Top Banner
20

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Mar 09, 2019

Download

Documents

trinhque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 2: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 3: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 4: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 5: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 6: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan
Page 7: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN KOTA KASUS STUDI: PERANCANGAN KORIDOR LEGIAN, KAWASAN PARIWISATA

KUTA Widiastuti, Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRACT Kuta is known as dense tourism area. At the beginning, this area was a fisherman housing area and

developed as harbor visited by overseas merchandises.

Now Kuta’s development give different character with another Balinese area. Development of new roads is

augmented new function. From this linked system, all movements are flowing and ending. Image of Kuta is

formed as a dense and unorganized tourism area. Then the improvement of this image is necessary and the

designing of Kuta’s linked system was done for this objective. The designing was started by research of the

character of movement: i.e. origin and destination, variety and number of movement’s actors, object pulling

the movement, people’s behaviors on the streets and the people’s problems are faced.

This research result that the movement is dominated by tourist (domestics and internationals). In addition,

the movement is influenced by collective movement, origin of movement that are from hotels and housing

(internal) and others Balinese cities (external), destinations of movements that are to the beach (noon-

afternoon) and to tourism facilities (night), the problems faced the tourist for examples noise, on street

parking, informal sectors.

The results were applied as recommendations in linkages system design to define land use in Legian

corridors, circulation and parking system, pedestrian ways, and open space. Hence the design of Legian

corridors yielded by research approach are better to create safety, pleasant, unique characters, and

beautiful environment.

Keywords: research, linkage system, urban corridors, urban design, Kuta tourism area.

ABSTRAK

Kawasan Kuta terkenal sebagai kawasan pariwisata yang sangat padat. Pada awalnya kawasan ini

merupakan kawasan permukiman nelayan yang berkembang menjadi pelabuhan yang dikunjungi pedagang

dari berbagai wilayah. Berbaurnya penduduk dengan wisatawan menjadikan kawasan ini makin dikenal.

Perkembangan Kuta yang tidak direncanakan memberikan karakter kota yang berbeda dengan wilayah

lainnya. Pembukaan jalan-jalan baru meningkatkan fungsi-fungsi baru. Dari sistem penghubung inilah

berbagai jenis pergerakan mengalir dan berhenti. Dari pergerakan yang padat dan semrawut inilah tercipta

citra Kuta yang macet, tidak teratur dan padat. Perbaikan citra inilah yang dilakukan dalam perancangan

sistem penghubung Kawasan Wisata Kuta. Untuk tujuan tersebut pemahaman terhadap karakter

pergerakan baik asal dan tujuan pergerakan, karakteristik pergerakan, jenis dan jumlah pelaku pergerakan,

objek yang menarik pergerakan, perilaku pelaku pergerakan, dan permasalahan yang dihadapi pelaku

pergerakan.

Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pergerakan didominasi oleh wisatawan baik nusantara maupun

mancanegara, dengan pergerakan berkelompok, dengan asal pergerakan hunian-hunian baik wisata

maupun penduduk dari dalam Kuta mupun dari luar kawasan, tujuan utama pantai (siang-sore) dan tempat

makan dan hiburan (malam), serta permasalahan-permasalahan utama seperti kebisingan, parkir tepi jalan,

kerumunan pedagang acung atau sektor informal.

Hasil penelitian ini digunakan sebagai rekomendasi dalam perancangan terutama dalam menentukan tata

guna lahan, sistem sirkulasi dan parkir, jalur pejalan kaki, dan tata hijau. Dengan pendekatan penelitian

Page 8: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

tersebut diharapkan perancangan kawasan Kuta dapat menciptakan lngkungan binaan yang berkarakter

dan beridentitas yang dapat dinikmati dengan aman, nyaman, dan dapat dikenang secara positif.

Kata kunci: penelitian, sistem penghubung, koridor, perancangan kota, kawasan pariwisata Kuta.

Page 9: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

I. PENDAHULUAN erancangan koridor sebuah jalan sangat berkaitan dengan elemen-elemen sistem

penghubung. Sistem penghubung mencakup aspek-aspek fisik dan non fisik ( Maki, 1976;

Trancik, 1986; Danisworo; 1994 ). Aspek-aspek tersebut meliputi : (John R.Short, 1984 : 65

– 83): Sosial Budaya, Fisik / Lingkungan, dan Sosial Ekonomi.

