Top Banner
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi hari-hari ini banyak menghasilkan aplikasi-aplikasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus menekan biaya pengeluaran perusahaan. Perkembangan teknologi ini juga terjadi dan ikut mengubah sistem pada telepon dan jaringan data, banyak perusahaan jaringan suara yang menggabungkan jaringan suara dengan jaringan data. Hasil penggabungan jaringan suara dan jaringan data tersebut menghasilkan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol). VoIP menggunakan jaringan data yang sudah ada untuk melewatkan pesan-pesan suara, dengan demikian VoIP memaksimalkan jaringan data yang sudah ada dan tidak membutuhkan jaringan komunikasi baru. Dari segi efisiensi VoIP jauh lebih baik daripada jaringan telepon tradisional PSTN yang umumnya digunakan saat ini. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan pada kerja praktek ini adalah : 1. Bagaimana mengimplementasikan VoIP pada jaringan yang sudah ada melalui simulasi. 2. Bagaimana mengimplementasikan server VoIP dengan asterisk. 3. Bagaimana memahami proses komunikasi VoIP antar user melalui Voip Server asterisk. 4. Bagaimana performansi komunikasi VoIP yang dilakukan antar client. 1.3 Batasan Masalah Penulisan laporan kerja praktek ini dibatasi oleh hal hal berikut : 1. Implementasi dilakukan dalam sebuah simulasi dengan jaringan komputer private kantor Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Provinsi Jawa Barat.
42

Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

Feb 05, 2016

Download

Documents

Aaron Panjaitan

Berikut ini adalah laporan kerja praktek tentang pemanfaatan Voice over IP (VoIP) pada jaringan LAN.

Terdapat sedikit kesalahan pada laporan ini, yaitu pada penempatan wireshark yang digunakan untuk mengukur performansi VoIP (delay, jitter, packet loss). Seharusnya wireshark ditempatkan pada 2 router yang terkoneksi langsung pada Client & Server VoIP.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi hari-hari ini banyak menghasilkan aplikasi-aplikasi

yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus menekan biaya

pengeluaran perusahaan. Perkembangan teknologi ini juga terjadi dan ikut

mengubah sistem pada telepon dan jaringan data, banyak perusahaan jaringan

suara yang menggabungkan jaringan suara dengan jaringan data. Hasil

penggabungan jaringan suara dan jaringan data tersebut menghasilkan

teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol).

VoIP menggunakan jaringan data yang sudah ada untuk melewatkan

pesan-pesan suara, dengan demikian VoIP memaksimalkan jaringan data yang

sudah ada dan tidak membutuhkan jaringan komunikasi baru. Dari segi

efisiensi VoIP jauh lebih baik daripada jaringan telepon tradisional PSTN

yang umumnya digunakan saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pada kerja praktek ini adalah :

1. Bagaimana mengimplementasikan VoIP pada jaringan yang sudah ada

melalui simulasi.

2. Bagaimana mengimplementasikan server VoIP dengan asterisk.

3. Bagaimana memahami proses komunikasi VoIP antar user melalui Voip

Server asterisk.

4. Bagaimana performansi komunikasi VoIP yang dilakukan antar client.

1.3 Batasan Masalah

Penulisan laporan kerja praktek ini dibatasi oleh hal – hal berikut :

1. Implementasi dilakukan dalam sebuah simulasi dengan jaringan komputer

private kantor Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO)

Provinsi Jawa Barat.

Page 2: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

2

2

2. Parameter yang akan diuji adalah delay, jitter, dan packet loss.

3. Penghitungan delay, jitter, dan packet loss dilakukan 3 kali dalam

hubungan antar client.

1.4 Tujuan

Kerja praktek ini bertujuan untuk:

1. Melakukan implementasi VoIP dalam jaringan komputer private kantor

Dinas Komunikasi Dan Informatika (DISKOMINFO) Provinsi Jawa Barat

dalam sebuah simulasi.

2. Memahami proses komunikasi dalam jaringan VoIP.

3. Mengukur performansi kinerja VoIP.

4. Memenuhi syarat mata kuliah “Kerja Praktek” yang berbobot 2 SKS

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah :

1. Studi literatur dengan mempelajari informasi dari berbagai sumber

literatur seperti buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan sistem yang

dibuat, dan memanfaatkan internet untuk mencari tambahan informasi.

2. Kepustakaan data-data yang didapat kemudian dipahami, sehingga

didapatkan informasi yang berhubungan dengan sistem yang dibuat.

3. Implementasi jaringan VoIP berdasarkan informasi-informasi yang

diterima dan mengkonfigurasi asterisk IP PBX dan user agent sampai

semuanya berjalan dengan baik.

4. Analisis dilakukan terhadap parameter yang dibutuhkan sesuai dengan

teori dasar, sehingga didapatkan hasil, kemudian hasil tersebut diolah

kembali hingga menghasilkan hasil akhir.

1.6 Sistematika Penulisan

Berikut adalah sistematika penulisan dalam laporan implementasi Jaringan

VoIP dalam simulasi:

Page 3: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

3

3

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang dihadapi, identifikasi

masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, sistematika penulisan, dan

lokasi dan waktu pelaksaan.

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Menjelaskan tentang data profil perusahaan yang dikutip

BAB III : LANDASAN TEORI

Menguraikan landasan teori yang digunakan sebagai data pendukung untuk

menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berisi tentang penjelasan tentang

VoIP, penjelasan Komponen VoIP, Protokol SIP, QoS, dan MOS

BAB IV : PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Berisi tentang proses perancangan sistem dan pengimplementasian VoIP di

jaringan DISKOMINFO melalui simulasi.

BAB V : ANALISIS PERFORMANSI VoIP

Membahas tentang bagaimana pengujian performansi VoIP dilakukan dengan

menggunakan parameter delay, jitter, dan packet loss.

BAB VI : KESIMPULAN

Membahas mengenai kesimpulan dari Kerja Praktek “Simulasi pemanfaatan

VoIP dalam Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Provinsi

Jawa Barat.

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Program kerja praktek ini dilaksanakan di kantor Dinas Komunikasi dan

Informatika (DISKOMINFO) Provinsi Jawa Barat, Jl. Tamansari No.55,

Bandung.

Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dimulai dari tanggal 29 Juli 2013 s/d 30

Agustus 2013.

