Top Banner
Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 31 TOPIK PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM TINJAUAN MAQASHID SYARI’AH OLEH: ALI RAMA DAN MAKHLANI* ) A. PENDAHULUAN Suatu tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah bagaimana mem- bangun ekonominya selaras dengan ideologi agamanya. Negara-negara Islam umumnya tengah menderita keterbelakangan ekonomi * ) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Anggota Konsorsium Ekonomi Islam ABSTRAK Usaha negara-negara Islam untuk menduplikasi sistem dan model pembangunan ekonomi yang sukses diterapkan di dunia Barat tidak serta merta akan menghasilkan kesuksesan yang sama akibat perbedaan nilai-nilai, kultur-budaya, ideologi dan pandangan hidup yang berbeda yang dimiliki oleh masyarakat muslim. Tujuan dan strategi dari suatu sistem ekonomi pada hakekatnya adalah hasil logis dari pandangannya tentang dunia (worldview). Negara-negara Islam seharusnya mendisain model pembangiunan ekonominya berdasarkan pada ajaran Islam. Pembangunan ekonomi dimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan lima unsur pokok penunjang kehidupan manusia, yaitu agaman (dîn), jiwa (nafs), akal (‘aqal) keturunan (nasl), dan harta (mâl). Selanjutnya, fokus pembangunan ekonomi tidak terletak pada pembangunan material semata, tetapi harus menempatkan manusia sebagai subjek dan objek utamanya dalam kaitannya sebagai khalîfat Allah di bumi. KATA KUNCI: Pembangunan ekonomi, maqâshid syari’ah, model pembangunan. ABSTRACT The efforts of muslim countries to duplicate the successful story of economic system and model of economic development practiced in the Western world will not necessarily generate the same successful story due to differences in values, culture, ideology and worldviews rooted in the Muslim communities. Goals and strategies of an economic system is basically a logical outcome of its worldview. Therefore, muslim countries should design their economic development models based on the teachings of Islam. Economic development is intended to maintain and preserve the five basic elements of human life, namely faith (dîn), self (nafs), intellect (‘aql), posterity (nasl) and wealth (mâl). Furthermore, the focus of economic development does not lie on material development per se, but it must put the human beings as the central of development to play their roles effectively as khalîfah of God in this life. KEYWORDS: Economic development, maqâshid syari’ah, development model. secara luar biasa, yaitu tidak optimalnya pemanfaatan sumber daya manusia, fisik dan alam yang dimilikinya. Akibatnya, kemiskinan, keterbelakangan dan stagnasi ekonomi terjadi di mana-mana. Meskipun negara itu termasuk kaya sumber daya namun ekonominya kurang berkembang. Standar hidup rata-rata penduduk- nya masih rendah. Bahkan realitas yang memprihatinkan adalah pembangunan dan eksploitasi sumber daya ekonomi hanya dinikmati
16

Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syariah

Feb 22, 2023

Download

Documents

Siti Rohimah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 31

TOPIK

PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM TINJAUANMAQASHID SYARI’AH

O L E H : A L I R A M A D A N M A K H L A N I *)

A. PENDAHULUANSuatu tantangan besar yang dihadapi oleh

umat Islam saat ini adalah bagaimana mem-bangun ekonominya selaras dengan ideologiagamanya. Negara-negara Islam umumnyatengah menderita keterbelakangan ekonomi

*) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta & Anggota Konsorsium Ekonomi Islam

ABSTRAKUsaha negara-negara Islam untuk menduplikasi sistem dan model pembangunan ekonomi yang

sukses diterapkan di dunia Barat tidak serta merta akan menghasilkan kesuksesan yang sama akibatperbedaan nilai-nilai, kultur-budaya, ideologi dan pandangan hidup yang berbeda yang dimilikioleh masyarakat muslim. Tujuan dan strategi dari suatu sistem ekonomi pada hakekatnya adalahhasil logis dari pandangannya tentang dunia (worldview). Negara-negara Islam seharusnya mendisainmodel pembangiunan ekonominya berdasarkan pada ajaran Islam. Pembangunan ekonomidimaksudkan untuk menjaga dan melestarikan lima unsur pokok penunjang kehidupan manusia,yaitu agaman (dîn), jiwa (nafs), akal (‘aqal) keturunan (nasl), dan harta (mâl). Selanjutnya, fokuspembangunan ekonomi tidak terletak pada pembangunan material semata, tetapi harus menempatkanmanusia sebagai subjek dan objek utamanya dalam kaitannya sebagai khalîfat Allah di bumi.

KATA KUNCI:Pembangunan ekonomi, maqâshid syari’ah, model pembangunan.

ABSTRACTThe efforts of muslim countries to duplicate the successful story of economic system and model of economic

development practiced in the Western world will not necessarily generate the same successful story due to differencesin values, culture, ideology and worldviews rooted in the Muslim communities. Goals and strategies of an economicsystem is basically a logical outcome of its worldview. Therefore, muslim countries should design their economicdevelopment models based on the teachings of Islam. Economic development is intended to maintain and preservethe five basic elements of human life, namely faith (dîn), self (nafs), intellect (‘aql), posterity (nasl) and wealth(mâl). Furthermore, the focus of economic development does not lie on material development per se, but it must putthe human beings as the central of development to play their roles effectively as khalîfah of God in this life.

KEYWORDS:Economic development, maqâshid syari’ah, development model.

secara luar biasa, yaitu tidak optimalnyapemanfaatan sumber daya manusia, fisik dan alamyang dimilikinya. Akibatnya, kemiskinan,keterbelakangan dan stagnasi ekonomi terjadi dimana-mana. Meskipun negara itu termasuk kayasumber daya namun ekonominya kurangberkembang. Standar hidup rata-rata penduduk-nya masih rendah. Bahkan realitas yangmemprihatinkan adalah pembangunan daneksploitasi sumber daya ekonomi hanya dinikmati

Page 2: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

32 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

oleh sekelompok tertentu saja dari masya-rakatnya, dikarenakan konsentrasi ekonomi dandistribusi pendapatan dan kekayaan yang tidakmerata.

Model pembangunan ekonomi yang ber-kembang secara pesat di dunia Barat tidak adajaminan akan sukses jika diaplikasikan di duniaMuslim. Hal ini dikarenakan perbedaan kultur-budaya, nilai-nilai, pandangan hidup danideologi yang berbeda. Teori dan model pem-bangunan yang dikembangkan di Barat sangatdipengaruhi oleh nilai-nilai sekulerisme, libera-lisme dan kapitalisme yang dianut oleh sebagianbesar masyarakat Barat. Sementara dunia Muslimmenjadikan agama sebagai variabel utama dalampembangunan ekonomi. Akan tetapi tidakmenutup kemungkinan akan ada kesamaanmodel pembangunan antara apa yang diaplikasi-kan di dunia Barat dengan dunia Muslim selamatidak bertentangan dengan tujuan-tujuan utamadari ajaran Islam (maqâshid syari’ah).

Pembangunan ekonomi dalam Islam me-nempatkan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaiprioritas utama demi memelihara lima maslahatpokok, yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal,keterunan dan harta. Setiap individu berhakmendapatkan pemenuhan kebutuhan dasarnya,agar dapat mempertahankan eksistensi hidup danmenjalankan peran utamanya sebagai khalîfah dibumi. Di sisi lain, pembangunan ekonomi dalamperspektif Islam menempatkan manusia sebagaipusat pembangunan, bertindak sebagai subjeksekaligus sebagai objek pembangunan itu sendiri.Hal ini didasari oleh pandangan dunia Islam yangmenempatkan manusia sebagai pelaku utamadalam kehidupan manusia.

Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskanbagaimana konsep pembangunan ekonomi dalamperspektif ekonomi konvensional, mengapapengalaman empiris model pembangunan duniaBarat tidak tepat untuk diterapkan di duniaMuslim, dan bagaimana seharusnya modelpembangunan ekonomi dalam tinjauan maqâshidsyari’ah yang compatibel dengan pandanganhidup (wordview) ajaran Islam.

B. KONSEP PEMBANGUNAN PERSPEKTIFEKONOMI KONVENSIONAL

Pembangunan ekonomi merupakan objekutama dari kajian ilmu ekonomi pembangunan,yaitu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis

masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkancara-cara untuk mengatasi masalah-masalahtersebut supaya negara-negara berkembang dapatmembangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.Kajian ekonomi pembangunan sesungguhnyahadir ditujukan khusus untuk mengatasimasalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang yang merdeka pasca PerangDunia II. Gelombang kebangkitan politik yangmelanda bangsa Asia dan Afrika sesudah PerangDunia II menimbulkan minat besar para ahliekonomi untuk mencurahkan perhatian padamasalah-masalah ekonomi yang dihadapi olehnegara yang baru merdeka tersebut. Di sisi lain,muncul kesadaran pada negara-negara majubahwa kemiskinan di suatu tempat merupakanbahaya bagi kemakmuran di mana pun.1 Masa-lah-masalah ekonomi yang melanda negara-negara berkembang dan kesadaran pada negara-negara maju akan dampak kemiskinan menjadipendorong munculnya kajian ekonomi pemba-ngunan. Walaupun minat bangsa maju dalammenghapus kemiskinan negara terbelakang(negara berkembang) tidaklah lahir dari motifkemanusiaan, tetapi utamanya didasari oleh motifpolitik dan ekonomi.2

Sementara itu, istilah pembangunan eko-nomi (economic development) biasanya dikaitkandengan perkembangan ekonomi di negara-negaraberkembang. Pembangunan ekonomi dapat jugadiartikan sebagai kegiatan-kegiatan yangdilakukan untuk mengembangkan kegiatanekonomi dan taraf hidup masyarakat, atau suatuproses yang menyebabkan pendapatan per kapitapenduduk meingkat dalam jangka panjang. Didasarkan definisi sederhana ini Jhiangan3

mengindikasikan pembangunan ekonomi dalamtiga cara:1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam

arti kenaikan pendapatan nasional dalamsuatu jangka waktu yang panjang. Tetapi

1 Jhingan, M.L., Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan,(Jakarta: RajaGrafindo, 1993), hlm. 3.

2 Negara-negara terbelakang menjadi ajang persaingankekuatan antara sekutu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keduablok kekuatan politik dunia itu berebut pengaruh atas negara-negara berkembang. Sementara itu, negara-negara berkembangtersebut sebagiannya memiliki kekayaan sumber daya ekonomiyang tentunya dibutuhkan oleh kekuatan-kekuatan dunia.

