Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya. Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya. Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Dokumen, baik secara fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya, perlu dilestarikan bersama sebagai suatu rekaman budaya atau sejarah kehidupan
22

pelestarian nilai informasi

Apr 26, 2023

Download

Documents

Chairul Fahmi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pelestarian nilai informasi

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam

sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan

mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini

berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah),

dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide

dan sebagainya.

Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut

pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian

dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya.

Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka

yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan

pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai

lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca

perpustakaan.

Dokumen, baik secara fisik maupun informasi yang

terkandung di dalamnya, perlu dilestarikan bersama

sebagai suatu rekaman budaya atau sejarah kehidupan

Page 2: pelestarian nilai informasi

bangsa yang menjadi kebanggaan dan acuan dalam

pengembangan budaya bangsa di masa mendatang.

Pemeliharaan dokumen tidak ditujukan pada dokumen yang

sudah tua dan rusak saja, tetapi juga pada bahan pustaka

yang baru.

Page 3: pelestarian nilai informasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelestarian Nilai Informasi

Untuk pelestarian nilai informasi bahan pustaka perlu

dilakukan dengan alih bentuk dokumen (ke bentuk mikro atau

microfilm). Selain itu dengan teknologi video, sehingga

lebih mudah untuk penyimpanan, pengolahan dan penemuan

kembali.

a. Sejarah Mikrofilm

Pada tahun 1870-1871, bangsa Prusia dan sekutunya

bangsa Jerman mengepung Paris sehingga penduduk tidak dapat

menerima atau pun mengirim pesan melalui cara dan saluran

yang biasa. Namun tidak sampai pertengahan bulan Februari

1871, bangsa Prusia melonggarkan kontrolnya terhadap portal

layanan pengiriman pesan. Akan tetapi, René Dagron memiliki

ide untuk mempertahankan arus berita tetap masuk dan keluar.

Ia menggambarkan gagasan memotret pesan pada selembar film

yang kecil. Film ini kemudian dicuci dan diterbangkan di atas

garis pertempuran musuh dengan menggunakan merpati pos. Di

tempat yang dituju, gambar-gambar yang sangat kecil tersebut

Page 4: pelestarian nilai informasi

diproyeksikan di atas tembok atau permukaan lain sehingga

pesan bisa dilihat. Atau penerima pesan akan membacanya

dengan kaca pembesar. Dagron menunjukkan penggunaan praktis

dari mikrofilm untuk burung merpati membawa pesan keluar dan

masuk Paris.

Merpati pos yang dipakai selama Paris dikepung telah

mengirim ribuan pesan masuk ke dan keluar dari Paris.

Awalnya, pesan ditulis dengan tangan dengan huruf sangat

kecil di atas kertas yang sangat tipis, tapi Charles

Barreswil, seorang ahli kimia dari Tours, mengusulkan

penerapan metode cetakan foto dengan ukuran yang dikurangi

menjadi sangat kecil dan bisa didapat dalam jumlah salinan

yang tidak terbatas. Cetakan pada kertas foto bervariasi

dalam ukuran, tidak melebihi 40mm agar cukup dibawa burung

merpati. Petugas yang ditugasi secara langsung dengan layanan

merpati pos ini adalah De Lafollye, seorang fotografi amatir.

Ia dibantu oleh Gabriel Blaise, seorang fotografer

profesional dari Tours. Layanan merpati posnya berkembang dan

De Lafollye sangat bangga dengan keberhasilannya. The Ten

Commandments dalam bentuk mikrofilm. Salah satu hasil

mikrofotografi oleh Dancer

Page 5: pelestarian nilai informasi

Pada tahun 1867, di Paris, René Dagron telah

mempublikasikan dan menunjukkan standar yang luar biasa di

bidang mikrofotografi yang telah diuraikannya dalam "Traite de

Photographie Microscopique". Dia mengusulkan agar proses tersebut

diaplikasikan dalam layanan merpati pos. Akhirnya, Dagron dan

rekan-rekannya bekerja pada De Lafollye dengan menggunakan

teknik Dagron yang unggul. Ia telah berusaha memperbanyak

halaman Moniteur dalam ukuran sangat kecil. Dagron mulai

bekerja pada dengan peralatan-peralatan laboratorium yang

memadai. Setelah itu, ia berhasil membuat mikrofilm untuk

semua kiriman. Beratnya 0,05 gm dan seekor merpati dapat

membawa sampai 20 kiriman.

