PEMANFAATAN GELATIN TULANG IKAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI MAKANAN BERBASIS SINGKONG SKRIPS I OLEH : PADUARTAMA TANDIPUANG L 231 07 008 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMANFAATAN GELATIN TULANG IKANUNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZIMAKANAN BERBASIS SINGKONG
S K R I P S I
OLEH :PADUARTAMA TANDIPUANG
L 231 07 008
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
PEMANFAATAN GELATIN TULANG IKANUNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZIMAKANAN BERBASIS SINGKONG
S K R I P S I
PADUARTAMA TANDIPUANGL 231 07 008
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada
Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pemanfaatan Gelatin Tulang Ikan Untuk Meningkatkan NilaiGizi Makanan Berbasis Singkong
Dekan Ketua Program StudiFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Pemanfaatan Sumberdaya PerikananUniversitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. A. Niartininsih, M.P. Dr.Ir.St.Aisjah Farhum, M.SiNIP : 1961 1201 198703 2002 NIP : 1969 0605 199303 2002
Tanggal Pengesahan: Februari 2012
ABSTRAK
PADUARTAMA TANDIPUANG. L231 07 008. Pemanfaatan Gelatin Tulang IkanUntuk Meningkatkan Nilai Gizi Makanan Berbasis singkong. Dibawah BimbinganMetusalach sebagai Pembimbing utama dan Kasmiati sebagai PembimbingKedua.
Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan gelatin yangdiproduksi dari tulang ikan terhadap kadar protein dan penerimaan konsumenpada makanan tradisional berbasis singkong khas Sulawesi Selatan.
Dalam penelitian ini dilakukan uji kadar protein dan uji organoleptik padamakanan bergelatin (tara’jong, kaddo boddong, dan bandang singkong) dengan15 panelis untuk mengetahui mutu makanan yang telah diberi perlakuan gelatin.Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Variasipenambahan gelatin dimulai dari 0% (kontrol), 5, 10, 15, dan 20% pada produkdengan masing-masing 3 kali ulangan. Data dianalisa menggunakan ANOVAdengan kepercayaan 95% untuk melihat pengaruh perlakuan. Beda nyataperlakuan diuji dengan Bonfferoni Multiple Comparison Test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar protein secarasignifikan pada produk seiring dengan bertambahnya kosentrasi gelatin yangdiberikan. Kadar protein produk meningkat antara 1,29 – 4,78 kali lipat padatara’jong, 11,71 – 33,05 kali lipat pada kaddo boddong, dan 10,16 – 31,36 kalilipat pada bandang. Kandungan protein dapat diduga dengan persamaan regresi: Y= 3,254 + 0,683X, R2= 0,974 (tara’jong); Y= 1,634 + 0,763X, R2= 0,951(kaddo boddong); Y= 1,220 + 0,789X, R2= 0,975 (bandang singkong). Pada ujiorganoleptik panelis menyukai tara’jong bergelatin dengan konsentrasi 10%,kaddo boddong 5%, dan bandang singkong5%.
Kata Kunci: gelatin, tulang ikan, singkong, tara’jong, kaddo bodong, bandangsingkong.
RIWAYAT HIDUP
PADUARTAMA TANDIPUANG dilahirkan di Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 24 April
1988, dari pasangan ayah Kharisma dengan ibu
Kornelia, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Mempunyai adik perempuan Maydelin Tandipuang dan
adik bungsu laki-laki Primarama Tandipuang.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman
kanak-kanak Dharmarini Yogyakarta pada tahun 1996,
sekolah dasar di SD Bobkri Gondolayu Yogyakarta pada tahun 2001. Lalu
penulis mengambil pendidikan Sekolah menengah Pertama di SMP Neg. 14
Yogyakarta tahun 2011 kelas 1 dan kelas 2. Kelas 3, penulis pindah ke Sulawesi
Barat dan lulus Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Polewali
Mandar pada tahun 2004. Penulis melanjudkan studi Pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Neg. 1 Polewali Mandar tahun 2007 Kab. Polewali
Mandar, Prov. Sulawesi Barat.
Puji Tuhan pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi salah satu
mahasiswa Universitas Hasanuddin melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB) pada pilihan pertama dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswa
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan meraih gelar sarjana perikanan pada
tahun 2012.