3 Jhiangan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan,hlm. 6-9.

Page 3: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 33

indikator ini kurang memuaskan dikarenakantidak mempertimbangkan berbagai peruba-han dalam pertumbuhan ekonomi. Jika suatukenaikan dalam pendapatan nasional nyatadibarengi denga pertumbuhan pendudukyang lebih cepat, maka yang terjadi bukanperkembangan ekonomi tetapi kemunduran

2. Perkembangan ekonomi berkaitan dengankenaikan pendapatan nyata per kapita dalamjangka panjang. Pendekatan ini juga masihtetap mendapatkan kritikan terutama di-karenakan tidak mempertimbangkan struk-tur masyarakat, susunan dan besarnyapenduduk, lembaga dan budaya masyarakat,pola sumber-sumber dan bahkan distribusioutput ke dan antara anggota masyarakat.

3. Perkembangan ekonomi dilihat dari titikkesejahteraan ekonomi. Artinya perkem-bangan ekonomi dipandang sebagai suatuproses di mana pendapatan nasional nyata perkapita naik dibarengi dengan penurunankesenjangan pendapatan dan pemenuhankebutuhan masyarakat secara keseluruhan.Definisi ini pun tidak luput dari berbagaiketerbatasan.Definisi dan tujuan pembangunan dalam

ekonomi konvensional dibahas dalam suatukesatuan, di mana pengertian dimulai denganmengidentifikasi tujuan-tujuan dari pem-bangunan. Misalnya, pembangunan ekonomi4

adalah usaha perekonomian bertujuan untukmeningkatkan pendapatan dan menciptakanpertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkanhasil produksi nasional secara umum; merubahstruktur ekonomi agraris menjadi ekonomiindustri, yang menjadikan bidang industri sertakeahlian sebagai andalan, dan menjadikan tingkatpertambahan riil produk nasional dan pen-dapatan per kapita sebagai indikator-indikatorpokok bagi pembangunan ekonomi.

Perjalanan ekonomi pembangan sebagaisebuah ilmu terus mengalami perkembangan danpeningkatan nilai, terutama terlihat darimunculnya model-model pembangunan ekonomidengan aliran pemikiran yang beragam. Modelekonomi yang menekankan pada tahapanpembangunan, struktur ekonomi yang didorongoleh investasi, teknologi dan akumulasi human

kapital di antaranya dapat dilihat pada: ModelRostow, Model Harrod-Domar, Model Lewis,Teori Pertumbuhan Endogen. Belakanganmuncul juga model pembangunan yang menitip-beratkan pada manusia sebagai pusat pemba-ngunan. Dalam konsep pembangunan manusia,pembangunan dianalisis serta dipahami dari sisimanusianya yang direpresentasikan dalamsebuah Indeks Pembangunan Manusia, yangmencakup Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatandan Indeks Daya Beli.

Strategi pembangunan dalam desain teoripertumbuhan ekonomi kadang mengalamikonflik tujuan yang ingin dicapai, antara tujuankemakmuran dan keadilan.Kecenderungan inilahyang selanjutnya memunculkan teori pertum-buhan (economic growth), pertumbuhan dengankeadilan (growth with justice) dan pertumbuhandengan pemerataan (growth with equity). Teoripembangunan adalah faktor-faktor pokok yangmempengaruhi proses pembangunan itu sendiri.Teori adalah dasar bagi strategi pembangunan.Teori dan strategi pembangunan tidak berdirisendiri, dipengaruhi oleh berbagai faktorterutama oleh pandangan hidup masyarakatnya.

Pandangan hidup suatu bangsa memberikanwarna arah (perspektif) pada suatu strategi, sertamempengaruhi pilihan teoritis mengenanipembangunan yang akan dilaksanakan.5 Tujuandan strategi dari suatu sistem ekonomi padahakekatnya adalah hasil logis dari pandangannyatentang dunia.6 Sebagai contoh misalnya, jikaalam semesta termasuk sumber ekonomi didalamnya terjadi dengan sendirinya, tanpa adadesain dan tujuan utama dari penciptanya, makamanusia akan berkehendak sebebas-bebasnyadan sesuka hatinya dalam mengeksploitasinya.Tujuan hidupnya hanya untuk mencapaikeuntungan dan kepuasan maksimum tanpamempertimbangkan bagaimana merealisasikan-nya dan dampaknya terhadap pihak lain.

Dengan demikian suatu teori yang cocok dandapat diterima dalam suatu sistem masyarakatdengan pandangan hidup tertentu, belum cocokbagi yang lain. Dalam konteks ini An-Nabhani7

4 Bakri dalam Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam,(Bandung: Gunungdjati Press, 2012), hlm. 24.

5 Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm. 326 Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta:

Gema Insani, 2000), hlm. 5.7 Taqiyuddinm An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi

Alternatif: Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm.47.

Page 4: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

34 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

membedakan antara sistem ekonomi dengan ilmuekonomi (teori ekonomi). Kedua hal tersebusama-sama membahas tentang ekonomi, akantetapi keduanya adalah dua hal yang sama sekaliberbeda. Ilmu ekonomi terfokus pada kegiatanmengatur urusan harta kekayaan, baik menyang-kut memperbanyak maupun pengedarannya.Sementara sistem ekonomi berhubungan dengantata cara (mekanisme) pendistribusian hartakekayaan. Sistem ekonomi harus dibahas sebagaisebuah pemikiran yang mempengaruhi danterpengaruh oleh pandangan hidup (way of life)tertentu. Di lain pihak, ilmu ekonomi sebagaisains murni, yang tidak ada hubungannyadengan pandangan hidup tertentu.

Pandangan yang sama pula dikemukan olehBaqir Ash-Shadr8 (w. 1979) yang membedakanantara ekonomi sebagai sistem dan ekonomisebagai ilmu. Sebagai sistem, ekonomi mengacupada cara bagaimana masyarakat mengaturkegiatan ekonominya, ia mengacu pada cara ataumetode yang dipilih dan diikuti masyarakattersebut dalam kehidupan ekonominya sertadalam memecahkan setiap problem praktis yangdihadapinya. Sistem ekonomi melingkupi sistemkepemilikan, pengaturan dan pengembangankekayaan. Sedang sebagai ilmu, ekonomimengacu pada upaya untuk memahami kehidu-pan ekonomi, peristiwa-peristiwanya, gejala-gejala lahiriahnya, serta hubungan antaraperistiwa-peristiwa dan fenomena-fenomenatersebut dengan sebab-sebab dan faktor-faktorumum yang mempengaruhinya. Yang masukcakupan ekonomi sebagai ilmu seperti hukumhasil yang berkurang (law of diminishig returns),hukum penawaran dan permintaan (law of supplyand demand), dan lain-lain.

Didasarkan pada pandangan Shadr tersebut,terlihat perbedaan mendasar antara sistem danilmu ekonomi. Sistem ekonomi berisikan setiapaturan dasar dalam kehidupan ekonomi yangberhubungan dengan ideologi (keadilan sosial).Sementara ilmu ekonomi berisikan setiap teoriyang menjelaskan realitas kehidupan ekonomi,terpisah dari ideologi awal dan atau cita-citakehidupan.

Sementara Triono9 menganggap bahwa teoriekonomi yang dikembangkan dipengaruhi oleh

sistem ekonominya. Meskipun cakupannyaberbeda tetapi saling mempengaruhi. Ia mengiba-ratkan teori ekonomi dengan sistem ekonomiseperti air dalam gelas. Bentuk air dalam gelastergantung pada bentuk gelasnya. Artinya,bentuk teori ekonomi tergantung pada sistematau doktrin ekonomi yang mempengaruhinya. Dari penjelasan ini dapat diartikan bahwa teoridan sistem ekonomi adalah satu kesatuan yangsaling mempengaruhi.