Pengenalan Dagron kepada masyarakat mengenai mikrofilm

ini mengatasi masalah yang mungkin muncul ketika mengirimkan

pesan melalui burung merpati yang kecil. Ketika mencapai

tempat tujuan, mikrofilm tersebut dibongkar dengan hati-hati

dan ditempatkan di antara dua lembaran tipis dari kaca. Foto-

foto itu kemudian diproyeksikan oleh sebuah lentera ke sebuah

layar. Di layar ini pesan bisa dibaca dan ditulis dengan

mudah oleh tim juru tulis. Orang-orang yang terlibat dalam

proses dan layanan merpati pos ini telah melakukan perannya

Page 6: pelestarian nilai informasi

yang berhara kepada Perancis, termasuk para peternak merpati.

Total semua pesan yang ditangani, termasuk salinan, telah

mencapai hampir 150.000 pesan dan mungkin satu juta surat-

surat pribadi.

 Sejarah Perkembangan

Sampai tahun 1920-an, mikrofilm masih diperlakukan

sebagai sesuatu yang baru. Tapi mikrofilm berasal lebih awal

daripada itu. John Benjamin Dancer bereksperimen dengan

pembuatan teks mikroproduksi di awal tahun 1839. Pada tahun

1853, Dancer berhasil menjual mikrofotografi sebagai sebuah

slide yang dilihat dengan mikroskop. Teknik Dancer ini

kemudian dimanfaatkan oleh René Dagron. Ia yang pertama

mematenkan mikrofilm pada tahun 1859. Ia juga memulai

perusahaan mikrofilm komersial yang pertama. Dagron

memproduksi dan menjual asesori mikrofotografi.

Ketika bangsa Prusia dan sekutunya mengepung Paris,

bangsa Prusia menjaga portal layanan pengiriman pesan. Hal

ini menyulitkan masyarakat Paris untuk mengirim serta

memperoleh berita dari dan ke luar Paris. Dagron kemudian

Page 7: pelestarian nilai informasi

menunjukkan penggunaan praktis dari mikrofilm untuk burung

merpati membawa pesan keluar dan masuk Paris.

Penerapan pertama dari mikrofilm komersial

dikembangkan oleh George McCarthy. Ia mengeluarkan paten

untuk mesin Checkographnya tahun 1925. Mesin terseut digunakan

untul membuat salinan film permanen dari semua catatan bank.

Tahun 1928, Eastman Kodak membeli penemuan McCarthy dan mulai

memasarkannya di bawah Kodak Recordak Division. Kemudian pada

tahun 1935, Recordak mengembangkan dan mulai menerbitkan ]]The

New York Times]] dalam bentuk mikrofilm. Masa depan mikrofilm

tidak hanya akan berkembang dalam waktu pendek, namun juga

ada kemungkinan perkembangan jangka panjang.

1. 1908 -> Digunakan untuk memfoto dokumen oleh Amandus

Johnson dan Royal Archives of Stockholm.

2. 1930 -> Keyes Metcalf mengirimkan  surat kabar yang

robek-robek ke Perusahaan Recordak untuk dibuatkan

mikrofilmnya menggunakan fil ukuran 35mm.

3. 1934 -> Perpustakaan Umum New York menyediakan ruang baca

microfilm, dan mulai dengan pembuatan eksperimen kamera

dari kayu “recordak” model A dan B.

Page 8: pelestarian nilai informasi

4. David C. Weber berhasil menemukan system pembuatan mikro

film.

5. 1935 -> Fran L. Polk adanya bagian layanan mikrofil pada

perpustakaan umum New York Public Library.

6. 1939 -> Tekhnologi fotografi  mikro berhasil diciptakan

oleh John Benyamin Dancer.

1) 1870 -> Foto mikro digunakan untuk kegiatan militer

sperti pada perang Franco-Prusian.

b. Bentuk Mikro

Alih bentuk dokumen menjadi bentuk mikro / ukuran

kecil.

Bentuk mikro dapat berupa:

1. Gulungan microfilm.

2. Mikrofis.

3. Aperture card (70mm).

4. Ultrafis.

5. Mikro-opaque.

Mikro film / Mikrofotografi ialah istilah umum untuk

berbagai bentuk mikro yang

dituangkan dalam film. Film yang digunakan itu ada dalam

Page 9: pelestarian nilai informasi

berbagai ukuran, misalnya ada yang 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70

mm dan yang lazim digunakan untuk membuat mikrofilm ialah

film yang berukuran 35 mm, untuk menyimpan surat

kabar. Penggunaan mikrofilm menjadi meningkat secara luar

biasa karena ada pengakuan bahwa sebagian besar

buku,majalah, dan surat kabar memiliki kualitas kertas dan

kualitas cetak yang buruk. Teknik mikrofilm telah digunakan

selama hampir tujuh puluh tahun. Selama itu pula

penggunaannya memberikan suatu metode yang sangat baik

untuk merekam gambar/foto bahan pustaka. Salah satu

keunggulan utama dari teknik mikrofilm adalah banyak

informasi yang dapat disimpan dalam ruang kecil.

