajaran 2010/2011, adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya, dalam tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
Agin Widarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
MOTTO
“ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad ”
(Q.S. Al Mujadilah :11 )
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan khusus untuk :
Suamiku tercinta dan anak-anakku Riza dan Adel
yang setia menemani hari-hariku dan
memberikan aku semangat yang begitu besar
Bapak dan ibu yang kuhormati, terima kasih atas
perhatian dan doa-doanya selama ini yang telah
memberiku semangat sampai akhir studi
Semua orang yang tulus menyayangi dan
mendoakanku selama masa studi
Teman-temanku di SMP Negeri 1 Karas
Almamater
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan proposal tesis ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian sekaligus selaku pembimbing I yang
telah sabar memberikan masukan dan bimbingan selama penyusunan tesis ini.
3. Ibu Dra. Suparmi, M.A. Ph.D., selaku pembimbing II yang selalu sabar dalam
membimbing penulis menyusun tesis ini.
4. Bapak Widodo Kusmarjono, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Karas, Magetan.
5. Bapak Hariyanto, S.Pd M,Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Karangrejo
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Suami dan anak-anakku tercinta yang selalu memotivasi dan memberikan
inspirasi untuk selalu berkarya.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains angkatan Paralel
September 2009 yang terus memberikan dorongan semangat.
8. Teman-teman guru SMP Negeri 1 Karas yang selalu memberikan dorongan
semangat.
9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu segala kritik dan saran selalu penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan tesis yang akan dilakukan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
AGIN WIDARTI. S830809201. Pembelajaran Fisika Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Menggunakan Kit Listrik Magnet dan Animasi Komputer Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik dinamis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis: Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. 2. Dra. Suparmi, M.A. Ph.D
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika (2) pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika (3) pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, (4) interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika, (5) interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika, (6) interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika, (7) interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Karas tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling, dipilih empat kelas. Kelas eksperimen I dengan perlakuan menggunakan kit listrik magnet dan kelas eksperimen II dengan perlakuan menggunakan animasi computer. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak dan non tes (angket) untuk gaya belajar dan penilaian aspek afektif. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain factorial 2x2x2 dengan sel tak sama dengan bantuan software Minitab 15. Uji lanjut Anava menggunakan uji Scheffe.
Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika (Fobs = 4,33 atau p = 0,039); (2) tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika (Fobs = 0,08 atau p = 0,780); (3) terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika (Fobs = 28,33 atau p = 0,000); (4) ada interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan gaya belajar siswa (Fobs = 27,85 atau p = 0,000), (5) tidak ada interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak siswa (Fobs = 0,000 atau p = 0,981), (6)tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa (Fobs = 0,23 atau p = 0,630), (7) tidak ada interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa (Fobs = 2,85 atau p = 0,094).
Hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan animasi komputer lebih efektif daripada menggunakan kit listrik magnet. Kemampuan berpikr abstrak siswa merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.
Kata kunci : siklus belajar, kit listrik magnet, animasi komputer, gaya belajar, kemampuan berpikir abstrak, prestasi belajar, listrik dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Agin Widarti, S830809201. “Physics Learning by Learning Cycle Model using Electric Magnetism KIT and Animation Computer Considered from Learning Style and Abstract Thinking Ability. (A Case Study on Dinamic Electric for IXth student, State Junior High School 1 Karas, Magetan in the Academic Year of 2010/2011).” Thesis: Graduate Program in Science Education Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010. Advisor : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. 2. Dra. Suparmi, M.A. Ph.D The aims of this research were to find out: (1) the effects of learning cycle using electricity and magnetism kit and computer animation on the physic learning achievement, (2) the effects of visual and kinesthetic learning styles on the physic learning achievement, (3) the effect of high and low abstract thinking abilities on the physic learning achievement, (4) the interaction between learning cycle using electricity and magnetism kit and computer animation and learning style to the physic learning achievement, (5) the interaction between learning cycle using electricity and magnetism kit and computer animation and abstract thinking ability to the physic learning achievement, (6) the interaction between learning style and abstract thinking ability to the physic learning achievement, (7) the interaction between learning by learning cycle using electricity and magnetism kit and computer animation ,learning style and abstract thinking ability towards the physic learning achievement. The method of the research was experimental method with factorial design of 2x2x2. Populations of the research were all students in grade IX SMP 1 Karas Academic Year of 2010/2011. The samples of the research were taken by cluster random sampling consisted of four classes. The 1st two classes was treated using electricity and magnetism kit and the 2nd two classes was treated using computer animation. The data was collected using test for student achievement and abstract thinking ability, and non-test (questioner) for learning style and affective student achievement. The research hypothesis was analyzed using Anova with 2x2x2 factorial design and unequal cell number calculate by software Minitab-15, then it was tested continually using Scheffe’ test. From the data analysis can be concluded that: (1) there was the effects of learning cycle using electricity and magnetism kit and computer animation on the physic learning achievement (Fobs = 4,33 or p = 0,039), (2) there were not the effects of visual and kinesthetic learning styles on the physic learning achievement (Fobs = 0,08 or p = 0,780), (3) there were the effect of high and low abstract thinking abilities on the physic learning achievement (Fobs = 28,33 or p = 0,000), (4) there was interaction between learning cycle using electric magnetism kit and animation computer and learning style towards the physic learning achievement (Fobs = 27,85 or p = 0,000), (5) there was not any interaction learning cycle using electric magnetism kit and animation computer and abstract thinking ability towards the physic learning achievement (Fobs = 0,000 or p = 0,981), (6) there was not any interaction between learning style and abstract thinking ability toward the physic learning achievement (Fobs = 0,23 or p = 0,630), (7) there was not any interaction among learning cycle using electric magnetism kit and animation computer , learning style and abstract thinking ability towards the physic learning achievement (Fobs = 2,85 or p = 0,094).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Result of the research can be concluded that physics learning with animation computer is more effective than electric magnetism kit. Abstract thinking ability of student are important factors that are needed to be considered in promoting the student achievement. Key word: learning cycle, electricity and magnetism kit, computer animation, learning style, abstract thinking ability, student achievement, electric dynamics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ............................................................. iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
Lampiran 11 : Hasil Uji Coba Instrumen Gaya Belajar..................................
199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 12 : Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Abstrak.......
202
Lampiran 13 : Hasil Uji Coba InstrumenPrestasi Belajar…………………...
205
Lampiran 14 : Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Afektif…............................
208
Lampiran 15 : Data Induk Penelitian...............................................................
211
Lampiran 16 : Hasil Olah Data ......................................................................
215
Lampiran 17 : Hasil Analisis Varians............................................................
218
Lampiran 18 : Hasil Uji Scheffe......................................................................
223
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu
bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang
bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat
terus menerus. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung
sangat pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut, setiap negara dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan
berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri.
Fisika merupakan bagian pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan
pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian
yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan fisika diarahkan
pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan
akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mulai tahun 2008 diujikan dalam Ujian
Nasional untuk tingkat SMP. Pada tahun pelajaran 2007/2008 nilai standar kelulusan
rata-rata 5,25 dan mulai tahun pelajaran 2008/2009 ditingkatkan menjadi 5,50.
