Top Banner
GSBC – 11 = MOBILISASI DAN DEMOBILISASI SUMBER DAYA PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
93

PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

GSBC – 11 = MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

SUMBER DAYA

PELATIHAN

KEPALA PROYEK

BANGUNAN GEDUNG

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Page 2: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) i

KATA PENGANTAR

Pada dasarnya penerapan manajemen dalam pelaksanaan tugas pekerjaan adalah

mengelola sumber daya yang terdiri dari 5 M (Man, Money, Machine, Materials and

Methods) untuk mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan dan selesai dalam tempo

yang ditetapkan dengan hasil produk bermutu sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Unsur-unsur sumber daya inilah yang dikelola sehingga menjadi suatu bentuk konstruksi

sesuai yang ditetapkan atau direncanakan sebelumnya.

Berkaitan mendatangkan dan atau mengembalikan (mobilisasi dan demobilisasi) sumber

daya disusun modul GSBC – 11 : Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya untuk modal

dasar pengembangan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi

sumber daya suatu pekerjaan pelaksanaan proyek konstruksi.

Dimaklumi bahwa modul ini belum sempurna terutama apabila dikaitkan dengan

kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), sehubungan dengan itu apabila ada

pendapat koreksi dan sumbang saran dapat disampaikan ke PUSBIN-KPK.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

Page 3: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) ii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG (General Superintendent of Building Construction)

TUJUAN UMUM PELATIHAN

Mampu mengelola Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Gedung sesuai ketentuan yang

tertuang dalam dokumen kontrak dan administrasi proyek.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Melaksanakan UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja

2. Melaksanakan Manajerial Pelaksanaan Konstruksi

3. Melaksanakan Sistem Manajemen Mutu

4. Melaksanakan Sistem Manajemen K3

5. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan

6. Melaksanakan Administrasi Proyek

7. Melaksanakan Dokumen Kontrak

8. Melaksanakan Investigasi dan Rekayasa Lapangan

9. Melaksanakan Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Bangunan Gedung

10. Melaksanakan Perencanaan dan Pengorganisasian Pelaksanaan Proyek

11. Melaksanakan Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya

12. Melaksanakan Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

13. Melaksanakan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa

Page 4: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) iii

NOMOR DAN JUDUL MODUL : GSBC – 11 : MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

SUMBER DAYA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta mampu menjelaskan dan melakukan

mobilisasi dan demobilisasi sumber daya, khususnya tenaga kerja peralatan dan material

sesuai kebutuhan, penjadwalan dan ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan prinsip dasar mobilisasi dan demobilisasi sumber daya

2. Melakukan mobilisasi tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja asing

3. Melakukan mobilisasi peralatan

4. Melakukan mobilisasi material

5. Demobilisasi sumber daya / tenaga kerja, peralatan dan material sesuai ketentuan

Dokumen Kontrak.

Page 5: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

LEMBAR TUJUAN ........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

GENERAL SUPERINTENDENT OF BUILDING CONSTRUCTION .................. v

DAFTAR MODUL ........................................................................................................ vi

PANDUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1-1

1.1 Umum ............................................................................................................ 1-1

1.2 Sumber Daya .................................................................................................. 1-1

BAB 2 PERSIAPAN MOBILISASI ............................................................................... 2-1

2.1 Umum ............................................................................................................. 2-1

2.2 Pendekatan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah dan Instansi terkait ...... 2-1

2.2.1 Pendekatan Kepada Masyarakat ......................................................... 2-1

2.2.2 Pendekatan terhadap Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait ........... 2-3

BAB 3 MOBILISASI TENAGA KERJA ....................................................................... 3-1

3.1 Tenaga Kerja sebagai Modal Dasar ............................................................... 3-1

3.2 Langkah-langkah Mobilisasi .......................................................................... 3-1

3.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja Lokal ............................................................... 3-2

3.2.2 Mobilisasi Tenaga Kerja Asing ............................................................... 3-4

3.3 Acuan Mobilisasi Tenaga Kerja ..................................................................... 3-5

BAB 4 MOBILISASI PERALATAN ............................................................................. 4-1

4.1 Umum ............................................................................................................ 4-1