Selama kuliah, Penulis aktif di Persekutuan Keluarga Besar Mahasiswa
Kristen Fakultas Peternakan dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Jurusan
Perikanan Unhas (KBMK-FAPETRIK UH) sebagai pengurus pada bidang
Persekutuan Besar (PB) periode 2009/2010 dan sebagai DPP periode
2010/2011.
KATA PENGANTAR
Segala kemuliaan bagi Allah Tri Tunggal, Tuhan Yesus Kristus untuk
kasih dan penyertaan-Nya yang nyata sehingga penulis dapat menyelesaikan
sdudi, melaksanakan penelititan serta dapat menyelesaikan laporan hasil
penelitian (skripsi) dengan judul “Pemanfaatan Gelatin Tulang Ikan Untuk
Meningkatkan Nilai Gizi Makanan Berbasis Singkong”.
Penulis menyadari bahwa dalam menjalani kegiatan penelitian sampai
menyelesaikan laporan akhir (skripsi) ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak. Dengan demikian melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Kedua orang tuaku yang terkasih Ir. Kharisma, M.P dan Kornelia Maloga di
Mamasa, serta adik-adikku dek Idel dan dek Prima yang selalu memberikan
semangat.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc selaku orang tua wali sekaligus dosen
pembimbing utama yang telah memberi banyak arahan selama penulis
melakukan penelitian Ibu Kasmiati, STP. M.P selaku dosen pembimbing
kedua yang telah banyak memberikan bantuan saat penelitian sampai pada
penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan selalu memberikan
A. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Tujuan dan Kegunaan....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4A. Sifat Kimia Gelatin............................................................................. 4B. Aplikasi Gelatin ................................................................................. 5C. Pembuatan Gelatin ........................................................................... 6D. Perkembangan Penelitian Gelatin ..................................................... 8E. Singkong dan Makanan Berbasis Singkong ...................................... 9
1. Singkong ..................................................................................... 92. Makanan berbasis singkong.......................................................14
III. METODE PENELITIAN..........................................................................16A. Waktu dan Tempat...........................................................................16B. Bahan dan Alat ................................................................................16C. Prosedur Penelitian..........................................................................17
1. Produksi Gelatin.........................................................................172. Pemurnian Gelatin......................................................................233. Aplikasi Gelatin pada Makanan Berbasis Singkong....................23
D. Pengujian Sampel Produk................................................................241. Pengujian Kadar Protein.............................................................242. Pengujian Organoleptik ..............................................................24
E. Rancangan Percobaan ....................................................................25F. Analisis Data ....................................................................................25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................26A. Kadar Protein Produk.......................................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................53A. Kesimpulan ......................................................................................53B. Saran ...............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Teks
Nomor Halaman
1. Komposisi Kandungan Gizi dan Energi pada Singkong ........................... 12
2. Kandungan Zat Pati pada Beberapa Jenis Bahan Pangan ...................... 13
3. Negara Produsen Utama Singkong dan Tingkat Produksinya.................. 14
4. Kelipatan Peningkatan Kadar Protein Produkyang Disuplementasi Gelatin yang Diekstrak dari Tulang Ikan................. 34
5. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Produk Tara’jongyang Ditambahkan Gelatin Tulang Ikan pada Konsentrasi Berbeda......... 36
6. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Produk Kaddo Boddongyang Ditambahkan Gelatin Tulang Ikan pada Konsentrasi Berbeda......... 40
7. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Produk Bandang SIngkongyang Ditambahkan Gelatin Tulang Ikan pada Konsentrasi Berbeda......... 43
8. Konsentrasi Gelatin Tulang Ikan yang Ditambahkanpada Makanan Berbasis Singkong yang Disukai Konsumen .................... 48
DAFTAR GAMBAR
Teks
Nomor Halaman
1. Pohon Singkong .............................................................................. 10
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dapat memproduksi
singkong dalam jumlah yang banyak. Terbukti pada tahun 2008, Indonesia
berada pada peringkat kelima sebagai negara terbanyak dalam memproduksi
singkong setelah Niger, Somalia, Thailand, dan Brazil (Tabel 3).