Page 4: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

4

4

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat adalah kelanjutan dari organisasi sejenis yang semula sudah ada di

lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan nama Pusat

Pengolahan Data (PUSLAHTA) Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Keberadaan PUSLAHTA di Jawa Barat dimulai pada tahun 1977, yaitu

dengan adanya Proyek Pembangunan Komputer Pemerintah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat. Proyek tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan sarana

prasarana dalam rangka memasuki era komputer. Dalam perkembangan

selanjutnya, pada tanggal 8 April 1978 dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 294/Ok.200-Oka/SK/78 diresmikan

pembentukan/pendirian Kantor Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Provinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat yang berkedudukan di jalan Tamansari No. 57

Bandung.

Sebagai tindak lanjut dari Surat Keputusan Gubernur Nomor : 294/Ok.200-

Oka/SK/78, maka pada tanggal 29 Juni 1981 pendirian Kantor PUSLAHTA

dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 2 Tahun 1981 tentang

Pembentukan Pusat Pengolahan Data(PUSLAHTA) Provinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat dan Peraturan Daerah Nomor : 3 Tahun 1981 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat. Dengan kedua Peraturan Daerah tersebut keberadaan PUSLAHTA di

lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat semakin berperan,

khususnya dalam melaksanakan kebijaksanaan Gubernur Kepala Daerah di bidang

komputerisasi. Akan tetapi keberadaan kedua Peraturan Daerah tersebut tidak

mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dalam hal ini Menteri Dalam

Negeri, sehingga keberadaan PUSLAHTA di lingkungan Pemerintah Daerah

Tingkat I Jawa Barat kedudukan organisasi menjadi non structural. Akan tetapi

dengan keberadaan Puslahta Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat pada masa itu

Page 5: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

5

5

telah banyak dirasakan manfaatnya selain oleh lingkungan Pemerintah Provinsi

Jawa Barat juga oleh instansi lain dalam bentuk kerja sama penggunaan mesin

komputer IBM S-370/125 seperti :

1. IPTN

2. PJKA ITB

3. Dan pihak Swasta lainnya.

Dalam perjalanan waktu yang cukup panjang, yaitu lebih kurang 14 tahun

sejak PUSLAHTA didirikan, pada tanggal 27 Juni 1992 dengan Surat Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 21 Tahun 1992

Organisasi PUSLAHTA Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibubarkan. Di

dalam salah satu pasal Surat Keputusan Gubernur No. 21 tahun 1992 dinyatakan

bahwa tugas dan wewenang PUSLAHTA dialihkan ke Kantor Bappeda Provinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Pada tanggal yang sama dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur No. 21

tahun 1992 tentang Pembubaran PUSLAHTA Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat, keluar Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor :

22 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data

Elektronik (KPDE) Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat sebagai pelaksana dari

Instruksi Menteri Dalam negeri Nomor : 5 tahun 1992 tentang Pembentukan

Kantor Pengolahan Data Elektronik Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : 5 Tahun

1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik, pada tanggal 30

Juni 1993 keluar persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara (Menpan) dengan Nomor : B-606/I/93 perihal Persetujuan Pembentukan

Kantor Pengolahan Data Elektronik untuk Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan

Selatan, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan keluarnya Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (Menpan) tersebut, maka untuk mengukuhkan Keputusan Gubernur

Nomor 22 Tahun 1992 diajukan Rancangan Peraturan Daerahnya, dan akhirnya

pada tanggal 21 Juni 1994 berhasil ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat Nomor : 4 tahun 1994 tentang Pengukuhan Dasar Hukum

Page 6: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

6

6

Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat dan Nomor 5 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Pengolahan Data Elektronik Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Selanjutnya kedua Peraturan Daerah tersebut diajukan ke Menteri Dalam

Negeri untuk mendapat pengesahan, dan pada tanggal 10 Juli 1995 keluar

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 59 Tahun 1995 tentang Pengesahan

Peraturan Daerah Nomor : 4 dan Nomor : 5 Tahun 1994, dengan demikian KPDE

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat secara resmi menjadi salah satu Unit

Pelaksana Daerah yang struktural.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 16 Tahun 2000

tanggal 12 Desember 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat

telah ditetapkan Badan Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika

Daerah disingkat BAPESITELDA sebagai pengembangan dari Kantor

Pengolahan Data Elektronik yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur

Nomor : 22 Tahun 1992 dan dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 5

Tahun 1994. Sedangkan Kantor Pengolahan Data Elektronik itu sendiri

merupakan pengembangan dari Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Provinsi

Jawa Barat yang berdiri pada tanggal 8 April 1978 melalui Surat Gubernur KDH

Tingkat I Jawa Barat No. 294/OK.200-Oka/SK/78, dan keberadaannya

dikukuhkan dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1981 tanggal 29 Juni 1981.

Dasar Hukum :

1. Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi

Telematika Indonesia ;

2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 16 Tahun 2000 tentang Lembaga

Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat.

Nomenklatur :

BAPESITELDA adalah singkatan dari Badan Pengembangan Sistem

Informasi dan Telematika Daerah. Telematika singkatan dari Telekomunikasi,

Multimedia dan Informatika .

Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, maka Bapesitelda Prov. Jabar

Page 7: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

7

7

diganti menjadi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat

disingkat DISKOMINFO, yang berlokasi di Jalan Tamansari no. 55 Bandung.

Perubahan ini merupakan kenaikan tingkat dan memiliki ruang lingkup serta

cakupan kerja lebih luas. Sasarannya tidak hanya persoalan teknis, tapi juga

kebijakan, baik hubungannya kedalam maupun menyentuh kepentingan publik

khususnya dibidang teknologi informasi. Dengan platform dinas, maka

Diskominfo dapat mengeluarkan regulasi mengenai teknologi informasi dalam

kepentingan Provinsi Jawa Barat, terutama pencapaian Jabar Cyber Province

Tahun 2012.

2.2 Visi dan Misi

2.2.1 Visi

Terwujudnya masyarakat informasi Jawa Barat melalui penyelenggaran

komunikasi dan Informatika yang efektif dan efisien.

2.2.2 Misi

1. Meningkatkan sarana dan prasana dan profesionalisme sumber daya

aparatur bidang Komunikasi dan Informatika.

2. Mengoptimalkan pengelolaan pos dan telekomunikasi.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana Komunikasi dan Informasi

pemerintah dan masyarakat, serta melaksanakan diseminasi informasi.

