Top Banner
PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN KERATON KANOMAN KOTA CIREBON Dewi Nurbaeti, Antariksa, Fadly Usman Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia, Telp (0341) 567886 email: [email protected] ABSTRAK Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik bangunan kuno dan lingkungan, mengidentifikasi penyebab terjadinya penurunan kualitas bangunan kuno dan lingkungan, serta menentukan pelestarian dalam melindungi bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman. Metode yang digunakan adalah deskriptif, evaluatif, dan development. Kondisi bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman menunjukkan adanya penurunan kualitas fisik, hal ini terlihat dari banyaknya elemen bangunan yang mengalami kerusakan. Sebanyak 27 bangunan kuno dengan kondisi tidak terawat, 24 bangunan kuno dimanfaatkan sebagai tempat sosial budaya dan 25 bangunan kuno berusia lebih dari 200 tahun. Lahan terbangun yang tersedia di Kawasan Keraton Kanoman mencapai 96,13% dengan penggunaan lahan didominasi oleh permukiman, perdagangan jasa dan sosial budaya.Penyebab utama penurunan kualitas bangunan kuno adalah kurangnya pendanaan. Penyebab utama penurunan kualitas lingkungan adalah aksesibilitas yang buruk. Pelestarian bangunan kuno dibagi menjadi tiga, yaitu tindakan preservasi 25 bangunan, konservasi 25 bangunan dan rehabilitasi 3 bangunan. Pelestarian lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu mengatasi permasalaahn elemen fisik pembentuk Kawasan Keraton Kanoman, penyebab penurunan kualitas lingkungan, dan elemen citra Kawasan Keraton Kanoman. Kata kunci: pelestarian, bangunan kuno, lingkungan. ABSTRACT The purpose of this study is to identify the characteristics of historical buildings and its environment, to identify the causes of decline quality of the historical buildings and its environment, and determine preservation of historical buildings in order to protect both historical buildings and its environment at the Palace Kanoman area. Methods used in this study contain descriptive, evaluative, and development. The condition of historical buildings in the Palace Kanoman area showed a decrease physical quality, as seen from many elements of the building was damaged. A total of 27 historical buildings with untreated conditions, 24 historical buildings used as places of social cultural, and 25 historical buildings have more than 200 years old. Percentage of built area of the available land area in Kanoman Palace reaches 96.13% which land use were dominated by residential, commercial service and social culture. The main reason of the deterioration of historical buildings is the lack of funding. The main reason of environmental degradation is poor accessibility. Referrals preservation of historical buildings are divided into three actions, preservation measures 25 buildings, conservation 25 buildings and rehabilitation 3 buildings. The purpose of environmental preservation for Keraton Kanoman area is to solve physical element’s problems, to determine the factor cause of degradation environmental quality and the image of this historical area. Keywords: conservation, historical building, environment Pendahuluan Kecenderungan kerusakan bangunan peninggalan sejarah timbul karena adanya perkembangan kota yang terkadang tidak memperhatikan faktor sejarah yang ada. Perkembangan perkotaan yang dirasa semakin tidak terkendali semestinya dapat dibatasi arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 63
14

Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Jan 23, 2023

Download

Documents

MARETA HARLIA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

PPEELLEESSTTAARRIIAANN BBAANNGGUUNNAANN DDAANN LLIINNGGKKUUNNGGAANN

KKAAWWAASSAANN KKEERRAATTOONN KKAANNOOMMAANN KKOOTTAA CCIIRREEBBOONN

Dewi Nurbaeti, Antariksa, Fadly Usman

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia, Telp (0341) 567886

email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik bangunan kuno dan lingkungan, mengidentifikasi penyebab terjadinya penurunan kualitas bangunan kuno dan lingkungan, serta menentukan pelestarian dalam melindungi bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman. Metode yang digunakan adalah deskriptif, evaluatif, dan development. Kondisi bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman menunjukkan adanya penurunan kualitas fisik, hal ini terlihat dari banyaknya elemen bangunan yang mengalami kerusakan. Sebanyak 27 bangunan kuno dengan kondisi tidak terawat, 24 bangunan kuno dimanfaatkan sebagai tempat sosial budaya dan 25 bangunan kuno berusia lebih dari 200 tahun. Lahan terbangun yang tersedia di Kawasan Keraton Kanoman mencapai 96,13% dengan penggunaan lahan didominasi oleh permukiman, perdagangan jasa dan sosial budaya.Penyebab utama penurunan kualitas bangunan kuno adalah kurangnya pendanaan. Penyebab utama penurunan kualitas lingkungan adalah aksesibilitas yang buruk. Pelestarian bangunan kuno dibagi menjadi tiga, yaitu tindakan preservasi 25 bangunan, konservasi 25 bangunan dan rehabilitasi 3 bangunan. Pelestarian lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu mengatasi permasalaahn elemen fisik pembentuk Kawasan Keraton Kanoman, penyebab penurunan kualitas lingkungan, dan elemen citra Kawasan Keraton Kanoman. Kata kunci: pelestarian, bangunan kuno, lingkungan.

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify the characteristics of historical buildings and its environment, to identify the causes of decline quality of the historical buildings and its environment, and determine preservation of historical buildings in order to protect both historical buildings and its environment at the Palace Kanoman area. Methods used in this study contain descriptive, evaluative, and development. The condition of historical buildings in the Palace Kanoman area showed a decrease physical quality, as seen from many elements of the building was damaged. A total of 27 historical buildings with untreated conditions, 24 historical buildings used as places of social cultural, and 25 historical buildings have more than 200 years old. Percentage of built area of the available land area in Kanoman Palace reaches 96.13% which land use were dominated by residential, commercial service and social culture. The main reason of the deterioration of historical buildings is the lack of funding. The main reason of environmental degradation is poor accessibility. Referrals preservation of historical buildings are divided into three actions, preservation measures 25 buildings, conservation 25 buildings and rehabilitation 3 buildings. The purpose of environmental preservation for Keraton Kanoman area is to solve physical element’s problems, to determine the factor cause of degradation environmental quality and the image of this historical area.Keywords: conservation, historical building, environment Pendahuluan

Kecenderungan kerusakan bangunan peninggalan sejarah timbul karena adanya perkembangan kota yang terkadang tidak memperhatikan faktor sejarah yang ada. Perkembangan perkotaan yang dirasa semakin tidak terkendali semestinya dapat dibatasi

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 63

Page 2: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

dengan perencanaan yang turut mendasarkan perkembangan sejarah kota, karena kawasan kota dengan signifikansi tertentu, nilai kesejarahan dan budaya akan memberikan kontribusi penting. Khususnya dalam pembentukan identitas bagi kota tersebut. Kawasan bersejarah beserta bangunan-bangunan kunonya merupakan suatu perwujudan bentuk nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan budaya bangsa. Untuk mempertahankannya perlu dilakukan konservasi dan revitalisasi. Kegiatan konservasi dan revitalisasi mempunyai dua sisi, yaitu sebagai suatu strategi untuk perlindungan bangunan kuno dan memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Kawasan bersejarah dapat dikembangkan dengan mengaktifkan kegiatan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan konservasi dan revitalisasi di Indonesia belum berjalan dengan baik. Keraton Kanoman merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia merupakan hasil karya yang sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan kebudayaan Islam Jawa. Ditinjau dari segi sejarah, Keraton Kanoman telah menjadi saksi sejarah panjang Kota Cirebon sejak abad ke-13 dari terbentuknya Kesultanan Cirebon, masa kolonial, hingga sekarang. Kawasan Keraton Kanoman merupakan kawasan yang memiliki nilai historis tinggi apabila dipandang dari sejarah dan aspek-aspek di dalamnya. Aspek tersebut misalnya peristiwa penting yang pernah terjadi, kehidupan sosial dan budaya serta aspek fisik bangunan yang mengandung nilai sejarah dengan karakteristik bangunan berarsitektur Jawa/Tradisional, Kolonial dan Cina. Selain itu Keraton Kanoman sebagai sumber budaya Islam Jawa banyak memiliki dan melahirkan berbagai kesenian dan kebudayaan yang terkenal tinggi dan falsafahnya, seperti adanya seni menggambar (seni membatik), seni tari, tradisi adat istiadat Siraman Gong Sekati, Kesenian Gembyung, Grebeg Syawal, Pitulikuran, Pelal ageng yang rutin dilakukan setiap tahun. Pada saat ini kondisi fisik bangunan kuno yang berada pada Kawasan Keraton Kanoman banyak yang mengalami kerusakan. Hal inilah yang menjadikan alasan untuk dilakukan studi pelestarian bangunan dan lingkungan Kawasan Keraton Kanoman.

Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik bangunan kuno dan lingkungan, mengidentifikasi penyebab terjadinya penurunan kualitas bangunan kuno dan lingkungan, serta menentukan pelestarian dalam melindungi bangunan kuno dan lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman. Metode Penelitian Metode pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini, yaitu survei primer dan survei sekunder. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan, yaitu sensus karena semua populasi sebanyak 53 bangunan kuno dijadikan sebagai objek penelitian (Undang-undang Cagar Budaya 1992). Metode analisis

Tahap I : metode deskriptif Mengidentifikasi karakteristik bangunan kuno dan lingkungan serta sosial budaya

masyarakat Keraton Kanoman. Tahap II : metode evaluatif Identifikasi penyebab yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan kuno dan

lingkungan di Kawasan Keraton Kanoman dengan menggunakan metode AHP (Satty 1993) dan akar masalah.

Tahap III : metode development Penentuan pelestarian bangunan kuno dilakukan dengan penilaian makna kultural

pada masing-masing bangunan kuno.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 64

Page 3: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Perumusan strategi pelestarian lingkungan didasarkan atas penyebab penurunan kualitas lingkungan berdasarkan perhitungan AHP. Hasil dan Pembahasan A. Tinjauan historis Kawasan Keraton Kanoman

Kawasan Keraton Kanoman merupakan asal mula terbentuknya Kota Cirebon, hal ini ditandai dengan adanya bangunan pertama di kawasan tersebut, yaitu Witana yang berada di kompleks Keraton Kanoman. Pada tahun 1677 hingga tahun 1807 terjadi perpecahan yang pada akhirnya Kesultanan Cirebon terbagai menjadi empat, yaitu Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan dan Kaprabonan. Kesultanan Kanoman mendirikan bangunan keraton baru di sekitar Witana yang diberinama Keraton Kanoman (Gambar 1 dan Gambar 2.)

Gambar 1. Perkembangan keraton-keraton di Kota Cirebon.

Gambar 2. Skema Kawasan Keraton Kanoman.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 65

Page 4: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Perkembangan lebih lanjut terjadi karena perubahan situasi politik kerajaan dengan

masuknya intervensi Belanda dengan VOC-nya. Di samping itu, pola pemanfaatan lahan juga mengalami perubahan. Pemanfaatan lahan (Gambar 3) semakin kompleks berbagai ras dan etnis, mereka secara berbaur memanfaatkan lahan di sekitar pusat kota lama, berdekatan dengan keraton. Pada tahun 1752 dilakukan perjanjian antara pihak Belanda dengan dengan pihak Kesultanan Cirebon isi dari perjanjian tersebut salah satunya adalah penetapan bagian wilayah masing-masing sultan. Kesultanan Kanoman yang pada waktu itu di wakilkan oleh Sultan Anom Alimudin mendapatkan wilayah di antaranya, Kampung Kanoman (Kanoman Utara dan Kanoman Selatan), Astana Garib, Petratetan, Kebon Pring dan Lemahwungkuk. Pembangunan di sekitar Kawasan Keraton Kanoman lebih di khususkan pada pembangunan penunjang perekonomian yang ditandai dengan munculnya bangunan Kolonial dan Cina untuk perdagangan seperti Pasar Kanoman yang di bangun oleh Belanda. Setelah awal kemerdekaan sekitar tahun 1945-an tumbuh bangunan modern dan semakin kompleksnya pertumbuhan perekonomian setelah pemerintahan di Cirebon di ambil alih ke Negara Republik Indonesia, terutama dengan disahkannnya Undang-Undang Pokok Agrarian No.5 Tahun 1960, yang menghapus seluruh tanah bekas swapraja, sehingga tanah-tanah yang di miliki Kesultanan Kanoman semakin sedikit.