Tabel 3. Negara produsen utama singkong dan tingkat produksinya
Posisi Negara Jumlah(Ton)
1 Niger 44.582.0002 Somalia 38.442.0003 Thailand 27.565.6364 Brasil 25.877.9185 Indonesia 21.593.0526 Republik Demokratik Kongo 15.019.4307 Ghana 9.650.0008 Vietnam 9.395.8009 India 9.053.900
10 Angola 8.840.00011 Tanzania 6.600.00012 Uganda 5.072.00013 Mozambik 5.038.62314 Paraguay 4.800.00015 Republik Rakyat Cina 4.361.57315 Kamboja 3.676.232
Total Produksi 232.950.180
4. Makanan Berbasis Singkong
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa namun apabila dimakan
mentah dapat berdampauk racun. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit
tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam
sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per
kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang
rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat
diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.
Di Indonesia terdapat beragam jenis makanan lokal yang berbahan dasar
dari singkong. Ada yang berupa nonadonan (tanpa melalui proses pencampuran
dengan bahan lain) biasanya hanya berupa irisan singkong yang langsung
direbus atau digoreng dan ada juga yang berupa adonan (melalui tahapan
pencampuran dengan bahan lain) biasanya dimulai dengan singkong yang
diparut. Makanan dari singkong berupa non adonan pada umumnya disajikan
sebagai makanan pokok pengganti beras, sedangkan yang berupa adonan
biasanya berupa kue. Terdapat lebih dari sepuluh jenis makanan tradisional di
Indonesia yang berbahan dasar singkong antara lain : kue bolu singkong, kue
Dari kelima parameter baik warna, aroma, tekstur, kekenyalan, dan citarasa
pada ketiga jenis produk (tara’jong, kaddo boddong, dan bandang singkong),
seluruhnya dipengaruhi oleh adanya perlakuan gelatin. Parameter yang paling
dipengaruhi oleh adanya perlakuan gelatin tersebut umumnya adalah parameter
warna dan aroma.
Semakin bertambahnya konsentrasi gelatin, maka aroma gelatin menjadi
semakin kuat. Aroma ini mempengaruhi aroma pada produk sehingga
mengurangi kesukaan panelis pada makanan bergelatin dengan penambahan
gelatin yang semakin tinggi. Aroma gelatin yang tercium seperti bau ikan kering
pada produk disebabkan karena hasil dari pemurnian gelatin yang belum
sempurna pada proses deodorasi. Anonim (200...) melaporkan bahwa pada
sejumlah kasus, meskipun gelatin yang digunakan dalam formulasi produk
tertentu tidak bau (odorless gelatin), namun bau gelatin dapat muncul kembali
ketika bercampur dengan bahan-bahan lainnya pada pembuatan produk akhir.
Adanya warna coklat dari gelatin pada produk juga mempengaruhi
penilaian panelis. Warna produk tanpa perlakuan menjadi semakin memudar dan
berubah menjadi warna coklat. Warna coklat pada produk semakin kuat dengan
semakin bertambahnya gelatin yang diberikan pada produk. Warna coklat yang
masih ada pada gelatin ini juga disebabkan karena pemurnian gelatin yang
belum sempurna saat proses dekolorasi.
Hal ini bukan disebabkan karena jenis larutan (butanol) yang digunakan
sebagai pelarut pada proses pemurnian gelatin. Akan tetapi gelatin yang belum
sempurna terdekolorasi dan terdeodorasi ini disebabkan karena kurang tepatnya
perbandingan antara pelarut dengan bahan yang akan dilarutkan. Perbandingan
antara bahan pelarut (butanol) dan bahan yang dilarutkan (gelatin) tersebut
terlalu kecil. Inilah yang menyebabkan gelatin yang dihasilkan belum sempurna
terdekolorasi dan terdeodorasi karena pelarut cepat jenuh untuk melarutkan zat
yang akan dilarutkan yang terdapat pada gelatin. Jika perbandingannya
diperbesar menjadi 1:3 atau 1:5, maka kemungkinan gelatin yang dihasilkan
akan jauh lebih baik karena dapat terdekolorasi dan terdeodorasi dengan
sempurna. Sebab gelatin dapat dikatakan sempurna pada saat pemurnian,
gelatin tersebut berwarna putih dan tidak memiliki bau.
