Page 1
LAPORAN AKHIR
PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN KETERAMPILAN 4M
(MENATA, MENYIMPAN, MEMPERSIAPKAN, DAN MEMODIFIKASI)
ALAT/BAHAN PRAKTIKUM BAGI GURU-GURU IPA DAN LABORAN SMP
DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
Oleh
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd.
Ni Nyoman Widiasih, SE
I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd.
(NIP. 196704241999031 007)
(NIP. 197408052000032001)
(NIP. 197204131998022 002)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No. 16/UN48.16/PM/2016
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016
Page 3
iii
Ringkasan
Telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) dalam bentuk Pelatihan
Keterampilan 4M (Menata, Menyimpan, Mempersiapkan, dan Memodifikasi) Alat/Bahan
Praktikum Bagi Guru-Guru IPA dan Laboran SMP di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan Guru IPA
(Pengelola Laboratorium) dan Laboran IPA SMP untuk menata, menyimpan, mempersiapkan, dan
memodifikasi alat/bahan praktikum dalam rangka mendukung pembelajaran IPA. Pelaksanaan inti
kegiatan dalam bentuk in service dan on service berupa pelatihan dan pendampingan. Nara sumber
pada kegiatan ini adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd; Ni Nyoman Widiasih, SE; dan I Gst.
Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. Materi pelatihan yang akan dilaksanakan meliputi identifikasi
kondisi laboratorium IPA di SMP, analisis model-model penataan, penyimpanan, dan persiapan
alat/bahan laboratorium; penerapan model 4M yang relevan; praktik modifikasi alat-alat peraga
praktikum IPA; uji coba alat-alat praktium modifikan; dan implementasi pembelajaran dengan
pendekatan praktikum. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan.
Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama.
Evaluasi proses dilakukan terhadap aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk
dilakukan terhadap hasil karya praktek (berupa modifikasi alat praktikum) IPA dengan
memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar dan uji kelayakan produk. Penskoran dilakukan
dengan skala Likert (dengan bantuan rubrik penilaian) dan dianalisis secara deskriptif.
Kata-kata kunci: keterampilan 4M, modifikasi, pelatihan
sumery
Has implemented community service activities (P2M) in the form of 4M Skills Training
(Organizing, Storing, Preparing, and Modify) Equipment / Materials Practice For ScienceTeachers
and laboratory assistant at Junior Hight School in District Sukasada, Buleleng. This activity aims to
increase knowledge and skills competency of science teacher and laboratory assistant to organize,
store, prepare, and modify tools / materials of laboratorium in order to support science learning.
Implementation of core activities in the form in service and on service in the form of training and
mentoring. A resource person at the event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd; Ni Nyoman
Widiasih, SE; and I Gst. Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. Training subjects that will be
implemented include the identification of conditions in science laboratories of junior high,
analytical models structuring of laboratorium, storage, and preparation of tools / materials
laboratory; 4M relevant application of the model; modification practices of teaching aids lab
science; testing tools modifikan praktium; and the implementation of learning with practical
approach. Evaluation was conducted on processes and products. Evaluation process relating to the
presence of participants, following the spirit of the activities, and cooperation. Evaluation process is
conducted on the activities of the participants during the activity. Product evaluation conducted on
the work of the practice (in the form of a modified instrument science Lab by using materials from
the surrounding environment and test the feasibility of the product. Scoring is done with Likert
scale (with the help of assessment rubrics) and analyzed descriptively.
Key words: 4M skills, modifications, training
Page 4
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan P2M
sampai penyusunan laporan kemajuan ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan
P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan pengelola laboratorium IPA SMP dalam hal menata, menyimpan, mempersiapkan, dan
memodifikasi alat/bahan praktikum dalam rangka mendukung pembelajaran IPA. Dalam
perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini kami banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk
menyelenggarakan P2M penerapan IPTEKS ini.
2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang telah merekomendasi
pelaksanaan kegiatan ini.
3. Kepala sekolah serta staf/tenaga laboratorium IPA SMP se-Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta dalam pelatihan ini.
4. Rekan-rekan staf laboran dan staf dosen serta mahasiswa FMIPA yang telah
membantu terlaksananya kegiatan ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah
membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini.
Akhirnya, kami berharap semoga laporan P2M ini ada manfaatnya, terutama bagi
mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan menata, minyimpan,
menyiapkan dan modifikasi alat/bahan praktikum. Saran dan kritik dari pembaca juga sangat
kami harapkan. Terima kasih.
Singaraja, 31 Oktober 2016
Tim Pelaksana P2M
Page 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Hasil identifikasi keberadaan pengelola laboratorium IPA SMP di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium ditugaskan
kepada guru IPA. Sementara beberapa sekolah memiliki tenaga honor yang ditugaskan
sebagai laboran. Namun, kwalifikasi tenaga yang ditugaskan sebagai laboran tidak
memadai. Para guru IPA yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium maupun staf yang
ditugaskan sebagai laboran tersebut belum memiliki kompetensi yang memadai. Sementara,
tindakan atau upaya peningkatan kompetensi penataan laboratorium sekolah di Kecamatan
Sukasada Kabupeten Buleleng masih sangat minim. Guru (pengelola laboratorium) IPA dan
petugas laboran ternyata kurang memperoleh pelatihan keterampilan menata dan
menyiapkan alat-alat dan bahan praktikum. Demikian pula keterampilan modifikasi
alat/bahan bahkan belum pernah sama sekali.
Hasil observasi ke laboratorium IPA di SMPN 1 Sukasada menunjukkan bahwa
kondisi laboratorium IPA di sana belum dirawat dengan baik. Ruang alat/bahan berisi 4
buah rak/almari. Jumlah alat/bahan praktikum yang dimiliki masih belum lengkap dan
belum memadai jika dibanding dengan jumlah siswa. Spesifikasi alat/bahan laboratorium
yang dimiliki banyak yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Kondisi alat-alat sebagian
besar sudah rusak bahkan ada alat yang rusak gara-gara tidak pernah digunakan. Sebagian
lagi alat-alat dalam keadaan tidak lengkap. Sejumlah komponen-komponen alat tidak bisa
digunakan bahkan sudah tidak ada.
1a 1b 1c
Gambar 1:1a. Keadaan ruang alat/bahan Lab IPA SMPN 1 Sukasada (nampak kurang
ditata dengan baik); 1.b. Kondisi almari penyimpanan alat (nampak
masih belum tertata); 1c. Kondisi rak penyimpanan alat masih bercampur
penyimpanan bahan (laboratorium IPA SMPN 1 Sukasada) (doc.
Pengusul,2015)
Page 6
2
Berdasarkan hasil observasi di laboratorium IPA SMP N 3 Sukasada, diketahui
keberadaan bahan-bahan laboratorium IPA belum tertangani dengan baik, tidak terawat,
dan tidak digunakan secara optimal. Disamping karena tidak ada petugas khusus, guru-guru
yang ditugasi mengelola laboratorium tidak sempat (tidak bisa) melaksanakan secara
optimal. Sementara di beberapa laboratorium sekolah lainnya ketersediaan alat/bahan
praktikum sangat minim bahkan ada laboratorium yang sama sekali tidak memiliki bahan
praktikum.
Hasil wawancara dengan sejumlah guru IPA di SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, dan
SMPN 4 Sukasada, menunjukkan bahwa guru-guru IPA yang ditugaskan sebagai pengelola
laboratorium di sekolah tersebut masih mengalami kendala dalam menangani penataan
maupun penyiapan alat-alat praktikum. Baik kendala waktu maupun aspek keterampilan
yang dimiliki. Seperti yang dituturkan oleh Ni Made Suki (salah seorang guru IPA yang
ditugaskan sebagai opengelola laboratorium di SMPN 1 Sukasada), bahwa dirinya tidak
bisa secara optimal menangani masalah penataan maupun persiapan alat-alat keperluan
praktikum. Hal senada dikemukakan oleh Bapak Made Wiriasna, S.Pd.Bio (guru IPA
SMPN 3 Sukasada yang juga ditugaskan sebagai pengelola Lab. IPA), keberadaan alat-alat
yang tidak memadai baik dari jumlah maupun kondisinya merupakan faktor yang
mempengaruhi tidak siapnya keberadaan laboratorium memfasilitasi kegiatan praktikum.