Dengan penambahan nilai standar kelulusan tersebut maka semakin berat tantangan
yang harus dihadapi oleh para peserta didik untuk memperoleh nilai yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
syarat kelulusan. Apalagi banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari IPA, khususnya pada materi pelajaran fisika. Menurut pendapat
sebagian siswa di SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan, fisika merupakan mata
pelajaran yang sukar dipahami dan menjadi mata pelajaran yang kurang disukai. Dari
hasil pengamatan selama mengajar di SMP Negeri 1 Karas, sebagian siswa kurang
berminat mengikuti pelajaran apalagi bila pelajaran tersebut diberikan pada jam-jam
terakhir dimana kondisi anak sudah menurun dan konsentrasi belajar semakin
berkurang.
Tidak sedikit pula siswa yang takut dengan fisika sehingga malas untuk
belajar sehingga berakibat pada rendahnya prestasi hasil belajar. Hal itu dapat
ditunjukkan dari rendahnya jumlah siswa yang mempunyai nilai di atas KKM.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMP Negeri 1 Karas tahun pelajaran
2009/2010 untuk materi listrik dinamis yang harus dipenuhi adalah 67. Sedangkan
dari dokumen hasil ulangan harian materi listrik dinamis tahun pelajaran 2009/2010
diperoleh ketuntasan belajar kelas IX A 47%, kelas IX B 35%, IX C 53%, IX D
62%, IX E 50%, dan IX F 55%.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa belajar,
diantaranya kompetensi guru, kemampuan siswa, serta karakteristik dari mata
pelajaran yang diajarkan. Dari ketiga faktor tersebut guru mempunyai peran yang
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru tidak dapat digantikan
keberadaannya dalam proses belajar mengajar. Alat dan teknologi pendidikan
hanyalah merupakan sarana yang membantu agar pelaksanaan tugas guru lebih
efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Guru hendaknya mengajarkan fisika dengan cara-cara menarik,
menyenamgkan dan diterima oleh daya nalar siswa sehingga siswa merasa senang
dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih jauh. Banyak model pembelajaran yang
dapat diterapkan guru agar pembelajaran fisika dapat lebih bermakna dan suasana
belajar lebih menyenangkan bagi siswa diantaranya adalah pembelajaran kooperatif,
siklus belajar (learning cycle), problem solving, problem posing, pembelajaran
berbasis masalah dan lain lain. Selama ini sebagian besar guru belum menggunakan
model pembelajaran yang bervariasi. Mereka cenderung menggunakan cara-cara
yang monoton sehingga siswa kurang termotivasi.
Selain itu agar terjadi kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan
dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saat ini media
komputer sudah menjadi media yang tidak asing bagi kalangan guru maupun siswa
dan bahkan sudah menjadi kebutuhan bagi para siswa tetapi tidak sedikit pula guru
yang belum menggunakan fasilitas tersebut di sekolah untuk keperluan
pembelajaran. Selain fasilitas sarana komputer, sarana laboratorium juga sudah
tersedia di sekolah-sekolah. Banyak peralatan laboratorium yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran fisika seperti kit listrik magnet, kit optik, kit mekanika
dan masih banyak lagi tetapi seringkali alat-alat tersebut belum digunakan secara
optimal.
Pelajaran IPA khusunya fisika di SMP kelas IX semester 1 mencakup materi
listrik statis, elemen dan sumber arus listrik, listrik dinamis, energi dan daya listrik,
serta kemagnetan. Materi listrik dinamis adalah materi pelajaran fisika yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
abstrak karena siswa tidak bisa melihat bagaimana arus listrik mengalir dan
bagaimana resistor dapat menghambat arus listrik. Namun materi listrik dinamis juga
bersifat konkret karena efek dari arus listrik bisa dirasakan dan diamati. Karena itu
materi listrik dinamis merupakan salah satu materi yang banyak menuntut siswa
untuk memiliki daya imajinasi dan daya nalar yang tinggi, misalnya memahami
gambar rangkaian, menghitung hambatan pengganti, menentukan arah aliran arus
listrik, dan sebagainya. Media mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran agar
abstraksi dari arus arus listrik dapat divisualisasikan. Banyak ragam media yang
dapat digunakan diantaranya kit listrik magnet, video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan animasi komputer. Namun
pada kenyataannya, tidak semua guru mau menggunakan kit listrik magnet untuk
melakukan percobaan dengan beberapa sebab seperti keterbatasan ruang
laboratorium IPA yang dipakai untuk laboratorium biologi sekaligus fisika,
keterbatasan sarana dan waktu dalam menyiapkan alat tersebut sehingga kegiatan
percobaan menjadi terkendala. Selain menggunakan kit listrik magnet, materi listrik
dinamis yang bersifat abstrak sekaligus konkret dapat divisualisaikan dengan
menggunakan media animasi komputer
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tidak hanya tergantung pada
pemilihan model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan tetapi ada
faktor lain yang turut berperan dalam keberhasilan tersebut. Kemampuan awal,
kreatitifitas, motivasi, gaya belajar, kemampuan berpikir juga turut berperan dalam
keberhasilan pembelajaran. Kemampuan seseorang (siswa) untuk memahami dan
menyerap pelajaran sudah bisa dipastikan berbeda tingkatannya. Ada yang cepat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang
sama. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di
papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba
memahaminya, tetapi sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan
cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu ada pula siswa-siswa lain yang lebih suka membentuk
kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran
tersebut. Pendek kata setiap orang (siswa) akan memiliki gaya belajar (learning
style) tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran, hingga
menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif untuk diproses menjadi suatu
perilaku seimbang untuk mengembangkan dan menghadapi permasalahan
berikutnya.
Cara-cara yang dipilih oleh siswa dalam belajar akan menyesuaikan dengan
kebiasaan mereka dalam gaya belajar dan kemampuan berpikirnya masing-masing.
Perbedaan itu menunjukkan cara tercepat, terbaik dan paling seimbang bagi setiap
individu untuk bisa menyerap informasi dari luar dirinya (Hamzah B. Uno, 2005:
108). Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang
(siswa), kemungkinan akan lebih mudah bagi kita untuk memandu dan memilih cara
yang tepat untuk memberikan informasi pengajaran hingga diharapkan dapat
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
Dari berbagai masalah yang telah dikemukakan di atas dicarikan pemecahan
masalahnya yaitu penggunaan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
kondisi di SMP Negeri 1 Karas. Selain itu perlu diupayakan suatu media
pembelajaran alternatif, di luar media yang biasa dipakai di sekolah, yang
memudahkan siswa untuk memahami konsep fisika materi listrik dinamis sehingga
diharapkan prestasi belajarnya bisa ditingkatkan. Komputer adalah salah satu media
pembelajaran alternatif yang bisa digunakan untuk pembelajaran fisika.
Media komputer memiliki kemampuan yang cukup banyak yaitu menyimpan
informasi, mengolah informasi, menyajikan data, menampilkan animasi, dan lain-
lain. Dengan kemampuan itu maka komputer bisa dijadikan media pada
pembelajaran fisika materi listrik dinamis sehingga siswa akan lebih mudah
memahami konsep fisika. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran
bermacam-macam bentuknya tergantung kecakapan pendesain dan pengembang
pembelajarannya. Bisa berbentuk permainan (games) atau mengajarkan konsep-
konsep abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang
disimulasikan dengan gerakan atau dianimasikan.
