LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN SOFT BALL BAGI GURU-GURU PENJASORKES SMP/SMA DI KOTA TABANAN TIM PELAKSANA: I Made Danu Budhiarta, Drs., M.Pd. (Ketua) NIDN. 0020025403 I Putu Darma Yasa, S.Pd., M. For.(Anggota 1) NIDN.0006026903 Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or. (Anggota 2) NIDN. 0017037903 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 113/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014 JURUSAN PENJASKESREK FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014
72
Embed
pelatihan soft ball bagi guru-guru penjasorkes smp/sma di kota ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN SOFT BALL BAGI
GURU-GURU PENJASORKES SMP/SMA
DI KOTA TABANAN
TIM PELAKSANA:
I Made Danu Budhiarta, Drs., M.Pd. (Ketua) NIDN. 0020025403
I Putu Darma Yasa, S.Pd., M. For.(Anggota 1) NIDN.0006026903
Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or. (Anggota 2) NIDN. 0017037903
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK
Nomor: 113/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN PENJASKESREK
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2014
ii
iii
TIM PELAKSANA
1. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 195402201989031001
d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Olahraga
e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV b
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepala
g. Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana 1
a. Nama Lengkap : I Putu Darma Yasa, S.Pd., M.For.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 196902061996011001
d. Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaan
e. Pangkat/Golongan/NIP : Penata/IIIc
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : FOK/Penjaskesrek
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap : Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 197903172008121005
d. Disiplin Ilmu : Ilmu Keolahragaan
e. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda /IIIa
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Asisten Ahli
g. Fakultas/Jurusan : FOK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu
iv
PELATIHAN PERMAINAN SOFT BALL BAGI GURU-GURU
PENJASORKES SMP/SMA DI KOTA TABANAN
Oleh
I Made Danu Budhiarta, Putu Darmayasa, Gede Eka Budi Darmawan
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bermain softball bagi guru-guru penjasorkes di Kota
Tabanan. Sasaran kegiatan adalah guru-guru Penjasorkes SMP/SMA yang ada di Kota
Tabanan. Realisasi kegiatan dilakukan dengan memberikan ceramah dan pelatihan
praktek lapangan bertempat di SDN 3 Dajan Peken Tabanan dan Lapangan Wagimin di
Tabanan.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan
berjalan lancar. Penguasaan guru-guru Penjasorkes dalam teknik dasar bermain softball
meningkat. Respon guru-guru peserta adalah positif dan mereka sangat antusias
mengikuti pelatihan. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan adalah praktek
lapangan membutuhkan waktu lebih banyak. Kepada pihak terkait disarankan agar
dibentuk suatu wadah dimana para guru dapat sharing pengetahuan tentang
keolahragaan khususnya teknik dasar bermain softball.
Kata-kata kunci: pelatihan, permainan softball, dan guru-guru gpenjasorkes
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat rakhmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada
Masyarakat, dengan judul: ―Pelatihan Permainan Soft Ball Bagi Guru-guru
Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan‖.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai
dengan penulisan laporan ini, diantaranya kepada yth:
1. Ketua LPM Undiksha, atas bantuan dana yang diberikan.
2. Kepala SDN 3 Dajan Peken di Jalan Merak No. 2 Tabanan, yang telah
membantu menyediakan fasilitas berupa ruang belajar dan lapangan tempat
kegiatan pelatihan.
3. Semau pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi para guru. Masukan dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Singaraja, 5 September 2014
Tim Pelaksana,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………………………... i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… ii
TIM PELAKSANA………………………………………………… iii
ABSTRAK….....…………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR…….....………………………………….…. v
DAFTAR ISI …………………………………………………....... vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN……...….……………………………….…. viii
I PENDAHULUAN .……………..………………………………. 1
A. Analisis Situasi………..……………………………………. 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah…...………………..…. 3
C. Tujuan Kegiatan……... ……………………………………. 4
D. Manfaat Kegiatan………….. ……………………………… . 4
II TINJAUAN PUSTAKA..………………..……… ……………… .. 5
A. Sejarah Permainan Softball……………………………….…. 5
B. Sarana Dan Prasarana Soft Ball ……………………………... 7
C. Teknik Dasar Bermain SoftBall ……………………………... 13
D. Peraturan Permainan SoftBall………………………….……. 15
III METODE PELAKSANAAN………………….………………….. 21
A. Kerangka Pemecahan Masalah……….…………………….... 21
B. Realisasi Pemecahan Masalah………..……………………… 22
C. Khalayak Sasaran ……………………..……..…………….. .. 22
D. Metode Pelaksanaan Kegiatan……..………………………… 23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN…..………………………………. 24
A. Hasil Kegiatan ………..……………………………………. .. 24
B. Pembahasan………….………………………………………. 24
V SIMPULAN DAN SARAN………………………...…………….. 26
A. Simpulan………………………………………………...…… 26
B. Saran…………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…..... 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………….. 28
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar:
1.1 Lapangan Softball ……………………………………………. 8
1.2 Bentuk Home Plate …………………………………………… 8
1.3 Ukuran Home Plate …………………………………………… 11
1.4 Pitcher Plate …………………………………………………… 11
1.5 Base ……………………………………………………………. 12
3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah ………………………. 21
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran:
01 Lembar Monitoring ………………………………………………….. 29
02 Materi Pelatihan……….. .…………………………………………… 30
03 Kontrak P2M ………………………………………………………… 55
04 Daftar Hadir Peserta Pelatihan P2M …………….………….. ……… 58
05 Foto Kegiatan ………………………………………………………... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. ANALISIS SITUASI
Pembelajaran olahraga di SMP/SMA dewasa ini cenderung dilaksanakan secara
konvensional, dengan alternative kegiatan berupa lari keliling lapangan, permainan
voli, atau senam kesegaran jasmani. Olahraga yang sama juga diberikan sebagai pilihan
ekstrakurikuler. Pilihan kegiatan olahraga yang terbatas tersebut cenderung menjadi
rutinitas dan menimbulkan kebosanan. Padahal, ada beberapa olahraga lain yang dapat
dan wajib dibelajarkan di sekolah-sekolah seperti basket, sepak bola, renang dan soft
ball sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2013. Dengan diberlakukannya kurikulum
2013 mulai tahun ajaran 2013/2014, maka setiap guru pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan (PENJASORKES) di SMP/SMA harus menguasai berbagai jenis
permainan bola besar seperti voli, basket, sepak bola dan permainan bola kecil seperti
soft ball (Kemdikbud, 2013).
Soft ball ini sebenarnya sudah tidak asing bagi siswa-siswi di kota-kota besar
dan di ibu kota setiap kabupaten dan kota. Olahraga ini mirip dengan permainan bola
kasti yang sudah sering diberikan di tingkat Sekolah Dasar. Soft ball ini merupakan
olahraga permainan penyesuaian dari base ball yang mempunyai permainan lebih lunak
(Budhiarta, 2007). Soft ball merupakan permainan yang mulai populer di Indonesia.