Disamping itu, guru-guru juga mengemukakan bahwa pembelajaran dengan
praktikum memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak. Bahkan ada guru yang menyatakan
bahwa praktikum justru menjadi beban tambahan. Hal ini cukup beralasan karena selama
ini untuk keperluan penyelenggaraan praktikum mulai dari merancang, mempersiapkan,
pelaksanaan hingga mengemasi alat-alat setelah kegiatan praktikum harus dilakukan oleh
guru itu sendiri. Belum ada laboran (petugas laboratorium) yang seharusnya khusus
bertugas menyiapkan dan mengemasi alat-alat keperluan praktikum
Berdasarkan penuturan kepala sekolah SMPN 3 Sukasada, tenaga yang ditugaskan
sebagai laboran memang belum memiliki kwilifikasi yang memadai, keterampilan dan
pengetahuan penataan dan penyiapan alat-alat maupun bahan praktikum masih sangat
minim. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan hasil observasi di SMPN 1
Sukasada diperoleh informasi bahwa guru-guru IPA di sekolah tersebut masih mengalami
kendala dalam menerapkan praktikum dalam pembelajaran IPA. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa kompetensi dan keterampilan menata dan menyiapkan alat/bahan praktikum guru
IPA yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium memang belum memadai.
Page 7
3
2a 2b
Gambar 2: 2a. Wawancara tim pelaksana (kanan) dengan seorang guru IPA
pengelola lab (kiri) di SMPN 3 Sukasada
2b. Bincang-bincang Tim Pengusul (kiri) dengan kepala sekolah SMPN
3 Sukasada (kanan) (sbr: doc. subamia,2015)
Berdasarkan hasil kunjungan/observasi, SMPN 3 Sukasada memiliki sebuah
ruang laboratorium IPA. Ruang laboratorium seluas 20 x 7 m2, terdiri dari ruang
praktikum, ruang alat/bahan, dan ruang persiapan. Ruang alat/bahan dilengkapi dengan 3
buah rak tempat penyimpanan alat/bahan praktikum (profil SMPN 3 Sukasada).
Keberadaan alat dan bahan praktikum di laboratorium IPA SMPN 3 Sukasada masih sangat
terbatas dan tidak tertata dengan baik (karena alasan tidak adanya tenaga laboran).
Alat/bahan praktikum yang dimiliki spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pengadaan alat dan bahan kurang menjadi prioritas sekolah karena keterbatasan dana
pengadaan.
(3a) (3b) (3c)
Gambar 3. (3a) Ruang lab yang dijadikan ruang kelas; (3b) rak alat berisi alat sangat
terbatas, (3c) rak alat/bahan yang sama sekali tidak berisi alat/bahan (doc.
Subamia, 2015; lokasi SMPN 3 Sukasada)
Permasalahan yang dikemukakan di atas sampai sekarang belum memperoleh solusi
yang tepat. Guru mitra mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan pelatihan
keterampilan menata, menyimpan, dan menyiapkan alat/bahan praktikum. Demikian pula
Page 8
4
keterampilan modifikasi alat/bahan untuk mengatasi kondisi alat/bahan yang rusak/kurang
dikatakan masih sangat diperlukan.
Analisis situasi yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa tindakan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menatata, menyiapkan dan memodifikasi
alat/bahan praktikum dengan memanfaatkan potensi lingkungan alam sekitar sebagai
penunjang pembelajaran IPA terpadu bagi pengelola laboratorium IPA SMP di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng masih sangat diperlukan. Pernyataan ini diperkuat dengan
keterangan beberapa pengelola laboratorium, kepala sekolah SMP di Kecamatan Sukasada,
serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Disebutkan bahwa untuk
menambah/meningkatkan pengetahuan/keterampilan tenaga laboratorium (guru-guru IPA)
dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi-inovasinya perlu diberi pelatihan.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium SMP di kecamatan Sukasada
kabupaten Buleleng dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1)
frekuensi penggunaan laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA dengan eksperimen
(praktikum) masih rendah, 2) guru-guru IPA masih mengalami kesulitan dalam menata dan
menyiapkan alat-alat praktikum, 3) guru-guru IPA juga masih mengalami kesulitan
menerapkan pendekatan ilmiah (scientific approach), 4) laboratorium IPA tidak dikelola
dengan baik, 5) kondisi daya dukung SDM dan sarana-prasarana laboratorium untuk
menunjang kegiatan praktikum tidak sesuai kebutuhan, 6) ketidaktersediaan tenaga laboran,
7) serta belum dilakukan upaya modifikasi alat/bahan laboratorium.
Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas, rumusan permasalahan
yang disepakati bersama mitra untuk dipecahkan adalah sebagai berikut.
1) Sistem penataan, penyimpanan, dan penyiapan alat dan bahan praktikum laboratorium
IPA SMP di Kecamatan Sukasada belum memadai.
2) Keterampilan guru-guru IPA pengelola laboratorium dan laboran SMP di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng untuk memodifikasi alat-alat dan bahan-bahan
praktikum belum terlatih.
1.3 Tujuan Kegiatan
Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) menata, menyimpan,
menyiapkan serta modifikasi alat/bahan praktikum bagi guru pengelola laboratorium dan
Page 9
5
laboran IPA SMP di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng. Rincian tujuan kegiatan
pelatihan adalah sebagai berikut.
1) Up-dating pengetahuan guru pengelola laboratorium dan laboran dalam hal penataan
dan penyimpanan alat/bahan praktikum.
2) Peningkatan keterampilan guru pengelola laboratorium dan laboran IPA SMP di
Kecamatan Sukasada dalam menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktikum sebagai
penunjang pembelajaran IPA.
3) Meningkatkan keterampilan guru IPA SMP di kecamatan Sukasada Kabupaten
Buleleng untuk memodifikasi alat-alat dan bahan-bahan keperluan praktikum IPA.
4) Memfasilasi kesempatan untuk melatih ketrampilan menata, menyimpan, menyiapkan,
dan memodifikasi alat/bahan praktikum bagi pengelola laboratorium Idan laboran PA
SMP di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng.
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan bermanfaat baik bagi tenaga
laboratorium (guru-guru) IPA, bagi pihak sekolah, maupun bagi masyarakat pendidikan
secara umum. Hasil kegiatan akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan
kinerja dan kualitas layanan laboratorium sekolah yang bermuara pada meningkatnya
kualitas pembelajaran IPA di SMP di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Secara
eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi guru pengelola laboratorium yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh
tambahan pengetahuan dan keterampilan menata, menyimpan, menyiapkan, dan
memodifikasi alat/bahan praktikum yang berkontribusi positif bagi proses pembelajaran
IPA di SMP di Kecamatan Sukasada.
2) Bagi sekolah, bermanfaat sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan kesiapan dan
efektivitas layanan laboratorium. Peningkatan kompetensi keterampilan yang dimiliki
pengelola laboratorium akan berkorelasi terhadap kualitas proses pembelajaran IPA
yang tentunya sangat bemanfaat bagi sekolah.
3) Bagi masyarakat pebelajar, secara umum memperoleh manfaat dari dampak peningkatan
kualitas pembelajaran IPA terhadap peningkatan hasil pembelajaran IPA di SMP.
4) Manfaat yang diperoleh bagi staf akademik Universitas Pendidikan Ganesha adalah
dapat mewujudkan terlaksananya salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi,
yakni Pengabdian Pada Masyarakat.
Page 10
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arti dan Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA
Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit
penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka,
bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian,
kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan
bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan,
penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat (Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.03/Januari/2010).
Laboratorium juga dinyatakan sebagai suatu tempat yang dapat berfungsi untuk
memecahkan masalah, mendalami fakta, melatih keterampilan, menanamkan dan
mengembangkan sikap ilmiah, berpikir ilmiah. Dalam proses belajar mengajar IPA,
laboratorium dapat difungsikan sebagai tempat: a) menemukan masalah, b) memecahkan
masalah, c) memeperdalam pengertian suatu fakta, d) menemukan berbagai pengertan atau
fakta, e) melatih kebiasaan dan keterampilan ilmiah, dan f) mendididk anak menjadi
cermat, kritis dan cekatan (Sidharta, A. dkk. 2007).
Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA
merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih
lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium
sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di
dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA,
sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung
pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Apalagi,
ilmu pengetahuan alam, walaupun tidak seutuhnya, merupakan ilmu yang berbasis
eksperimen. Dalam posisi tersebut fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk
memahami konsep-konsep IPA, membuktikan berbagai konsep IPA, dan melakukan
penelitian ilmiah.