4.2 Pengenalan dan Pemanfaatan Peralatan ....................................................... 4-1

4.2.1 Traktor ................. 4-1

4.2.2 Peralatan

Pembersihan ....... 4-4

4.2.3 Pembersihan Medan

(Land Clearing) dan

Peralatannya ....... 4-8

4.2.4 Alat Pemecah Batu4-

32

Page 6: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) v

4.2.5 Peralatan

Pembetonan ....... 4-33

4.2.6 Alat-alat Besar

Lainnya ............... 4-39

4.3 Langkah-langkah Mobilisasi Peralatan ........................................................... 4-44

4.4 Acuan Mobilisasi Peralatan ............................................................................ 4-44

BAB 5 MOBILISASI MATERIAL ................................................................................. 5-1

5.1 Umum ............................................................................................................ 5-1

5.2 Kebutuhan Bahan / Material ........................................................................... 5-2

5.3 Acuan Mobilisasi Material ............................................................................... 5-2

BAB 6 DEMOBILISASI SUMBER DAYA .................................................................... 6-1

6.1 Demobilisasi Sumber Daya ............................................................................ 6-1

6.2 Demobilisasi Tenaga Kerja ............................................................................. 6-1

6.2.1 Sebab-sebab Demobilisasi Tenaga Kerja .............................................. 6-1

6.2.2 Demobilisasi Tenaga Kerja .................................................................... 6-1

6.2.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-2

6.3 Demobilisasi Peralatan ................................................................................... 6-3

6.3.1 Nilai Penggunaan Peralatan ................................................................... 6-3

6.3.2 Profesional Dalam Mengoperasikan Peralatan ....................................... 6-3

6.3.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-3

6.4 Demobilisasi Material ..................................................................................... 6-5

6.4.1 Tidak Diterima ....................................................................................... 6-6

6.4.2 Kelebihan Stok Penyediaan .................................................................. 6-6

6.4.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-6

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Page 7: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) vi

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

(General Superintendent of Building Construction)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Kepala Proyek Pekerjaan

Bangunan Gedung dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi,

dan kriteria unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Kepala Proyek Pekerjaan Sumber

Bangunan Gedung, unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit

Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan

kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen

Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus

pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan

Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul

pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) dibawah ini yang harus menjadi

bahan pengajaran dalam pelatihan Manajer / Kepala Proyek Pekerjaan Bangunan

Gedung.

Page 8: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) vii

DAFTAR MODUL

NO. KODE JUDUL MODUL

1. GSBC – 01 UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja

2. GSBC – 02 Manajerial Pelaksanaan Konstruksi

3. GSBC – 03 Sistem Manajemen Mutu

4. GSBC – 04 Sistem Manajemen K3

5. GSBC – 05 Sistem Manajemen Lingkungan

6. GSBC – 06 Administrasi Proyek

7. GSBC – 07 Dokumen Kontrak

8. GSBC – 08 Investigasi dan Rekayasa Lapangan

9. GSBC – 09 Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Bangunan Gedung

10. GSBC – 10 Perencanaan dan Pengorganisasian Pelaksanaan Proyek

11. GSBC – 11 Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya

12. GSBC – 12 Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

13. GSBC – 13 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa

Page 9: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) viii

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN :

MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN

GEDUNG (General Superintendent of Building

Construction)

KODE MODUL : GSBC – 11

JUDUL MODUL : MOBILISASI DAN DEMOBILISASI SUMBER

DAYA

DESKRIPSI : Mobilisasi dan demobilisasi sumber daya sangat

terkait langsung dengan waktu yang nampaknya

akan menentukan efektivitas dan efisiensi

penggunaan / pengoperasian dan pemanfaatan

sumber daya.

Apabila kontraktor sebagai pelaksana konstruksi

yang berorientasi kepada keuntungan, maka

mobilisasi dan demobilisasi sumber daya

merupakan salah satu kegiatan penting yang dapat

memberikan tingkat keuntungan atau sebaliknya

dapat menimbulkan kerugian modul Mobilisasi dan

Demobilisasi cukup baik untuk dipahami dan

diaplikasikan oleh para Kepala Proyek.

