Top Banner
PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 1 PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA M.Z. Eko Handoyo, S.S Pustakawan Muda Universitas Negeri Semarang (Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Pola 300 Jam, Tanggal 10 Nopember s.d 21 Desember 212 I. PENDAHULUAN Bidang pelestarian bahan pustaka adalah bidang yang masih baru dalam dunia perpustakaan. Kesadaran akan pentingnya pelestarian ini baru dimulai sejak tahun 1966, yaitu pada saat banjir di Florence, Italia yang merusak koleksi perpustakaan nasional Italia serta benda-benda seni yang lain. Kejadian ini menggugah hati para pustakawan tentang perlunya mempelajari bidang pelestarian bahan pustaka secara sungguh-sungguh. Lembaga yang telah lama mengupayakan “pelestarian” ini adalah museum, arsip, dan kolektor seni. Dua buah lembaga yang bergerak dalam bidang tersebut ialah: 1. The International Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (IIC), yang didirikan pada tahun 1950. 2. The American Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (AIC), didirikan pada tahun 1960. Kedua lembaga tersebut mengupayakan benda-benda bersejarah, sert benda-benda seni dapat dilestarikan dengan baik, tetapi waktu itu belum menyinggung pelestarian koleksi perpustakaan. Di Indonesia, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI), bersama dengan Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Direktorat Permuseuman Depdikbud, memprakarsai Program Pelestarian Bahan-Pustaka dan Arsip yang mendapat bantuan dana dari Ford Foundation. A. Beberapa istilah terkait pelestarian menurut IFLA ( International Federation of Library Association ) Pelestarian (preservation) IFLA( International Federation of Library Association Federasi Internasional dari Asosiasi-asosiasi Perpustakaan) mendefinisikan preservasi sebagai aspek-aspek yang mencakup usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode, teknik, serta penyimpanannya. Adapun dalam kamus Inggris-Indonesia (John M.Echols & Hassan Sadily), p r e s e r v a s i b e r a r t i p e m e l i h a r a a n , penjagaan dan pengawetan. Sedangkan dalam buku the Principles for t h e Preservation and Conservation of Library Materials yang disusun oleh J.M. Dureau & D.W.G. Clements, preservasi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup unsur-unsur pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metoda untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik bahan pustaka . Pengawetan/Konservasi (conservation) Kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi BP (IFLA). Dalam kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John M. Echols d a n Hassan Sadily, konservasi berarti p e r l i n d u n g a n dan pengawetan. Sedangkan menurut J.M. Dureau & D.W.G. Clements konservasi adalah teknik yang dipakai utnuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. Perbaikan/Restorasi (restoration) Pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki BP dan arsip yang rusak.
13

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

Jan 28, 2023

Download

Documents

ajie saputra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 1

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

M.Z. Eko Handoyo, S.S Pustakawan Muda Universitas Negeri Semarang

(Makalah disampaikan pada Pelatihan Pen gelolaan Perpustakaan Sekolah Pola 300 Jam,

Tanggal 10 Nopember s.d 21 Desember 212

I. PENDAHULUAN

Bidang pelestarian bahan pustaka adalah bidang yang masih baru dalam dunia

perpustakaan. Kesadaran akan pentingnya pelestarian ini baru dimulai sejak tahun 1966, yaitu pada

saat banjir di Florence, Italia yang merusak koleksi perpustakaan nasional Italia serta benda-benda

seni yang lain. Kejadian ini menggugah hati para pustakawan tentang perlunya mempelajari bidang

pelestarian bahan pustaka secara sungguh-sungguh.

Lembaga yang telah lama mengupayakan “pelestarian” ini adalah museum, arsip, dan kolektor seni.

Dua buah lembaga yang bergerak dalam bidang tersebut ialah:

1. The International Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (IIC), yang

didirikan pada tahun 1950.

2. The American Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (AIC), didirikan pada

tahun 1960.

Kedua lembaga tersebut mengupayakan benda-benda bersejarah, sert benda-benda seni

dapat dilestarikan dengan baik, tetapi waktu itu belum menyinggung pelestarian koleksi

perpustakaan. Di Indonesia, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (PDII-LIPI), bersama dengan Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Direktorat

Permuseuman Depdikbud, memprakarsai Program Pelestarian Bahan-Pustaka dan Arsip yang

mendapat bantuan dana dari Ford Foundation.

A. Beberapa istilah terkait pelestarian menurut IFLA

(International Federation of Library Association )

Pelestarian (preservation)

IFLA(International Federation of Library Association–Federasi

Internasional dari Asosiasi-asosiasi Perpustakaan) mendefinisikan

preservasi sebagai aspek-aspek yang mencakup usaha melestarikan bahan

pustaka, keuangan, ketenagaan, metode, teknik, serta penyimpanannya.

Ad a p u n d a l a m k a mu s I ng g r is - I nd o ne s ia ( J o hn M . E c ho ls & Hassan

Sadily), p r e s e r v a s i b e r a r t i p e m e l i h a r a a n , penjagaan dan pengawetan.

S e d a ng k a n d a l a m b u k u t h e P r i n c i p l e s f o r t h e Preservation and

Conservation of Library Materials yang disusun oleh J.M. Dureau & D.W.G. Clements,

preservasi mempunyai art i yang lebih luas, yaitu mencakup unsur-unsur

pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metoda untuk

melestarikan informasi dan bentuk fisik bahan pustaka.