Berdasarkan perspektif tersebut, teoriekonomi yang dipengaruhi oleh doktrin (sistem)suatu masyarakat tertentu belum tentu cocokdengan suatu masyarakat yang memiliki doktriatau pandangan dunia (worldview) yang berbeda.Teori ekonomi pembangunan yang sukses disuatu daerah belum tentu cocok dan sukses ditempat lain, dikarenakan perbedaan pandanganhidup yang berbeda. Alasan ini yang mendasarikenapa sistem sosialisme teruatama pola strategipembangunan yang diadopsi bahkan dipaksakanpada negara-negara berkembang terutamanegara-negara Muslim mengalami kegagalanbahkan berujuang pada chaos dalam segalabidang.10 Kegagalan ini utamanya disebabkanoleh sistem atau doktrin yang terkandung dalamsosialisme memiliki perbedaan yang tajam denganmasyarakat Muslim yang sangat dipengaruhioleh doktrin Islam. Sistem sosialisme yangdiimpor ke dalam negara-negara muslim meng-hadapi akal yang berbeda dengan akal yangberbeda dengan akal yang menciptakannya,ditawarkan kepada masyarakat yang berbeda dimana sistem itu diterapkan – baik pada latarhistorisnya maupun struktur kesadaranya – dandisosialisasikan pada tanah dan waktu yang lainyang berbeda dengan tanah dan waktu dari manaia berasal. Maka yang terjadi kemudian adalahmunculnya hasil yang berbeda.11

Tujuan dan strategi pembangunan padaprinsipnya dipengaruhi oleh pandangan hidupyang dianut oleh mayarakatnya. Atau dengankata lain pilihan tujuan dan strategi dari sebuahsistem ekonomi adalah hasil logis dari panda-ngannya terhadap dunia. Tentu saja, bisa terjadisebuah sistem ekonomi mengambil tujuan-

8 Baqir Ash Shadr, M., Buku Induk Ekonomi Islam“Iqtishaduna”, (Jakarta: Zahra, 2008), hlm. 80-88.

9 Triono, Dwi Condro, Ekonomi Islam Madzhab Hamfara,(Yogyakarta: Irtikaz, 2011), hlm. 29-64

10 Anis Matta, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” dalamWawasan Islam dan Ekonomi: Sebuah Bunga Rampai, (Jakrata:Penerbit FE UI, 1997), hlm. 98.

11 Ibid., hlm. 99.

Page 5: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 35

tujuannya dari suatu pandangan hidup, tetapistrategi yang dipakai diambil dari pandanganhidup yang lainnya. Sehingga dampaknya adalahseperti apa yang dikatakan oleh Umar Chapra12

akan terjadi konflik antara tujuan dan strategi.Konflik ini tidak saja akan menyulitkan sistemitu untuk merealisasikan tujuan-tujuannya,tetapi juga akan menambah jumlah probelmsosioekonomi yang tidak terpecahkan dan sulititu.

Oleh karena itu kegagalan pembangunan didunia muslim terutama yang memaksakan sistemkapitalisme dan sosialisme sebagai rujukan utamaselalu mengalami kegagalan karena pilihan tujuandan strategi pembangunannya berbeda denganpandangan hidup yang diajarkan Islam. Sehing-ga setiap pembahasan tentang pembangunanekonomi di negara-negara Muslim, haruslahterlebih dahulu melihat pandangan hidup Islamdan tujuan-tujuannya yang seirama denganpandangan tadi serta jenis pembangunan yangberkaitan dengannya.

Pembangunan ekonomi menurut beberapaliteratur pembangunan belakangan ini adalahmeningkatnya produkstivitas ekonomi secarakeseluruhan maupun para pekerja rata-rata danjuga meningkatnya perbandingan antarapendapatan dengan jumlah penduduk. Hal inimerupakan proses yang dinamis dan strukturalyang akan menghasilkan perbaikan tampilanekonomi secara berkelanjutan, aktual danpotensial. Biasanya dihitung dalam istilah perkapita dan membentang dalam kurun waktutertentu.

Literatur tentang ekonomi pembangunancukup banyak, tetapi umumnya tidak mampumenyelesaikan masalah kompleks pembangunannegara-negara berkembang, khususnya duniaIslam. Teori pembangunan seperti yang dikem-bangkan di Barat banyak dipengaruhi olehkarakteristik unik, masalah spesifik, nilai eksplisitdan implisit serta infrastruktur sosial-politikekonomi Barat.13 Teori demikian jelas tidak bisasecara serta merta diaplikasikan di dunia Muslim.Terlebih lahir dari teori kapitalis. Karenakelemahan mendasar inilah, maka teori tersebut

tidak mampu menyelesaikan persoalan pem-banguan yang cukup kompleks dan dinamis.

C. FILOSOFI DASAR PEMBANGUNANEKONOMI DALAM ISLAM

Pembangunan ekonomi merupakan salahsatu aspek penting dalam kehidupan yang sangatdiperhatikan dalam Islam, namun tetap me-nempatkan manusia sebagai pusat dan pelakuutama dari pembangunan itu. Islam sebagaiagama pengatur kehidupan berperan dalammembimbing dan mengarahkan manusia dalammengelola sumber daya ekonomi untuk mencapaikemaslahatan di dunia dan akhirat. KhurshidAhmad14 meletakkan empat dasar-dasar filosofipembangunan yang diturunkan dari ajaranIslam, yaitu:1. Tauhîd, yang meletakkan dasar-dasar hu-

bungan antara Allah-manusia dan manusiadengan sesamanya;

2. Rubûbiyyah, yang menyatakan dasar-dasarhukum Allah untuk selanjutnya mengaturmodel pembangunan yang bernafaskanIslam;

3. Khalîfah, yang menjelaskan status dan peranmanusia sebagai wakil Allah di muka bumi.Pertanggungjawaban ini menyangkut ma-nusia sebagai Muslim maupun sebagaianggota dari umat manusia. Dari konsep inilahir pengertian tentang perwalian, moral,politik, serta prinsip-prinsip orgaisasi sosiallainnya.

4. Tazkiyyah, misi utama utusan Allah adalahmenyucikan manusia dalam hubungannyadengan Allah, sesamanya, alam lingkungan-nya, masyarakat dan negara.Konsep tauhîd meletakkan peraturan-per-

aturan tentang hubungan Allah dengan manusiadan hubungan manusia dengan sesama. Konseprubûbiyyah berarti mengakui sifat Allah sebagaipenguasa yang membuat peraturan-peraturanbagi menampung dan menjaga serta mengarah-kan kehidupan makhluk ke arah kesempurnaan.Konsep ini merupakan undang-undang asasidalam alam jagat yang merupakan pedomantentang model yang suci bagi pembanguansumber supaya berguna, saling tolong-menolong

12 Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, hlm. 5.13 Kurshid Ahmad, “Pembangunan Ekonomi Dalam

Perspektif Islam”, dalam Etika Ekonomi Politik, (Surabaya: RisalahGusti, 1997), hlm. 8.

14 Khurshid Ahmad, “Economic Development in an IslamicFramework”, dalam Studies Islamic Economics, (Jeddah: KingAbdul Aziz University, 1976), hlm. 178.

Page 6: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

36 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

dan saling bersekutu di antara mereka dalamkebaikan. Konsep khilâfah menempatkan manusiaselaku khalîfah di muka bumi ini yang ber-tanggungjawab sebagai pemegang amanah Allahdalam bidang akhlak, ekonomi, politik, sosial danjuga prinsip organisasi sosial bagi manusia.Sementara konsep tazkiyyah berperan dalampenyucian hubungan manusia dengan Allah,manusia dengan manusia dan manusia denganalam sekitarnya. Artinya, konsep ini mengajarkanmanusia untuk membangunkan dirinya yangakhirnya dapat membangunkan semua dimensikehidupannya termasuk dimensi ekonomi.Hasilnya adalah falâh,15 yaitu kesejahteraankehidupan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan dasar-dasar filosofis di atasselanjutnya dapat diperjelas melalui prinsippembangunan ekonomi16 menurut Islam sebagaiberikut:1. Pembangunan ekonomi dalam Islam bersifat

komprehensif dan mengandung unsurspiritual, moral, dan material. Pembangunanmerupakan aktivitas yang berorientasi padatujuan dan nilai. Aspek material, moral,ekonomi, sosial spiritual dan fisikal tidakdapat dipisahkan. Kebahagian yang ingindicapai tidak hanya kebahagian dan kesejah-teraan material di dunia, tetapi juga di akhirat.

2. Fokus utama pembangunan adalah manusiadengan lingkungan kulturalnya. Ini berbedadengan konsep pembangunan ekonomimodern yang menegaskan bahwa wilayahoperasi pembangunan adalah lingkunganfisik saja. Dengan demikian Islam memperluaswilayah jangkauan obyek pembangunan darilingkungan fisik kepada manausia.

3. Pembangunan ekonomi adalah aktivitasmultidimensional sehingga semua usahaharus diserahkan pada keseimbangan ber-bagai faktor dan tidak menimbulkan ke-timpangan.

