Top Banner
 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk kehidupan. Perawat sering menghadapi klien yang tidak mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ini, perawat dapat melakukan berbagai prosedur yang disajikan pada pembahasan kali ini. Setiap prosedur dapat dilakukan tunggal (tersendiri) atau dalam kombinasi untuk mencapai sasaran perbaikan oksigenasi. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada  jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung l ama akan terjadi kematian. System yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah system pernapasan, persarafan, dan kardiovaskular. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manu sia. Hal ini telah terbuk ti pada se seorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar berfungsi secara normal. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula masker, fifioterapi dada, dan cara pengisapan lendir (suction). 1.2. Rumusan Masalah a. Bagaimana sistem respirasi manusia? b. Apa pengertian oksigenasi? c. Bagaimana proses oksigenasi pada manusia?
19

pembahasan

Jul 19, 2015

Download

Documents

Diah Rustanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 1/19

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk kehidupan.

Perawat sering menghadapi klien yang tidak mampu secara mandiri memenuhi

kebutuhan oksigen mereka. Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ini,

perawat dapat melakukan berbagai prosedur yang disajikan pada pembahasan kali ini.

Setiap prosedur dapat dilakukan tunggal (tersendiri) atau dalam kombinasi untuk 

mencapai sasaran perbaikan oksigenasi.

Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan

dalam proses metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena

apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada

 jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. System

yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah system pernapasan,

persarafan, dan kardiovaskular.

Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan

kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan

oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan

kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen

melalui saluran pernapasan, membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang

menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar

berfungsi secara normal.

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat

dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula masker, fifioterapi

dada, dan cara pengisapan lendir (suction).

1.2. Rumusan Masalah

a.  Bagaimana sistem respirasi manusia?

b.  Apa pengertian oksigenasi?

c.  Bagaimana proses oksigenasi pada manusia?

Page 2: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 2/19

2

d.  Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi?

e.  Bagaimana prosedur oksigenasi?

1.3. Tujuan

a.  Menjelaskan sistem respirasi manusia. 

b.  Menjelaskan pengertian oksigenasi. 

c.  Menjelaskan proses oksigenasi pada manusia. 

d.  Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi.

e.  Menjelaskan tentang prosedur oksigenasi

Page 3: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 3/19

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Respirasi Manusia

A. Saluran Nafas Atas

1. Hidung

  Terdiri atas bagian eksternal dan internal

  Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

  Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga

hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

  Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung

vaskular yang disebut mukosa hidung

  Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara

terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

  Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru

  Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta

menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru

  Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori

terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan

usia

2. Faring

  Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan

hidung dan rongga mulut ke laring 

  Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan

laring (laringofaring) 

  Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan

digestif  

3. Laring

  Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea 

  Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas : 

Page 4: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 4/19

4

  Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama

menelan 

  Glotis : ostium antara pita suara dalam laring 

  Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun (Adam's apple) 

  Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring

(terletak di bawah kartilago tiroid) 

  Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago

tiroid 

  Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan

bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring) 

  Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi 

  Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing

dan memudahkan batu 

4. Trakea

  Disebut juga batang tenggorok  

  Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina 

B. Saluran Nafas Bawah

1. Bronkus

  Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri 

  Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus) 

  Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus

lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental 

  Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental

yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf  

2. Bronkiolus

  Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus 

  Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang

membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas 

Page 5: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 5/19

5

3. Bronkiolus Terminalis

  Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak 

mempunyai kelenjar lendir dan silia) 

4. Bronkiolus respiratori

  Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori 

  Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas

konduksi dan jalan udara pertukaran gas 

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar

 Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakusalveolar

  Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli

  Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

  Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas

70 m2

  Terdiri atas 3 tipe :

  Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli

  Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan

mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan

mencegah alveolar agar tidak kolaps)

Page 6: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 6/19

6

  Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis

dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

7. Paru   Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut 

  Terletak dalam rongga dada atau toraks 

  Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan

beberapa pembuluh darah besar 

  Setiap paru mempunyai apeks dan basis 

  Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris 

  Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus 

  Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan

segmen bronkusnya 

8.  Pleura

  Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic 

  Terbagi mejadi 2 : 

  Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada 

  Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru 

  Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang

berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,

 juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru 

  Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk 

mencegah kolap paru-paru 

2.2. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara

melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)

sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Prosedur pemenuhan kubutuhan

oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan

masker, fisioterapi dada dan penghisapan lendir (suction).