Pengawetan/Konservasi (conservation)

Kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip

untuk kelestarian koleksi BP (IFLA).

D a la m k a mu s I ng g r i s - I nd o ne s ia ya ng d is u s u n o le h J o h n M . E c ho ls

d a nHassan Sadily, konservasi berarti p e r l i n d u n g a n d a n p e n g a w e t a n .

Sedangkan menurut J.M. Dureau & D.W.G. Clements konservasi adalah teknik yang

dipakai utnuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran.

Perbaikan/Restorasi (restoration)

Pert imbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki BP dan arsip

yang rusak.

Page 2: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 2

Akan tetapi menurut sumber lain yang menyangkup pelestarian

bahan pustaka, kata konservasi mempunyai arti yang lebih luas. Prinsip-prinsip konservasi

yang ditulis dalam buku “Introduction to Conservation” (Unesco, 1979), a d a b e b e r a p a

t i n g k a t a n d a l a m k e g i a t a n k o n s e r v a s i , y a i t u : P r e v e n t i o n

o f deterioration, Consolidation, Restoration dan Reproduction yang masing-masing dapat

diterjemahkan sebagai berikut:

P e r v e n t i o n o f d e t e r o r a t i o n : t id a k a n p r e ve n t i f u n t u k me l ind u ng i

ba ha n pustaka dengan mengendalikan kondisi lingkungan dan kerusakan lainnya,

termasuk cara penanganannya.

Preservation: penanganan yang berhubungan langsung dengan bahan pustka; kerusakan oleh

udara lembab, faktor kimiawi, serangga dan mikroorganisme harus dihentikan untuk

menghindari kerusakan lebih lanjut.

Consolidation: me mp e r k u a t ba ha n ya ng s u d a h r a p u h d e ng a n me mb e r i perekat

(sizing) atau bahan penguat lainnya.

Restoration: me mp e r ba ik i k o le k s i ya ng t e la h r u s a k d e ng a n j a la n menambal

menyambung, memperbaiki jilidan dan menggant i bagian yang hilang agar bentuknya

mendekati keadaan semula.

B. Maksud dan Tujuan Pelestarian

Maksud Pelestarian: Mengusahakan agar BP t idak cepat mengalami

kerusakan, agar awet sehingga bisa dimanfaatkan lebih lama.

Koleksi/bahan yang dirawat dimaksudkan untuk menimbulkan daya tarik

pemustaka dalam memanfaatkan bahan pustaka.

Tujuan pelestarian secara umum adalah melestarikan hasil budaya cipta

manusia, baik yang berupa informasi maupun fisik bahan pustaka tersebut.

Sedangkan tujuan pelestarian secara khusus adalah:

Menyelamatkan nilai iformasi dolkumen.

Menyelamatkan fisik dokumen.

Mengatasi kendala kekurangan ruang.

Mempercepat perolehan informasi

(Dokumen yang tersimpan dalam bentuk Soft Copy (CD,DVD,dst) sangat

mudah untuk diakses baik dari jarak dekat maupun jauh, shg pemakaia n

dokumen/BP menjadi opt imal) .

Kelestarian/lestarinya BP tergantung beberapa faktor, antara lain:

Mutu bahan dasar bahan pustaka

Lingkungan penyimpanan

Faktor-faktor lain; hewan, insekta, jamur, manusia

Bencana alam; banjir, kebakaran, peperangan.

C. Fungsi Pelestarian

1. Fungsi melindungi. Bahan pustaka dilindungi dari serangga, manusia, jamur,

panas matahari, air, dsb. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang

kecil tdk akan dapat menyentuh dokumen, manusia tdk akan salah dalam

menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur t idak sempat tumbuh, dan

sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan mudah dikontrol.

2. Fungsi Pengawetan. Dengan perawatan yang baik, bahan pustaka menjadi lebih

awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pemustaka dapat

memanfaatkan koleksi tsb.

Page 3: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 3

3. Fungsi Kesehatan. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi

bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber & sarang berbagai

penyakit , sehingga pemustaka maupun pustakawan akan tetap sehat ,

pemustaka lebih bersemangat dalam memanfatkan bahan pustaka.

4. Fungsi Pendidikan. Pemustaka dan pustakawan dapat belajar bagaimana cara

memanfaatkan dan merawat dokumen, misalnya dengan t idak membawa

makanan dan minuman ke ruang perpustakaan, t idak meng otori ruang bahan

pustaka, t idak melipat bahan pustaka untuk menandai batas bacaan, member i

tanda dengan warna (spidol, stabilo) pada kalimat yang ada dalam BP, dan

sebagainya.

5. Fungsi Kesabaran. Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua

sehingga harus sabar. Bagaimana menambal buku yang berlubang,

membersihkan kotoran binatang kecil sepert i kotoran kutu buku yang berupa

noktah, dan menghilangkan noda-noda lainnya diperlukan kesabaran.

6. Fungsi Sosial. Pelestarian pustaka t idak bisa dikerjakan seorang diri.

Pustakawan tetap harus mengikutsertakan pemustaka untuk ikut merawat

bahan pustaka, oleh karena itu sikap pengorbanan perlu ditumbuhkan pada

set iap orang demi kepent ingan dan keawetan bahan pustaka.

