-
i
PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT
AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH
JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN
CIKAMPEK
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama(S.Ag)
Disusun Oleh:
Aulia Tiara Savitri
1113034000018
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441H/2020M
-
PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT
AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH
JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN
CIKAMPEK
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama(S.Ag)
Disusun Oleh:
Aulia Tiara Savitri
1113034000018
Pembimbing:
Moh. Anwar Syarifuddin, MA
NIP: 19720518 199803 1 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441H/2020
-
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT
AL-QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH JUM’AT DI
KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN CIKAMPEK telah diujikan
dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2020. Skripsi ini telah
diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
pada
Program Studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir.
Jakarta, 09 Juli 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Eva Nugraha, MA
NIP. 1970217 199803 1 002
Sekretaris Merangkap Anggota
Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH
NIP. 19820816 201503 1 004
Penguji I
Dr. M. Suryadinata, M.Ag.
NIP. 196009081989031005
Penguji II
Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA
NIP. 196908221997031002
Pembimbing
Moh. Anwar Syarifuddin, MA
NIP. 19720518 199803 1 003
-
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Aulia Tiara Savitri
NIM : 1113034000018
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi yang berjudul Pemahaman Khatib Terhadap Ayat Al-
Qur’an Dalam Ruang Lingkup Khutbah Ju m’at Di Kawasan
Industri Kecamatan Cikampek adalah benar merupakan karya
saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusun ini telah
saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan
merupakan
hasil karya asli saya atau merupakan hasil karya orang lain
maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas
Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Mei 2020
Aulia Tiara Savitri
1113034000018
-
i
ABSTRAK
Savitri, A.T. Pemahaman Khatib Terhadap Ayat Al-Qur’an Dalam
Ruang Lingkup Khutbah Jum’at Di Kawasan Industri Kecamatan
Cikampek, 2020
Khutbah Jum‟at merupakan upaya dakwah yang dilakukan secara
rutin dan berkelanjutan. Khutbah Jum‟at yang baik harus
memenuhi
rukun-rukun yang ditetapkan. Salah satu rukun khutbah adalah
menyampaikan ayat Al-Qur‟an. Penyampaian ayat Al-Qur‟an yang
efektif memerlukan pemahaman khatib terhadap ayat-ayat
Al-Qur‟an
yang dibacakannya. Pemahaman yang baik terhadap ayat
mensyaratkan
khatib untuk memahami aspek penafsiran Al-Qur‟an dan juga
wawasan
pengetahuan tafsir yang dihasilkan oleh para ulama.
Fokus skripsi ini meneliti pemahaman khatib Jum‟at di
kawasan
Industri Kecamatan Cikampek selama bulan Desember 2019 dan
Januari
2020. Penelitian in bersifat kualitatif dengan analisis
deskriptif. Secara
khusus, penelitian ini mendeskripsikan bagaimana pemahaman
khatib
dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang disampaikannya di
hadapan
jama‟ah yang umumnya terdiri dari para karyawan pabrik.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa semua khatib berhasil
memenuhi rukun khutbah. Namun, khutbah mereka di kawasan
Industri
yang tertutup tidak memiliki perbedaan tema dengan khutbah di
tengah
masyarakat pada umumnya. Khatib memang mempertimbangkan
kondisi
kekinian, aktualitas, menyesuaikan waktu dan gaya bahasa
yang
disampaikan dalam khutbahnya. Terkait pemahaman khatib
terhadap
ayat yang disampaikan, dari 4 khatib yang diteliti satu orang
khatib
cenderung membangun pemahamannya sendiri secara subyektif,
lantaran ia tidak mengenal rujukan kitab-kitab tafsir. Ada dua
orang
khatib yang penyampaian materi khutbahnya hanya merujuk buku
khutbah yang disusun penulis lain, tanpa melihat rujukan aslinya
di
kitab-kitab tafsir. Hanya satu yang memiliki pemahaman cukup
objektif
dengan menyusun materi khutbah yang merujuk langsung pada
kitab
tafsir para ulama, selain juga berupaya membangun wawasan
pemahaman yang bersifat inter-tekstual dengan mengaitkan
penjelasan
satu ayat dengan ayat lain di dalam Al-Qur‟an.
Kata kunci:
==Khutbah Jumat, Ayat Al-Qur‟an, Tafsir, Pemahaman
Al-Qur‟an,
Living Qur‟an, Wilayah Industri, Kecamatan Cikampek.
-
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta‘ala,
karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan
skripsi ini dengan judul ―Pemahaman Khatib Terhadap Ayat
Al-Qur‘an
dalam Ruang Lingkup Khutbah Jum‘at di Kawasan Indiustri
Kecamatan
Cikampek‖
Shalawat serta salam terlimpah curah kepada Nabi Muhammad
SAW,
Keluarga beserta Sahabatnya. Nabi yang menuntun dan
mengisnpirasi
umatnya dalam mengejar ilmu pengetahuan dan akhlak mulia.
Skripsi ini ditujukan sebagai syarat dalam pengajuan gelar
Strata Satu
(S1) Agama Islam pada program studi Ilmu Al-Qur‘an dan
Tafsir,
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak
terbatas pada kemampuan peneliti sendiri, melainkan terdapat
dukungan
dari berbagai pihak, baik secara material dan non material serta
motivasi
yang kuat untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik
mungkin. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan rasa
terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, yaitu:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku ketua program studi
Ilmu
Al-Qur‘an dan Tafsir, serta Bapak Fahrizal, Lc. MIRKH,
selaku
sekretaris program studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir.
-
iii
4. Dosen pembimbing skripsi penulis, yakni Moh. Anwar
Syarifuddin, MA yang telah membimbing, memberikan arahan
dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dosen penasehat akademik, yakni Bapak Dr. Ahzami Sami‘un
Jazuli, MA (Alm) dan bapak Kusmana, PhD, yang telah
memberikan masukan dan motivasi kepada peneliti selama
belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir
yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti.
7. Seluruh staf program studi dan fakultas yang turut
membantu
administrasi peneliti.
8. Bidadari terbaik dalam hidup, Mamah tercinta dan nahkoda
terbaik dalam hidup saya, yakni Almarhum Bapak tercinta.
9. Tiga satria kebanggaan, yaitu Afriansyah Ridho, Adhien
Prawira
Nugraha, Haries Setya Wardhana. Semoga selalu
membanggakan.
10. Sepupu terbaik, mba Siska Wulandari dan keluarga yang
telah
membantu dalam bentuk materil untuk penyelesaian penelitian
ini. Semoga dilimpahkan berkat dan rahmat oleh Allah SWT.
11. Mentor terbaik, Best Friend, Azhura Mutia, yang telah
membantu
dengan tenaga dan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
12. The Best Part of Life yang tidak bisa disebut namanya, yang
telah
memberikan segala macam bentuk dukungan yang sangat berarti
untuk penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat tercinta, terbaik, terunik, tersabar, yaitu Evi
Nurdiana,
VAL, dan Rizky Cipta Ardita
-
iv
14. Teman-teman angkatan 2013, Salman Al-Farisi, Nasrullah,
Yuni
Fitriani, Apriyanto dan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Peniliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
pada
umumnya dan menambah referensi dalam penggunaan metodologi
penelitian tafsir. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini
mempunyai banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti
harapkan
untuk perbaikan dan kemajuan penelitian di masa depan.
Jakarta, 15 Mei 2020
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK
...............................................................................................
i
KATA PENGANTAR
...........................................................................
ii
DAFTAR ISI
...........................................................................................
v
DAFTAR TABEL
..............................................................................
viii
PEDOMAN LITERASI
........................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................
1
A. Latar Belakang
........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
................................................................
5
C. Pembatasan Masalah
...............................................................
5
D. Peruumusan Masalah
...............................................................
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
................................................ 6
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
...................................................... 6
G. Metodologi Penelitian
............................................................. 8
H. Sistematika Penulisan
............................................................ 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEMAHAMI AYAT AL-
QUR’AN DALAM KHUTBAH JUM’AT ............................ 12
A. Arti Penting Memahami Al-Qur‘an
....................................... 12
1. Makna Memahami
..............................................................
12
2. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman Manusia .......................
16
3. Perlunya Pemahaman Yang Baik dalam Berdakwah ......... 17
-
vi
4. Al-Qur‘an Sebagai Sumber Dakwah
.................................. 18
B. Khutbah Jum‘at Sebagai Upaya Dakwah
............................... 20
1. Definisi Khutbah Jum‘at
.................................................... 20
2. Syarat Sah dan Rukun Khutbah Jum‘at
.............................. 21
3. Nilai Penting Pembacaan Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah
Jum‘at
................................................................................
23
4. Penafsiran Al-Qur‘an Sebagai Syarat Pemahaman Khatib 23
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................. 25
A. Gambaran Umum Kecamatan Cikampek
.............................. 25
1. Kondisi Sosial dan
Kependudukan..................................... 25
2. Kondisi Sosial - Geografis
................................................. 26
B. Gambaran Umum Kawasan Industri Indotaisei
..................... 26
C. Gambaran Umum Lokasi Khutbah Jum‘at di Kawasan Industri
Kecamatan
Cikampek.............................................................
28
1. Masjid Baitussalam
............................................................ 28
2. Masjid Al-Huda
..................................................................
31
BAB IV PEMAHAMAN KHATIB TERHADAP AYAT AL-
QUR’AN DALAM RUANG LINGKUP KHUTBAH
JUM’AT DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN
CIKAMPEK
............................................................................
34
A. Pemenuhan Rukun dan Alasan Pemilihan Tema Khutbah .... 34
1. Pemilihan Tema Khutbah
................................................... 36
2. Penyampaian Khutbah
........................................................ 40
-
vii
B. Pemahaman Khatib terhadap Ayat Al-Qur‘an yang digunakan
dalam Khutbah Jum‘at
............................................................42
BAB V PENUTUP
.................................................................................
67
A.
Kesimpulan.............................................................................
67
B. Saran
.......................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................
70
LAMPIRAN
...........................................................................................
73
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.0 Bidang Keagamaan
..................................................................
26
Tabel 3.1 Nama Perusahaan di Kawasan Industri Indotaisei
.................. 27
Tabel 4.0 Kesesuaian Tema dan Pemenuhan Rukun Khutbah
............... 35
Tabel 3.1 Penggunaan Ayat
....................................................................
42
-
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan
Nomor:
0543 b/u/1987
1. Padana Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam
aksara
latin:
Hur
uf
Ara
b
Huruf
Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت ṡ Es dengan titik atas ث J Je
ج ḥ Ha dengan titik bawah ح Kh Ka dan Ha خ D De د Ż Zet dengan
titik atas ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan Ye ش
-
x
ṣ Es dengan titik bawah ص ḍ De dengan titik bawah ض ṭ Te dengan
titik bawah ط ẓ Zet dengan titik bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap „ عkanan
Gh Ge dan Ha غ F Ef ؼ Q Qi ؽ K Ka ؾ L El ؿً M Em N En ف W We ك H
Ha ق Apostrof ‟ ء Y Ye م
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keteranga
n
A Fathah ػػػَى
-
xi
I Kasrah ػػػًَ U Dammah ػػػَي
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keteranga
n
Ai a dan i ػَمػػَى Au a dan u ػَكػػَى
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
Ᾱ a dengan topi di ئىاatas
ًئيĪ
i dengan topi di
atas
Ū u dengan topi di ئيوatas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik
diikuti huruf
syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan
ar-rijāl, al-
dīwān bukan ad- dîwân.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( ـــّّ ) dalam alih aksara
ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang
-
xii
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku
jika huruf
yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضركرة)
tidak ditulis
aḍ-ḍarūrah melainkan al-ḍarūrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah
terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga
berlaku
jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‗t) (lihat
contoh 2).
Namun,jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism),
maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh
3).
No
Kata Arab Alih Aksara
al-ḍarūrah الضركرة 1 Ghurafum mabniyyah غرؼَمبنية 2َكثرية 3 bi
fākihatin kaṡīrat بفاكهة
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,
dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI),
antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului
oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Contoh: Abū Ḥāmid al-Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī,
al-Kindi
bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
-
xiii
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI,
judul
buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam
alih
aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya
ditulis
Abdussamad al- Palimbani, tidak ‗Abd al- Samad al-Palimbānī;
Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (Fi„il), kata benda (Isim), maupun
huruf
(Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh
alih
aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan
berpedoman
pada ketentuan-ketentuan di atas
Kata Arab Alih Aksara
Qul yā „ibādi قلَيعباد fī haẓihi يفَىذه
bi ghairi ḥisāb بغريَحسابPenulisan nama orang harus sesuai
dengan tulisan nama diri
mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab
tidak
perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr
Khālis
Majīd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman,
bukan Fazl al- Rahmān.
Qul yā „ibādi al laẓīna āmanū al taqū rabbākum. Lillaẓīna
ahsanū fī haẓihi al dunyā hasanah. Wa arḍullāhi wāsi‟ah.
Innamā yuwaffa al ṣabirūn ajrahum bi ghairi ḥisāb.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menurunkan Al-Qur‘an sebagai petunjuk dan
pedoman untuk seluruh umat manusia. Namun, Al-Qur‘an tidak
tersebar dengan sendirinya, melainkan dengan usaha dari
manusia
untuk menyebarkannya. Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk
menyebarkan ayat-ayat Al-Qur‘an yang berisi kebaikan dan
menyeru
kepada umat manusia untuk menyembah kepada Allah SWT. Hal
tersebut yang dikenal sebagai dakwah.
Dakwah merupakan aktivitas menyampaikan ajaran Islam,
menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, serta
memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.1 Dakwah
wajib
dilakukan oleh setiap umat muslim terhadap sesama, maupun
penganut agama lain. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT,
Al-
Qur‘an surat Ali Imran ayat 104:
َاْلٍىرٍيًَكىيىٍأميريكفىَبًاٍلمىٍعريكًؼَكىيػىنػٍهىٍوفىَعىًنَاٍلمينكىرًَ
َۚ ّكىٍلتىكينَمِّنكيٍمَأيمَّةهَيىٍدعيوفىًَإَلى
اٍلميٍفًلحيوفَىَىيمَيَكىأيكلىًَٰئكَى
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Umat muslim diperintahkan untuk melakukan dakwah sesuai
kemampuan masing-masing. Hal tersebut berkaitan dengan cara
dalam berdakwah. Apabila seorang muslim memiliki kekuasaan
1 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada
Media,
2006), h. 6.
-
2
tertentu, maka ia diperintahkan untuk melakukan dakwah
melalui
kekuasaannya. Jika ia hanya mampu dengan lisannya maka
dengan
lisan itu ia diperintahkan untuk melakukan seruan dakwah,
bahkan
sampai diperintahkan untuk berdakwah dengan hati, seandainya
dengan lisan pun ternyata ia tidak mampu.2
Dakwah dapat dikatakan berhasil, apabila diukur melalui
berkas
(atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun
kesan
yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam
tingkah
laku mereka. Untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya semua
unsur dakwah harus mendapat perhatian pada da‟i.3
Salah satu metode dakwah ialah melalui khutbah Jum‘at.
Khutbah
merupakan sebuah perkataan yang tersusun dan terkandung di
dalamnya sebuah nasihat.4 Nasihat yang disampaikan bertujuan
untuk mengajak manusia dalam melakukan kebaikan dan mencegah
berbuat munkar. Khutbah Jum‘at dalam hal ini juga menjadi
sarana
untuk menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada manusia
untuk
diterapkan dalam realitas kehidupan.5
Khutbah Jum‘at adalah khutbah yang dilaksanakan pada hari
Jum‘at dalam rangkaian shalat Jum‘at yang disampaikan
sebelum
shalat dua raka‘at.6 Shalat Jum‘at hukumnya wajib bagi
setiap
muslim laki-laki. Oleh karena itu, khutbah Jum‘at dalam
pelaksanaan shalat Jum‘at merupakan sebagai salah satu
metode
2 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.
53
3 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Fungsi dan Peran
Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat), (Bandung: Mizan, 1994), h.194 4
Mahmud Adurrahman, Mu‟jam al-Mushthalahat al-Alfadz
al-Fiqhiyyah,
(Kairo: Dar Al-Fadhillah, 1999) , Juz II, h.39 5 Rubiyanah, Ade
Matsuri, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.3 6 Moh. Ali Aziz,
Teknik Khutbah Jum‟at Komunikatif, (Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press, 2014), h.53
-
3
dakwah yang efektif karena dilakukan secara rutin dan
berkelanjutan
dalam tercapainya tujuan dakwah.
Dalam melaksanakan khutbah Jum‘at, seorang khatib diharuskan
mengikuti syarat dan rukun khutbah Jum‘at agar pelaksanaan
khutbah Jum‘at tersebut dapat dianggap sah. Salah satu rukun
khutbah Jum‘at adalah menyampaikan nasihat berdasarkan
ayat-ayat
Al-Qur‘an.
Seperti diriwayatkan dari Jabir bin Samurah Radhiallahu
‗anhu,
dia berkata, ―Nabi Shallahu „alahi Wassalam menyampaikan dua
khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya; (dan dalam
khutbah itu) beliau membaca Al-Qur‟an dan mengingatkan
manusia.” (HR. Muslim, No. 862)7
Al-Qur-‗an adalah kitab dakwah dan pegangan hidup bagi
seluruh
umat Islam. Untuk memahami dengan benar tentang hakikat
dakwah
Islam, seseorang haruslah menguasai pemahaman Al-Qur‘an
sebagai
sumber pokok dakwah. Namun, Al-Qur‘an hanya dapat dipahami
dengan benar melalui penafsiran yang juga benar.8 Terkait
khutbah
yang juga merupakan bentuk dari dakwah, khatib haruslah
mampu
menyampaikan khutbah yang mengacu pada penafsiran Al-Qur‘an
yang dianggap benar. Hal tersebut akan membuat jama‘ah
memahami Al-Qur‘an dengan benar dan yakin serta dapat
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Kecamatan Cikampek mayoritas memeluk agama
Islam. Kewajiban dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
tetap diberikan kepada muslim dan muslimah di manapun,
termasuk
di Kecamatan Cikampek dan kapan pun termasuk saat bekerja.
7 Muhammad Rifa‘i, Fiqih Islam, (Semarang:Karya Putra Thoha,
2011), h.154
8 A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi
Penafsiran
Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2
Desember 2014, h. 158
-
4
Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki beragam profesi, di
antaranya sebagai karyawan pabrik.
Karyawan pabrik memiliki 8 jam bekerja setiap hari, dengan
tambahan waktu lembur di hari tertentu. Karyawan pabrik juga
memiliki jadwal shift yang terus berganti setiap minggunya.
Adanya
jadwal tersebut dan beban kerja yang cukup berat membuat
tenaga
karyawan pabrik terkuras dan mengalami kelelahan. Sehingga
mereka akan langsung beristirahat ketika sudah tiba di
rumah.
Seperti yang dikatakan Tarwaka bahwa 63% pekerja menderita
kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat
terjadi
kecelakaan kerja.9 Berdasarkan hal tersebut, mereka sulit
mengatur
waktu untuk menuntut ilmu agama dalam pengajian-pengajian.
Khutbah Jum‘at merupakan salah satu kesempatan bagi karyawan
pabrik untuk mendapatkan wawasan ilmu agama bersamaan dengan
kewajiban mereka melaksanakan shalat Jum‘at. Sang khatib
yang
ditunjuk di sni haruslah mampu memanfaatkan waktu tersebut
untuk
menyampaikan dakwah dengan baik dan tepat sasaran. Oleh
karena
itu, khatib haruslah memilah dan memilih topik atau tema
khutbah
yang akan disampaikan sesuai dengan sasaran yang ada, agar
karyawan pabrik memahami apa yang disampaikan dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik
untuk meneliti bagaimana pemahaman khatib terhadap ayat Al-
Qur‘an dalam ruang lingkup khutbah Jum‘at pada karyawan
pabrik
di kawasan Industri Kecamatan Cikampek.
9 Tarwaka, Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia.
Majalah
Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jakarta: XXI (4) dan XXII (1):
29-32.
-
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasi beberapa poin pembahasan seperti
berikut:
1. Adanya keharusan seorang khatib mengikuti rukun khutbah
agar
khutbah Jum‘at menjadi sah.
2. Adanya keharusan menyampaikan nasihat yang berdasarkan
ayat-
ayat Al-Qur‘an
3. Ayat-ayat Al-Qur;an perlu dipahami agar dapat disampaikan
dengan tepat dan benar.
4. Adanya kesempatan yang baik untuk menyampaikan dakwah
untuk karyawan pabrik di kawasan industri.
5. Khatib perlu menentukan tema dan menyusun materi yang
tepat
berdasarkan Al-Qur‘an pada khutbah Jum‘at untuk karyawan
pabrik di kawasan industri.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
masalah pada pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam
khutbah Jum‘at dan kesesuaian pemahaman tersebut dengan
penafsiran ayat Al-Qur‘an oleh para ulama.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang
disampaikan
sebelumnya, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah
bagaimana pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam
ruang
lingkup khutbah Jum‘at di kawasan Industri Kecamatan
Cikampek
dan kesesuaian pemahaman tersebut dengan penafsiran
Al-Qur‘an
oleh para ulama?
-
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti memfokuskan
penelitian ini pada tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman khatib terhadap ayat-ayat Al-Qur‘an
dalam khutbah Jum‘at.
2. Mengetahui kesesuaian pemahaman khatib dengan penafsiran
ayat Al-Qur‘an oleh para ulama.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
agama
(S.Ag) dan persyaratan untuk mengikuti wisuda.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atas
penelitian
selanjutnya.
2. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai cara
memahami Al-Qur‘an yang dimiliki oleh para pengemban
dakwah di kehidupan masyarakat.
F. Kajian Terdahulu
Terdapat beberapa karya yang membahas tentang penggunaan
ayat-ayat Al-Qur‘an dalam kehidupan masyarakat, diantaranya
adalah:
1. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2018 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an
dan
Tafsir, yang ditulis oleh Bazit Zainur Rokhman dengan judul
―Penggunaan Ayat Al-Qur‘an dalam Seremoni Keagamaan: Studi
Pemahaman Khatib dalam Teks Khutbah Jum‘at di Yayasan
Waqaf Paramadina Pondok Indah Jakarta Selatan‖. Penelitian
ini
-
7
menguraikan mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam
khutbah Jum‘at di Yayasan Waqaf Paramadina Pondok Indah.10
2. Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta,
2017
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan Tafisr, yang
ditulis oleh M. Assyafi‘ Syaikhu Z dengan judul ―Karomahan :
Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-Qur‘an Dalam Praktek
Karomahan di Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.‖ Penelitian ini menguraikan penggunaan
ayat-ayat Al-Qur‘an dalam olahraga pencak silat sebagai
sebuah
cara untuk mencapai khasiat tertentu, diantaranya untuk
kekebalan tubuh, mencari barang yang hilang pengobatan fisik
dan non fisik.11
3. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2019 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur‘an
dan
Tafsir, yang ditulis oleh Makhliyatul Haq dengan judul
―Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah Jum‘at di
Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan‖. Penelitian ini
menguraikan mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam
khutbah Jum‘at di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.12
Dari beberapa karya di atas, peneliti menemukan pembahasan
mengenai penggunaan ayat-ayat Al-Qur‘an dalam berbagai macam
bentuk, akan tetapi peneliti belum menemukan pembahasan
mengenai pemahaman ayat-ayat Al-Qur‘an yang disampaikan
dalam
10
Bazit Zainur Rokhman, Penggunaan Ayat Al-Qur‟an dalam
Seremoni
Keagamaan: Studi Pemahaman Khatib dalam Teks Khotbah Jum‟at di
Yayasan Waqaf
Paramadina Pondok Indah Jakarta Selatan. (Skripsi, UIN Jakarta,
2018) 11
M. Assyafi‘ Syaikhu Z, Karomahan : Studi Tentang Pengamalan
Ayat-Ayat
Al-Qur‟an Dalam Praktek Karomahan di Padepokan Macan Putih
Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk. (Skripsi, IAIN Surakarta, 2017) 12
Makhliyatul Haq, Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur‟an dalam Khutbah
Jum‟at
di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan. (Skripsi, UIN
Jakarta, 2019)
-
8
khutbah Jum‘at dengan sasaran karyawan pabrik. Khatib
haruslah
memahami penafsiran ayat-ayat Al-Qur‘an oleh ulama dan
kemudian membungkusnya agar dapat dicerna oleh sasaran
dakwahnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti tentang
hal
tersebut, sehingga dapat diketahui sebagai masukan untuk
menyampaikan dakwah dalam ruang lingkup dan sasaran yang
berbeda.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif berupa
penelitian
lapangan (field research), yaitu penelitian yang datanya
diperoleh
dari informan dan data-data dokumentasi yang berkaitan
dengan
subjek penelitian, atau sering disebut (social setting).13
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Pola deskriptif menurut
Best
yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.14
Penelitian ini
berusaha untuk menerangkan fenomena sosial tertentu.
3. Sumber data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti terbagi menjadi
dua,
data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian
ini
adalah rekaman pelaksanaan khutbah Jum‘at dan wawancara
serta
teks panduan untuk khutbah Jum‘at.
13
Muhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif
(Jakarta: Refrensi,
2013), h. 6. 14
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 157.
-
9
Adapun sumber data sekunder yaitu menggunakan kitab-kitab
tafsir, ‗Ulum Al-Qur‘an, dan jurnal tafsir.
4. Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
dalam
mengumpulkan data, yaitu:
a. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
mengamati secara langsung objek, situasi atau fenomena
tertentu. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan
mendengarkan dan mengamati secara langsung kegiatan
khutbah Jum‘at.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
mendapatkan keterangan-keterangan lisan dari narasumber
dengan saling berhadapan satu sama lain. Wawancara berguna
untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi.
c. Penelitian Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya.15
Penelitian dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan teks khutbah.
15
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktis,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 274
-
10
5. Teknik analisis data
Analisis data yang digunakan setelah data terkumpul dalam
penelitian ini, yaitu analisis data menurut Miles dan Hubermen,
yaitu
aktivitas dalam analisis data ini berupa merangkum, memilih
hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari
tema
dan polanya (Data Reduction), kemudian data disajikan dalam
sebuah pola yang sesuai dengan kajian (data display), dan
setelah itu
ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis
data
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing)
atau
(Verification).16
Pada penelitian ini reduksi data yang dilakukan adalah
reduksi
data yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi
yang
didapat. Kemudian dibuat dan disajikan sebuah pola yang
sesuai
dengan rumusan masalah penelitian. Setelah itu, data siap
untuk
ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis
data
deskripsi.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan rincian yang
akan
diuraikan sebagai berikut:
Bab satu: menguraikan tentang penjabaran masalah mengenai
penelitian pemahaman khatib terhadap ayat Al-Qur‘an dalam
khutbah Jum‘at di kawasan Industri Cikampek berupa
pendahuluan,
latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan
16
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.
ALFABETA,
2008), h. 91-99.
-
11
masalah, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian,
dan
sistematika penulisan.
Bab dua: menguraikan tentang definisi umum atau teori yang
mendukung terkait dengan penelitian pemahaman terhadap ayat
Al-
Qur‘an berupa pengertian, syarat-syarat, unsur dan Al-Qur‘an
sebagai sumber dakwah. Selain itu, peneliti juga menguraikan
tentang khutbah Jum‘at berupa pengertian, syarat-syarat,
kondisi
sosio-geografi serta khutbah Jum‘at sebagai metode dakwah
penyampaian ayat Al-Qur‘an.
Bab tiga: berfungsi menguraikan gambaran dan profil lokasi
subyek penelitian yang terdiri dari profil kawasan industri
Kecamatan Cikampek (sejarah, letak geografis dan kondisi
sosio-
geografis), dan masjid-masjid di kawasan industri Kecamatan
Cikampek beserta dengan aktivitas-aktivitasnya.
Bab empat: berfungsi menguraikan hasil penelitian dari
masalah
yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini
berisi
tentang pemahaman ayat Al-Qur‘an dalam khutbah Jum‘at,
diantaranya menguraikan komponen isi teks khutbah Jum‘at,
pemahaman khatib terhadap ayat-ayat Al-Quran dan analisis
pemahaman tersebut dengan penafsiran ayat Al-Qur‘an oleh
para
ulama.
Bab lima: berisi tentang kesimpulan hasil penelitian yang
telah
dilakukan dan dijabarkan pada bab sebelumnya dan kritik serta
saran
untuk penelitian selanjutnya.
-
12
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MEMAHAMI AYAT AL-QUR’AN
DALAM KHUTBAH JUM’AT
A. Arti Penting Memahami Al-Qur‘an
1. Makna Memahami
Memahami telah didefnisikan oleh begitu banyak ilmuwan.
Dalam istilah Jerman, ―memahami‖ memiliki muatan makna yang
sama dengan Verstehen. Memahami dibedakan dengan
pemahaman. Menurut Nicholas Davey yang dikutip oleh
Hardiman mengatakan bahwa pemahaman mengacu pada hasil,
yaitu sesuatu yang telah ditangkap, sedangkan memahami
mengacu pada proses, yaitu kegiatan menangkap, maka
pemakaian kata kerja akan lebih memadai untuk melukiskan
dinamika itu daripada kata pemakaian kata benda.1 Bertolak
pada
penuturan tersebut, memahami sebagai kata kerja lebih
diutamakan dibandingkan pemahaman sebagai kata benda.
Makna memahami umumnya didefinisikan melalui
Hermeneutik. Seperti yang dituturkan oleh Hardiman bahwa
konsep memahami dihubungkan dengan hermeneutik karena
kegiatan inti hermeneutik adalah memahami atau-lebih khusus
lagi-memahami teks.2 Terdapat enam definisi hermeneutika
yang
ada sejak tahun 1964 sampai sekarang. Keenam definisi
tersebut
masih berkontribusi dalam pemikiran hermeneutika kontemporer
1 Hardiman, F Budi, Seni Memahami: Hermeneutik Dari
Schleiermacher
Sampai Derrida,, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015) h. 31 2
Hardiman, F Budi, Seni Memahami: Hermeneutik Dari
Schleiermacher
Sampai Derrida,, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015) h. 10
-
13
dan secara tidak langsung membagi hermeneutika secara garis
besar menjadi 2 aliran.
Salah satu representasi dari 2 aliran hermeneutika, yaitu
Emilio
Betti, pengarang teori interpretasi. Ia merupakan pengikut
Dilthey
yang bermaksud menyediakan sebuah teori umum tentang
bagaimana ―obyektivasi‖ ekspresi manusia bisa ditafsirkan;
dia
menyatakan secara tegas otonomi obyek interpretasi dan
mungkinnya ―obyektivitas‖ historis dalam membuat
interpretasi
yang valid.3
Josef Bleicher yang dikutip oleh Fahmi dalam Jurnalnya
menjelaskan bahwa Betti memaknai pemahaman sebagai ―sensus
non est inferendus sed efferendus‖ (makna bukanlah diambil
dari
kesimpulan melainkan harus diturunkan), Betti menganggap
hanya Auslegung (penafsiran objektif) sebagai bentuk sah
dari
penafsiran. Ini berbeda dengan Deutung dan “Speculative
Deutung” (penafisran Spekulatif).4
Namun, Emilio Betti juga berbicara tentang obyektivitas yang
tidak melibatkan subyektivitas penafsir adalah suatu yang
absurd.
Tetapi, subyektivitas sang penafsir haruslah dapat menembus
keasingan obyek. Atau dia mengambil alih hanya dalam
memproyeksikan subyektivitas terhadap obyek interpretasi.5
Dalam hal ini, Emilio Betti mengikuti pendapat
Schleiermarcher
yang menyatakan penafsiran memberlakukan kembali pikiran
3 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai
Interpretasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 52 4 Fahmi, Labib,
Hermeneutika Emilio Betti dan Aplikasinya dalam
Menafsirkan Sistem Kewarisan 2:1 pada Surat An-Nisa Ayat 11,
Jurnal Studi dan
Penelitian Hukum Islam, Vol 2, No.1, Oktober 2018, 143-173 ,
STSI Bina Cendekia
Utama Cirebon 5 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru
Mengenai Interpretasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 63
-
14
pengarang yang menggiring kepada pengetahuan kembali apa
yang ada pada asalnya diteliti oleh pengarang.6
Aliran lain yang berbeda dari Emilio Betti direpresentasikan
oleh Hans-Georg Gadamer, penulis Wahrheit und Methode.
Palmer menjelaskan bahwa Gadamer, pengikut Heidegger,
mengorientasikan pikirannya pada pernyataan yang lebih
filosofis
tentang apa pemahaman itu sendiri. Dia menyatakan dengan
pendirian yang sama bahwa pemahaman adalah tindakan historis
dan selalu terkait dengan masa sekarang.7 Pemahaman Gadamer
cenderung mengarah kepada pemahaman yang subyektif karena
dipengaruhi oleh sudut pandang dan pengalaman sang penafsir.
Hal tersebut dapat terlihat jelas dalam uraian Gadamer atas
konsep pra-struktur pemahaman Heidegger yang terdiri dari 3
unsur yang dikutip oleh Darmaji dalam jurnalnya, yaitu
Vorhabe,
Vorsicht, dan Vorgriff. Heidegger mengatakan bahwa jika
seseorang ingin memahami sesuatu ia membawa latar belakang
tradisi yang telah ia miliki (Vorhabe). Selanjutnya, dalam
membuat penafsiran, orang itu selalu dibimbing oleh cara
tertentu. Maka dari itu dalam setiap tindak pemahaman ia
selalu
didasari oleh apa yang telah dilihat sebelumnya (Vorsicht).
Unsur
ketiga yang menjadi syarat pemahaman adalah konsep-konsep
6 Fahmi, Labib, 2018, Hermeneutika Emilio Betti dan Aplikasinya
dalam
Menafsirkan Sistem Kewarisan 2:1 pada Surat An-Nisa Ayat 11,
Jurnal Studi dan
Penelitian Hukum Islam, Vol 2, No.1, Oktober 2018, 143-173 ,
STSI Bina Cendekia
Utama Cirebon 7 Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru
Mengenai Interpretasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 52
-
15
yang memberi kerangka awal yang diistilahkan dengan Vorgriff
(fore-conception).8
Berdasarkan syarat pemahaman tersebut, menurut Darmaji,
Gadamer mengatakan seseorang yang ingin berusaha mengerti
sebuah teks selalu dibimbing oleh suatu tindak proyeksi.
Artinya,
saat ia berhadapan dengan teks ia akan merancang makna-makna
bagi keseluruhun teks tersebut begitu ia mulai menangkap
beberapa makna ketika mulai mencermati teks.9
Lebih lanjut Darmaji mengatakan gambaran tersebut tidak
menyiratkan adanya ―obyektifitas‖ dalam penafsiran. Ini
membawa konsensi juga bahwa tugas membaca teks akhirnya
selalu akan kandas pada fakta bahwa di dalam membaca teks
selalu hanya ada perkiraan-perkiraan. Maka, satu-satunya
―obyektifitas‖ hanyalah konfirmasi atas makna-makna yang
sudah ada sebelumnya.10
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, makna memahami
dalam Hermeneutika dijelaskan dengaan perbedaan pendapat
oleh
kedua tokoh yang bertolak pada pemahaman tokoh-tokoh
hermeneutika sebelumnya. Makna memahami dapat dipandang
sebagai suatu kegiatan yang obyektif dengan mendalami bahasa
dan perasaan si pengarang dan juga dipandang sebagai
kegiatan
8 Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman
Hermeneutik
Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013,
Fakultas Ushulludin UIN
Syarif Hidayatullah, h. 473 9 Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar
Ontologis Pemahaman Hermeneutik
Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013,
Fakultas Ushulludin UIN
Syarif Hidayatullah, h. 474 10
Darmaji, Agus. 2013, ―Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman
Hermeneutik
Hans-Georg Gadamer, Refleksi, Volume 13, No.4, April 2013,
Fakultas Ushulludin UIN
Syarif Hidayatullah, h. 474
-
16
yang subyektif karena dipengaruhi dengan adanya pemahaman
terdahulu dan sudut pandang kekinian penafsir.
2. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman Manusia
Dalam pengertiannya, pemahaman merupakan kemampuan
seseorang menangkap makna atas sesuatu yang dipelajari.
Namun, kemampuan setiap orang atas hal tersebut juga
berbeda-
beda. Daryanto menjabarkan tingkat kemampuan menjadi tiga
golongan, yaitu:11
1) Translation (menerjemahkan), pengertian menerjemahkan
bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu
ke
dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya 2) Interpretation (menafsirkan), menafsirkan
dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan
yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya,
menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan
sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok
dalam pembahasan 3) Extrapolation (mengekstrapolasi),
ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih
tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu
dibalik yang tertulis.
Selain itu, jika dilihat dari pemahaman merupakan hasil dari
kegiatan memahami yang selalu dihubungkan dengan
hermeneutika, terdapat tiga makna dasar kosakata kata dasar
hermeneutika, hermeneuein dan hermeneia. Palmer
mendeksripsikan tiga benrtuk ini menggunakan bentuk verb
dari
hermeuein, yaitu (1) mengungkapkan kata-kata, misalnya ―to
say‖, (2) menjelaskan, seperti menjelaskan sebuah situasi,
(3)
11
H.M Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008) h.
106
-
17
menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa
asing.12
Ketiga bentuk makna tersebut diwakilkan dalam bentuk kata
kerja
―to Interpret‖, namun, ketiganya tetap mempunyai makna
secara
independen.
Tingkatan tersebut menunjukkan batas untuk mencapai
pemahaman yang lebih tinggi, sehingga mampu menangkap arti
atau mendapatkan makna atas sesuatu. Namun, hal tersebut
juga
dapat dicapai dengan pertolongan dari Allah SWT dan usaha
dari
seseorang itu sendiri.
3. Perlunya Pemahaman yang Baik dalam Berdakwah
Dakwah telah diperintahkan kepada Rasulullah SAW sejak
beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah menyeru
dan
mengajak umat manusia pada saat itu untuk bertauhid kepada
Allah SWT dan memeluk agama Islam. Setelah itu, saat
seseorang sudah memeluk agama Islam maka saat itu juga ia
mengemban dakwah untuk menyeru manusia lainnya bertauhid
kepada Allah SWT. Maka melalui dakwahlah, Islam dapat
disebarkan ke seluruh penjuru dunia.
Dzikron Abdullah menjelaskan bahwa dakwah merupakan
semua usaha untuk menyebarluaskan Islam dan merealisasikan
ajarannya di tengah masyarakat dan kehidupannya agar mereka
memeluk agama Islam dan mengamalkannya dengan baik.13
Ajaran Islam dapat tersebar luas dengan baik apabila seorang
pendakwah atau da‟i mempelajari dan memahami beberapa hal,
12
Palmer, E Richard, Hermeunetika: Teori Baru Mengenai
Interpretasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) h. 15 13
Abdullah, Dzikron., Metodologi Dakwah, (Semarang:Fakultas Dakwah
IAIN
Walisongo, 1989) h. 7
-
18
diantaranya sumber dakwah itu sendiri, kondisi sasaran atau
obyek dakwah, penyusunan materi dakwah yang sesuai dan juga
metode dakwah yang akan digunakan. Seperti yang dituturkan
oleh Amin bahwa
Objek dakwah dalam hal ini da‟i atau lembaga dakwah
hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah yang
professional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan oleh
individual maupun kolektif, profesionalisme amat dibutuhkan,
termasuk profesionalisme lembaga-lembaga dakwah baik
penguasaan materi, maupun penguasaan terhadap metode,
media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk
mencapai keberhasilannya.14
Bertolak dari penjelasan di atas, maka pemahaman yang baik
mengenai dakwah itu sendiri sangat diperlukan agar tujuan
dakwah dapat tercapai. Hal tersebut dikarenakan pemahaman
yang baik akan mengarah kepada penguasaan seorang da‟i
terhadap dakwah yang dilakukannya.
4. Al-Qur‘an Sebagai Sumber Dakwah
Dakwah menyeru untuk bertauhid kepada Allah SWT.
Perintah tersebut ada dalam Al-Qur‘an Surat An-Nahl ayat
125,
ٍوًعظىًةَاْلٍىسىنىةًَ ًةَكىاٍلمى َبًاْلًٍٍكمى ًبيًلَرىبِّكى َسى
َأىٍحسىنَيَۚ ّادٍعيًَإَلىَٰ اًدٍْليمَبًالًَِّتًَىيى ًإفَََّۚ
ّكىجىَأَى ًبيًلًوَكىىيوى َأىٍعلىميَِبىنَضىلََّعىنَسى َىيوى
(ٍَُِٓعلىميَبًاٍلميٍهتىًدينىََ)رىبَّكى
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
14
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Hamzah, 2009) h.
13
-
19
Materi dalam dakwah yang disampaikan merupakan ideologi
Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur‘an dan As-Sunnah.
Allah SWT menurunkan Al-Qur‘an untuk menjadi petunjuk
dan pedoman dalam bertauhid kepada-Nya. Selain itu, di dalam
Al-Qur‘an terdapat petunjuk dan pedoman lain yang berkaitan
dengan masalah aqidah, syariah dan akhlaq manusia di dalam
kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Agar dapat dijadikan sebuah petunjuk dalam kehidupan, Al-
Qur‘an sebagai sumber dakwah perlu dipahami oleh para da‟i.
Ismanulloh mengatakan, Al-Qur‘an hanya dapat dipahami dengan
penafsiran.15
Para da‟i perlu mengacu kepada penafsiran Al-
Qur‘an oleh para ulama saat melakukan dakwah agar mampu
merelevansikannya dengan kehidupan modern dewasa ini.
Selain itu, Al-Qur‘an juga menjelaskan di dalamnya tentang
metode dan cara berdakwah dalam surat An-Nahl ayat 125
tersebut. Dengan begitu, da‟i dapat menyesuaikan materi
dakwah,
metode dan cara berdakwah sesuai dengan kondisi mad‟u yang
dihadapi sehingga mad‟u dapat memahami dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur‘an bukan hanya sebagai sumber dakwah, melainkan
terdapat perintah di dalamnya dan mengatur bagaimana dakwah
tersebut dijalankan.
15
A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi
Penafsiran
Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2
Desember 2014, h. 158
-
20
B. Khutbah Jum‘at Sebagai Upaya Dakwah
1. Definisi Khutbah
Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, khutbah berasal dari
kata ―khataba”, ―yakhtubu”, yang artinya ―berpidato.‖16
sedangkan menurut KBBI, pidato adalah ―pengungkapan pikiran
dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak
dengan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan
khalayak‖. Berdasarkan definisi tersebut khutbah berarti
pidato
berisi pesan dan pemikiran yang akan disampaikan kepada
masyarakat.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdurrahman dalam
Mu‘jam Al-Mushthalahat al-Alfadz Al-Fiqhiyyah bahwa
―khutbah adalah sebuah perkataan yang tersusun dan
terkandung
di dalamnya sebuah nasehat.‖17
Sedangkan kata Jum‘at diartikan dalam KBBI yaitu hari ke-6
dalam jangka waktu satu minggu. Kata Jum‘at dalam bahasa
arab
yakni Jumu‟ah. Kata Jumu‟ah memiliki keistimewaan dan
keagungan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‘an
surah Al-Jumu‘ah ayat 9-10:
َذًٍكًرَاللًَّوَيىاأىيػُّهىاَالًَّذينىَآمىنيواًَإذىاَ
َاْلٍيميعىًةَفىاٍسعىٍواًَإَلىَٰ ًةًَمنَيػىٍوـً
نيوًدمىَلًلصََّلىًلكيمٍََۚ ّكىذىريكاَاٍلبػىٍيعَى رَهَذىَٰ يػٍ
ةَيَقيًضيىتًََفىًإذىا(٩َ)ََتػىٍعلىميوفَىَكينتيمًٍََإفَلَّكيمٍََخى
َالصََّلى
ًثريناَلَّعىلَّكيٍمَتػيٍفًلحيوفىََريكاَيفَاٍْلىٍرًضَكىابٍػتػىغيواًَمنَفىٍضًلَاللًَّوَكىاذٍكيريكاَاللَّوىََفىانتىشًَ
كى(ََُ)ّّ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum‟at, Maka bersegeralah kamu kepada
16
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.348 17
Mahmud Abdurrahman, Mu‟jam Al-Mushthalahat al-Alfadz
Al-Fiqhiyyah,
(Kairo: Dar Al-Fadhillah, 1999) Juz ii, h. 39
-
21
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian
itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya
kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu‘ah: 9-10).
Berdasarkan penjelasan di atas khutbah Jum‘at merupakan
khutbah yang berisi pesan dan nasehat yang dilaksanakan pada
hari Jum‘at.
Pengertian khutbah Jum‘at secara lengkap dijelaskan dalam
Kamus Istilah Fiqih bahwa khutbah Jum‘at adalah pidato,
ceramah, dan perkataan yang mengandung mauizhah dan
tuntunan ibadah yang diucapkan oleh khatib dengan cara
(syarat
dan rukun) yang telah ditentukan oleh syara‘ untuk memberi
pengertian kepada hadirin.18
Berdasarkan penjabaran di atas, khutbah Jum‘at merupakan
pidato yang berisi pesan atau nasehat yang dilaksanakan
ketika
shalat Jum‘at dengan syarat dan rukun tertentu.
2. Syarat Sah dan Rukun Khutbah
Pelaksanaan khutbah Jum‘at harus dipersiapkan mengacu
kepada syarat dan rukun khutbah yang ada agar khutbah
tersebut
sah sesuai dengan tata cara yang Nabi Muhammad SAW
contohkan. Praktek khutbah Jum‘at yang sudah dijalankan oleh
para khatib sejak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
dijelaskan oleh Al-Khatib, yaitu
begitu ia naik ke mimbar ia menghadapkan mukanya ke arah
jamaah untuk mengucapkan salam lalu duduk. Seketika itu
muazin mengumandangkan azan hingga selesai, kemudian
18
M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus,
1994) h.165
-
22
khatib segera duduk dengan tenang antara dua khutbah, selama
kira-kira satu kali bacaan surat Al-Ikhlas. Kemudian khatib
berdiri lagi khutbah kedua sampai akhir, dan ditutup dengan
doa dan salam.19
Adapun syarat-syarat khutbah Jum‘at yang harus dipenuhi
menurut Taqiyyuddin, sebagai berikut:
(1) Waktunya setelah tergelincirya matahari, maka tidak sah
mendahului waktu tersebut, (2) mendahulukan dua khutbah
sebelum shalat, (3) khatib harus berdiri bagi yang mampu,
(4)
Duduk diantara dua khutbah dan wajib tuma‘ninah pada waktu
duduk, (5) Suci dari hadas dan najis di dalam badan, pakaian
dan tempat, (6) mengeraskan suara sampai kira-kira terdengar
oleh empat puluh orang ahli jum‘ah dan jika tidak, asalkan
maksud isi khutbah sudah dapat mengerti.20
Sedangkan rukun dua khutbah berdasarkan hadist Nabi SAW
yang dijelaskan oleh Marzuki, sebagai berikut:
(1) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT (HR Muslim, (2)
Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW,
(3) Membaca syahadat, baik syahadat tauhid maupun syahadat
Rasul (4) Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan hal-hal
yang perlu kepada pendengar, (5) membaca ayat Al-Qur‘an
pada salah satu dari dua khutbah (HR Muslim), (6) Berdoa
untuk kaum muslim baik laki-laik maupun perempuan pada
khutbah kedua, meskipun ada sebagian ulama yang tidak
mewajibkan doa ini.21
3. Nilai Penting Pembacaan Ayat Al-Qur‘an dalam Khutbah
Jum‘at
Membaca Ayat Al-Qur‘an merupakan salah satu rukun
khutbah Jum‘at yang harus dilaksanakan. Hal tersebut
19
Muhammad Khalil Al-Khathib, Khutbah-Khutbah Rasulullah
(Jakarta:
Darul Falah, 2003) h.8 20
Imam Taqiyyuddin, Khifayah Al-Akhyar, (Semarang: Toha Putra, tt)
h. 149 21
Marzuki, ―Ibadah Jum‟at Dan Penyusunan Naskah Khutbah‖,
dalam
Pelatihan Khutbah, Maret 2006 (Yogyakarta: UKKI UNY, 2006) h.
4
-
23
sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi,
yaitu Jabir bin Samurah, yang berbunyi:
َ اٍلقيٍرآفىَكىييذىكِّري اَيػىٍقرىأَي نػىهيمى َبػىيػٍ
كىانىٍتَلًلنَِّبَِّصىلَّىَاللَّويَعىلىٍيًوَكىسىلَّمىَخيٍطبىتىاًفََيىًٍلسي
النَّاسَىArtinya: Dari Jabir bin Samurah, beliau berkata: Nabi
SAW
melakukan dua khutbah, dimana beliau duduk di antara
keduanya. Beliau membaca Al-Qur‟an dan mengingatkan
manusia.22
Dari hadist di atas dapat dilihat bahwa Rasulullah SAW
ketika
khutbah selalu membaca Al-Qur‘an dan setelahnya mengingatkan
manusia kepada Allah SWT.
Selain itu, khutbah Jum‘at juga merupakan salah satu
aktivitas
dakwah yang menyeru kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagai
sumber dakwahnya. Hal tersebut seperti yang dituturkan oleh
Rofiah bahwa materi dakwah yang biasa disebut dengan
ideologi
dakwah, ialah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari
Al-
Qur‘an dan As-Sunnah.23
Oleh karena itu, pembacaan ayat Al-Qur‘an sangat penting
dalam khutbah Jum‘at karena hal tersebut merupakan sumber
dari
nasehat atau ajaran yang disebar luaskan dalam aktivitas
dakwah.
4. Penafsiran Al-Qur‘an Sebagai Syarat Pemahaman Khatib
Khutbah Jum‘at sebagai salah satu bentuk dari kegiatan
berdakwah, mengharuskan khatib memiliki wawasan dan
pemahaman yang baik mengenai ayat Al-Qur‘an yang
22
Musthafa, Adib Bisri. Terjemahan Saheh Muslim, Jilid 2
(Semarang: CV
Asy-Syifa, 1993) h. 16 23
Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya Di
Mata
Masyarakat, (Ponorogo: STAIN Press, 2010) h. 26
-
24
disampaikan. Menurut Ismatulloh, Al-Qur‘an hanya dapat
dipahami dengan benar melalui penafsiran yang juga benar.24
Oleh karena itu, khatib perlu mengacu kepada penafsiran Al-
Qur‘an oleh para ulama.
Penafsiran Al-Qur‘an yang sering dijadikan acuan dalam
pemahaman masyarakat salah satunya ialah kitab tafsir Ibnu
Katsir. Kitab Tafsir Ibnu Katsir banyak digunakan sebagai
acuan,
karena mudah dipahami. Menurut Adz-Zahabi dalam Maliki,
Tafsir Ibnu Katsir menggunakan metode menafsirkan Al-Qur‘an
dengan hadits, menafsirkan Al-Qur‘an dengan Al-Qur‘an,
menafsirkan Al-Qur‘an dengan melihat ijtihad-ijtihad para
sahabat dan Tabi‘in.25
Metode tafsir tersebut lebih dikenal
dengan tafsir bil Ma‟tsur. Ibnu Katsir pun telah
menghasilkan
banyak karya-karya intelektual. Oleh karenanya, banyak
pujian
yang diberikan kepadanya. Al-Suyuti mengatakan, ―Tafsir Ibnu
Katsir merupakan tafsir yang tidak ada duanya. Belum pernah
ditemukan kitab tafsir yang sistematika dan karakteristiknya
yang
menyamai kitab tafsir ini.‖26
Berdasarkan penjelasan tersebut, penafsiran Al-Qur‘an oleh
para ulama diperlukan bagi khatib dalam memahami Al-Qur‘an,
salah satunya penafsiran Al-Qur‘an oleh ulama Ibnu Katsir.
Penafsiran ulama Ibnu Katsir digunakan juga sebagai acuan
oleh
khatib dan penulis dalam menentukan kesesuaian pemahaman
pada penelitian ini.
24
A. M. Ismatulloh, ―Metode Dakwah dalam Al-Qur‘an (Studi
Penafsiran
Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)‖, Lentera, Vol. IXX, No. 2
Desember 2014, h. 158 25
Maliki, ―Tafsir Ibn Katsir: Metode Dan Bentuk Penafsirannya‖,
Jurnal Ilmu
Al-Qur‟an dan Tafsir, Volume 1 No.1 Januari-Juni 2018, El-Umdah,
h. 74-86 26
Anwar, Rosihon. Melacak Unsur-Unsur Israiliyat dalam Tafsir
Ath-Thobari
dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Pustaka Setia,1999) h. 74
-
25
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Cikampek
1. Kondisi Sosial dan Kependudukan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang. Kecamatan
Cikampek memiliki 56 sekolah yang terdiri dari 36 SD
sederajat, 11 SMP sederajat dan 9 SMA/SMK sederajat,
sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi belum tersedia.1
Lebih
lanjut, pada bidang kesehatan, kecamatan Cikampek terdapat 3
RS dan 1 RS Bersalin, sedangkan untuk rasio penggunaan KB
terhadap PUS Kecamatan Cikampek memiliki nilai 72,77%.2
Kecamatan Cikampek memiliki jumlah penduduk sebanyak
99.427 jiwa dengan jumlah penduduk usia 18 tahun ke atas
yang
berarti penduduk usia kerja sebanyak 62.625 jiwa, jumlah
pengangguran sebanyak 2.335 jiwa dan jumlah penduduk
miskin sebanyak 17.737 jiwa.3
Karawang yang merupakan salah satu kota yang akan
menjadi sentra industri, dalam Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Karawang Tahun 2017 mendata terdapat
peningkatan rasio daya serap tenaga kerja melebih target
yang
ditetapkan, yaitu 75% dari 45% targetnya dikarenakan adanya
perluasan industri di wilayah Karawang yang salah satu
1 Badan Pusat Statistik Kabupaten karawang, Kecamatan Cikampek
Dalam
Angka 2019, (BPS Kabupaten Karawang, 2019) h. 12 2 Badan Pusat
Statistik Kabupaten karawang, Kecamatan Cikampek Dalam
Angka 2019, (BPS Kabupaten Karawang, 2019) h. 12 3 ―Pemerintahan
Kabupaten Karawang Prop. Jawa Barat Indonesia: Profil
Cikampek‖, Loc.cit.
-
26
diantaranya adalah industri di Kota Bukit Indah Cikampek.4
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan
pesat rasio tenaga kerja terdapat pada sektor industri
dibandingkan sektor lainnya.
2. Kondisi Sosial – Geografis
Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki berbagai
aktivitas, diantaranya ada yang terlibat dalam kegiatan
perdagangan, bidang industri, bidang pendidikan, keagamaan
dan lain-lain.
Masyarakat Kecamatan Cikampek memiliki penduduk
mayoritas bergama Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya bangunan masjid dan mushola berdasarkan tabel
berikut ini:
Tabel 3.0 Bidang Keagamaan
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 67
2 Musholla 99
3 Gereja 4
4 Vihara 1
5 Majlis Taklim 136
Total 307
B. Gambaran Umum Kawasan Industri Indotaisei
Kawasan Industri Indotaisei merupakan salah satu kawasan
Industri yang berada di Karawang, tepatnya Kecamatan
Cikampek.
Seperti yang dilansir dalam satu sumber Industrial Estate,
―Kawasan
Industri Indotaisei is developed by PT Indotaisei Indah
Development
(IID), Which is a joint venture company PT. Besland Pertiwi
and
4 Pemerintah Kabupaten Karawang, Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten
Karawang Tahun 2017, h. 143
-
27
Taisei Corporation, Japan.”5 Kawasan Industri Indotaisei
dikembangkan oleh PT.Indonesia Indah Development (IID), yang
merupakan usaha bersama antara PT.Besland Pertiwi dan Taisei
Corporation, Jepang.
Kawasan Industri Indotaisei ini mempunyai luas sekitar 700
ha
yang berada di Kota Bukit Indah Kalihurip Cikampek, Jawa
Barat.
Terdapat beberapa perusahaan yang berada di kawasan ini,
yaitu:6
Tabel 3.1 Nama Perusahaan di Kawasan Industri Indotaisei
Nama Perusahaan
1. PT. Sumi Rubber Indonesia
7. PT. Indotaisei Indah
Development
2. PT. Prysmian Cables Indonesia
8. PT. Amtek Engineering
Jakarta Industries
3. PT. Honda Precision Parts
Manufacturing
9. PT. Yamatogomu Indonesia
4. PT. Honda Power Products
Indonesia
10. PT. Techno Wood Indonesia
5. PT. Ishikawa Indonesia
11. PT. Molten Alumunium
Producer Indonesia
6. PT. Daido Indonesia
Manufacturing
12. PT. Kanebo Indonesia
Textile Mill
5 Indonesia Industrial Estate Directory 2018-2019, ―Kawasan
Industri
Indotaisei‖, diakses dari
https://Industrialestateindonesia.com/files/estates, pada 8
Juli
2020 6 Daftar Perusahaan Indonesia.com, ―Daftar Perusahaan dan
Industri Yang
Beralamat dan Berkantor Di Indotaisei Industrial Estate‖,
diakses dari
https://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-
beralamat-dan -berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/, pada
8 Juli 2020
https://industrialestateindonesia.com/files/estateshttps://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-beralamat-dan%20-berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/https://daftarperusahaanindonesia.com/2010/01/daftar-perusahaan-dan-industri-yang-beralamat-dan%20-berkantor-di-indotaisei-industrial-estate/
-
28
C. Gambaran Umum Lokasi Masjid di Kawasan Industri Kecamatan
Cikampek
Pada penelitian ini, terdapat 2 masjid tempat
dilaksanakannya
sholat Jum‘at yang ditentukan sebagai sampel penelitian,
yaitu
Masjid Baitussalam dan Masjid Al-Huda. Pada masing—masing
masjid, dilakukan 2 kali pengambilan kegiatan khutbah dengan
jadwal yang bergantian setiap minggunya.
1. Masjid Baitussalam
Masjid pertama, yaitu Masjid Baitussalam. Masjid
Baitussalam merupakan masjid pusat di Kawasan Industri
Indotaisei. Masjid ini dipenuhi oleh jama‘ah yang bekerja di
berbagai pabrik Kawasan Industri Indotaisei setiap
minggunya,
dan juga tempat mereka bekerja tidak mempunyai masjid atau
pun mempunyai masjid namun tidak melaksanakan kegiatan
sholat Jum‘at. Khatib yang diamanahkan untuk menyampaikan
khutbah Jum‘at di masjid ini dijadwalkan secara bergantian
setiap minggunya.
Namun, masjid tersebut hanya menyelenggarakan kegiatan
sholat Jum‘at dan sholat ashar. Setelah waktu tersebut,
masjid
akan ditutup karena sebagian karyawan sudah memasuki jam
pulang kerja. Lokasi yang cukup jauh dari pemukiman warga
juga mempengaruhi tidak adanya kegiatan tambahan di masjid
tersebut selain hanya untuk melaksanakan shalat dzuhur,
shalat
Jum‘at dan shalat ashar bagi para karyawan pabrik. Para
warga
lebih tertarik datang ke mushola terdekat dengan rumahnya
untuk melaksanakan pengajian-pengajian rutin.7
7 Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020
-
29
Profil khatib yang mengisi khutbah Jum‘at di Masjid
Baitussalam pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Arif Syarifhidayatullah
Ustadz Arif memberikan khutbah pada tanggal 03 Januari
2020. Namun, posisi beliau saat itu ialah menggantikan
khatib utama yang tidak hadir untuk memberikan khutbah.
Pekerjaan beliau sebenarnya adalah penjaga dan pengurus
masjid Baitussalam. Sehingga pada hari itu, beliau diiminta
untuk mengisi kekosongan jadwal khatib yang berhalangan
hadir. Beliau lahir di Tasikmalaya, 07 Juni 1985 dan
sekarang tinggal di Cibangun Kidul, Desa Ciherang, Jawa
Barat. Beliau menempuh pendidikan di SD Cibangun kidul,
lalu MTsN Cilendek dan kemudian melanjutkan ke Pondok
Pesantren Nurul Munawar. Selain itu, beliau juga
melanjutkan pengabdiannya ke Pondok Pesantren Bahrul
Ulum di Tasikmalaya. Saat ini, aktivitas beliau adalah
mengisi pengajian di Kabupaten Karawang dan menjadi
imam serta khatib di masjid pusat, Masjid Baitussalam
Kawasan Industri Indotaisei Cikampek.8
b. Ade Hidayat
Ustadz Ade Hidayat memberikan khutbah Jum‘at di
Masjid Baitussalam, Kawasan Industri Indotaisei Cikampek
pada tanggal 17 Januari 2020. Beliau merupakan pria
kelahiran Karawang tanggal 06 Oktober 1979 dan saat ini,
tinggal di Dusun Sukagalih, Desa Karanganyar, Karawang.
Ust. Ade menempuh pendidikan formal dimulai pada tahun
8 Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020
-
30
1985 di SD Curug II, SMPN Curug, lalu SMAN 1
Purwakarta. Saat belajar di Sekolah Menengah Atas, beliau
juga belajar di Pondok Pesantren Miftahul ‗Ula, Purwakarta.
Setelah lulus, beliau melanjutkan belajarnya ke Pondok
Pesantren Gontor Siman Ponorogo selama setahun. Pada
tahun 1998, beliau melanjutkan studinya ke jenjang S1 di
IAIC Tasikmalaya dan juga mengabdi secara bersamaan di
Pondok Pesantren Ma‘arif Cipasung Tasikmalaya. Menjelang
kelulusannya, beliau pindah dan belajar di Pondok Pesantren
Al-Qur‘an Nurul Huda Tasikmalaya sampai tahun 2004.
Setelah itu, beliau memutuskan menjadi Guru PAI di
SMPN 2 Klari pada tahun 2005 sampai tahun 2009. Selama
mengajar, beliau juga mempunyai aktivitas lain, seperti
menjadi Imam dan khatib di DKM At-Taqwa dan Masjid PT.
Hebel Klari. Selain itu, beliau menjadi Sekretaris MUI desa
Karanganyar (2006), NU desa Curug (2007) dan anggota
Forum Guru FTHSNI Karawang.9
Pada tahun 2009, beliau melanjutkan studinya ke jenjang
S2 di Universitas Pendidikan Indonesia dan menjadi salah
satu anggota Dewan Dakwah (DDII). Setelah lulus, beliau
mengabdi menjadi guru PAI di SDN 1 Curug lalu menjadi
pembina PAUD Krajan 1 dan masih aktif menjadi anggota
Dewan Dakwah sampai sekarang mengemban tugas
menyampaikan dakwah salah satunya menjadi imam dan
khatib di Masjid Baitussalam, Kawasan Industri Indotaisei
Cikampek. Beliau menjadi Iman dan khatib di Masjid
9 Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020
-
31
Baitussalam atas amanah dari lembaga dakwah yang menjadi
afiliasinya.10
2. Masjid Al-Huda
Masjid kedua, yaitu Masjid Al-Huda. Masjid Al-Huda
merupakan masjid yang berada di dalam pabrik PT. Honda
Precision Parts Manufacturing. PT. HPPM mendirikan masjid
secara mandiri dan menyelenggarakan berbagai kegiatan
keagamaan bagi para karyawannya, salah satunya kegiatan
shalat
Jum‘at. Khatib yang diamanahkan untuk menyampaikan khutbah
Jum‘at di masjid ini juga dijadwalkan secara bergantian
setiap
minggunya oleh ketua DKM Al-Huda.
Selain itu, masjid yang dibangun khusus di dalam pabrik ini
tentu juga punya program kegiatan keagamaan yang
direncanakan
khusus untuk para karyawannya. Selain pelaksanaan shalat
Jum‘at, kegiatan lainnya yang diselenggarakan di masjid ini
adalah pengajian untuk mengisi bulan Ramadhan.
Profil khatib yang mengisi khutbah Jum‘at di masjid Al-Huda
pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Alm. Atep Badrujaman
Alm. Ustadz Atep Badrujaman memberikan khutbah di
PT. HPPM pada tanggal 27 Desember 2020. Beliau
merupakan pria kelahiran Garut, 4 Juni 1972 dan tinggal di
Jalan Pondok Lele, Dawuan, Cikampek. Namun, saat
penelitian ini dilakukan, beliau wafat pada bulan Januari
2020. Peneliti mengetahui hal tersebut dari rekan almarhum
yang juga salah satu khatib dalam penelitian ini, yaitu Ust.
10
Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020
-
32
Arif Syarifhidayatullah. Almarhum merupakan alumnus
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Garut pada tahun
1991. Setelah lulus, Beliau merantau dan bekerja di daerah
Tanjung Priuk, Jakarta selama beberapa tahun lamanya dan
tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Lalu, suatu
ketika beliau mendapatkan kabar bahwa ayahnya jatuh sakit,
beliau pun pulang ke kampung halaman. Pada saat itu,
ayahnya merasa kecewa dan marah ketika melihat keadaan
beliau yang hanya mementingkan urusan duniawi saja dan
lupa akan ibadahnya kepada Allah SWT. Almarhum merasa
tersinggung terhadap sikap ayahnya lalu memutuskan
kembali ke Jakarta dan tidak ingin pulang lagi ke kampung
halamannya. Namun, setelah berada di Jakarta, beliau
mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dan Beliau pun
menyesali perbuatannya. Pada saat itu, beliau bertekad untuk
hijrah dan mendedikasikan hidupnya hanya untuk beribadah
kepada Allah SWT sesuai keinginan ayahnya. Dalam proses
hijrahnya, beliau mengatakan bahwa tidak berguru pada
siapapun, hanya mengikuti hati dan hidayah dari Allah SWT
saja.11
Setelah berhijrah, beliau mendirikan masjid dan TPA
Baetul Mu‘min di daerah Jalan Pondok Lele, Dawuan,
Cikampek. Beliau menjadi tokoh yang dihormati dan
disegani dalam lingkungan tempat tinggalnya. Beliau mengisi
khutbah di PT. HPPM atas rekomendasi dari salah satu
karyawan pabrik kepada pihak DKM yang mengatakan
bahwa Almarhum merupakan tokoh agama yang disegani di
11
Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2020
-
33
salah satu kampung dekat PT. HPPM. Informasi tersebut
peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan pihak DKM
masjid Al-Huda.12
b. Samsul Bahri
Ustadz Samsul Bahri merupakan pria kelahiran
Karawang, 01 Juni 1978. Beliau memberikan khutbah di PT.
HPPM pada tanggal 10 Januari 2020. Saat ini Beliau tinggal
di Bakan Jati, Cikampek Timur. Aktivitas beliau saat ini
selain menjadi Imam dan Khatib di beberapa Masjid
Kawasan Industri Karawang, yaitu menjadi pembina
Komunitas Pengusaha Bebas Riba dan Pemuda NGOPI
(Ngobrol Perkara Islam dan Iman) Cikampek. Beliau
merupakan pendiri Pondok Yatim Maktabul Fataa Cikampek
dan Pondok Al-Qur‘an Al-Bayyinah Cikampek. Beliau juga
menjadi mitra badan wakaf Al-Qur‘an Jakarta. Sebelum itu,
beliau mengabdi di Pondok Pesantren Al-Qudisiayah, Tegal
Gubug, Cirebon. Kemudian beliau melanjutkan
pengabdiannya ke Pondok Pesantren Jambu Babakan
Ciwaringin, Cirebon, lalu kemudian ke Pondok Pesantren
Hidayatullah, Karawang. Ustadz Samsul Bahri mengisi
khutbah Jum‘at di PT. HPPM juga atas rekomendasi salah
satu karyawan di pabrik tersebut kepada pihak DKM.13
12
Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2020 13
Catatan Wawancara Tanggal 10 Januari 2020
-
34
BAB IV
PEMAHAMAN AYAT AL-QUR’AN DALAM KHUTBAH JUMAT
DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN CIKAMPEK
Deskripsi data pada penelitian ini terdiri dari unsur-unsur
pelaksanaan
khutbah Jum‘at, seperti kesesuaian rukun khutbah, materi
khutbah,
metode khutbah, dan penggunaan ayat Al-Qur‘an. Hal tersebut
merupakan unsur yang berkaitan dengan kegiatan dakwah dan
pemahaman seorang da‟i yang dalam penelitian ini adalah
pemahaman
seorang khatib dalam menyampaikan khutbah di kawasan
industri.
A. Pemenuhan Rukun dan Alasan Pemilihan Tema Khutbah
Khutbah Jum‘at memiliki rukun khutbah yang harus dipenuhi.
Sahnya suatu khutbah Jum‘at bergantung pada rukun tersebut.