TEMPAT KEGIATAN : Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)

atau sampai tercapainya minimal kompetensi yang

telah ditentukan (khususnya domain kognitif)

Page 10: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) ix

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan

Menjelaskan secara singkat peranan mobilisasi dan demobilisasi sumber daya

Menjelaskan TIU dan TIK Waktu = 10 menit

Menguikuti penjelasan TIU & TIK dengan tekun dan aktif

Mengajukan pertanyan apabila kurang jelas

OHT1

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan

Pengertian umum

Mobilisasi

Pendekatan kepada masyarakat, Pemda dan Instansi Terkait

Waktu = 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT2

3. Ceramah : Bab 2 Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)

Pengertian umum

Survei lapangan

Daftar simak

Ilustrasi tata letak lapangan Waktu = 25 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT3

4. Ceramah : Bab 3 Mobilisasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja sebagai modal dasar

Langkah-langkah mobilisasi tenaga kerja

Acuan mobilisasi tenaga kerja

Waktu = 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT4

5. Ceramah : Bab 4 Mobilisasi Peralatan

Pengertian umum

Pengenalan dan pemanfaatan peralatan

Langkah-langkah mobilisasi peralatan

Acuan mobilisasi peralatan

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT5

Page 11: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) x

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

6. Ceramah : Bab 5 Mobilisasi Material

Pengertian umum

Kebutuhan bahan / material

Acuan mobilisasi material Waktu = 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT6

7. Ceramah : Bab 6 Demobilisasi Sumber Daya

Pengertian umum

Demobilisasi tenaga kerja

Demobilisasi peralatan

Demobilisasi material Waktu = 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT7

8. Penutup : Tinjauan proses pembelajaran dan diskusi umum

Waktu : 35 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu

Mengajukan pertanyaan bila perlu

OHT8

Page 12: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) xi

MATERI SERAHAN

Page 13: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 1: Pendahuluan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Cukup banyak para ahli maupun para sarjana yang memberikan definisi tentang

manajemen, tetapi pada dasarnya definisi-definisi itu bisa disimpulkan : Manajemen

adalah suatu proses / kegiatan / usaha mengelola sumber daya untuk pencapaian

tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang-orang / lembaga lain.

Tujuan utama mempelajari dan menggunakan ilmu manajemen ialah untuk

memperoleh suatu cara, metoda dan teknik yang sebaik-baiknya agar dengan

sumber daya yang masih terbatas dapat dicapai suatu tujuan tertentu dan dapat

berhasil guna dan berdaya guna, secara tepat, sesuai target waktu, hemat dan

selamat.

1.2 SUMBER DAYA

Dikaitkan dengan usaha pembangunan nasional, dirasakan beban tugas semakin

lama semakin tambah dan besar, sedangkan tuntutan pembangunan diharapkan

”Seoptimal” mungkin, namun dilain pihak sumber daya masih sangat terbatas.

Salah satu alternatif untuk menghadapi persoalan ini adalah peningkatan

kemampuan untuk mengelola sumber daya yang masih terbatas untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan dan menjamin nilai manfaat, dampak serta

kesinambungan pembangunan nasional.

Unsur utama sumber daya adalah manusia, metoda, mesin (peralatan), material dan

uang.

1. Sumber daya manusia adalah sebagai inisiator berfungsinya sumber daya

lainnya dengan cara memberikan jasanya untuk menghasilkan suatu produk

sesuai yang direncanakan.

2. Sumber Daya Selebihnya :

a. Sumber Daya Metode adalah suatu teknik atau cara melakukan tugas

pekerjaan dengan menggunakan fasilitas untuk meningkatkan /

melipatgandakan ”jasa” manusia.

Page 14: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 1: Pendahuluan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-2

b. Sumber Daya Peralatan untuk memperjelas pemenuhan / tuntutan

spesifikasi dan melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia.

c. Sumber Daya Bahan / Material termasuk sumber daya alam yang sudah

mendapat perlakuan (disurvey atau dipatok) dan bahan material yang

diproduksi di pengolahan / pabrik.

d. Sumber Daya Uang sebagai alat pengendali utama dan ukuran keterkaitan /

ketergantungan.

Page 15: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-1

BAB II

PERSIAPAN MOBILISASI

2.1 UMUM

Sebelum kontraktor memulai pekerjaan fisik di lapangan, Pimpro / Pimbagpro

bersama konsultan supervisi (kalau ada) dan kontraktor mengadakan rapat yang

disebut rapat pra-pelaksanaan (Pre Construction Meeting - PCM). Salah satu mata

acara yang dibahas dalam rapat itu adalah mobilisasi.