4. Penekanan utama dalam pembangunanmenurut Islam, terletak pada pemanfaatansumberdaya yang telah diberikan Allahkepada ummat manusia dan lingkungannya

semaksimal mungkin. Selain itu, pemanfaatansumberdaya tersebut melalui pembagian,peningkatannya secara merata berdasarkanprinsip keadilan dan kebenaran. Islammenganjurkan sikap syukur dan adil danmengutuk sikap kufur dan zalim.Konsep-konsep Islam menginspirasi seluruh

kehidupan seorang Muslim. Kepercayaan padakeesaan Sang Pencipta alam semesta ini melim-pahkan suatu kesatuan dasar pada berbagailapisan masyarakat. Konsep Ilâhi (Rubûbiyyah)mencegah manusia dari kesombongan yangmerupakan ciri dari peradaban modern. Konsepkhilâfah dan tazkiyyah menjadi fondasi padakebijakan pembangunan, memberikan kepadamanusia rasa tanggung jawab dalam men-jalankan urusan dunia dan memastikan bahwakegiatan pembangunan tidak merusak ling-kungan alam yang diciptakan oleh Allah. Dengandemikian, konsep pembangunan ekonomididefinisikan secara komprehensif.17

Tujuan utama dari pembangunan ekonomimenurut Islam adalah untuk mencapai kesejah-taraan manusia.18 Manusia telah ditempatkan dibumi sebagai pelaku utama atau khalîfah untukmenjalankan proses pembangunan.19 Manusiaselain sebagai pelaku utama pembangunan jugasebagai penikmat utama dari pembangunan itu,karena melalui pembangunan manusia, dia dapatmenjalankan tugas utamanya diciptakan di mukabumi ini, yaitu beribadah.20

D. KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMIDALAM ISLAM

Menurut konsep ekonomi konvensional,pembangunan ekonomi hanya melihat aspekkebendaan dan fisik semata yang mengabaikanaspek pembangunan nilai-nilai moral danspiritual diri manusia itu sendiri. Sebaliknyakonsep pembangunan ekonomi dalam Islammenurut teoritikus ekonomi Islam bersifatkomprehensif, tidak terbatas pada variabel-variabel ekonomi semata. Pembangunan ekonomi

15 Kata falâh dan turunannya telah diucapkan sebanyak 40kali dalam Al-Quran. Falâh menurut Umar Chapra adalah “realwell-being of all the people living on earth, irrespective of their race,colour, age, sex or nationality.

16 Kurshid Ahmad, Op. Cit., hlm. 13-15

17 Ausaf Ahmad, “Economic Development in IslamicDevelopment Revisited”, dalam Development and Islam: IslamicPerspectives on Islamic Development, (New Delhi: Institute ofObjective Studies, 1998), hlm. 52.

18 Abdel Hamid El-Ghazali, “Man Is The Basis of The IslamicStrategy for Economic Development”, Islamic Research andTraining Institute (IDB), Jedah, No. I, 1994, hlm. 42.

19 QS. Hûd [11]: 61.20 QS. Al-Dhâriyyat [51]: 56.

Page 7: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 37

Islam meliputi pembangunan akhlak, spiritualdan kebendaan.21 Aspek akhlak, spiritual,kebendaan, sosial dan ekonomi tidak bolehdipisahlan untuk mencapai tujuan pembangunansosio-ekonomi dalam Islam. Pembangunan harusdiorientasikan pada pengembangan manusia darisemua dimensinya. Kepuasan manusia tidakhanya terwujud saat kebutuhan ekonominyatercukupi tapi juga kebutuhan spiritual dan nonmateri lainnya.22

Sebenarnya konsep pembangunan ekonomiIslam bertolak dari pengembangan sumber dayamanusia (human capital) dan penguasaan tekno-logi sebagai penggerak utama (driving force)pembangunan ekonomi. Pengembangan sumberdaya manusia merangkum seluruh potensi dankeberdayaan dan kualitas manusia dari sudutmateri, spiritual dan moral. Pembangunanekonomi merangkum pembangunan sistemkeuangan dan dasar perniagaan secara adil.

Fokus dan inti utama pembangunan dalamIslam adalah pembangunan manusia itu sendiritermasuk aspek sosial dan budayanya. Ini berartiIslam menganggap diri manusia sendirilah yangmerupakan tempat sebenarnya aktivitas pemba-ngunan itu. Pemikiran ini berangkat daripandangan Islam yang menempatkan manusiasebagai khalîfah yang diamanahkan oleh Allahuntuk mengelola bumi sesuai dengan kehendak-Nya (syariat Islam) yang pada suatu saat nanti(di akhirat) akan diminta pertanggungjawabanatas pembangunan (amalan) yang telah dilaku-kannya.

Pembangunan23 dalam pemikiran Islambermuara pada kata ‘imârah atau ta’mîr sebagaiisyarat dalam Al-Quran:

Artinya: “...Dia Telah menciptakan kamu daribumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya...”24

Kemudian dihubungan dengan penciptaanmanusia di bumi sebagai khalîfah:

Artinya: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirmankepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendakmenjadikan seorang khalîfah di muka bumi.” merekaberkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan(khalîfah) di bumi itu orang yang akan membuatkerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahalkami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau danmensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguh-nya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”25

Kalimat ista’mara yang berasal dari kata‘amara mengandung arti permintaan atauperintah dari Allah yang bersifat mutlak agarmanusia menciptakan kemakmuran di mukabumi melalui usaha pembangunan.26 Hal inimenunjukkan bahwa usaha pembangunan dimana ekonomi salah satu dimensinya adalah misiutama penciptaan manusia di muka bumi.Sementara itu, Ahmad Ibn Ali Al-Jassas27 melihatQS. Hûd: 61 ini dengan dua makna, yaitu maknaal-wujûd atau kewajiban umat manusia untukmengelola bumi sebagai lahan pertanian danpembangunan. Kedua, ayat tersebut mengan-dung perintah Tuhan kepada umat manusiauntuk membangun jagad raya. Perintah Allahtersebut bersifat wajib dan mutlak. Mayoritaspenulis berpendapat kata al-‘imârah (memakmur-kan) identik dengan kata at-tanmiyyah al-iqtishâdiyyah (pembangunan ekonomi).

Para penulis teori ekonomi Islam menyimpul-kan bahwa setiap ayat yang menyebutkan kataal-kasbu, as-sa’yu, al-infâq atau al-dharbu fi al-ard(berpetualang di muka bumi) menunjukkan padasuatu makna yaitu aktivitas perekonomian.28 Danini menjadi dasar hukum pembangunan ekonomi.Pendapat ini muncul karena didorong olehkeinginan kuat kebanyakan penulis untuk

21 Joni Tamkin bin Borhan, “Pemikiran Pembanguan EkonomiBerteraskan Islam”, Jurnal Ushuluddin, Vol. 27, 2008, Hlm. 95.

22 Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Lightof Maqashid Al Shariah, (Jeddah: Islamic Research and TrainingInstitute, 2008), hlm. 5.

23 Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm 44.24 QS. Hûd [11]: 61

25 QS. Al-Baqarah [2]: 30.26 Saefullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm. 44.27 Ahmad Ibn Ali Al Jassas dalam Asmuni Mth, “Konsep

Pembanguan Ekonomi Islam”, Al Wawaridi, Edisi X, 2003, hlm.131.

28 Ibid., hlm. 132.

Page 8: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

38 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

menegaskan bahwa agama Islam mendahulukansegala sesuatu yang mengandung kebaikan bagimanusia dan menghindari hal yang dapatmerugikan mereka.

Berdasarkan pandangan Islam yang kompre-hensif terhadap segala segi kehidupan, makakonsep Islam dalam pembangunan mencakup sisijasmani dan rohani. Juga berdasarkan nilai-nilaidan tujuan-tujuan sosial, untuk menciptakankemakmuran dan kesejahteraan hakiki bagimanusia dalam segala segi kehidupan, denganmanusia sebagai sentral dari proses pembangu-nan. Dengan demikian maka sesungguhnyapembangunan dimaksudkan untuk memenuhikebutuhan dasar bagi kehormatan dan kemuliaanmanusia; baik segi materi, budaya maupun sosial.

E. TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMIDALAM ISLAM

Berdasarkan paradigma ekonomi konvensio-nal setidaknya terdapat dua tujuan pokok daripembangunan ekonomi. Pertama meningkatkanpendapatan riil per kapita. Kedua menegakkankeadilan distribusi pendapatan. Namun jikadilihat fakta di lapangan justru masalah terbesardalam perekonomian modern ini khususnya dinegara-negara berkembang adalah rendahnyapendapatan masyarakat yang selanjutnyadiperparah oleh tingkat kesenjangan pendapatanantara yang kaya dan miskin yang semakin lebar.Perekonomian hanya digerakkan oleh segelintirorang dan tentunya juga dinikmati oleh segelintirorang tersebut. Artinya adalah permasalahanutama yang diahadapi adalah ketidakadilandalam distribusi pendapatan dan kekayaanekonomi di antara sesama mereka.

Islam dalam mendefinisikan pembangunanekonomi tidak menafikan aspek pendapatanindividu sebagai salah satu indikatornya. KarenaIslam sangat mendambakan suatu masyarakatyang sejahtera secara materi agar mereka dapatmelaksanakan kewajiban agamanya secarasempurna. Namun disisi lain Islam menekankanpentingnya distribusi kekayaan secara merata danadil. Bahkan Islam menciptakan instrumen seacraspesifik untuk mencapai distribusi tersebut melaluimekanisme zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sertapenumbuhan sifat kepedulian dan saling tolong-menolong di antara sesama dalam rangkamemenuhi kebutuhan dasar.