Peranan laboratorium pada kegiatan pendidikan adalah merupakan bagian dari
proses belajar-mengajar berupa praktikum yang objeknya sesuai dengan satuan acara
perkuliahan (Ditjen Dikti, 2004). Di samping melatih keterampilan, kegiatan laboratorium
juga berperan dalam melatih dan mengembangkan nilai-nilai sikap ilmiah seperti kritis,
objektif, kreatif, skeptis, terbuka, disiplin, tekun, mengakui kelebihan orang lain dan
Page 11
7
kekurangan diri sendiri dan lain-lain (Academy Savant, e-Learning Science. 2012).
Keberadaan laboratorium penelitian dan laboratorium terpadu biasanya ditujukan untuk
menunjang kegiatan penelitian baik untuk program lanjutan, penelitian mandiri, maupun
untuk pengembangan pendidikan (Curiculum Development).
Koretsky, M. (2011), menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara
signifikan respon siswa meningkat pada kelompok yang diberikan model eksperimen.
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium juga memberikan pengaruh
besar terhadap hasil belajar siswa. Hal senada juga dilaporkan oleh Santoso (2010), dalam
hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan alam sekitar sebagai laboratorium
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa laboratorium IPA memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar
siswa.
2.2 Efektivitas Pemanfaatan Laboratorium dan Proses Pembelajaran
Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk
penunjang proses pembelajaran di sekolah. Dikemukakan pada PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2).
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis,
pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang
menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
(Depdiknas, 2002).
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2)
serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2) mensyaratkan bahwa pendidikan wajib memiliki
prasarana termasuk ruang laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan. Lebih jauh dijelaskan bahwa untuk meningkatkan efesiensi dan
efektifitas, laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Dari tujuan
pembelajaran IPA di SMP, sebagian besar tujuan tersebut hanya dapat dicapai secara
optimal bila guru menggunakan laboratorium sebagai sarana dan prasarana belajar siswa
(Sulastri, S. 2008).
Novianti, N.R (2011), mengemukakan hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh
yang positif antara Pengelolaan Laboratorium terhadap efektivitas proses pembelajaran IPA
di SMP. Agar laboratorium IPA di sekolah dapat berperan, berfungsi dan bermanfaat
efektif, maka diperlukan sebuah sistem pengelolaan laboratorium yang direncanakan dan
Page 12
8
dievaluasi dengan baik serta dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan laboratorium IPA di sekolah yang bersangkutan.
2.3 Penataan Alat-alat dan Bahan-bahan Keperluan Praktikum
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan berlaboratorium, di samping
guru IPA peran petugas laboratorium (laboran) tentunya sangat penting. Laboran
berperan baik dalam hal menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum,
maupun membuat larutan-larutan yang sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu,
petugas laboratorium hendaknya juga dibekali pengetahuan K3 (Keamanan dan
Keselamatan Kerja) dan keterampilan menangani keadaan darurat seperti kebakaran,
menangani tumpahan atau paparan bahan kimia, dan sebagainya. Dengan demikian,
setiap pekerja di laboratorium harus dibekali keterampilan dasar laboratorium (basic
laboratory skill).
Subamia (2014), menemukan bahwa rendahnya keterampilan dasar laboratorium
berkorelasi terhadap rendahnya frekuensi penggunaan laboratorium dan terlantarnya
keberadaan laboratorium IPA SMP. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar IPA. Hal tersebut memberi sinyalemen kuat bahwa pemberdayaan
pengetahuan dan keterampilan pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan di laboratorium
bagi staf/tenaga laboratorium sangatlah penting.
Tata kelola laboratorium adalah proses pendayagunaan sumber daya laboratorium
secara efektif dan efisien, untuk mencapai suatu sasaran yang secara optimal
(Suyitno, A.2010). Tata kelola laboratorium harus memperhatikan keberlanjutan fungsi
sumber daya serta berdasar prinsip dan fungsi manajemen yang baik. Aspek
pengelolaan lab meliputi : perencanaan, pengorganisasian/penataan, directing (pengaturan)
pengendalian pengawasan budgeting anggaran.
Penataan terkait erat dengan pengelompokkan, penempatan, penyimpanan
dan kemudahan pemeliharaan dan penggunaannya alat-alat lab ipa dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa kategori, seperti : alat kegiatan (pengamatan & pengukuran), alat-alat
dasar, digunakan untuk melengkapi alat/perangkat alat percobaan, seperti gelas kimia,
tabung reaksi, pipa kapiler, erlenmeyer, pelubang gabus, selang plastik); alat peraga
seperti kit ipa, termasuk di dalamnya model, torso, insektarium dan alat-alat lain yang
serupa, digunakan untuk meragakan suatu struktur suatu obyek IPA, charta, foto, atau
bagan, digunakan untuk menjelaskan suatu hal; perkakas dan alat penunjang seperti
obeng, alat bor, tang, catut, gunting, soldier, alat pemadam kebakaran, jas lab, masker,
Page 13
9
kulkas, dst yang digunakan untuk memperbaiki macam-macam peralatan laboratorium.
Pengelompokan juga dapat didasarkan atas sifat peralatan. Menurut dasar ini
penataan alat-alat lab dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok, seperti (1) alat
elektronik dan magnet, (2) alat optik, (3) kalor, (4) model, gambar atau bagan,
A. Dasar penataan alat lab
• prinsip kemudahan untuk digunakan;
• prinsip keamanan
• prinsip kerapian
• prinsip keterawatan
• efektivitas pengoperasian alat
• efisiensi
Penataan juga dapoat didasarkan atas:
jenis alat alat (elektrik / non elektrik ; alat / perkakas?)
tingkat resiko (timbangan analit – mekanik yg mudah rusak , alat gelas yg mudah
pecah, alat listrik yang menggunakan daya cukup tinggi.
sifat alat ( mikroskop ?, alat dg bahan mudah terbakar, alat bahan besi yg mudah
karat.
kecanggihan alat
kualitas alat
jumlah alat tersedia
bahan penyusun alat
bentuk dan ukuran alat
bobot/ berat alat
frekuensi penggunaan
B. Peletakan alat laboratorium
1) Tempat/ ruang :
(a) di ruang kegiatan
(b) di ruang preparasi
(c) di gudang
(d) Ruang Timbang
(e) rumah kaca
2) Sarana :
(a) lantai tepi ruang keg.
Page 14
10
(b) almari alat
(c ) almasi display
(d ) almari alat-alat penunjang
(e ) meja
(f ) dinding
3) Sifat penempatan :
1) permanen ;
2) mobile – dapat dipindah
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan
Koretsky, M (2011), menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara
signifikan respon siswa meningkat pada kelompok yang diberikan model eksperimen.
Pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
secara signifikan. Novianti, N.R. (2011), meyebutkan bahwa belajar IPA akan
menghasilkan produk IPA itu sendiri, cara berpikir ilmiah, dan sikap ilmiah. Ketiga hal
tersebut dipelajari melalui kerja ilmiah yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen di
laboratorium. Untuk keperluan ini harus tersedia sarana dan prasarana laboratorium serta
sistem pengelolaan yang baik dan benar. Hasil penelitian Anna, 2007, melaporkan bahwa
umumnya para guru merasa kurang menguasai teknik mengelola alat, bahan dan limbah
laboratorium. Keadaan ini memang sangat memprihatinkan, karena ternyata berdampak
lanjut terhadap pemahaman siswa terhadap kemampuan dasar berlaboratorium.
Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, M. M. (2012), menyebutkan bahwa salah satu
prasyarat dalam pembelajaran/praktikum IPA adalah pemanfaatan laboratorium. Oleh
sebab itu diperlukan adanya sistem pengelolaan atau manajemen laboratorium IPA yang
baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Berte, L.M. (2012), bahwa pengelolaan
laboratorium memiliki peranan penting dalam mewujudkan efektivitas pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium SMP di kabupaten Buleleng
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:1) frekuensi penggunaan
laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng masih rendah, 2) sebagian besar guru IPA
masih mengalami masalah untuk melakukan praktikum tentang topik- topik tertentu
karena alasan terbatasnya jumlah dan/atau jenis alat yang tersedia, 3) laboratorium
IPA tidak dikelola dengan baik, 4) umumnya tenaga pengelola laboratorium IPA
tidak menerapkan tata kelola tata laksana laboratorium dengan baik (Subamia, I.D.P,
2012. b).
Page 15
11
BAB III METODE PELAKSANAAN
1.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan
dengan belum optimalnya daya dukung laboratorium dalam menunjang pembelajaran IPA,
serta kurangnya kreativitas/keterampilan pengelola laboratorium dalam modifikasi
alat/bahan praktikum sebagai penunjang pelaksanaan praktikum dalam pembelajaran IPA
SMP di kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.