Produk yang telah diaplikasikan dengan gelatin harus memiliki sifat yang
hampir sama atau serupa dengan produk tanpa gelatin sebab produk asli telah
diterima oleh konsumen. Maka dari itu penambahan gelatin pada makanan
berbasis singkong, diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pada makanan dan
diupayakan agar konsumen tetap menyukai makanan yang telah disuplementasi
dengan gelatin.
Salehifar et al. (2010) meneliti perbedaan ciri sensoris, tektur dan
kemunduran mutu roti taftoon pipih yang dibuat dari tiga tepung yang berbeda
kandungan protein (9.4, 11.5 dan 13.5%) dan berbeda kualitas proteinnya
(volume sedimentasi Zeleney 16.25, 22.75 dan 23.25 ml). Para peneliti tersebut
menemukan adanya perbedaan-perbedaan ciri sensoris antar roti taftoon pipih
yang dihasilkan menunjukkan bahwa tepung yang berkualitas dan berprotein
tinggi tidak membentuk lembaran dan tidak mengembang pada kondisi suhu
tinggi dalam waktu singkat, dan karenanya tidak cocok untuk pembuatan roti
taftoon tersebut. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa tepung
dengan kandungan protein 11.5% menghasilkan roti taftoon pipih dengan ciri
sensoris yang lebih baik dan waktu simpan yang memadai. Peningkatan
kandungan protein tepung juga menyebabkan meningkatnya penyerapan air
(masing-masing 64.05, 66.05 dan 74.5% pada tepung berprotein 9.5, 11.5 dan
13.5%). Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kualitas dan kuantitas protein
mempengaruhi parameter reologi adonan, tetapi pengaruh kandungan protein
pada penyerapan air lebih besar. Tepung yang kualitas dan kuaqntitas
proteinnya lebih tinggi menghasilkan adonan yang lebih elastis.
Hasil penelitin Salehifar et al. (2010) menunjukkan bahwa kualitas roti pipih
(flat breads) tergantung antara lain pada sifat teksturalnya selama penyimpanan.
Sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas protein dalam
tepung. Temuan serupa telah dilaporkan sebelumnya oleh Faergestad et al.
(2000) bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas protein mempengaruhi adonan,
menyebabkan parameter farinograf dan ekstensograf meningkat, tetapi kualitas
protein merupakan faktor yang lebih menentukan. Quail et al. (1990) telah
melaporkan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan kandungan protein antara pan
bread dengan flat bread (roti pipih). Berbeda dengan adanya hubungan linier
antara kandungan protein dengan volume roti pada pan bread, hubungan
parabolik telah dilaporkan antara kandungan protein dengan kualitas flat bread,
dan bahwa kualitas protein memiliki peran yang lebih penting dalam
memproduksi roti semacam itu. Perbedaan tersebut setidaknya dapat
dihubungkan dengan perbedaan sifat adonan dan kombinasi suhu-waktu yang
digunakan pada saat pemanggangan roti. Adonan pan bread memiliki rasio yang
lebih rendah antara luas permukaan dengan volume, tetapi flat bread
dipanggang dari adonan yang sangat tipis (1 – 3 mm) dan adonan harus mampu
mengembang (Toufeili et al., 1999). Mac Ritchie et al. (1991) menjelaskan bahwa
flat bread membutuhkan waktu pemanggangan yang lebih singkat dibandingkan
dengan waktu pemanggangan untuk pan bread sehingga adonan yang
digunakan untuk flat bread harus mengembang cepat selama pemanggangan
yang waktunya singkat. Temuan Salehifar et al. (2010) mengindikasikan bahwa
adonan yang elastis (tinggi protein) tidak cocok/tidak kompatibel dengan
cepatnya udara mengembang pada saat pemanggangan flat bread, tetapi roti
yang terbuat dari tepung berprotein lebih tinggi lebih lambat mengeras dandaya
simpannya lebih lama.