Pembangunan ekonomi harus berorientasi

pada peningkatan komitmen individu terhadapagamanya. Artinya harus ada korelasi antarapembangunan ekononomi dengan peningkatanpemenuhan kewajiban-kewajiban terhadapagama. Tujuan akhir dari pembangunan ekonomibukan seperti slogan ekonomi konvensional yangberbunyi “homo economicus” tapi justru terjadinya“homo Islamicus”, yaitu individu yang berperilakusesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Menurut Joni Tamkin29 tujuan kebijakanpembangunan dalam kerangka Islam adalah:1. Pembangunan sumber daya insani, yaitu

menjadikan manusia sebagai objektif utamadari kebijakan pembangunan Islam. Fakusutama dilakukan pada pengembanganpendidikan, orientasi spiritual dan pengem-bangan struktur hubungan yang berbasiskankepada kerjasama, perkongsian dan penyer-taan.

2. Pertambahan pengeluaran yang bermanfaat,dalam hal ini diutamakan pada pengeluaranyang mengutamakan keperluan dasar (dha-rûriyât) dibandingkan dengan pengeluaranatas barang pelengkap (kamâliyât) dan barangmewah (tahsiniyât).

3. Peningkatan kualitas kehidupan, yaitumelalui penciptaan lapangan kerja, penga-daan sistem jaminan sosial, dan pemeraanpendapatan.

4. Pembangunan yang seimbang, yaitu pem-bangunan yang harmoni, tidak terjadikepincangan pembangunan di berbagai sektordan wilayah.

5. Pembangunan teknologi baru6. Pengurangan ketergantungan terhadap

utang luar negeriTujuan pokok pembangunan adalah me-

nanggulangi kemiskinan melalui terpenuhinyasegala kebutuhan pada taraf hidup sejahtera.Adapun tujuan secara umum adalah terwujud-nya keadilan distribusi, efisiensi pendayagunaansumber daya ekonomi, mengembangkan kemam-puan produksi dan sumberdaya manusia.Sementara menurut Afar30 tujuan pembangunanadalah menciptakan segala sesuatu yang dikehen-daki dalam maqâshid syari’ah, sebagai hak-hak

29 Joni Tamkin, “Pemikiran Pembangunan EkonomiBerteraskan Islam”, Jurnal Ushuluddin, Vol. 27, Th. 2008, hlm.98-101.

30 Afar dalam Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, hlm.58.

Page 9: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 39

dasar setiap individu. Berupa lima maslahat pokok(al-dharuriyât al-khams), terkait dengan segalakebutuhan dasar ekonomi yang harus terpenuhi,demi terpeliharanya keselamatan agama, jiwa,akal, keturunan dan harta manusia. Selain itujuga pembangunan harus mampu mengurangikesenjangan antara daerah, serta memperhatikankepentingan generasi mendatang berkenaandengan cara mengeksploitasi sumber daya alamyang tersedia. Strategi dan model pembangunanyang diterapkan dalam masyarakat muslim ataunegara Muslim harus cocok dan sesuai dengannilai-nilai yang dianut oleh komunitas muslimtersebut. Tidak boleh terjadi pertentangan antaratujuan dan strategi pembangunan yang diimple-mentasikan.31

F. MAQÂSHID SYARI’AH SEBAGAIINDIKATOR PEMBANGUNAN

Salah satu dari tujuan pembangunanekonomi dalam perspektif ekonomi Islamsebagaimana dijelaskan sebelumnya adalahterciptanya keadilan distribusi; berarti tercapai-nya minimal dalam pembangunan adalahterpenuhinya hak dasar kebutuhan ekonomiindividu masyarakat, sebagai jaminan pemeli-haraan maqâshid syari’ah, yang terdiri dari limamaslahat pokok, berupa keselamatan agama, jiwa,akal, keturunan dan harta manusia, sebagai haksetiap individu. Tidak terpenuhinya hak dasarkebutuhan ekonomi disebabkan buruknyadistribusi, akan menimbulkan problem ekonomi,yang jauh dari pengertian kondisi sejahtera.

Al-Syatibi menganggap bahwa tujuansyariah (maqâshid syari’ah) adalah kemaslahatanumat manusia. Kemaslahatan, dalam hal ini,diartikannya sebagai segala sesuatu yangmenyangkut rezki manusia, pemenuhan peng-hidupan manusia, dan perolehan apa-apa yangdituntut oleh kualitas-kualitas emosional danintelektualnya, dalam pengertian yang mutlak.32

Kemaslahatan manusia dapat teralisasi apabilalima unsur pokok kehidupan manusia dapatdikembangkan, dijaga dan dilestarikan, yaituagama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Sementara itu menurut Al-Ghazali, tujuanutama syariah adalah untuk melayani kepen-tingan manusia dan untuk menjaga mereka dari

segala sesuatu yang mengancam eksistensinya.Ia selanjutnya mengklasifikasikan maqâshid(tujuan) ke dalam empat pembagian utama, yaitudengan mengatakan:33

“The very objective of the Shariah is to promotethe well-being of the people, which lies insafeguarding their faith (din), their self (nafs),their intellect (‘aql), their posterity (nasl), andtheir wealth (mal). Whatever ensures thesafeguard of these five serves public interest andis desirable, and whatever hurts them is againstpublic interest and its removal is desirable.”

Oleh karenanya, dengan jelas Al-Ghazalimengungkapkan bahwa tujuan utama darisyariah adalah untuk mendorong kemaslahatan(kesejahteraan) manusia yang mana terletak padapemeliharaan agama, hidup, akal, keturunan dankekayaan. Selanjutnya, segala sesuatu yangmelindung lima unsur kepentingan publiktersebut maka dianjurkan dilakukan. dansebaliknya, segala sesuatu yang mengancamnyaadalah harus dihilangkan.

Al-Ghazali kemudian membagi tingkatankebutuhan manusia menjadi tiga tingkatan, yaitudharûriyât, hajiyât dan tahsiniyât. Dharûriyât adalahmerupakan kemestian dan landasan dalammenegakkan kesejahteraan manusia di dunia danakhirat yang mencakup pemeliharaan lima unsurpokok kehidupan manusia (agama, hidup, akal,keturunan dan harta). Pengabaian terhadapkelima unsur pokok tersebut akan mengancameksistensi kehidupan manusia dan akan mencip-takan kerusakan di muka bumi dan kerugian diakhirat. Dan pemeliharaan dan pelestarianterhadap kelima unsur pokok tersebut akanmewujudkan kesejahteraan dan kebahagianhidup manusia.

Sementara hajiyât adalah dimaksudkanuntuk memudahkan kehidupan, menghilangkankesulitan atau menjadikan peeliharaan yang lebihbaik terhadap lima unsur pokok kehidupanmanusia. Dan tahsiniyât adalah agar manusiadapat melakukan yang terbaik untuk menyem-purnakan pemeliharaan lima unsur pokokkehdidupan manusia. Ia tidak bermaksud untukmenghilangkan atau mengurangi berbagaikesulitan, tetapi hanya bertindak sebagai

31 Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, hlm. 5.32 Ibid., hlm. 381.

33 Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Lightof Maqasid Al Shariah, (IDB, 2008), hlm. 7.

Page 10: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

40 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

pelengkap, penerang dan penghias kehidupanmanusia.

Mustafa Anas Zarqa34 menjelaskan bahwatidak terwujudnya aspek dharûriyât dapat merusakkehidupan manusia di dunia dan akhirat secarakeseluruan. Pengabaian terhadap aspek hajiyâttidak sampai merusak keberadaan lima usurpokok, tetapi hanya membawa kesulitan bagimanusia sebagai mukallaf dalam merealisasi-kannya. Adapun pengabaian terhadap aspektahsiniyât mengabaikan upaya pemeliharaan limaunsur pokok tidak sempurna. Lebih jauh, iameyatakan bahwa segala aktivitas atau sesuatuyang bersifat tahsiniyât harus dikesampingkan jikabertentangan dengan maqâshid yang lebih tinggi(dharûriyah dan hajiyât).

Kebutuhan pokok ekonomi, adalah jenis dantingkat kebutuhan ekonomi minimal yangmenjadi hak setiap individu, teridentifikasi darimaqâshid syari’ah pada tingkatan pertama, yaknial-dharûriyât al-khams. Kebutuhan ekonmi padaskala dharûriyâh adalah segala barang dan jasauntuk memenuhi kebutuhan skala tersebut yangharus selalu tercukupi, sebagai penentu bagieksistensi kehidupan manusia, agar tetap mampumelaksanakan kewajiban dan tugas sebagaikhalîfah di bumi, sesuai dengan tujuan manusiamenurut perspektif Islam.

Indikator-indikator pembangunan ekonomiyang didasarkan pada maqâshid syari’ah (al-dharûriyât al-khams) dapat dilihat dari:35

1. Pemeliharaan agamaJika pokok-pokok ibadah seperti “iman”,

mengucapkan kalimat syahadat, pelaksanaansholat, zakat, haji dan lain-lain, adalah sebagaiindikator bagi terpeliharanya keberadaan agama,maka segala sesuatu yang mutlak dibutuhkan -baik materil maupun non materil, sarana barangdan jasa – untuk melaksanakan ibadah tersebutharus tersedia dan terealisasi terlebih dahulu.Kebutuhan dasar tersebut antara lain merujukpada identifikasi kebutuhan berupa sarana,

barang dan jasa yang dikemukakan ‘Abd al-Mun’im ‘Afar adalah sebagai berikut:36

a. Untuk menjaga kesinambungan iman danakidah maka setidaknya perlu disediakanantara lain: jasa da’i dan pembimbing ibadah,pencetakan dan penerbitan buku-buku agamatermasuk Al-Quran dan Al Hadist, pendirianpusat-pusat pengajian dan bimbingan agama.

b. Untuk melaksanakan ibadah yang terdiri dari:- Sholat: dibutuhkan mesjid dan mushol-

lah, jasa imam dan muadzin, dana-danawaqaf untuk biaya pemeliharaan tempatibadah, dan penyediaan fasilitas-fasilitaspenunjang lainnya.