4. Mewujudkan layanan online dalam penyelenggaraan pemerintah berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi serta mewujudkan Pengadaan

Barang dan Jasa Secara Elektronik

5. Mewujudkan pengelolaan data menuju satu data pembangunan untuk Jawa

barat. Motto : “West Java Cyber Province Membangun Masyarakat

Informasi”

2.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Perda Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, Dinas Komunikasi dan Informatika berada

di peringkat 20 dengan struktur organisasi seperti pada gambar berikut ini:

Page 8: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

8

8

Gambar 2.1 Struktur Organisasi DISKOMINFO Bandung

1. Kepala

2. Sekretaris, membawahkan

a. Sub. Bagian Perencanaan dan Progam

b. Sub. Bagian Keuangan

c. Sub. Bagian Kepegawaian dan Umum

3. Bidang Pos dan Telekomunikasi, membawahkan :

a. Seksi Pos dan Telekomunikasi

b. Seksi Monitoring dan Penerbitan Spektrum Frekuensi

c. Seksi Standarisasi Pos dan Telekomunikasi

4. Bidang Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, membawahkan:

a. Seksi Komunikasi Sosial

b. Seksi Komunikasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah

c. Seksi Penyiaran dan Kemitraan Media

5. Bidang Telematika, membawahkan :

a. Seksi Pengembangan Telematika

b. Seksi Penerapan Telematika

c. Seksi Standarisasi dan Monitoring Evaluasi Telematika

6. Bidang Pengolahan Data Elektronik, membawahkan :

Page 9: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

9

9

a. Seksi Kompilasi Data

b. Seksi Integrasi Data

c. Seksi Penyajian Data dan Informasi

7. Balai LPSE

a. Tata Usaha LPSE

b. Layanan Informasi LPSe

c. Dukungan dan Pendayagunaan TIK LPSE

2.4 Produk dan Layanan Perusahaan

Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Provinsi Jawa Barat

menyediakan pelayanan publik bagi masyarakat Jawa Barat yang terdiri atas :

1. LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Regional Jawa Barat

2. M-CAP (Mobile Community Access Point)

3. Internet Publik

4. Perizininan Jasa Titipan

5. Hotspot 3 titik

6. Izin jaringan komunikasi bawah tanah

7. Video conference

Page 10: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

10

10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pendahuluan

VoIP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 oleh Vocal Technology

Communication Ltd, melalui software internet phone yang memungkinkan PC

(dilengkapi dengan soundcard, microphone dan speaker) untuk

mentransmisikan data percakapan real time melalui jaringan internet.

Secara sederhana, VoIP bekerja dengan mengubah sinyal analog ke dalam

bentuk digital atau paket data, dan mengirim paket-paket data berisi suara

melalui jaringan IP. Tidak jauh berbeda dengan jaringan telepon tradisional

PSTN (Public Switched Telephone Network) VoIP juga menggunakan telepon

yang bekerja mirip dengan telepon analog, yaitu menggunakan nomor tertentu

untuk melakukan panggilan, namun ada beberapa perbedaan antara jaringan

telepon VoIP dengan PSTN.

Telepon Analog VoIP

Circuit-Switching Packet-Switching

Dedicated connection Multiple routes connection

Voice Multi services

Featureless and inflexible Fully-featured and Flexible

Wide user base Expanding user base

Tabel 3.1 Perbedaan jaringan telepon VoIP dan PSTN

Tidak hanya untuk hubungan PC ke PC, VoIP juga dapat menghubungkan

Telepon (PSTN) ke PC ataupun Telepon ke Telepon melalui jaringan IP, namun

dibutuhkan perangkat tambahan untuk menghubungkan jaringan PSTN dengan

jaringan VoIP.

Berikut ini adalah beberapa jenis komunikasi VoIP yang banyak digunakan:

1. PC ke PC melalui Internet

Page 11: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

11

11

Hubungan ini adalah yang paling umum digunakan, biasa disebut dengan IP

Telephony, semua protokol dan codec diimplementasikan pada masing-

masing user agent yang terdapat pada tiap PC.

Gambar 3.1 Hubungan PC – PC (VOIP)

2. PC ke telepon (PSTN)

Hubungan ini memerlukan sebuah gateway untuk menghubungkan jaringan

VoIP dengan jaringan PSTN dan menyesuaikan standar/protokol yang

digunakan di tiap-tiap jaringan.

Gambar 3.2 Hubungan PC – TELEPON (PSTN)

3. Telepon ke Telepon

Hubungan ini memerlukan 2 buah gateway yang berguna untuk

menghubungkan masing-masing telepon PSTN ke jaringan VoIP.

Gambar 3.3 Hubungan Telepon – Telepon (VoIP)

3.2 Kelebihan dan kekurangan VoIP

3.2.1 Kelebihan VoIP

Biaya implementasi dan komunikasi yang jauh lebih murah dari PSTN.

Page 12: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

12

12

Memiliki banyak fitur tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.

Fleksibel, pengaturan alur komunikasi dapat diubah sesuai dengan

kebutuhan pengguna.

Dapat melakukan panggilan video call.

Dapat melakukan panggilan lebih dari 2 orang dalam satu hubungan.

3.2.2 Kekurangan VoIP

Kualitas suara VoIP yang tidak konsisten.

Integritas/keamanan komunikasi.

Tidak dapat melakukan panggilan darurat seperti nomor telepon

ambulans/PMI atau kantor polisi.

Harga peralatan penghubung VoIP dan PSTN yang relatif mahal (VoIP

gateway).

3.3 Session Initiation Protocol (SIP)

Session Initiation Protocol (SIP) adalah peer to peer protocol signalling yang

dikembangkan oleh IETF, yang berfungsi untuk menghubungkan dan

memutuskan hubungan komunikasi antar endpoint, melakukan pengaturan

pada satu session komunikasi (adding, transferring, or dropping participants).

3.3.1 Komponen SIP

SIP memiliki 2 komponen yaitu User Agents Client (UAC), dan User

Agents Server (UAS). User agent merupakan Entitas yang berinteraksi

dalam suatu hubungan SIP, UAC merupakan entitas yang melakukan

permintaan dan mengirimkannya ke UAS, sedangkan UAS adalah

entitas yang menerima permintaan, memproses permintaan tersebut dan

memberikan respon.

Page 13: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

13

13

3.3.2 Format Pesan SIP

Format pesan yang biasa ditransmisikan dalam hubungan komunikasi

SIP adalah sebagai berikut:

1. INVITE : pesan berisi undangan pada pengguna untuk melakukan

suatu panggilan.

2. ACK : pesan berisi pemberitahuan bahwa pesan INVITE sudah

diterima dan berguna untuk memulai pertukaran pesan INVITE antar

User Agent.

3. BYE : pesan berisi pemberitahuan untuk mengakhiri hubungan antar

pengguna.

4. CANCEL : pesan berisi permintaan untuk mengakhiri panggilan,

atau pencarian user. Pesan ini digunakan bila satu client

mengirimkan pesan INVITE dan kemudian mengubah keputusanya

untuk memanggil nomor yang dituju.