Aspek ekonomi mencakup pengertian : karakteristik pemilikan kendaraan, pilihan-pilihan moda

bagi pergerakan yang dilakukan oleh pelaku, kecenderungan perkembangan fungsi-fungsi

kawasan komersial yang menggeser fungsi hunian dan karakteristik dari fungsi-fungsi

berkembang tersebut. Aspek fisik / lingkungan mencakup kondisi jalan dengan sirkulasinya,

parkir, jalur pedestrian, jenis dan karakteristik penunjang kegiatan, tata bangunan yang

menunjang sistem penghubung, tata informasi, ruang terbuka, kondisi iklim. Aspek sosial

budaya meliputi hal-hal yang memberikan karakteristik tersendiri bagi suatu sistem penghubung

yang berkaitan dengan warna lokal seperti jenis kegiatan, karakteristik manusia terutama tata

nilai, norma kebiasaan dan kepercayaan yang dianut, perilaku, persepsi tentang sistem

penghubung, harapan-harapan akan kondisi sistem penghubung yang baik. Keseluruhan aspek

tersebut menunjukkan adanya tiga keterkatian dalam wujud sistem penghubung dalam kawasan

pariwisata Kuta yaitu :

keterkaitan fungsional yang diwujudkan dalam bentuk : peruntukan lahan, sirkulasi ( jalan )

dan parkir, jalur pedestrian, penunjang kegiatan

keterkaitan visual yang diwujudkan dalam bentuk tata bangunan, ruang terbuka, tata

informasi

keterkaitan lingkungan : diwujudkan dalam bentuk karakteristik lingkungan non fisik

yaitu karakteristik manusia (wisatawan, penduduk, pengusaha, sektor informal ) termasuk

didalamnya karakteristik kegiatan (rekreasi, belanja, sosial keagamaan), latar belakang

budaya, karakteristik ekonomi (pendapatan, mata pencaharian), tata nilai yang dianut

(Arsitektur Tradisional Bali), kepercayaan (Hindu), persepsi, peraturan dan kebijakan

pemerintah, sumber pendanaan yang dapat mewujudkan fisik sistem penghubung yang

dikehendaki. Bentuk lain adalah karakteristik lingkungan fisik yang berupa kondisi iklim,

topografi dan sebagainya.

Dalam perencaanaan dan perancangan suatu fasilitas (Palmer; 1981 : 19 ) faktor-faktor yang

harus diperhatikan adalah faktor manusia (human factor) yang menyangkut kegiatan, perilaku,

karakteristik kependudukan, sosial, budaya, tata nilai dan sebagainya, faktor fisik (phisical

factors) dan faktor eksternal (external factors ) yang berkaitan dengan peraturan, ekologi,

pembiayaan, waktu pelaksanaan dan sebagainya. Untuk faktor fisik yang berkaitan dengan

sistem penghubung aspek yang dibahas adalah iklim, peruntukan lahan, sirkulasi kendaraan,

parkir, jalur pedestrian, tata bangunan, tata informasi, ruang terbuka.

Berkaitan dengan perencanaan dan perancangan sistem penghubung faktor-faktor di atas

dijadikan dasar dalam kerangka analisis. Faktor manusia dalam sistem penghubung akan

merupakan wujud dari keterkaitan lingkungan sosial ekonomi dan budaya dari pelaku-pelaku

kegiatan dalam sistem penghubung kawasan ini. Faktor fisik dalam sistem penghubung akan

merupakan wujud keterkaitan fungsional dan visual. Faktor ekternal merupakan keterkaitan

lingkungan non fisik yang berasal dari luar manusia pelaku di dalamnya namun sangat

menentukan dalam perwujudan sistem penghubung di Kuta (pemerintah dengan kebijakan-

kebijakannya) dan lingkungan fisik yang sangat dipengaruhi oleh kawasan disekitarnya (iklim,

topografi, ekologi dan sebagainya). Penelitian yang akan dilakukan ditekankan pada faktor

manusia (human factor) sebagai penentu perancangan.

P

Page 10: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN

Dengan peningkatan jumlah wisatawan sekitar 8,43 % pertahun, kunjungan wisatawan di

Kelurahan ini merupakan kawasan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Pada saat padat

wisatawan (peak season) tingkat hunian hotel berkisar 80 %. Dengan jumlah kamar hotel dan

penginapan adalah 13202 kamar maka pada musim ini diperkirakan akan ada 10561,6 kamar

yang dipenuhi oleh wisatawan. Bila diperhitungkan 1 kamar dihuni 1,5 wisatawan maka pada

musim padat wisatawan akan terdapat 15842,4 orang di kawasan ini. Jumlah itu akan meningkat

pada tahun 2010 dengan peningkatan 8,43 / tahun menjadi 16968 wisatawan. Peningkatan

tersebut sangat mungkin terjadi mengingat bahwa 82,2 % responden wisatawan menyatakan

ingin kembali lagi ke Kuta. Dengan meningkatnya wisatawan tersebut maka akan meningkat pula

kebutuhan dari kepariwisataan.