Wianecki (2007) menambahkan daging ikan dan cumi-cumi yang dibuat
bervariasi antara 6.4 dan 24.4% dengan interval 2.9% ke dalam vektor berupa
campuran 1:1 antara menir jagung dan beras (ukuran menir < 1 mm)l untuk
memproduksi makanan ringan. Peneliti tersebut menemukan adanya
kecenderungan terhadap menurunnya daya mengembang dengan meningkatnya
jumlah daging yang ditambahkan, khususnya terlihat pada sampel yang
mengandung daging ikan bream. Hal serupa telah pula dilaporkan oleh Clayton
(1992) dan Maga dan Reddy (1985). Indeks ekstrudat pada sampel yang
mengandung 6 – 24% daging ikan bream menurun dari 4 ke 2.9. Menurunnya
daya mengembang diakibatkan oleh terbentuknya lapisan tipis (film) dari protein
pada vektor kanji (Wianecki, 2007). Kemungkinan lain penyebabnya adalah
tingginya sensitivitas protein daging ikan dan hewan air lainnya terhadap
denaturasi oleh panas (Sikorski et al., 1994). Meskipun demikian, besarnya
manfaat protein daging ikan sebagai komponen untuk meningkatkan nilai gizi
tetap fidak diragukan.
Wianecki (2007) menemukan bahwa pengkayaan dengan protein pada
makanan ringan (snack food) menyebabkan produk kurang mengembang dan
menjadi lebih keras, sebagaimana yang telah dilaporkan oleh Smietana et al.
(1985) dan Yamaguchi et al. (1988). Namun, penambahan daging ikan bream
yang dicuci ke dalam vektor kanji meningkatkan daya mengembang
dibandingkan dengan sampel tanpa penambahan daging ikan. Jadi, protein
miofibril daging ikan dapat dianggap lebih cocok untuk membentuk tekstur
dibandingkan dengan protein utuh daging ikan. Hal ini dapat diambil sebagai
bukti pentingnya peranan ikatan sulfur dalam pembentukan tekstur oleh protein.
Choudhury et al. (1998) menemukan bahwa energi mekanik spesifik, rasio
mengembang, dan indeks kelarutan dalam air menurun sejalan dengan
meningkatnya penambahan daging ikan. Namun dilaporkan pula bahwa daging
ikan salmon (pink salmon) dapat ditambahkan ke dalam komposisi yang
mengandung kanji atau tepung untuk meningkatkan kandungan protein makanan
ringan yang mengembang (expanded snack food) tanpa mengurangi sifat yang
diinginkan dari produk.
Secara umum, penambahan hidrokoloid pada pembuatan roti memperbaiki
stabilitas dan kualitas adonan seperti meningkatnya penyerapan air, volume
spesifik roti, dan sifat-sifat viskoelastik (Tavakolipour and Kalbasi-Ashtari, 2006).
Kohajdová dan Karovicová (2008) dalam penelitiannya terhadap beberapa jenis
hidrokoloid menyimpulkan bahwa semua jenis hidrokoloid yang digunakan
secara positif mempengaruhi stabilitas adonan dan membuktikan lebih tingginya
kemampuan menyerap air. Pengaruh hidrokoloid terhadap sifat sensoris roti
antara lain adalah kemampuannya menghasilkan tekstur roti yang lembut dan
mempertahankan kekompakannya.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada tujuan penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi terbaik pada gelatin yang ditambahkan untuk produk tidak
secara signifikan mengurangi nilai karakter asli produk tersebut yaitu :
tara’jong pada konsentrasi 10%, kaddo boddong pada konsentrasi 5%, dan
untuk bandang singkong pada konsentrasi 5%.
2. Ketiga produk yang telah disuplementasi dengan gelatin tulang ikan
menunjukkan peningkatan kadar protein yang signifikan mulai dari
konsentrasi 0% sampai pada konsentrasi 20%.
B. SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut. Penelitian lanjutan ini kiranya lebih diperhatikan dalam
penggunakan perbandingan bahan pelarut dan bahan yang dilarutkan agar
gelatin dapat terdekolorasi dan terdeodorisasi dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Aggy, F., Safitri, R. M., Nindia, M. H. S., Hasan, M., dan Thah, H. M. 2011.Pembuatan soft sandy yoghurt. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Brawijaya. Malang.