Mobilisasi dalam hal ini meliputi :

Mobilisasi Alat

- Mendatangkan peralatan-peralatan berat dan kendaraan-kendaraan yang

diperlukan dalam pelaksanaan proyek.

- Mendatangkan alat-alat laboratorium untuk pemeriksaan bahan-bahan dan

pemeriksaan mutu, serta alat-alat ukur.

- Mempersiapkan fasilitas lapangan ”base camp”, dimana terdapat kantor

proyek, kantor konsultan, kantor kontraktor, rumah-rumah staf dan karyawan

untuk proyek, konsultan dan kontraktor, bengkel, gudang dan sebagainya

yang telah disebutkan dalam spesifikasi umum kontrak.

Mobilisasi Personil

- Mendatangkan personil-personil kontraktor sesuai kebutuhan.

Mobilisasi Material

- Pemeriksaan sumber barang/ suplier

- Pengurusan menggunakan angkutan

Tentang mobilisasi sumber daya ”metode” dibahas dalam modul khusus metode kerja.

2.2 PENDEKATAN KEPADA MASYARAKAT, PEMERINTAH DAERAH DAN

INSTANSI TERKAIT

Pendekatan terhadap masyarakat, pemerintah daerah dan instansi terkait tentang

rencana kerja sangat diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan proyek.

2.2.1 Pendekatan Kepada Masyarakat

Pendekatan terhadap masyarakat, terutama dimaksudkan untuk memberikan

informasi tentang proyek, supaya masyarakat mengerti dampak dan

Page 16: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-2

manfaatnya dari pembangunan tersebut. Pihak proyek diharapkan dapat

menjalin kerjasama yang saling menguntungkan, serta mendapatkan

dukungan dan partisipasi yang baik dari masyarakat di sekitar proyek.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :

1) Pentingnya peranan pemimpin masyarakat dan pengaruhnya terhadap

masyarakat

2) Apakah proyek tersebut berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat,

tanaman masyarakat (sawah, kebun), tempat sarana sosial (kuburan,

peninggalan warisan) dan lain-lain

3) Apakah kegiatan proyek mengganggu ketenangan dan keamanan

masyarakat atau mengganggu / merusak lingkungan masyarakat.

4) Bagaimana mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat

5) Dan lain sebagainya

Hakekat dari pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup

kesejahteraan seluruh rakyat dan pembangunan bukan saja menjadi

tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat.

Oleh karena itu, setiap proyek pembangunan, sasaran akhirnya atau sasaran

fungsionalnya adalah masyarakat. Dengan demikian aspek pembinaan

masyarakat harus dipertimbangkan dalam setiap tahapan kegiatan proyek,

baik dalam tahapan studi dan identifikasi proyek, tahap disain dan pemilihan

metode pelaksanaan proyek, tahap pelaksanaan proyek dan tahap

pemanfaatan / operasi serta pemeliharaan proyek.

Masyarakat merupakan obyek dan sekaligus merupakan subyek

pembangunan proyek-proyek. Oleh karena itu partisipasi dan apresiasi

masyarakat harus dikembangkan. Mendapatkan partisipasi dari masyarakat

tidak cukup hanya dengan pemberitahuan dan dengar pendapat saja.

Masyarakat umum, tidak merupakan suatu lembaga dengan kepentingan

yang sama, karena dalam kenyataannya di antara unsur-unsur masyarakat

ada pertentangan satu sama lain, sesuai dengan tingkat kepentingan

masing-masing, merupakan suatu usaha yang unik yang melibatkan

berbagai disiplin ilmu, kesabaran dan ketekunan usaha yang berkelanjutan di

antara tahapan-tahapan kegiatan proyek.

Page 17: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-3

2.2.2 Pendekatan Terhadap Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait

Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait, diperlukan agar

proyek yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara terpadu dan lancar.

Diperlukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait

untuk membicarakan apakah program proyek tersebut ada hubungannya

dengan program instansi lain atau mengganggu tanggung jawab instansi

lain.