Salah satu tujuan paling utama dalam perekaman

mikrofilm adalah untuk melesarikan dokumen langka,

menjaganya dari kerugian dan kehancuran, dan karena

kualitas fisik dokumen yang menurun. Prinsip-prinsip

mikrofilm sudah dikenal sejak lebih dari 150 tahun. Akan

tetapi, penggunaan mikrofilm baru menjadi metode yang

sangat populer setelah Perang Dunia II. Hal ini terkait

dengan teknik untuk mereproduksi halaman yang dicetak.

Page 10: pelestarian nilai informasi

Untuk kasus dokumen-dokumen berharga, salinannya bisa

disimpan di tempat yang aman dan terpisah. Tindakan ini

dimaksudkan untuk mencegah kehilangan dokumen apabila

terjadi kebakaran, bencana alam, dan sebagainya. Menurut

perkiraan ilmiah, salinan negatif yang disimpan dengan

seksama bisa bertahan hingga 500 tahun lamanya.

Keberadaan mikrofilm di perpustakaan:

a. Mikrofilm sebagai suplemen, dimana pengguna mencari bahan

atau dokumen yang mereka perlukan melalui mikrofilm namun di

perpustakaan tersebut juga terdapat bahan aslinya.

b. Mikrofilm sebagai komplemen, apabila di perpustakaan itu

tidak ada bahan aslinya, jadi informasi tersebut hanya ada

di mikrofilm saja.

Alasan penggunaan mikrofilm di perpustakaan:

1.    Melestarikan koleksi yang mempunyai nilai sejarah.

2.    Menyelamatkan koleksi yang sudah aus.

3.    Melengkapi koleksi yang tidak tersedia dalam bentuk

cetak dan koleksi yang langka.

4.    Mempermudah dalam menggunakan bahan-bahan yang asalnya

bertumpuk.

5.    Menghemat uang dalam pengiriman.

Page 11: pelestarian nilai informasi

6.    Mengurangi kerusakan.

7.    Menggantikan interlibrary loan.

c. Kelebihan dalam bentuk mikro:

1. Penghematan ruang

2. Keamanan

3. Mudah diproduksi

4. Mudah Diakses

5. Tidak menyimpang dari bentuk asli

6. Ekonomis

7. Memperlancar penyebarluasan dokumen.

8. Untuk memperkecil penjilidan.

9. Memungkinkan penyimpanan semua dokumen yang terdaftar

dalam file komputer.

10. Untuk mengurangi ongkos pengiriman dokumen.

d.  Kelemahan Bentuk Mikro:

1. Pemakaian harus menggunakan  alat khusus.

2. Peralatan mahal.

3. Sulit untuk diperbaharui atau menyisipkan revisi dokumen.

4. Tidak ekonomis untuk mendistribusikan dokumen sendiri.

5. Diperlukan wadah khusus untuk penyimpanan.

Page 12: pelestarian nilai informasi

6. Menimbulkan masalah dalam interfiling dokumen yang

berkaitan dengan filming yang bermutu.

7. Penggunaan informasi oleh pengguna akan mengakibatkan

ketegangan mata dan kelelahan fisik.

8. Mikrofilm memerlukan perawatan khusus dan tenaga ahli

dalam proses pembuatannya.

e. Pembuatan microfilm

Pembuatan microfilm pada dasarnya seperti pengambilan

gambar dengan sebuah kamera. Hal tersbut namun tidak

dibuat hardcopinya hanya fimnya saja.

Beberapa pertimbangan penyebab dibuatnya microfilm:

1. Bahan sudah rusak, sehingga tak perlu disimpan lagi.

2. Bahan masih baru, tetapi nilai fisiknya tidak penting

untuk penghematan ruangan.

3. Bahan sangat penting, kalau dipinjamkan dikhawatirkan

rusak.

f. Tekhnik

Pemikrofilman dasarnya adalah sama dengan

proses fotokopi. Proses pemikrofilman memungkinkan

menyimpan dokumen dalam ruang kecil. Film yang digunakan

terbuat dari selulosa asetat.