Permasalahan kualifikasi dan kompetensi pengelola laboratorium merupakan faktor
esensial untuk mewujudkan laboratorium IPA yang benar-benar mampu menjadi wahana
pembelajaran, wahana penelitian siswa dan guru. Disamping itu, kesiapan sarana penunjang
seperti alat dan bahan yang relevan dan memadai juga tidak kalah pentingnya.
Berbagai alternatif pemecahan permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Alternatif Pemecahan Masalah
No Permasalahan Akar masalah Alternatif Pemecahan
Masalah
1 Sistem penataan,
penyimpanan, dan
penyiapan alat dan
bahan praktikum
laboratorium IPA
SMP di Kecamatan
Sukasada belum
memadai.
Minimnya pengetahuan dan
keterampilan serta waktu
bagi pengelola lab dalam
pengembangan sistem
pengelolaan laboratorium
Guru IPA pengelola
laboratorium kurang
terampil menata persiapan
alat/bahan keperluan
praktikum.
Tidak ada petugas khusus
(laboran) di laboratorium
SMP, kalaupun ada
kwalifikasinya tidak
memadai (tidak terampil).
Pemberdayaan pengetahuan
dan keterampilan guru
pengelola laboratorium dalam
hal pengelolaan laboratorium
Pelatihan dan pendampingan
peningkatan keterampilan
penataan, penyimpanan, dan
penyiapan alat dan bahan
praktikum bagi guru pengelola
laboratorium dan IPA.
Pelatihan keterampilan
penataan lab bagi laboran IPA
Perekrutan tenaga khusus
menangani laboratorium
(laboran)
Page 16
12
2 Keterampilan guru-
guru IPA pengelola
laboratorium dan
laboran SMP di
Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng
untuk memodifikasi
alat-alat dan bahan-
bahan praktikum
belum terlatih.
Minimnya daya dukung
laboratorium IPA di
sekolah serta tidak relevan
dengan kebutuhan untuk
mendukung praktikum IPA
Kurangnya upaya untuk
meng-update
kommpoetensi pengelola
lab/laboran
Kurangnya akses informasi
serta kesempatan untuk
mengikuti pelatihan
keterampilan
pengembangan perangkat
praktikum bagi tenaga
laboratorium (guru-guru
IPA di SMP Sukasada).
Perlu pelatihan khusus bagi
guru pengelola laboratorium
IPA untuk meningkatkan
kreativitas dan keterampilan
momodifikasi alat-alat yang
rusak
Memberi pelatihan dan
pendampingan merawat alat-
alat laboratorium
Pelatihan pengembangan
kreativitas/inovasi dalam
memberdayakan
sarana/prasarana
laboratorium yang ada
dengan memberdayakan
potensi lingkungan alam
sekitar sebagai penunjang
praktikum IPA.
Memfasilitasi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan modifikasi alat-
alat laboratorium.
Di sisi lain, upaya pemberdayaan laboratorium sehingga mampu menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas sangat penting dan urgen. Untuk itu perlu dipikirkan suatu
tindakan yang efektif, efisien dan inovatif untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam Tabel 1 di atas, solusi
yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah Pelatihan keterampilan 4M
(Menata, Menyimpan, Mempersiapkan, dan Memodifikasi) bagi Guru IPA pengelola
laboratorium dan Laboran IPA SMP di kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Bentuk
kegiatan yang direncanakan adalah pelatihan dan pendampingan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan menata, menyimpan, dan menyiapkan alat-alat praktikum. Kegiatan juga
dilakukan dalam bentuk praktek/workshop modifikasi alat-alat praktikum yang rusak
dengan memanfaatkan barang-barang bekas di lingkungan sekitar
Page 17
13
Alur Pemecahan Masalah
Gambar 4. Diagram alur pemecahan masalah
Permasalahan
1. Sistem penataan, penyimpanan,
dan penyiapan alat dan bahan
praktikum laboratorium IPA SMP
di Kecamatan Sukasada belum
memadai.
2. Keterampilan guru-guru IPA
pengelola laboratorium dan
laboran SMP di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng
untuk memodifikasi alat-alat dan
bahan-bahan praktikum belum
terlatih.
Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pemberdayaan pengetahuan dan
keterampilan guru pengelola laboratorium
dalam hal pengelolaan laboratorium
2. Pelatihan dan pendampingan peningkatan
keterampilan penataan, penyimpanan, dan
penyiapan alat dan bahan praktikum bagi
guru pengelola laboratorium dan IPA.
3. Pelatihan keterampilan penataan lab bagi
laboran IPA
4. Perekrutan tenaga khusus menangani
laboratorium (laboran).
5. Perlu pelatihan khusus bagi guru
pengelola laboratorium IPA untuk
meningkatkan kreativitas dan
keterampilan momodifikasi alat-alat yang
rusak
6. Memberi pelatihan dan pendampingan
merawat alat-alat laboratorium
7. Pelatihan pengembangan
kreativitas/inovasi dalam memberdayakan
sarana/prasarana laboratorium yang ada
dengan memberdayakan potensi
lingkungan alam sekitar sebagai
penunjang praktikum IPA.
8. Memfasilitasi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan modifikasi
alat-alat laboratorium.
Pemecahan Masalah
Pelatihan keterampilan 4M (Menata, Menyimpan, Mempersiapkan, dan
Memodifikasi) Alat Praktikum bagi Guru IPA pengelola laboratorium dan
Laboran IPA SMP di kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
Bentuk Kegiatan
1. Pelatihan dan pendampingan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan menata, menyimpan, dan menyiapkan alat-alat
praktikum.
2. Praktek /workshop modifikasi alat-alat praktikum yang rusak dengan
memanfaatkan barang-barang bekas di lingkungan sekitar
Page 18
14
1.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Realisasi kegiatan P2M ini dimulai dengan penjajagan dan sosialisasi khalayak
sasaran untuk minginformasikan program dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya,
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan pemaparan kerangka
sistematika program yang akan dilaksanakan. Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap in
service dan on service. Pelaksanaan kegiatan in servis mulai tanggal 22 s/d 24 Juli 2016.
Kegiatan berlangsung di Laboratorium IPA SMPN 1 Sukasada meliputi Pelaksanaan inti
kegiatan dalam bentuk in service dan on service berupa pelatihan dan pendampingan.
Materi pelatihan yang dilaksanakan meliputi identifikasi kondisi laboratorium IPA
di SMP, analisis model-model penataan, penyimpanan, dan persiapan alat/bahan
laboratorium; penerapan model 4M yang relevan; praktik modifikasi alat-alat peraga
praktikum IPA; uji coba alat-alat praktium modifikan; dan implementasi pembelajaran
dengan pendekatan praktikum. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk
kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti
kegiatan, dan kerja sama. Evaluasi proses dilakukan terhadap aktivitas peserta selama
kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (berupa
modifikasi alat praktikum) IPA dengan memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar dan
uji kelayakan produk.
Dilanjutkan dengan kegiatan on service dalam bentuk pendampingan penerapan
keterampilan 4M dalam aktivitas di sekolah masing-masing. Kegiatan pendampingan
berlangsung dari tanggal 25 Juli-3 September 2016. Dilanjutkan lagi dengan kegiatan in
servis II (work shop modifikasi alat/bahan praktikum), dan diakhiri dengan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan (minggu 1-2 bulan September 2016).
Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, staf
laboran Jurusan pendidikan Kimia FMIPA Undiksha, Gusti Ayu Sri ahyuni, S.Pd, staf
Pranata Laboratorium Pendidikan Fisika, dan Ni Nyoman Wiasih, staf PLP Biologi.
1.3 Khalayak Sasaran Strategis
Terbatasnya jenis dan jumlah bahan praktikum sesuai kebutuhan di laboratorium
laboratorium IPA SMP di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, berdampak pada
rendahnya frekuensi pelaksanaan kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA. Sementara
ini, keterampilan pengembangan perangkat penunjang praktikum IPA terintegrasi bagi guru
pengelola laboratorium di SMP Kecamatan Sukasada belum dilatih secara optimal. Secara
geografis, kecamatan Sukasada Buleleng memiliki bentang lingkungan alam yang sangat
Page 19
15
potensial dijadikan sebagai sumber untuk memperoleh bahan alternatif sebagai pengganti
atau untuk melengkapi bahan-bahan yang tidak tersedia di laboratorium. Keterbatasan
bahan yang tersedia untuk melakukan praktikum, seharusnya bukan merupakan sebuah
hambatan, sebab alat dan bahan untuk kegiatan praktikum dapat diperoleh dari lingkungan
sekitar. Dengan demikian, guru-guru IPA dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif lagi.
Untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi-inovasi, kepada mereka perlu diberi pelatihan.
Oleh karena itu, Guru IPA (pengelola laboratorium) dan laboran IPA SMP di kecamatan
Sukasada kabupaten Buleleng sangat strategis dan urgen dijadikan khalayak sasaran yang
akan diberikan pelatihan dalam pelaksanaan kegiatan P2M yang akan dilakukan.
Berdasarkan analisis situasi, di kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng terdapat 6
SMP yang tersebar di 6 Desa. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan kabupaten
Buleleng menunjukkan jumlah guru IPA di SMP di kecamatan Sukasada berjumlah 23
orang. Berdasarkan sebaran sekolah tempat mengajar dapat dirinci sebagai berikut: SMP N
1 Sukasada = 5 orang, SMP N 2 Sukasada = 4 orang; SMP N 3 Sukasada = 6 orang, SMPN
4 Sukasada = 5 orang, SMP Maulana Pegayaman = 1 orang, dan di SMP Ayodhya Pura
Selat = 2 orang. Semua SMP Negeri yang ada di Kecamatan Sukasada memiliki tenaga
laboran.
Dari 23 orang guru IPA tersebut, sebagian besar belum memilki sertifikat pelatihan
penataan laboratorium. Demikian juga tenaga honor yang ditugaskan sebagai laboran,
semuanya belum memiliki sertifikat pelatihan pengelolaan lab IPA. Kwilifikasi
pendidikannya pun tidak relevan. Sebagai khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan
P2M yang akan dilakukan adalah 23 orang guru IPA pengelola laboratorium dan 4 orang
tenaga honor yang ditugaskan sebagai laboran di SMP di kecamatan Sukasada kabupaten
Buleleng.
1.4 Keterkaitan
Kegiatan P2M ini melibatkan institusi Undiksha (LPM), Dinas Pendidikan
Kabupaten Buleleng, Pengawas sekolah, dan SMP-SMP (kepala sekolah, guru IPA,
laboran) di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Penting dibangun koordinasi untuk
membangun keselarasan dan sinkronisasi segala aktivias penunjang kegiatan pembelajaran
di sekolah. Instansi-instansi dan pihak-pihak terkait yang terlibat ini mendapat keuntungan
secara bersama-sama (mutual benefit).
1) Guru (tenaga laboratorium) dan laboran dari sekolah sasaran akan memperoleh manfaat
dalam hal peningkatan kualitas SDM tenaga laboratoriumnya, terutama dalam bidang
Page 20
16
tata kelola tata laksana laboratorium untuk menunjang praktikum IPA. Peningkatan
kualitas SDM tenaga laboratorium akan berkontribusi terhadap kualitas pembelajaran
IPA di sekolah tersebut.
2) Pihak sekolah (Kepala sekolah), sebagai penanggungjawab semua kegiatan di sekolah
(termasuk kegiatan pembelajaran) sangat terkait dan berkepentingan langsung dengan
segala upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Oleh karenanya,
keterlibatan kepala sekola dalam kegiatan ini sangat penting baik dalam hal koordinasi
maupun supervisi pelaksanaan program.
3) Pihak pengawas sekolah. Koordinasi dengan pihak pengawas sekolah sebagai pelaksana
fungsi supervisi diharapkan mampu membangun kesamaan pandang dalam membangun
upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
4) Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng sebagai pihak pemberi rekomendasi secara
tidak langsung juga mempunyai kaitan kepentingan untuk peningkatan kualitas
pembelajaran dan pendidikan di Buleleng khususnya.
5) Bagi Universitas Pendidikan Ganesha (Lembaga Pengabdian pada Masyarakat)
keterkaitannya dapat dilihat dari sisi terealisasinya program pengabdian masyarakat
yang merupakan salah satu kewajiban (dharma) dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Penyelenggaraan P2M merupakan wahana straregis bagi civitas akademik untuk
mengabdikan (mengimplementasikan) pengetahuan, hasil penelitian dan teknologi pada
masyarakat (dunia pendidikan khususnya). Secara tidak langsung kegiatan tersebut
merupakan bagian pencitraan institusi.
1.5 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan
adalah metode pendidikan-pelatihan dan pendampingan serta workshop dalam bentuk
ceramah-diskusi dan praktek (learning by doing). Penerapan gabungan metode tersebut
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan
keterampilan tentang tata kelola tata laksana laboratorium untuk menunjang praktikum IPA
terintegrasi berorientasi lingkungan. Keterkaitan antara masalah dan metode kegiatan yang
dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Page 21
17
Tabel 2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
No Rumusan masalah Metode Bentuk Kegiatan
1 Sistem penataan,
penyimpanan, dan
penyiapan alat dan bahan
praktikum laboratorium IPA
SMP di Kecamatan
Sukasada belum memadai.
Ceramah-
Diskusi,
pelatihan
- Diskusi tentang hambatan dan kendala dalam
penataan pelayanan keperluan praktikum
dalam pembelaajaran IPA di SMP.
- Focus discustion group tentang teknik
strategis alternatif dalam hal penataan,
penyimpanan, dan penyiapan alat/bahan
keperluan praktikum dalam pembeljaran IPA
di SMP.
2 Keterampilan guru-guru
IPA pengelola laboratorium
dan laboran SMP di
Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng untuk
memodifikasi alat-alat dan
bahan-bahan praktikum
belum terlatih.
Pendampi
ngan,
Praktek/
workshop
- Membuka akses informasi pelatihan
- Memfasilitasi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan tanpa dibebani biaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tata kelola tata laksana
- Memberi pendidikan pelatihan dan
pendampingan untuk meningkatkan
keterampilan memodifikasi alat/bahan
keperluan penunjang praktikum.
- Pendampingan pengembangan
kreativitas/inovasi dalam memberdayakan
potensi lingkungan sebagai sarana/prasarana
pelengkap atau pengganti bahan/alat
praktikum sebagai penunjang praktikum IPA
- Workshop membuat perangkat KIT IPA
modifikasi berorientasi lingkungan
1) Ceramah dan Diskusi
Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta
tentang model-model penataan laboratorium IPA SMP serta teknik-teknik alternatif dalam
pengelolaan laboratorium. Materi ini akan diberikan oleh staf dosen dan staf laboratorium
IPA Undiksha yang ahli di bidang tersebut dan telah banyak menggeluti bidang
pengembangan perangkat praktikum IPA. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan
teknik penataan, penyimpanan, penyiapan alat/bahan praktikum. Fokus ceramah dan
diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini.
2) Praktek (Workshop)
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan memodifikasi alat/bahan keperluan praktikum
IPA yang sudah rusak (sudah tidak berfungsi) dengan memanfaatkan potensi lingkungan
alam sekitar. Kegiatan praktek akan dibimbing oleh staf dosen dan laboran IPA Undiksha
serta praktisi yang ahli dalam bidangnya.
Page 22
18
1.6 Rancangan Evaluasi
1.6.1 Prosedur dan Alat Evaluasi
Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan
digambarkan seperti Gambar 5.
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi
proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama.
Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan
terhadap hasil karya praktek modifikasi alat dan bahan praktikum berorientasi lingkungan
dan uji implementasi dalam pembelajaran IPA.
1.6.2 Teknik Analisis Data, Kreteria Indikator, dan Tolak Ukur Keberhasilan
Kegiatan
Cara mengevaluasi program P2M yang akan dilaksanakan dirancang seperti pada
tabel 3 berikut.
Tabel 3: Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya
No. Indikator Teknik analisis
data
Tolak ukur
1 Perubahan
pemahaman,
pengetahuan dan
keterampilan
menata,
menyimpan dan
penyiapan
alat/bahan
praktikum sebagai
pendukung
pembelajaran IPA
- Eksplorasi
pengetahuan awal-
post-tes (tes
diagnostik)
- Deskripsi
keterampilan
- Signifikansi perubahan pemahaman (perbedaan
pengetahuan dan keterampilan) tentang
keterampilan 4M, sesudah dan sebelum pelatihan.
2 Ketekunan dan
keseriusan peserta
pelatihan mengikuti
kegiatan
Lembar observasi.
Penskoran
dilakukan dengan
skala Likert
dianalisis deskriptif
Hasil evaluasi produknya minimal tergolong baik,
dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala
Likert (dengan skor 1 – 5).