Sebagian besar wisatawan yang datang ke Kuta adalah wisatawan muda ( 60 % dari responden

berusia 20 – 30 tahun ) dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah Dengan Karakter

wisatawan Asing yang berkunjung ke Kuta sebagian besar adalah wisatawan muda, maka jenis

fasilitas yang dibutuhkan aakan sesuai dengan kebutuhan usia ini. Sebagian besar wisatawan

yang datang ke Kuta adalah wisatawan muda (60 % dari responden berusia 20 – 30 tahun)

dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

B. OBYEK WISATA YANG MENARIK PERGERAKAN WISATAWAN

Atraksi atau objek wisata yang utama di Kelurahan Kuta adalah Pantai Kuta yang terkenal

dengan pasir putihnya yang indah dan panorama sunset yang bisa dilihat setiap sore. Atraksi lain

yang menarik wisatawan datang ke Kuta adalah kehidupan sehari-hari masyarakatnya baik

berupa benda-benda budayanya (Pura, Banjar) maupun kehidupan sosial dan ritualnya (

upacara-upacara )yang didasari oleh agama Hindu. Hal itu ditunjang dengan prosesi keagamaan

yang dilakukan secara berkala (Melasti, yang diadakan setahun sekali menjelang Nyepi) dan

temporer (Mukur, membuang abu ke laut setelah upacara pengabenan) yang dilakukan ditepi

pantai, Ngaben serta banyak upacara keagamaan dan adat lainnya.

Bagi wisatawan kehidupan kepariwisataan yang terjadi juga merupakan daya tarik tersendiri

untuk datang ke Kuta. Dari 90 responden wisman 29,63 % menyatakan tertarik pada atraksi ini

sehingga datang ke Kuta, sedang bagi 28,13 % dari wisnus atraksi ini juga merupakan daya tarik

yang mendorongnya datang ke Kuta. Tabel 1 berikut menunjukkan motivasi kunjungan

wisatawan ke Kuta .

Tabel 1 motivasi kunjungan wisatawan ke Kuta

Atraksi

Pelaku

Pantai

Budaya

Kehidupan Pariwisata

Lain-lain

Wisatawan

Wisnus 65,5 % 25 % 28,13 % 9,4 %

Wisman 85,2 % 37,04 % 29,63 % 3,7 %

C. KARAKTERISTIK PERGERAKAN PELAKU 1. Moda Pergerakan Masuk Keluar Kawasan

Page 11: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Sebagian besar pelaku pergerakan baik keluar maupun dalam KP Kuta melakukan pergerakan

dengan kendaraan pribadi. Kondisi ini sejalan dengan tingginya pemilikan kendaraan pribadi

yang diperkuat dengan tidak nyamannya transportasi umum.

Tabel 2 Persentase Moda Angkutan yang Digunakan Responden

RESPONDEN

MODA

KENDARAAN PRIBADI KENDARAAN UMUM JALAN KAKI LAIN-LAIN

PENDUDUK 98,6 % 5,6 % 30,96 % -

WISNUS 59,4 % 18,75 % 6,25 % 21,875 %

WISMAN 40,7 % 48,2 % 14,8 % 11 %

SUMBER : EKPLORASI LAPANG

Bila ditelusuri lebih lanjut dari jumlah wisman dan wisnus yang menggunakan kendaraan umum,

85 % memilih taksi sebagai moda pergerakannya. Sisanya transport lain yaitu bemo dan bus

untuk yang ikut rombongan. Sedangkan lain-lain adalah kendaraan yang disewa (rental) untuk

digunakan secara pribadi.

2. Asal dan Tujuan Pergerakan

Pada dasarnya ada beberapa pergerakan yang terdapat dalam Kelurahan Kuta. Macam

pergerakan tersebut adalah :

a.Pergerakan ke tempat kerja

b. Pergerakan berbelanja

c. Pergerakan wisata

d. Pergerakan kegiatan sosial dan ritual

Setiap kelompok pelaku kegiatan memiliki tujuan pergerakan utama tersendiri. Dari hasil

pengamatan lapangan dan wawancara, ditarik kesimpulan mengenai pergerakan masing-masing

kelompok pelaku.

Asal pergerakan wisman yaitu luar kawasan dan dalam kawasan. Dari dalam kawasan

pergerakan wisman berasal dari hotel maupun rumah penduduk yang berupa penginapan,

home stay.

Tujuan utama pergerakan wisman dalam kawasan ini adalah tujuan rekreasi ( jalan-jalan,

istirahat, belanja), berikutnya adalah tujuan kerja dan terakhir adalah tujuan lain (bertemu

teman, cari teman baru, kebetulan lewat, lain-lain ).

Moda pergerakan yang paling banyak digunakan oleh wisman adalah kendaraan umum,

kemudian kendaraan pribadi dan terkhir jalan kaki.

Atraksi wisata yang paling menarik kunjungan wisman adalah pantai kemudian kehidupan

wisata, budaya.