Manfaat melakukan olahraga ini, dapat menimbulkan perasaan gembira pada orang
yang memainkannya, sehingga menyenangkan bagi siswa SMP/SMA atau remaja yang
melakukannya. Selain itu, secara tidak langsung permainan soft ball dapat melatih dan
meningkatkan kondisi fisik.
Permainan Soft ball dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa baik
wanita maupun pria. Olahraga soft ball dapat mengembangkan jasmani dan rohani, di
dalam gerakan-gerakan bermain, jiwa/mental sebagai pendorong utama untuk
menggerakan kemampuan yang telah dimiliki. Perkembangan jasmani digunakan untuk
pembentukan sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan serta
kemampuan jasmani yang mencakup kecepatan, kelincahan, daya tahan, kekuatan,
kelentukan dan lain sebagainya. Perkembangan rohani dimana segi kejiwaan,
keperibadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang positif sesuai dengan tuntutan
masyarakat Indonesia. Dengan bermain soft ball akan berkembang secara baik unsur-
2
unsur: daya pikir, kemauan dan perasaan. Disamping itu keperibadian berkembang
dengan baik terutama self kontrol, disiplin, rasa kerja sama, rasa tanggung jawab
terhadap apa yang diperbuatnya (Budhiarta, 2007).
Agar bermain soft ball bisa menjadi kesenangan maka pemahaman dan
penguasaan teknik diajarkan dengan baik. Beberapa teknik yang harus dikuasai antara
lain melambungkan bola, menangkap bola dan lain sebagainya. Walaupun permainan
ini sudah mulai populer di Indonesia, namun di kota Tabanan, olahraga ini belum
memasyarakat dan masih banyak guru penjasorkes yang belum mengetahui apa itu
olahraga soft ball, apa saja sarana prasarananya dan bagaimana peraturan
permainannya. Oleh karena itu, dalam mendukung kurikulum 2013 dan sebagai upaya
mempopulerkan olahraga soft ball di Kota Tabanan, melalui kegiatan pengabdian pada
masyarakat ingin mengenalkan olahraga soft ball pada guru-guru Penjasorkes di
SMP/SMA yang ada di Kota Tabanan.
Kabupaten Tabanan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki
visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian,
pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan
Kabupaten Tabanan adalah menjadikan Tabanan sebagai kota pendidikan. Realisasi
dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan
memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak
(TK) sampai perguruan tinggi (PT), termasuk melengkapi sarana pendukung bidang
keolahragaan.
Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan
adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para
guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada
di Kabupaten Tabanan, khususnya guru bidang studi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan di SMP/SMA banyak yang belum menguasai bidang tugasnya, khususnya
masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam
mengajar permainan softball.
Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah
melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya berupa
pelatihan soft ball bagi para guru Penjasorkes SMP dan SMA karena guru adalah ujung
tombak dari pembelajaran. Melalui program ini, guru diharapkan memperoleh
―sesuatu‖ yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tugas dan
3
profesinya yang nantinya secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerjanya
seperti, mampu memberikan pembinaan di bidang permainan soft ball bagi anak
didiknya. Jika guru menguasai permainan soft ball dengan baik, mereka akan dapat
mengajarkannya dengan baik kepada siswa di sekolahnya. Dengan kata lain, bila
kualitas pengetahuan guru penjasorkes meningkat, akan berimplikasi pada kualitas
pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi penjasorkes.
Sebagaimana temuan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirta, dkk (1990)
bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara kualitas guru dengan
prestasi belajar siswanya.
Dengan dasar tersebut nantinya soft ball bisa dijadikan sebagai salah satu
alternatif yang dipilih untuk pembelajaran penjasorkes di sekolah, sehingga olahraga
menjadi lebih bervariasi dan siswa lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan
olahraga. Soft ball ini juga dapat dimasukkan sebagai salah satu pilihan ekstrakurikuler
sehingga menambah khasanah kegiatan ekstrakurikuler serta akan ikut mempopulerkan
permainan soft ball di Indonesia khususnya di Kota Tabanan.
Berdasarkan analisis situasi di atas, Tim Pelaksana merasa terpanggil untuk
mengadakan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul:‖ Pelatihan Soft Ball Bagi
Guru-guru Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan‖.
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Dari paparan di atas dapat diidentifikasi hal-hal berikut:
(1) bahwa guru-guru penjasorkes di SMP/SMA di Kota Tabanan belum memiliki
penguasaan terhadap keterampilan dan peraturan olahraga soft ball. Oleh karena itu
perlu diadakan program re-freshing bagi guru-guru dalam upaya peningkatan
kualitas penguasaan bidang soft ball.
(2) guru-guru penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan belum pernah mengikuti
pelatihan dalam bidang soft ball.
(3) bahwa hasil belajar penjasorkes siswa bergantung pada kualitas PBM yang
dilaksanakan guru.
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pokok
yang hendak diurai melalui program ini adalah: ―Bagaimanakah cara meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan
dalam bidang olahraga softball.
4
C. TUJUAN KEGIATAN
Berdasarkan analisis potensi dan rumusan masalah di atas, maka secara umum
tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-
guru penjasorkes di Kota Tabanan dalam bidang soft ball. Secara khusus tujuan
kegiatan ini adalah:
1) Sebagai upaya memberikan pemahaman kepada guru-guru Penjasorkes SMP/SMA
di Kota Tabanan dalam bidang soft ball.
2) Mempersiapkan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA yang berkualitas untuk
mengajarkan soft ball kepada siswa-siswanya.
3) Menumbuhkembangkan bakat, minat dan kebugaran jasmani siswa SMP/SMA di
Kota Tabanan melalui soft ball.
D. MANFAAT KEGIATAN
Melalui kegiatan pelatihan soft ball bagi guru-guru Penjasorkes SMP/SMA di
Kota Tabanan, diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan guru-guru Penjasorkes SMP/SMA dalam bidang soft ball, sehingga dapat
mendidik, melatih dan meningkatkan keterampilan olahraga soft ball para siswa, dan
bisa dibentuk tim soft ball sekolah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEJARAH PERMAINAN SOFT BALL
Permainan Soft ball berasal dari Amerika Serikat yang diciptakan oleh George
Hancoc di kota Chicago tahun 1887. Permainan soft ball ini merupakan penyesuaian
dari base ball dengan bentuk permainan lebih lunak. Pada mulanya soft ball dimainkan
hanya untuk kegiatan rekreasi semata dan dilakukan di lapangan tertutup. Namun,
ternyata dalam waktu singkat soft ball justru menjadi permainan yang digemari di
Amerika. Daya tarik yang utama mengapa permainan ini cepat dicintai masyarakat,
karena permainannya berbeda dengan baseball. Soft ball dapat dimainkan oleh setiap
orang dengan tidak memandang usia, baik pria maupun wanita, tidak memerlukan
lapangan yang luas dan yang terutama dapat dimainkan di gelanggang tertutup. Dari
Amerika soft ball ini berkembang ke Kanada dan dari sanalah soft ball makin
berkembang ke seluruh penjuru dunia.