5. OPTIONS : pesan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi

tentang spesifikasi/kemampuan server.

6. REGISTER : mendaftarkan informasi satu pengguna.

7. Response : pesan yang dikirim dari Server ke Client, yang berisi

informasi mengenai status dari apa yang diminta client. Pesan ini

berisi status kode dan keterangan tentang kondisi dan request

tersebut. Nilai-nilai dari kode status ini terbagi dalam 6 kategori,

yaitu :

a. 1xx : Provisional, request telah diterima dan sedang

melanjutkan proses.

b. 2xx : Success, permintaan sukses diterima dan disetujui.

c. 3xx : Redirection, tindakan lebih lanjut diperlukan untuk

memproses permintaan ini.

d. 4xx : Client Error, permintaan berisi sintak yang salah dan tidak

dikenali oleh server, sehingga server tidak dapat memprosesnya.

e. 5xx : Server Error, server gagal untuk memproses suatu

permintaan.

Page 14: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

14

14

f. 6xx : Global Failure, permintaan tidak dapat dipenuhi oleh

server.

Gambar 3.4 Koneksi SIP antar User Agent

3.3.3 Protokol yang Terlibat Dalam SIP

SIP menggabungkan beberapa protokol untuk melakukan tugasnya,

berikut ini adalah gambar struktur protokol yang membantu SIP

berfungsi.

Gambar 3.5 Protokol yang terlibat dalam SIP

Page 15: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

15

15

RSVP (Resource Reservation Protocol) merupakan protokol yang

bekerja pada layer transport yang berfungsi untuk menyediakan ruang

dan sumber daya untuk aliran paket data yang akan diterima. Protokol

ini juga membantu komunikasi VoIP untuk menghasilkan kualitas

suara yang lebih baik.

RTP (Real-time Transport Protocol) merupakan protokol yang

digunakan untuk mengirimkan data secara real-time, umumnya

digunakan di jaringan yang menggunakan media streaming seperti

audio/video.

RTCP (Real-time Transport Control Protocol) merupakan protokol

yang digunakan untuk mengontrol aliran data yang dikirim melalui

RTP. RTCP berguna untuk memberikan informasi tentang QoS

(Quality of Service) dari data yang dikirimkan melalui RTP.

SAP (Session Announcement Protocol) adalah protokol yang

digunakan untuk memberitahukan server tentang session yang akan

dibangun dengan client.

SDP (Session Description Protocol) adalah protokol yang befungsi

untuk memberitahukan keterangan tentang session yang akan

dibangun, seperti format data, tipe media yang akan digunakan, dlsb.

TCP (Transmission Control Protocol) adalah protokol yang digunakan

untuk mentransmisikan paket data, protokol ini bersifat connection-

oriented yang berarti menjamin data sampai ke tujuan dengan sukses.

TCP bekerja dengan mengirim dan menerima paket-paket data yang

sebelumnya sudah dibagi-bagi dengan panjang tertentu dan diberikan

nomor tertentu, apabila terjadi kerusakan atau paket tidak sampai

seutuhnya ke tujuan, maka TCP akan melakukan perbaikan data yang

rusak/hilang. Hal ini terjadi apabila pesan ACK (acknowledgement)

tidak diterima dalam waktu tertentu, TCP akan mengirimkan kembali

paket yang tidak mengembalikan pesan ACK. Hubungan TCP dengan

Page 16: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

16

16

VoIP terjadi dalam proses signalling, ketika suatu panggilan akan

dilakukan, diperlukan koneksi yang dapat menjamin kedua user

dapat saling berhubungan. TCP tidak digunakan dalam proses

transmisi paket data, namun hanya di proses signaling.

UDP (User Datagram Protocol) adalah protokol transmisi data yang

bersifat connectionless yang berarti paket-paket data tidak terjamin

terkirim seutuhnya. UDP digunakan pada VoIP untuk

mentransmisikan aliran paket data (suara) secara terus menerus,

berbeda dengan TCP, UDP tidak melakukan perbaikan/pengiriman

ulang paket yang rusak/hilang.

IP (Internet Protocol) adalah protokol pengalamatan yang digunakan

untuk mengidentifikasi alamat komputer. Setiap komputer memiliki

alamat IP yang berbeda-beda, sehingga sumber dan pengirim data

dapat teridentifikasi.

3.4 Komponen-komponen VoIP

Untuk menggunakan VoIP dibutuhkan komponen-komponen pendukung :

1. User Agent

2. Proxy

3. Protokol

4. Codec

3.4.1 User Agent

User Agent merupakan komponen yang terletak pada bagian user, yang

berjalan sebagai client/server (dalam proses komunikasi) yang

menginisiasi dan mengakhiri sesi percakapan. User Agent lebih sering

disebut sebagai IP Phone (hardware), atau Softphone (software) yang

berfungsi sama seperti telepon pada jaringan PSTN. Contoh user agent

dalam bentuk software atau Softphone adalah X-lite, Idefisk, 3CX, dan

Kphone.

Page 17: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

17

17

3.4.2 Proxy

Proxy lebih sering disebut sebagai Server VoIP atau IP PBX, yaitu

komponen yang berfungsi menerima dan mengelola permintaan yang

dilakukan oleh User Agent, selain itu server juga berfungsi

mendaftarkan nomor-nomor extension user agent ataupun alamat proxy

lain yang tersambung.

3.4.3 Protokol

Protokol adalah komponen logical yang berjalan pada sistem VoIP

yang berfungsi untuk menentukan standar yang harus dipenuhi untuk

melakukan komunikasi antara User Agent dan Server dan sebaliknya.

Salah satu protokol utama yang digunakan dalam VoIP adalah SIP,

protokol yang bekerja untuk membangun, mengubah, dan memutuskan

session. SIP bekerja hanya dalam proses pensinyalan sedangkan proses

transmisi data dilakukan melalui RTP (Real-time Transmission

Protocol), SIP menggunakan port 5060 dalam TCP/UDP, sedangkan

RTP menggunakan port UDP secara dinamis. Penggunaan port ini

menjadi salah satu kendala VoIP untuk digunakan dalam jaringan yang

berada di balik Firewall.

3.4.4 Codec

Codec adalah singkatan dari compressor-decompressor yang

merupakan satu set algoritma yang digunakan untuk mengompres

sinyal suara analog ke dalam bentuk paket-paket data dan sebaliknya.