- Zakat: pembentukan struktur kelemba-gaan zakat yang terintegrasi dan dikelolasecara profesional dan transparan, pelati-han manajemen pengumpulan, penge-lolaan dan distribusi zakat, pemetaanpotensi pengumpulan dana zakat daripara muzakki dan pemetaan sebaranmustahiq zakat, penegakan hukum bagipihak yang tidak mau membayar zakat,pembentukan lembaga yang intensmensosialisasikan kewajiban membayarzakat serta hukum-hukum agamnya.

- Puasa: lembaga pendidikan yang menga-jarkan hukum-hukum puasa, penciptaanlingkungan yang mendukung lancarnyapelaksanaan puasa, menyemarakkankegiataan keagamaan selama bulanramadhan.

- Haji: pembentukan lembaga pengelolaanpelaksanaan haji dan lembaga pengeloladana haji, penyediaan alat transportasidan penginapan yang nyaman danlembaga bimbingan haji dan pengajaranmanasik haji.

c. Lembaga peradilan: dibutuhkan jasa ke-pemimpinan kepala negara, majelis per-musyawaratan, para hakim, lembaga urusanIslam.

d. Lembaga keamanan: jasa aparat keamananuntuk menjaga keselamatan para pelaksanadakwah, keamanan masyarakat dan negaradan memberikan hukuman bagi para pe-langgar aturan-aturan yang berlaku.34 Mustafa Anas Zarqa, Islamic Economic: An Approach to

Human Welfare, Reading in the Concept and Methodology of IslamicEconomics (Selangor Darul Ehsan: Pelanduk Publication, 1989)hlm. 35-36.

35 Dalam uraian lebih dalam dan lengkap dapat dilihat padaSaifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, (Bandung: GunungdjatiPress, 2012), hlm. 124-138.

36 ‘Abdul Mun’im Afar, al-Tanmiya wa al-Takhtît wa taqwînal-masyru’ât fi al-Islâm, (Jeddah: Dar al-Arabi, 1992), hlm. 71.

Page 11: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 41

2. Pemeliharaan jiwa dan akalKebutuhan akan pemeliharaan jiwa dan akal

meliputi makan dan minum, berpakaian danbertempat tinggal (kebutuhan akan rumah).Artinya kebutuhan akan pangan, sandang danpapan adalah mutlak harus terpenuhi untukmenjaga jiwa dan akal manusia, agar dapatmenjaga eksistensi hidup serta menjalankanfungsi utamanya sebagai pelaku utama pem-bangunan (khalîfah). Terpenuhinya kebutuhandasar tersebut adalah merupakan hak dasar darisetiap individu. Pembangunan ekonomi harusmenempatkan pemenuhan kebutuhan dasarsetiap individu sebagai prioritas utama, karenajika tidak terpenuhi akan mengancam eksistensihidup manusia (jiwa).

Pemeliharaan keselamtan jiwa menurut Afar37

meliputi sembilan bidang pokok:a. Makanan: makanan pokok dan perlengkapan

penyajiannya, lauk-pauk beserta bumbu-bumbu, air bersih dan garam.

b. Perangkat perlengkapan untuk pemeliharaanbadan

c. Pakaiand. Perumahane. Pemeliharaan kesehatan: ketersediaan rumah

sakit, peralatan sakit, obat-obat, dokter,ambulans, dan lain-lain.

f. Transportasi dan telekomunikasi: alattransportasi darat, laut dan udara dan alat-alat komunikasi

g. Keamanan: jasa keamanan bagi individu danmasyarakat

h. Lapangan pekerjaan: pekerjaan yang halaldan manusiawi, upah yang adil, dan kondisikerja yang nyaman

i. Lindungan sosial: lembaga pemeliharaanlanjut usia, anak yatim piatu, bantuan bagipara penganggur dan jaminan sosial.Pemeliharaan akal dapat terdiri dari:

a. Pendidikan: penyediaan lembaga pendidikandari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,biaya pendidikan yang rendah bahkan gratis,penyediaan alokasi dana yang tinggi untuksektor penidikan, penyediaan sarana pendi-dikan yang memadai termasuk guru dantenaga pengajar.

b. Penerangan dan kebudayaan

c. Penelitian ilmiah: pusat pengembangankurikulum, pusat pengembangan ilmumodern, pusat penelitian, dan lain-lain.Indikator kesuksesan pembangunan eko-

nomi dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhandasar untuk memelihara jiwa dan akal manusia.Semua elemen-elemen penunjang dari pemeli-haraan jiwa dan akal adalah mutlak disediakan.38

3. Pemeliharaan keturunan dan hartaTidak ada peradaban yang mampu bertahan

jika generasi mudanya memiliki kualitas spiritual,fisik dan mental yang rendah, sehingga ber-dampak pada ketidakmampuan untuk meng-hadapi tantangan kehidupan yang semakindinamis.39 Oleh kerenanya mesti dilakukanperbaikan secara terencanan dan berkelanjutanuntuk memperbaiki kualitas generasi muda.Salah satu langkah untuk memperbaiki karakterdan keperibadian mereka adalah dengan mena-namkan akhlak baik (khuluq hasan) melalui prosestarbiyah di keluarga dan lembaga pendidikan.

Sementara harta merupakan fasilitas yangdianugerahkan Allah kepada manusia untukmenunjang fungsi utamanya sebagai khalîfah dibumi. Harta adalah amanah yang harus dikem-bangkan secara terencana untuk tujuan meng-hilangkan kemiskinan, memenuhi kebutuhandasar setiap individu, membuat kehidupanterasan nyaman dan mendorong terciptanyadistribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.Dalam memperoleh dan mengembangkan hartadituntut untuk didasarkan pada nilai-nilai Islam.Harus ada filter moral dalam pengelolaannya.40

Untuk menjaga keselamatan keturunan danharta maka dibutuhkan lembaga-lembaga yangterkait dengan41:a. Pemeliharaan keturunan

- Lembaga pernikahan: mempermudahlegalitas pernikahan, pembelakan pra

37 Ibid., hlm. 73.

38 Al-Ghazali mengungkapkan bahwa tujuan utama dari syariahadalah untuk mendorong kemaslahatan (kesejahteraan) manusiayang mana terletak pada pemeliharaan agama, hidup, akal,keturunan dan kekayaan. Selanjutnya, segala sesuatu yangmelindung lima unsur kepentingan publik tersebut makadianjurkan dilakukan. dan sebaliknya, segala sesuatu yangmengancamnya adalah harus dihilangkan.

39 Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Lightof Maqashid Shariah , (Jedah: ITIE Book, 2008), hlm. 65.

40 Lihat Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, edisiterjemahan, (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm. 259.

41 Abdul Mun’im Afar, al-Tanmiya wa al-Takhtît wa taqwînal-masyru’ât fi al-Islâm, hlm. 76.

Page 12: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

42 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

pernikahan, pembinaan rumah tanggapaska pernikahan, dan lain-lain.

- Pusat pembinaan ibu-ibu berkenaandengan kesehatan, psikologi, dan maka-nan, pemeriksaan rutin untul memastikankesehatan dan keselamatan janin.

- Pemeliharaan anak-anak: bimbingan danpendidikan kesehatan bagi anak-anak,lembaga pengasuhan anak, programdasar untuk kesehatan dan nutrisi anak,penanaman akidah yang benar danprinsip-prinsip dasar agama Islam,memberikan bekal keahlian bagi anak-anak kurang mampu.

- Yayasan anak yatim: pusat pemeliharaananak-anak yatim.

b. Pemeliharaan harta- Pembentukan lembaga keuangan dan

investasi- Strategi keuangan akurat untuk pem-

bangunan dan pemeliharaan harta- Pengamanan pemeliharaan harta dengan

penerapan hukuman atas pencuri, peram-pas harta dan pelaku kecurangan, pela-rangan riba, sogok dan korupsi.

- Menjamin keamanan harta dan kepemili-kan pribadi, pengaturan aka-akad tran-saksi seperti jual beli, perkongsian, sewa,dan lain-lain.

- Pengajaran berkenaan dengan tata caramendapatkan harta dan pengembangan-nya, sumber-sumber pendapatan halaldan haram, hukum-hukum transaksi, danlain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka konsepkebutuhan dasar yang harus menjadi prioritaspembangunan ekonomi adalah segala kebutuhandasar minimal yang harus ada dan diperlukanuntuk menjaga keselamatan agama, jiwa,kekuatan jasmani, akal dan harta manusia, agarsetiap individu dapat melaksanakan kewajibanterhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat,sistem sosial dan keamanan; kebutuhan yangdimaksud mencakup segala macam barang danjasa primer, sebagai sarana yang harus dihasilkandalam proses pembangunan dengan perencanaanyang tepat disertai anggaran yang memadai.

Oleh karenya, pembangunan berbasisimaqâshid syari’ah adalah pembangunan yangmeletakkan prioritas utamanya untuk memenuhikebutuhan dasar manusia demi terpeliharanya

lima maslahat pokok (agama, akal, jiwa, ketu-runan dan harta) melalui usaha dalam prosesproduksi atau pembangunan ekonomi.

Terpenuhinya kebutuhan dasar setiapindividu akan berkorelasi pada peningkatankesejahteraan atau tercipta kesejahteraan. Dansebaliknya apabila manusia tidak mampumemenuhi kebutuhan dasarnya, ia akan merasa-kan ketidakpuasan, tidak damai, tidak senang,tidak bahagia, tidak aman. Kondisi ini adalahkondisi tidak sejahtera. Ketidakadaan kesejah-teraan akan berdampak pada terganggunya limamaslahat pokok. Oleh karenanya Al-Ghazalimengungkapkan bahwa tujuan utama darisyariah adalah untuk mendorong kemaslahatan(kesejahteraan) manusia yang mana terletak padapemeliharaan agama, hidup, akal, keturunan dankekayaan. Selanjutnya, segala sesuatu yangmelindung lima unsur kepentingan publiktersebut maka dianjurkan dilakukan dansebaliknya, segala sesuatu yang mengancamnyaadalah harus dihilangkan.42

Peningkatan pendapatan dan kekayaanmelalui pembangunan adalah suatu keharusanuntuk memenuhi kebutuhan dasar sekaligusuntuk mewujudkan pemerataan pendapatan dankekayaan, akan tetapi untuk mencapai kesejah-teraan yang sebenarnya tidak boleh hanyaberhenti di situ. Kesejahteraan harus dilihatsecara komprehensif yang juga meliputi ter-penuhinya kebutuhan dasar akan spiritual ataunon material. Sejalan dengan Pramuwito43 yangmengkategorikan kondisi sejahtera jika apabilakebutuhan jasmaninya terpenuhi yang meliputi:bebas dari kelaparan, kekurangan akan pakaian,kekurangan akan perumahan, air dan udara;terjaminnya kesehatarannya, tidak mengalamikesulitan dalam menjaga kesehatan denganterjaminnya fasilitas-fasilitas kesehatan; dankebutuhan rohaninya yang bebas dari rasa takut,cemas dan terancam. Terpenuhinya kebutuhansosial, termasuk bebas darai berbagai ancamandan kehidupan masyarakat yang tenteram danharmonis.

Dengan demikian terdapat hubungan antarapembangunan ekonomi yang berbasis maqâshid

42 Umar Chapra, The Islamic Vision of Development in the Lightof Maqashid shariah (Jedah: ITIE Book, 2008), hlm. 7.

43 C. Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Depsos RI, 1996), hlm. 20.

Page 13: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 43

syari’ah (al-dharûriyât al-khams) dengan pemenu-han kebutuhan dasar hidup manusia, dan jugahubungannya dengan kondisi kesejahteraan,yang bila disimpulkan bahwa pembangunanekonomi yang memprioritaskan pemenuhankebutuhan dasar manusia adalah merupakanpredisposisi dari kesejahteraan, dalam artikesejahteraan sosial akan ditentukan olehbagaimana masyarakat dapat memenuhi kebu-tuhan dasar warganya.

Berdasarkan hal itu maka dalam perencanaandan proses pembangunan harus memprioritaskansektor yang terkait dengan pemenuhan kebu-tuhan dasar agar dapat menjadi lima maslahatpokok. Sedangkan sektor-sektor produksi yangterkait dengan kebutuhan sekunder yang tidakterkait dengan eksistensi hidup manusia,dilakukan pada tahap berikutnya ketika segalakebutuhan pokok setiap individu telah terpenuhi.Namun perlu dicatat di sini bahwa kebutuhanharus dilhat secara dinamis, tingkatannya akanberubah secara dinamis seiring dengan peru-bahan kondisi ekonomi masyarakat secaraumum. Jika stnadar hidup rata-rata individudalam suatu masyarakat berubah, maka otomatisstandar dan tingkatan kebutuhan pun akanmengalami perubahan.

G. MODEL PEMBANGUNAN EKONOMIDALAM ISLAM

Konsep pembangunan dalam Islam bersifatmenyeluruh. Berbeda dengan konsep-konseppembangunan lain yang lebih mengarah padapengertian fisik dan materi, tujuan pembangunandalam Islam lebih dari itu. Bagi Islam pemba-ngunan yang dilakukan oleh manusia seharus-nya hanya mengejar satu tujuan utama, yaitu:kesejahteraan indivudu beserta ummat. Tujuanutama pembangunan menurut Islam mengarahpada kemakmuran dan kebahagiaan. Bukan sajadi dunia, namun juga diakhirat kelak atau biasadisebu sebagai falâh.

Kalam konteks falâh ini, Sadeq44 memper-kenalkan konsep a two stage permanent life of humanbeings. Kehidupan manusia terdiri dari duatahapan berurutan, yakni kehidupan di duniayang bersifat temporer dan kehidupan akhiratyang bersifat permanen dan abadi.45 Islam

mengharapkan kesejahteraan (falâh) di keduatahapan kehidupan manusia itu. Sehinggakesejahteraan/kebahagian manusia (human walfare– W) adalah fungsi dari kesejahteraan di keduatahapan kehidupan tersebut,46 Wt adalah kesejah-teraan sementara dan Wp adalah kesejahteraanpermanen. Sehinggi bentuk persamaan fungsinyaadalah:

W = f1 (Wt, Wp) .... (1)Selanjutnya variabel Wt, dan Wp adalah

fungsi dari sekumpulan variabel yang mem-pengaruhi kesejahteraan dalam jangka pendekdan jangka panjang dalam kehidupan. Persamaanfungsinya adalah:

Wt = f2 (Xt, D) .... (2)Wp = f3 (Xp, D) .... (3)

Dimana f1, fp, fd > 0, D adalah pembangunanekonomi, Xt dan Xp adalah variabel yang tidakberhubungan dengan pembangunan ekonomitetapi berdampak pada kesejahteraan di keduakehidupan, dunia dan akhirat. Beberapa yangmasuk kategori variabel Xt adalah kepuasaan yangberasal dari prestasi manusia di dunia, keba-hagiaan yang berasal dari hubungan antarsesama, kehidupan lingkungan yang aman danharmonis, dan sebagainya. Sementara variable Xpbergantung pada ibadah formal, kebaikanterhadap sesama manusia, dan lain-lain.47

Sebenarnya perhatian utama dari hubunganfungsi tersebut adalah pengaruh pembangunanekonomi (D) terhadap kesejahteraan manusia(W).

Sementara itu yang mempengaruhi pem-bangunan ekonomi dalam perspektif Islam adalahpertumbuhan ekonomi (economic growth -G),distribusi kekayaan (distributive equity -E) dan nilai-nilai Islam (Islamic values –V).48 Sehinggapersamaan hubungan fungsionalnya adalah:

D = f4 (G, E, V) .... (4)Di mana fg, fe, fv > 0

Pertumbuhan ekonomi dan tingkat penda-patan yang tinggi adalah indikator ketersediaanmakanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan,kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya untukmendapatkan kenyaman hidup. Mencari kenya-manan hidup adalah sesuatu yang tidak dilarangdalam Islam bahkan dianjurkan selama tidak

44 Sadeq, “Economic Development in Islam”, Jurnal of IslamicEconomics, Vol. I. No. 1 1987, hlm. 38.

45 QS. Al-A’raf [7]: 16-17.

46 QS. Al-Baqarah [2]: 201.47 Sadeq, Economic Development in Islam, hlm. 38.48 Ibid., hlm. 40.

Page 14: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

44 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

tenggelam dalam buaian hawa nafsu yangmembuat lupa kepada Allah.49

Namun demikian, pertumbuhan pendapatanyang tinggi tidaklah cukup untuk menyediakankebutuhan dasar dan kenyamanan hidupterhadap semua populasi manusia. Karena,meskipun tingkat pendapatan tinggi tetapi tidakterdistribusi secara merata dan adil, maka hanyasebagian atau sekelompok tertentu saja yang akanmenikmati petumbuhan dan perkembanganpendapatan tersebut, sementara yang lainmengalami yang sebaliknya, yaitu kesengsaraan,kekurangan dan kemiskinan. Kondisi tersebuttidak diinginkan oleh Islam. Justru Islammenganjurkan pertumbuhan dan perkembanganekonomi dan di saat bersamaaan menghendakiterjadinya distribusi pendapatan dan kekayaanyang adil.50

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukandalam perekonomian, menjadi insentif bagi usahamanusia utuk mengeksploitasi sumber dayaekonomi yang tersedia dengan tujuan untukmenghilangkan kemiskinan dan mencapaipertambahan pendapatan dan kekayaan. AnjuranIslam terhadap kegiatan ekonomi bukan untukmengakumulasi modal, tetapi semata-mata untukkesejahteraan manusia secara menyeluruh.Kemiskinan membuat individu tidak dapatmenjalankan kewajiban pribadi, sosial danmoralnya, oleh karena itu setiap manusiadianjurkan untuk selalu berdoa untuk dihindar-kan dari kemiskinan, kekurangan dan kehinaan.Bahkan kemiskinan akan mengantarkan kepadakakufuran.

Usaha untuk mencari nafkah adalah perintahagama yang harus ditunaikan setelah melaksana-kan sholat. Hal ini menjadi insentif untukendorong terjadinya pertumbuhan dan pem-bangunan ekonomi.51 Oleh karenanya, pem-bangunan pertanian, industri, perdagangansangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Hal inidilakukan bukan hanya sebagai usaha untukmemenuhi kebutuhan manusia tetapi juga sebagaikewajiban agama yang harus dilakukan.

Sementara itu, Umar Chapra52 memformu-lasikan sebuah model hubungan fungsional yang

menjelaskan variabel-variabel yang mem-pengaruhi pembangunan dan kemunduranberdasarkan teori Ibnu Khaldum tentangpenyebab maju dan runtuhnya sebuah peradabandalam bentuk model dinamis berbasis pendekatanmultidisiplin.

Model fungsional tersebut sangat dinamisdan lintas disiplin yang memasukkan variabelsosio-ekonomi dan politik, termasuk pemerintahdan otoritas politik (G), keyakinan dan aturanperilaku atau syariah (S), manusia (N), hartabenda dan cadangan sumber daya (W), pem-bangunan (G), keadilan ( J) dalam sebuahperputaran inter-dependen yang masing-masingmempengaruhi yang lain dan pada gilirannyaakan dipengaruhi oleh yang lain pula.53 Modeldinamis tersebut menjelaskan bagaimana faktor-faktor politik, moral, sosial, dan ekonomi salingberintegrasi terus-menerus dan mempengaruhikemajuan dan kemunduran jatuh bangunnyasuatu peradaban. Dalam model ini tidak menga-kui adanya asumsi ceteris paribus karena tidakada variabel yang konstan (tetap). Salah satuvariabel bisa menjadi mekanisme pemicu (triggermechanism) yang nantinya akan bereaksi secaraberantai yang pada akhirnya akan berdampakpada maju mundurnya sebuah pembangunandalam jangka panjang.

Simplikasi dalam bentuk hubungan fung-sional faktor-faktor yang berpengaruh terhadappembangunan dan kemunduran menurut UmarChapra adalah:

G = f (S, N, W, g dan j)54

Model ini tidak membatasi dirinya padavariabel-variabel ekonomi untuk menjelaskanpembangunan dan kemunduran. Akan tetatpimengadopsi pendekatan multi-disiplin dandinamik untuk menunjukkan hubungan yangsaling terkait antara faktor-faktor sosial, moral,ekonomi, politik, sejarah dan demografi dalammemicu kemajuan pembangunan dan kemun-duran dalam masyarakat.

Diantara ke 6 (enam) variabel model fungsi-onal yang dikemukakan oleh Umar Chapra di atasbisa saja menjadi pemicu utama (trigggel me-chanism) yang pada akhirnya saling berhubungandengan variabel-variabel yang lain dalam memacu

49 QS. Al-Jumû’ah [62]:7; Al-Qashash:[28] 77 dan Al-‘Araf[7]: 31.

50 Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr [59]: 7.51 QS. Al-Jumû’ah [62]: 9.52 Umar Chapra, Peradaban Muslim: Penyebab Keruntuhan

dan Perlunya Reformasi (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 25- 28.

53 Ibid., hlm. 25.54 Dimana G= Pembangunan/kemunduran, S= Syariah, N=

Manusia, W= Kekayaan, g= pembangunan dan j= keadilan.

Page 15: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

Dialog Vol. 36, No.1, Agustus 2013 45

terjadinya pembangunan ataupun sebaliknya,kemunduran. Tambahnya, faktor manusia (N)adalah kekuatan primer dalam pembangunansebagaimana awal mula kemunculan agama Islamdi tanah Arab yang mampu mengangkat bangsaArab menjadi pemain utama dalam kejayaanperadaban Islam.

H. KESIMPULANKemajuan ekonomi yang dicapai oleh negara-

negara Barat sekuler mendorong sebagiannegara-negara Muslim–masuk kategori negaraberkembang–menjadikannya sebagai kiblat modeldalam mendesain pembangunan ekonominya.Model-model pembangunan yang sukses di-kembangkan di negara-negara maju dianggapsebagai pengalaman empiris yang bisa diduplikasidan diterapkan di negara-negara berkembang,khususnya negara-negara Muslim. Modelpembangunan itu dianggap bersifat universal dankompatibel untuk diterapkan di segala ruang danwaktu meskipun itu berbeda dengan ruang danwaktu di mana model itu berkembang pada awalmulanya. Atas dasar asumsi inilah kemudian studiilmu ekonomi pembangunan yang menjadikanpembangunan ekonomi sebagai kajian utamanyamulai dipelajari dan diterapkan di negara-negaraberkembang, tidak terkecuali negara-negaraMuslim.

Namun, model dan pengalaman empirisyang berkembang di dunia Barat tidak serta mertabisa diterapkan dan sukses di dunia Muslim, halini disebabkan perbedaan kultur-budaya, nilai-

nilai, pandangan hidup dan ideologi yangberbeda. Teori dan model pembangunan yangditerapkan di dunia Barat sangat dipengaruhioleh nilai-nilai sekularisme, liberalisme dankapitalisme yang sudah menjadi wordviewsebagian besar masyarakat Barat. Sementaradunia Muslim justru menjadikan agama sebagaifaktor utama dalam pembangunan ekonomi.Adanya perbedaan pandangan hidup ini akanmenyebabkan terjadinya chaos jika sistem danpembangunan ekonomi tersebut dipaksakanuntuk diterapkan di dunia Muslim, sebagaimanasudah terjadi di beberapa negara Muslimbelakangan ini. Akan tetapi tidak menutupkemungkinan adanya kesamaan antara modelpembangunan yang diterapkan di dunia Baratdan dunia Muslim selama tidak bertentangandengan prinsip-prinsip utama dan tujuan dariajaran Islam (maqâshid syari’ah).

Oleh karena itu, pembangunan ekonomiyang seharusnya diterapkan di dunia Muslimharus berbasis pada maqâshid syari’ah yaituterciptanya keadilan distributisi melalui ter-penuhinya seluruh kebutuhan dasar manusiaagar dapat menjaga kemaslahatan kehidupanmanusia. Pembangunan ekonomi menjadikanmanusia sebagai pelaku dan objek utama daripembangunan itu sendiri seiring fungsinyasebagai khalîfah di muka bumi. Pembangunanekonomi harus menjaga dan melestarikan limaunsur pokok penting, yaitu agama, jiwa, akal,keturunan dan harta.

‘Abdul Mun’im Afar, al-Tanmiya wa al-Takhtît wataqwîn al-masyru’ât fi al-Islâm, (Jeddah: Daral-Arabi, 1992).

An Nabhani, Taqyuddin, Membangun SistemEkonomi Alternatif: Perspektif Islam,(Surabaya: Risalah Gusti, 1996).

Anis Matta, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”dalam Wawasan Islam dan Ekonomi: SebuahBunga Rampai, (Jakrata: Penerbit FE UI,1997)

Asmuni Mth, “Konsep Pembanguan EkonomiIslam”, Al Wawaridi, Edisi X, 2003.

Ausaf Ahmad, “Economic Development inIslamic Development Revisited”, dalamDevelopment and Islam: Islamic Perspectives onIslamic Development, (New Delhi: Instituteof Objective Studies, 1998).

Baqir Ash Shadr, M., Buku Induk Ekonomi Islam“Iqtishaduna”, edisi terjemahan, (Jakarta:Zahra, 2008).

D A F TA R P U S TA K A

Page 16: Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan  Maqashid Syariah

46 Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah

C. Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Depsos RI, 1996).

Jhingan, M.L., Ekonomi Pembangunan danPerencanaan, (Jakarta: RajaGrafindo, 1993).

Joni Tamkin bin Borhan, “PemikiranPembanguan Ekonomi Berteraskan Islam”,Jurnal Ushuluddin, Vol. 27, 2008.

Khurshid Ahmad, “Economic Development in anIslamic Framework”, dalam Studies IslamicEconomics, ( Jeddah: King Abdul AzizUniversity, 1976).

_______, “Pembangunan Ekonomi DalamPerspektif Islam”, dalam Etika EkonomiPolitik, (Surabaya: Risalah Gusti, 1997)

Mustafa Anas Zarqa, Islamic Economic: An Approachto Human Welfare, Reading in the Concept andMethodology of Islamic Economics (SelangorDarul Ehsan: Pelanduk Publication, 1989).

Sadeq, “Economic Development in Islam”, Jurnalof Islamic Economics, Vol. I. No. 1 1987.

Saifullah, Ekonomi Pembangunan Islam, (Bandung:Gunungdjati Press, 2012).

Triono, Dwi Condro, Ekonomi Islam MadzhabHamfara, (Yogyakarta: Irtikaz, 2011).

Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi,edisi terjemahan, (Jakarta: Gema Insani,2000).

_________, Peradaban Muslim: Penyebab Keruntuhandan Perlunya Reformasi (Jakarta: Amzah,2009).

_________, The Islamic Vision of Development in theLight of Maqashid Al Shariah, (Jeddah: IslamicResearch and Training Institute, 2008).