Mengingat perkembangan soft ball dari permainan rekreasi menjadi satu cabang
olahraga, maka diperlukan peraturan-peraturan yang seragam sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman bagi semua negara. Untuk membuat peraturan-peraturan tersebut
harus ada badan yang mempunyai wewenang untuk itu. Akhirnya terbentuklah Federasi
Soft ball Internasional (International Soft ball Federation) yang bertugas membuat
peraturan-peraturan menyangkut permainan olahraga soft ball yang berlaku di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Naskah asli peraturan soft ball tertulis dalam Bahasa
Inggris, yang kemudian diterjemahkan oleh negara-negara anggotanya. Dalam
menjabarkan peraturan ke bahasa nasional negara anggota, ada ditemui beberapa
kesulitan untuk memberi pengertian yang tepat. Untuk mengatasi adanya perbedaan
pendapat mengenai peraturan, maka untuk pemecahan masalahnya digunakan naskah
aslinya, dalam Bahasa Inggris.
Terbentuknya Federasi Soft ball Internasional ini memungkinkan diadakannya
pertandingan antar negara yang bersifat internasional. Kemudian diselenggarakan
kejuaraan-kejuaraan tingkat naional, regional dan dunia. Bahkan pada Olympiade
Mexiko, soft ball menjadi cabang olahraga yang didemonstrasikan untuk lebih dikenal
lagi.
Dari Amerika soft ball berkembang ke Kanada dan negara-negara barat lainnya,
lalu ke Asia, terutama setelah usai Perang Dunia II soft ball semakin dikenal dan
6
digemari. Di Jepang, Philipina, Korea Selatan, dan Taiwan, soft ball telah menjadi
permainan rakyat. Di Indonesia, perkembangan soft ball sebenarnya sudah dari sebelum
perang kemerdekaan, namun sifatnya masih terbatas dan hanya dimainkan di sekolah-
sekolah tertentu. Bahkan anggapan soft ball hanya dimainkan oleh wanita saja terus
berlangsung hingga tahun 1966. Baru pada Asian Games Bangkok olahraga soft ball
dapat dimainkan baik oleh putri maupun putra, karena pada waktu itu mereka masih
menyenangi olahraga soft ball.
Melihat perkembangan soft ball sedemikian cepat dan adanya kompetisi antara
negara setiap tahun maka perhatian Indonesia pada cabang olahraga ini sudah serius. Di
Indonesia, soft ball mula-mula berkembang di Jakarta Bandung, Palembang, Semarang
dan Surabaya. Tetapi kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat
digemari masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa. Untuk menyalurkan
kegiatan-kegiatan soft ball di Indonesia diatur oleh suatu badan yang bernama
PERBASASI (Perserikatan Base ball dan Soft ball Amatir Seluruh Indonesia). Dengan
adanya PERBASASI mulailah diadakan kompetisi soft ball tingkat nasional. Kejuaraan
Nasional I tahun 1967 di Jakarta dan sejak PON VII Surabaya, soft ball menjadi salah
satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Ada beberapa faktor penunjang mengapa olahraga soft ball bisa berkembang
pesat di Indonesia, yaitu:
1) Faktor lapangan, lapangan permainan soft ball tidak terlalu luas, berukuran 4 x
20 meter. Ukuran ini bisa diperkecil untuk keperluan latihan.
2) Faktor orang, soft ball dapat dimainkan oleh setiap orang baik pria maupun
wanita, dan tidak memandang usia. Setiap regu terdiri dari 9 orang, dalam
permainan ada 2 regu yang berlawanan.
3) Dasar-dasar permainan soft ball, sebetulnya sudah dikenal di Indonesia.
Sebagai contoh ada permainan kasti dan rounders.
4) Sifat-sifat, olahraga soft ball merupakan kombinasi dari olahraga ketangkasan
dan otak (pikiran), sehingga mempunyai pengaruh yang baik bagi si pemain.
5) Peralatan, karena soft ball adalah olahraga beregu maka peralatan dapat
disediakan bersama, sehingga peralatan yang mahal dapat dimiliki secara
bergotong royong.
6) Kelanjutan, oleh karena tiap-tiap tahun sudah disusun acara-acara pertandingan,
maka kontinuitas permainan dapat terjamin, seeprti kompetisi daerah, nasional,
PON, kompetisi internasional, dan sebagainya.
7
B. SARANA DAN PRASARANA SOFT BALL
Cabang olahraga soft ball dikatakan olahraga yang paling digemari anak-anak
muda terutama para pelajar dan mahasiswa. Biasanya pada permainan menggunakan
seragam olahraga yang menarik. Dengan disertai teriakan-teriakan bahasa asing ketika
sedang bermain. Sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam permainan
soft ball diantaranya lapangan permainan dan peralatan untuk bermain soft ball.
Lapangan
Lapangan permainan soft ball berbentuk bujursangkar, dibagi menjadi daerah
fair (fair territory) dan daerah foult (foul territory). Daerah fair dibagi menjadi dua
bagian yaitu daerah diamond (infield) dan daerah di luar diamond (outfield). Lapangan
ini harus berupa tanah datar yang bebas dari rintangan pada radius 60 m terhitung dari
base IV (home plate). Di dalam daerah infield terdapat 4 marka atau pos yang disebut
base. Base diberi nomor berlawanan dengan arah jarum jam, dimulai dari base awal
yang disebut home plate. Kemudian base pertama, base kedua dan base ketiga. Base
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi 38 cm yang dibuat sedikit lebih tinggi dari
permukaan tanah. Sudut dari keempat base membentuk bujur sangkar yang disebut
diamond. Di belakang home plate terdapat batasan yang disebut tembok penahan bola
di belakang lapangan (backstop) sejauh 7,62 dan 9,14 meter di belakang home plate
(lihat Gambar 2.1).
Lapangan permainan dibatasi oleh dua garis yang disebut fouline yang bertemu
pada sudut luar home plate (saling bertemu/berpotongan membentuk suatu sudut yang
menghadap ke dalam lapangan). Dari kedua fouline ini diukur ke arah luar suatu jarak
selebar 7,5 m yang bebas dari segala rintangan, demikian pula dari titik sudut luar home
plate ke backstop (supaya jelas maka pada jarak 7,5 m dari kedua fouline dibuat garis
atau pagar (fence) sejajar dengan kedua fouline tersebut, sebagai tempat penonton).
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lapangan dibuat menyerupai intan (diamond)
dengan ukuran sisi masing-masing 18,3 m, sedangkan jarak dari tempat pitcher ke titik
sudut home plate adalah 12,2 m untuk putri dan 14 m untuk putra.