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran fisika di SMP perlu diterapkan
model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran yang memberi peluang
kepada siswa untuk mengaktualisasikan diri. Berdasarkan pandangan penulis perlu
dilakukan optimalisasi pembelajaran yang mengacu pada hakekat sains/fisika di
SMP. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan hakekat sains adalah model
pembelajaran siklus belajar atau learning cycle (LC). Model pembelajaran learning
cycle (LC) merupakan model pembelajaran berorientasi konstruktivistik sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran fisika. Model pembelajaran
tersebut perlu dioptimalkan agar terjadi pembelajaran bermakna sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
paradigma konstruktivistik. Konsep implementasi pembelajaran dengan model LC
adalah mengajar suatu konsep/materi pokok dijabarkan dalam fase-fase yaitu
eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep (LC tiga fase) atau
engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (LC lima fase).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memperoleh pemikiran bahwa
dalam pembelajaran fisika, prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Karas dapat
ditingkatkan melalui penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat. Hal ini
tentu saja tetap memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa sebagai
subyek didik. Faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan
ragam gaya belajar dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing
siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Mata pelajaran IPA kembali menjadi mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional tetapi banyak siswa SMP Negeri 1 Karas kurang berminat belajar
fisika.
2. Motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika rendah karena
guru melaksanakan pembelajaran secara monoton, padahal berbagai model
pembelajaran telah dikembangkan seperti model pembelajaran kooperatif,
siklus belajar (learning cycle), problem solving, problem posing, pembelajaran
berbasis masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
3. Peran guru dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk menggunakan fasilitas
belajar di sekolah masih belum maksimal sehingga potensi yang dimiliki siswa
belum dapat digali sepenuhnya.
4. Beberapa media pembelajaran fisika telah tersedia seperti kit, animasi
computer, video, modul, dan lain-lain namun masih banyak guru yang belum
menggunakannya.
5. Pembelajaran fisika yang dilaksanakan belum dapat membantu mempermudah
belajar siswa, karena guru belum memperhatikan kondisi siswa yang berbeda-
beda seperti kemampuan awal, kreatifitas, gaya belajar, kemampuan berpikir
siswa.
6. Perhatian dan pendekatan kepada siswa yang memiliki karakteristik belajar
berbeda-beda dalam suatu kelas dengan jumlah siswa yang banyak, masih
terabaikan dari perhatian guru. Hal ini dikarenakan padatnya materi yang tidak
seimbang dengan alokasi waktu yang tersedia.
7. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena skenario pembelajaran
belum memperhatikan gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa.
8. Beberapa materi IPA (fisika) yang disajikan pada siswa kelas IX semester 1
antara lain listrik statis, elemen dan sumber arus listrik, listrik dinamis, energi
dan daya listrik, serta kemagnetan. Diantara materi tersebut terdapat
keterkaitan namun guru belum menunjukkan keterkaitan tersebut.
9. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
penilaian IPA sebaiknya mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti memberi batasan masalah sebagai
berikut :
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IX semester satu SMP Negeri 1 Karas
Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Penelitian ini menerapkan model Siklus Belajar (Learning Cycle)
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer pada pembelajaran
fisika.
3. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
pokok Listrik Dinamis dengan pencapaian indikator yang dikembangkan oleh
peneliti
4. Prestasi belajar siswa ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa.
5. Dalam penelitian ini prestasi belajar fisika adalah sesuatu yang telah dicapai
dari hasil kegiatan belajar fisika pada aspek kognitif yang diperoleh dari tes
prestasi belajar dan aspek afektif diperoleh dari angket yang diberikan setelah
proses pembelajaran berlangsung .
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan
kit listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika?
3. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar fisika?
5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?
6. Apakah terdapat interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir
abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?
7. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?
Section 1.01 E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet
dan animasi computer terhadap prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
3. Pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
4. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar fisika
5. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika
6. Interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika terhadap prestasi belajar fisika
7. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Section 1.02 F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Masukan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya serta
menumbuhkan rasa keingintahuan sebagai bekal hidupnya di masa yang akan
datang.
b. Masukan bagi para pendidik untuk selalu meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya dengan melakukan inovasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
c. Bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mendukung teori-
teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian–penelitian selanjutnya bagi
peneliti lain yang relevan.
c. Masukan kepada semua pihak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan
hakikat belajar, teori belajar Konstruktivisme, model siklus belajar, hakikat gaya
belajar, hakikat kamampuan berpikir siswa dan prestasi belajar siswa. Dengan
adanya teori-teori yang tersusun diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan kerangka pemikiran yang dijadikan dasar untuk penyusunan hipotesis.
1. Hakikat Belajar
Hakikat belajar menurut Gagne, belajar dapat didefiniskan sebagai “suatu
proses di mana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”
(Ratna Wilis, 1989:11). Sedangkan menurut pandangan teori belajar bermakna
(meaningfull learning), Ausubel menjelaskan bahwa “belajar itu merupakan proses
bagaimana caranya agar sesuatu yang diketahui seseorang dapat dibentuk secara
terstruktur dalam dirinya”(Ratna Wilis, 1989: 112). Dengan demikian belajar dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa pembentukan suatu kemampuan yang sebelumnya
tidak mampu dilakukan.
Sementara menurut Ujang Sukandi (2004:3), “belajar merupakan proses aktif
membangun makna atau pemahaman dari informasi dan pengalaman oleh si
pembelajar”. Pendapat ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Slameto (1998:2),
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang belajar. UNESCO
mengemukakan bahwa pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar
mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup
dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be) (Mulyasa, 2003: 17). Manusia adalah makhluk yang mengusahakan
sendiri apa yang dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir.
Untuk itu manusia diperlengkapi oleh Tuhan dengan akal, sehingga dengan ini dia
bisa mengembangkan potensi potensi yang dimilikinya. Belajar adalah bentuk
kegiatan untuk mengembangkan semua potensi itu. Secara umum kita mengartikan
belajar sebagai usaha untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk menguasai ketrampilan
tertentu. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu: adanya perubahan tingkah
laku, sifat perubahannya relatif permanen serta perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan.
Dengan demikian belajar adalah suatu proses yang disengaja untuk
mendapatkan perubahan-perubahan pada diri individu yang meliputi sikap,
pengertian baru, dan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman baik yang diperoleh
melalui latihan-latihan maupun hasil dari pengalaman.
2. Teori Belajar Kognitif
Menurut pandangan psikologi kognitif, belajar merupakan hasil interaktif
antara apa yang diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika
belajar. Ahli psikologi kognitif beranggapan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran peserta didik. Teori belajar kognitif berkembang dari kerja para tokoh seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
Piaget dan Vygotsky. Berikut ini adalah uraian teori belajar kognitif menurut
pandangan kedua tokoh tersebut.
a. Teori Belajar Piaget
Menurut pandangan Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah
menurut perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosional, perkembangan kognitif (berpikir) dan perkembangan bahasa. Oleh
Piaget diungkapkan bahwa ”struktur intelektual (skemata) terbentuk ketika siswa
berinteraksi dengan lingkungan” (Ratna wilis Dahar, 1989:150). Piaget juga
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif siswa selama di sekolah bersifat
eksternal. Hal ini berarti perkembangan kognitif siswa di sekolah dipengaruhi oleh
kejadian saat di kelas, misalnya informasi guru, metode mengajar serta media
pengajaran. Sehingga metode pembelajaran yang dilakukan guru selama di kelas
sangat mempengaruhi perkembangan kognitif siswa
Perkembangan kognitif siswa sebagian besar tergantung pada seberapa jauh
siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu siswa
dengan lingkungan merupakan sumber pengetahuan baru. Namun interaksi dengan
lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu mampu memanfaatkan pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Piaget berpandangan bahwa ”perkembangan intelektual siswa
didasarkan pada dua fungsi yakni organisasi dan adaptasi” (Ratna Wilis Dahar,
1989:150). Organisasi memberikan kemampuan untuk mensistematika dan
mengorganisir proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur
dan saling berhubungan. Sedangkan fungsi kedua yakni adaptasi, semua organisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
lahir dengan kecenderungan untuk beradaptasi pada lingkungan dengan melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang siswa
menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimiliki untuk menanggapi
masalah yang dihadapi dengan lingkungannya, sedangkan pada proses akomodasi
seseorang siswa memerlukan modifikasi struktur mental yang telah dimiliki dalam
merespon terhadap tantangan lingkungannya.
Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika
seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan akibatnya terjadilah akomodasi serta menimbulkan
perubahan sehingga timbul struktur pengetahuan yang baru. Pertumbuhan intelektual
merupakan proses yang terus-menerus dari ketidakseimbangan dan keadaan
setimbang. Jika terjadi keseimbangan kembali maka individu tersebut berada pada
tingkat kognitif yang lebih tinggi dari tingkat kognitif sebelumnya.
Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan struktur kognitif
dan setiap akan melewati tahapan demi tahapan secara herarki namun perkembangan
itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda, tergantung dari seberapa jauh anak
dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget mengidentifikasi empat tahapan
perkembangan kognitif seorang anak, yaitu :
1) Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun).
Tingkat sensori motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada periode
ini anak : (a) mengadaptasi dunia luar melalui perbuatan; (b) mula-mula belum
mengenal bahasa atau cara lain untuk memberi label pada obyek atau perbuatan; (c)
di akhir tahap ini telah sampai pada pembentukan struktur kognitif sementara untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya terhadap waktu, benda, ruang dan
kausalitas. Anak mulai mengenal atau mempunyai bahasa untuk memberi label
terhadap benda atau perbuatan.
2) Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun).
Periode ini disebut pra operasional karena pada umur ini anak belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.
Pada periode ini anak : (a) mulai meningkatkan kosa kata; (b) membuat penilaian
berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual; (c) mengelompokkan benda-
benda berdasarkan sifat-sifat; (d) mulai memiliki pengetahuan mengenai benda-
benda serta mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya;
(e) mempunyai pandangan egosentrik dan subyektif.
3) Tahap Operasional Kongkrit (7 - 11 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Pada periode ini anak : (a) mulai
memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak; (b) mulai
berpikir secara operasional dan menggunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda; (c) membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan
hubungan sebab akibat; memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, luas
dan berat.
Tetapi tidak berati bahwa anak-anak pada tingkat operasional konkrit lebih pandai
dari pada anak-anak prasekolah, tetapi mereka memperoleh kemampuan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
utuk memecahkan masalah-masalah yang sebelumnya belum dapat mereka pecahkan
dengan benar.
4) Tahap operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pada periode ini anak : (a) mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi yang
terbentuk pada tahap sebelumnya; (b) membuat hipotesis, melakukan penelitian
terkontrol, dapat menghubungkan bukti dan teori; (c) membangun dan memahami
penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dan logika.
Pada periode operasional formal, anak-anak sudah berpikir sebagai orang
dewasa, dengan kata lain ia sudah dapat berpikir tentang yang dipikirkan dan ia juga
dapat menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol. Usia siswa SMP
tergolong berada pada tingkat perkembangan kognitif operasional formal sehingga
mampu melakukan pengontrolan terhadap suatu variabel, misalnya untuk
pembelajaran fisika seperti melakukan pengukuran kuat arus dan tegangan listrik
pada materi Listrik Dinamis, besarnya kuat arus dan tegangan listrik dapat dilihat
dari angka yang ditunjukkan pada ampermeter dan voltmeter.
b. Teori Vygotsky
Proses perkembangan mental menurut Vygotsky lebih menekankan pada hakekat
sosiokultural dari pembelajaran dimana pembelajar tinggal yakni interaksi sosial
melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone
Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi
apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
tugas-tugas itu berada dalam Zone Proximal Development (ZPD) siswa, yaitu tingkat
perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual
siswa yang dimiliki saat ini.
Vygotsky dalam Slavin (1994:37), memberikan batasan tentang teori
perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan
yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog dan kerjasama antar individu
siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karas yang rata-rata
mempunyai usia lebih dari 12 tahun, siswa dalam usia perkembangan ini memasuki
tahapan operasional formal. Pada tahapan ini kemampuan anak tidak terbatas pada
obyek-obyek konkrit tetapi anak sudah dapat memandang kemungkinan-
kemungkinan yang ada melalui pemikirannya, serta dapat berpikir logis. Termasuk
melakukan operasi-operasi matematik dan memahami simbol-simbol besaran yang
sering digunakan dalam pelajaran fisika.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam proses pembelajaran saat ini terjadi pergeseran paradigma yang perlu
mendapat perhatian para pendidik, yakni perubahan paradigma dari “mengajar” ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
“belajar”. Paradigma belajar tidak cukup siswa belajar dengan instruksi guru dalam
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa perlu mengkonstruksi ilmu
yang dipelajarinya. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivis (Nikson dalam
Hudojo, 2003:1) adalah :
Membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru . Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman terjadi karena terbentuknya skema dalam benak siswa.
Pembelajaran konstruktivis menekankan kepada pentingnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Menurut Bettencourt dalam Paul Suparno (2007:8), “pengetahuan
merupakan bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang
sudah jadi dan tidak dapat berubah, tetapi pengetahuan harus dibentuk sendiri dalam
pikiran siswa “. Belajar pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu
proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap, dan sempurna. Seorang
guru tidak dapat mentransfer begitu saja pengetahuannya ke dalam pikiran siswa
karena pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui
kegiatan berpikir seseorang.
Pengetahuan yang sudah dimiliki guru fisika tidak dapat begitu saja
dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Sebagai contoh, ketika guru
mengajarkan materi listrik dinamis tentang hukum Ohm kepada siswa. Hukum Ohm
sudah diketahui oleh guru cukup lama sejak duduk dibangku SMP, kemudian
dilanjutkan di SMA sampai perguruan tinggi sehingga pengetahuan itu semakin
lengkap. Bagi siswa hukum Ohm merupakan pengetahuan baru yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
dibentuk dalam pikirannya. Apabila siswa salah dalam mengkonstruk pengetahuan
baru yang didapatnya maka siswa tersebut akan mengalami salah konsep atau
miskonsepsi.
Agar pembelalajaran fisika bermakna bagi siswa, maka pembelajaran fisika
sebaiknya dimulai dengan masalah-masalah yang nyata. Kemudian siswa diberi
kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri dengan skema yang
dimiliki dalam pikirannya. Dalam pembelajaran fisika, guru harus menempatkan
siswa dalam kondisi aktif, sehingga siswa akan terlibat langsung dengan proses dan
obyek yang dipelajari. Siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,
menganalisis, dan merangkumnya sebagai suatu pengetahuan yang utuh. Selain
dapat mendukung perkembangan kognitif, cara belajar yang menempatkan siswa
dalam keadaan aktif belajar akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinisiatif dan membentuk konsep yang lengkap.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran
fisika, guru perlu berusaha memahami bagaimana siswa belajar; yaitu proses siswa
dalam mengkonstruk konsep fisika yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian
guru perlu mengkonstruk teori belajar fisika dan kemudian mendesain model
pembelajaran yang sesuai untuk diaplikasikan dalam kegiatan di kelas.