Page 13: pelestarian nilai informasi

Selulosa asetat adalah suatu senyawa kimia buatan

yang digunakan dalam film fotografi. Secara kimia, selulosa

asetat adalah ester dari asam asetat dan selulosa. Senyawa

ini pertama kali dibuat pada tahun 1865. Selain pada film

fotografi, senyawa ini juga digunakan sebagai komponen

dalam bahan perekat, serta sebagai serat sintetik.

Film fotografi yang terbuat dari asam asetat pertama

kali diperkenalkan pada 1934, menggantikan selulosa

nitrat yang sebelumnya menjadi standar. Kelemahan film

selulosa nitrat adalah senyawa tersebut tidak stabil dan

mudah sekali terbakar. Bila terjadi kontak dengan oksigen,

film selulosa asetat menjadi rusak dan tidak dapat

digunakan lagi, serta melepaskan asam asetat. Fenomena ini

disebut "sindrom cuka", karena asam asetat merupakan bahan

utama dalam cuka. Sejak dekade 1980-an, film

dari poliester (sering juga disebut dengan nama dagang dari

Kodak Estar) mulai menggantikan film dari selulosa asetat,

terutama untuk tujuan pengarsipan. Sebelum munculnya

poliester, film selulosa asetat juga dipakai pada pita

Page 14: pelestarian nilai informasi

magnetik. Sekarang selulosa asetat masih digunakan dalam

beberapa hal, misalnya negatif dari gambar bergerak.

Menurut Biro Standar AS di Washington, D. C.,

mikrofilm yang terbuat dariselulosa asetat bisa bertahan

lama, sama seperti bila menggunakan kertas dengan kualitas

terbaik. Lebar dari film ini ada dua jenis, yaitu 16mm dan

35mm. Lebar 16mm digunakan untuk dokumen biasa seperti cek

bank, surat resmi, dan kartu. Sementara lebar 35mm

digunakan untuk buku dan dokumen besar.

Satu gulung mikrofilm dimasukkan ke dalam kamera,

sementara dokumen yang akan diambil diletakkan dalam fokus.

Pada saat gulungan membuka, satu seksi kecil film.Dipasang

dalam posisi berhadapan dengan lensa kamera. Penyinaran

dilakukan. Lalu bagian kecil film itu digulung menjauhi

lensa, dan bagian baru mengambil tempatnya, dan dokumen

lain dibawa ke depan untuk dipotret.

Seluruh gulungan film akan disinari, setelah itu baru

gulungan dipindahkan dari kamera (rotory camera dan

Page 15: pelestarian nilai informasi

planetary camera) dan dicuci. Apabila film dicuci,

bentuknya merupakan negatif. Artinya, apa yang gelap pada

aslinya menjadi terang di negatif, berlaku pula

kebalikannya. Pada umumnya, film yang telah dicuci

dibiarkan dalam bentuk negatif. Film digulung pada kumparan

dan dimasukkan ke dalam peti karton. Apabila satu rol film

berisi hal yang tidak berkaitan, film itu kadang-kadang

dipotong dan disimpan sesuai dengan kategorinya

Gambar-gambar yang sudah jadi terlalu kecil untuk dibaca

dengan mata telanjang,

harus

Ada alat bantu untuk menunjangnya. Maka digunakanlah sebuah

proyektor khusus yang

disebut dengan pembaca film. Proyektor ini berguna untuk

memperbesar objek film

sehingga enak untuk dibaca. Mikrofilm dapat pula dicetak.

Dari cetak negatif yang

Page 16: pelestarian nilai informasi

diperoleh setelah film dicuci, kita dapat memperoleh cetak

film positif. Ukuran

yang

dihasilkan bisa beragam sesuai dengan kebutuhan.

2. CD-ROM ( COMPACT DISC-READ ONLY MEMORY)

Arti : disc yang terbuat dari plastik berkilau dengan warna

pelangi yang bergaris

tengah 4,72

inci/ 12cm, tebalnya < 2,5mm. Memiliki satu lubang ditengah

berukuran 1,2 mm dan

berkapasitas penyimpanan >500 MB, dan merupakan temuan dari

perkembangan teknologi

informasi mutakhir.Pada 1982 The Library of Congress semula

hanya bermaksud

mengadakan pelestarian dokumen dengan teknologi video disc,

namun akhirnya sekarang

berkembang menjadi bisnis yg sangat maju dalam dunia

penyimpanan dan penyebaran

informasi serta kemampuan pelestariannya dapat dihandalkan.