Seperti
yang dijelaskan oleh Marzuki, rukun dua khutbah berdasarkan
hadist
Nabi SAW, sebagai berikut:
(1) Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT (HR Muslim,
(2) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW, (3)
Membaca syahadat, baik syahadat tauhid maupun syahadat
Rasul (4) Berwasiat dengan takwa dan mengajarkan hal-hal
yang perlu kepada pendengar, (5) Membaca ayat Al-Qur‘an
pada salah satu dari dua khutbah (HR Muslim), (6) Berdoa
untuk kaum muslim baik laki-laik maupun perempuan pada
khutbah kedua, meskipun ada sebagian ulama yang tidak
mewajibkan doa ini.56
Penulis melakukan penelitian selama empat pekan terhadap 4
khutbah yang disampaikan pada tanggal 27 Desember 2019,
tanggal
3, 10 dan 17 Januari 2020. Berikut tabel ringkasan dari isi
khutbah
yang telah disampaikan:
56
Marzuki, ―Ibadah Jum‟at Dan Penyusunan Naskah Khutbah‖,
dalam
Pelatihan Khutbah, Maret 2006 (Yogyakarta: UKKI UNY, 2006) h.
4
-
35
Tabel 4.0 Kesesuaian Tema dan Pemenuhan Rukun Khutbah
No.
Nama
Khatib
(inisial)
Tema khutbah
Pemenuhan Rukun
Khutbah
Ayat al-Qur‘an yang
dibaca
1 2 3 4 5 6
1. AB Kematian dan Rasa Syukur
kepada Allah
QS 3:102, QS 23:99-
100, QS 41:30, QS
33:5657
2. ASH Masa Depan Jmat Islam QS 2:21, QS 33:56,
QS 3:110, QS 61:9,
QS 2:19, QS 33:56.58
3. SB Sabar menghadapi Musibah QS 2:21, QS 33:56,
QS 3:102, QS 2:200,
QS 2:155, QS 39:10.59
4. AH Kejayaan Islam QS 59:7, QS 3:102,
QS 24:55, QS 33:36.60
Berdasarkan ringkasan khutbah pada tabel di atas, maka dapat
dilihat bahwa para khatib memenuhi rukun khutbah, sehingga
semua
khutbah yang peneliti observasi dapat disimpulkan memenuhi
tuntunan syari‘ah. Beberapa catatan di sini, terkait dengan
pembacaan
QS. 3:102 dan QS. 2:21 sebagai ajakan khatib kepada para
jama‘ah
untuk bertakwa kepada Allah SWT dapat dikatakan bahwa khatib
telah memenuhi rukun khutbah pembacaan ayat Al-Qur‘an dan
menyampaikan ajakan taqwa. Ayat tersebut selalu dibacakan di
pembukaan ayat dan tidak pernah dijelaskan tafsir dari ayat
tersebut.
Begitu juga dengan ayat QS 33:56 yang selalu dibaca pada
khutbah
kedua yang mewakili ajakan takwa dan pembacaan ayat
Al-Qur‘an.
Jika khatib tidak membacakan ayat Al-Qur‘an lain setelahnya,
maka
khutbah tersebut tetap sah.
57
Teks Khutbah Tanggal 27 Desember 2020 58
Teks Khutbah Tanggal 03 Januari 2020 59
Teks Khutbah Tanggal 10 Januari 2020 60
Teks Khutbah Tanggal 17 Januari 2020
-
36
1. Pemilihan Materi Khutbah
Materi khutbah di dalamnya berkaitan erat dengan pemilihan
tema khutbah. Pemilihan tema perlu mempertimbangkan sasaran
(mad‟u) khutbah. Mad‟u akan lebih mudah memahami khutbah
yang disampaikan jika tema khutbah berkaitan dengan
kehidupan
mereka. Selain itu, latar belakang dari mad‟u itu sendiri
juga
berpengaruh dalam pemilihan tema. Dapat dikatakan, pemilihan
tema dipertimbangkan sesuai kebutuhan. Tema khutbah dalam
penelitian ini dapat dilihat di dalam tabel 4.1 di atas.
Terkait dengan pemilihan tema khutbah, para khatib
menyatakan bahwa mereka mendapatkan hak untuk memilih tema
khutbah yang akan disampaikan, meskipun perusahaan juga
memberikan saran dan arahan untuk pemilihan tema. Hal
tersebut
berdasarkan salah satu penuturan ustadz AB saat ia
menegaskan,
―[Tema khutbah yang disampaikan bertolak dari] Keinginan
hati,
tetapi tadi ada sedikit tambahan permintaan dari DKM juga.
Namun, lebih sering bagaimana hati saya saja.‖61
Permintaan
pengurus DKM saat itu ialah menambahkan tema syukur kepada
khatib yang semula hanya akan menyampaikan tema tentang
kematian. Alasan penambahan tema tersebut karena pengurus
DKM merasa khutbah Jum‘at tersebut adalah waktu yang tepat
untuk mengingatkan karyawan agar bersyukur kepada Allah SWT
karena bertepatan dengan diturunkannya upah bulanan beserta
bonus tahunan dari perusahaan.
Terkait dengan adanya penambahan tema khutbah yang ia
sampaikan hari itu, Ustadz AB mengatakan ringkasan pemilihan
tema khutbahnya, yaitu ―Karena kita harus sering mengingat
61
Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2019, lihat
CAWAK1.A1.1
-
37
kematian, dan harus sering bersyukur ketika masih hidup.
Jika
sudah mati kita tidak bisa beribadah lagi.‖62
Dalam memilih tema, selain berasal dari keinginan hati untuk
menyampaikan nasehat tertentu, para khatib juga seringkali
mempertimbangkan kondisi aktual masyarakat muslim. Hal
tersebut dituturkan oleh Ustadz ASH, sebagaimana ia
tuturkan,―Karna saya melihat umat Islam saat ini melemah,
jadi
saya ingin menguatkan iman kita jangan sampai kita terpecah
belah sesama muslim, akibat kurangnya pemahaman, sehingga
masing-masing merasa menjadi yang paling benar.‖63
Khatib
merasakan pada saat itu telah banyak terjadi konflik antar
umat
muslim di Indonesia dan juga konflik antar umat beragama.
Kondisi kekinian kaum muslimin yang menjadi latar belakang
pemilihan tema khutbah ini juga dituangkan oleh Ustadz ASH
dalam teks khutbahnya,
―Hari ini umat Islam dilanda berbagai problematika. Mulai
dari
kemiskinan, tercerai berai, lemah, terhina, kebodohan,
rusaknya
pergaulan dan akhlak, dan sebagainya.‖64
Sebagai fakta penguat, peneliti dapat pula ungkapkan bahwa
latar belakang pemilihan tema khutbah yang mengacu pada
kondisi kekinian masyarakat dapat dilihat dalam paparan
khutbah
Ustadz SB yang memilih tema khutbah sabar dalam menghadapi
musibah. Tepat beberapa hari sebelum khutbah dilaksanakan
telah terjadi bencana banjir yang cukup besar di berbagai
daerah.
Penjelasan di atas menjadi bukti bahwa khutbah ditentukan
sesuai
kondisi aktual masyarakat.
62
Catatan Wawancara Tanggal 27 Desember 2019, lihat CAWAK1.A1.1
63
Catatan Wawancara Tanggal 03 Januari 2020, lihat CAWAK2.A1.2
64
Teks Khutbah Tanggal 03 Januari 2020
-
38
Selain itu, ada pula khatib yang mendasarkan tema khutbahnya
dengan visi-misi lembaga dakwah yang menjadi afiliasinya.
Seperti yang ditegaskan oleh Ustadz AH bahwa ia memilih tema
tersebut ―Karna ada amanat dari lembaga dakwah kami‖.65
Berdasarkan uraian di atas, tidak ada pertimbangan khusus
dari
para karyawan pabrik sebagai jama‘ah khutbah Jum‘at dalam
pemilihan tema bagi khatib. Jikapun ada, maka hal tersebut
hanya
dilakukan atas saran dan rekomendasi pihak DKM dalam
memilihkan tema yang pas dengan kondisi kekinian dan
kebutuhan karyawan, bukan usulan langsung para karyawan. Di
sini, model komunikasi dakwah dalam khutbah Jum‘at memang
terkesan satu arah karena jama‘ah tidak pernah dilibatkan
dalam
pemilihan tema khutbah pada umumnya di masjid yang ada di
Indonesia.
Pemilihan materi khutbah juga tidak mempertimbangkan status
khusus karyawan, yaitu khutbah tersebut dilakukan di dalam
masjid yang berada di dalam kawasan khusus industri yang
tertutup untuk umum. Para khatib mengaku bahwa tema yang
disampaikan dalam khutbah bagi para karyawan pabrik maupun
masyarakat biasa tidak terlalu dibedakan. Jikapun harus
dicari
perbedaannya, mungkin hanya dalam cara penyampaian dan
durasi waktu khutbahnya saja. Seperti yang dituturkan oleh
Ustadz SB, ‖Adapun materi yang saya sampaikan, tetap melihat
kondisi saat itu. Mungkin ada perbedaan penyampaiannya, jeda
waktu atau cara kita menyampaikannya. Pada intinya,
materinya
sama saja,…‖.66
65
Catatan Wawancara Tanggal 17 Januari 2020, lihat CAWAK4.A1.2
66
Catatan Wawancara Tanggal 10 Januari 2020, lihat CAWAK3.A2.1
-
39
Hal senada juga diperkuat dengan pernyataan ustadz ASH,
―Pada intinya sama saja, karena terkadang saya tidak mau
terlalu
ribet jika banyak perbedaan dan terkadang ada permintaan
dari
pihak pabrik isi materinya ringan.‖67
Terkait sumber bahan bacaan dalam penyusunan materi
khutbah, sebagian besar khatib membaca berbagai referensi
buku
dan media-media Islam, lalu ada khatib yang memahaminya
dengan kitab tafsir dan kitab hadist serta ada khatib yang
memahaminya dengan berdiskusi bersama teman dakwahnya.
Setelah memahami referensi tersebut, khatib menuangkannya
dalam teks khutbah. khatib juga memberikan pemikirannya
dalam
penyusunan teks khutbah berdasarkan bacaan referensi yang
telah
diolah kembali dan pengalaman hidup yang telah didapatkan
oleh
khatib. Ustadz AH menyebut bahwa ia membaca semuanya,
memahaminya, dan berdiskusi dengan teman-temannya di
le