Page 12: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Belanja 77,5 % Rekreasi 46,5 % Kerja 9,86 % Sosial/Ritual 49,3 %

Keluar Kawasan

Moda :

Jalan Kaki 1,4 %

Kendaraan Pribadi 85,9 %

Kendaraan Umum 4,63 %

Hunian Sistem Penghubung

Kerja 42,25 %

Moda :

Jalan Kaki 30,96 %

Kendaraan Pribadi 98,6 %

Kendaraan Umum 5,6 %

Dalam Kawasan

Belanja 67,6 % Kerja 38,62 % Rekreasi 36,62 % Sosial/Ritual70,42%

Gambar 1. Karakteristik Pergerakan Penduduk

(Sumber : Ekplorasi Lapang dan Analisis)

Luar kawasan

Moda :

Kendaraan Pribadi 40.7 %

Kendaraan Umum 48,2 %

Lain-lain 11,11 %

Istirahat 25,9 %

Belanja 51,65 %

Jalan-jalan 55,6 %

Cari teman baru 7,4 %

Kerja 14,8 %

Hotel Sistem Penghubung Bertemu Teman 18,5

Rumah Kebetulan Lewat 7,4 %

Moda : Lain-lain 7,4 %

Jalan 14,8 %

Pantai Budaya Kehidupan wisata Lain-lain

85, 2 % 37,04 % 29,63 3,7 %

Gambar 2 Karakteristik pergerakan wisman

( Sumber : Ekplorasi Lapang)

Page 13: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Luar kawasan

Moda :

Kendaraan Pribadi 59,38 %

Kendaraan Umum 18,75 %

Lain-lain 21, 875 %

Istirahat 15,63 %

Belanja 28,13 %

Jalan-jalan 43,75%

Cari teman baru 6,25 %

Kerja 25 %

Hotel Sistem Penghubung Bertemu Teman 18,75 %

Rumah Kebetulan Lewat 15,63 %

Moda : Lain-lain 6,25 %

Jalan 6,25 %

Pantai Budaya Kehidupan Wisata Lain-lain

65,5 % 25 % 28,13 % 9,4 %

Gambar 3 Karakteristik Pergerakan Wisnus

(Sumber : Ekplorasi Lapang)

D. PERILAKU DAN PERSEPSI PELAKU TENTANG SISTEM PENGHUBUNG

Persepsi ini dilakukan dengan teknik wawancara terhadap pengguna sistem penghubung di

Kelurahan Kuta (wisatawan, penduduk dan pedagang). Dengan mengetahui persepsi ini dapat

diketahui kekurangan dan kelebihan dari sistem penghubung di Kelurahan Kuta serta kondisi

yang diinginkan pemakai. Sedangkan perilaku diamati untuk dapat mengetahui karakteristik

pergerakan wisatawan di KP Kuta ini.

1. Masalah yang Mengganggu dan Menghambat Perjalanan

Berdasarkan kerangka teoritik yang ada, dapat diperkirakan permasalahan-permasalahan yang

mungkin ada dalam KP Kuta ini. Namun dengan pertimbangan bahwa teori bersifat sangat

umum, maka permasalahan tersebut diujikan pada pengguna sistem penghubung ini. Berikut

adalah daftar permasalahan yang dirasakan oleh pengguna mengganggu dan menghambat

perjalanan atau usahanya

Tabel 3 Daftar Permasalahan yang Dirasakan Responden Dalam Sistem Penghubung di Kuta

RESPONDEN WISMAN WISNUS PENDUDU

K

PENGUSAHA

MASALAH ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

Kesibukan lalu lintas / bising 66,67 68,75 3

Jaringan transportasi umum tidak lancar 12,68

Kemacetan Lalu Lintas 74,65

Sempitnya Jalur Jalan 63 43,75 35,21 6,1

Sempitnya Trotoar 37,4 40,6 7,04 15,15

Parkir Tepi Jalan 51,85 31,25 28,17

Trotoar dan jalan kurang teduh / kurang nyaman 44,5 18,75 24,24

Tidak ada fasilitas parkir 44,5 43,35 32,4

Parkir yang ada terlalu jauh 26,76 24,24

Page 14: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Padatnya lalu lintas 33,3 40,625 42,25 15,15

Iklim ( panas / hujan ) 18,52 34 4,23

Kurangnya penerangan 11,11 47 1,48

Trotoar kurang bersih 63 28,13 1,48

Kerumunan pedagang acung dan kaki lima 51,85 53 74,65 60,6

Kurangnya tempat peristirahatan dan kelengkapan jalan 29,63 9,4 5,63

Trotoar sering dibongkar pasang 26,76

Banjir saat hujan 28,17

Kurang aman di jalan 18,52 31,25 9,86 9,1

Sumber : Ekplorasi lapang

Dari permasalahan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah lalu lintas (kesibukan,

kemacetan, dan sempitnya jalan) merupakan masalah terbesar yang dirasakan pengguna.