Gambar 3. Peta perkembangan Kawasan Keraton Kanoman.

B. Karakteristik banguna kuno di Kawasan Keraton Kanoman Bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman umumnya memiliki fungsi sebagai

sosial budaya. Kondisi bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman, Nurmala (2003)

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 66

Page 5: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

menunjukkan adanya penurunan kualitas fisik. Hal ini terlihat dari banyaknya elemen bangunan yang mengalami kerusakan. Sebanyak 27 bangunan dalam kondisi tidak terawat, dengan beberapa elemen mengalami kerusakan. Umumnya kerusakan yang terjadi pada bagian atap, cat tembok, ornamen dan konstruksi bangunan (Gambar 4).

Gambar 4. Peta kondisi bangunan kuno

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nom

Bangunan kuno dalamkondisi terawat

Bangunan kuno dalamkondisi tidak terawat

di Kawasan Keraton Kanoman.

or 2, Juli 2010 67

Page 6: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman berusia antara 80- lebih dari 200 tahun, sebanyak 28 bangunan atau 53% berusia antara 80-200 dan 25 bangunan atau 47% bangunan berusia lebih dari 200 tahun (Gambar 5).

Usia bangunan kuno di atas

200 tahun Usia bangunan kuno kurang

dari 200 tahun

Gambar 5. Peta usia bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 68

Page 7: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

C. Karakteristik lingkungan di Kawasan Keraton Kanoman Karakteristik lingkungan Keraton Kanoman dapat diketahui dari penggunaan lahan,

kondisi jalan dan sirkulasi, serta keberadaan sarana penunjang lingkungan. Lahan terbangun yang tersedia di Kawasan Keraton Kanoman mencapai 96,13% dengan penggunaan lahan didominasi oleh permukiman, perdagangan jasa dan sosial budaya. Guna lahan perdagangan dan jasa terpusat di Jalan Kanoman, yang merupakan jalur utama di Kawasan Keraton Kanoman. Guna lahan permukiman tersebar di perkampungan dan rumah di belakang areal pertokoan dan Pasar Kanoman, sedangkan penggunaan lahan sosial budaya terpusat di belakang areal pertokoan dan Pasar Kanoman (Gambar 6 dan Gambar 7).

43%

21%1%

4%1%2%7%

17%

4%Penggunaan lahan

PermukimanPerdagangan/JasaPerkantoranPendidikanPeribadatanKesehatanIndustri/GudangSosial BudayaRTH

Gambar 6. Prosentase penggunaan lahan Kawasan Keraton Kanoman.

Kawasan Keraton Kanoman mempunyai 2 koridor jalan utama, yang menjadi

akses sirkulasi dari dan menuju Kawasan Keraton Kanoman, yaitu Jalan Kanoman (Gambar 8) dan Jalan Lemahwungkuk. Permasalahan sirkulasi pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu adanya mixed circulation becak, sepeda, sepeda motor, mobil, pejalan kaki dan sirkualsi barang bercampur menjadi satu. Hal ini mengakibatkan adanya kemacetan pada ruas jalan tersebut. Penyebab lain kemacetan pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) (Gambar 9) menempati pedestrian dan menggunakan bahu jalan untuk berjualan serta adanya parkir on street yang menggunakan bahu jalan.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 69

Page 8: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Gambar 7. Peta Penggunaan lahan di Kawasan Keraton Kanoman tahun 2010.

Gambar 8. Kondisi sirkulasi kendaraan di Jalan Kanoman.

Gambar 9. Keberadaan PKL yang memanfaatkan jalur pejalan Kaki.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 70

Page 9: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

D. Citra Kawasan Keraton Kanoman A. Path (jalur)

Path yang berada pada Kawasan Keraton Kanoman (Gambar 10) berupa Jalan Pulasaren, Jalan Kepatihan, Jalan Kanoman, Jalan Lemahwungkuk, Jalan Kompleks Pasar Kanoman, Jalan Kebon Pring A, dan Gang Sapin. Path pada ruas jalan utama Kawasan Keraton Kanoman, yaitu Jalan Kanoman dan Jalan Lemahwungkuk mempunyai penampakan yang kuat. Hal ini ditandai oleh adanya fasade bangunan berkepadatan tinggi KDB 90-100% dan tinggi bangunan 8-13 meter. Selain fasade penampakan yang memperkuat path pada ruas jalan utama Kawasan Keraton Kanoman, yaitu deretan bangunan ruko (rumah toko).

