1 Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) sebagai Agen Ko- Kemoterapi Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang: IPA Topik : Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Alam Disusun oleh: Dwi Ana Nawangsari (06/192720/FA/07534) Indah Ikawati Setyarini (06/198387/FA/07686) Perdana Adi Nugroho (05/187358/FA/07390) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2008
36
Embed
Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) sebagai Agen …ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/bawang-merah-kemopreve… · kanker yang enggan melakukannya karena berbagai alasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) sebagai Agen Ko-
Kemoterapi
Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM)
Bidang: IPA
Topik : Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Alam
Disusun oleh:
Dwi Ana Nawangsari (06/192720/FA/07534)
Indah Ikawati Setyarini (06/198387/FA/07686)
Perdana Adi Nugroho (05/187358/FA/07390)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
2
HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA
1. Judul Karya Tulis : Pemanfaatan Bawang Merah (Allium Cepa L.) sebagai Agen Ko-kemoterapi
2. Bidang Penulisan : IPA 3. a. Penulis 1
Nama : Dwi Ana Nawangsari NIM : 06/192720/FA/07534 Jurusan : Ilmu Farmasi (Farmasi Komunitas dan
Klinik), Universitas Gadjah Mada b. Penulis 2 Nama : Indah Ikawati Setyarini NIM : 06/198387/FA/07686 Jurusan : Ilmu Farmasi (Farmasi Komunitas dan
Klinik), Universitas Gadjah Mada c. Penulis 3 Nama : Perdana Adi Nugroho NIM : 05/187358/FA/07390 Jurusan : Ilmu Farmasi (Farmasi Sains dan Industri),
Universitas Gadjah Mada 4. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ratna Asmah Susidarti, M.Si., Apt. b. NIP : 131681955 c. Alamat Rumah : Jln. Apokat No. 4 Perumahan Jambusari
Indah, Sleman, Yogyakarta.
d. No Telp. : 0274 880616 / 081328770163
Yogyakarta, 10 April 2008
Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pembimbing
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala limpahan rahmat-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Pemanfaatan
Bawang Merah (Allium Cepa L.) Sebagai Agen Ko-kemoterapi”, yang disusun
untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA.
Dalam penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Marchaban, DESS, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
UGM dan Bapak Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Farmasi.
2. Ibu Dr. Ratna Asmah Susidarti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penulisan
karya tulis ini.
3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan kepada kami.
4. Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan, baik moral
maupun material kepada kami.
Tiada gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan karya tulis ini,
masih banyak ditemukan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima masukan,
saran, ataupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk
penyempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia secara luas.
Yogyakarta, 10 April 2008
Penulis
4
RINGKASAN
Salah satu jenis kanker yang menyerang manusia adalah kanker mulut. Menurut American Cancer Society (2007), di Amerika pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 34.360 kasus baru dengan 7.550 kematian per tahun. Stadium awal kanker ini yang sering tidak diperhatikan karena pertumbuhannya tidak menimbulkan gejala yang berarti. Kanker mulut sangat berbahaya karena penderitanya memiliki resiko duapuluh kali lipat lebih tinggi untuk terserang kanker yang lain. Oleh karena itu diperlukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit kanker mulut (Oral Cancer Foundation, 2008).
Terapi kanker mulut secara medis yang biasa dilakukan selama ini adalah dengan kemoterapi. Salah satu obat yang biasa digunakan untuk terapi kanker mulut yaitu cisplatin. Cisplatin merupakan senyawa kemoterapi yang berbasis platinum yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker, termasuk sarcoma, beberapa carcinoma, lymphoma dan sel tumor. Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo, 2001).
Pengobatan kemoterapi dengan cisplatin sering tidak efektif dan menimbulkan efek samping yang merugikan. Dalam penggunaanya tanpa pendamping cisplatin tidak efektif menekan pertumbuhan kanker dan memiliki efek samping berupa kerusakan ginjal (nephrotoxicity) dan kerusakan neuron (neurotoxicity) (Anonim2, 2008). Pencarian suatu cara pengobatan kanker yang lebih efektif terus dilakukan, diantaranya adalah dengan pemberian kombinasi obat kemoterapi dengan agen yang dapat meningkatakan efektivitas dan menekan efek sampingnya ( ko-kemoterapi).
Ko-kemoterapi dapat dilakukan dengan penggunaan senyawa kemoprevensi yang bersifat non-toksik atau lebih tidak toksik. Senyawa-senyawa tersebut banyak kita jumpai dari bahan-bahan alam di sekitar kita. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai agen ko-kemoterapi adalah bawang merah (Allium cepa L.).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Dua puluh empat propinsi di indonesia merupakan penghasil bawang merah. Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang termasuk ke dalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan. Bawang merah merah memiliki potensi yang lebih dari sekedar bumbu masakan, yaitu dapat dikembangkan sebagai agen ko-kemoterapi.
Bawang merah mengandung kuersetin, suatu antioksidan yang kuat yang bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Berbagai penelitian menunjukkan kemampuan kuersetin sebagai antikanker. kuersetin juga dapat meningkatkan efektivitas dari obat kemoterapi cisplatin serta menurunkan efek samping yang ditimbulkan.
5
Pengembangan bawang merah menjadi agen ko-kemoterapi akan memberi alternatif cara kemoterapi yang lain dan dapat meningkatkan nilai guna dari bawang merah itu sendiri. Peningkatan nilai guna bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi tentu akan meningkatkan potensi lokal yang ada di indonesia sebagai penghasil bawang merah. Untuk menjadi sediaan yang berfungsi sebagai agen ko-kemoterapi dari bawang merah diperlukan penelitian dan dukungan yang lebih dari berbagai pihak termasuk kalangan peneliti, pemerintah, swasta dan masyarakat.
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu jenis kanker yang menyerang manusia adalah kanker mulut. Kanker
mulut merupakan pertumbuhan jaringan abnormal pada mulut. Kanker mulut bisa
timbul pada berbagai jaringan di mulut, dan dapat memiliki bermacam-macam
histologi : teratoma, adenocarcinoma turunan dari kelenjar saliva mayor dan
minor, lymphoma dari tonsil atau jaringan limfosit yang lain, atau melanoma dari
produksi pigmen oleh sel mukosa mulut (Anonim1, 2008). Menurut American
Cancer Society (2007), di Amerika pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 34.360
kasus baru, dengan 7.550 kematian per tahun. Kanker mulut sangat berbahaya
karena stadium awalnya yang sering tidak diperhatikan karena sejalan
pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala berarti dan penderitanya
memiliki resiko tinggi untuk terserang kanker yang lain (Oral Cancer Foundation,
2008). Oleh karena itu diperlukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit
kanker mulut.
Terapi kanker mulut secara medis yang biasa dilakukan selama ini adalah dengan
kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Akan tetapi, tidak sedikit penderita
kanker yang enggan melakukannya karena berbagai alasan seperti alasan
psikologis, ekonomis, dan adanya efek samping. Salah satu obat yang digunakan
untuk terapi kanker mulut adalah cisplatin (Gambar 1). Cisplatin merupakan obat
kemoterapi yang mengandung unsur platinum yang biasanya digunakan untuk
terapi bermacam-macam kanker termasuk sarcoma, carcinoma, dan lymphoma
(Anonim2, 2008). Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA
(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo,
2001). Sebagai obat kemoterapi cisplatin memiliki efek samping yaitu toksis bagi
ginjal dan neuron (Anonim2, 2008).
7
Berbagai penemuan tanaman obat telah teruji secara klinik dapat memberikan
efek farmakologis terhadap penyakit kanker. Hal ini telah memberikan alternatif
baru dalam mengatasi dan mengobati penyakit tersebut. Dengan adanya
perkembangan pengetahuan mengenai berbagai tanaman obat, kini banyak
berkembang upaya terapi kanker menggunakan bahan alam baik secara tunggal
maupun kombinasi dengan suatu agen kemoterapi (ko-kemoterapi). Terapi
kombinasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas agen kemoterapi
dan menurunkan efek sampingnya.
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai agen antikanker adalah bawang
merah (Gambar 3). Bawang merah sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai
bumbu masakan sehari-hari, akan tetapi belum banyak diketahui manfaat bawang
merah sebagai obat. Bawang merah memiliki kandungan kuersetin (Gambar 2)
yang tinggi disamping kandungan yang lain. Kuersetin terdapat dalam berbagai
tanaman lain seperti seperti bawang, teh dan apel. Menurut Holman et al. (1997)
ketersediaan hayati kuersetin pada apel dan pada rutinoside murni (kuersetin
utama dalam teh) adalah 30 % relatif dari bawang merah. Setelah dikonsumsi
kuersetin dari bawang mencapai konsentrasi tertinggi kurang dari 0,7 jam,
sedangkan untuk apel dicapai setelah 2.5 jam, dan setelah 9 jam untuk rutinoside.
Hal ini menunjukkan bahwa kuersetin dalam bawang merah lebih unggul
absorbsinya dibandingkan dengan kuersetin dalam apel maupun rutinoside.
Kuersetin sangat efektif dalam mengurangi stress oksidatif dan mencegah produk
potensial akibat stress oksidatif, seperti kanker (Cotelle, 2001). Kuersetin dapat
menginduksi apoptosis pada sel kanker mulut (Haghiack et al., 2005). Penelitian
lain menunjukkan kuersetin juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara (Conklin et al., 2007), kanker kolon(Veeriah et al., 2007), kanker paru-
paru (Yang et al., 2005), dan kanker ovarium (Ye et al., 2007). Kuersetin
memiliki efek meningkatkan efikasi cisplatin salah satu obat untuk terapi kanker
mulut (Kuhar et al., 2007). Menurut Kuhlmann et al. (1998) kuersetin dapat
menurunkan efek toksis cisplatin pada sel tubular ginjal. Selain itu kuersetin
memiliki kontribusi yang berarti untuk perlindungan pada sel neuronal dari stress
8
oksidatif yang diinduksi neurotoksin (Heo dan Lee, 2004). Oleh karena itu perlu
dikembangkan produk kuersetin dari bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi
yang dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi dan menekan efek sampingnya.
B. Rumusan Masalah
1. Dapatkah bawang merah dijadikan sebagai agen ko-kemoterapi?
2. Bagaimana strategi untuk mengembangkan bawang merah menjadi sediaan
agen ko-kemoterapi yang berkualitas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengoptimalkan potensi kekayaan hayati Indonesia melalui obat dari alam
untuk mencari alternatif terapi kanker.
2. Tujuan Khusus
a. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai agen ko-kemoterapi
berbasis bahan alam untuk menekan pertumbuhan kanker.
b. Mensosialisasikan agen ko-kemoterapi berbasis bahan alam yang
prospektif.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah untuk mensosialisasikan
manfaat bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengalokasikan dana bagi penelitian
lebih lanjut terhadap manfaat bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi.
9
c. Sebagai pertimbangan untuk melakukan pengembangan budidaya bawang
merah sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Bagi masyarakat luas
Karya tulis ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat akan
manfaat obat dari alam untuk terapi kanker.
3. Bagi penulis dan kalangan akademisi
a. Karya tulis ini bermanfaat bagi penulis sebagai langkah awal untuk
menghasilkan karya-karya tulis lain di masa mendatang.
b. Karya tulis ini berguna sebagai pemacu semangat untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan bawang merah dalam terapi
kanker.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Kanker
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan pengatur
multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pada organisme multiseluler. Kanker
terjadi sebagai akibat perubahan dinamik dari gen, terutama mutasi pada gen
penghambat tumor sehingga gen ini kehilangan fungsinya (Hanahan and
Weinberg, 2000). Sel kanker ditandai oleh 3 ciri khas yaitu kontrol pertumbuhan
yang menurun atau tidak terbatas, invasi pada jaringan setempat, penyebaran atau
metastasis ke bagian tubuh lain. Sel tumor benigna juga memperlihatkan
penurunan kontrol pertumbuhan, tetapi tidak menginvasi atau menyebar ke bagian
tubuh yang lain (Murray et al., 2003).
Proses multitahap yang menunjukkan perubahan genetik yang menyebabkan
transformasi progresif sel normal menjadi sel malignant (ganas) disebut
karsinogenesis (Hanahan and Weinberg, 2000). Ada empat tahapan
karsinogenesis, yaitu tahap inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis. Inisiasi
adalah tahap awal dari karsinogenesis dimana suatu zat karsinogen berinteraksi
dengan DNA. Tahap promosi ditandai dengan perubahan ekspresi gen dari sel
yang telah terinisiasi dan menyebabkan sel tumbuh secara selektif (King, 2000).
Selanjutnya tumor berkembang menjadi semakin ganas yang merupakan tahap
progresi (Scheneider, 1997). Dan pada tahap terakhir terjadi ekspansi sel kanker
ke jaringan-jaringan lain diseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan pembuluh
limfe (Murray et al., 2003).
Perubahan sel normal menjadi sel kanker telah menyebabkan perubahan
karakteristik, antara lain sebagai berikut :
1. Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan akan sinyal pertumbuhannya sendiri.
11
Jika sel normal memerlukan suatu faktor pertumbuhan untuk dapat tumbuh,
maka tidak demikian dengan sel kanker. Beberapa onkogen pada sel kanker
beraksi dengan cara menirukan sinyal pertumbuhan normal sehingga mampu
mengadakan proliferasi (Hanahan and Weinberg, 2000).
2. Sel kanker tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Jaringan normal
mempunyai sinyal antipertumbuhan untuk menjaga homeostatis jaringan. Sel
antipertumbuhan ini bekerja dengan dua mekanisme yaitu sel dipaksa keluar
dari siklus proliferasi aktif menuju siklus istirahat atau fase G0 dan sel
diinduksi untuk melepaskan secara permanen potensi proliferatif sel dan
masuk ke fase postmitotic. Proses seperti diatas tidak terjadi pada sel kanker
sehingga sel kanker akan berproliferasi secara terus-menerus (Hanahan and
Weinberg, 2000).
3. Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Salah satu
penyebab terbesar dari hal ini adalah adanya mutasi pada p53. Mutasi dari
protein ini terjadi pada lebih dari 50% kanker pada manusia. Terjadinya p53
non wild type menyebabkan terganggunya fungsi kontrol terhadap adanya
kerusakan DNA sehingga mengakibatkan tidak teraktivasinya jalur caspase
(Hanahan and Weinberg, 2000).
4. Sel kanker mempunyai kemampuan replikasi yang tidak terbatas. Pada sel
normal dapat membelah 60-70 kali, sedangkan sel kanker dapat membelah
secara tidak terbatas. Keterbatasan yang dimiliki oleh sel normal ini
disebabkan adanya pemendekan telomere, suatu sekuen berulang yang terdiri
dari ribuan sekuen pendek (6bp). Sejumlah 85-90% dari seluruh tipe kanker
dapat meng-upregulasi ekspresi enzim telomerase, yaitu suatu enzim yang
berfungsi menambahkan heksanukleotida pada akhir telomere DNA secara
berulang (Hanahan and Weinberg, 2000).
5. Sel kanker mampu menginvasi jaringan di sekitarnya serta melakukan
metastasis. Kemampuan tersebut berguna untuk mempertahankan masa tumor
serta menyebarkannya pada bagian tubuh yang memiliki cukup nutrisi dan
12
tempat. Protein yang berperan pada proses tersebut antara lain molekul adhesi,
kaserin serta integrin yang merupakan penghubung antara sel dengan matriks
ekstraselulernya (Hanahan and Weinberg, 2000).
6. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis. Angiogenesis merupakan suatu
proses pembentukan pembuluh darah baru yang berfungsi untuk mencukupi
kebutuhan oksigen dan nutrisi pada sel. Angiogenesis distimulasi oleh sinyal
dari VEGF dan FGF ½. Sel kanker mengalami peningkatan ekspresi dari
kedua faktor pertumbuhan ini. Di samping itu juga terjadi penurunan ekspresi
dari inhibitor endogen seperti thrombospondin-1 atau ß interferon (Hanahan
and Weinberg, 2000).
B. Kanker Mulut
Kanker mulut dapat tumbuh di berbagai tempat dalam mulut, termasuk bibir,
lidah, langit-langit mulut, kelenjar saliva, pipi, di bawah lidah, gusi dan gigi
(Anonim3, 2008). Di bawah mikroskop, sebagian besar sel kanker mulut terlihat
sangat mirip dan disebut squamous cell carcinoma. Sel-sel kanker ini cenderung
dapat menyebar dengan cepat (Anonim1, 2008).
Squamous cell carcinoma (SCC) merupakan tumor ganas yang memiliki
prevalensi cukup tinggi di dalam rongga mulut. Terjadinya SCC dapat disebabkan
oleh beberapa faktor salah satunya agen biologik (virus onkogenik) misalnya
Epstein Barr Virus (EBV). Squamous cell cacinoma dapat timbul karena
gangguan DNA. Gangguan yang terjadi pada sel tersebut seharusnya diperbaiki
oleh gen p53. Gen p53 seharusnya merangsang p21 menekan semua cyclin
dependent kinase agar cyclin tidak dapat bekerja, sehingga siklus sel akan terhenti.
Pada saat terhentinya siklus sel akan memberikan waktu terjadinya perbaikan
DNA sehingga dapat dihindari terbentuknya sel yang mengandung defek DNA.
Karena adanya gangguan pada DNA, sel tidak terhenti untuk melakukan
perbaikan DNA karena terjadi mutasi pada gen p53 maka p21 yang seharusnya
diaktivasi oleh gen p53 mengalami gangguan. p21 yang berfungsi untuk menekan
semua cyclin dependent kinase tidak bekerja (Budhy, 2004).
13
Gangguan yang terjadi adalah siklus sel tetap berjalan dengan defek DNA yang
diturunkan pada sel turunan. Sel turunan yang membawa defek DNA dapat
mengganggu apoptosis. Fungsi apoptosis telah terganggu karena adanya mutasi
pada gen pemicu apoptosis (p53). Apoptosis akan terhambat dan mengakibatkan
sel menjadi immortal. Pada kondisi demikian, defek DNA tidak mengaktivasi
gen-gen yang tergantung p53. Selanjutnya tidak terjadi penghentian siklus sel dan
mutasi akan terus terbentuk (berproliferasi) sehingga terjadi proses keganasan
(Budhy, 2004).
C. Kemoterapi
Kemoterapi (sering disebut kemo) merupakan pengobatan yang menghentikan
pembelahan sel. Tidak sepeti sel normal, sel kanker membelah terus-menerus
karena tidak berespon terhadap sinyal pengontrol pertumbuhan sel. Kemoterapi
bekerja dengan mengacaukan pembelahan sel dan mematikan pembelahan sel
yang aktif tersebut (Patton, 2007).
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1) Obat golongan Agen pengalkilasi, Senyawa platina, dan Antibiotik Antrasiklin
bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut
tidak bisa melakukan replikasi (Kamarullah, 2005).