Masalah tersebut hampir sama besarnya dengan masalah kerumunan pedagang acung yang

merupakan hambatan bagi pemakai jalan. Sempitnya trotoar dan parkir merupakan masalah

kedua yang dihadapi pengguna.

2. Harapan Responden Terhadap Perbaikan Sistem Penghubung

Dengan permasalahan yang dirasakan, responden memiliki harapan-harapan tertentu terhadap

usaha-usaha perbaikan yang dirasakan perlu dilakukan. Berikut daftar hal-hal yang perlu

diperbaiki menurut responden

Tabel 4 Daftar Usulan Perbaikan yang Diajukan Responden Terhadap Sistem Penghubung di Kuta

Responden Penduduk Pengusaha Wisnus Wisman

Harapan ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

Perlebar jalan 45,07 15,15 53,13 40,7

Mengatur Lalu Lintas 43,66 12,12

Perlebar Jalur Pejalan Kaki 18,18 34,375 22,22

Bebaskan jalan dari PKL dan PA 63,63 28,13 33,3

Jalan diperlebar, PA dibebaskan 3

Beri tempat sendairi bagi PKL dan PA 46,5 3 31,25 25,9

Penataan bangunan di sepanjang Jalan 7,04 3

Kelengkapan Pejalan Kaki 19,72 15,15 34,375 22,22

Bebaskan jalan dari parkir 43,75 44,1

Bebaskan jalan dari Lalu Lintas Kendaraan 18,75 3,7

Penciptaan jalan-jalan baru 25,35

Pisahkan jalur kendaraan dan orang 25 14,8

Bangun gedung/taman parkir / bawah tanah 23,94 21,21 21,875 37,4

( Sumber : Wawancara)

3. Perilaku Pelaku Kegiatan Dalam Sistem Penghubung

Perilaku pengguna dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap tiap jenis pelaku,

kegiatannya, waktu sehingga dapat diperoleh gambaran bagaimana pemanfaatan ruang sistem

penghubung di KP Kuta ini.

a. PERILAKU PENDUDUK

Menjawab masuknya sektor pariwisata yang begitu gencar, penduduk dengan tanggap

menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan wisatawan. Maka muncullah sepanjang sistem

penghubung fungsi-fungsi baru yang melayani kebutuhan wisatawan berupa : art shop,

restoran, tempat tukar uang, butik, pub, diskotik bercampur dengan fungsi-fungsi hunian

penduduk.

Dalam menjalankan fungsi tersebut penduduk masih tetap melakukan kegiatan ritualnya.

Kegiatan ini bisa terlihat sepanjang sistem penghubung seperti : penduduk yang meletakkan

Page 15: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

sesajennya di trotoar depan rumahnya tiap pagi, dan pada saat tertentu di perempatan jalan.

Selain kegiatan ritual yang rutin setiap pagi aktivitas lain adalah pada saat hari besar.

Penduduk menghias depan rumahnya dengan penjor dan ini terjadi sepanjang sistem

penghubung. Sisa-sisa kotoran dari pembuatan sajen dan penjor dibuang ditempat sampah

yang ada sepanjang sistem penghubung. Perilaku yang lain yang juga spesifik adalah pada

saat upacara besar seperti ngaben, Melasti dimana penduduk beriringan menuju Pura,

Banjar atau pantai melalui sistem penghubung dengan membawa semua perangkat

upacara. Pada upacara besar tertentu, sebagian jalan digunakan untuk upacara tersebut.

Juga kegiatan gotong royong membersihkan desa menjelang dan setelah upacara-upacara

tersebut. Kesemua perilaku tersebut digambarkan pada sketsa berikut.

Gambar 4 Perilaku penduduk dalam menggunakan koridor Jalan Legian

(Sumber: Pengamatan Lapang)

b. PERILAKU PEDAGANG

Pengusaha dan pedagang yang berada di KP Kuta terdiri dari bermacam golongan. Dari

pengusaha besar yang mengelola perhotelan berbintang atau supermarket besar ( matahari

) serta bank, pengusaha menengah yang mengelola perhotelan melati sampai pengusaha

kecil yang mengelola home stay, restoran, art shop, sampai pedagang acung dan kaki lima.

Pengusaha besar lebih memperhatikan bagaimana mendapatkan keuntungan dengan

memberikan kenikmatan pada pelanggannya. Mereka tidak begitu memperdulikan

kepentingan masyarakat setempat. Hal ini bisa dilihat bagaimana mereka berusaha memiliki

pantai untuk kepentingan mereka sendiri. Beberapa hasil dari kegiatan pengusaha besar

dalam menjalankan usahanya digagmbarkan dalam gambar 3.3.