Setiap codec menggunakan sejumlah bandwidth tertentu dalam proses

kompresinya, umumnya semakin sederhana algoritma codec yang

digunakan, maka semakin besar jumlah bandwidth yang digunakan dan

akan semakin baik kualitas suara yang akan dihasilkan, namun semakin

besar bandwidth yang digunakan akan membatasi penggunaan VoIP

atau penggunaan jaringan komputer dimana VoIP digunakan.

Page 18: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

18

18

Codec Bandwidth

GIPS 13.3 Kbps & lebih tinggi

GSM 13 Kbps (full rate), 20ms frame size

iLBC 15Kbps, 20ms frame size: 13.3 Kbps, 30ms frame size

ITU G.711 64 Kbps, sample-based

ITU G.722 48/56/64 Kbps

ITU G.723.1 5.3/6.3 Kbps, 30ms frame size

ITU G.726 16/24/32/40 Kbps

ITU G.728 16 Kbps

ITU G.729 8 Kbps, 10ms frame size

LPC10 2.5 Kbps

Speex 2.15 to 44.2 Kbps

Tabel 3.2 Standar Codec Yang Banyak Digunakan

Pada perancangan VoIP diperlukan sedikitnya bandwidth 32 Kbps

(upstream & downstream) per kanal untuk 1 panggilan. Umumnya

codec yang paling sering digunakan adalah iLBC dan GSM karena

bandwidth yang digunakan tidak besar, kualitas suara yang baik, dan

gratis.

3.5 QoS (Quality of Service)

QoS merupakan bagian yang terpenting dalam VoIP, karena nilai-nilai

parameter QoS dapat mengurangi kualitas suara/video dalam VoIP. Dalam

VoIP terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi QoS, yaitu:

1. Bandwidth

Kapasitas bandwidth menentukan apakah sebuah panggilan akan

berjalan dengan baik atau tidak. Bandwidth menjadi parameter

pemilihan codec yang tepat, karena codec bekerja sesuai dengan

kapasitas bandwidth yang digunakan dan jumlah panggilan yang akan

dilakukan.

Page 19: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

19

19

2. Delay / Latency

Delay / Latency merupakan jarak rentang waktu yang diperlukan untuk

data dikirimkan sampai ke tujuan, semakin besar delay maka akan

semakin buruk kualitas suara. Ada beberapa jenis delay yang dapat

terjadi dalam VoIP, yaitu:

Jenis Delay Keterangan

Coder (Processing) Delay Waktu yang dibutuhkan codec

untuk memproses sinyal suara

analog menjadi digital.

Algorithmic Delay Waktu proses algoritma dari

codec yang digunakan (waktu ini

sudah ditentukan pada setiap

codec), algorithmic delay pada

codec G.711 a-law adalah 0.125

ms

Packetization Delay Waktu yang dibutuhkan sistem

untuk membuat sebuah paket data

dan mengisi paket data tersebut

dengan sinyal digital suara yang

sudah dikompres oleh codec.

Serialization Delay Waktu yang dibutuhkan sebuah

paket IP dikirimkan keluar dari

NIC.

Serialization Delay = Packet Size

(bytes) x 8/Link Speed (bps)

Queueing/Buffering Delay Waktu pengantrian paket data

dalam proses pengiriman

Network Switching Delay Waktu yang dibutuhkan dalam

proses pengiriman data dalam

Page 20: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

20

20

jaringan secara fisik (forwarding)

Tabel 3.3 Jenis-jenis Delay

3. Jitter

Jitter adalah variasi delay yang terjadi secara tidak tetap/tidak konstan,

jitter terjadi dalam waktu pengolahan data, dalam pengumpulan dan

pengurutan data.

4. Packet Loss

Packet Loss adalah jumlah paket yang hilang atau tidak sampai ke

tujuan, packet loss dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya terjadi

error pada komponen VoIP, adanya kemacetan (congestion) pada

jaringan, sehingga semua paket diletakkan dalam antrian buffer, ketika

buffer penuh maka paket-paket lain tidak akan dikirimkan atau hilang

(loss). Packet Loss umumnya tidak mempengaruhi kualitas suara karena

jumlahnya yang relatif kecil, namun apabila jumlah packet loss besar,

maka kualitas suara akan menurun.

3.6 Metode Pengukuran Performansi VoIP

Dalam mengukur performansi terdapat beberapa metode yang dapat

digunakan, yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Mean Opinion Score (MOS)

Metode Mean Opinion Score adalah metode numerik yang bersifat

subjektif digunakan untuk mengidentifikasi kualitas performansi

suara/video. Nilai MOS ditunjukkan dari angka 1 sampai 5, yaitu:

5 – Sempurna, seperti percakapan tatap muka secara langsung.

4 – Baik, suara jelas, namun ada sedikit delay.

3 – OK, suara dapat didengar, namun tidak jelas dan delay.

2 – Buruk, hampir tidak dapat berkomunikasi.

1 – Sangat Buruk, tidak dapat berkomunikasi.

Page 21: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

21

21

Metode ini dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang saling berbicara

melalui jaringan IP dan masing-masing dari mereka memberikan nilai

MOS terhadap komunikasi yang dilakukan.

Metode ini dianggap kurang efektif, karena:

1. Tidak memiliki nilai mutlak untuk menentukan kualitas suara yang

sebenarnya.

2. Dibutuhkan banyak orang untuk melakukan pengukuran kualitas

suara.

3. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam mengukur

kualitas suara.

3.6.2 Estimasi MOS dengan metode E-model (ITU-T G.107)

Metode ini menggunakan algoritma matematika untuk menentukan nilai

MOS yang sangat mendekati nilai kualitas sebenarnya, output dari

metode ini disebut sebagai nilai “Transmission Rating Factor” disingkat

“R”, nilai R dapat diubah kedalam bentuk MOS untuk mengukur

kualitas suara. Nilai R diperoleh dari beberapa parameter seperti signal

to noise ratio, echo, codec/kompresi, packet loss, dan delay. Nilai R

dapat diperoleh dari perhitungan berikut:

R = 94.2 - Id – Ief

Symbol Keterangan Fungsi

R R Faktor, nilai yang dicari untuk

mengukur kualitas suara.

R = 94.2 - Id - Ief

Id

Faktor yang menurunkan kualitas

suara yang berasal dari gangguan

yang disebabkan oleh semua jenis

delay.

Id = 0.024d + 0.11(d −

177.3) H(d -177.3)

d=dcodec+dnetwork+

Page 22: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

22

22

dpayload

H(x) = 0 ; x < 0

H(x) = 1 ; x >= 0

Ief Faktor penurunan kualitas suara

yang berasal dari packet loss yang

terjadi ketika paket data

ditransmisikan.