Pandangan konstruktivistik menyatakan bahwa dalam belajar siswa
merespon pengalaman-pengalaman pancaindra dengan mengkonstruksi suatu skema
atau struktur kognitif dalam otak. Individu berusaha memahami situasi atau
fenomena apapun yang mereka jumpai dalam kehidupan. Konsekuensi dari
pemahaman ini adalah terbentuknya struktur kognitif yang berupa keyakinan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
pengertian, atau penalaran sebagai pengetahuan subyektif siswa. Dari pandangan ini
diketahui bahwa pengetahuan atau pengertian yang diperoleh siswa adalah sebagai
akibat dari proses konstruksi (aktif) yang berlangsung terus menerus dengan cara
mengatur, menyusun dan menata ulang pengalaman yang dikaitkan dengan struktur
kognitif yang dimiliki. Struktur tersebut berkembang sebagai akibat modifikasi dan
pengayaan pengalaman siswa. Oleh karena proses penguasaan kosep terjadi dalam
pikiran siswa sebagai hasil interaksi pancainderanya dengan lingkungan sekitarnya
maka pengetahuan tidak dapat semata-mana ditransfer oleh guru kepada siswa.
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, belajar juga memiliki dimensi
sosial (Tobin et al, 1990). Tanggung jawab untuk belajar dan pemahaman terletak
dalam diri pebelajar sendiri. Walau demikian, pebelajar perlu waktu untuk
mengalami, merefleksikan pengalaman dikaitkan dengan pengetahuan awal mereka,
dan menyelesaikan berbagai masalah yang muncul. Pebelajar perlu waktu untuk
Data prestasi belajar siswa selengkapnya terdapat pada lampiran 15.
Perbandingan prestasi belajar fisika antara kelas eksperimen I yang
menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan
kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran learning cycle
menggunakan animasi komputer dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas Kit Listrik Magnet
Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas Animasi Komputer
Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar fisika kelas kit listrik
magnet dan animasi komputer dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas animasi
komputer yang mendapatkan nilai dengan kelas interval tinggi yaitu 69 – 76 dan 77 –
84 lebih besar dari pada kelas kit listrik magnet. Berdasarkan rata-rata nilai tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxviii
prestasi belajar fisika juga terlihat bahwa rata-rata nilai kelas animasi komputer
(70,99) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kit listrik magnet
(68,78). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.
2. Gaya Belajar
Data gaya belajar siswa diperoleh dari isian angket tertulis gaya belajar.
Berdasarkan data gaya belajar yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu visual dan kinestetik. Pembagian kategori gaya belajar visual dan
kinestetik yang akan digunakan berdasarkan perolehan skore tertinggi. Dengan
menggunakan kriteria tersebut dari 162 siswa yang terdiri dari 81 siswa kelas
eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan
kit listrik magnet dan 81 siswa kelas eksperimen II dengan model pembelajaran
learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 82 siswa mempunyai gaya
belajar visual dan 80 siswa mempunyai gaya belajar kinestetik. Secara rinci data
jumlah siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik disajikan dalam
tabel 4.3
Tabel 4.3. Jumlah siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik.
Gaya Belajar
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Kit Listrik Magnet Animasi Komputer
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Visual 45 55,6 % 37 45,7 %
Kinestetik 36 44,4 % 44 54,3 %
Jumlah 81 100 % 81 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxix
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis yang diperoleh
siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik pada masing-masing kelas disajikan
dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet.
Gaya belajar Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Visual 45 83 47 63,67 8,53
Kinestetik 36 93 53 75,17 8,81
Total 81 93 47 68,78 10,35
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas kit listrik magnet dengan gaya belajar visual nilai terendah 47, nilai tertinggi
83, nilai rata-rata 63,67 dengan standar deviasi 8,53. Prestasi belajar aspek kognitif
siswa dengan gaya belajar kinestetik , nilai terendah 53, nilai tertinggi 93, nilai rata-
rata 75,17 dengan standar deviasi 8,81. Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas
animasi komputer terangkum pada tabel 4.5
Tabel 4.5. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer.
Gaya belajar Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Visual 37 97 50 73,46 10,82
Kinestetik 44 87 47 68,91 8,58
Total 81 97 47 70,99 9,87
Berdasarkan tabel diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas
animasi komputer dengan gaya belajar visual nilai terendah 50, nilai tertinggi 97,
nilai rata-rata 73,46 dengan standar deviasi 10,82. Prestasi belajar aspek kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
siswa dengan gaya belajar kinestetik , nilai terendah 47, nilai tertinggi 87, nilai rata-
rata 68,91 dengan standar deviasi 8,58.
3. Data Kemampuan Berpikir Abstrak
Data penelitian mengenai kemampuan berpikir abstrak diperoleh dari tes
kemampuan berpikir abstrak. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas.
Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya
dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di bawah
skor rata-rata dikelompokkan dalam kategori rendah.
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 162 siswa yang terdiri dari 81
siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan 81 siswa kelas eksperimen II dengan model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 77 siswa
mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan 85 siswa mempunyai
kemampuan berpikir abstrak rendah. Secara rinci data kemampuan berpikir abstrak
disajikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi dan Rendah.
Kemampuan Berpikir Abstrak
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Kit Listrik Magnet Animasi Komputer
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 42 51,8 % 43 53,1 %
Tinggi 39 48,2 % 38 46,9 %
Jumlah 76 100 % 76 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
Berdasarkan pengelompokan dengan menggunakan kategori tersebut dari
162 siswa yang terdiri dari 81 siswa kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet, terdapat 13 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, 32 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, 26 siswa
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak tinggi, dan 10
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak rendah.
Sedangkan untuk 81 siswa kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 11 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, 26 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, 27 siswa
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak tinggi, dan 17
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak rendah. Secara rinci
pembagian kelompok tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 : Jumlah siswa yang gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak tinggi, gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak rendah.
Faktor Kit Listrik
Magnet Animasi
Komputer
Gaya Belajar Visual
Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi
13 11
Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah
32 26
Gaya Belajar Kinestetik
Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi
26 27
Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah
10 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis yang diperoleh
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah pada masing-masing
kelas disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet.
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 39 93 53 74,51 9,38
Rendah 42 80 47 63,45 8,19
Total 81 93 47 68,78 10,35
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi, nilai terendah 53,
nilai tertinggi 93, nilai rata-rata 74,51 dengan standar deviasi 9,38. Prestasi belajar
aspek kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah , nilai terendah 47,
nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 63,45 dengan standar deviasi 8,19.
Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas animasi komputer terangkum pada tabel
4.9
Tabel 4.9. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer.
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 38 97 57 73,74 9,13
Rendah 43 90 47 68,56 9,96
Total 81 97 47 70,99 9,87
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas
animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi, nilai terendah 57, nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii
tertinggi 97, nilai rata-rata 73,74 dengan standar deviasi 9,13. Prestasi belajar aspek
kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah , nilai terendah 47, nilai
tertinggi 90, nilai rata-rata 68,56 dengan standar deviasi 9,96.