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA (Kamarullah, 2005).
3) Obat golongan Inhibitor Topoisomerase, Alkaloid Vinka, dan Taksan bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel
(Kamarullah, 2005).
4) Obat golongan enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker tersebut (Kamarullah, 2005).
14
Pola pemberian kemoterapi
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel
kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau
pada keganasan darah seperti leukemia atau lymphoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan (Kamarullah, 2005).
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis) (Kamarullah, 2005).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi (Kamarullah, 2005).
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan sebelum pengobatan atau tindakan yang lain seperti pembedahan atau
penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah
untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil guna (Kamarullah, 2005).
Efek samping kemoterapi:
1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah (Kamarullah, 2005).
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis (Kamarullah, 2005).
15
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati (Kamarullah, 2005).
4. Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder (Kamarullah,
2005).
D. Cisplatin
Gambar 1. Struktur kimia cisplatin (Anonim2, 2008)
Cisplatin, cisplatinum atau cis-diamminedichloridoplatinum(II) (CDDP) adalah
obat kemoterapi yang berbasis platina yang biasanya digunakan untuk mengobati
berbagai macam kanker, termasuk sarcoma, beberapa carcinoma, lymphoma dan
sel tumor. Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA
(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo,
2001). Salah satu ligand klorida digantikan secara perlahan dengan H2O, dalam
proses yang disebut aquation. Ligand H2O yang dihasilkan oleh
[PtCl(H2O)(NH3)2]+ dengan mudah digantikan, hal ini memungkinkan cisplatin
untuk berikatan dengan site utama pada DNA. Berikutnya, terbentuk cross-links
dua basa dengan platinum melalui penggantian ligand klorida yang lain. Cross-
links DNA dengan cisplatin ini dalam beberapa jalur yang berbeda, mengganggu
pembelahan sel. Kerusakan DNA ini akan memicu perbaikan, apabila mekanisme
perbaikan DNA tidak mungkin dilakukan maka kerusakan DNA ini akan memicu
apoptosis (Anonim2, 2008).
Cisplatin memiliki efek samping berupa kerusakan ginjal (nephrotoxicity)
Meskipun mekanisme pasti dari ciplastin dalam menginduksi nefrotoksisitas
16
belum dipahami, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini berkaitan
dengan fragmentasi DNA yang diinduksi oleh suatu endonuklease tak dikenal. Hal
ini ditunjukkan sebelumnya bahwa deoksiribonuklease I (DNase I) adalah
endonuklease ginjal yang sangat aktif, dan penghentiannya oleh antisense bersifat
cytoprotective yang menghambat luka hypoxia dari sel epitelial tubuler ginjal
secara in vitro. Penelitian menunjukkan bahwa DNase I mewakili kurang lebih
80% dari aktivitas total endonuklease pada ginjal dan kultur sel epitel tubuler
ginjal. Data menunjukkan bukti langsung bahwa DNase berperan dalam
pembentukan luka pada ginjal yang diinduksi oleh cisplatin (Basnakian et al,
2005) . Selain itu cisplatin juga menyebabkan neurotoxicity (Anonim2, 2008).
E. Kuersetin
Kuersetin diketahui sebagai flavonoid yang paling aktif, dan banyak tanaman obat
memiliki kandungan kuersetin yang tinggi. Terdiri dari 3 cincin dan 5 gugus OH,
kuersetin ditemukan dalam makanan sebagai suatu glikosida (terikat pada molekul
gula) (Anonim5 2008). Kuersetin memiliki aktivitas antiinflamasi yang signifikan
karena menghibisi secara langsung beberapa proses inflamasi. Selain itu kuersetin
juga memiliki aktivitas antioksidan dan antitumor.
Gambar 2. Struktur kimia kuersetin (Anonim5, 2008)
Kuersetin dari buah-buahan dan sayuran telah dikenal sebagai substansi penting