Ief= 30 ln (1 + 15 pl)

pl = packet loss

Tabel 3.4 Keterangan Fungsi R-faktor

Setelah nilai R-faktor ditemukan, nilai R dapat diubah ke dalam bentuk

MOS dengan fungsi berikut : MOS(R) = 1 + 0.035R + 7 . 10-6 . R(R-

60)(100-R)

Gambar 3.6 Grafik Relasi R-faktor dengan MOS

Page 23: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

23

23

BAB IV

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

4.1 Perancangan Sistem

Perancangan sistem akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan alur

flowchart agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai, berikut ini flow chart perancangan sistem:

Gambar 4.1 Flowchart Perancangan Sistem VoIP

Mulai

Identifikasi & Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan

Studi Literatur

Identifikasi Sistem yang

Digunakan

Implementasi Sistem

VoIP (Simulasi)

Evaluasi Sistem VoIP

Analisis Sistem VoIP

Kesimpulan & Saran

Selesai

Landasan Teori

Page 24: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

24

24

4.2 Pemodelan Topologi Jaringan

VoIP akan diimplementasikan di jaringan komputer DISKOMINFO Jabar,

berikut ini gambar topologi asli dimana VoIP akan digunakan, bagian yang

dilingkari adalah dimana VoIP akan digunakan:

Gambar 4.2 Topologi Jaringan DISKOMINFO JABAR

Implementasi sistem VoIP dilakukan dalam sebuah simulasi, simulasi

dijalankan dalam sebuah program yang menggunakan topologi yang sama

dengan topologi jaringan komputer DISKOMINFO JABAR.

4.3 Perangkat Pendukung (Software)

Simulasi dijalankan pada program GNS3 yang diintegrasikan dengan

VirtualBox dan Wireshark. Berikut ini keterangan dari software-software yang

dibutuhkan:

Software Keterangan

GNS3 Software simulator & emulator jaringan dan perangkat-perangkat

jaringan komputer.

Page 25: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

25

25

VirtualBox Software simulator PC

Wireshark Software penganalisis paket-paket data jaringan komputer

X-Lite Software Softphone yang berfungsi sebagai User Agent pada Client

Tabel 4.1 Keterangan Software pendukung

4.4 Perangkat Pendukung (Hardware)

Dalam simulasi ini dibutuhkan perangkat-perangkat keras pendukung untuk

membangun sistem VoIP, berikut ini adalah daftar hardware yang dibutuhkan:

1. 3 Router Cisco 2621

2. 1 Data Switch

3. 1 PC Asterisk IP PBX versi 11 (Server VoIP)

4. 2 PC Windows XP (Client VoIP)

Setelah semua perangkat pendukung ditentukan, simulasi dapat dimulai

dengan membuat jaringan seperti topologi jaringan DISKOMINFO JABAR.

Gambar 4.3 Topologi Jaringan VoIP dalam Simulasi

Page 26: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

26

26

4.4.1 Konfigurasi Router

Konfigurasi router dilakukan agar setiap perangkat dalam jaringan

dapat saling berhubungan, konfigurasi yang diperlukan adalah

pemberian IP Address pada setiap port yang terhubung dan

mengaktifkan routing dynamic RIPv2 agar setiap perangkat dalam

jaringan yang berbeda dapat berkomunikasi. Berikut ini adalah contoh

konfigurasi yang dilakukan pada router R3.

Gambar 4.4 Konfigurasi Router R3

Konfigurasi yang sama dilakukan pada router R4 & R5 dengan IP

Address, Subnet Mask dan Network Address yang sudah ditentukan

dalam topologi jaringan.

4.4.2 Konfigurasi Server VoIP

Proses instalasi server dapat dimulai dengan mengunduh Asterisk IP

PBX di http://www.asterisk.org/downloads/asterisknow. Selanjutnya

lakukan instalasi dengan mengikuti petunjuk yang diberikan, setelah

dilakukan instalasi, lakukan konfigurasi berikut agar Server VoIP

dapat berjalan dengan lancar:

1. Konfigurasi IP address

Page 27: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

27

27

Konfigurasi IP address dapat dilakukan dengan mengetikkan

perintah “setup” pada console setelah melakukan login dengan

username dan password yang sudah ditentukan saat instalasi.

Gambar 4.5 Konfigurasi IP Address Server

Setelah menu utama muncul, pilih Network Configuration,

selanjuntya masuk ke menu Device Configuration dan pilih NIC

(Network Interface Card) yang terhubung ke jaringan komputer.

Masukkan konfigurasi yang sesuai dengan topologi jaringan.

Gambar 4.5 Konfigurasi IP Address Server VoIP

2. Pendaftaran account SIP

Konfigurasi ini dilakukan untuk menyediakan account atau nomor

extension bagi client VoIP, ketikkan perintah “cd /etc/asterisk”

pada console untuk berpindah ke folder dimana konfigurasi VoIP

Page 28: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

28

28

disimpan. Selanjutnya ketikkan perintah “nano

sip_additional.conf” untuk membuka daftar account sip.

Gambar 4.6 Perintah Konfigurasi SIP

Setelah masuk ke file “sip_additional.conf” tambahkan baris-baris

berikut untuk mendaftarkan 2 account SIP atau nomor yang akan

digunakan.

Gambar 4.7 Registrasi SIP

Keterangan dari konfigurasi di atas dijelaskan dalam tabel berikut :

Konfigurasi Keterangan

[100] Konteks yang menandakan bahwa identitas/konfigurasi SIP

bernomor 100 berada dalam baris-baris dibawahnya

type=friend Menandakan bahwa SIP ini dapat melakukan dan

menerima panggilan.

context=from- Setiap panggilan yang dilakukan dan diterima oleh SIP ini

Page 29: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

29

29

internal akan diproses ke bagian dialplan yang ber-konteks “from-

internal”

secret=101user Password untuk account SIP ini adalah “101user”

mailbox=101 Nomor mailbox untuk account SIP ini adalah “101”

callerid=101 <101> Nomor callerid untuk account SIP ini adalah “101” dan

ditampilkan sebagai “101”

dtmfmode=rfc2833 Tipe sinyal suara dtmf yang digunakan adalah “rfc2833”

dial=SIP/101 untuk memanggil account ini dapat dilakukan dengan

mengetikkan “SIP/101” dalam dialplan

host=dynamic Nomor IP Address untuk pengguna account ini bersifat

dynamic

port=5060 Account ini menggunakan port 5060 untuk melakukan

pensinyalan

Tabel 4.2 Keterangan Konfigurasi SIP account

3. Konfigurasi Mailbox

Konfigurasi ini dilakukan untuk mengatur kotak suara untuk

masing-masing account sip yang terdaftar pada server. Konfigurasi

dilakukan dengan mengetikkan perintah berikut

Gambar 4.8 Perintah Konfigurasi Voicemail

Gambar 4.9 Konfigurasi Voicemail

Page 30: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

30

30

Penjelasan dari perintah-perintah di atas adalah sebagai berikut:

Perintah Keterangan

[general] konteks yang mengikutsertakan

file vm_general.inc dan

vm_email.inc dalam konfigurasi

mailbox

[default] Konteks dimana setiap mailbox

didaftarkan.