8
Gambar 2.1 Lapangan Softball
Gambar 2.2 Home Plate
Catatan: Jarak antara home plate dan pitcher plate bagi wanita: 12,2 m
Junior berusia 9 – 12 tahun : Jarak base ke base : 13,7 m dan Jarak pitching : 10,7 m
Base Coach
II
I III
IV
4,6 m 4,6 m
18,3 m 18,3 m
18,3 m 9,15 m m
1 m
Base Coach
14 m
1,8 m
25,8 m
3 m
73 cm
1,2 m
43 cm
1 m
2,73 m
1 m
22 cm
15 cm
9
Cara membuat diamond dimulai dengan menempatkan letak home plate dengan
membuat garis yang sesuai dengan arah diamond yang dikehendaki. Tanamkanlah tiang
kecil (patok) pada sudut home plate yang terdekat dengan catcher. Ikatkan tali pada
patok ini dan tariklah tali itu ke arah tempat pitcher yang dikehendaki, diukur sekaligus
12,2 m (14 m), 18,3 m, 25,8 m dan 36,6 m pada tali. Letakkanlah tali itu pada 12,2 m
(14 m) tanamlah patok sebagai tanda tempat pitcher plate. Pada tanda 25,8 m tanamlah
patok (tiang kecil) juga sebagai tanda tempat pusat base II. Pasanglah tanda 36,6 m
tempat pada pusat base kedua (diikat pada patok), kemudian peganglah tali pada tanda
18,3 m dan berjalanlah ke luar ke arah kanan, menjauh dari arah tali semula. Tariklah
tali sampai lurus. Tanamlah patok disini untuk tanda letaknya sudut luar dari base
pertama dan kelihatan bahwa tali merupakan garis ke base I dan base II. Sekali lagi
peganglah tali pada tanda 18,3 m dan berjalanlah menyeberangi lapangan ke arah
kebalikan dari yang tadi dikerjakan, dan dengan demikian dapat ditentukan letak base
III. Home plate, base I dan base III ketiga-tiganya terletak di dalam diamond. Untuk
mengecek apakah lapangan sudah betul, ujung tali yang tadi di home plate dipindahkan
ke base I dan yang bertanda 36,6 m dipindahkan ke base III. Kalau sekarang tali ditarik
ke luar pada tanda 18,3 m, harus tepat menyentuh home plate dan base II. Setelah itu
telitilah ukuran-ukuran dengan pita pengukur baja.
Jadi jumlah seluruh base ada empat. Tiga diantaranya yaitu base I, base II, dan
base III berukuran masing-masing 38 x 38 cm, berbentuk bujur sangkar. Sedang yang
satu lagi yaitu base IV ukuran sisinya adalah 43 – 22 – 30 – 30 – 22 cm.
Pitcher plate (tempat pelambung), dibuat berukuran 15 x 60 cm. Selanjutnya
garis sepanjang 1 meter ditarik sejajar dengan base line, pada jarak 1 meter dari base
line, mulai dari titik tengah antara home plate (base IV) dan base I, terus sampai ke luar
dari base I. Garis 1 meter ini adalah batas yang diperbolehkan bagi baserunner atau
pelari base, untuk menghindari ketikan baseman atau penjaga base.
Batter Box (daerah pemukul) adalah daerah tempat pemukul, terletak pada
kedua sisi dari home plate dan berukuran 1 x 2,2 m, dengan sisi dalamnya sejauh 15 cm
dari home plate. Garis depan dari batter box berada sejauh 1,2 m di depan garis yang
ditarik melalui pusat home plate. Garis-garis pembatas dianggap bagian dalam dari
batter box. Daerah pemukul untuk pemain kidal posisinya ditaruh berlawanan dengan
pemain normal (di sebelah kiri).
Catcher Box (daerah catcher), luasnya 3 m x 2,73 m, dan diukur mulai dari
sudut belakang dan luar dari batter box.
10
Batter on deck circle yaitu tempat batter menunggu giliran memukul, berupa
suatu lingkaran dengan radius 0,79 m, terletak berdekatan dengan ujung bangku
terakhir atau daerah dug out yang paling dekat dengan home plate.
Coach Box (daerah coach) ialah di belakang garis sepanjang 4,6 m yang dibuat
sejajar dengan sisi luar diamond pada jarak 1,8 m, mulai dari base I dan base III ke arah
home plate.
Back Stop. Daerah belakang untuk menahan bola agar bola tidak meloncat
terlalu jauh ke luar lapangan.
Tempat pembantu ada dua, masing-masing dibuat berjarak 4,6 meter dari garis
lapangan. Pada setiap permainan, masing-masing regu mempunyai dua pembantu yang
berseragam dengan regunya yang ditempatkan di tempat pembantu tadi. Seorang di
sebelah kanan dan yang seorang lagi di sebelah kiri. Tugasnya adalah memberi
petunjuk kepada pemukul dan pelari base.
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan softball minimal sebuah bola. Alat – alat
yang dipergunakan untuk bermain softball adalah terdiri dari :
1. Alat Pemukul (Bat)
Alat pemukul yang sah harus bulat, terbuat dari batang kayu keras, atau dibubut
dari balok yang terdiri atas dua atau lebih lapisan kayu yang di lem satu sama lain
sedemikian rupa sehingga jalannya urat kayu itu sejajar ke panjangnya alat pukul.
Ukuran panjangnya 86 cm dengan diameter 5 cm. Panjang alat pemukul ini tidak
boleh lebih dari 86,36 cm dan diameternya (garis tengahnya) tidak boleh lebih dari
5,7 cm pada bagian yang terbesar. Pada pangkal kayu pemukul (tempat
pegangannya) harus dibalut dengan pita pembalut atau bahan lain yang sesuai demi
untuk ekselamatan (safety grip). Safety grip tersebut panjangnya kurang lebih 35
cm (tidak boleh kurang dari 25,4 cm dan tidak boleh lebih dari 38,1 cm) dari
pangkal yang terkecil dari kayu pemukul tersebut. Kayu pemukul harus ditandai
―OFFICIAL SOFT BALL‖ oleh pabrik pembuatnya.
2. Bola
Bola yang sah harus berbentuk bulat. Bagian dalamnya dibuat dari campuran gabus
dan karet dibalut dengan benang dan dibungkus dengan kulit kuda atau sapi atau
dibuat dari bahan sintetis dan berwarna putih, dengan jahitan yang halus dan tak
kentara. Ukuran kelilingnya sekitar 30 cm (lingkaran bola tidak boleh kurang dari
11
30,2 cm dan tidak lebih dari 30,8 cm). Beratnya tidak boleh kurang dari 6 ¼ ons
dan tidak lebih dari 7 ons.
3. Base IV (home plate)
Home plate terbuat dari karet atau bahan lain yang sesuai, berbentuk segi lima
dengan ukuran 30 – 22—43 – 22 – 30 cm seperti gambar berikut.
Gambar 2.3 Home Plate
Panjang sisi yang berhadapan dengan pitcher 43 cm, panjang sisi yang sejajar
dengan garis sebelah dalam dari kotak si pemukul (batter box) 22 cm, sedang
panjang sisi yang melekat pada garis yang menghubungkan antara home plate
dengan base pertama dan base ketiga panjangnya 30 cm.
4. Pitcher Plate (Tempat Pelambung)
Dibuat dari karet atau kayu dengan ukuran panjang 60 cm dan lebar 15 cm,
berbentuk empat persegi panjang, permukaan harus rata dengan tanah, dipasang
sedemikian rupa.
Gambar 2.4 Pitcher Plate
22 cm
43 cm
22 cm
30 cm 30 cm
15 cm
60 cm
12
5. Base (Tempat Hinggap) I, II dan III
Base untuk hinggap ke I, ke II, dan ke III, bentuknya bujur sangkar dengan
ukuran 38 x 38 cm. Base ini terbuat dari kanvas atau yang sejenis, masing-masing
diikat sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah tempat.
