perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Rina Hendrawati M 0405049 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
76
Embed
PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN ... digilib.uns.ac.id commit to user THE USE OF FOOD PRODUCTION WASTE AND GOLDEN SNAIL (Pomacea Canaliculata) AS THE FEED TO INCREASE THE GROWTH
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN
KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh:
Rina Hendrawati
M 0405049
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN
KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Januari 2011
Rina Hendrawati M 0405049
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
RINA HENDAWATI Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian ini digunakan keong emas (Pomacea canaculiata), selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran berberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang, tepung kanji, litter (bungkil kacang kedelai), ”janggel jagung”, dan Smart Nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran dengan keong emas serta konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan (4 kelompok dengan perbandingan konsentrasi antara keong emas dengan pakan campuran yaitu 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% dan 100% pakan campuran, serta 1 perlakuan dengan pakan komersial). Data pertumbuhan ikan lele diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari, dengan menimbang berat dan mengukur panjang ikan lele. Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anava), apabila perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) taraf uji 5%.
Hasil menunjukkan konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo adalah pada konsentrasi 75% keong emas dan 25% pakan campuran. Pakan tersebut memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar sebesar 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%.
Kata kunci : Limbah Produksi Pangan, Pomacea canaliculata, Clarias gariepinus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
THE USE OF FOOD PRODUCTION WASTE AND GOLDEN SNAIL (Pomacea Canaliculata) AS THE FEED TO INCREASE
THE GROWTH OF CATFISH (Clarias Gariepinus)
RINA HENDRAWATI Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Catfish (Clarias gariepinus) is one of freshwater fishery resources having high
economic value. In this research, the researcher used golden snail (Pomacea canaculiata) as one of feed substance which is very potential to be developed as one of animal protein source for fish. According to, golden snail contains of 52.76% protein, 0.68% carbohydrate, and 14.62% fat. Besides, the researcher also used artificial feed consisting of some food production waste, such as fish powder, milk powder, onion powder, cornstarch, litter (coat of soybean), �corncob��������������utrient. The purpose of the research is to know the growth and the protein content of catfish after it was given the mixture of combination feed with the golden snail and the optimum concentration of combination of mixing feed with golden snail to increase the growth and protein content of catfish.
This research used complete random plan method (RAL) with 5 group treatment (4 group with concentration comparison between golden snail and mixture feed, they are 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% and 100% mixing feed, with 1 control group which was given the commercial feed). The data of catfish growth was taken once in every 10 day for sixty days long, by measuring the weight and the height of catfish. The result of the research have an analyses with Anava, if the treatment give a significant influence or a real difference, then it can be continued by testing DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) standard of testing 5%.
The result shows the conceration of combination mixture feed with golden snail the optimum degree to increase the growth and protein of catfish is in the conceration 75% golden snail and 25% mixture feed Which the content of the feed is protein, fat, carbohydrate, and rough fiber are 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%. Keywords: Food Production Waste, Pomace canaliculata, Clarias gariepinus.
Umi Dian, Lita, Ndari, Lina, Isna, dan Puji atas segala bantuan, dukungan dan
persahabatannya selama ini.
Teman-teman seperjuangan Bi05cience, teman-teman Kos Rumah Suci dan teman-
teman Kos Kumala Dewi yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas segala
bantuan dan dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
bantuannya.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan yang berupa saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini
bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.
Surakarta, Januari 2011
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .…………………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………………... iv
ABSTRAK …………………………………………………………………………….. v
ABSTRACT …………………………………………………………………………... vi
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………………..... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………..... viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….... x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………...... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………………………….... 5
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………..... 5
1. Pakan ……………………………………………….……………………...
a. Protein …………………………………………………………………...
b. Lemak, Karbohidrat, Vitamin dan mineral………………………………
c. Pakan Alami dan Pakan Buatan …………………………………………
5
5
6
8
2. Keong Emas ( Pomacea canaliculata) …………………………………..... 9
3. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ……………………………………
a. Klasifikasi ……………………………………………………………….
b. Deskripsi …………………………...……………………………………
c. Habitat …………………………………………………………………..