Pengusaha menengah dan kecil juga lebih memperhatikan keindahan dari tempat usahanya

tanpa memperhatikan keserasian lingkungan. Hal itu dapat dilihat bagaimana masing-

masing pengusaha menonjolkan bangunannya sehingga terjadi persaingan penampilan tata

bangunan di sepanjang sistem penghubung.

Pedagang kaki lima (PKL) merupakan bagian yang paling dinamis dari pelaku kegiatan

ekonomi. Pedagang yang bersifat statis menempatkan barang dagangannya di sepanjang

sistem penghubung dengan menunggu pembeli. Umumnya pedagang ini menjual barang

kerajinan ( topi, ukiran dsb ). Sedang PKL yang bersifat dinamis biasa membawa barang

dagangannya dalam bentuk yang mudah dipindahkan dan dibawa, biasanya berbentuk

gerobak dorong ataupun tas. Pembawa gerobak dorong biasanya adalah penjual makanan

yang berhenti sewaktu-waktu disepanjang jalan ataupun trotoar. Pedagang kaki lima yang

membawa dagangannya dalam kotak atau tas disebut dengan pedagang acung. Barang

dagangannya biasanya adalah kacamata, dompet, arloji sampai barang ukiran. Cara

menjajakan dagangannya adalah dengan mengikuti dan mengejar calon pembeli sambil

menunjukkan barang dagangannya. Gambar 3.4. menggambarkan perilaku sektor informal

sepanjang sistem penghubung kawasan ini.

Page 16: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Lama berdagang para pengusaha di KP Kuta ini pada umumnya ( 93 % ) dari responden

pedagang / pengusaha ) lebih dari 8 jam sehari. Mereka mulai berusaha sejak pukul 08.00

Wita sampai pukul 21.00 bahkan banyak diantaranya sampai pukul 22.00 seperti pengusaha

restoran /pub /bar . Pengusaha diskotik bahkan sampai pagi ( sekitar pukul 05.00 Wita ).

Gambar 6 Perilaku pedagang dalam menggunakan koridor Jalan Legian

(Sumber: Pengamatan Lapang)

c. PERILAKU WISATAWAN

Kegiatan wisatawan di Kuta memang telah menghidupkan Kuta selama 24 jam. Siklus

kegiatan harian wisatawan di Kuta dimulai pukul 11.00 siang, saat wisatawan asing bangun

pagi. Kegiatan dilanjutkan dengan breakfast and lunch yang maksudnya adalah sarapan

dan makan siang yang dirangkap. Kemudian pergi ke pantai berjemur hingga menjelang

sore. Sebagian lagi berendam di kolam hotel. Sebagian berjalan-jalan baik untuk berbelanja

maupun menikmati potensi wisata lain. Sore hari wisatawan sebagian besar menghabiskan

waktunya untuk menikmati sun set, kemudian berjalan sepanjang sistem penghubung untuk

berbelanja atau sekedar menikmati keramaian. Pukul 19.00 sampai pukul 22.00 wisatawan

banyak yang menghabiskan waktunya untuk makan malam. Pukul 22.00. sampai pukul 24.00

mereka pergi ke pub atau bar dan dilanjutkan ke diskotik pukul 24.00 sampai pukul 04.00

untuk selanjutnya masuk kamar hotel (tidur) dan bangun sekitar jam 11.00 siang. Secara

tipikal, pola penggunaan waktu wisatawan dalam kawasan ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Berenang

&B

erje

mur

Breakfast & Lunch

Sunset

Jalan-jalan

Din

ner

Bangun

Dis

ko

Tidur

Minum

Siklus Kegiatan Wisatawan di Kuta( Sumber : Pengamatan Perilaku , 1996 )

Gambar 7 Siklus kehidupan wisatawan di KP Kuta

(Sumber: Pengamatan Lapang)

Keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilihat sepanjang sistem penghubung di Kuta. Saat menuju

fasilitas-fasilitas tersebut wisatawan asing bergerak baik sendiri-sendiri maupun berkelompok.62

Page 17: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

% dari responden berjalan dalam bentuk rombongan dimana 30 % adalah rombongan lebih dari 2

orang, 32 % dua orang.Sisanya , 38 % berjalan sendiri.

Pada umumnya wisatawan asing ( Eropa, Amerika maupun Jepang ) sangat menyukai cahaya

matahari. Itulah sebabnya panas bukan menjadi halangan pergerakannya. Dan itu bisa

disaksikan bagaimana mereka beraktifitas sepanjang sistem penghubung dan pantai pada siang

hari. Malam hari sehabis beraktifitas banyak dari mereka yang mabuk keluar dari pub, bar atau

diskotik dan berjalan terhuyung-huyung menuju penginapannya.

Hujan adalah kondisi yang tidak disukai wisatawan. Hal itu bisa dilihat dari sepinya Kuta saat

hujan atau bergerombolnya mereka di depan bangunan yang mempunyai arkade bila terjebak

dalam hujan.