Gambar 5. Bagan Alur Evaluasi
Kegiatan
AWAL KEGIATAN
- Identifikasi dan eksplorasi pengetahuan awal
- Tes lisan,angket
- Uji kelayakan produk
- Implementasi
AKHIR KEGIATAN
- Observasi - Penilaian otentik - Rubrik
PELAKSANAAN KEGIATAN
Page 23
19
3 Produk kegiatan
(hasil karya
praktek)
Penilaian produk
kinerja. Penskoran
dilakukan dengan
skala Likert dan
dianalisis secara
deskriptif
- Setiap peserta (kelompok guru IPA pengelola
laboratorium) mampu memodifikasi alat-alat/bahan
yang sebagian komponennya sudah tidak berfungsi
(rusak) dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh
dari lingkungan.
1) Eksplorasi Pengetahuan Awal dan Penilaian Produk
Eksplorasi pengetahuan awal dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui
pemahaman yang telah dimiliki pengelola laboratorium (guru IPA) dan laboran mengenai
sistem penataan, penyimpanan, dan penyiapan alat/bahan keperluan praktikum sebagai
pendukung pembelajaran IPA. Sedangkan post-tes dilakukan di akhir kegiatan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman/pengetahuan dan keterampilan pengelola
laboratorium dan laboran dalam hal penataan laboratorium. Data eksplorasi pengetahuan
awal dan post-tes dikumpulkan menggunakan tes diagnostik (Sapriati, 2000). Tes
diagnostik ini akan mengungkap pemahaman pengelola laboratorium (peserta pelatihan)
terhadap pengetahuan dan keterampilan mengenai penataan dan penyiapan alat dalam
rangka menunjang kegiatan praktikum.
2) Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan program mencakup ketekunan,keseriusan, dan
keterampilan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi dan rubrik penilaian. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek
sikap, keterampilan dan aktivitas peserta pelatihan yang mencirikan prilaku dan
kemampuan tenaga laboratorium.
3) Penilaian Kinerja (Produk)
Produk kegiatan, yaitu modul pelatihan yang dapat dijadikan pedoman bagi tenaga
laboratorium selama pelatihan dan pedoman lebih lanjut dalam mengimplementasikan
pengetahuan dan keterampilan laboratorium setelah pelatihan. Produk lain berupa jasa
keterampilan pengembangan teknik-teknik penataan laboratorium sebagai pendukung
pembelajaran IPA SMP. Produk fisik berupa hasil karya model alat-alat atau prosedur
praktikum termodifikasi. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara
deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi
produknya minimal tergolong layak, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala
Likert (dengan skor 1–5).
Page 24
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Realisasi kegiatan P2M ini secara garis besar dituangkan ke dalam rekaman dalam
catatan harian (logbook) seperti Tabel 4.1 berikut ini.
No. Tanggal Kegiatan
Dana
Terpakai
(Rp)
Capaia
n (%)
Penggunaan
Anggaran Hasil Capaian
1 17-4-2016 Koordinasi dengan
pihak Dinas
Pendidikan Kabupaten
Buleleng dan sekolah
perihal rencana
pelaksanaan kegiatan
P2M; Mohon ijin
berkaitan dengan
kegiatan P2M yang
akan dilakukan.
200,000 1% Pengadaan
kelengkapan
surat-menyurat;
Telah
dikoordinasikan
kepada pihak
terkait (Dinas
pendidikan,
sekolah.
2 19-4-2016 Koordinasi ke sekolah-
sekolah dan
identifikasi kondisi
laboratorium di
masing-masing
sekolah dan status
tenaga
laboratorium/Guru
IPA SMP di
Kecamatan Sukasada
110,000 Transport
timpelaksana= 1
orX110000
Telah
dikoordinasikan
kepada pihak
terkait (Dinas
pendidikan,
sekolah.
3 23-4-2016 Sosialisasi program
pelatihan ke sekolah-
sekolah (Guru-guru
IPA) SMP di
Kecamatan Sukasada
dan
pendataan/pendaftaran
calon peserta pelatihan
110,000 Transport
timpelaksana= 1
orX110000;
Telah
terlaksanan
sesuai rencana
420,000 3%
4 30-4-2016 Penyusunan Modul
Materi Pelatihan 1 dan
instrumen penilaian
pelaksanaan kegiatan
150,000 Transport tim
pelaksana= 3
orX50000
Telah tersusun
modul materi
pelatihan
(terlampir)
570,000 4%
5 7/5/2016 Rapat koordinasi tim
pelaksana: finalisasi
persiapan pelaksanaan
kegiatan P2M
150,000 Transport lokal 3
or tim pelaksana
Jadwal
pelaksanaan
kegiatan
720,000 5%
Page 25
21
6 14-5-2016 Pengadaan
kelengkapan pelatihan
(ATK )
855,600 Pengadaan ATK Telah dibelikan
ATK untuk
keperluan
kegiatan
1,575,600 11%
7 28-5-2016 Menyusun modul
materi peltihan 2
(Manajemen Bahan-
bahan laboratorium
IPA)
50,000 Transport lokal
tim pelaksana 1 x
50000;
Telah tersusun
modul pelatihan
1,625,600 11%
8 4/6/2016 Pendataan dan
pendaftaran calon
peserta pelatihan
50,000 transport petugas
pendaftaran 1 x
Rp50000
Daftar peserta
pelatihan
(terlampir)
9 10-6-2016 Pertemuan dengan
kepala SMPN 1
Sukasada, perihal
peminjaman tempat
melangsungkan
kegiatan pelatihan
(inservice)
110,000 Transport tim
pelaksanan 1 x
11000
Peminjaman
tempat disetujui
1,785,600 12%
10 18-6-2016 Pengadaan alat-alat
untuk praktek 4M
3,940,000 alat-alat untuk
praktek
modifikasi(1
paket)
Telah dibelikan
alat-alat sesui
catatan
5,725,600 39%
11 19-6-2016 Pengadaan bahan-
bahan keperluan
pelatihan 4M
866,500 Bahan-bahan
pelatihan 4M (1
pk)
Telah dibelikan
bahan-bahan
sesuai catatan
12 20-7-2016 Pengecekan calon
peserta, persiapan
pelaksanaan pelatihan,
koordinasi dengan
pihak-pihak terkait
50,000 Transport 1 or tim
x Rp 50000;
Alat dan bahan
yang diperlukan
telah siap
6,642,100 45%
13 22-7-2016 Pelatihan 1: Diklat
tentang keterampilan 4
M (menyimpan,
menyiapkan, menata,
modifikasi)
890,400 Penggandaan
materi
pelatihan1=
22x3200;
transport tim
=2x110000;
konsumsi
20X30000;
Tel;ah
dilangsungkan
kegiatan diklat
tentang
keterammpilan
4M
7,532,500 51%
14 23-7-2016 Pelatihan 2:
Manajeman bahan
khusus berpotensi
timbulkan polusi
(pencemaran)
1,057,500 Penggandaan
materi pelatihan 2
& 3 = 850 lb x
Rp150; transport
tim =3x110000;
konsumsi
20X30000;
Kegiatan
berlangsung
sesuai rencana
8,590,000 58%
Page 26
22
15 24-7-2016 Workshop modifikasi
alat-alat/bahan
praktikum dengan
bahan alternatif
1,350,000 Konsumsi
20X30000;
transport
peserta=15xRp
50000
Kegiatan
berlangsung
sesuai rencana
9,940,000 68%
16 6/8/2016 Pendampingan
penerapan
keterampilan 4M ke
sekolah-sekolah mitra
310,000 Transport 2 or tim
pendampingan ke
SMPN 1
Sukasada. Foto
copy Lembar
kerja uji coba
Telah dilakukan
bebrapa kali
kunjungan
dalam rangka
pendampingan
ke sekolah-
sekolah mitra
dan kini masih
akan diteruskan
hingga akhir
program
17 8-8-2016 Penyusunan dan
pencetakan laporan
kemajuan, draf artikel,
dan laporan
penggunaan keuangan
40,000 Mencetak laporan
kemajuan
Laporan telah
diunggah dan
telah dicetak
10,290,000 70%
a. Kegiatan Penyajian Materi dan Diskusi
Kegiatan penyajian materi dan diskusi yang telah dilaksanakan bertujuan untuk
memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP
serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik menata, menyimpan, menyiapkan serta
modifikasi alat/bahan prktikum. Penyajian materi dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan
ini. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik-teknik menata, menyimpan,
menyiapkan serta modifikasi alat/bahan prktikum IPA SMP. Hasil penyajian materi dan
diskusi yang telah dilakukan pada bagian pertama kegiatan P2M ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1) Secara umum kegiatan berlangsung sangat baik. Peserta sangat antusias dan
bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang
disajikan oleh nara sumber. Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik.