7. Fungsi Ekonomi. Dengan pelestarian pustaka yang baik, bahan pustaka

menjadi lebih awet sehingga keuangan perpustakaan dapat dihemat.

8. Fungsi Keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang

rapi, maka perpustakaan akan tampak makin indah sehingga akan menambah

daya tarik pemustaka dan mereka betah berada di perpustakaan.

D. Lingkup Pelestarian

Pada mulanya pelestarian Pustaka sebatas melestarikan bahan pustaka yang

semakin tua dan rusak karena intensitas pemakaian yang t inggi, penyimpanan

yang kurang sempurna, dan banyaknya faktor perusak BP. Namun dalam

perkembangannya mengingat kesulitan ruang penyimpanan dan kemajuan

teknologi, pelestarian Pustaka t idak ditujukan pada BP yang sudah rusak saja,

tetapi mencakup juga bahan pustaka yang baru diterima oleh perpustakaan.

Perihal kesulitan ruang penyimpanan bisa diatasi dengan alih pustaka dalam

bentuk mikro (mikrofis/microfische, microfilm, video disk, pita film, dsb.

Dengan kemajuan teknologi informasi & komunikasi (TIK) maka bahan pustaka

dapat direkam dalam bentuk Compact Disk (CD), VCD, DVD, dsb.

II. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA DAN CARA

PENANGGULANGANNYA

A. Jenis perusak bahan pustaka

Berbagai perusak bahan pustaka di daerah tropis yang dikenal di Indonesia, yaitu:

1. Serangga 4. Kelembaban 6. Gempa Bumi

2. Binatang pengerat 5. Debu 7. Kekeringan

3. Jamur 8. Gelombang pasang surut 9. Angin topan.

Page 4: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 4

Adapun kerusakan bahan pustaka secara garis besar dapat disebabkan oleh:

a. Faktor Biologi, contoh: serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang pengerat, jamur.

b. Faktor Fisika, contoh: cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban.

c. Faktor Kimia, contoh: zat–zat kimia, keasaman, oksidasi.

d. Faktor – faktor lain, contoh: Bencana alam (banjir, gempa bumi), api, manusia.

a. Faktor Biologi

1) Binatang Pengerat

Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas, jenis – jenis tikus

dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Tikus Hitam

b) Tikus cokelat/tikus rumah

c) Tikus kelabu/tikus sawah

d) Tikus kesturi, dan

e) Tikus putih.

2) Serangga

Makanan yang digemari oleh serangga adalah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji.

Jenis–jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Rayap

Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput dll. Rayap dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu rayap bumi dan rayap kayu.

b) Kecoa

Kecoa adalah jenis serangga bersayap yang mempunyai tanduk/antena yang panjang.

Jenis-jenis kecoa yang dikenal diantaranya adalah:

- Kecoa Timur (Blatta orientalis)

- Kecoa Amerika (Periplaneta americana)

- Kecoa Jerman (Blatta germanica)

- Kecoa Australia (Periplaneta astralia)

c) Ikan Perak/Silver fish

Ikan perak adalah jenis serangga yang memiliki beberapa nama, antara lain:

- Silver moth - Slicker - Sugar lousy

- Sugar fish - Fish moth

Jenis serangga ini hidup di tempat gelap, biasanya dibelakang rak buku dan lemari.

Makanan utamanya adalah perekat yang terbuat dari kanji. Jenis–jenis silver fish/ ikan

perak yang dikenal sebagai perusak bahan pustaka diantaranya: Lepisma sacharina,

Thermogia domestika, Ctenolepisma urbana, dan Ctenolepisma longi caudate

d) Kutu Buku (Book lice)

Bagian buku yang diserang oleh serangga ini adalah bagian punggung dan pinggir buku,

Serangga ini sangat rakus terhadap kertas. Jenis–jenis kutu buku yang terkenal adalah:

Lipocelis divinatorium; Trogium pulsatorum; Pesoceoptropus macrops; Pesyllopsocus

Dorypetrix; Lachessilla lepinotus; Ectopsocus, dan Archipsocus.

e) Ngengat

Jenis–jenis ngengat: Tincola polioella; Tincola biselliela hum dan Tri Chorpaga

tapetzella.

f) Kumbang

Page 5: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 5

Jenis kumbang yang berbahaya bagi perpustakaan adalah: kumbang kulit (Dermastadczc);

Kumbang bubuk (Anoobtidae lyctidae, bostridae); Kumbang bertanduk panjang

(Carabycidae), dan Kumbang laba–laba (Ptinidae).

3) Jamur

Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Jamur berkembang biak

dengan spora. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan spora. Jamur yang

merusak bahan pustaka adalah jamur beracun yang akan berkembang biak dengan leluasa

pada tempat yang terkena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban tinggi, yaitu 80 % ke atas

dengan temperature diatas 21O C. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan

organik seperti asam oksalat, asam formiat dan asam sitrat yang dapat menyebabkan kertas

sobek apabila dibuka. Jamur bisa dibersihkan dengan menggunakan cairan alkohol.

b. Faktor Fisika

1) Cahaya

Cahaya untuk menerangi ruang perpustakaan merupakan bentuk energi elektromagnetik

yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang terdapat dalam

cahaya dapat dibagi dalam 3 kelompok menurut panjang gelombangnya, yakni:

- Sinar ultra violet (UV) dengan panjang gelombang 300-400 milimikron.