100 =>

10,August,[email protected]

Mendaftarkan nomor mailbox

100 dengan password 10, nama

August dan e-mail

[email protected]

Tabel 4.3 Keterangan Konfigurasi Mailbox

4. Konfigurasi Dialplan

Konfigurasi ini dilakukan untuk menentukan alur komunikasi VoIP

atau bagaimana sebuah panggilan diolah dan ditambah dengan

fitur-fitur VoIP. Konfigurasi dilakukan dengan membuka file

extensions.conf dengan text editor nano, selanjutnya lakukan

konfigurasi seperti gambar dibawah.

Gambar 4.10 Konfigurasi Dialplan

Apabila nomor-nomor extension berikut ini dipanggil, maka Server

akan melakukan respon sebagai berikut.

Page 31: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

31

31

No.Extension Keterangan

000 Server akan mengalihkan penelepon ke menu utama voicemail.

100

102

103

Server akan melakukan panggilan ke nomor extension

100/102/103, melalui daftar urutan panggilan pada aplikasi

Macro bernama “voicemail”, dengan argumen tambahan

“SIP/100-103”

*78 Server akan mengaktifkan/menonaktifkan status DND (Do Not

Disturb) pada nomor extension penelepon

*13 Server akan mengalihkan client ke menu utama blacklist untuk

menambahkan daftar blacklist penelepon.

*131 Server akan mengalihkan client ke menu utama blacklist untuk

menghapus daftar blacklist penelepon

Tabel 4.4 Penjelasan Konfigurasi Dialplan

Setelah semua konfigurasi server terkonfigurasi dengan benar, asterisk

harus di-reload agar setiap konfigurasi yang baru digunakan, dengan

cara: mengetikkan “asterisk –r” pada console, lalu ketikkan “dialplan

reload”, setelah dialplan berhasil di-reload, restart server dan lakukan

konfigurasi pada client.

4.4.3 Konfigurasi Client VoIP

Dalam simulasi ini setiap client menggunakan OS Windows XP dan

menggunakan software X-Lite versi 4.5.5 sebagai User Agent, berikut

ini adalah konfigurasi yang perlu dilakukan dalam client agar VoIP

dapat berjalan dengan baik:

1. Konfigurasi IP Address

Pengaturan ini dilakukan untuk memberikan IP Address agar dapat

saling berhubungan dengan semua perangkat di jaringan. Buka

Control Panel dan pilih Network and Internet Connections,

selanjutnya pilih Network Connections dan klik kanan pada NIC

yang terhubung ke jaringan pilih properties, pilih Internet Protocol

Page 32: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

32

32

(TCP/IP) dan berikan IP Address yang sesuai dengan yang sudah

ditentukan pada topologi.

Gambar 4.11 Konfigurasi IP Address Client

2. Konfigurasi X-Lite

Program X-Lite dapat diperoleh di http://www.counterpath.com/x-

lite.html, setelah dilakukan instalasi, buka program X-Lite dan

pilih menu Softphone, pilih Account Settings dan lakukan

konfigurasi sesuai dengan SIP Account yang sudah didaftarkan di

server VoIP.

Page 33: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

33

33

Gambar 4.12 Konfigurasi Akun SIP X-Lite

Setelah X-Lite terhubung ke server, lakukan pengaturan codec

dengan memilih menu Softphone, pilih Preferences dan pada

bagian Audio Codecs pilih G711 alaw sebagai enabled codec.

Gambar 4.13 Konfigurasi Codec X-Lite

Page 34: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

34

34

Setelah semuanya terkonfigurasi, evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan

panggilan antar client, apabila panggilan dapat dilakukan dan komunikasi

berjalan dengan lancar maka konfigurasi sistem VoIP sudah benar.

Gambar 4.14 Evaluasi Konfigurasi VoIP

Page 35: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

35

35

BAB V

ANALISIS PERFORMANSI VoIP

4.1 Skenario Analisis Performansi

Analisis performansi sistem VoIP dilakukan dengan menganalisa panggilan

end-to-end dari client 192.168.2.4 (xp2-ext.100) ke client 192.168.2.2 (xp-

ext.101) melalui server VoIP 192.168.1.75 (NOW2). Analisis paket dilakukan

pada port f0/1 router R3.

Gambar 5.1 Skenario Analisis Performansi VoIP

Dalam proses analisis ini diperlukan beberapa parameter seperti: delay, jitter,

packet loss dan untuk menentukan performansi VoIP. Nilai-nilai parameter

tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan software Wireshark,

selanjutnya perhitungan nilai performansi MOS dilakukan dengan

menggunakan fungsi E-model (ITU-T G.107). Perhitungan dilakukan

sebanyak 3 kali agar memberikan hasil nilai MOS yang lebih akurat.

Setelah dilakukan analisis paket, diperoleh gambar komunikasi end-to-end

dalam bentuk graph analysis, dan tabel sebagai berikut:

Page 36: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

36

36

Gambar 5.2 Graph Analysis Komunikasi

Tabel 5.1 Susunan Proses Komunikasi

Page 37: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

37

37

4.2 Pengukuran dan Analisis Performansi

Analisis performansi dilakukan dengan mengukur nilai MOS dengan

menggunakan metode E-model (ITU-T G.107)

MOS(R) = 1 + 0.035R + 7 . 10-6 . R(R-60)(100-R)

R = 94.2 - Id – Ief

Nilai Id diperoleh dari pengukuran delay yang terjadi saat paket data

dikompres dan ditransmisikan, sedangkan Ief diperoleh dari pengukuran

packet loss yang terjadi saat paket data ditransmisikan.

5.2.1. Pengukuran Delay

Fungsi untuk mengukur delay yang terjadi pada VoIP adalah

Id = 0.024d + 0.11(d-177.3) H(d-177.3)

d = dcodec + dnetwork + dpayload

H(x) = 1 if x >= 0, H(x) = 0 if x<0

Pengukuruan delay melibatkan beberapa faktor seperti network delay,

compression delay, decompression delay, algorithmic delay,

packetization delay, dan serialization delay. Penghitungan delay

dilakukan satu arah.