Alfaro, D. T., da Costa, C. S., Fonseca, G. G., Prentice, C. 2009. Effect ofextraction parameters on the properties of gelatin from king weakfish(Macrodon ancylodon) Bones. J. Food Science and TechnologyInternational, 15(6) : 553-562.
Anonim, 200... Fish Gelatin: Characteristics and Application. Feil! Stil er ikkedefinert, NORFICO Study Report. 40 pp.www.rubin.no/.../markedsrapport_gelatin.pdf. Diakses 7-6-2011.
AOAC. 1995. Association of Analytical Chemists. Official Methods of Analysis.Washington, D.C.
Arnesen. T. A. and Gildberg, A. 2006. Extraction of muscle proteins and gelatinfrom cod head. J. Process Biochemistry. 41(3) : 697-700.
Astawan, M. P., Haryadi, A., dan Mulyadi. 2002. Analisis sifat reologi gelatindari kulit ikan cucut. J. Tek. dan Industri Pangan.13(1) : 38.
Baziwane, D. and He, Q., 2003. Gelatin: The paramount food additives. FoodReviews International.19 (4) : 423-435.
Chan, H. T., Jr. 1983. Handbook of Tropical Foods. Marcel Dekker Inc., NewYork and Bassel.
Choi, S. S. and Regenstein, J. M. 2000. Psycochemical and sensorycharacteristics of fish gelatin. J. Food Sci. (65) : 194-199.
Choudhury, G.S., Gogoi, B.K. and Oswalt, A.J., 1998. Twin-screw extrusion pinksalmon muscle and rice flour blends: Effects of kneading elements. J.Aquatic Food Prod. Technol., 7 (2):69-91.
Clayton, J.T., 1992. Post extrusion puffing of glassy extrudates made from riceflour with additions of 10, 20, and 30% dewatered fish tissue. In Bligh,E.G. (Ed.), Seafood Science and Technology. Fishing News Books,Halifax. p. 137-148.
Courts, A and Johns, P. 1977. Relationship between collagen and gelatin. J. Sci.and Techn. Gel. Academic Press. New York.
Emoto, M., 2002. Gelatinous food product and process for preparing the same.United States Patent No. US 6,458,395 B1, October 1, 2002.
Faergestad, E. M., Molteberg, E. L. and Magnus, E. M., 2000. Interrelationshipsof protein composition, protein level, baking process and thecharacteristics of hearth bread and pan bread. Journal of Cereal Science,31(3):309-320.
Fernandez-Diaz, M. D., Montero, P., and Gomez-Guillen, M. C. 2003. Effect offreezing fish skins on molecular and rheological properties of extractedgelatin. J. Food Hydrocolloids. 17(3) : 281-286.
Glicksman, M. 1969. Gum Technology in Food Industry. Academic Press. NewYork.
Gomez, K. A., and Gomez, A. A. 1995. Prosedur Statistik untuk PenelitianPertanian. UI Press. Jakarta.
Gomez-guillen, M. C., Giamenez, B., and Montero, P. 2005. Extraction of gelatinfrom fish skins by high pressure treatment. J. Food Hydrocolloids. 19(5) :923-928. Herison. Penerbit ITB, Bandung.
Johan, T., Kemala, J., Mutsnaini, L., Fomalhaut, M. A., Siswandi, M. N.,Nurjannah, M. (….). Gelatin. Dalam www.scribd.com/doc/50705354.Diakses tanggal 15 Desember 2011.
Karim, A.A. and Bhat, R., 2009. Fish gelatin: properties, challenges, andprospects as an alternative to mammalian gelatins. Food Hydrocolloids,23:563–576.
Kohajdová, Z. and Karovicová, J., 2008. Influence of hydrocolloids on quality ofbaked goods. Acta Sci. Pol. Technol. Aliment., 7(2):43-49.
MacRitchie, F., Kasarda, D. D. and Kuzmicky, D. D., 1991. Characterization ofwheat protein fractions differing in contributions to breadmaking quality.Cereal Chemistry, 68(2):122-130.
Maga, J.A. and Reddy, T., 1985. Coextrusion of carp (Cyprinus carpio) and riceflour. J. Food Process. Preserv. 9:121-127.
Mahrus, A. 2009. Gelatin Protein yang Unik. Dalamhttp://nakedfisher.blogspot.com / 2009 / 05 / gelatin-protein-yang-unik.html. Diakses tanggal 11 Desember 2011 pukul 19.00 WITA.