Section 4.02 B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan
beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut :
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah
dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah
sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak
(Sudjana, 1996: 291-292).
Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan
Ryan-Joiner normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15.
Dengan menggunakan ketentuan jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,100 (p-
value > 0,100) maka Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan data berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang
menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima.
Hasil uji normalitas data prestasi yang telah dilakukan secara rinci dapat dilihat pada
gambar 4.3 sampai dengan 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiv
10090807060504030
99,9
99
9590
80706050403020
10
5
1
0,1
prestasi belajar
Pe
rce
nt
Mean 69,88StDev 10,14N 162RJ 0,998P-Value >0,100
Probability Plot of prestasi belajarNormal
Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika
Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan uji
Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa media (kit listrik magnet dan animasi
computer), dan kemampuan berpikir abstrak keduanya berpengaruh terhadap prestasi
belajar fisika. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fobs yang masih lebih besar dari daerah
kritik DK = 3,91 pada taraf signifikansi α = 0,05, sehingga Ho yang menyatakan
tidak ada perbedaan prestasi belajar antara kelas yang diajar dengan model
pembelajaran siklus belajar menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah juga ditolak. Tetapi Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiii
yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya
belajar visual dan kinestetik diterima.
Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means
(ANOM) pada program Minitab 15 yang menunjukkan media animasi computer
berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan media
kit listrik magnet seperti terlihat pada gambar 4.9
KITAnimasi
72
71
70
69
68
media
Mea
n
68,313
71,452
69,883
One-Way Normal ANOM for prestasi belajarAlpha = 0,05
Gambar 4.9. Diagram ANOM pengaruh media terhadap prestasi belajar
Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk animasi mengarah ke atas mendekati
garis merah, berarti media animasi computer berpengaruh lebih besar terhadap
prestasi belajar fisika dibandingkan dengan media kit listrik magnet.
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar pada gambar 4.10 terlihat ada garis biru yang melewati
batas garis merah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiv
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Kemampuan berpikir abstrak
tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan
kemampuan berpikir abstrak rendah.
t inggirendah
75,0
72,5
70,0
67,5
65,0
kemampuan berpikir abstrak
Mea
n
68,14
71,62
69,88
One-Way Normal ANOM for prestasi belajarAlpha = 0,05
Gambar 4.10. Diagram ANOM pengaruh kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan
animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika, ada atau tidaknya pengaruh gaya
belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar fisika , ada atau
tidaknya pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir
abstrak rendah terhadap prestasi belajar fisika. Ada atau tidaknya interaksi model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxv
pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
terhadap prestasi belajar fisika belajar ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan
berpikir abstrak terhadap prestasi belajar fisika.
Pengukuran gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa dilakukan
sebelum pembelajaran berlangsung dengan mengerjakan angket gaya belajar dan
tes kemampuan berpikir abstrak. Setelah selesai pembelajaran materi pokok listrik
dinamis dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika. Dalam penelitian ini
digunakan model pembelajaran learning cycle dengan media kit listrik magnet dan
animasi komputer, suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif menggunakan media kit listrik magnet sehingga siswa memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik dan
media animasi computer yang memberi kemudahan bagi siswa yang hendak
melaksanakan eksperimen berdasarkan sistem model yang telah diprogram.
1. Hipotesis Pertama
Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, terdapat
pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan media kit listrik magnet
dan animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika.
Kit listrik magnet dan animasi komputer merupakan dua media pembelajaran
yang mempunyai kelemahan dan keunggulan berbeda. Keunggulan menggunakan kit
listrik magnet diantaranya adalah siswa memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik sehingga dimungkinkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvi
merencanakan dan melibatkan diri dalam investigasi sehingga mereka dapat
mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, dan membuat keputusan sendiri
sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip dengan lebih
baik. Kelebihan dari media komputer antara lain siswa dapat mencoba hal-hal baru
tanpa takut salah ataupun rusak. Dua media pembelajaran yang karakteristiknya
berbeda akan memberikan perbedaan pula terhadap prestasi belajar.
Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar fisika aspek
kognitif diperoleh harga F = 4,33 > Fα untuk faktor media atau P-value 0,039 < 0,05,
maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan
animasi komputer.) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak). Berarti ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model Learning Cycle menggunakan
media kit listrik magnet dan animasi komputer. Hal ini berarti penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik
dinamis.
Animasi komputer memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi
belajar fisika materi pokok listrik dinamis, karena dengan animasi komputer siswa
termotivasi untuk lebih kreatif mempelajari materi yang disajikan serta dengan
adanya variasi warna dari beberapa instrumen listrik, kemudahan merangkai
peralatan secara bebas dapat menambah kemampuan siswa dalam menyusun
rangkaian listrik sesuai dengan konsep yang dipelajari, hasil pengukuran yang
diperoleh sudah pasti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvii
Selain itu ada jaminan tidak adanya resiko yang membahayakan seperti
hubungan singkat (koursleting) berupa terbakar, putus atau pecah akibat salah
hubung atau salah rangkai. Jaminan kemudahan tersebut merangsang siswa untuk
memunculkan sikap berani mencoba dengan tanpa ada rasa khawatir takut berbuat
kesalahan. Jika terjadi kesalahan dalam merangkai peralatan listrik siswa dengan
mudah dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Meskipun selama proses pembelajaran
kedua media ini terlihat sama-sama menarik dan dapat membangkitkan aktivitas
belajar siswa, tetapi dalam hal pencapaian hasil media animasi komputer cenderung
lebih baik. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika
kelas animasi komputer (71,24) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai
kelas kit listrik magnet (69,02). Demikian pula rata-rata prestasi belajar aspek afektif
kelas animasi computer (78,75) lebih baik dari pada kelas kit listrik magnet (75,96).
Hal tersebut terlihat pula dari foto kegiatan siswa yang terlihat antusias melakukan
kegiatan belajar. Foto kegiatan siswa dapat dilihat pada halaman akhir tesis ini.
Pada proses pembelajaran model learning cycle menggunakan kit listrik
magnet siswa tertarik untuk mencoba menggunakan alat-alat listrik dan alat ukur
listrik tetapi kreatifitas siswa cenderung kurang karena rasa takut jika alatnya rusak.
Kemampuan siswa dalam pembacaan alat ukur listrik yang kurang juga
mempengaruhi hasil kerja siswa pada saat melakukan percobaan. Sementara apabila
menggunakan animasi komputer akan diperoleh data yang ideal sehingga siswa lebih
mudah untuk menghubungkan antara variabel yang diperoleh dari hasil percobaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi komputer dalam
model pembelajaran learning cycle lebih baik daripada media kit listrik magnet pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxviii
materi listrik dinamis terhadap prestasi belajar. Penggunaan animasi komputer lebih
efektif dinyatakan oleh N. D. Finkelstein dkk (2004) dalam International Journal of
Physical Learning dengan judul ” When learning about the real world is better done
virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment.”
yang menyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan alat simulasi
mengungguli siswa lain yang menggunakan laboratorium nyata dalam hal
pemahaman konsep dan ketrampilan.