Gambar 2.5 Base
6. Glove atau Sarung Tangan
Semua pemain lapangan memakai glove dari bahan kulit. Glove ini dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Mitts yaitu sarung tangan untuk catcher dan penjaga base I, sarung tangannya
lebih tebal dan bentuknya lain. Untuk Catcher, tanpa ibu jari atau bulat utuh.
Untuk Pitcher dan penjaga base I, juga bulat tetapi memakai ibu jari
b. Glove yang dipakai oleh pemain lapangan selain penjaga base pertama dan
catcher, bentuknya dengan lima jari yang terpisah.
7. Pelindung khusus untuk catcher terdiri dari:
a) Mask atau masker (penutup muka), yang harus dipakai oleh setiap catcher
sewaktu pitcher melemparkan bola kepada pemukul.
b) Body Protector (pelindung dada). Body protector ini terutama harus dipakai oleh
catcher wanita.
c) Leg quard yaitu penutup tungkai bawah.
8. Sepatu
Sepatu yang dianggap sah adalah yang terbuat dari kanvas, kulit halus atau yang
sejenis. Solnya boleh rata atau berpahat-pahat dari karet. Sol logam dan plat tumit
juga boleh dipergunakan, asal paku yang menonjol tidak lebih panjang dari tiga
perempat inci. Sepatu yang diberi metal spike disekelilingnya dianggap tidak sah.
Base I, II, III
38 cm 38 cm
38 cm 38 cm
13
C. TEKNIK DASAR BERMAIN SOFTBALL
Setiap kali melakukan latihan maka perlu terlebih dahulu mengadakan
pemanasan. Meskipun maksud pemanasan ini adalah guna penyesuaian secara
fisiologis untuk latihan yang akan dilakukan tetapi bahan untuk pemanasan tadi
hendaknya dipilih sedemikian rupa sehingga cocok dan sesuai dengan gerak-gerak
tehnik untuk bermain softball. Dengan demikian didapat 2 keuntungan ialah di samping
otot-otot siap untuk melakukan aktivitas juga disiapkan tehnik dari gerakan badan
untuk aktivitas tersebut. Oleh karena itu hendaknya memiliki senam yang gerak-
geraknya sesuai dengan gerak pada permainan softball.
Adapun materi senam yang dimaksudkan di atas diantaranya seperti di bawah
ini :
1. Mengayun-ayunkan tangan ke muka, ke belakang, memutar tangan dengan titik
pusat pada sendi bahu dan sebagainya. Ini perlu untuk gerakan melempar.
2. Gerakan-gerakan untuk latihan otot-otot togok yang dapat membantu kekuatan
melempar dan memukul. Contohnya :
a. Berdiri kangkang tangan pada pinggang badan diputar ke kiri dan ke kanan
dengan lentur.
b. Meliuk-liukkan badan ke muka dan ke belakang, ke samping kiri dan kanan.
3. Meregangkan dan menguatkan otot-otot pergelangan tangan dan kaki:
a. Dengan bending tanpa alat
b. Loncat-loncat ke atas, jengket-jengket dan sebagainya.
4. Gerak-gerak yang mirip dengan gerak untuk mengambil bola yang menggeser
tanah (ground ball), yaitu dengan melangkahkan kaki ke depan badan
dibongkokkan dan tangan meraih ke tanah. Demikian berganti-ganti ke kiri dan
ke kanan di tempat maupun dengan gerak maju.
5. Latihan lari yang disesuaikan dengan ciri-ciri lari pada permainan softball, yaitu
:
a. Sprint, ialah lari secepat-cepatnya dengan jarak kurang lebih sejauh jarak
antar base.
b. Lari dengan cepat kemudian berhenti dengan sekonyong-konyong,
membalik dan lari kembali dengan cepat. Lari semacam ini perlu untuk
pelari base yang bermaksud maju ke base berikutnya tetapi terpaksa harus
kembali ke base semula agar tidak mati.
14
Contoh-contoh seperti tersebut di atas tadi dapat diubah, ditambah atau
dikurangi disesuaikan dengan penekanan latihan yang akan dilakukan serta
banyaknya waktu yang disediakan untuk keperluan itu.
Latihan teknik bertujuan untuk dapat menguasai dan melakukan unsur-unsur
permainan tersebut secara baik. Adapun unsur-unsur teknik pada softball dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Melempar
Yang perlu diperhatikan pada teknik melempar ini ialah :
a. Bagaimana cara memegang bola yang benar sebelum bola tersebut dilemparkan.
b. Bagaimana cara melakukan over hand throw (lemparan atas tangan)
c. Bagaimana cara melakukan lemparan samping (side – throw)
d. Bagaimana cara melakukan lemparan ayunan bawah (underhand throw)
2. Menangkap Bola
Unsur teknik menangkap bola pada pokoknya ada 3, sesuai dengan jalannya
bola hasil pukulan dari partai pemukul, ialah :
a. Bola yang datang lurus ke arah penangkapan atau straight ball.
b. Bola melambung (fly ball) untuk menangkap bola melambung ini di samping
tehnik menangkap bola yang datang dari atas perlu pemain itu dilatih untuk
dapat memperkirakan/memperhitungkan di mana bola tersebut akan jatuh,
sehingga selalau menempatkan diri tepat di bawah bola itu akan jatuh.
c. Bola guling tanah (ground ball).
3. Memukul
a. Cara memegang Bet (kayu pemukul).
b. Posisi berdiri. Dalam sikap pada waktu akan memukul dapat dibedakan menjadi
3 macam yaitu posisi berdiri yang disebut closed stance, parallel stance dan
open stance.
c. Sikap awal dari memukul.
d. Memukul dengan ayunan kayu pemukul atau pukulan swing yang merupakan
pukulan keras.
e. Pukulan tumbuk yaitu memukul tanpa mengayunkan kayu pemukul (bunt)
4. Pitching, yaitu cara pitcher melambungkan/menyajikan bola ke arah pemukul.
5. Catcher, yang akan dibicarakan adalah teknik catcher dalam menjaga bola
lemparan dari pitcher.
15
6. Sliding, yaitu meluncur dengan jalan menjatuhkan badan menuju ke base dengan
maksud menghindari sehingga ia tidak out
7. Cara lari keliling lapangan dengan menyentuh setiap base secara efisien
Demikian pokok-pokok dari latihan tehnik yang penting dalam permainan
softball. Karena setiap lemparan yang tepat dan keras merupakan senjata yang baik
dalam jaga atau fielding. Pada latihan bagi pemula, hendaknya terlebih dahulu dilatih
macam lemparan yang disebut overhand throw, sampai lemparan ini dikuasai dasar-
dasarnya, baik kecepatan, ketepatan maupun pengontrolannya. Setelah overhand throw
dikuasai baru diajarkan macam lemparan yang lain ialah lemparan sampai dan
lemparan ayunan bawah.
D. PERATURAN PERMAINAN SOFT BALL
1) PEMAIN: satu regu terdiri dari sembilan orang pemain.
2) PENENTUAN REGU YANG BERTANDING: Regu yang mendapat giliran
memukul pertama atau terakhir dalam suatu ―inning‖, ditentukan dengan undian
pakai koin atau cara yang telah disetujui oleh regu yang bertanding.
3) PERMAINAN YANG SAH: Permainan dianggap sah bila terjadi dari tujuh
inning.
4) INNING: inning adalah bagian dari permainan dimana satu regu mengalami
menjadi regu pemukul dan regu bertahan, dan terjadi 3 mati (―out‖) untuk
masing-masing regu.
5) NILAI: Baik dengan pukulan sendiri atau tidak seorang pelari yang dapat
masuk ke ruang bebas dengan selamat mendapat nilai 1 (satu).
6) MATI atau OUT: Seorang pelari mati dan harus masuk ke ―ruang bebas‖
(keluar dari lapangan) apabila ia:
a) Telah memukul tiga kali dan yang ketiga ini tidak kena, sedangkan catcher
dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola jatuh. Jika catcher tidak
dapat menangkap lambungan pitcher pun, tetapi semua base isi, maka si
pemukul tetap mati.
b) Memukul betul atau salah, sedang partai lapangan dapat menangkap
pukulannya (tangkap bola). Bola yang dipukul kena tetapi tidak sempurna
dan tidak membuat suatu busur ke atas, jika ditangkap catcher, tidak
dianggap tangkap bola.
c) Belum sampai di base I, sedang base I ini telah di bakar.
16
d) Dia tidak menginjak base yang dilewati.
e) Dia menghindar agar tidak disentuh bola, sehingga menyimpang lebih dari
satu meter di luar garis antara kedua base.
f) Dapat di tik sewaktu-waktu dan di mana saja, asal dia tidak menginjak
base.
g) Membuat ―infield fly‖
h) Membuat ―bunting‖ pada pukulan ketiga, sedang hasilnya adalah ―pukulan
salah‖.
i) Pada ―lari keharusan‖ belum sampai di base yang dituju, dan base ini telah
dibakar, atau dia di tik diperjalanan.
j) Langsung kena bola yang dipukul temannya.
7) PITCHER: Sebelum pitcher melambung, dia harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
a) Menginjak pitcher plate (dari persiapan melambung sampai bola lepas dari
tangan).
b) Menghadap ke home base (base IV)
c) Menyentuhkan bola ke tangan yang lain
d) Pitcher hanya boleh melempar salah (membuat ―ball‖) empat kali. Setelah
empat kali ―ball‖, pemukul mendapat ―free walk‖.
8) LAMBUNGAN YANG BETUL: yaitu bila bola lewat tepat di atas base IV dan
tingginya di antara lutut dan bahu si pemukul, jika ia berdiri tegak. Lambungan
yang betul harus dipukul.
9) LAMBUNGAN YANG SALAH: yaitu bila bola tidak memenuhi syarat di atas.
Lambungan yang salah disebut ―ball‖. Bila ―ball‖ terjadi sampai empat kali, si
pemukul boleh ke base I dengan bebas (free walk).
10) MENOLAK LAMBUNGAN: Lambungan yang salah boleh tidak dipukul. Jika
dipukul, dianggap satu pukulan. Lambungan betul yang tidak dipukul dianggap
satu pukulan pula, pada saat itu wasit harus berseru ―strike‖
11) HAK MEMUKUL:
a) Hak memukul ada tiga kali, tetapi pada pukulan pertama atau kedua yang
betul, pemukul harus lari ke base I. Pada pukulan ketiga yang salah, pemukul
boleh memukul lagi, sampai ada pukulan yang betul atau tidak kena,
kemudian dia harus lari ke base I. Tetapi jika pukulan yang ketiga tidak kena
dan catcher dapat menangkap lambungan pitcher sebelum bola menyentuh
tanah, pemukul mati 1.
17
b) Jika terjadi pergantian dan ada seorang pemukul yang belum selesai
menghabiskan haknya memukul, pemukul ini masih berhak memukul pada
inning selanjutnya.
12) PERGANTIAN: Pergantian dilakukan setelah ada 3 mati ( 3 out)
13) PUKULAN BETUL:
a) Jika bola setelah dipukul berhenti di dalam lapangan (di antara kedua garis
salah)
b) Jika bola setelah dipukul, jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke
luar melalui lanjutan garis salah.
14) PUKULAN SALAH:
a) Jika bola jatuh di luar garis salah dan tetap berhenti di situ.
b) Jika bola jatuh di dalam lapangan, kemudian berputar ke luar melewati garis
salah antara base IV dengan base I dan antara base IV dengan base III.
15) PUKULAN MELESET (Tip Salah):
a) Jika bola dipukul tidak kena dengan sempurna dan bola tersebut ditangkap
oleh catcher, maka pukulan itu disebut ―tip salah‖ atau meleset.
b) ―Tip Salah‖ pada pukulan ketiga, si pemukul mati satu.
16) FREE WALK: free walk diberikan pemukul bila:
a) Sudah empat kali lambungan ―ball‖
b) Lambungan pitcher mengenai pemukul dan pemukul ini sudah berusaha
menghindari bola.
c) Pitcher membuat gerak tipu.
17) CATCHER: Catcher adalah penjaga belakang. Tempatnya di belakang base IV.
Tugas utamanya menangkap semua bola yang dilambungkan pitcher.
18) PENJAGA BASE: Tugas utamanya ―membakar‖ base (menginjak base dengan
membawa bola dan ―mengetik‖ (menyentuh pelari dengan bola yang digenggam
dan bola ini tidak boleh jatuh). Semua partai lapangan boleh mengetik dan
membakar base.
19) PELARI BASE:
a) Setelah sampai pada base yang dituju, pelari base tidak boleh terlanjur
larinya, kecuali pada base I.
b) Bila sampai terjadi, dia harus kembali menginjak base dan dapat ―ditik‖
sebelum kembali ke base tersebut.
18
c) Setiap kali melepaskan base, dia dapat ―ditik‖. Jadi kalaupun dia bermaksud
meninggalkan base, dalam mengambil ancang-ancang untuk lari, salah satu
kakinya harus tetap menginjak base.
20) LARI KEHARUSAN: Tiap base dapat menjadi tujuan yang diharuskan bagi
seorang pelari, yaitu:
a) Base I, bagi pelari yang baru saja memukul
b) Base II, bila base I isi dan base III harus ditempati oleh pemukul (base I
juga keharusan).
c) Base III, bila base I dan II isi, sedang base I harus ditempati oleh pemukul
(base I dan II juga keharusan).
d) Base IV, bila semua base isi (base I, II dan III juga keharusan)
e) Tiap-tiap base yang ditinggalkan oleh pelari base, kemudian harus kembali
karena terjadi ―tangkap bola‖.
f) Pada lari keharusan ini, semua pelari dapat dimatikan dengan membakar
base yang dituju atau pelarinya yang ditik.
21) INFIELD FLY:
a) Apabila bola dipukul tinggi sampai hampir vertikal dan diperkirakan jatuh
diantara keempat base dan akan tertangkap, wasit berseru ―infield fly‖
b) Pada saat si pemukul mati dan semua pelari base tidak boleh lari. Wasit
menyerukan ―infield fly‖ apabila belum ada mati 2, base I dan II isi, atau
base I, II dan III isi.