10
11
11
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
����
�
4. Pertumbuhan ………………………………………………………….….... 13
B. Kerangka Pemikiran …………………………………………………………... 15
C. Hipotesis ………………………………………………………………………. 17
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………………… 18
A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………………… 18
B. Alat dan Bahan ………………………………………………………………... 18
C. Rancangan Percobaan …………………………………………………………. 19
D. Cara Kerja ……………………………………………………………………... 20
E. Teknik Pengumpulan Sampel …………………………………………………. 28
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………. 29
G. Teknik Analisis Data ………………………………………………………….. 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………... 30
A. Pakan …………………………………………………………………………..
1. Kualitas Pakan ……………………………………………………………....
2. Efisiensi Pakan ……………………………………………………………...
30
31
36
B. Pertumbuhan …………………………………………………………………..
1. Panjang Ikan ………………………………………………………………...
2. Berat Ikan …………………………………………………………………...
3. Laju Pertumbuhan Harian …………………………………………………..
4. Kadar Protein dan Retensi Protein …………………………………………..
5. Sintasan ……………………………………………………………………...
38
38
39
41
43
47
C. Kualitas Air …………………………………………………………................. 49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………… 52
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………. 52
B. Saran …………………………………………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 53
LAMPIRAN …………………………………………………………………………... 59
RIWAYAT HIDUP PENULIS ……………………………………………………….. 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Konsentrasi Keong Emas dan Pakan Campuran 19
Tabel 2. Data Uji Kualitas Pakan 31
Tabel 3. Kadar Protein Ikan Lele 44
Tabel 4. Derajat Kelangsungan Hidup (Sintasan) 47
Tabel 5. Data Kualitas Air 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Protein 5
Gambar 2. Keong Emas (Pomacea canaliculata) 9
Gambar 3. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 11
Gambar 4. Bagan Alur Kerangka Penelitian 16
Gambar 5. Efisiensi Pakan Selama Penelitian 36
Gambar 6. Panjang Ikan Lele 38
Gambar 7. Berat Ikan Lele 40
Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian 42
Gambar 9. Retensi Protein 46
Gambar 10. Ikan Lele Perlakuan I 70
Gambar 11. Ikan Lele Perlakuan II� 70
Gambar 12. Ikan Lele Perlakuan III� 70
Gambar 13. Ikan Lele Perlakuan IV� 71
Gambar 14. Ikan Lele Perlakuan K� 71
Gambar 15. Kolam Ikan Lele 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Kadar Air 59
Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Kadar Abu 60
Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Lemak 61
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Protein Pakan 62
Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam Serat Kasar 63
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Karbohidrat 64
Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Berat Ikan Lele 65
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Panjang Ikan Lele 66
Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Kadar Protein Ikan Lele 67
Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Sintasan Ikan Lele 68
Lampiran 11. Analisis Sidik Ragan Laju Pertumbuhan (SGR) Ikan Lele 69
Lampiran 12. Gambar Ikan Lele Setelah Penelitian 70
Lampiran 13 Gambar Kolam Ikan Lele 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
��
�
PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PANGAN DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI PAKAN UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
RINA HENDRAWATI
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian ini digunakan keong emas (Pomacea canaculiata), selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran berberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung bawang, tepung kanji, litter (bungkil kacang kedelai), ”janggel jagung”, dan Smart Nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo setelah pemberian pakan kombinasi pakan campuran dengan keong emas serta konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan (4 kelompok dengan perbandingan konsentrasi antara keong emas dengan pakan campuran yaitu 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% dan 100% pakan campuran, serta 1 perlakuan dengan pakan komersial). Data pertumbuhan ikan lele diambil setiap 10 hari sekali selama 60 hari, dengan menimbang berat dan mengukur panjang ikan lele. Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anava), apabila perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan atau beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) taraf uji 5%.
Hasil menunjukkan konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo adalah pada konsentrasi 75% keong emas dan 25% pakan campuran. Pakan tersebut memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar sebesar 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%. Kata kunci : Limbah Produksi Pangan, Pomacea canaliculata, Clarias gariepinus.
�
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
���
�
THE USE OF FOOD PRODUCTION WASTE AND GOLDEN SNAIL (Pomacea Canaliculata) AS THE FEED TO INCREASE
THE GROWTH OF CATFISH (Clarias Gariepinus)
RINA HENDRAWATI Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Catfish (Clarias gariepinus) is one of freshwater fishery resources having
high economic value. In this research, the researcher used golden snail (Pomacea canaculiata) as one of feed substance which is very potential to be developed as one of animal protein source for fish. According to, golden snail contains of 52.76% protein, 0.68% carbohydrate, and 14.62% fat. Besides, the researcher also used artificial feed consisting of some food production waste, such as fish powder, milk powder, onion powder, cornstarch, litter (coat of soybean), �corncob��� ���� ������
�utrient. The purpose of the research is to know the growth and the protein content of catfish after it was given the mixture of combination feed with the golden snail and the optimum concentration of combination of mixing feed with golden snail to increase the growth and protein content of catfish.
This research used complete random plan method (RAL) with 5 group treatment (4 group with concentration comparison between golden snail and mixture feed, they are 25%:75%, 50%:50%, 75%:25% and 100% mixing feed, with 1 control group which was given the commercial feed). The data of catfish growth was taken once in every 10 day for sixty days long, by measuring the weight and the height of catfish. The result of the research have an analyses with Anava, if the treatment give a significant influence or a real difference, then it can be continued by testing DMRT (Duncan’s Multiple Ranges Test) standard of testing 5%.
The result shows the conceration of combination mixture feed with golden snail the optimum degree to increase the growth and protein of catfish is in the conceration 75% golden snail and 25% mixture feed Which the content of the feed is protein, fat, carbohydrate, and rough fiber are 30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%. Keywords: Food Production Waste, Pomace canaliculata, Clarias gariepinus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menuntut kenaikan
kebutuhan pangan sebagai sumber gizi, khususnya protein untuk pertumbuhan dan
kesehatan. Ikan merupakan bahan pangan berkadar protein tinggi, serta
mengandung asam-asam amino penting yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh
karena itu, pengembangan dan peningkatan di bidang perikanan terus dilakukan
oleh masyarakat Indonesia secara intensif untuk memenuhi kebutuhan protein dan
mendapatkan pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang optimal.
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber daya
perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemilihan ikan lele
dumbo sebagai ikan budidaya rumah tangga sangat tepat, karena mudah
pemeliharaannya, mudah hidup diperairan yang sangat rendah kualitasnya, dan
tidak tergantung dari satu jenis makanan. Di samping itu lele dikenal dengan rasa
dagingnya yang gurih dan lezat sehingga mudah pemasarannya (Suyanto, 2002).
Dari tahun ke tahun permintaan lele dumbo terus mengalami kenaikan. Pada
tahun 2004, produksi lele budidaya hanya 51.271 ton per tahun, tahun 2005 naik
menjadi 69.386 ton, 2006 (77.272 ton), 2007 (91.735 ton), dan 2008 (108.200 ton)
(Kompas, 2009). Hal tersebut menyebabkan peningkatan budidaya lele dumbo.