Metusalach, Kasmiati, dan Nadiarti. 2007. Ekstraksi gelatin dari tulang ikanmandidihang (Thunnus albacares) menggunakan konsentrasi asamasetat dan lama perendaman yang berbeda. J. Ilmu Kelautan DanPerikanan. 14 (5) : 256-264.
Nagatsuka, N., Sato, K., Harada, K. and Nagao, K., 2007. Radical scavengingactivity of nikogori gelatin gel food made from head, bone, skin, tail andscales of fishes measured using the chemiluminescence method.International Journal of Molecular Medicine, 20: 843-847.
Nugrowati, Y. 2011. Tanaman Singkong. http://yulinug.blogspot.com/2011/01/tanaman-singkong.html. Diakses Tanggal 15 Desember 2012.
Pranoto, Y. 2006. Potensi Gelatin Ikan untuk Menggantikan Gelatin Mamalia diBidang Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Purhadi. 2010. Pengaruh Tingkat Penambahan Gelatin dan Lama PenyimpananDalam Refrigerator Terhadap Kadar Protein dan Kadar Lemak PadaYogurt set. UPT Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh November.
Quail, K. J., Master, G. and Wooton, M., 1990. Effect of baking temperature/timeconditions and dough thickness on Arabic bread quality. Journal of theScience of Food and Agriculture, 53(4):527-540.
Rubatzky, V. E., and Yamaguchi, M. 1995. Sayuran Dunia 1. Penerjemah :Catur.
Salehifar, M., Ardebili, M.S. and Azizi, M.H., 2010. Effect of wheat flour proteinvariations on sensory attributes, texture and staling of Taftoon bread.Ciência e Tecnologia de Alimentos, Campinas 30(3):833-837.
Salunkhe, D. K. and Kadam, S. S. 1998. Handbook of Vegetable Science andSerrano, J.A.C., 2010. Protein gelatinous food and its manufacture
process. United States Patent Application Publication No. US2010/0159073 A1, June 24, 2010.
Sikorski, Z., Sun Pan B., Shahidi, F., 1994. Seafood proteins. Chapman NewYork.
Smietana, Z., Fornal, Ł., Szpendowski, J., Smietana, M.S. and Fornal, J., 1985.Products extruded from buckwheat flour and its mixtures with milkproteins. I. Technological aspects of extrusions and their relationship withthe expansion and porosity of structure. Acta Aliment. Pol., 3:276--284.
Suryani, N., Sulistiawati, F., Fajriani, A. 2009. Kekuatan gel tipe b dalamformulasi granul terhadap kemampuan mukoadhesive. Makra,Kesehatan. 13 (1) : 1-4.
Suryanti, S. Hadi, dan Peranginangin, R. 2006. Ekstraksi gelatin dari tulang ikankakap merah (Lutjanus sp) secara asam. J. Pasca Panen danBioteknologi Perikanan dan Kelautan. 1 (1) : 27-34.
Tavakolipour, H. and Kalbasi-Ashtari, A., 2006. Influence of gums on doughproperties and flat bread quality of two persian wheat varieties. J. FoodProcess Eng, 30:74-87. Technology : Production, Composition, Storage,and Processing. Food Scienc and Technology. Marcel Dekker Inc., NewYork.
Toufeili, I. et al., 1999. The role of gluten proteins in the baking of Arabic bread.Journal of Cereal Science, 30(3):255-265.
Utama, H. 1997. Gelatin yang Bikin Heboh. J. Halal. LPPOM-MUI (18) : 10-12.
Wahyuhapsari, R., Cahyandika, A., Nur, M. A., Lady, J. F., Andini, S. A. 2011.Permen Fondant. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UniversitasBrawijaya. Malang.
Wianecki, M., 2007. Evaluation of fish and squid meat applicability for snack foodmanufacture by indirect extrusion cooking. Acta Sci. Pol. Technol.Aliment. 6(4):29-44.
Yamaguchi, N., Skibuya, K. and Kato, T., 1988. Food material puffing. US Patent4,7324,289, March 29, 1988.