Respon peserta maupun tanggapan dari nara sumber berlangsung baik. Banyaknya
pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta
terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa banyak hal yang masih
perlu diketahui terkait dengan keterampilan teknik menata, menyimpan, menyiapkan
serta modifikasi alat/bahan prktikum. Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi
adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang keterampilan teknik menata,
Page 27
23
menyimpan, menyiapkan serta modifikasi alat/bahan prktikum masih kurang terutama
keterampilan memodifikasi alat-alat laboratorium. Namun setelah diberikan pelatihan,
tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang baik. Berikut disajikan
foto dokumentasi kegiatan penyajian materi sbb:
Gambar 6: Kegiatan Penyajian Materi Pelatihan Keterampilan 4M
b. Observasi dan Penilaian Kegiatan Praktek
Penilaian praktek keterampilan merancang perangkat praktikum dan merancang alat
termodifikasi dilakukan selama selang kegiatan praktek. Penilaian dilakukan dengan
penilaian kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek kinerja antara
lain : kehadiran peserta, pemilihan topik, pemilihan bahan alternatif, semangat mengikuti
kegiatan, keterampilan membuat rancangan LKS, keterampilan modifikasi alat,
keterampilan membuat peraga, inovasi, kreasi, kerja sama. Hasil penilaian dapat dilihat
pada Table 4.2, berilkut.
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Kinerja
Kode SKOR Penguasaan Kategori
Pst A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 Rata2 %
P1 5 5 3 4 3 4 4 4 5 3 4.0 80 Baik
P2 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
P3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3.6 72 Baik
P4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
P5 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3.5 70 Baik
P6 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3.9 78 Baik
P7 4 5 3 5 3 4 4 4 4 4 4.0 80 Baik
P8 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
P9 5 5 3 4 3 4 4 4 5 3 4.0 80 Baik
P10 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
P11 5 5 3 4 3 4 4 4 5 3 4.0 80 Baik
P12 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
Page 28
24
P13 5 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3.7 74 Baik
P14 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4.2 84 Baik
P15 5 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3.9 78 Baik
Rerata 4.8 4.6 3.5 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.8 3.5 4.0 80.3 Baik
Keterangan:
P = peserta; A = aspek yang dinilai
A1 = Kehadiran peserta
A2 = Pemilihan topik
A3 = Pemilihan bahan alternatif
A4 = Semangat mengikuti kegiatan
A5 = keterampilan membuat rancangan LKS
A6 = keterampilan modifikasi alat KIT
A7 = keterampilan membuat peraga
A8 = Inovasi
A9 = Kreasi
A10 = Kerja sama
Kriteria Acuan Penilaian
Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori
85-100 Amat Baik
70-84 Baik
55-69 Cukup
40-54 Kurang
0-39 Amat Kurang
(Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
Catatan: Kategori respon masing-masing responden
Mi = 3
SD = 0.7
Skor: 2,65 – 3.35; Kategori Sedang
Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik
P = Peserta (responden)
Skor : > 4.05; Kategori sangat baik S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi keterampilan Reparasi, modifikasi, dan duplikasi
alat No. Kriteria Kategori
1 >(Mi + 1,5 SDi) Sangat baik (SB)
2 (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) Baik (B)
3 (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Sedang (S)
4 (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Kurang (K)
5 < (Mi -1,5 SDi) Sangat Kurang (SK)
(diadaptasi dar: Dantes, 2001)
Hasil penilaian menunjukkan keterampilan peserta pelatihan setelah diberi pelatihan
rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase
penguasaan rata-rata = 80,3%.
Page 29
25
c. Penilaian Produk
Penilaian produk dilakukan terhadap produk KIT IPA yang dihasilkan. Penilaian
menggunakan rubrik penilaian, mencakup aspek-aspek: Keterkaitan dengan Bahan Ajar,
Nilai Pendidikan, Ketahanan Alat, Keakuratan Alat, Efisiensi Alat, Keamanan bagi peserta
didik,dan Estetika. Hasil penilaian produk yang dilakukan oleh tiga orang expert
menunjukkan nilai rata-rata terkategori baik (dengan skor rerata = 79,2). Data selengkapnya
seperti tertera pada Tabel 4.2, berikut.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Produk Alat Termodifikasi
Kode
Peserta Sekolah Asal
Skor
T1 T2 T3 Rerata Kategori
P1 SMP N 2 Sukasada 90 90 85 88.3 Amat Baik
P2 SMPN 1 Sukasada 90 90 90 90.0 Amat Baik
P3 SMPN 1 Sukasada 75 75 75 75.0 Baik
P4 SMPN 1 Sukasada 95 90 90 91.7 Amat Baik
P5 SMPN 1 Sukasada 75 75 75 75.0 Baik
P6 SMP N 2 Sukasada 75 75 75 75.0 Baik
P7 SMP N 2 Sukasada r 80 85 85 83.3 Baik
P8 SMPN 3 Sukasada 85 85 85 85.0 Amat Baik
P9 SMPN 3 Sukasada 80 80 80 80.0 Baik
P10 SMPN 3 Sukasada 90 90 90 90.0 Amat Baik
P11 SMPN 4 Sukasada 90 90 90 90.0 Amat Baik
P12 SMPN 1 Sukasada 80 80 80 80.0 Baik
P13 SMPN 1 Sukasada 75 80 75 76.7 Baik
P14 SMPN 3 Sukasada 75 70 85 76.7 Baik
P15 SMPN 2 Sukasada 75 75 85 78,3 Baik
Rata-rata 79,6 Baik
Ket:
P = peserta; T = testee (penilai)
Kriteria Acuan Penilaian
Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori
85-100 Amat Baik
70-84 Baik
55-69 Cukup
40-54 Kurang
0-39 Amat Kurang
(Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
Page 30
26
Berikut disajikan foto dokumentasi contoh produk hasil modifikasi:
A B
C D
Gambar 7: Produk Modifikasi Alat Praktikum
A. Model Paru-paru (sedang diperagakan oleh salah seorang peserta pelatihan)
B. Model Sistem Spirometer
C. Model Molekul dari buah jeruk (Partikel Zat)
D. Praktikum asam basa (Pengenalan hasil modifikasi petunjuk praktikum dengan bahan alam
d. Pendampingan Penerapan Teknik Menata, Menyiapkan, Menyimpan Alat
Laboratorium
Program pendampingan “onservice” bertujuan membantu mitra untuk menerapkan
tekni/cara penanganan alat/bahan (menata, menyimpan, maupun menyiapkan) dengan baik
dan benar. Dengan demikian diharapkan alat-alat laboratorium mudah ditelusuri dan mudah
didapat. Kerapian alat, keteraturan penataan juga menjadi perhatian tim pendamping. Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah aspek keselamatan dan keamana pekerja dan
pengguna laboratorium.
Kegiatan ini masih terus dilakukan secara simultan dari sekolah ke sekolah lain.
Hasil pengamatan tim, dengan program pendampingan ternyata guru-guru IPA maupun
pengelola lab lebih rajin datang ke laboratorium untuk melakukan dan/atau mengawasi
aktivitas penataaan laboratorium. Berikut disajikan perbadingan kondisi laboratorium
sebelum dan sesudah diberikan pendampingan.
Page 31
27
Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah Pelatihan
Ruang penyimpanan mikroskop tanpa
lampu, jarang dibersihkan, belum rapi
Ruang penyimpanan mikroskop sudah
dilengkapi lampu, tertata dan bersih
Penempatan alat dan bahan masih
dicampur, tidak tertata
Almari tempat penyimpanan alat-alat gelas sudah
dibuat tersendiri, tertata dengan rapi, dilengkapi
label almari
Penaruhan alat di almari alat terlihat
acak-acakan, kebersihan masih kurang
Nampak sudah rapih, bersih, tertata dengan
baik, dilengkapi label almari dan dilengkapi
tanda peringatan
Page 32
28
Dalam kegiatan pendampingan juga dilakukan diskusi-diskusi antara tim
pendamping dengan mitra (guru IPA). Termasuk juga melatih pengoperasian alat-alat yang
ternyata banyak alat belum bisa dioperasikan olah guru IPA. Berikut adalah dokumentasi
pelaksana saat melakukan pendampingan ke salah satu SMP di Sukasada.