2.3. Proses Oksigenasi

Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa

ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dindingabdomen dan pusat pernapasan di otak. Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel

Page 7: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 7/19

7

tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses

oksigenasi yaitu ventilasi, difusi dan transpor dari O2 dan CO2 .

1. Ventilasi Pulmoner 

 Udara masuk melewati hidung pharynx (udara dihangatkan dan diambil uap airnya)  

laring Trachea bronkus Alveoli.

 Selama pernapasan tenang (inspirasi) ± 500 ml udara atmosfir masuk ke paru-paru. 350

ml mencapai alveoli bercampur dengan udara sisa yang ada di alveoli. 150 ml berada di

rongga mulut, hidung, trakea dan bronkus.

 Udara masuk dan keluar paru karena adanya perbedaan selisih tekanan yang terdapat

antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot pernapasan.

 Selama Inspirasi, volume thorak bertambah besar peningkatan volume ini menyebabkan

penurunan tekanan intrapleura -4 mmHg ( Relatif terhadap tekanan atmosfir ) -8

mmHg.

 Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal (tekanan Saluran Udara) menurun 0 mmHg

-2 mmHg (Relatif terhadap tekanan atmosfir.

 Akibat perbedaan tekanan tersebut maka udara akan mengalir dari atmosfir ke dalam paru-

paru.

 Pada akhir inspirasi tekanan Intrapulmonal akan sama kembali dengan tekanan atmosfir.

 Pada saat ekspirasi gerakan pasif  elastisitas dinding dada dan paru-paru thoraks

mengecil/ berkurang meningkatkan tekanan intrapleura dan tekanan intrapulmonal.

 Tekanan intrapulmonal meningkat sekitar 1-2 mmHg diatas tekanan atmosfir selisih

tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik  sehingga udara keluar dari

paru-paru.

 Pada akhir ekspirasi tekanan Intrapulmonal akan kembali sama dengan tekanan tekanan

atmosfir.

 Tekanan intrapleura selalu berada di bawah tekanan atmosfir selama siklus pernapasan.

Volume Pulmoner 

  Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada

laki – laki dan 400 ml pada wanita

  Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang

didapat pada inhalasi maksimal, 3100 ml

  Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang

dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml

  Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml

Page 8: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 8/19

8

2. Difusi Gas 

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan

karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan

molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi

terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. 4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas

dari membran respirasi :

1.  Ketebalan membran 

  ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau

penyakit pulmoner yang lain.

  bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas.

2.   Area permukaan membran 

Perubahan permukaan membran akan berpengaruh pula terhadap rata  – rata difusi.

3.  Koefisien difusi gas 

Koefisien difusi tergantung dari berat molekul dan kelarutan gas dalam membran.

CO2 dapat berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2.

4.  Perbedaan tekanan pada semua sisi membran 

perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses

difusi. Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke

darah. Perbedaan normal dari PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.

3. Transpor dari oksigen dan karbon dioksida 

Oksigen diangkut/disalurkan dari paru ke jaringan  –  jaringan, dan karbondioksida

diangkut dari jaringan kembali ke paru. Normalnya 97 % O2 berikatan dengan hemoglobindalam sel darah merah secara bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai oxyhemoglobin.

Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per 100ml didifusikan ke jaringan  – jaringan.

Transportasi Oksigen

  Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskuler. Proses

penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),

aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas

membawa oksigen.

  Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut

dalam plasma darah, jumlah hemoglobin, dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan

dengan oksigen. (Ahrens, 1990)

  Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni 3%. Sebagian besar oksigen

ditransportasi oleh hemoglobin.

  Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.

  Molekul hemoglobin bercampur dengan oksigen untuk membentuk oksihemoglobin.

Pempentukan oksihemoglobi dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga

Page 9: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 9/19

9

memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.

Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan.