Gambar 10. Path Kawasan Keraton Kanoman.

B. District (kawasan) District yang berada pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu pada kompleks

Kerataon Kanoman. District Kanoman ini mempunyai bentuk yang sangat khas baik dari bangunannya, yaitu bangunan tradisional ataupun fungsinya sebagai distric sosial budaya (Gambar 11).

Gambar 11. District Kawasan Keraton Kanoman.

C. Node (pusat kegiatan) Node atau simpul kegiatan yang terdapat di Kawasan Keraton Kanoman (Gambar

12), yaitu Pasar Kanoman yang terletak pada Jalan Kanoman.

Gambar 12. Node Kawasan Keraton Kanoman.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 71

Page 10: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

D. Landmark (tengeran) Landmark yang ada di sekitar Kawasan Keraton Kanoman (Gambar 13), yaitu

berupa bangunan yang berada pada Keraton Kanoman, yaitu Siblawong. Bangunan Keraton Kanoman ini merupakan living monument yang masih hidup dan memiliki pengaruh luas.

Berdasar pembahasan di atas, maka peta citra Kawasan Keraton Kanoman dapat ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 13. Landmark Kawasan Keraton Kanoman.

Gambar 14. Peta citra Kawasan Keraton Kanoman.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 72

Page 11: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

E. Penyebab penurunan kualitas fisik bangunan kuno Indikasi penurunan kualitas fisik bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman

dapat diketahui dari kondisi kerusakan pada bangunan kunonya. Penentuan penyebab utama penurunan kualitas bangunan kuno menggunakan metode perhitungan Analytic Hierarchy Process (AHP) Satty (1993) dengan bantuan pendapat para ahli. Adapun hasil dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 1.)

Tabel 1. Penyebab Penurunan Kualitasfisik Bangunan Kuno di Kawasan Keraton Kanoman

Variabel Bobot Kesadaran pemilik 0.227 Perawatan bangunan 0.235 Pendanaan 0.243 Perangkat hukum dan aturan 0.13 Usia bangunan 0.165

Total 1

Pendanaan merupakan penyebab utama penurunan kualitas fisik bangunan kuno.

Hal ini terlihat dari kurangnya dana yang dimiliki oleh pemilik/pengelola bangunan untuk merawat bangunan kuno. Disebabkan karena tidak adanya bantuan dari pihak pemerintah maupun pihak lainnya. Kurangnya perawatan pada bangunan kuno memiliki peran dalam penurunan kualitas bangunannya. Perawatan bangunan kuno selama ini dilakukan secara individual oleh pemilik/pengelola bangunan. Tingginya biaya perawatan yang harus dikeluarkan tiap tahun serta sulitanya untuk mencari material bangunan pengganti yang sesuai dan sejenis dengan bahan material bangunan kuno membuat pemilik/pengelola enggan untuk melakukan pemeliharaan secara rutin. Penyebab lain yang turut berperan dalam penurunan kualitas bangunan kuno adalah kesadaran pemilik bangunan, usia bangunan serta perangkat hukum dan aturan. F. Penyebab penurunan kualitas lingkungan

Indikasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilihat dari aksesibilitas dari dan menuju Kawasan Keraton Kanoman mengalami hambatan, perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka (alun-alun Kanoman) menjadi perluasan Pasar Kanoman, TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan di manfaatkan sebagai lahan parkir (Tabel 2).

Tabel 2. Penyebab Penurunan Kualitas Lingkungan di Kawasan Keraton Kanoman

Variabel Bobot Perubahan guna lahan 0.226 Pergeseran fungsi kawasan 0.183 Aksesibilitas 0.233 Perangkat hukum dan aturan 0.16 Perkembangan kota 0.198 1

Penyebab utama penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh aksesibilitas.