Dalam proses budidaya, masih dijumpai beberapa kendala yang
menghambat proses produksinya. Salah satu kendalanya adalah tingginya biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pakan yang berkisar antara 60-70% dari total biaya produksi. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka diperlukan upaya pengembangan pakan berbahan baku sumber
protein lokal yang mudah diperoleh dan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai
(Arifin et al., 2008).
Salah satu bahan pakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai sumber protein hewani untuk ikan adalah ”golden snail” atau yang lebih
dikenal dengan sebutan keong emas (Pomacea canaliculata). Menurut Khairuman
(2002), keong emas ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan dapat
dijadikan bahan pakan buatan untuk ikan. Keong emas mempunyai kandungan
protein 52,76%, karbohidrat 0,68%, dan lemak 14,62%. Keong emas mudah
berkembang biak dan mudah diperoleh. Keong emas mempunyai sifat herbivora
poliphagus yaitu sangat rakus terhadap tumbuhan air. Karena itu, dikhawatirkan
pada suatu waktu akan terjadi ledakan populasi keong emas dan menjadi hama
pertanian yang tidak terkontrol sebagaimana yang telah terjadi di Filipina pada
tahun 1987-1988. Dari fenomena di atas maka keong emas dapat digunakan
sebagai pengganti/subtitusi pakan lele untuk menekan harga pakan lele komersial
yang relatif mahal. Selain itu digunakan pakan buatan yang terdiri dari campuran
beberapa limbah produksi pangan seperti tepung ikan, tepung susu, tepung
dengan ataupun tanpa penambahan tepung keong emas. Pakan tersebut dibuat
dengan 4 macam komposisi yang berbeda yaitu pada perlakuan I terdiri dari 25%
keong emas dan 75% pakan campuran, perlakuan II terdiri dari 50% keong emas
dan 50% pakan campuran, perlakuan III terdiri dari 75% keong emas dan 25%
pakan campuran serta perlakuan IV yaitu 100% pakan campuran. Pemberian
pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00
selama 60 hari penelitian. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), jarak waktu
pemberian pakan selama empat jam karena ikan membutuhkan suplay makanan
kembali setiap 3-4 jam sesudah makan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jumlah pakan yang diberikan didasarkan pada berat total ikan yang
dipelihara yaitu sebesar 2-5% dari berat total ikan. Perubahan jumlah pakan dapat
dilakukan setiap saat, tetapi sebaiknya dilakukan satu atau dua minggu sekali,
sebab penimbangan ikan yang terlalu sering akan menimbulkan stres pada ikan
yang dapat menganggu pertumbuhan (Mudjiman, 1989). Hal ini pula yang
menjadi alasan pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali.
1. Kualitas Pakan
Pada masing-masing perlakuan, dilakukan uji kualitas pakan yang terdiri
dari uji kadar air, abu, lemak, protein dan serat kasar. Uji ini mengacu pada
Sudarmadji, dkk (1984). Berdasarkan analisis statistik masing-masing uji pada
tiap perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Tabel 2. Data Uji Kualitas Pakan
Kandungan Nutrisi Pakan
Perlakuan Kadar Air (%)
Abu (%)
Lemak (%)
Protein (%)
Serat Kasar (%)
Karbohidrat (%)
P I 18.28d 12.43c 1.34a 11.61a 28.30c 28.03b
P II 10.77c 13.37d 2.57c 23.68b 22.02b 26.60b
P III 10.86c 14.34e 2.72c 30.46d 19.39b 23.19a
P IV 6.22a 10.25b 2.36b 10.95a 32.92d 37.59c
K 10.61b 9.94a 5.72d 29.34c 5.66a 39.32c Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata pada hasil uji DMRT
taraf 5%. P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. P IV = 100% Pakan Campuran. K = 100% Pakan Komersial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Uji kadar air dilakukan dengan cara pemanasan dalam oven pada suhu
1000C. Standar kadar air untuk pakan buatan maksimal sebesar 10%, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan jamur. Uji statistik menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan terdapat beda nyata. Artinya antara setiap perlakuan memiliki
kadar air yang berbeda. Beda nyata kadar air masing-masing pakan dikarenakan
pada proses pengeringan masing-masing pakan dilakukan pada waktu yang
berbeda, sehingga kualitas pengeringannya berbeda pula. Kadar air pakan sangat
menentukan kualitas dan daya simpannya. Kadar air pakan yang tinggi merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan jamur, dimana jamur akan tumbuh secara
optimal saat kadar air 15 - 20% disimpan pada suhu 30 - 32oC, sehingga dengan
penurunan kadar air dapat mencegah tumbuhnya jamur pada pakan dan akan
memperpanjang daya simpan pakan (Infomedion, 2009). Kadar air pada pakan
buatan ini relatif tinggi, sehingga dalam proses penyimpananya dalam sesekali
waktu dijemur agar dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Uji abu dilakukan dengan cara pemijaran dalam furnace pada suhu 600 0C
selama 2 jam. Uji abu ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral
didalam pakan. Karena tidak dilakukan uji secara spesifik mengenai macam
mineralnya maka kadar abu yang di uji adalah jumlah mineral totalnya. Mineral
dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhannya tetapi dalam jumlah yang tidak
cukup besar. Mineral seperti kalsium (Ca) dan fosfor (P) diperlukan untuk
pembentukkan tulang dan untuk menjaga agar fungsi jaringan tubuh dapat bekerja
secara normal. Besi (Fe) dibutuhkan untuk pembentukkan sel darah merah dan
mangan (Mn) berpengaruh dalam proses reproduksi (Sahwan, 2002). Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
analisis statistik menunjukkan adanya beda nyata pada masing-masing perlakuan.