Yurjew, V.P., Likhodziewskaya, I.B., Zasypkin, D.V., Alekseev, V.V., Grinberg,V.Y., Polyakow, V.I. and Tolstuguzov, V.B., 1989. Investigation of themicrostructure of textured proteins produced by thermoplastic extrusion.Die Nahrung, 33:823-830.
Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Produk yang Diberi Perlakuan GelatinTulang Ikan
A. Tara’jong
Singkong rebus (dilumatkan), tepung terigu,gula merah, air mineral, dan garam
Tiap bagian adonan diberi gelatin sesuai dengan konsentrasimasing-masing
Adonan dibagi 5 bagian (5 konsentrasi)
Kelima bahan dicampur merata
Kue tara’jong didinginkan lalu dikemasdan diberi label konsentrasi
Adonan bergelatin digoreng hingga matang
B. Kaddo Boddong
Parutan singkong dan garam
Tiap bagian adonan diberi gelatin sesuai dengan konsentrasimasing-masing
Adonan dibagi 5 bagian (5 konsentrasi)
Kedua bahan dicampur merata
Kue singkong didinginkan laludikemas dan diberi label konsentrasi
Adonan bergelatin dipanggang (dadar) diatas wajan dengansedikit minyak hingga matang
Singkong dadar digulung dan diisikelapa parut
C. Bandang Singkong
Parutan singkong, garam, gula pasir, dan pandanpasta
Tiap bagian adonan diberi gelatin sesuai dengan konsentrasimasing-masing
Adonan telah diberi perlakuan gelatin, dibungkus daunpisang lalu dikukus selama 30 menit
Kue bandang singkong didinginkan
Lampiran 2. Prosedur Pengujian Kadar Protein Produk Berbasis Singkong
Sebanyak 0,5 gr produk, dimasukkan ke dalam labu khjedhal lalu
ditambahkan dengan 1 gr campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat. Labu
khjedhal digoyangkan sampai semua contoh terbasahi dengan H2SO4,
selanjutnya didestruksi dalam lemari asam sampai jernih. Setelah dingin, cairan
dituang ke dalam labu ukur 100 ml sambil dibilas dengan akuades. Volume
cairan diimpitkan dengan tanda garis menggunakan air suling. Sebanyak 10 ml
larutan H3BO3 2% dan 4 tetes larutan indikator merah (methyl-red indicator)
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Sebanyak 10 ml larutan ekstrak
sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH
40% dan 10 ml akuades. Destilasi hingga volume destilat dalam labu penampung
mencapai 50 ml. Destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,1N hingga warna hijau
muda berubah menjadi merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus :
Kadar Protein =, ,( ) x 100%
dimana :
V = Volume titrasi gelatin (ml)
N = Normaliter larutan HCl
P = Faktor Pengenceran (100/10) = 10
14,0017 = Berat atom nitrogen, dan
6,25 = Faktor konversi protein
Lampiran 3. Lembar Scoresheet yang Didisi oleh Panelis
SCORESHEET
UJI PENERIMAAN KONSUMENTERHADAP PRODUK MAKANAN TRADISIONAL BERGELATIN
Instruksi :Dihadapan saudara terdapat lima jenis produk Onde-onde yang mengandunggelatin. Saudara diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan kesukaaanterhadap lima parameter seperti yang tertera dalam tabel. Berikan nilaikesukaaan mulai dari angka 1 sampai 5 dengan keterangan sebagai berikut:
1. Tidak suka2. Kurang disukai3. Cukup disukai4. Disukai5. Sangat di suka
Berikan penilaian anda pada kolom yang sesuai.
Makassar, Januari 2012
Panelis
Nama Panelis : Produk :Jenis Kelamin : L/P Waktu :
Pekerjaan : Tempat :
Nyatakan kesukaan anda terhadap karakteristik organoleptikdengan menuliskan angka pada kolom yang sesuai
TINGKAT KESUKAANINDIKATOR
Kode Kode Kode Kode KodeSampel sampel sampel sampel sampel
Warna
Bau
Kerenyahan
Tekstur
Cita rasa
PERINTAH
Lampiran 4. Hasil Uji Kadar Protein Produk Berbasis Singkong yangDitambahkan Dengan Gelatin Tulang Ikan