2. Hipotesis kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua diperoleh
harga F = 0,08 < Fα untuk faktor gaya belajar atau P-value = 0,780 > 0,05, maka Ho
(tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar
fisika) diterima (P > 0,005 tidak ditolak) berarti tidak terdapat pengaruh gaya belajar
visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika. Dari hipotesis kedua,
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar fisika. Tidak adanya pengaruh gaya belajar ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pada proses pembelajaran siklus belajar fase exploration
atau eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi dan atau membuat
prediksi baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok,
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide. Dengan kata lain, pada tahap
eksplorasi ini, siswa berkesempatan untuk terlibat dalam aktivitas belajar. Untuk
kelas kit listrik magnet siswa menggunakan kit listrik magnet untuk menguji
prediksi atau membuat prediksi yang baru. Siswa dituntut untuk menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxix
anggota badannya dalam melakukan percobaan dengan kit listrik magnet agar dapat
memahami konsep yang dipelajari. Sedangkan untuk kelas animasi computer selain
diperlukan kecermatan dalam melihat gambar-gambar juga diperlukan anggota badan
untuk membuat gambar rangkaian listrik. Jadi, dalam pembelajaran menggunakan
model siklus belajar, baik yang menggunakan kit listrik magnet maupun animasi
computer keduanya tetap menggunakan anggota badan yang menjadi ciri khas dari
gaya belajar kinestetik untuk melakukan kegiatan percobaan. Jadi dalam
pembelajaran model siklus belajar ini, baik yang menggunakan kit listrik magnet
maupun animasi computer keduanya memiliki prestasi belajar yang tidak terlalu
berbeda jauh.
Saifudin Husni (2004:44) menyatakan bahwa “Perpaduan aspek verbal dan
visual dalam suatu proses belajar mengajar memungkinkan seseorang untuk
menunjukkan kemampuan mengingat yang relatif tinggi.” Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan visual perlu didukung dengan kemampuan verbal
agar gaya belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa dan jika tidak
didukung dengan kemampuan verbal gaya belajar tidak selalu memberikan pengaruh
pada prestasi belajar siswa.
Berdasarkan Institute for Learning Styles Journal Volume 1, Fall 2008 Page
37 diungkapkan “findings indicated that the learning styles of students may fluctuate
within the context of a course from concept to concept, or lesson to lesson”. Dalam
jurnal tersebut diungkapkan bahwa gaya belajar siswa berfluktuasi tergantung kepada
konteks pembelajaran dari konsep ke konsep dan dari satu pelajaran ke pelajaran
lainnya. Gaya belajar tidak selalu berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxl
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh kemampuan berpikir
abstrak terhadap prestasi belajar fisika menunjukkan F = 28,33 > Fα atau P-value
kemampuan berpikir abstrak 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak terdapat pengaruh
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika)
ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti terdapat pengaruh kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Data penelitian juga
menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi (74,13) lebih baik jika dibandingkan dengan rata-
rata nilai siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah (66,04).
Hasil ini sesuai dengan pandangan bahwa orang yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan
baik. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata. Pada materi pokok
listrik dinamis banyak terdapat konsep-konsep yang abstrak yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan ceramah saja. Orang yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak baik akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik
Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh
orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan
berpikir abstrak dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional
formal yang baik.
4. Hipotesis Keempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxli
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi media dengan gaya
belajar menunjukkan bahwa interaksi antara faktor media dan gaya belajar siswa
diperoleh harga F = 27,85 > Fα atau P-value 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
fisika) ditolak (P > 0,005 diterima) berarti terdapat interaksi antara pembelajaran
model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara media
pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Adanya
interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Siswa yang mempunyai gaya belajar
visual, perlu melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
memiliki pemahaman yang cukup terhadap artistik. Agar belajar tetap bisa dilakukan
dengan memberikan hasil yang menggembirakan salah satunya adalah menggunakan
beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran berupa
animasi komputer, film, slide, gambar ilustrasi, atau sejenisnya yang semuanya dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Siswa dengan gaya belajar kinestetik, menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus mengingatnya, bisa belajar
lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik. Untuk orang-orang yang memiliki
karakteristik seperti di atas, pendekatan yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlii
melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di
laboratorium atau bermain sambil belajar.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara media dengan
kemampuan berpikir abstrak menunjukkan harga F = 0,00 < Fα atau P-value
interaksi antara media dan kemampuan berpikir abstrak 0,981 > 0,05, maka Ho (tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media
kit listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap
prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan
animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi
belajar fisika. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
berdasarkan hipotesis pertama, media pembelajaran animasi komputer lebih baik
daripada kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika. Sedangkan pada hipotesis
ketiga kemampuan berpikir abstrak berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mencapai prestasi
belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah. Sehingga apapun media pembelajaran yang digunakan, baik animasi
komputer atau kit listrik magnet, siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliii
tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. Sebaliknya baik yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah, siswa yang diberi
pembelajaran dengan media animasi komputer akan memiliki prestasi belajar fisika
lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan media kit listrik magnet
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media pembelajaran
dengan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hal ini dimungkinkan karena banyak
faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang
berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor media
pembelajaran dan kemampuan kemampuan berpikir abstrak siswa yang digunakan
dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan
pembelajaran.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara gaya belajar
dengan kemampuan berpikir abstrak siswa menunjukkan harga F = 0,233 < Fα atau
P-value interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
0,630 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Apapun gaya belajar siswa, baik visual maupun kinestetik, siswa yang
memiliki kemampuan berpikir absrak tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliv
belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah. Sedangkan menurut hipotesis kedua gaya belajar siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa.
Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar
diri siswa, selain faktor gaya belajar dan kemampuan kemampuan berpikir abstrak
siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan
dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut
di luar kegiatan pembelajaran.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara media, gaya
belajar, dan kemampuan berpikir abstrak siswa menunjukkan harga F = 2,85 < Fα
atau P-value interaksi antara media, gaya belajar, dan kemampuan berpikir abstrak
siswa 0,094 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara media, gaya belajar, dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara media, gaya belajar, dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis pertama dan ketiga diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang
diberi pembelajaran dengan model learning cycle menggunakan media animasi
komputer memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diberi media kit
listrik magnet dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki
prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlv
berpikir abstrak rendah. Sedangkan menurut hipotesis kedua gaya belajar siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika.
Berdasarkan analisa data penelitian, terungkap bahwa apapun gaya belajar
siswa, baik visual maupun kinestetik, siswa yang diberi pembelajaran dengan model
learning cycle menggunakan media animasi komputer memiliki prestasi belajar lebih
baik daripada siswa yang diberi media kit listrik magnet dan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir absrak tinggi cenderung memperoleh nilai prestasi belajar fisika
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media, gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika. Hal
ini dimungkinkan karena masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal
dari luar diri siswa, selain faktor media, gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak
keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-
faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
E. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil penelitian yang optimal dengan meminimalisir kekurangan dan
atau kesalahan yang mungkin terjadi. Meskipun demikian penulis menyadari ada
beberapa kelemahan dan keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian ini menjadi
kurang sempurna. Kelemahan dan keterbatasan tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvi
1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data yang terdiri dari
angket gaya belajar fisika, angket penilaian aspek afektif, tes kemampuan berpikir
abstrak, dan tes prestasi belajar semuanya belum merupakan instrumen standar. Hal
itu disebabkan karena instrumen tersebut di atas disusun dan dikembangkan oleh
penulis sendiri dan baru diujicobakan satu kali sehingga masih memerlukan uji coba
dan analisa lebih lanjut agar benar-benar standar.
2. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas yaitu untuk mata pelajaran IPA
(fisika) di SMP hanya 1 x 2 jam pertemuan (80 menit) tiap minggu sehingga ada
kemungkinan pengaruh perlakuan yang diberikan belum membawa dampak.
3. Baik guru maupun siswa belum terbiasa menggunakan media kit listrik magnet
maupun animasi komputer sehingga dalam menggali potensi yang dimiliki siswa
masih belum maksimal.
4. Variabel gaya belajar dalam penelitian ini hanya diambil dua kategori yaitu
visual dan kinestetik, sedangkan gaya belajar auditorial tidak dilibatkan. Data yang
diperoleh dari angket gaya belajar banyak yang kurang dapat membedakan gaya
belajar siswa karena jumlah skor yang diperoleh antara gaya belajar visual dan
kinestetik hampir sama. Hal yang sama terjadi pula pada data tes kemampuan
berpikir abstrak.
5. Dalam pembelajaran, siswa membentuk kelompok yang beranggotakan lima
sampai enam orang karena keterbatasan jumlah peralatan. Jika jumlah anggota
kelompok lebih sedikit kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih baik karena
siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvii
BAB V
Article V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Section 5.01 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian serta mengacu pada perumusan
masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
15. Terdapat pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan media kit
listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi belajar materi listrik
dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun
pelajaran 2010/2011. Pembelajaran model learning cycle menggunakan animasi
komputer berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajara fisika daripada
menggunakan kit listrik magnet dengan nilai rata-rata fisika berturut-turut 70,99
dan 68,78 .
16. Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1
Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang mempunyai
gaya belajar visual dan kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama
meskipun diberikan pembelajaran dengan media yang berbeda.
17. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1
Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi belajar fisika lebih baik
daripada siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah.
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlviii
18. Terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle menggunakan
media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar fisika pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1
SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
19. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi
listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan
tahun pelajaran 2010/2011.
20. Tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar fisika.pada materi suhu dan kalor kelas IX semester 1
SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
21. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten
Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
Section 5.02 B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas implikasi yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran fisika pada materi listrik dinamis sebaiknya disajikan dengan
menggunakan media animasi komputer. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlix
dilakukan, prestasi belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan media
animasi komputer lebih baik dibandingkan dengan media kit listrik magnet pada
materi pokok listrik dinamis.
2. Materi listrik dinamis dapat diberikan pada semua siswa baik yang mempunyai
gaya belajar visual maupun kinestetik karena prestasi belajar tidak terkait
langsung dengan gaya belajar siswa.
3. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya materi listrik
dinamis yang banyak terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak guru
sebaiknya memperhatikan tinggi rendahnya kamampuan berpikir abstrak siswa,
Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi cenderung lebih
mudah memahami konsep-konsep fisika.
4. Pada pembelajaran fisika materi listrik dinamis sebaiknya dilaksanakan dengan
menggunakan media yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Siswa yang
memiliki gaya belajar visual akan lebih berhasil jika menggunakan media
animasi computer sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih
baik menggunakan alat-alat praktikum riil seperti kit listrik magnet.
Section 5.03 C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini maka saran yang
dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Untuk Pejabat Pengambil Keputusan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cl
2. Untuk para guru
a) Dalam mengimplementasikan pembelajaran learning cycle menggunakan
animasi komputer, hendaknya guru melakukannya dengan persiapan yang
matang sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam penggunaan media animasi
komputer adalah : a. mempersiapkan perangkat computer/laptop yang sudah
diisi dengan program animasi listrik dinamis agar siap untuk dipakai, guru
menyusun sendiri LKS untuk tiap kelompok ; b. menguasai materi yang
akan disampaikan; c. sebelum menggunakan media animasi computer
sebaiknya guru mencoba terlebih dahulu; d. membagi kelompok seheterogen
mungkin sehingga terjadi interaksi siswa di dalam kelompoknya.
b) Instrumen yang digunakan untuk mengukur gaya belajar siswa, hendaknya
tidak hanya dengan angket, tetapi juga dapat dilakukan dengan pengamatan
langsung.
c) Proses pembelajaran perlu memperhatikan potensi yang dimiliki siswa seperti
gaya belajar dan gaya kemampuan berpikir abstrak siswa.
d) Dalam proses pembelajaran, guru perlu memberi kegiatan yang dapat
merangsang kemampuan berpikir abstrak siswa contohnya melalui
permainan (game), memberi tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang
bersifat abstrak seperti soal-soal olimpiade fisika.
3. Untuk peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cli
a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan media animasi dan
kit listrik magnet pada materi pokok lain yang sesuai.
b) Perlu dilakukan penelitian faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
clii
DAFTAR PUSTAKA
. Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Budiman Jatmiko dkk. 2004. Media Pembelajaran (Materi Pelatihan Terintegrasi
Sains). Jakarta : Depdiknas Budiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University
Press I.Wayan Dasna. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning
Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan
Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.
DePorter, Bobbi. 2000. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan (Edis terjemahan). Bandung: Kaifa
--------. 2002. Quantum Learning: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas (Edisi terjemahan). Bandung: Kaifa
---------. 2003. Pedoman Pendayagunaan Peralatan Laboratorium Fisika. Jakarta : Depdiknas
Hamzah B. Uno. 2005. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta :
Bumi Aksara Hudoyo, H. 2003. Guru Matematika Konstruktivis. Disajikan dalam Seminar
Nasional di Universitas Sanata Darma Yoyakarta Wilhelm, Jennifer. 2007. Creating Constructivist Physics for Introductory
University Classes. Vol. 11, No. 2 /2007 Electronic Journal of Science Education (Southwestern University) (diakses 1 Mei 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cliii
(http://ejse.southwestern.edu/volumes/v11n2/articles/art02_wilhelm.pdf.) Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science
Instruction. Online (http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html, (diakses 10 Juni 2010).
Masidjo, S. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan
Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nana Sujana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Nasution, A. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA. Jakarta: Universitas
Terbuka. Ngalim Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara Paul Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Poerwodarminto, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Perpustakaan Perguruan Kementrian P dan K Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Roestiyah, N.K. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Perss Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindio Persada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cliv
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara -----------. 1996. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta Sutrisno Hadi. 1989. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Syaifudin Azwar. 2000. Reliabelitas dan Validitas. Yogya: Pustaka Pelajar Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga Ujang Sukandi. 2004. HO: Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Belajar Aktif.
Jakarta: Puskur Usman, M.U. 1996. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Winataputra, Udin S. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Alimufi Arief. 1999. Model Pengajaran dengan Pendekatan Proses untuk Bidang Studi IPA-fisika. Makalah disampaikan dalam Penyegaran Guru-guru Mipa di SMPK Santa Clara Surabaya.
Nuhoglu, Hasret. 2006. The Effectiveness of The Learning Cycle Model to
Increase Students’ Achievement In The Physics Laboratory. The original language of article is Turkish Vol.3, No.2, December 2006, pp.46-659 (diakses 19 Nopember 2010)
Finkelstein, N. D. 2004 . When learning about the real world is better done
virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment. International Journal of Physical Learning (diakses 19 Nopember 2010) (www.colorado.edu/physics/Education Issues/paper /CCKe010103.pdf)