Kadar abu yang paling tinggi terdapat pada P III (75% keong emas dan 25%
pakan campuran), yaitu sebesar 14.43% dan yang paling rendah terdapat pada
perlakuan pakan P IV (100% pakan campuran) , yaitu sebesar 10.25%. Dari Tabel
2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi prosentase keong emas maka kadar abunya
pun juga tinggi pada masing-masing perlakuan. Hal ini dapat terjadi karena keong
emas mengandung mineral sehingga kadar mineral pada pakan bertambah dan
menyebabkan peningkatan kadar abu pada pakan.
Uji lemak dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet. Dengan uji ini dapat
diketahui kandungan lemak dalam masing-masing pakan buatan. Kandungan
lemak yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P III (75% keong emas dan 25%
pakan campuran), yaitu sebesar 2.72% dan yang paling rendah terdapat pada
perlakuan P I (25% keong emas dan 75% pakan campuran), yaitu sebesar 1.34%.
Lemak tersebut dapat dicerna dan terakumulasi di dalam otot serta sebagai lemak
organ dalam. Lemak juga berfungsi sebagai bahan pelarut berbagai vitamin yang
tidak larut dalam air (Fujaya, 2002). Terdapat beda nyata pada semua perlakuan
dimana pakan yang kadar keong emasnya paling tinggi mempunyai kadar lemak
yang paling tinggi, hal ini terjadi karena di dalam keong emas terkandung lemak
sebesar 14.62% sehingga menyebabkan peningkatan kadar lemak pada pakan.
Menurut Mudjiman (1989) kandungan lemak untuk makanan ikan berkisar 4 -
18%. Jadi, kadar lemak pada pakan buatan ini masih dalam batas kisaran kadar
lemak rendah untuk pakan ikan. Dalam kaitan dengan pakan buatan, adanya
lemak dalam pakan berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam pakan dilakukan
dengan menggunakan metode Carbohydrate by Difference (Nugroho, 1999).
Kebutuhan karbohidrat ikan relatif sedikit dan cenderung dimanfaatkan sebagai
sumber bagian kerangka karbon untuk sintesis protein (Tacon, 1987). Kandungan
karbohidrat paling tinggi terdapat pada P IV (100% pakan campuran), yaitu
sebesar 37.59% mengimbangi pakan buatan pabrik yang dalam penelitian ini
sebagai pembanding yaitu 39.32%. Sedangkan kandungan karbohidrat paling
rendah terdapat pada pakan buatan perlakuan P III (75% keong emas dan 25%
pakan campuran), yaitu sebesar 23.19%. Berdasarkan analisis menunjukkan
bahwa antar perlakuan terdapat beda nyata. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
semakin tinggi penambahan pakan campuran semakin tinggi karbohidrat yang
terkandung dalam pakan. Hal ini dimungkinkan karena komposisi pakan
campuran yang mengandung bahan-bahan yang berpotensi untuk meningkatkan
kandungan karbohidrat, seperti tepung ikan sebesar 22%, susu, Litter serta janggel
jagung sehingga menyebabkan karbohidrat pada pakan tinggi.
Kandungan protein pada masing – masing perlakuan di ukur dengan
metode Kedhjal. Berdasarkan uji ini maka untuk kandungan protein tertinggi
berada pada P III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), yaitu sebesar
30.46% yang mengimbangi protein pada pakan buatan pabrik sedangkan protein
terendah pada perlakuan P IV (100% pakan campuran), yaitu sebesar 10.95%.
Terdapat beda nyata pada semua pakan campuran mempunyai kadar protein yang
lebih rendah dibandingkan dengan pakan campuran yang ditambahkan dengan
keong emas. Hal ini dapat terjadi karena keong emas mengandung protein sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
52.76% sehingga semakin tinggi penambahan keong emas pada pakan semakin
tinggi pula kadar protein pada pakan. Protein merupakan sumber energi utama
pada ikan, selanjutnya lemak, dan karbohidrat (Mudjiman, 1989). Berdasarkan
hasil penelitian hubungan antara pertumbuhan dengan kandungan protein
berbanding lurus dimana semakin banyak kandungan protein pada pakan maka
semakin tinggi pula pertumbuhannya.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kandungan serat kasar pada pakan
tertinggi terdapat pada P IV (100% pakan campuran), yaitu sebesar 32.92 % dan
terendah pada perlakuan P III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), yaitu
sebesar 19.39%. terdapat beda nyata pada semua perlakuan, kadar serat kasar pada
semua perlakuan berbanding lurus dengan kadar karbohidrat. Semakin rendah
penambahan pakan campuran semakin rendah kadar serat kasar pada pakan,
sebaliknya semakin tinggi konsentrasi pakan campuran pada pakan semakin tinggi
pula kadar serat kasar. Hal ini dimungkinkan karena dalam pakan campuran
mengandung bahan-bahan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi,
sehingga menaikkan kadar serat kasar pada pakan. Kandungan serat kasar yang
tinggi di dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan zat-zat
makanan di dalam alat pencernaan ikan. Menurut Djajasewaka (1995), kandungan
serat kasar kurang dari 8% akan menambah tinggi kualitas pakan, tetapi apabila
serat kasar melebihi 8% akan mengurangi kualitas pakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil yang diperoleh melalui penelitian selama 60 hari, dapat
diketahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap efesiensi pakan.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar
Keterangan : P I P II P III P IV K
Efisiensi pakan atau
jumlah pakan yang masuk ke
dalam tubuh, yang salah satunya d
et.al , 1995). Efisiensi pakan
Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan sema
meningkatkan pertumbuhan.
efisiensi pakan tertinggi terdapat pada
��
��
��
��
��
��
��
��
�
��������
2. Efisiensi Pakan
Dari hasil yang diperoleh melalui penelitian selama 60 hari, dapat
diketahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap efesiensi pakan.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Efisiensi Pakan Selama Penelitian
= 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran.