Page 17: pelestarian nilai informasi

Dengan berhasilnya percobaan alih bentuk melalui video

disc tersebut menepis

kekhawatiran kekurangan ruang penyimpanan BP. Penting untuk

terlebih dahulu

mengetahui apakah nilai fisik atau nilai informasi nya yg

perlu dilestarikan. Jika

nilai

informasinya yang lebih harus dilestarikan, maka BP tersebut

bisa langsung dibawa

ke bagian alih bentuk untuk disimpan dalam bentuk video disc

dengan alat bantu

scanner.

Dahulu satu disc hanya berkapasitas 108.000 halaman kuarto/

sekitar 200 buku. Sekarang bisa mencapai 500 buku. Hal ini

sangat menghemat tempat penyimpanan dan memudahkan penemuan

kembali informasi.

Sesuai dengan namanya, data atau informasi digaital yang sudah

disimpan/ direkam dalam

Page 18: pelestarian nilai informasi

CD-ROM tidak bisa di hapus atau ditambah oleh pemakai. CD-ROM

hanya dapat dibaca

menggunakan CD-ROM Drive ke PC atau komputer jenis lain. Untuk

menelusuri informasi

didalam CD-ROM perlu suatu paket perangkat lunak khusus yang

berfungsi untuk

memerintah komputer mengakses informasi dalam CD-ROM tsb.

Jenis/ Grup dari piringan optik/ media optik (Desmarais,

1991:28) adalah:

1. Optical Read Only Memories (OROM) adalah piringan di mana

informasi hanya dapat direkam sekali, juga termasuk CD-

Audio, CD-Interactive (CD-I)

2. Write Once Read Many Memory atau Write Once Read Forever

Disc misalnya WROM-Disc (Write Once Read Many) atau CD-

PROM ( Compact Disck Programmable Read Only Memory) dan

data ROM.

3. Ereasable Memory, misalnya CD-EPROM (Compact Disc

Ereasable Programmable Read Only

Memory) dan data ROM

Page 19: pelestarian nilai informasi

Teknologi penyimpanan optik (penyimpanan laser) digunakan

untuk memasukkan data

kedalam sebuah permukaan disc photosensitive. Teknologi ini sangat

diminati karena:

1. Merupakan sarana penyimpanan berkapasitas tinggi

2. Beberapa jenis dari teknologi ini tidak mahal

3. Beberapa jenis dari teknologi ini tahan lama

4. Tahan terhadap gangguan2 yang disebabkan oleh

elektromagnetis

5. Kebanyakan portable

6. Mudah dihubungkan dengan PC

Keunggulan CD-ROM:

1. Memiliki daya tampung besar

2. Memudahkan penelusuran literatur

3. Memudahkan pembuatan katalog

4. Tidak menggeser kedudukan pustakawan

5. Membantu pustakawan

6. Mempercepat penerbitan di Indonesia

Page 20: pelestarian nilai informasi

7.

Pelestarian CD-ROM:

1. Memperhatikan sifat dan watak PC (sebagai sarana/ alat

yang menjalankan CD-ROM)

2. Disc drive harus rajin dibersihkan dengan alkohol

3. Hindari adanya virus pada PC

4. Jaga temperatur ruang tetap dingin, standar, kelembaban

berkisar antara 40 s/d 60%

5. Tempatkan disket pada tempat yang terlindung dari sinar

matahari dan sumber panas lain.

Page 21: pelestarian nilai informasi

BAB III

PENUTUP

A.kesimpulan

Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam

sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan

mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini

berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah),

dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide

dan sebagainya.

Untuk pelestarian nilai informasi bahan pustaka

perlu dilakukan dengan alih bentuk dokumen (ke bentuk

mikro atau microfilm). Selain itu dengan teknologi video,

sehingga lebih mudah untuk penyimpanan, pengolahan dan

penemuan kembali.

Mikro film / Mikrofotografi ialah istilah umum untuk

berbagai bentuk mikro yang dituangkan dalam film. Film

yang digunakan itu ada dalam berbagai ukuran, misalnya

ada yang 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm dan yang lazim

digunakan untuk membuat mikrofilm ialah film yang

berukuran 35 mm, untuk menyimpan surat kabar. Penggunaan

Page 22: pelestarian nilai informasi

mikrofilm menjadi meningkat secara luar biasa karena ada

pengakuan bahwa sebagian besar buku,majalah, dan surat

kabar memiliki kualitas kertas dan kualitas cetak yang

buruk.

B. Saran

Sehubungan dengan penulisan makalah ini ,penulis meminta

kepada dosen pembimbing mata kuliah pelestarian bahan

pustaka agar mengberi kritikan dan saran kepada penulis.