Gambar 5.3 Skenario Pengukuran Delay

Page 38: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

38

38

Pengukuruan Network Delay

Pengukuran network delay dilakukan dengan mengukur lama

waktu satu paket dikirim dari VoIP Client 100 hingga sampai ke

tujuan VoIP Client 101.

Percobaan Network Delay Rata-rata (ms)

192.168.2.4 – 192.168.1.75 – 192.168.2.2

1 19.96170

2 19.95714

3 19.96592

Network Delay Rata-Rata 19.96159

Tabel 5.2 Perhitungan network delay rata-rata

Pengukuran Coder Processing Delay

Penghitungan delay ini membutuhkan parameter seperti,

compression delay (dcomp), decompression delay (ddec), algorithmic

delay (dalgo). Coder processing delay dapat diperoleh dengan

menggunakan fungsi berikut ini:

dcoder = dcomp + ddec + dalgo

hasil penghitungan dcoder dalam percobaan adalah

dcoder = 0 + 0 + 0.125 = 0.125 ms

nilai dcomp bernilai 0 karena codec G.711 tidak melakukan kompresi

audio stream, dan nilai ddec bernilai 0 karena nilai ddec adalah 10%

dari nilai dcomp, sedangkan nilai dalgo bernilai 0.125, sudah

ditentukan dari codec G.711.

Packetization delay

Nilai packetization delay codec G.711 secara default sudah

ditentukan sebesar 20 ms.

Serialization delay

Waktu yang dibutuhkan sebuah paket IP dikirimkan keluar dari

NIC. Nilai Serialization delay diperoleh dengan fungsi

Page 39: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

39

39

Serialization Delay = [Packet Size (bytes) x 8]/Link Speed (kbps)

Nilai packet size dari 3 percobaan yang dilakukan adalah

Percobaan Packet size rata-rata (bytes)

1 215.624

2 215.642

3 215.740

Packet size Rata-rata (bytes) 215.668

Tabel 5.3 Nilai Packet Size Rata-rata

Serialization Delay = (215.668 x 8)/10240 = 0.168 s = 168 ms

5.2.2. Pengukuran Jitter

Dalam percobaan yang sudah dilakukan diperoleh nilai rata-rata

Jitter sebagai berikut:

Percobaan Jitter rata-rata (ms)

1 5.417

2 5.243

3 5.174

Jitter rata-rata (ms) 5.278

Tabel 5.4 Nilai Jitter Rata-rata

5.2.3. Pengukuran Packet Loss

Dalam percobaan yang sudah dilakukan diperoleh nilai rata-rata

Packet Loss sebagai berikut:

Percobaan Packet Loss rata-rata (%)

1 0

2 0

3 0

Packet Loss rata-rata (%) 0

Tabel 5.6 Nilai Packet Loss Rata-rata

Page 40: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

40

40

5.2.4. Perhitungan Nilai Performansi

Setelah pengukuran delay dan packet loss dilakukan, diperoleh nilai-

nilai parameter performansi VoIP berikut:

Parameter Hasil Percobaan

Id 3.967

Ief 0

R-Faktor 85.112

MOS 4.201 = 4

Keterangan Memuaskan

Tabel 5.7 Hasil Pengukuran Nilai Performansi

Page 41: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

41

41

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa, perancangan dan implementasi sistem pada pelaksanaan

kerja praktek, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jaringan VoIP telah berhasil diimplementasikan pada jaringan yang sudah

ada melalui simulasi. Konfigurasi server dilakukan dengan benar, karena

sudah dapat dilakukan panggilan antar VoIP Client dan fitur-fitur VoIP

dapat berjalan dengan baik.

2. Proses panggilan antar client dapat digambarkan dalam graph analysis

dan tabel komunikasi, melalui gambar dan tabel tersebut susunan proses

komunikasi antar client dapat diketahui.

3. Melalui pengukuran delay diperoleh nilai delay satu arah sebesar 213.364

ms dan packet loss yang terjadi sebanyak 0%, sehingga dengan

menggunakan metode ITU-T G.107 dapat diperoleh nilai R-faktor sebesar

85.112 dan nilai MOS sebesar 4.201 yang menandakan kualitas VoIP

pada simulasi ini bernilai memuaskan atau memiliki standar yang baik.

6.2. Saran

Berikut ini adalah saran penulis untuk penelitian selanjutnya:

1. Mengimplementasikan VoIP pada jaringan yang sesungguhnya (tidak

melalui simulasi), karena apabila dilakukan dalam simulasi saja tidak

diketahui kendala-kendala yang sebenarnya terjadi dalam jaringan yang

sesungguhnya, seperti padatnya traffic dalam jaringan komputer, jumlah

bandwidth yang tersedia, rules-rules dalam firewall, dlsb.

2. Dapat mengimplementasikan VoIP tidak hanya pada satu jaringan private,

tetapi juga dalam beberapa jaringan di perusahaan.

3. Menerapkan fitur-fitur VoIP yang lebih banyak lagi, seperti Video Call,

Video Conference, Call Parking, dlsb.

Page 42: Pemanfaatan VoIP pada jaringan LAN & Pengukuran Nilai Performansi MOS

42

42

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sugeng, Winarno.(2007). Membangun Telepon Berbasis VoIP : Implementasi

pada Jaringan RT/RWnet : Penerbit INFORMATIKA.

[2] Myakotnykh, Evgeny.(2007). Adaptive Speech Quality in Voice-over-IP

Communications.

[3] Ganguly, Samrat & Bhatnagar, Sudeept.(2008). VoIP: Wireless, P2P and New

Enterprise Voice over IP.

[4] Giralt, Pault., dkk(2004). Troubleshooting Cisco IP Telephony.

[5] Walker, John Q., dkk(2004). Taking Charge of Your IP Project.

[6] Meggelen, Jim Van., dkk.(2007). Asterisk The Future of Telephony : Second

Edition.

[7] Setiadi, Eko. (2007). Pengukuran Performansi Voice over Internet Protocol

(VoIP) Berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Bandung : ITHB.

[8] Rodrıguez, Demostenes Zegarra., dkk.(2013). Predicting the Quality Level of

a VoIP Communication through Intelligent Learning Techniques.

Brazil: University of Sao Paulo.

[9] Manual asterisk IP PBX. (2012). [Online]. Tersedia : http://www.asterisk.org.

Dkk.