P IV = 100% Pakan Campuran. = 100% Pakan Komersial.
Efisiensi pakan atau Food Efeciency (FE) digunakan untuk mengetahui
jumlah pakan yang masuk ke dalam sistem pencernaan ikan untuk metabolisme
tubuh, yang salah satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan (
Efisiensi pakan pada penelitian ini berkisar antara 34.88
Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan semakin optimal dalam
ertumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
efisiensi pakan tertinggi terdapat pada P III yaitu pakan dengan komposisi 75%
�� ��� ��
36
Dari hasil yang diperoleh melalui penelitian selama 60 hari, dapat
diketahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap efesiensi pakan.
) digunakan untuk mengetahui
dalam sistem pencernaan ikan untuk metabolisme
imanfaatkan untuk pertumbuhan (Mokoginta
34.88% - 39%.
kin optimal dalam
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pakan dengan komposisi 75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
keong emas dan 25% pakan campuran sebesar 39%, sedangkan yang paling
rendah terdapat pada PIV yaitu 100% pakan campuran sebesar 34.88%. Efisiensi
pakan pada penelitian ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan efisiensi
pakan pada penelitian Jamilah (2006) dengan perlakuan pakan buatan yang terdiri
dari tepung keong emas, tepung kacang gude, dedak, tepung kanji dan premix
vitamin yaitu sebesar 63%.
Nilai Efisiensi pakan (FE) sebesar 0.39 artinya bahwa dalam setiap 1 gram
pakan yang diberikan, maka jumlah pakan yang dapat dicerna oleh sistem
pencernaan ikan sebanyak 0.39 gram. Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai FE
yang tinggi diikuti dengan kandungan nutrisi pakan yang tinggi pula (Tabel 2),
salah satunya kandungan serat kasar yang rendah yaitu 19.39% di bandingkan
dengan kandungan serat kasar pada pakan perlakuan lainnya sehingga
menyebabkan pakan pada perlakuan ini lebih mudah dicerna ikan. Selain itu,
kadar protein dan karbohidrat juga tinggi sehingga mendukung tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Sementara itu, nilai FE yang rendah diikuti kandungan
nutrisi pakan yang kurang baik, kandungan serat kasarnya tinggi yaitu sebesar
32.92% sehingga menyebabkan pakan sukar dicerna ikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang dapat berupa
panjang atau berat suatu organisme dalam waktu tertentu (Effendie, 1979).
Kimbal (1994) menambahkan bahwa pada umumnya pertumbuhan diakibatkan
oleh adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel.
1. Panjang Ikan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dapat diketahui bahwa
pertumbuhan ikan lele dengan indikator panjang standar menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p>0.05) antar perlakuan (lampiran 7).
Gambar 6. Panjang Ikan Lele
Keterangan : P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran.
P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. P IV = 100% Pakan Campuran. K = 100% Pakan Komersial.
�
�
�
�
�
��
��
��
��
��
��
� �� �� �� �� �� ��
����
�� �
��������
�
��
���
��
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang yang paling tinggi
terjadi pada ikan yang diberi perlakuan III (75% keong emas dan 25% pakan
campuran) dimana pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan
panjang perlakuan III dapat mengimbangi pertumbuhan panjang dengan pakan
buatan pabrik. Sedangkan yang paling rendah terdapat pada ikan lele yang diberi
perlakuan IV (100% pakan campuran). Perbedaan komposisi yang diberikan
selama 60 hari penelitian memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap
pertumbuhan panjang ikan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan nutrisi,
terutama protein yang terkandung dalam pakan tersebut.
Berdasarkan analisis statistik, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ikan
lele dengan indikator panjang tubuh menunjukkan perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antar perlakuan (lampiran 7). Pakan pada perlakuan P III yang terdiri
dari 75% keong emas dan 25% pakan campuran memiliki kandungan protein
yang paling tinggi, yaitu sebesar 30.46%. Pertumbuhan paling rendah terdapat
pada P VI (100% pakan campuran) yaitu sebesar 10.95% yang merupakan pakan
yang terdiri dari pakan campuran saja.
2. Berat Ikan
Penelitian yang dilakukan selama 60 hari terhadap ikan lele dengan 4
perlakuan yang berbeda mengahasilkan berat tubuh ikan yang berbeda pula
(lampiran 8). Pertumbuhan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P III dan
yang paling rendah terdapat pada perlakuan P IV (100% pakan campuran) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 7. Berat Ikan Lele
Keterangan : P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran.
P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. P IV = 100% Pakan Campuran. K = 100% Pakan Komersial.
Gambar 7 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara
kandungan protein dengan pertumbuhan berat ikan lele. Semakin meningkat
kandungan protein semakin tinggi pula pertumbuhan berat ikan lele. Menurut
Utojo (1995), dalam memerankan fungsi protein dalam tubuh ditentukan oleh
jumlah dan jenis asam amino esensial dari pakan yang diberikan. Sama halnya
dengan pertumbuhan panjang, pertumbuhan berat paling tinggi terdapat pada ikan
yang diberi perlakuan III (75% keong emas dan 25% pakan campuran), karena
kandungan proteinnya yang paling tinggi, yaitu sebesar 30.46% .