- Sinar-sinar dalam cahaya merah, kuning, hijau dengan panjang gelombang antara 400-

760 milimikron.

- Sinar infra merah dengan panjang gelombang lebih besar dari 760 milimikron.

Semakin kecil gelombang suatu sinar, semakin besar energi yang dihasilkan. Sinar yang

panjang gelombangnya kecil seperti sinar UV berperan dalam merusak kertas. Kerusakan yang

terjadi karena pengaruh sinar UV adalah memudarnya tulisan, warna bahan cetakan, dan kertas

menjadi rapuh. Kerusakan ini disebabkan karena aksi dari energi, adanya bahan tambahan dan

residu bahan pemutih pada saat proses pembuatan kartas, adanya partikel-partikel logam serta

uap air dan oksigen disekitar kertas. Kerusakan terjadi ini melalui dua proses, yaitu:

- Fotolisis, adalah efek proses yang disebabkan oleh besarnya energi yang dipancarkan sinar

UV, sehingga memutuskan rantai ikatan kimia pada polimer selulosa.

- Fotosensitisasi, adalah efek yang disebabkan oleh proses oksidasi dari bahan tambahan dan

partikel logam dalam kertas karena pengaruh cahaya. Proses kerusakan ini akan dipercepat

karena adanya uap air dan oksigen yang terdapat dalam udara, sehingga menimbulkan

perubahan warna menjadi kuning kecoklatan dan menurunkan kekuatan serat pada kertas.

2) Suhu dan kelembaban udara

Suhu udara di Indonesia berkisar antara 20-35o C. Masalah selalu timbul karena Indonesia

terletak di daerah tropis yang kelembaban udaranya relative tinggi pada musim hujan. Jika

udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah, perubahan suhu pada saat

kertas mangandung banyak air inilah yang menyebabkan menjadi lemah.

Hubungan suhu dengan kelembaban udara sangat erat sekali. Sebab jika suhu udara berubah,

maka kelembaban udarapun turut berubah. Jika suhu udara naik, kelembaban udara akan

turun dan air yang ada di dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan

menyusut. Pada saat inilah terjadi ketegangan karena serat selulosa saling tarik menarik pada

proses penyusatan ini.

3) Partikel debu yang terdapat pada udara

Page 6: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 6

Partikel yang terdapat pada udara adalah debu, pasir halus, garam-garam, partikel yang

berasal dari kenalpot kendaraan bermotor dan mesin industri yang berbentuk jelaga yang

berminyak, partikel besi dan timah. Partikel-partikel ini menimbulkan masalah di

perpustakaan dan tempat-tempat penyimpanan arsip karena selain berbahaya bagi manusia,

juga akan menimbulkan noda permanent pada kertas.

c. Faktor Kimia

1) Dalam Kertas

- Lignin adalah suatu senyawa kimia yang terdapat dalam kayu, sebagai bahan pengikat

antar serat. Kandungan lignin didalam kayu berkisar antara 20-30%. Zat ini sangat

berbahaya bagi kertas, oleh karena itu pada pebutan kertas lignin dihilangkan dengan cara

pemasakan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Lignin yang tertinggal dalam kertas

akan mengakibatkan kertas menjadi coklat, diikuti dengan berkurangnya kekuatan kertas,

karena terjadi reaksi oksidasi yang menghasilkan asam.

- Alum rosin sizing, sifat kertas yang mudah menyerap air mengakibatkan tinta yang ditulis

diatas kertas akan mengembang. Untuk mengatasi hal tersebut, ditambahkan zat sizing

pada pembuatan kertas.

- Zat pemutih: hipoklorit, klor dioksida dan peroksida adalah zat-zat pemutih yang biasa

digunakan untuk memucatkan warna serat yang diperoleh dari proses kimia. Pemucatan

merupakan proses kelanjutan dari proses pemasakan dalam hal memisahkan lignin dan zat-

zat lain yang tidak diinginkan, yang terkandung dalam kayu.

2) Polusi Udara

- Sulfur dioksida, sulfur dioksida terdapat di udara yang merupakan hasil pembakaran

berbagai macam bahan bakar. Sulfur dioksida diserap oleh kertas kemudian adanya air dan

logam-logam berat seperti besi dan tembaga dalam kertas menyebabkan sulfur dioksida

diubah menjadi asam sulfat.

- Hidrogen sulfide, adalah gas yang bersifat asam, merupakan hasil aktivitas industri dan

karet yang banyak dijumpai di kantor-kantor atau gedung bertingkat.

- Nitrogen dioksida, dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor. Gas

ini dapat bereaksi dengan air menghasilkan asam nitrat.

- Ozon, gas ozon dapat membahayakan kertas karena ozon dapat memutuskan rantai ikatan

kimia pada polimer selulosa, pemutusan ini akan lebih cepat jika udara lembab.