Transportasi Karbondioksida

  Karbondioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat dihidrasi

menjadi asam karbonat (H2CO3) akibat adanya anhidrasi karbonat.

  Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat

(HCO3---). Ion hidrogen dibufer oleh hemoglobin dan HCO3-- berdifusi ke dalam

plasma.

  Selain itu beberapa karbondioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan

kelompok asam amino, membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat terjadi dengan

cepat tanpa adanya enzim.

  Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan

karbondioksida dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin. Dengam demikian, darah

vena mentransportasi sebagian besar karbondioksida.

2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan

 jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,

diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter

transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia

 juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

2. Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi

daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu.Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan

 jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,

sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari

permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan

oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi

kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan

menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

Page 10: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 10/19

10

3. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan

denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan

tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat

menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi

penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman

oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat

mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi

kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin

berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi

transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan

ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat

narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat

mempengarhi pernapasan yaitu :

a)  Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

b)  Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c)  Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi

sebagian jalan napas.

Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh

yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi

gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat

merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia

adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya

tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah. Sianosis

dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosayang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang

adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi

hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang

hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama

 jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe

(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang

meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk 

bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

Page 11: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 11/19

11

8. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran

pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi:

hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti

makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadaratau bila sekresi menumpuk disaluran napas.

Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap

dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang

terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan

tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara

mengorok selama inhalasi (inspirasi).

2.5. Prosedur Oksigenasi

PEMBERIAN OKSIGEN

Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui

saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada

klien dapat melali 3 cara, yaitu melalui kateter nasal, kanul nasal, dan masker oksigen.

Tujuan:

1.  Memenuhi kebutuhan oksigen 

2.  Mencegah terjadinya hipoksia 

 Alat dan bahan:

1.  Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier  

2.  Kateter nasal, kanul nasal atau masker

3.  Vaselin/ jeli

Page 12: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 12/19

12

Prosedur kerja:

 Kateter nasal 

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6

liter/menit. Kemudian observasi humidifier  dengan melihat melihat air

bergelembung.

4.  Atur posisi dengan semi-Fowler

5.  Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan

tanda.

6.  Buka saluran udara dari tabung oksigen.

7.  Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli)

8.  Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan.

9.  Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan

lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya dibelakang uvula)

10. Fiksasi pada daerah hidung.

11. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam

12. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen

setiap 6-8 jam.

13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Page 13: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 13/19

13

 Kanul nasal 

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6

liter/menit. Kemudian observasi humidifier  dengan melihat melihat air

bergelembung.

4.  Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyaman pasien.

5.  Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam

6.  Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen

setiap 6-8 jam.

7.  Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.

8.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

 Masker oksigen

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6

liter/menit. Kemudian observasi humidifier  dengan melihat melihat air

bergelembung.

4.  Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyaman pasien.

5.  Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat

untuk kenyamanan pasien.

6.  Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam

7.  Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien.

Page 14: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 14/19

14

8.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

FISIOTERAPI DADA

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase

postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan,

missal penyakit paru obstruksi kronis (bronchitis kronis, asma, dan emfisemia).

Tindakan drainase postural merapakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam

berbagai posisi untuk mengalirkan secret di saluran pernapasan. Tindakan drainase

postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan

dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah

tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi. Tindakan drainase postural tidak 

dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, peningkatan tekanan

intra cranial, dispneu berat, dan lansia. Clapping tidak dapat dilakukan pada pasien

emboli paru, hemoragi, eksaserbasi, dan nyeri hebat (pasien kanker).

Tujuan:

1.  Meningkatkan efisien pola pernapasan

2.  Membersihkan jalan napas

 Alat dan bahan:

1.  Post sputum berisi desinfektan

2.  Kertas tisu

3.  Dua balok tempat tidur (untuk drainase postural)

4.  Satu bantal (untuk drainase postural)5.  Stetoskop

Page 15: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 15/19

15

Prosedur kerja:

 Drainase Postural 

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Atur posisi:

  Semi-Fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang

akan di drainase pada lobus atas bronkus apical

  Tegak dengan sudut 45o

membungkuk ke depan pada bantal dengan 45o

ke kiri

dan ke kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.

  Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan didrainase bronkus

anterior.

  Posisi Trendelenburg dengan sudut 30o

atau dengan menaikkan kaki tempat

tidur 35  –  40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada

lobus tengah (bronkus lateral dan medial).

  Posisi Trendelenburg dengan sudut 30o

atau dengan menaikkan kaki tempat

tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kanan apabila daerah yang akan didrainase

bronkus inferior dan superior.

  Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus

apical

  Posisi Trendelenburg dengan sudut 45o

atau dengan menaikkan kaki tempat

tidur 45  –  50 cm ke samping kanan, apabila yang akan didrainase bronkus

medial.

  Posisi Trandelenburg dengan sudut 45o

atau dengan menaikkan kaki tempat

tidur 45 – 50 cm ke samping kiri, apabila yang didrainase bronkus lateral

  Posisi Trendelenburg dengan sudut 45o

dengan bantal di bawah panggul,

apabila yang akan didrainase bronkus posterior.

4.  Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode

selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.

5.  Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.

6.  Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi, dan penghisapan

(suction). 

7.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Page 16: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 16/19

16

Clapping dan vibrasi

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Atur posisi sesuai dengan drainase postural dan lokasi paru.

4.  Lakukan clapping atau vibrasi pada:

  Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru

yang perlu di-clapping/ vibrasi adalah daerah bronkus apical.

  Lebar bahu masing-masing sisi apabila yang akan di-clapping dan vibrilasi

adalah daerah bronkus posterior

  Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di-clapping dan vinrilasi

adalah daerah bronkus anterior.

  Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai midanterior dada

apabila yang di-clapping dan vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus

lateral dan medial

  Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang di-clapping dan vibrasi

adalah daerah bronkus superior dan inferior.

  Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan

vibrasi adalah daerah bronkus apical.

  Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-clapping dan

vibrasi adalah daerah bronkus medial.

  Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang di-clapping dan vibrasi

adalah daerah bronkus lateral.

  Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, , apabila yang di-clapping dan

vibrasi adalah daerah bronkus posterior.

5.  Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih 1 menit.

6.  Setelah dilakukan drainase postural, clapping, dan vibrasi dapat dilakukan

pengisapan lendir (lihat tindakan penghisapan lendir)

7.  Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainase posturan,

clapping, dan vibrasi.

8.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Page 17: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 17/19

17

PENGISAPAN LENDIR

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

pada klien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir secara mandiri dengan

menggunakan alat penghisap.

Tujuan:

1.  Membersihkan jalan napas

2.  Memenuhi kebutuhan oksigenasi

 Alat dan bahan:

1.  Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan

2.  Kateter penghisap lendir steril

3.  Pinset steril

4.  Sarung tangan steril

5.  Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan desinfektan

6.  Kasa steril

7.  Kertas tisu

8. 

Stetoskop

Prosedur kerja:

1.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2.  Cuci tangan

3.  Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah perawat

4.  Gunakan sarung tangan

5.  Hubungkan kateter dengan selang alat penghisap

6.  Mesin penghisap dihidupkan

7.  Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam

kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan

(asepsis).

8.  Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap

9.  Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110

mmH untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untuk bayi (Potter &Perry , 1995)

10. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik 

Page 18: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 18/19

18

11. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%

12. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya. Minta

pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress

pernapasan, erikan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan

berikutnya.

13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret, dan respon pasien

terhadap prosedur yang dilakukan

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Page 19: pembahasan

5/16/2018 pembahasan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-55ab59f5ec411 19/19

19

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk kehidupan.

Perawat sering menghadapi klien yang tidak mampu secara mandiri memenuhi

kebutuhan oksigen mereka. Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ini,

perawat dapat melakukan berbagai prosedur yang disajikan pada pembahasan kali ini.

Setiap prosedur dapat dilakukan tunggal (tersendiri) atau dalam kombinasi untuk 

mencapai sasaran perbaikan oksigenasi.

Jadi, oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara

melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)

sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Prosedur pemenuhan

kubutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan

kanula dan masker, fisioterapi dada dan penghisapan lendir (suction).