Begitu pula dengan P IV (100% pakan campuran), karena nutrisi pakannya
paling rendah kualitasnya maka pertumbuhan beratnya paling rendah. Setelah
dilakukan uji statistik dengan anava terlihat perbedaan yang signifikan
�
��
��
��
��
���
���
� �� �� �� �� �� ��
�� ��
�� �
�� ������
�
��
���
��
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
antar perlakuan. Penambahan keong emas pada pakan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ikan lele selama 60 hari.
Pakan memberikan pengaruh yang penting dalam pertumbuhan ikan.
Karena pakan merupakan sumber energi pada hewan. Pakan mengandung
senyawa makromolekul yang berperan dalam menghasilkan energi, yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein. Di dalam tubuh ikan senyawa tersebut akan
mengalami oksidasi melalui proses metabolisme, dimana metabolisme merupakan
keseluruhan reaksi yang terjadi di dalam sel, meliputi proses penguraian &
sintesis molekul kimia yang menghasilkan CO2, H2O, dan sejumlah energi dalam
bentuk ATP. Energi yang dihasilkan digunakan untuk metabolisme basal,
aktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain (Fujaya, 2002).
Energi yang disimpan dimanfaatkan dalam sintesis komponen sel
(Villee dan Barnes, 1988). Sintesis komponen sel akan menghasilkan
peningkatan sel dalam hal jumlah dan ukuran. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan volume jaringan, sehingga terjadi pertambahan panjang serta berat
pada ikan.
3. Laju Pertumbuhan Harian
Dari data analisis kualitas pakan (Tabel 2), komposisi dari makanan
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam memelihara tubuh dan untuk
pertumbuhan ikan. Hasil dari penelitian selama 60 hari memperlihatkan pola laju
pertumbuhan yang berbeda pula. Pada penelitian ini laju pertumbuhan harian ikan
paling tinggi terdapat pada P III yang mengandung protein sebesar 30.46%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga pakan pada P
harian dibanding perlakuan lainnya.
buatan yang dapat mengimbangi perlakuan pakan komersi
hal laju pertumbuhan harian adalah
Tabel 2.
Protein dalam pakan digunakan oleh ikan untuk pemeliharan tubuh,
pertumbuhan jaringan dan pergantian jaringan yang rusak. Fungsi protein dalam
tubuh dipengaruhi oleh jumlah dan jenis asam amino esensial, kadar protein yang
dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan itu sendiri (Utojo,
1995).
Gambar 8
Keterangan : P I P II P III P IV K
�
�
�
�
�
�
�
�
�
������ ����������������
������ ��� ������� ��
III lebih efektif pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan
harian dibanding perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pakan
buatan yang dapat mengimbangi perlakuan pakan komersial buatan pabrik dalam
hal laju pertumbuhan harian adalah P III dengan komposisi pakan sep
Protein dalam pakan digunakan oleh ikan untuk pemeliharan tubuh,
pertumbuhan jaringan dan pergantian jaringan yang rusak. Fungsi protein dalam
tubuh dipengaruhi oleh jumlah dan jenis asam amino esensial, kadar protein yang
kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan itu sendiri (Utojo,
Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian
= 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. = 100% Pakan Campuran.
= 100% Pakan Komersial.
�� ��� ��
�� �����
������ ��� ������� ��
42
pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pakan
pabrik dalam
n komposisi pakan seperti pada
Protein dalam pakan digunakan oleh ikan untuk pemeliharan tubuh,
pertumbuhan jaringan dan pergantian jaringan yang rusak. Fungsi protein dalam
tubuh dipengaruhi oleh jumlah dan jenis asam amino esensial, kadar protein yang
kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan itu sendiri (Utojo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Laju pertumbuhan paling rendah terdapat pada perlakuan P IV, karena
kandungan protein pada perlakuan ini paling rendah hal ini menyebabkan
rendahnya laju pertumbuhan ikan lele. Nilai dari laju pertumbuhan harian ikan
berdasarkan dari data pertumbuhan berat ikan. Berdasarkan analisis statistik, laju
pertumbuhan ikan lele menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar
perlakuan (lampiran 11).
Faktor pakan sangat penting dalam pertumbuhan, diperlukan jumlah dan
mutu pakan yang bagus untuk meningkatkan berat dan panjang dari ikan. Pakan
yang diberikan pada perlakuan P III (75% keong emas dan 25% pakan campuran)
tersebut, kandungan proteinnya lebih tinggi dari yang lain.
Proses penguraian protein menjadi asam amino dilakukan oleh enzim
protease dan peptidase yang disekresi intestinum. Asam amino sangat diperlukan
untuk sintesis protein yang berperan untuk penggantian sel-sel yang rusak dan
pembentukan jaringan tubuh sehingga jaringan akan bertambah. Pertambahan
jaringan ini terekspresi melalui pertambahan berat dan panjang tubuh ikan
(Murray et al., 1996). Sehingga pakan dengan kandungan protein yang tinggi
memberikan pengaruh yang lebih efektif terhadap laju pertumbuhan.
4. Kadar Protein dan Retensi Protein
Pengukuran kadar protein ikan lele pada penelitian ini dilakukan dengan
metode Kjeldahl. Pada prinsipya, analisis protein yang menggunakan metode
Kjeldahl ini meliputi 3 tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Pada tahap
destrusksi, sampel yaitu daging ikan terhidrolisis dengan H2SO4 pekat sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
senyawa organik akan terurai dan nitrogen dari protein akan bereaksi dengan
H2SO4 membentuk (NH4)2SO4 kemudian dialkali kuat yaitu NaOH sehingga
(NH4)2SO4 akan diubah menjadi NH3 yang kemudian didestilasi. Destilatnya
ditampung dalam larutan asam borat dan selanjutnya distilat dititrasi dengan HCl
(Tranggono, 1990).