22) CATCH BALL atau TANGKAP BOLA: pada tiap-tiap ―catch ball‖ (tangkap
bola), si pemukul mati satu. Pelari lainnya tidak boleh lari. Bila sudah terlanjur
lari, mereka harus kembali ke base semula. Mereka dapat mati bila basenya
dibakar atau ditik.
23) PEMENANG PERTANDINGAN: Pemenang pertandingan adalah regu yang
mengumpulkan ―run‖ lebih banyak selama pertandingan yang sah.
a) Hasil akhir dari pertandingan yang sah adalah hasil akhir dari inning
lengkap, kecuali bila regu yang mendapat giliran memukul terakhir telah
mengumpulkan run lebih banyak daripada run yang didapat oleh regu yang
mendapat giliran memukul sebelumnya dalam inning yang belum selesai.
Dalam hal ini nilai ditentukan pada inning yang belum selesai tersebut.
b) Hasil seri dari pertandingan yang sah adalah hasil seri sewaktu pertandingan
dihentikan. Pertandingan yang berakhir seri harus diulang dari permulaan.
19
c) Nilai dari ―fortaited game‖ atau regu yang melanggar, dinyatakan kalah 7 –
0 untuk regu yang tidak bersalah.
24) RUN:
a) Satu run dihasilkan jika seorang pelari secara sah telah menyentuh base I, II,
III dan home plate (base IV) sebelum terjadi out ketiga.
b) Suatu run akan diabaikan bila terjadi out ketiga yang disebabkan oleh:
(1) Batter base-runner (pelari base pemukul) dimatikan sebelum
mencapai base I.
(2) Pelari base out karena harus meninggalkan basenya, karena
pemukul harus menjadi batter base runner. Kejadian ini disebut
―force out‖, yakni suatu out yang terjadi jika pelari kehilangan suatu
out yang terjadi jika pelari kehilangan haknya menempati base I, II,
dan III yang sedang dia tempati karena pemukul menjadi pelari
base, sebelum ia mencapai base didepannya dia sudah dimatikan
(mati terpaksa).
(3) Seorang pelari base meninggalkan basenya, sebelum pitcher
melepaskan lambungan bolanya kepada pemukul.
c) Pelari base yang berada di belakang, tidak dapat membuat run jika pelari
didepannya out ketiga di dalam satu inning.
d) Pelari base yang di belakang tidak dapat membuat run lebih dulu daripada
pelari didepannya di dalam ―batting order‖, jika pelari didepannya belum
dimatikan. ―Batting order‖ adalah daftar nama pemain yang akan melakukan
giliran memukul dari regu ofensif
25) WASIT: Ada empat orang. Satu kepala wasit dan tiga wasit base. Kepala wasit
bertugas di belakang catcher, menentukan ―ball‖, ―pukulan salah‖, dan ―pukulan
betul‖. Sedangkan wasit base bertugas di lapangan untuk menentukan
―mati‖nya para pelari base.
26) SCORER atau PENCATAT NILAI: Wasit dibantu oleh dua orang pencatat nilai
yang disediakan oleh masing-masing regu atau partai. Catatan tersebut berisi:
a. Tanggal dan jam permainan
b. Nama kedua regu yang bertanding
c. Nama kedua pemimpin atau kapten regu
d. Jumlah inning
20
e. Banyaknya nilai, banyaknya mati dan banyaknya tangkap bola untuk
tiap pemain dari tiap regu.
27) PEMAIN PENGGANTI: Pergantian pemain hanya diperkenankan asal
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Kapten regu menghendakinya dan memberitahukannya kepada wasit. Wasit
akan menghentikan permainan untuk sementara dan memberitahukannya
kepada pencatat nilai.
b) Pemain pengganti dianggap telah masuk dalam pertandingan tanpa
hukuman, dalam hal sebagai berikut:
(1) Bila dia seorang pemukul, yaitu pada saat dia menempati posisinya
dalam tempat pemukul.
(2) Bila dia seorang fielder, yaitu saat dia menempati pemain yang
diganti.
(3) Bila dia seorang pelari, yaitu saat dia menempati pitcher plate.
c) Setiap pitcher yang namanya telah terdaftar dalam lembaran nilai, telah
diumumkan telah menempati posisinya di pitcher plate, harus
menyelesaikan tugasnya sampai pemukul pertama yang dihadapinya telah
menyelesaikan giliran memukul atau telah dikeluarkan dan pemain-pemain
lainnya boleh diganti setiap saat dengan pemain lain.
d) Pemain yang telah dikeluarkan dari permainan (karena suatu pelanggaran)
tidak boleh bermain lagi, kecuali sebagai pembantu.
21
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan terlihat pada
gambar 3.1 berikut.
Keterangan:
__________ alur kegiatan
- - - - - - - - - alur pengkajian
Gambar 3.1: Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah
Berdasarkan skema di atas, langkah kegiatan untuk memecahkan permasalahan
sebagai berikut.
1) Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan
permasalahan yang dihadapi guru-guru penjasorkes SMP/SMA dalam bidang soft
ball.
2) Mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan sehingga ditemukan ada masalah
yang perlu mendapat penanganan yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan
guru dalam soft ball.
3) Melakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk
dilaksanakan yaitu melalui program refreshing.
Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur Ceramah
Penyegaran Materi dan keterampilan Soft ball
Produk
Menambah pengetahuan dan keterampilan tentang Soft ball
Mampu membina Siswa untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya
melalui soft ball
22
4) Pemberian pelatihan bidang soft ball untuk meningkatkan kualitas penguasaan dan
keterampilan guru penjasorkes dalam bidang soft ball sehingga mampu membina
kebugaran jasmani siswa melalui olahraga soft ball.
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH
Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai
permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru SMP/SMA di Kota Tabanan,
khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah berkonsentrasi
pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di berbagai
pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan
dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas
penguasaan teknik dasar bermain softball bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Tabanan.
Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan
bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) hal yaitu, penambahan wawasan dan
pengetahuan guru tentang teknik dasar bermain softball melalui pembekalan materi,
dan pelatihan keterampilan bermain softball melalui kegiatan praktek lapangan.
Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari dengan melibatkan perwakilan
guru SMP/SMA yang ada di Kota Tabanan. Pada akhir program dilakukan evaluasi
kepada setiap peserta untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta dalam keterampilan
bermain softball. Selanjutnya, diakhir kegiatan setiap peserta diberi sertifikat sebagai
tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian, diharapkan para
guru SMP/SMA memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan keterampilan
dalam permainan softball untuk kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang
dan pelaksana kurikulum.
C. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran yang dianggap strategis dalam kegiatan ini adalah para guru
Penjasorkes SMP/SMA di Kota Tabanan baik sekolah negeri maupun swasta. Sasaran
yang dipilih dipandang cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau
hasil dari kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur
Jumlah guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 30 orang guru yang
mengajar Penjasorkes di SMP/SMA yang ada di di Kota Tabanan. Penentuan subjek
didasarkan pada proporsi jumlah guru penjasorkes di Kota Tabanan baik untuk sekolah
23
negeri maupun swasta. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru
Penjasorkes SMP/SMA perwakilan yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka
yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja sama, serta dapat
menyebarkan hasil kegiatan kepada guru lainnya
D. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:
1) Metode ceramah, untuk menyampaikan materi-materi tentang olahraga soft ball.
2) Metode praktek atau demonstrasi, untuk mendemonstrasikan teknik-teknik soft ball
yang benar kepada para peserta sehingga para peserta dapat dengan mudah melihat
dan menirukan gerakan-gerakan dengan benar.
3) Metode diskusi, untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan
sehingga terjadi interaksi timbal balik antara peserta dengan peserta dan antara
peserta dengan pelatih.
4) Metode pelatihan, dengan penerapan metode pelatihan ini para peserta dapat secara
langsung mengikuti pelatihan soft ball.
5) Tahapan-tahapan pelaksanaannya adalah mengadakan penjajagan, mengadakan
koordinasi, mengirim undangan kepada peserta, melaksanakan kegiatan pelatihan,
melaksanakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan P2M dan melakukan monitoring
serta membuat laporan kegiatan.
Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan, yaitu:
1. Ketekunan dan keterlibatan para peserta pelatihan dalam melibatkan diri pada
pelaksanaan kegiatan pelatihan ini.
2. Terjadinya peningkatan pemahaman dan keterampilan soft ball melalui tugas, tanya
jawab, demonstrasi dan pelatihan.
3. Para peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam
melaksanakan pembelajaran soft ball di sekolah masing-masing.
4. Indikator keberhasilan yaitu peserta pelatihan dapat menguasai keterampilan dan
peraturan permainan soft ball.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. HASIL KEGIATAN
Hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut.
Pertama, kehadiran peserta dalam kegiatan ini hampir 30 orang, sesuai dengan
yang direncanakan (daftar hadir terlampir).
Kedua, penyajian materi oleh pelatih tentang teknik dasar bermain softball,
berjalan dengan lancar. Cakupan materi terdiri dari:
a. Sekilas mengenai sejarah permainan soft ball
b. Sarana dan prasarana softball
c. Teknik dasar bermain softball
d. peraturan permainan softball
Ketiga, pelatihan keterampilan /teknik dasar bermain softball dilakukan di
lapangan wagimin Tabanan. Pelatihan dipandu oleh seorang pelatih dan beberapa orang
asisten. Pelatihan dimulai dengan membuat lapangan sesuai standar yang ditetapkan.
Selanjutnya mempraktekkan setiap teknik dasar secara bagian-bagian, kemudian
diakhiri dengan melakukan permainan secara utuh sebagai kesatuan.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil –hasil yang diuraikan di atas dapat disampaikan bahwa
seluruh peserta pelatihan mengikuti kegiatan dengan tekun dari awal hingga akhir
program. Jumlah peserta mencapai 30 orang, sesuai dengan perencanaan. Kehadiran
seluruh peserta menjadi bukti bahwa animo guru-guru dalam mengikuti pelatihan
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru penjasorkes SMP/SMA di kota
Tabanan sangat berminat dalam mengembangkan permainan softball.
Pelaksanaan pelatihan yang diawali dengan pemaparan makalah mengenai
teknik dasar bermain softball secara teoritis oleh nara sumber Drs. I Made Danu
Budhiarta, M.Pd. akan menambah wawasan dan pengetahuan guru-guru penjasorkes
tentang teknik dasar bermain softball. Selanjutnya untuk memantapkan penguasaan
teknik bermain softball, maka para guru diajak untuk praktek di lapangan yang
sebenarnya. Masing-masing peserta secara bergantian diberi kesempatan untuk
mencoba memainkan teknik ini seperti teknik memukul bola, melempar/melambungkan
25
bola, menangkap bola, dan teknik berlari ke base dengan dibantu oleh dosen dan
mahasiswa.
Berkat ketekunan dan kesungguhan semua peserta dalam mengikuti pelatihan
softball maka terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan serta keterampilan guru-guru
Penjasorkes SMP/SMA se kota Tabanan, yang dapat dibuktikan dengan kemampuan
para peserta mendemonstrasikan setiap bagian teknik permainan softball secara benar,
dan kemampuan peserta dalam melakukan permainan softball secara keseluruhan. Ini
berarti penguasaan teknik dasar bermain softball guru-guru penjasorkes SMP/SMA di
kota Tabanan mengalami peningkatan.
Walaupun demikian, keterampilan yang telah diperoleh melalui pelatihan ini
hendaknya ditindaklanjuti dengan melatih siswa-siswi di sekolah tempat peserta
bertugas. Apalagi dengan diterapkannya kurikulum 2013, pelajaran penjasorkes di
SMP/SMA menuntut guru-guru memahami teknik dasar bermain softball. Bila saat
mempraktekkan permainan ini di sekolah menemui kendala ,para guru dapat
menghubungi pelatih selaku dosen di jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha.
26
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
C. SIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal
berikut.
1. Kegiatan pelatihan permainan softball bagi guru-guru penjasorkes SMP/SMA se
kota Tabanan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang telah
direncanakan. Jumlah peserta yang hadir hampir mencapai 29 orang sesuai
dengan yang direncanakan.
2. Telah terjadi peningkatan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan guru-guru
penjasorkes peserta pelatihan permainan softball yang ditunjukkan dengan
kemampuan para guru dalam mendemonstrasikan teknik-teknik dasar bermain
softball dengan benar.
3. Materi softball yang dilatihkan mulai dari sejarah softball, sarana dan prasarana,
teknik dasar bermain softball, dan peraturan permainan softball. Dengan
demikian para guru tidak hanya memahami teknik bermain softball, tetapi juga
mengetahui sejarah permainan dan peraturannya.
D. SARAN
Beberapa saran yang dapat diusulkan adalah:
2. Para guru disarankan agar setelah pelatihan tetap menjaga kesiapan kondisi fisik
dengan baik agar lebih mudah dalam menguasai teknik dasar bermain softball
dengan benar.
3. Para guru diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan dan
keterampilan yang telah diperoleh pada kegiatan pelatihan ini dalam
pembelajaran olahraga di SMP/SMA. Untuk selanjutnya guru diharapkan dapat
mengembangkan bakat dan minat siswa serta dapat memasyarakatkan
permainan softball di kota Tabanan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bethel, D. (1993). Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball. Semarang: Dahara Prize
Budhiarta, D.M. (2007). Teori dan Praktek Permainan Soft Ball. Diktat. FOK
Universitas Pendidikan Ganesha.
Dohson, J.M. (1971). Softball for Girls. New York: The Ronald Press Company.
http://www.google.com. [30 Agustus 2013].
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013, SMP/MTs-Penjasorkes. Jakarta
Softball Canada. (1981). Coaching Manual, Level I,II-Thecnical. Canada: Canadian
Amateur Soft Ball Association. CASAP-300-1.
Universitas Pendidikan Ganesha. (2013). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pada
Masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UNDIKSHA.