Wisatawan tidak menyukai pedagang acung. Ini terlihat bagaimana usaha mereka menghindari

diri dari kejaran mereka. Yang mereka sukai adalah justru PKL yang statis. Dalam beberapa foto

ini tampak merekalah yang mendekat. Keseluruhan perilaku diatas dapat digambarkan dalam

foto-foto dan sketsa berikut.

Sebagian besar wisnus datang dalam bentuk rombongan terutama pada masa-masa liburan

sekolah atau hari raya ( Idhul Fitri, Natal, Tahun Baru ). Sasaran utama para wisnus yang datang

berombongan ini adalah pantai dengan sunsetnya, sehingga memenuhi pantai. Berbelanja

adalah kegiatan mereka sepanjang perjalanan menuju pantai setelah turun dari kendaraan (bus)

nya. Wisnus yang datang tidak berombongan biasanya memilih waktu sesuai yang mereka

inginkan misalnya malam hari untuk ke diskotik atau sore hari untuk menikmatai suasana

kepriwisataan.

Bagiann yang paling tidak disukai wisnus adalah sinar matahari tengah hari. Hal itu dapat dilihat

sepinya wisnus saat siang hari. Mereka hanya memenuhi Kuta saat Sunset dan malam hari.

Dengan demikian kegiatan wisnus sangat terpengaruh dengan pola kegiatan wisman.

Gambar 8 Perilaku wisatawan dalam menggunakan koridor Jalan Legian

(Sumber: Pengamatan Lapang)

III. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN KORIDOR

LEGIAN

Dari tiga komponen sistem penghubung, komponen lingkungan akan merupakan dasar dari

penataan. Komponen lingkungan biogeofisik dan pantai merupakan potensi yang akan digunakan

semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas (fungsional dan visual serta lingkungan)

sistem penghubung. Komponen lingkungan non fisik (karakteristik pergerakan sosial, ekonomi,

budaya) akan merupakan faktor yang menentukan perancangan sistem penghubung KP Kuta.

Tujuan pergerakan, moda pergerakan, karakteristik manusia (usia, ekonomi dan sebagainya),

Page 18: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

bentuk pergerakan yang mayoritas berkelompok adalah pertimbangan utama yang akan

digunakan dalan penataan sistem penghubung kawasan ini.

Dengan karakteristik seperti tersebut di atas fasilitas kepariwisataan yang disediakan harus

murah, dapat mengekspresikan jiwa muda yang dinamis, bebas, tidak formal namun tidak

mengurangi tuntutan kenyamanan yang dibutuhkan wisatawan. Tujuan utama ke KP Kuta adalah

pantai, maka kegiatan wisman muda adalah rekreasi pantai yang bersifat menantang alam

seperti berselancar, berenang dan sebagainya sehingga fasilitas-fasilitas yang akan disediakan

setidaknya mengacu pada kegiatan wisman muda tersebut

Karakter pergerakan yang rekreatif menuntut rancangan sistem penghubung yang dinamis,

santai dan bebas serta dapat dilakukan dalam kondisi cuaca yang bagaimanapun sesuai dengan

karakter tersebut. Kendala yang harus dihadapi adalah bahwa karakter jalan utama KP Kuta

merupakan jalan yang lurus dan sempit dengan tata bangunan yang tidak teratur serta tidak

memiliki perlindungan bagi pejalan kaki pada saat hujan.

1. Implementasi dalam penentuan Tata Guna Lahan

Pola pergerakan wisatawan yang berasal dari hotel dan permukiman penduduk menuju pantai

dan fasilitas pariwisata (restoran, art shop)dan penduduk ke fasilitas-fasilitas publik

mempengaruhi tata guna lahan kawasan Kuta.

Kawasan tepi pantai digunakan sebagai koridor pariwisata tempat tujuan pergerakan sekaligus

asal peregerakan dengan volume pergerakan yang besar koridor ini dikelompokkan dalam

fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Koridor rekreasi yang berada di tepi pantai

2. Koridor permukiman campuran yang terletak di antara pantai dan koridor Jl. Legian

3. Koridor komersial di sepanjang Jalan Legian

Untuk mendukung fungsi koridor tersebut, fungsi bangunan yang boleh diletakkan dalam masing-

masing koridor harus sesuai dengan peruntukan tersebut sehingga tercipta sistem pergerakan

yang nyaman bagi semua civitas.

2. Implementasi dalam menentukan lebar jalur pedestrian

Dengan karakteristik pergerakan yang cenderung bergerombol, kebutuhan lebar jalan

disesuaikan dengan karakter pergerakan tersebut. Lebar jalan minimal untuk pergerakan 2

orang pejalan kaki adalah 1.80 m. Dengan demikian trotoar tepi jalan minimal adalah 1,8 m.