Berdasarkan analisis protein yang telah dilakukan pada penelitian ini,
diperoleh data protein daging ikan setelah 60 hari perlakuan ditunjukkan pada
tabel 3.
Tabel 3. Kadar Protein
Perlakuan
Kadar Protein Pakan (%)
Kadar Protein Daging Ikan Lele (%)
P I P II P III P IV
K
11.61a
23.68b
30.46d
10.95a
29.34c
12.52a
14.47a
17.20c
12.76a 18.67d
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata pada uji DMRT pada taraf uji 5% P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. P IV = 100% Pakan Campuran. K = 100% Pakan Komersial.
Kadar protein daging ikan lele sebelum perlakuan sebesar 10.7%. setelah
60 hari percobaan, kadar protein kadar protein daging antar perlakuan
menunjukkan beda nyata. Kadar protein tertinggi terdapat pada P III (75% keong
emas dan 25% pakan campuran) yaitu sebesar 17.20% yang mendekati protein
daging dari pakan komersial (K) yaitu 18.67%, sedangkan kadar protein terendah
ditunjukkan pada P I, yaitu sebesar 12.52%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Menurut Djuanda (1981), sebagian dari makanan yang dimakan berubah
menjadi energi yang digunakan untuk aktivitas hidup dan sebagian keluar dari
tubuh. Jadi tidak semua protein dalam makanan masuk diubah menjadi daging.
Selain itu, pembentukan protein daging juga tergantung kemampuan fisiologis
ikan.
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang
diberikan yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun dan
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan oleh tubuh ikan untuk
metabolisme sehari-hari. Cepat tidaknya pertumbuhan ikan ditentukan oleh
banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh ikan sebagai
zat pembangun. Oleh karena itu, agar ikan dapat berjalan dengan normal, pakan
yang diberikan harus memiliki energi yang cukup memenuhi kebutuhan energi
metabolisme dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan sel-sel tubuh yang baru.
Menurut Cowey dan Sargent dalam Ningrum Suhenda dan Evi Tahapari
(1997), bahwa protein merupakan nutrien yang sangat penting dan dibutuhkan
untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan
tubuh yang rusak serta menambah protein tubuh dalam pertumbuhan.
Pemanfaatan protein untuk membentuk jaringan juga dipengaruhi oleh
kandungan energi dalam pakan. Semakin baik kandungan energi pakan maka
semakain baik pula pemanfaatan protein oleh tubuh ikan sehingga pembentukan
jaringan tubuhpun juga maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah dilakukan perhitungan terhadap data, diperoleh grafik retensi
protein sebagai berikut.
Keterangan : P I P II P III P IV K
Dari Gambar 4 te
perlakuan III sebesar 0.14% yaitu pakan dengan komposisi 75% keong emas dan
25% pakan campuran, sedangkan nilai retensi ter
IV yaitu pada pakan dengan 100% pakan campur
menunjukkan bahwa nilai retensi protein yang tinggi diikuti dengan kandungan
protein pakan yang tinggi pula (Tabel 2
rendah diikuti kandungan nutrisi pakan yang kurang baik
memenuhi kebutuhan energi untuk membangun ataupun memperbaiki sel
tubuh yang rusak dan metabolisme ikan sehari
�
����
����
����
����
���
����
����
�
�������� ����
Setelah dilakukan perhitungan terhadap data, diperoleh grafik retensi
protein sebagai berikut.
Gambar 9. Retensi Protein
= 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran. = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. = 100% Pakan Campuran.
= 100% Pakan Komersial.
terlihat bahwa nilai retensi protein tertinggi terdapat pada
perlakuan III sebesar 0.14% yaitu pakan dengan komposisi 75% keong emas dan
25% pakan campuran, sedangkan nilai retensi terendah terdapat pada perlakuan
IV yaitu pada pakan dengan 100% pakan campuran. Berdasarkan gambar
menunjukkan bahwa nilai retensi protein yang tinggi diikuti dengan kandungan
pakan yang tinggi pula (Tabel 2), sementara itu, nilai retensi protein yang
rendah diikuti kandungan nutrisi pakan yang kurang baik sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan energi untuk membangun ataupun memperbaiki sel
tubuh yang rusak dan metabolisme ikan sehari-hari.
� �� ��� ��
�� �����
�������� ����
46
Setelah dilakukan perhitungan terhadap data, diperoleh grafik retensi
tertinggi terdapat pada
perlakuan III sebesar 0.14% yaitu pakan dengan komposisi 75% keong emas dan
ndah terdapat pada perlakuan
Berdasarkan gambar di atas
menunjukkan bahwa nilai retensi protein yang tinggi diikuti dengan kandungan
), sementara itu, nilai retensi protein yang
sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan energi untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5. Sintasan
Sintasan pada ikan dipengaruhi oleh berberapa hal, antara lain
pemeliharaan, kualitas air, penyakit, dan makanan yang diberikan. Dari hasil
pengamatan dan pengukuran selama penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4. Derajat Kelangsungan Hidup (Sintasan)
Perlakuan Sintasan (%)
P I 98.84a
P II 96.60a
P III 99.20a
P IV 99.24a
K 99.20a
Keterangan : P I = 25% Keong Emas dan 75% Pakan Campuran.
