BAB I PENDAHULUAN Penyakit kanker merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam perkembangan kehidupan manusia khususnya di zaman modern seperti sekarang ini. Seperti kita ketahui banyak terdapat jenis kanker, dan sampai saat ini para peneliti masih berusaha untuk terus mengembangkan bagaimana penanganan terhadap penyakit ini yang dapat mencakup semua aspek secara menyeluruh. Untuk di Indonesia sendiri salah satu kanker yang menjadi momok seiring dengan meningkatnya jumlah insidensnya dari tahun ke tahun adalah kanker payudara. Berdasarkan data yang didapatkan dari “Pathological Based Registration” kanker payudara di sini mempunyai insidens relatif lebih kurang sebesar 11,5%. 1 Penderita kanker dapat menderita nyeri akut maupun kronik. World Health Organization menyebutkan bahwa dua pertiga dari penderita penyakit kanker akan meninggal karena penyakitnya dan bahwa dalam perjalanan penyakitnya, 45-100% dari mereka akan mengalami nyeri yang ringan sampai berat. Dikatakan pula bahwa sekitar 1,2 juta orang Amerika mengalami nyeri yang berhubungan dengan kanker setiap tahunnya. 2 Pasien dan sebagian petugas pelayanan kesehatan hingga saat ini masih beranggapan bahwa nyeri yang tidak terkontrol merupakan hal yang wajar sebagai 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kanker merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam
perkembangan kehidupan manusia khususnya di zaman modern seperti sekarang
ini. Seperti kita ketahui banyak terdapat jenis kanker, dan sampai saat ini para
peneliti masih berusaha untuk terus mengembangkan bagaimana penanganan
terhadap penyakit ini yang dapat mencakup semua aspek secara menyeluruh.
Untuk di Indonesia sendiri salah satu kanker yang menjadi momok seiring
dengan meningkatnya jumlah insidensnya dari tahun ke tahun adalah kanker
payudara. Berdasarkan data yang didapatkan dari “Pathological Based
Registration” kanker payudara di sini mempunyai insidens relatif lebih kurang
sebesar 11,5%.1
Penderita kanker dapat menderita nyeri akut maupun kronik. World Health
Organization menyebutkan bahwa dua pertiga dari penderita penyakit kanker
akan meninggal karena penyakitnya dan bahwa dalam perjalanan penyakitnya,
45-100% dari mereka akan mengalami nyeri yang ringan sampai berat.
Dikatakan pula bahwa sekitar 1,2 juta orang Amerika mengalami nyeri yang
berhubungan dengan kanker setiap tahunnya.2
Pasien dan sebagian petugas pelayanan kesehatan hingga saat ini masih
beranggapan bahwa nyeri yang tidak terkontrol merupakan hal yang wajar
sebagai konsekuensi dari penyakit kanker. Pada masa lampau, nyeri
dihubungkan dengan kanker stadium lanjut, namun sekarang diketahui bahwa
nyeri kanker dapat muncul secara signifikan pada tiap stadium kanker dan bisa
berlangsung dalam periode yang lama. Nyeri kanker yang tidak tertangani
dengan baik akan menurunkan kualitas hidup penderita kanker beserta
keluarganya dan bahkan pasien dapat mengalami depresi hingga bunuh diri.
Aktivitas rutin sehari-hari dari pasien kanker akan sangat berpengaruh seiring
dengan bertambah parahnya nyeri seperti bergerak, nafsu makan, tidur,
emosional, dan hubungan sosial.3
Penanganan nyeri kanker merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup penderita kanker beserta orang-orang di
sekitarnya. Penerapan prinsip dasar manajemen nyeri pada nyeri kanker telah
1
terbukti dapat membantu mengatasi nyeri pada 88% kasus nyeri kanker.