Untuk jalur pejalan di koridor komersial maka lebar pedestrian tersebut akan berbeda dengan

koridor permukiman ataupun koridor rekreasi. Implementasi dari hasil penelitian tersebut

adalah sebagai berikut.

Gambar 9 Potongan rancangan koridor Jalan Legian

(Sumber: Pengamatan Lapang)

Page 19: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

Gambar 10 Siteplan koridor jalan Legian

Gambar 11 Implementasi penelitian pada penentuan lebar pedestrian pada koridor komersial (kiri)

dan koridor permukman (kanan)

3. Implementasi dalam menentukan sistem sirkulasi dan parkir

Volume pergerakan yang besar pada pagi dan malam hari di Jalan Legian memerlukan ruang

yang diutamakan untuk pejalan kaki. Untuk itu dalam perancangan, Jalan Legian

direkomendasikan sebagai Jalur Pedestrian Penuh terutama pada malam hari. Untuk itu

manajemen pengaturan waktu untuk kendaraan distribusi barang diperlukan. Pada malam hari

sirkulasi kendaraan harus dialihkan sehingga pedestrian tersebut aman dan nyaman bagi pejalan

kaki. Pada siang hari kendaraan dilarang parkir di sepanjang Jalan Legian.

Penciptaan kantong-kantong parkir juga dibutuhkan untuk memperlancar jalur sirkulasi seluruh

kawasan Kuta. Memaksimalkan penggunaan sentral parkir di Jalan Raya Kuta, melarang bus

pariwisata yang relatif besar masuk kawasan Kuta, dan mendistribusikan wisatawan dalam suttle

bus yang lebih kecil merupakan rekomendasi rancangan.

Page 20: PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PERANCANGAN … · II. KARAKTERISTIK PERGERAKAN DI KAWASAN PARIWISATA KUTA A. JENIS DAN JUMLAH PELAKU PERGERAKAN Dengan peningkatan jumlah wisatawan

IV. SIMPULAN 1. Penelitian tentang karakteristik pergerakan di kawasan Kuta dapat digunakan sebagai

dasar perancangan sistem penghubung di kawasan ini sehingga dapat diciptakan

lingkungan binaan yang nyaman, aman, dan bercita rasa lokal.

2. Selain volume, arah, dan tujuan pergerakan hal lain yang menentukan adalah

karakteristik lingkungan alam yang akan mempengaruhi perancangan sistem

penghubung yang nyaman pada iklim pantai termasuk di dalamnya penempatan

peneduh, arkade serta orientasi bangunan.

REFERENSI

Altman, Irwin, Rapoport, Amos and Wohlwill, Joachim F. ed.(1980), Human Behavior and Environment : Advances In Theory And Research, Volume 4 : Environment and Culture, Plenium Press, New York

Black, John (1981), Urban Transport Planning, Theory and Practice, Croom Hlem, London Danisworo, Mohammad (1992 - 1995), Kumpulan Makalah, Program Pasca Sarjana , Program

Studi Arsitektur, Institut Teknologi Bandung Gibbons, Johanna and Milne, Terry (1992), Urban Streetscapes, Van Nostrand Reinhold, New

York Hass-Klau, Carmen (199 ), The Pedestrian and City Traffic, Belhaven Press, London Inskeep, Edward (1991), Tourism Planning : An Integrated And Sustainable Development

Approach , Van Nontrand Reinhold, New York Inskeep, Edward and Kallenberger, Mark (1992), An Integrated Approach To Resort

Development, WTO, Madrid Jacobs, Allan. B (1995), Great Streets , MIT Marler, N.W. (1985), Transport Planning, Materi Kuliah Pasca Sarjana Planologi Institut

Teknologi Bandung. Moudon, Anne Vernez ed.(1987), Public Streets For Public Use, Van Nostrand Reinhold , USA Moughtin, James Cllifford (1992), Urban Design : street and square, Part Of Reed

International, Great Britain Paturusi, Syamsul Alam (1988), Pengaruh Pariwisata Terhadap Pola Tata Ruang Perumahan

Tradisional Bali, Thesis S2 Planologi ITB Pushkarev, Boris S and Zupan, Jeffrey M (1975), Urban Space For Pedestrian, The MIT Press,

Cambridge Rotenberg, Robert and Mc Donogh, Gary, The Cultural Meaning Of Urban Space, Bergin &

Garvey , London Shirvani, Hamid (1985), The Urban Design Process , Van Nostrand Reinhold Company, New

York Short, John R. (1987), An introduction to urban geography. Londres : Routledge & Kegan

Paul, 259 p. Unterman, Richard K. (1984), Accomodating The Pedestrian, Van Nostrand Reinhold, Inc, USA WTO ( 1993 ), Sustainable Tourism Development : Guide For Local Planners, Madrid Zeisel, John (1981), Inquiry By Design, Cambridge University Press