-Tinta, sumber asam juga berasal dari tinta sebagai alat tulis. Tinta dibuat dengan

mencampur asam tanat dan garam besi. Sifat tinta tersebut bersifat asam karena dicampur

asam sulfat/asam hidroklorida, agar tulisan dapat melekat dengan baik. Tetapi dengan

adanya asam dalam tinta justru akan merusak kertas.

d. Faktor–faktor lain

1. Manusia

Tindakan yang dapat merusak buku misalnya; merobek bagian tertentu pd buku, membuat

lipatan sbg batas baca, melipat buku ke belakang shg dpt merusak jilidan, mengotori buku

dengan noda minyak sisa makanan, menempatkan buku di rak yg terlalu padat susunannya, dll.

2. Bencana Alam. Kebakaran atau banjir mengakibatkan kerusakan bahan pustaka dalam jumlah

besar dan dalam waktu yang relatif singkat.

B. Pencegahan dan perawatan bahan pustaka

Page 7: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 7

Ada beberapa cara dalam pencegahan dan perawatan bahan pustaka yang bisa dilakukan

di perpustakaan, cara tersebut dapat dikelompokan menurut faktor–faktor sebagai berikut:

1. Faktor biologi

a. Tikus. Diupayakan agar setiap pengunjung tidak membawa makanan dan minuman ke

ruang baca.

b. Serangga

- Diupayakan ruangan tetap selalu bersih.

- Susunan buku dalam rak-rak ditata secara rapi, sehingga ada sirkulasi udara udara.

- Rak harus dibuat dari bahan yang tidak disukai oleh serangga (kayu jati/logam).

- Pada rak diberikan bahan yang berbau, dan tidak disukai oleh serangga, seperti kamper,

naftalen, dll.

- Penyuntikan dengan bahan anti serangga (DTT).

- Fumigasi: mencegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka.

c. Jamur

- memeriksa buku secara berkala.

- membersihkan tempat penyimpanan.

- menurunkan suhu udara.

- susunan pustaka tidak terlalu rapat supaya ada sirkulasi udara.

2. Faktor Fisika (alamiah)

a. Debu

- dilakukan penyedotan debu (vacuum cleaner )

- dipasang AC/ filter penyaring udara

- dipasang alat pembersih udara (air cleaner )

- disediakan almari kaca

b. Suhu Udara/kelembaban

- mengatur suhu udara dalam ruangan berkisar 20 – 24o C

- memasang alat dehumidifier/anti jamur (untuk ruangan) atau silicagel (untuk almari),

untuk mengatur tingkat kelembapan.

c. Cahaya:

- Matahari

Koleksi pustaka perlu dihindarkan dari sinar matahari langsung, yaitu dengan memasang

filter flexy glass atau polyester film.

- Listrik/Lampu

Koleksi pustaka harus dihindarkan dari sinar ultra violet yang berasal dari lampu neon

dengan cara memberikan filter (UV fluorescent light) atau seng oksida dan titanium

oksida.

3. Faktor kimia

a. Dengan memilih bahan pustaka yang baik dengan teliti, perlu dilihat jenis kertas dan

tulisan.

b. Menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan

penahan (buffer).

4. Faktor lain-lain

a. Manusia

- Menumbuhkan kesadaran pemakai tentang pentingnya peduli terhadap keutuhan pustaka.

- Memberikan sanksi kepada perusak bahan pustaka.

Page 8: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 8

- Memasang rambu-rambu.

b. Bencana Alam

- menghindarkan dari bahaya api, banjir, dan listrik.

- tidak merokok di dalam ruangan.

- pemeriksaan kabel listrik secara berkala.

- memasang alarm (smoke detector).

- menempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat tersendiri.

- mengontrol air setiap ada turun hujan.

III. PERBAIKAN BAHAN PUSTAKA

Pekerjaan memperbaiki bahan pustaka disebut restorasi. Pekerjaan tersebut meliputi:

1. Menambal Kertas. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka yang selama ini dikenal,

yaitu: penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek

memanjang.

2. Memutihkan Kertas. Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan.

Ini dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia, seperti: 1) Chloromine T

2,5%, 2) Gas Chlordioksida, 3) Natrium Chlorida, 4) Potasium Permanganate, 5) Natrium

Hipochlorite, dan 6) Hidrogen Peroksida. Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar

menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi

baik tulisan cetak maupun tulisan tangan.

3. Mengganti Halaman yang Robek. Halaman yang robek dan robekkannya tidak dapat

diperbaiki dengan menambalnya/sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto

kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem secara hati-hati

pada bagian yang hilang.

4. Mengencangkan Benang Jilidan yang Kendur. Apabila belum terlalu parah kita dapat

menarik benang tersebut untuk mengencangkan jilidannya. Dengan jarum benang, kita

jahit dan matikan benang yang longgar tadi. Namun apabila sudah terlalu parah maka

bukalah kertas pelindung dan sampul buku sekaligus. Lihat benangnya dan kemudian

kencangkan yang longgar, sambung yang putus atau ganti benang dengan menjilidnya lagi.

Setelah itu pasangkan lagi lembar pelindung dan sampulnya.

5. Memperbaiki Punggung Buku, Engsel, atau Sampul Buku yang Rusak. Dengan alat-

alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan tersebut bisa diperbaiki. Pada

kerusakan punggung buku misalnya, engsel buku dan sampul buku harus dilakukan dengan

membongkar buku yang rusak, kemudian memperbaiki/menggantinya dengan yang baru.