P II = 50% Keong Emas dan 50% Pakan Campuran. P III = 75% Keong Emas dan 25% Pakan Campuran. P IV = 100% Pakan Campuran. K = 100% Pakan Komersial.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 60 hari penelitian
menunjukkan bahwa ikan lele yang mati tidak mengindikasikan adanya serangan
penyakit pada ikan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kerusakan organ
secara morfologis pada tubuh ikan akibat serangan bakteri atau jamur. Tetapi
sebagian besar ikan lele yang mati mengindikasikan adanya luka akibat terkena
patil lele lain. Hal ini dimungkinkan karena ikan lele yang mempunyai sifat
kanibal. Sifat kanibalisme pada ikan lele terjadi antara lain adanya perbedaan
ukuran ikan lele dalam suatu kolam, selain itu juga dapat ditimbulkan karena
persaingan pada waktu berebut makanan (Nugroho, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Menurut Suyanto (1994), bahwa angka mortalitas yang mencapai 30-50%
masih dianggap normal. Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan tidak ada
perbedaan yang signifikan (lampiran 10), ini berarti bahwa besarnya prosentase
sintasan pada masing-masing perlakuan hampir sama. Hal ini membuktikan
bahwa pakan buatan tidak berpengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup
(sintasan) ikan lele.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Kualitas Air
Air merupakan media paling penting bagi kehidupan ikan. Kualitas air
yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air diamati untuk menetukan kualitas perairan diantaranya adalah suhu,
derajat keasaman (pH) dan kandungan oksigen terlarut (DO). Data dari suhu dan
pH selama penelitian dapat dilihat dari tabel berikut
Tabel 5. Data Kualitas Air Selama Penelitian
Hari Ke
Parameter Kualitas Air
Suhu (00C) pH DO (ppm)
0 29.6 8.1 4.81
10 27.1 7.8 5.34
20 28.4 7.3 4.15
30 29.7 7.4 3.86
40 28.7 7.6 4.91
50 29.1 7.5 4.89
60 29.1 7.4 5.21
Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa suhu air bervariasi antara 27.1 - 29.70C.
Kisaran suhu selama penelitian ini, masih dalam batas kisaran optimum untuk
selera makan ikan karena menurut Susanto (2003), bahwa suhu optimal untuk
pertumbuhan ikan antara 25 - 300C. Setiap organisme mempunyai suhu minimum,
optimum, dan maksimum untuk hidupnya. Organisme juga mempunyai
kemampuan diri sampai batasan tertentu (Wardoyo, 1978).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kenaikan suhu mempengaruhi kelarutan oksigen. Menurut penelitian
Harminani, et al. dalam Jamilah (2006) kenaikan suhu dalam keadaan normal
adalah 270C sampai 280C menjadi suhu 36.770C dan 35.80C. selama 24 jam
terhadap Tilapia nilotica dan Cyprinus carpio menyebabkan antara lain : (1)
Pergerakan ikan menjadi sangat lambat dan kurang memberikan respon terhadap
stimulan dan (2) Penurunan kadar oksigen terlarut, bertambahnya CO2 terlarut
dengan pH relatif tetap. Selain itu ada juga suhu optimum untuk selera makan
ikan yaitu berkisar antara 250C sampai 330C.
Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H
yang terlepas dalam suatu cairan dan pH merupakan salah satu indikator kualitas
air (Soeseno, 1983). Derajat keasaman (pH) air kolam penelitian berkisar antara
7.1 – 8.1. Kisaran ini masih dalam kondisi yang baik untuk habitat ikan lele yaitu
antara 6 – 8.5 (Suyanto, 2002). Dari pH yang masih optimum tersebut, dapat
diketahui bahwa pakan buatan yang diberikan selama penelitian, tidak
memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas air. Derajat keasaman (pH)
merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan air. Air yang mendekati basa
dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi
mineral seperti amonia, nitrat dan phosfat. Garam mineral tersebut akan diserap
oleh tumbuh-tumbuhan dalam air, yang akan menjadi makanan alami bagi ikan.
Pada umumnya perairan yang basa lebih produktif dari perairan yang asam
(Soeseno, 1983). Jadi apabila dilihat dari kisaran pH, perairan yang digunakan
untuk penelitian ini termasuk produktif. Hal ini karena pH pada kolam yang
digunakan untuk penelitian mendekati basa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam penelitian ini berkisar antara 3.86
– 5.34 ppm. Kisaran batas minimal konsentrasi oksigen untuk kehidupan ikan
yaitu 4 ppm. Dari kondisi kolam penelitian yang optimal tersebut dapat dketahui
bahwa pemberian pakan buatan tidak memberikan pengaruh buruk terhadap
kualitas air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan:
1. Kadar protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, abu, dan air pada pakan
kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang paling optimal untuk
meningkatkan pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah
30.46%, 2.7%, 23.19%, 19.39%, 14.34% dan 10.86%.
2. Pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo setelah pemberian pakan
kombinasi pakan campuran dengan keong emas masih kurang maksimal di
bandingkan dengan pakan komersial.
3. Konsentrasi kombinasi pakan campuran dengan keong emas yang optimal
untuk meningkatkan pertumbuhan dan kadar protein ikan lele dumbo
adalah pada konsentrasi 75% keong emas dan 25% pakan campuran.
B. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan melakukan perhitungan terhadap ratio
energi pakan agar lebih optimal dalam laju pertumbuhannya.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang produk pakan lele dengan
pengurangan kadar serat kasar sehingga dihasilkan laju pertumbuhan yang
lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid A. Toha. 2001. Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Albrecht, E. A., Carreno, N.B. & Castro-Vazquez, A. 1999. “A quantitative study
of environmental factors influencing the seasonal onset of reproductive
behaviour in the south American apple-snail Pomacea canaliculata
(Gastropoda: Ampullariidae)”. J. Molluscan Stud. 65: 241-250.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.
Anonim. 2002. Tentang Budidaya Perikanan. Jakarta : Deputi Menegristek.