Mengingat semakin meningkatnya jumlah penderita kanker di dunia dan 45-
100% dari mereka akan mengalami nyeri yang ringan sampai berat maka
penanganan nyeri kanker harus mendapatkan perhatian serius dari para pemberi
pelayanan kesehatan di seluruh dunia, termasuk pula di Indonesia.4
Namun terdapat beberapa batasan yang mempengaruhi keefektifan dari
manajemen nyeri kanker yaitu tidak adanya perlindungan nasional terhadap
perawatan paliatif dan penyembuhan kanker, kurangnya kepercayaan masyarakat
bahwa nyeri kanker dapat disembuhkan, kurangnya dana dan keterbatasan
sistem dan personil pelayanan kesehatan, kepercayaan masyrakat bahwa pada
pemberian obat-obatan anti nyeri tersebut dapat menyebabkan ketergantungan
dan penyalahgunaan obat.
Jadi dalam laporan kasus kali ini bertujuan untuk melakukan manajemen
perioperatif pada pasien-pasien yang mengalami kanker payudara agar dapat
mencakup semua aspek dari perioperatif tersebut, jadi tidak hanya menangani
nyeri saja khususnya di sini pada nyeri pasca pembedahannya, tetapi juga untuk
melakukan penanganan dari berbagai komponen lainnya seperti manajemen
terhadap aspek psikologis, sosial, dan spiritual sebagaimana manajemen
komprehensif penanganan nyeri kanker.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Nyeri
Berdasarkan definisi dari The International Association for the Study of
Pain nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual.5 Nyeri, selain menimbulkan penderitaan juga berfungsi sebagai
mekanisme proteksi, defensif, serta penunjang diagnostik. Khusus pada penderita
kanker pada stadium lanjut, di sini nyeri yang diderita akan menambah beban
hidup penderita dan akan menimbulkan penderitaan yang semakin berat.6
2.2 Gambaran Umum Mengenai Penderita Kanker Payudara7
Kanker payudara mempunyai target organ untuk metastasis yang paling
sering umumnya pada tulang, kemudian kejaringan lunak seperti kelenjar limpe,
paru, hati, otak dan jaringan lunak lainnya. Kanker payudara memiliki gejala
tersendiri dan biasanya gejala akan memberat sesuai dengan peningkatan
stadiumnya. Berikut ini adalah pembagian stadium kanker payudara berdasarkan
Di mana penjelasan dari tabel di atas adalah sebagai berikut:
T = ukuran tumor primerUkuran T secara klinis , radiologis dan mikroskopis adalah sama.Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.T0 : Tidak terdapat tumor primer.Tis : Karsinoma in situ. Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ. Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ. Tis (Paget) : Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.
Catatan : Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang. T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm. T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm. T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm. T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm. T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke
dinding dada atau kulit.
Catatan : Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus anterior tapi tidak termasuk otot pektoralis.
T4a : Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis).
T4b : Edema ( termasuk peau d'orange ), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal diatas. T4d : Mastitis karsinomatosa.
N = Kelenjar getah bening regional.
Klinis :
4
Nx : Kelenjar getah bening (kgb) regional tidak bisa dinilai ( telah diangkat sebelumnya ).N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral ( klinis*) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila. N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain. N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis * dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila ; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila / mamaria interna. N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral. N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila. N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan :* Terdeteksi secara klinis : terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (diluar limfoscintigrafi).
Patologi (pN )a
pNx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau tidak diangkat)pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi , tanpa pemeriksaan tambahan untuk "isolated tumor cells" ( ITC ).
Catatan : ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran tidak lebih dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan pewarnaan imunohistokimia (IHC) atay metode molekular lainnya tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu menunjukkan adanya aktifitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.
pN0(i-) : Tidak terdapat metastsis kgb secara histologis , IHC negatif.
pN0(i+) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC positif, tidak terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.pN0(mol-) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan molekular negatif ( RT-PCR) b.pN0(mol +): Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, pemeriksaan molekular positif (RT-PCR).
Catatan :a: klasifikasi berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa pemeriksaan sentinel node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node tanpa
5
diseksi kgb aksila ditandai dengan (sn) untuk sentinel node, contohnya : pN0(i+) (sn).b: RT-PCR : reverse transcriptase / polymerase chain reaction.
pN1 : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria interna (klinis negatif*) secara mikroskopis yang terdeteksi dengan sentinel node diseksi. pN1mic : Mikrometastasis (lebih dari 0,2 mm sampai 2,0 mm). pN1a : Metastasis pada kgb aksila 1 - 3 buah. pN1b : Metastasis pada kgb mamaria interna (klinis negatif*) secara mikroskopis terdeteksi melalui diseksi sentinel node. pN1c : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna secara mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara klinis negatif (jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila yang positif, maka kgb mamaria interna diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan peningkatan besarnya tumor).pN2 : Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis terdapat pembesaran kgb mamaria interna tanpa adanya metastasis kgb aksila. pN2a : Metastasis pada 4-9 kgb aksila (paling kurang terdapat 1 deposit tumor lebih dari 2,0 mm). pN2b : Metastasis pada kgb mamaria interna secara klinis tanpa metastasis kgb aksila. pN3 : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila ; atau infraklavikula atau metastasis kgb mamaria interna (klinis) pada 1 atau lebih kgb aksila yang positif ; atau pada metastasis kgb aksila yang positif lebih dari 3 dengan metastasis mikroskopis kgb mamaria interna negatif ; atau pada kgb supraklavikula. pN3a : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila (paling kurang satu deposit tumor lebih dari 2,0 mm), atau metastasis pada kgb infraklavikula. pN3b : Metastasis kgb mamaria interna ipsilateral (klinis) dan metastasis pada kgb aksila 1 atau lebih; atau metastasis pada kgb aksila 3 buah dengan terdapat metastasis mikroskopis pada kgb mamaria interna yang terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang secara klinis negatif pN3c : Metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral.
Catatan :* tidak terdeteksi secara klinis / klinis negatif : adalah tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau dengan pemeriksaan fisik.
M : Metastasis Jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
6
M1 : Terdapat metastasis jauh.
2.3 Etiologi Serta Mekanisme Nyeri Pada Penderita Kanker Payudara8
Penyebab nyeri kanker ada 3 macam yaitu:
1. Penyebab langsung dari tumor (75-80%), misalnya penekanan massa
tumor pada tulang dan saraf, infiltrasi kanker pada jaringan lunak dan alat
dalam, peningkatan tekanan dalam rongga kepala, serta adanya tukak
(luka).
2. Pengobatan anti kanker (15-19%) misalnya nyeri pasca-operasi, pasca
kemoterapi, atau pasca radiasi.
3. Tidak berhubungan dengan kanker ataupun pengobatannya (3-5%)
misalnya penyakit lain yang menimbulkan nyeri yaitu gangguan pada
otot dan tulang arthritis, gangguan jantung, dan migrain.
2.4 Tipe-tipe Nyeri Pada Kanker Payudara8
Nyeri kanker diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berikut ini :
- Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan pukul 13.40 WITA.
- Situasi di ruang pemulihan :
- Kesadaran penderita diawasi sampai penderita sadar baik.
- Respirasi stabil
- Sirkulasi Pasien:
Pukul 13.50 WITA = Tekanan darah 120/80 mm Hg, Nadi 100x/menit.
Pukul 14.00 WITA = Tekanan darah 122/78 mm Hg, Nadi 96x/menit.
27
Pukul 14.10 WITA = Tekanan darah 116/80 mm Hg, Nadi 90x/menit.
- Mual dan muntah : tidak ada.
- Aktivitas pasien : pasien mampu menggerakkan keempat ekstrimitasnya.
- Warna kulit pasien : kemerahan.
- Aldrete Score
Pukul 13.30 WITA total skor : 10
Aktivitas : 2
Sirkulasi : 2
Kesadaran : 2
Respirasi : 2
Warna kulit : 2
Pukul 14.00 WITA total skor : 10
Aktivitas : 2
Sirkulasi : 2
Kesadaran : 2
Respirasi : 2
Warna kulit : 2
Instruksi di Ruangan
- Pemberian analgetika post operasi : parasetamol 4x500 mg, apabila tetap
nyeri serta mual-muntah harap menghubungi tim APS (Acute Pain Service)
Anestesi RSUP Sanglah.
- Antibiotika dan obat-obatan lain sesuai dengan teman sejawat bedah.
- Makan dan minum bebas.
- Infus untuk pemeliharaan diberikan kristaloid 14 tetes/menit.
3.6 Follow Up Pasien Post Operasi
Tanggal 25/05/2011
S: nyeri luka post operasi, makan minum baik, BAK (+), tidur terganggu (baru
bisa tidur setelah jam 3 pagi).
O: Hemodinamik stabil,
Status Lokalis pada Regio Mamae D didapatkan luka terawat post operasi
dengan terpasang 2 drain, produksi drain I : 25cc, produksi drain II : 100cc.
A: Post MRM + LD Flap hari I LABC Dextra
28
P:
Diet Bebas
Aminofusin : D5 : NaCl = 1:2:1 / 24 jam
Ceftriaxone 2x1 gram
Ketorolac 3x1 ampul
Ranitidin 3x1 ampul.
Ondansentron 3x1 ampul.
Diet TKTP
Vitamin C 2x2
KSR 1x1
Transfusi PRC s/d Hb ≥10
Transfusi Alb s/d Hb ≥2,5
Tanggal 26/05/2011
S: nyeri luka post operasi sudah mulai berkurang, makan minum baik, BAK (+),
tidur terganggu
O: Hemodinamik stabil,
Status Lokalis pada Regio Mamae D didapatkan luka terawat post operasi
dengan terpasang 2 drain, produksi drain I : 50 cc, produksi drain II : 5 cc.
A: Post MRM + LD Flap hari II LABC Dextra
Hasil pemeriksaan terakhir : Hb= 9,3 (sebelum dimasukkan 1 kolf lagi),
Alb=(2,019 sebelum masuk flash Aminofosin yang ke III ).
P :
Diet Bebas
Aminofusin : D5 : NaCl = 1:2:1 / 24 jam
Ceftriaxone 2x1 gram
Ketorolac 3x1 ampul
Ranitidin 3x1 ampul.
Ondansentron 3x1 ampul.
Diet TKTP
Vitamin C 2x2
KSR 1x1
Transfusi PRC s/d Hb ≥10
29
Transfusi Alb s/d Hb ≥2,5
Tanggal 27/05/2011
S: nyeri luka post operasi sudah mulai berkurang, makan minum baik, BAK
(+),tidur terganggu (baru bisa tidur setelah jam 3 pagi).
O: Hemodinamik stabil
Status Lokalis pada Regio Mamae D didapatkan luka terawat post operasi
dengan terpasang 2 drain, produksi drain I : 10 cc, produksi drain II : 5 cc.
A: Post MRM + LD Flap hari III LABC Dextra
P:
Off drain
Diet Bebas
Aminofusin : D5 : NaCl = 1:2:1 / 24 jam
Ceftriaxone 2x1 gram
Ketorolac 3x1 ampul
Ranitidin 3x1 ampul.
Ondansentron 3x1 ampul.
Diet TKTP
Vitamin C 2x2
KSR 1x1
Transfusi PRC s/d Hb ≥10
Transfusi Alb s/d Hb ≥2,5
Tanggal 28/05/2011
S: nyeri luka post operasi sudah mulai berkurang, makan minum baik, BAK
(+),tidur terganggu (baru bisa tidur setelah jam 3 pagi).
O: Hemodinamik stabil
Status Lokalis pada Regio Mamae D didapatkan luka terawat post operasi.
A: Post MRM + LD Flap hari IV LABC Dextra
P:
Off drain
Diet Bebas
Aminofusin : D5 : NaCl = 1:2:1 / 24 jam
Ceftriaxone 2x1 gram
30
Ketorolac 3x1 ampul
Ranitidin 3x1 ampul.
Ondansentron 3x1 ampul.
Diet TKTP
Vitamin C 2x2
KSR 1x1
Transfusi PRC s/d Hb ≥10
Transfusi Alb s/d Hb ≥2,5
Pk 12.00 tanggal 28/05/2011 pasien dipulangkan dari bagian Onkologi,
planning untuk radioterapi 2 minggu post MRM ( 07 Juni 2011).
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 27 tahun dengan Locally Advanced Breast Cancer
dextra T4c N1 M0. Permasalahan yang terjadi dan yang menjadi perhatian utama
adalah rasa nyeri yang dirasakan pasien serta permasalahan psikologis yaitu rasa
takut, cemas, dan was-was yang selalu dirasakan oleh pasien. Adanya kanker
payudara pada pasien dapat dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan
keluhan benjolan pada payudara kanan sejak 10 bulan yang lalu. Dikatakan
sempat keluar gelembung-gelembung serta cairan bening dari puting susu pasien.
Kemudian semakin lama dikatakan benjolannya semakin membesar dan sudah
menimbulkan keluhan nyeri. Dari hasil pemeriksaan klinis serta penentuan
staging berdasarkan sistem TNM didapatkan T4c N1 M0 di mana berdasaran
teori pada penderita ini merupakan kanker payudara stadium 3B. T4c
menunjukkan bahwa telah terjadinya ekstensi ke dinding dada dan telah terdapat
edema, ulserasi, serta nodul satelit pada kulit salah satu payudara. Untuk t4c ini
sesuai dengan yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan klinis yaitu
benjolan pada payudara kanan sejak 10 bulan yang lalu. Dikatakan sempat keluar
gelembung-gelembung serta cairan bening dari putting susu pasien. Kemudian
semakin lama dikatakan benjolannya semakin membesar dan sudah
menimbulkan keluhan nyeri. N1 menunjukkan telah terjadinya pembesaran pada
kelenjar getah bening pada sisi ipsilateral atau searah dengan munculnya lesi.
Pada hasil USG mamae kanan pasien didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening sesuai dengan tempat munculnya benjolan yaitu pada payudara kanan,
M0 menunjukkan belum adanya metastasis ke organ yang lainnya, yang pada
pasien dibuktikan pada hasil foto thorax serta dari hasil USG abdomennya. Foto
thoraxnya menunjukkan gambaran cor serta pulmo yang normal, sedangkan dari
USG abdomennya tidak didapatkan proses metastasis pada hepar serta kelenjar
paraaorta. Stadium 3B ini mengindikasikan stadium lanjut di mana pada stadium
lanjut permasalahan utama yang sering ditemui adalah nyeri yang sering
membebani penderita, dan menimbulkan permasalahan psikologis. Selain dari
32
hasil anamnesis, serta dari hasil pemeriksaan fisik juga dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu dengan foto thorax, USG mamae, USG abdomen serta dengan
pemeriksaan histopatologis untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan
histopatologi didapatkan hasil menunjukkan gambaran karsinoma mamae tipe
ductal invasif jenis solid tubuler grade III.
Untuk diagnosis nyeri pada kanker payudara ini harus dilakukan secara
teliti. Dalam kepustakaan dikatakan pemeriksaan terhadap nyeri harus dilakukan
dengan seksama, yang dilakukan sebelum pengobatan dimulai, secara teratur
pengobatan dimulai, setiap saat bila ada laporan nyeri baru dan setelah interval
terapi 15-30 menit setelah pemberian parenteral dan 1 jam setelah pemberian
peroral. Dari anamnesis pada pasien mengeluh nyeri sejak 10 bulan yang lalu, di
mana nyeri mulai dirasakan saat benjolan semakin membesar dan nyeri dirasakan
pada pinggiran benolan tersebut, khususnya saat harus bersentuhan dengan baju.
Nyeri tersebut merupakan nyeri kronik karena nyeri dirasakan lebih dari satu
bulan, berkaitan dengan suatu proses kronik yang menjadi penyebab terjadinya
nyeri tersebut. Derajat nyeri yang diderita pasien adalah derajat sedang, di mana
nyeri yang dirasakan telah mengganggu tidur serta aktivitas sehari-hari pasien.
Selain itu dari usia pasien yang masih muda yaitu 27 tahun dengan
memiliki 1 orang putra namun sudah menderita penyakit kanker payudara
tentunya dirasakan berat baik bagi pasien ataupun bagi keluarga. Berdasarkan
teori yang didapatkan memang terdapat hubungan antara nyeri kronik ini dengan
permasalahan psikisnya. The Psychosocial Collaborative Oncology Group dalam
penelitiannya menjelaskan prevalensi dari gangguan psikiatri pada pasien usia
dewasa muda yang menderita penyakit kanker pada berbagai stadium dan
didapatkan nilai sekitar 4%. Khususnya pada wanita yang menderita kanker
payudara, angka kejadian mengalami gangguan psikiatri berkisar antara 14-38%.
Khususnya untuk prevalensi kejadian Post Traumatic Stress Disorder pada
penderita kanker payudara berkisar antara 3%-19%. Pada kasus ditemukan
pasien usia muda 27 tahun, kemudian dari anamnesisnya pasien selalu
menunjukkan rasa takut, cemas, khawatir, karena dari pengobatan yang telah
dilakukan tidak kunjung memberikan kesembuhan, kemudian pasien khawatir
bahwa penyakit ini akan merenggut nyawanya, kemudian dia juga memikirkan
33
bagaimana nantinya anaknya akan hidup sepeninggal dirinya. Pola tidur pasien
juga menjadi terganggu di mana biasanya pasien baru bisa tidur setelah pukul
tiga pagi.
Dengan berbagai permasalahan tersebut maka diperlukan penatalaksanaan
yang baik serta dapat mencakup semua aspek dari penderita kanker tersebut.
Sesuai dengan prinsip kedokteran perioperatif yaitu untuk dapat menangani
pasien mulai dari tatalaksana prabedah, pembedahan, serta terapi pasca bedah
maka dalam hal ini seorang dokter khususnya dar bagian anestesiologi harus
memiliki kemampuan dalam melakukan penatalaksanaan yang menyeluruh
tersebut.
Kesuksesan dalam penatalaksanaan pasien dengan nyeri kanker tergantung
pada kemampuan klinisi untuk menilai problem dasarnya, mengidentifikasi dan
mengevaluasi sindroma nyeri serta membuat rencana untuk memberikan
perawatan kontinyu yang diperlukan penderita dan keluarganya. Pengelolaan
nyeri kanker terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita,
agar penderita merasa lebih nyaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
dipahami bahwa dalam usaha menanggulangi nyeri kanker, terdapat beberapa
tahapan yang ingin dicapai, yaitu : berkurangnya nyeri, usaha untuk mengatasi
penyebabnya, memperbaiki keadaan umum penderita, memulihkan semangat
penderita, dan tindakan fisioterapi.
Pada pasien karena nyeri yang diderita pasien adalah nyeri sedang, maka
berdasarkan World Health Organization Analgesic Ladder, obat yang digunakan
untuk mengatasinya adalah obat golongan opioid lemah (kodein) yang
dikombinasi dengan obat golongan non opiod (paracetamol). Namun pada pasien
setelah operasi MRM analgesik yang diberikan adalah dari golongan
paracetamol saja, dengan pertimbangan bahwa nyerinya telah dirasakan
membaik, dan untuk mengurangi efek ketergantungan (withdrawal syndrome).