IV. MENCEGAH KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA

Pencegahan kerusakan bahan pustaka bertujuan agar:

1. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan.

2. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan

kecil dapat diperbaiki.

3. Koleksi yang masih baik dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya.

4. Kelsetarian fisik bahan pustaka terjaga.

5. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka dapat terjaga.

6. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bawa bahan pustaka

bersifat rawan kerusakan.

Page 9: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 9

7. Para pemakai, terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga

keselamatannya.

8. Semua pihak, baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan, selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

A. Usaha Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara-cara

berikut ini:

1. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia. Dengan cara

memberitahukan kepada pembaca perpustakaan tentang bagaimana cara menggunakan

bahan pustaka, cara memperoleh buku, cara mengambil buku dari rak, cara

menempatkannya dirak, dan sebagainya. Memberikan sanksi berupa denda kepada

peminjam yang menyebabkan buku rusak, sehingga para mendidik para peminjam bahan

pustaka. Kemudian secara periodik perlu diadakan pemeriksaaan keutuhan bahan pustaka

dan hendaknya dipasang peraturan penggunaan bahan pustaka.

2. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus. Pencegahan dan pembasmian

tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: a) Melakukan pemeriksaan

secara teratur terhadap gedung, ruang, atau tempat penyimpanan bahan pustaka. b) Kotoran

atau sisa-sisa makanan yang terdapat didalam saluran air disekitar tempat penyimpanan

bahan pustaka hendaknya dibuang. c) Menggunakan berbagai jenis perangkap tikus. d)

Menggunakan lem penangkap tikus. e) Menggunakan berbagai jenis racun tikus seperti

Racumin dan Kill Mouse. f) Menerapkan sistem emposan, yaitu memasang petasan berisi

gas racun di dalam lubang tikus yang terdapat disekeliling tempat penyimpanan bahan

pustaka.

3. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga. Pemberantasan serangga dapat ditempuh

dengan cara-cara berikut: a) Penyemprotan dengan menggunakan insektisida (bahan

pembasmi serangga). b) Penggunaan gas racun.

4. Penggunaan sistem pengumpanan. Untuk membasmi serangga dapat pula dilakukan

dengan membuat umpan dengan bahan-bahan:

a) Tepung terigu,beras atau tepung tapioca dengan sodium fluosilica (perbandingan 5:1)

ditempatkan pada tempat terbuka. Campuran ini dapat membunuh kecoa & silver fish.

b) Kertas sheet/kertas berwarna coklat disemprot dengan dieldrin, ditempatkan di belakang

buku-buku, dapat membunuh silver fish.

c) Campuran arsenic acid, barium carbonate atau sodium dengan tepung terigu, gula atau

garam diletakkan di tempat terbuka, dapat membunuh segala jenis serangga.

5. Peracunan buku. Berbagai penerbit di Amerika, Inggris, dan India telah menggunakan

racun pembasmi serangga. Bahan kimia yang digunakan oleh penerbit Inggris ialah sebagai

berikut: a) Pyroxilyn atau vynil diserapkan kedalam kulit buku. b) Lem atau perekat yang

digunakan untuk menjilit buku dicampur dengan polyvynil, engrin, atau betariaphtol. c)

Sebelum dijilid, kulit buku dipernis degan menggunakan insektisida tertentu.

6. Penuangan larutan racun kedalam lubang. Cara ini dilakukan khusus untuk membunuh

rayap.

7. Jika pada lantai ubin muncul tanah galian rayap, kita dapat menghaparkan plastik diatasnya

agar rayap tidak muncul ke permukaan.

8. Tempatkan kapur barus atau akar loro setu dibelakang buku dirak. Benda-benda tersebut

untuk menghalau ikan perak, kecoa, atau serangga perusak buku lainnya.

Page 10: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 10

9. Mencegah kerusakan yang disebakan oleh jamur. Dengan cara tradisional, seperti: a)

menjaga ruangan buku dari genangan air, b) menempatkan kapur sirih yang dimasukkan

kedalam baskon pada setiap rak buku, c) menempatkan arang pada setiap rak buku. Tapi

cara ini sudah banyak ditinggalkan, sekarang telah menggunakan cara-cara modern,

seperti: melakukan sistem fumigasi, pemasangan AC, serta menggunakan silica gel.

10. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir. Langkah-langkah yang dapat

diambil sebagai tindakan pencegahannya ialah: a) Ikatan bahan pustaka jangan dilepaskan,

b) air yang terdapat dalam ikatan bahan pustaka harus dikeluarkan dengan cara

menekannya perlahan-lahan, c) bahan pustaka yang masih basah dianginkan sampai

kering, d) bahan pustaka diusahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan terpisaha, e)

bahan pustaka jangan dikeringkan di bawah pancaran sinar matahari, dan f) kesabaran

merupakan modal utama dalam usaha melakukan tindakan pencegahan tersebut.

11. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran. Untuk pencegahannya dapat dilakukan

tidakan berikut: a) periksa jaringan kabel listrik digedung perpustakaan secara berkala, b)

alat pemadam kebakaran diletakkan di tempat yang tetap, c) bahan yang mudah terbakar,

misalnya zat-zat kimia harus ditempatkan diluar bangunan utama, d) dilarang merokok di

ruang perpustakaan atau membuang puntung rokok sembarangan walaupun diluar

perpustakaan, e) sirene pemadam kebakaran harus dimiliki oleh perpustakaan dan

ditempatkan ditempat strategis, mudah dijangkau, serta secara periodik diperiksa apakah

alat-alat tersebut masih berfungsi atau tidak.

12. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu. Cara yang paling tepat ialah

penggunaan AC diperpustakaan, disamping untuk kesehatan dan keselamatan bahan

pustaka juga untuk kenyamanan petugas atau pembaca di perpustakaan.

13. Mencegah kerusakan sampul. Untuk pencegahan jenis ini ialah dengan membeli buku

yang bermutu, karena buku perpustakaan akan digunakan oleh orang banyak, belilah

hardcover.

14. Mencegah kerusakan pada punggung buku. Cara pencegahannya ialah, ambil buku

dengan cara tertentu, yaitu beri jalan kiri dan kanan buku dengan mendesakkannya terlebih

dahulu. Sesudah ada ruang cukup baru buku ditarik dari rak. Usahakan agar buku tidak

sering jatuh.

15. Mencegah kerusakan pada engsel buku. Cara mengatasinya ialah memberikan

kesadaran yang tinggi kepada pembaca atau petugas perpustakaan untuk menangani buku

sebaik mungkin, perhatikan mutu buku yang kita beli, dan sebelum terjadi kerusakan

segeralah buku tersebut diperbaiki.

16. Mencegah kerusakan pada jilidan buku.Cara mengatasinya ialah jika melihat jilidan

mulai kendur, segera kirimkan ke bagian pelestarian untuk diperbaiki. Jangan menunggu

kerusakan yang parah, sebab kerusakan dapat menjalar kepada lembara kertas.

17. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas. Cara

mencegahnya ialah pilihlah buku yang bermutu secara fisik, kuat jilidannya. Periksalah

baik-baik apakah perlu dirawat ringan, agar tidak berlanjut dengan kerusakan yang lebih

parah.

18. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena coretan tinta. Cara mencegahnya ialah

memeriksa setiap buku yang dikembalikan. Memberikan pengertian tentang perlunya

menghargai dan memelihara buku sebagai milik bersama.

Page 11: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 11

19. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman atau pengambilan

gambar. Cara mencegahnya ialah dengan pengawasan dan kontrol yang ketat.

Memberikan sanksi yang berat kepada mereka yang ketahuan melakukan penyobekan

tersebut.

20. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penempelan selotip. Yaitu dengan cara

membuka selotip dari buku.

21. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda makanan dan minuman. Cara

mencegahnya ialah dengan memasang pengumuman yang jelas di pintu masuk

perpustakaan dilarang membawa makanan dan minuman Untuk pencegahan selanjutnya

ialah dengan cara meningkatkan disiplin petugas maupun pembaca perpustakaan.

22. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran warna kertas. Cara

mencegahnya ialah dengan merendahkan temperatur ruanagn antara 20-24 derajat dengan

AC. Menggunakan jendela bergorden yang dapat dikontrol atau jendela kaca yang diberi

filter.

23. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing).

Pencegahannya ialah menghindari masuknya debu atau menempel sebanyak mungkin dan

memelihara tingkat kelembaban ruang pada 45% RH sampai 60% RH dengan temperatur

20 – 24o C.

24. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda air dan kebocoran. Cara

mencegahnya ialah dengan menghindari kebocoran, jangan menempatkan buku pada rak

yang bertempelan dengan tembok.

25. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena kerapuhan. Cara mencegahnya

mengurangi keasaman pada kertas (deacidificasi).

26. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena rendahnya mutu bahan. Cara

mencegahnya ialah menyadarkan penerbit agar memberikan kualitas yang paling baik

untuk konsumen. Apalagi buku-buku perpustakaan yang akan dipakai oleh banyak

pengguna.

V. FUMIGASI, DEASIDIFIKASI, LAMINASI, DAN ENGKAPSULASI

1. Fumigasi (Pengasapan)

Fumigasi adalah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan mengasapinya untuk

mencegah jamur agar tidak tumbuh, binatang mati, dan binatang perusak bahan pustaka

lainnnya terbunuh. Bahan yang digunakan untuk fumigasi misalnya dengan Carbon Disufit

(CS2), Carbon Tetra Chloride (CCL4), Methyl Bromide (CH3Br), Thymol Cristal, dan

Naptaline.

Persiapan yang dilakukan sebelum fumigasi yaitu mempersiapka ruang/tempat khusus untuk

fumigasi apabila pustaka yang akan difumigasi berjumlah banyak, atau menggunakan

kerudung/kantong plastik besar bila jumlah pustakanya sedikit. Hal lain yang biasanya

dilakukan sebelum fumigasi adalah membuka dan menengkurapkan bahan pustaka

sedemikian rupa agar setiap lembar kertas dapat terkena gas pembasmi hama tersebut secara

merata. Pelaksanaan fumigasi membutuhkan pengamanan yang ketat dan orang yang

berpengalaman atau berpendidikan dalam bidang ini.