A B
C D
Gambar 8: Kegiatan pendampingan dan kunjungan ke sekolah mitra
A. Pengecekan komponen-komponen penyusun KIT
B. Penjelasan cara menggunakan KIT alaty-alat laboratorium
C. dan D Kunjungan ke laboratorium sekolah (nampak kondisi
laboratorium masih perlu penataan dan penanganan lebih baik
Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan adalah melakukan pendampingan lanjutan
terhadap guru-guru dan laboran IPA ke sekolah-sekolah . Pendampingan bertujuan untuk
mengkawal keberlanjutan upaya penerapan keterampilan 4M tersebut. Selain itu, secara
simultan juga akan dilanjutkan kegitan pendampingan untuk penguatan ketertuntutan
menjaga dan pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran IPA. Melakukan koordinasi
dengan dinas terkait dan pengawas sekolah untuk menjadikan pemanfaatan laboratorium
dalam pembelajaran IPA sabagai salah satu ranah pengawasan (penilaian) guru-guru IPA.
Kegiatan lain yang dilanjutkan adalah mendorong kreatifitas guru-guru dalam hal
Page 33
29
pengembangan inovasi-inovasi alat-alat peraga praktikum termodifikasi untuk
menanggulangi keterbatasan dan ketidaksesuaian alat/bahan yang telah tersedia di
laboratorium. Tidak kalah pentingnya adalah mengajak guru-guru untuk menggeser
kebiasaan mengajar tanpa lab menjadi terbiasa menggunakan laboratorium dalam
pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan saintifik.
Hasilnya, guru-guru IPA terlatih dan terbiasakan memanfaatkan labopratorium
dalam pembelajaran IPA. Melalui programpendampingan tersebut, guru-guru IPA yang
awalnya takut dan enggan menggunakan alat-alat laboratorium kini mulai terbiasakan.
KIT-KIT IPA yang selama ini dibiarkan begitu saja di tempat penyimpanan sudah mulai
sering dimanfaatkan. Demikian pula guru/laboran sudah berani mencoba memperbaiki
kerusakan-kerusakan kecil pada bagian-bagian komponen alat lab (KIT IPA). Pemanfaatan
bahan-bahan alternatif sebagai pengganti bahan yang tidak tersedia di laboratorium juga
sudah makin sering dilakukan oleh guru IPA.
4.2 Pembahasan
Secara keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam program P2M ini sudahj
berjalan dengan baik. Salah satu penilaian yang dilakukan adalah penilaian kinerja, yang
mencakup 10 aspek. Dari 10 aspek keterampilan yang dinilai antara lain: kehadiran peserta,
pemilihan topik, pemilihan bahan alternatif, semangat mengikuti kegiatan, keterampilan
mereparasi, keterampilan modifikasi, keterampilan duplikasi, inovasi, kreasi, dan kerja
sama. Hasil penilaian kinerja menunjukkan kinerja peserta pelatihan dalam mengikuti
kegiatan terkategori baik (rerata skor = 80.3). Hal ini menunjukkan bahwa target kegiatan
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan rata-rata
terkategori baik telah tercapai.
Secara kualitatif, secara deskriftif komparatif dapat digambarkan telah terdapat
perbedaan kondisi laboratorium sebelum dan sesudah dilangsungkan program ini.
Komparasi dilakukan terutama dalam hal penataan, penyimpanan, penyiapan dan upaya
modifikasi alat/bahan di laboratorium IPA SMP. Hasil evaluasi menunjukkan, program
pendampingan yang telah dilakukan dapat mendorong dan meningkatakan kemauan dan
kemampuan guru IPA pengelola lab dan petugas lab (laboran) dalam hal menata,
menyimpan, menyiapkan dan modifikasi alat/bahan. Demikian pula dalam hal modifikasi
alat/bahan praktikum, guru-guru IPA sudah mulai berkreasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari sudah mulai terbiasanya guru-guru IPA
Page 34
30
memanfaatkan labopratorium dalam pembelajaran IPA. Melalui program pendampingan
tersebut, guru-guru IPA yang awalnya takut dan enggan menggunakan alat-alat
laboratorium kini mulai terbiasakan. KIT-KIT IPA yang selama ini dibiarkan begitu saja di
tempat penyimpanan sudah mulai sering dimanfaatkan. Demikian pula guru/laboran sudah
berani mencoba memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil pada bagian-bagian komponen
alat lab (KIT IPA). Pemanfaatan bahan-bahan alternatif sebagai pengganti bahan yang tidak
tersedia di laboratorium juga sudah makin sering dilakukan oleh guru IPA.
Untuk menjaga keberlanjutannya upaya pendampingan secara simultan terus masih
dibutuhkan. Disamping itu, diperlukan suatu upaya sebagai respon terhadap keluhan para
pengelola laboratorium. Berdasarkan keluhan yang mereka sampaikan dapat ditangkap
bahwa sangat diperlukan adalah tenaga lab (laboran) di masing-masing sekolah. Selama ini
tugas-tugas persiapan dan penataan laboratorium dibebankan kepada guru IPA. Dengan
kesibukan guru-guru dengan tugas intinya, tentu saja tugas-tugas penataan laboratorium
menjadi terbengkalai.
Page 35
31
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan rekap hasil dan pembahasan di depan, simpulan kegiatan P2M ini
dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
terlaksanan dengan sangat baik. Secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut.
1) Sistem penataan, penyimpanan, dan penyiapan alat dan bahan praktikum laboratorium
IPA SMP di Kecamatan Sukasada sudah dilakukan sehingga menjadi lebih rapi, tertata,
dan penyiapan alat/bahan lebih teratur.
2) Kegiatan ini telah memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan 4M (menata, menyimpan, menyiapkan dan modifikasi) alat/bahan
praktikum bagi staf laboratorium dan guru IPA SMP se-Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng.
3) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengembangan alat praktikum IPA termodifikasi memanfaatkan bahan
alternatif dari lingkungan.
4) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan kompetensi (keterampilan)
tenaga laboratorium IPA SMP di kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng untuk
mengatasi permasalahan keterbatasan alat/bahan laboratorium yang tersedia.
5) Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena memperoleh banyak informasi
tentang pengetahuan dan keterampilan 4M, pengembangan perangkat praktikum IPA
termodifikasi.
5.2. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir
kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian
keterampilan 4M dan lebih banyak berkreasi untuk mengembangakan perangkat
praktikum IPA termodifikasi memanfaatkan bahan alternatif untuk mengatasi
keterbatasan alat/bahan yang tidak tersedia di laboratorium IPA, sehingga
keterbatasan persediaan alat/bahan tidak menjadi alasan tidak berlangsungnya
kegiatan praktikum.
Page 36
32
2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, pihak pengawas sekolah perlu memberi
perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium
IPA SMP, sehingga keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai
bagian esensial yang memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPA.
3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara lebih
intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihak-pihak terkait
(seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara kolaboratif integratif.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1995:Pedoman Pendayagunaan
Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA: Jakarta
Dikti 2004. Standar kompetensi guru pemula IPA (SKGP), Diterbitkan oleh Dikti, Jakarta.
ISO 17025-2005, Panduan Persyaratan Sistem Manajemen Laboratorium.
Jones, Stewart. 2001. Laboratory Safety. Australian Goverment Analytical
Laboratories (Makalah pada Workshop Tentang Keselamatan Kerja di
Laboratorium)
Khasani, Soeinanto Imam. 2001. Material Safety Data Sheet (MSDS) Vol III. Bandung:
Pusat Penelitian IPA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Koretsky M., Kelly Christine, and Gummera, E. 2011. Student Perceptions of Learning in
the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to
Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest.
Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011
ASEE. http://www.jee.org
Padmawinata, Dj., dkk., 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA –II. Jakarta: Depdikbud.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No.03/Januari/2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan
dan Angka Kreditnya.
Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008. Tentang Standar Tenaga
Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Santoso, Toni Tulus. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan. Jurnal Pendidikan
Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar.
Subamia, I. D. P. 2011. Penelusuran Kinerja Laboratorium IPA SMP. Laporan Studi
Pendahuluan Analis Kebutuhan pada Pengelolaan Laboratorium IPA SMP di
Kabupaten Buleleng.
Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill
Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Jurnal
pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN:
1410-4269.
Widarto. 2005. Bahtikum dan Penyimpanannya. Yogyakarta: UNY.
Page 37
33
Lampiran 1: Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan
Kegiatan Penyajian Materi Pelatihan Keterampilan 4M
Kegiatan Pendampingan ke sekolah-sekolah
Page 38
34
Lampiran 2: Cotoh Produk Alat Peraga Termodifikasi
Berikut disajikan foto dokumentasi contoh produk hasil modifikasi:
A B
Page 39
35
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Keberlangsungan Program
Page 40
36
Lampiran 4: Salinan Hasil Monev Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian