Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat timbulnya penyakit. Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia and Pasific Region ( WSP - EAP ) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43% dari populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses pada saluran air limbah perkotaan. 1,2 Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free(ODF). 1 Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan(72,54%) dan di pedesaan (38,97%) dengan target MDGs 2015 perkotaan (76,82%) dan pedesaan yaitu (55,55%). 2,3 Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL,kolam/sawah, langsung 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat
timbulnya penyakit. Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia and
Pasific Region (WSP-EAP) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43% dari populasi)
tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses pada saluran air limbah
perkotaan.1,2
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas
mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas
yang bebas dari BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free(ODF).1
Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik dan
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap
fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan(72,54%) dan di pedesaan (38,97%) dengan target
MDGs 2015 perkotaan (76,82%) dan pedesaan yaitu (55,55%).2,3
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah tangga di
Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah tangga
dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL,kolam/sawah, langsung ke
sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun).1,7
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 -
2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62%
dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan
38% BABS.4,6
Kondisi BABS berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diaredi Indonesia.
Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423per seribu penduduk pada
semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian LuarBiasa (KLB) diare dengan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Provinsi Jawa barat termasuk dari 7 daerah di Indonesia
1
yang memiliki Insiden dan Prevalensi diare tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 4,3% dan
8,6%.8
Penyakit diare merupakan salah satu dari 5 kunjungan penyakit terbanyak tahun 2014
yang datang ke Puskesmas Batujaya dengan persentase sebesar 18,4%. Berdasarkan hal
tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,mengetahui tingkat
keberhasilan program pengawasan jamban,menindaklanjuti upaya perbaikan dan
mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan di Puskesmas
Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia and Pasific Region (WSP-
EAP) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43% dari populasi) tidak memiliki
jamban sehat.
2. Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik dan
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap
fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan(72,54%) dan di pedesaan (38,97%).
3. Berdasarkan Riskesdas 2013 didapat bahwa Provinsi Jawa barat termasuk dari 7 daerah
di Indonesia yang memiliki Insiden dan Prevalensi diare tertinggi di Indonesia yaitu
sebesar 4,3% dan 8,6% yang dimana diare sindiri merupakan penyakit yang berkaitan
dengan lingkungan.
4. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 – 2018
sebesar 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan buang air besar sembarangan.
5. Di Puskesmas Batujaya diare merupakan salah satu dari 5 kunjungan penyakit terbanyak
tahun 2014 yang datang ke Puskesmas dengan persentase sebesar 18,4%.
3
1.1 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui permasalahan program pengawasan jamban dan penyelesaian
masalah di UPTD Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jenis jamban, jumlah penduduk
yang menggunakan jamban, dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan
di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
2. Diketahuinya penyuluhan/pemicuan tentang sarana jambandi Puskesmas Batujaya
periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
3. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di Puskesmas
Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.
4. Diketahuinya persentasi akses penduduk terhadap fasilitas jamban yang memenuhi
syarat kesehatan di PuskesmasBatujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei
2015.
1.2 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.
4
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan
lingkungan terutama program pengawasan jambandi wilayah kerja Puskesmas
Batujaya, Kecamatan Batujaya, Kecamatan Karawang, Jawabarat.
2. Mengetahuimasalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah
kerja Puskesmas Batujaya, Kecamatan Batujaya, Kecamatan Karawang, Jawabarat.
3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar
dapat berjalan dengan baik.
4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimaldalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu
dari pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batujaya.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi
daerah-daerah lain di Indonesia.
3. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak untukkebutuhan
sehari-hari
1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Batujaya, Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat pada periode Juni 2014 sampai dengan Mei2015.
5
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Juni 2014 sampai
dengan Mei 2015 di UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas ) Puskesmas Batujaya ,
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain:
1. Pendataan jumlah sarana jamban yang ada.
2. Jumlah penduduk yang menggunakan jamban.
3. Jenis jamban yang ada atau yang digunakan.
4. Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
5. Penyuluhan tentang sarana jamban
6. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
7. Program pengawasan/inspeksijamban.
8. Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan tentang sarana jamban.
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015
dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis
Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
7
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2. Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan
jamban.Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Batujayadan jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan
fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja(jamban) yang digunakan sendiri
atau bersama,yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes
RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah
satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap
sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang
Air Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free(ODF).
Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008, dilengkapi dengan septik tank atau Sistem
Pengolahan Air Limbah (SPAL), dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
8
Bab IV
Penyajian Data
3.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari:
Data Sekunder :
Laporan pembangunan kesehatan UPTD Puskesmas Batujaya Kecamatan Batujaya
Profil kesehatan UPTD Puskesmas Batujaya
Data Demografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2014.
Data Geografi dari Puskesmas Batujaya tahun 2014.
Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya,
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang periode Juni 2014 sampai dengan Mei
2015.
4.1 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
UPTD Puskesmas Batujaya terletak di desa BatujayaKecamatan Batujaya, yang merupakan
Puskesmas induk dengan luas wilayah 8138,139 Ha.Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Batujaya terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5
km dari Puskesmas Batujaya
UPTD Puskesmas Batujaya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara: wilayah kerja Puskesmas Kec. Tirtajaya
Sebelah selatan: wilayah kerja Kab Bekasi
Sebelah timur: wilayah kerja Puskesmas Medangasem
Sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Kec.Pakis Jaya
Sepuluh desa tersebut yaitu:
9
1.Desa Wanajaya ` 6. Desa Mekarmulya
2.Desa Wanakerta 7. Desa Margamulya
3.Desa Wanasari 8. Desa Margakaya
4.Desa Karangmulya 9. Desa Parungsari
5.Desa Mulyajaya 10. Desa Karangl
UPTD Puskesmas Batujaya berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batujaya dan + 46 km
dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu tempuh + 100menit menggunakan
roda empat. Dengan Kondisi jalan di Kecamatan Batujaya Sudah Cukup bagus dimana jalan
sudah diaspal atau di beton.
4.2.2 Data Demografi
Jumlah penduduk di UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya sampai bulan mei
sebesar 90.159 dimana Laki-laki sebanyak 46.468 jiwa dan Perempuan sebanyak
43.691 jiwa. Jumlah Rumah 31.574dan Jumlah KK 30.177 sampai akhir tahun
2014.
4.2.2.1 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Batujaya terbanyak adalah sekolah
menengah pertama, berjumlah 12.381 orang (32,41%).
4.2.2.2 Mata pencarian
Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Batujaya adalah petani, berjumlah 27.577
orang (40.18%).
4.2.2.3Jumlah Kepala keluarga miskin
Jumlah kepala keluarga miskin di Kecamatan Batujaya berjumlah 17020 orang
(56,4%).
4.2.2.5 Data Fasilitas Kesehatan
10
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya
antara lain:
Dokter umum :2 orang ( PNS : 2 orang )
Dokter gigi : 1 orang ( PNS : 1 orang )
Bidan : 41 orang ( Bidan PNS : 10, Bidan Desa : 31)
Perawat : 27 orang (PNS : 7 Orang, Non PNS : 20 Orang)
Petugas Laboratorium : 1 orang ( PNS : 1 orang)
4.3 Data Khusus
.3.1 Masukan
a) Tenaga
Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian) : 1 orangsebagai Koordinator
program danpelaksana program.
b) Dana
Dana APBD tingkat II : Cukup
Bantuan Operasional Kesehatan : Cukup
c) Sarana
Sarana medis:
Sanitarian kit : Tidak ada
Sarana non medis:
Infocus : Ada
Layar : Ada
Leaflet : Ada
Lembar balik : Ada
Poster : Ada
Formulir wawancara/ : Ada
formulir pengawasan sarana jamban
Buku pedoman Kesling : Ada
Alat tulis : Ada
11
Sarana transportasi : Ada
d. Metode
Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah
jamban yang ada, jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis
jamban yang digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan
biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data
tentang jumlah jamban yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan
yaitu buku potensi desa yang disesuaikan dengan Puskesmas Batujaya.
Penyuluhan/pemicuan mengenai saran jamban yang memenuhi syarat
kesehatan yang berdasarkan program STBM ( Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat ). Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung.
Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.
Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa
binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun
yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan
melalui lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi
sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi
yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis
lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Pengawasan/inspeksi sarana jamban.
Inspeksi dilakukan secara berkala 4 kali dalam sebulan (1 minggu 1 kali)oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat
desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di wilayah kerja
puskesmas Batujaya.Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara
fisikdimana fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan septik tank dengan
sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan.
12
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam
format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain
yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentukgrafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan dan
tahunan).
Pelaporan.
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan
secara periodik (bulanan dan tahunan).
4.2.1 Proses
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya. Perencanaan untuk
pembuatan jadwal pengawasan/inspeksi dari jamban sehat maupun rumah
sehat.
Pelaksanaan kegiatan pendataandan inspeksi sarana jamban sebanyak 8 kali
dalam sebulan (1 bulan 8 kali ) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih
pada hari kerja dari jam 09.00 – 12.00 WIB.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali).
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan lingkunganmelalui lintas program dan lintas sektor. Bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
lingkungan dan sosialisi program STBM.
Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 09.00-12.00 WIB).
Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.
b. Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer),
13
kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan
tugasnya:
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Batujaya
Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan
jabatan:
1. Kepala Puskesmas (H. Eko Susanto, MM Kes)
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan
Lingkungan di wilayah kerja.
2. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Ahmand Taufik AMK)
Koordinator program.
Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah
setempat.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil
pencatatan kepada Kepala Puskesmas Batujaya dalam waktu tiap bulan.
14
Kepala Puskesmas
H. Eko Susanto, MMKes
Koordinator Kesehatan LingkunganAhmad Taufik AMK
Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb)Lintas Sektoral (Ketua RW, RT)
C. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
- Pengumpulan data dilakukan 1 kali selama 1 tahun di tiap-tiap desa di
wilayah kerja Puskesmas Batujaya.
- Kegiatan penyuluhan hanya dilakukan 2 kali selama 1 tahun yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan
lintas sektor, tetapi data tertulis tidak lengkap.
- Pengawasan jamban 4x/sebulan dengan pengawasan yang tidak terjadwal.
- Dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat tetapi tidak
lengkap jenis jamban yang ada di tiap-tiap desa.
Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 09.00-12.00 WIB).
Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.
D. Pengawasan
Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan
sekali.
Adanya rapat bulanan di Puskesmas Batujaya tentang hasil pencapaian
program pengawasan jamban.
4.2.2 Keluaran
a. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban
Cakupan = x 100%
15
Pengawasan
Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan : 2421** / 3983* = 0,607 x 100% = 60,07%
Target dari bulan Juni 2014 sampai dengan Mei 2015= 75 %
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah
b. Persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban
Cakupan :19.915*/ 90.159* = 0,220 x 100% = 22%
Target dari bulan Juni 2014 sampai dengan Mei 2015= 75 %
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah
75 % - 22 % = 53 %/75 = 0,706 x 100% = 70,66 %
Keterangan :
(*) diambil dari hasil data dasar kesehatan lingkungan tahun 2014, sebab perhitungan
harus dalam jangka 1 tahun.
(**) diambil dari hasi rekapitulasi laporan bulanan penyehatan lingkungan Juni 2014
sampai denganMei 2015.
c. Catatan dan pelaporan
- Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan
jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang
memenuhi syarat.
16
Cakupan Penduduk dengan akses jamban :
Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun
X 100%
- Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Batujaya.
4.2.3 Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lokasi :
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi
yang ada, namun ada beberapa tempat yang jaraknya dari puskesmas
cukup jauh sekitar 7.5 km dengan waktu tempuh 30 menit. Sebagian jalan
masih berlubang-lubang dan masih cukup banyak jalan yang belum
diaspal sehingga mempengaruhi kinerja programmer.
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan
akses ke beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas Batujaya terputus
karena banjir atau jalanan yang becek.
Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban.
Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan Puskesmas
Batujaya tidak mempengaruhi.
Lingkungan Non Fisik
- Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh petani dan terdapat
jumlah Kepala keluarga miskin di Kecamatan Batujaya berjumlah 17.020 (56,4%),
17
hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jambanyang
memadai.
- Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih rendah.
- Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di saluran
irigasi,sungai,pinggir pantai, dan sawah, mempengaruhi keberhasilan program.
4.3.4 Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
4.3.5 Dampak
Langsung
Akses masyarakat terhadap jamban menjadi lebih mudah
Belum dapat dinilai
Tidak langsung
Menurunkan angka morbiditas diare
Belum dapat dinilai
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang kaitannya dengan
kesehatan lingkungan
Belum dapat dinilai.
Bab V
Pembahasan Masalah
18
5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran
No Variabel Tolok Ukur (%) Pencapaian(%) Masalah(%)
1. Cakupan hasil
pengawasan/
inspeksi jamban
75 60,07 19,90
2. Persentase penduduk
yang menggunakan
akses jamban.
75 22 70,66
5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan
No Variabel Tolok Ukur (%) Pencapaian (%) Masalah
1. Tenaga Tersedianya petugas
sebagai koordinator
dan pelaksana program
pengawasan jamban
yang terampil di
bidangnya
Ada 1 orang tenaga yang
merangkap sebagai
koordinator dan
pelaksana program
pengawasan jamban
namun tidak mencukupi
karena wilayah kerja
yang luas. Pelaksana
program juga bekerja di
bagian pengobatan balai.
(+)
2. Sarana Sanitarian Kit Tidak ada (+)
3. Metode Pendataan
Penyuluhan tentang
sarana jamban ( 1 kali
dalam 1 bulan ) yang
memenuhi syarat
kesehatan di dalam dan
Pendataan dilakukan
tetapi terbatas dan tidak
ada pendataan mengenai
jenis jamban.
Penyuluhan dilakukan di
dalam gedung hanya 2
kali dalam setahun.
(+)
(+)
19
di luar gedung.
Pengawasan/inspeksi
sarana jamban minimal
8 kali ( 2 kali dalam 1
minggu) dalam sebulan
Pemetaan sarana
jamban
Pengawasan hanya
dilakukan 4 kali dalam
sebulan.
Jarang dilakukan
pemetaan jamban.
(+)
(+)
5.3. Masalah Menurut Variabel Proses
NO. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Perencanaan Dibuatnya perencanaan
jadwal
pengawasan/inspeksi
jamban maupun jumlah
akses ke fasilitas
sanitasi jamban 1 bulan
sebelumnya.
Perencanaan jadwal
pengawasanjamban sehat
dan jumlah akses ke
fasilitas sanitasi jamban
telah direncanakan
dalam rapat bulanan
sebelumnya tidak
dilakukan sesuai Jadwal.
(+)
2. Pelaksanaan Penyuluhan/pemicuan
dilakukan 12 kali (1
kali 1 bulan) yang
dilaksanakan oleh
petugas kesehatan
lingkungan melalui
lintas program dan
lintas sektor.
Penyuluhan/pemicuan
dilakukan di dalam dan
di luar gedung dengan
sarana dan prasarana
yang sudah cukup
memadai tetapi tidak
memenuhi standar yaitu
jumlah penyuluhan dari
Juni 2014-Mei 2015
hanya 2 kali
(+)
20
5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Fisik Iklim Pada saat musim hujan beberapa
tempat sulit dijangkau karena jalanan
yang becek dan beberapa tempat
terkadang banjir
(+)
2. Non Fisik a.Keadaan sosial dan
ekonomi masyarakat
b.Perilaku masyarakat
terhadap penggunaan
sarana jamban dapat
mempengaruhi
keberhasilan program.
c.Tingkat pengetahuan
masyarakat.
Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai petani dan sekitar
27.577 termasuk penduduk miskin.Hal
tersebut akan mempengaruhi
penduduk untuk memiliki sarana
jamban yang memadai.
Perilaku masyarakat yang masih BAB
sembarangan seperti di kali, saluran
irigasi, sungai, sawah, dan pinggir
pantai mempengaruhi keberhasilan
program.
Tingkat pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan yang masih
rendah.
(+)
(+)
(+)
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)
• Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 60,07% dari target 75%dengan besar
masalah 14,93%
21
• Cakupan persentasi penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat
yaitu 22 % dari target 75% dengan besar masalah 53%
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)
• Masukan
- Tenaga
Ada 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana program
pengawasan jamban namun tidak mencukupi karena wilayah kerja yang luas dan 1
orang tenaga ini juga merangkap sebagai perawat di balai pengobatan umum..
- Metode
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, pengawasan/inspeksi sarana
jamban dan jumlah akses penduduk ke fasilitas sanitasikurang dilakukan dengan
optimaldan jarang dilakukan pemetaan jamban.
• Proses
- Pelaksanaan
Penyuluhan/pemicuan dilakukan di dalam dan di luar gedung dengan sarana dan
prasarana yang sudah cukup memadai tetapi tidak memenuhi standar yaitu jumlah
penyuluhan dari bulan Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 hanya 2 kali.
Bab VII
Penyelesaian Masalah
7.1 Kurangnya cakupan pengawasan sarana jamban
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 60,07 dari target 75%.
Penyebab:
22
- Tenaga. Ada 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan jamban namun tidak mencukupi karena wilayah kerja yang
luas dan 1 orang tenaga ini juga merangkap sebagai perawat di balai pengobatan
umum.
- Metode. Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, pengawasan/inspeksi
sarana jamban hanya dilakukan 4 kali dalam sebulan, dan jarang dilakukan
pemetaan jamban.
Penyelesaian masalah antara lain :
- Menambah jumlah orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan jamban.
- Sebaiknya pendataan terhadap jenis jamban dilakukan dan pemetaan yang
memenuhi syarat, meningkatkan jumlah frekuensi pengawasan/inspeksi sarana
jamban minimal sebanyak delapan kali ( 1 minggu 2 kali ) dalam sebulan, serta
mengumpulkan dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat
melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di
daerah tempat tinggalnya.
7.2 Kurangnya cakupan penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehatPersentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 22,00%
dari target 75%
Penyebab antara lain :
- Pelaksanaan. Penyuluhan/pemicuan dilakukan di dalam dan di luar gedung namun
frekuensi penyuluhan masih kurang karena penyuluhan hanya dilakukan 2 kali dari
bulan Juni 2014 hingga bulan Mei 2015.
- Lingkungan. Pengetahuan, dan perilaku masyarakat yang masih rendah sehingga
tidak menggunakan jamban sebagai sarana MCK melainkan menggunakan sungai,
kali, atau irigasi. Keberadaan irigasi, kali maupun sungai mempengaruhi kebiasaan
dan perilaku masyarakat.
Penyelesaian antara lain :
- Melakukan penyuluhan/pemicuan kepada masyarakat yang ada di lingkungan
tempat tinggalnya minimal selama 1 kali tiap bulannya .
23
- Membantu masyarakat dengan strategi awal membangun jamban di dekat kali,
sungai, maupun irigasi agar perlahan-lahan mempengaruhi kebiasaan masyarakat
untuk menggunakan jamban.
Bab VIII
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan program
pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 hingga Mei 2015 dikatakan
24
berhasil tetapi hasil yang dicapai tidak sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan. Dari
hasil kegiatan program, didapatkan :
a. Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 3.983, jumlah jamban yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 3.572, dan tidak ada data tertulis tentang jenis jamban yang
digunakan, serta jumlah penduduk dengan akses sanitasi jamban sehat sebanyak 19.915
jiwa.
b. Data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat tidak ada.
c. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban belum mencapai target.
d. Presentase penduduk yang menggunakan jamban belum mencapai target.
8.2 Saran
Melakukan setiap kegiatan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan sejak awal
kegiatan.
Melakukan pendataan meliputi jenis jamban untuk melihat wilayah kerja yang belum
memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat.
Mengumpulkan dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat
melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di daerah
tempat tinggalnya.
Melakukan penyuluhan/pemicuan kepada masyarakat yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya sehingga penyuluhan yang intensif dapat tercapai.
Melaksanakan kerja sama lintas sektoral dengan pemerintah setempat dalam hal ini dinas
pekerjaan umum untuk pembangunan sarana MCK di wilayah yang akses jambannya
sedikit.
25
Daftar Pustaka
1. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf pada tanggal Juli2015.
2. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang Pelaksanaan Sanitasi