Page 12: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 12

2. Deadifikasi (Menghilangkan Keasaman pada Kertas)

Adalah pelestarian BP dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada

kertas. Bahan yang digunakan antara lain pH meter untuk mengukur tingkat keasaman

kertas, kertas pH atau spidol pH yang dapat dibeli di took kimia. Kertas yang baik memiliki

pH 7, sedangkan kertas yang asam memiliki pH kurang ataup lebih dari angka 7.

Ada dua macam cara deadifikasi, yaitu:

a. Cara kering, dikerjakan jika buku menggunakan bahan tinta yang luntur, menggunakan

campuran cairan amoniak dengan air dengan perbandingan 1 : 3. Caranya adalah dengan

penguapan cairan tersebut pada bejana dan pustaka diletakkan di atasnya/diuapi.

Persiapan yang dilakukan sebelum fumigasi yaitu mempersiapka ruang/tempat khusus untuk

fumigasi apabila pustaka yang akan difumigasi berjumlah banyak, atau menggunakan

kerudung/kantong plastik besar bila jumlah pustakanya sedikit. Hal lain yang biasanya

dilakukan sebelum fumigasi adalah membuka dan menengkurapkan bahan pustaka

sedemikian rupa agar setiap lembar kertas dapat terkena gas pembasmi hama tersebut secara

merata. Pelaksanaan fumigasi membutuhkan pengamanan yang ketat dan orang yang

berpengalaman atau berpendidikan dalam bidang ini.

b. Cara basah digunakan untuk kertas yang tintanya tidak luntur. Bahan pustaka yang akan

dihilangkan keasamannya harus direndam dalam air suling, yaitu air yang sudah dihilangkan

mineralnya, yang dicampur dengan magenesium carbonat yang larut dalam air.

3. Laminasi (Melapisi)

Adalah pelestarian dengan cara melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus agar lebih

awet. Proses keasaman pada kertas/bp dapat dihentikan oleh pelapis yg terdiri dari film

oplas, kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya. Pelapisan bp akan menahan polusi atau

debu yang menempel pada pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan polutan. Laminasi

digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara menambal,

menjilid, menyambung, dsb.

Ada dua cara laminasi, yaitu:

a. Laminasi Mesin; dengan cara dingin yaitu melapisi kedua sisi kertas menggunakan film

oplas, ataupun cara panas dengan menggunakan kertas cromton yang dipanaskan pada suhu

70 – 90o C agar dapat menempel pada kertas.

b. Laminasi Manual; yaitu menggunakan kertas laminasi hasil impor karena di negara kita

belum diproduksi. Prosesnya yaitu kertas laminasi direkatkan dibawah dan diatas pustaka

yang dilaminasi dan dihampakan udaranya. Setelah itu dikeringkan dan setelah kering

bagian pinggirnya digunting dengan rapi.

4. Enkapsulasi

Adalah pelestarian dengan cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, seperti

rapuh karena umur, pengaruh asam, dimakan serangga, kesalahan penyimpanan, dsb. Pada

umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta,

poster, dsb. Pada engkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan lembar plastik yang

transparan, sehingga tulisannya tetap dapat dibaca dari luar. Pada pinggir plastic atau sisi

luar kertas tersebut ditempeli lem atau double sided tape, sehingga bahan pustaka tidak

lepas. Engkapsulasi mirip menempatkan BP pada amplop yang terbuat dari plastik.

Perbedaan antara laminasi dan engkapsulasi ialah bahwa pada laminasi, bahan pustaka

menempel dengan pembungkusnya, sedangkan pada enkapsulasi BP tidak menempel, shg

Page 13: PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Page 13

bila diperlukan bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi plastik

pelindungnya.

VI. PENYIANGAN

Penyiangan adalah kegiatan memilih bahan pustaka yang ada kaitannya dengan pelestarian

bahan pustaka. Melalui penyiangan sekaligus dapat dilakukan pemilahan pustaka yang akan

dilakukan pelestarian (fumigasi, engkapsulasi, dsb). Adapun langkah-langkah penyiangan

adalah sebagai berikut:

Menyiangi pustaka yang rusak, buku yang tidak termanfaatkan dan buku out of date

Memilah pustaka yang rusak, tidak dimanfaatkan dan buku out of date

Mencatat buku yang tidak dimanfaatkan dan buku yang out of date untuk disisihkan

Mendata buku yang disisihkan ke dalam data base

Mendata pustaka yang rusak (rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan)

Menindaklanjuti dengan perbaikan pustaka sesuai dengan jenis kerusakannya

Mengusulkan perbaikan pustaka yang rusak

Menerima pustaka yang sudah di perbaiki

Mencocokkan pustaka yang sudah diperbaiki

Menempatkan kembali pustaka pada tempatnya

DAFTAR BACAAN

Echols, John M., Hassan Shadily. 2 0 0 8 . K a m u s I n g g r i s - I n d on e s i a . J a k a r t a :

G r a me d ia .

Lasa Hs., 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Martoatmodjo, Karmidi. 2010. Materi pokok pelestarian bahan pustaka Ed.1. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sulistyo-Basuki. 1992. Pengatar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumardji, P. 1987. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.

Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Sagung Seto.

Rozak, Muhammadin, Retno Anggarini, Supriyanto. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka dan

Arsip. Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.