Selain itu pada pasien direncanakan untuk diberikan radioterapi. Radioterapi
tersebut juga merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan nyeri kanker
yakni usaha untuk menangani penyebab nyeri dimana dalam hal ini adalah
karsinoma mamae.
34
Sesuai kepustakaan disebutkan juga pada pasien dengan kanker payudara
pada stadium lanjut juga harus dilakukan penanganan untuk mengatasi
permasalahan psikologisnya salah satunya dengan pemberian obat obatan
psikofarmakologi seperti benzodiazepin, dan juga dilakukan psikoterapi.
Walaupun pada kasus belum dilakukan penanganan dari segi psikologisnya, ke
depannya diharapkan penanganan pada penderita kanker juga tidak melupakan
hal yang satu ini supaya dapat meningkatkan kualitas hidup pasiennya.
35
BAB V
KESIMPULAN
Nyeri merupakan salah satu keluhan pada penderita kanker dan memiliki
dampak pada fungsi fisiologis tubuh dan juga mempengaruhi kualitas hidup
penderita. Pengelolaan nyeri yang tidak adekuat bukan saja akan meningkatkan
nmorbiditas dan mortalitas, namun dipandang sebagai suatu hal yang tidak
manusia. Oleh sebab itu, nyeri kanker harus ditangani dengan adekuat.
Dalam manajemen perioperatif pada pasien-pasien yang mengalami kanker,
khsusunya pada kanker payudara seharusnya dapat mencakup semua aspek dari
perioperatif tersebut, jadi tidak hanya menangani nyeri saja khususnya di sini
pada nyeri pasca pembedahannya, tetapi juga untuk melakukan penanganan dari
berbagai komponen lainnya seperti manajemen terhadap aspek psikologis, sosial,
dan spiritual sebagaimana manajemen komprehensif penanganan nyeri kanker.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Tasmuth T., Von Smitten K., Kalso E., Pain and Other Symptoms During First Year After Radical and Conservative Surgery for Breast Cancer. British Journal of Cancer (1996) 74, 2024-2031.
2. Green, Ester. Cancer-Related Pain Management : A Report Evidence-Based Recommendations to Guide Practice. Program in Evidence-Based Care (PEBC), Cancer Care Ontario. 2008.
3. Suardi DR. Pengelolaan Nyeri Kanker. IDSAI 2000: 89-94.
4. Thomas JR, Ferris FD, & Gunten CF. Approach to the Management of Cancer Pain. In: Benzon, Raja, Molloy, Liv, Fishman, editors. Essential of Pain Medicine and Regional Anesthesia; edisi ke-2, Philadelphia: Elsevier, 2005:525-541.
5. Nyeri. Dalam: Diktat Kumpulan Kuliah Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2002.
6. Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta. PT Macan Jaya Cemerlang. 2010. hal 217-232.
8. Gordon, Debra B., Dahl, June L., Miaskowski, Christine., et al. American Pain Society Recommendations for Improving Quality of Acute and Cancer Pain Management. Arch Intern Med. Volume 165. Juli 2005.
9. Whitten CE. Donovan M, Cristobal K. Treating Chronic Pain: New Knowledge, More Choice. The Permanente Journal. 2005;9:9-18. Available at http://xnet.kp.org/permanentejournal/fall05/pain3.html
10. Benzon TH, Raja NS, et al. Essential of Pain Medicine and Regional Anesthesia. Second Edition. Elsevier. United States. 2005. p 1-442.
11. Ballantyne, Jane C., Cousins, Michael J., Giamberardino, Maria G., et al. The Cancer Pain with Anxiety and Chronic Pain. Volume XVII. Issue 4. September 2009.