Adanya Mixed circulation becak, sepeda, sepeda motor, mobil, pejalan kaki dan sirkualsi barang bercampur menjadi satu, hal ini mengakibatkan adanya kemacetan pada ruas jalan Kanoman dan jalan Lemahwungkuk. Penyebab lain kemacetan pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) menempati pedestrian dan menggunakan bahu jalan untuk berjualan serta adanya parkir on street yang menggunakan bahu jalan. Perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka/alun-alun keraton Kanoman menjadi perluasan Pasar Kanoman, tempat parkir kendaraan dan tempat pembuangan sampah. Perubahan lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun dengan penggunaan lahan permukiman memiliki peran dalam penurunan kualitas

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 73

Page 12: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

lingkungan di Keraton Kanoman. Penyebab lain yang turut berperan dalam penurunan kualitas lingkungan adalah perkembangan kota, pergeseran fungsi kawasan, dan perangkat hukum dan aturan. G. Pelestarian bangunan

Tindakan pelestarian bangunan kuno (Gambar 18) diperoleh dari penilaian dengan menggunakan kriteria makna kultural yang terdiri dari peran sejarah, estetika, kelangkaan, memperkuat kawasan, keterawatan, dan keluarbiasaan.

Dari penilaian tersebut diperoleh hasil, adalah sebagai berikut: • 25 bangunan kuno tergolong dalam tindakan pelestarian preservasi, yaitu pelestarian

menitikberatkan pada pemeliharaan dan perlindungan orisinalitas bentuk bangunan (Gambar 15)

Gambar 15. Bangunan kuno dengan tindakan pelestarian preservasi.

• 25 bangunan kuno tergolong dalam tindakan pelestarian konservasi, yaitu adanya

adaptasi fungsi baru bagi bangunan kuno, namun tidak mengubah elemen bangunan (Gambar 16).

Gambar 16. Bangunan kuno dengan tindakan pelestarian konservasi.

• 3 bangunan tergolong dalam tindakan rehabilitasi, yaitu bangunan diarahkan untuk pengembalian kondisi bangunan kuno dan pereduksian elemen bangunan yang berciri modern (Gambar 17).

Gambar 17. Bangunan kuno dengan tindakan pelestarian rehabilitasi.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 74

Page 13: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Gambar 18. Peta tindakan bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman.

H. Pelestarian lingkungan Pelestarian lingkungan pada Kawasan Keraton Kanoman, yaitu mengatasi

permasalaahn elemen fisik pembentuk Kawasan Keraton Kanoman, penyebab penurunan kualitas lingkungan, dan elemen citra Kawasan Keraton Kanoman Kesimpulan

Penurunan kualitas bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendanaan dalam perawatan bangunan sehingga mengakibatkan kerusakan pada fisik bangunan kuno. Penurunan kualitas lingkungan Kawasan Keraton Kanoman dapat dilihat pada aksesibilitas dari dan menuju Kawasan Keraton Kanoman yang mengalami hambatan. Penyebab penurunan kualitas lingkungan di Kawasan Keraton Kanoman adalah aksesibilitas dan perubahan penggunaan lahan

Pelestarian bangunan kuno di Kawasan Keraton Kanoman diarahkan untuk tindakan preservasi sebanyak 25 bangunan, konservasi sebanyak 25 bangunan dan rehabilitasi sebanyak 3 bangunan. Pelestarian lingkungan di Kawasan Keraton Kanoman dirumuskan atas pertimbangan solusi penanganan terhadap permasalahan elemen fisik pembentuk kawasan, penyebab penurunan kualitas lingkungan, dan elemen citra Kawasan Keraton Kanoman

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 75

Page 14: Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Keraton Kanoman Kota Cirebon

Daftar Pustaka Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Direktorat

Jenderal Kebudayaan departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Satty. H. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta : Penerbit Pustaka Binaman Pressindo

Nurmala. 2003. Panduan Pelestarian Bangunan Tua/Bersejarah di Kawasan Pecinan-Pasar Baru Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 14 (3):73-93.

Copyright © 2010 by Antariksa

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010 76