Instansi lain yang terkait antara lain :

1) Dinas Pengawasan Bangunan, apakah proyek sesuai / tidak sesuai

dengan rencana tata ruang dan tata kota

2) Perusahaan Air Minum (PAM)

Apakah proyek mengganggu atau membutuhkan jaringan instalasi pipa

air minum atau kalau mungkini bekerjsama dalam menghindari

gangguan untuk memenuhi kebutuhan.

3) Perusahaan Listrik Negara

4) Instansi-instansi terkait lainnya.

Page 18: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -1

BAB III

MOBILISASI TENAGA KERJA

3.1 TENAGA KERJA SEBAGAI MODAL DASAR

Keberhasilan pelaksanaan tugas pekerjaan maupun pengembangan usaha sangat

erat berkaitan dengan kemampuan mewujudkan standar kinerja dari masing-masing

lembaga / proyek.

Setiap pelaksanaan tugas pekerjaan, khususnya pelaksanaan proyek pekerjaan

konstruksi, menuntut hasilnya (produknya) sesuai standar spesifikasi yang tertuang

dokumen kontrak.

Yang dimaksud kemampuan mewujudkan standar kinerja atau hasilnya produknya

sesuai standar spesifikasi di sini terutama menyangkut kemampuan atau mutu dan

jumlah sumber daya ”MANUSIA” yang terlibat langsung penanganan pengembangan

usaha / penanganan proyek.

”MANUSIA” sebagai satu unsur sumber daya perlu diperhatikan secara ”KHUSUS”,

karena sumber daya manusia pada hakekatnya mempunyai arti tersendiri yaitu

manusia itu hidup ada akal pikiran dan ada kemauan.

Sedangkan sumber daya lainnya, ”UANG, MATERIAL, PERALATAN, METODA”,

adalah barang mati dan akan ada artinya serta akan berfungsi sebagaimana

mestinya apabila ada campur tangan ”MANUSIA”.

”MANUSIA” secara langsung dapat memberikan ”JASA” sehingga apabila

”MANUSIA” diperlengkapi dengan sarana yang diperlukan, dapat memberikan

jasanya, mampu menyerap ’SUMBER DAYA LAINNYA” sehingga menghasilkan

produk-produk yang diharapkan.

Dengan landasan pemikiran ini, tentang tenaga kerja merupakan modal dasar yang

perlu perhatian khusus termasuk menggunakan tenaga kerja asing.

3.2 LANGKAH-LANGKAH MOBILISASI TENAGA KERJA

1. Kepala Proyek mengajukan master list of man power / daftar induk kebutuhan

tenaga kerja kepada perusahaan / instansi pusat untuk diajukan persetujuan dari

Pimpro / Pimbagpro.

2. Apabila akan menggunakan atau mendatangkan tenaga kerja asing harus

ditempuh prosedur khusus yang diterangkan lebih lanjut.

3. Berdasarkan daftar induk kebutuhan tenaga kerja, maka dapat dirinci lagi dan

dapat dibuat daftar kebutuhan tenaga kerja yang harus dipenuhi.

Page 19: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -2

3.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja Lokal

Dari rincian kebutuhan tenaga kerja dapat ditentukan :

Kelompok profesional yang akan menjadi tenaga inti proyek yang dapat

diambil dari dalam perusahaan atau tenaga luar. Untuk tenaga dari luar

disuahakan diambil dari tenaga lokal yang berdekatan dengan proyek.

Kelompok tenaga terampil dan non terampil / pekerja, bisa diambil dari

dalam perusahaan. Apabila tidak ada dapat diambil dari luar dan

diusahakan yang berdekatan dengan lokasi proyek.

Dalam hal mobilisasi tenaga kerja lokal supaya betul-betul diteliti

klasifikasi supaya betul-betul diteliti klasifikasi dan kualifikasinya dan

diusahakan dipegang teguh untuk memilih tenaga kerja, karena apabila

ada kekeliruan atau kurang tepat dapat menimbulkan persoalan

tersendiri, paling tidak dapat mengganggu tingkat produktivitas.

Tentang merekrut dan memobilisasi tenaga kerja perlu selalu mengacu

dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan

Ketenagakerjaan antara lain :

a. Pengertian

- Tenaga kerja adalah tiap orang yang berusia 15 tahun ke atas

secara potensial dapat melakukan pekerjaan baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa-jasa atau

barang-barang memenuhi kebutuhan masyarakat.

- Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah mereka yang

menyumbangkan tenaga untuk menghasilkan barang-barang dan

jasa-jasa dengan menerima imbalan upah berupa uang dan atau

jasa. Yang termasuk dalam angkatan kerja adalah mereka yang

bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja

atau sedang mencari pekerjaan.

- Yang dimaksud dengan standar kualifikasi kerja adalah

sekumpulan tugas-tugas suatu jabatan pekerjaan yang baku

disusun atau ditetapkan berdasarkan analisis suatu tingkat

jabatan tertentu.

b. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Merupakan suatu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk santunan

berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau

keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,

hari tua dan meninggal dunia.

Page 20: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -3

c. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke

rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

d. Cacat

Cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota

badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan

hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

e. Sakit

Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan

pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan.

f. Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan

pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan dan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

g. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubahn dari satu lokasi ke

lokasi lainnya pada kabupaten. Untuk keperluan menaksir semua

keperlulan, biaya tenaga kerja yang harus digunakan hendaknya

mewakili biaya tenaga kerja rata-rata untuk kabupaten, tetapi untuk

pekerjaan kontrak secara individu diperlukan penyesuaian.

Perhitungan menentukan jenis dan jumlah tukang dan tenaga kerja

yang diperlukan didasarkan kepada kapasitas kerja rata-rata dan

angka-angka produktivitas yang ada adalah rendah, misalnya

penggalian tanah dengan tangan, diambil antara 1 dan 2 meter kubik

per hari per orang, tergantung kepada kondisi lapangan.

h. Peraturan-peraturan yang Mengikat

Dalam kontrks pekerjaan, sumber daya manusia (tenaga kerja)

sangat berkaitan langsung dengan prestasi kerja maupun efisiensi

Page 21: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -4

waktu dan biaya, efektivitas dalam pelaksanaan tugas serta

produktivitas yang optimal.

Jadi sumber daya manusia memiliki arti penting yang melatar

belakangi kenyataan bahwa sebaik-baiknya pekerjaan menghasilkan

fungsi jalan guna mencapai nilai manfaat seperti yang diharapkan

dalam spesifikasi.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tenaga kerja dapat

ditanyakan pada Departemen Tenaga Kerja atau Dinas Tenaga Kerja

setempat.

i. Perhatian Tenaga Kerja Lingkungan Proyek

Mobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa :

a. Keresahan dan Kecemburuan sosial

Hal ini dapat diatasi dengan memprioritaskan tenaga kerja

setempat.

Pemantauan : Perhatikan keresahan masyarakat.

b. Konflik dengan adat istiadat / kebiasaan setempat

Hal ini diatasi dengan penyuluhan kepada tenaga luar untuk

penyesuaian diri.

Pemantauan : Perhatikan keresahan masyarakat.

3.2.2 Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Izin untuk tenaga kerja lokal dapat diperoleh dengan menghubungi

Departemen Tenaga Kerja dengan mengikuti prosedur-prosedur yang

berlaku. Untuk tenaga kerja asing prosedur untuk mendapatkan izinnya

adalah mengacu beberapa keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia, antara lain :

1. Nomor : Kep. 228/Men/2003, tentang : Tata Cara Pengesahan Rencana

Penggunaan Tenaga Kerja Asing, lengkap dengan 3 (tiga) lampirannya.

Prosedur untuk mendapatkan izinnya adalah kurang lebih sebagai berikut :

a. Penyampaian Daftar Induk Personil

Kontraktor menyampaikan ”master list of personel” yang akan

didatangkan, lengkap dengan nama, kewarganegaraan, tanggal lahir,

nomor paspor, jabatan dalam proyek serta curiculum viatenya.

b. Pengecekan Daftar Induk Personil

Page 22: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -5

Setelah dicek oleh Pimpro / Pimbagpro dengan mengacu pada daftar

personil dalam dokumen penawaran, maka dibuatlah permohonan visa

berdiam sementara ke kantor Imigrasi dan permohonan izin

mendatangkan tenaga kerja asing ke Departemen Tenaga Kerja

Bila ”expatriate” tersebut bekerja di proyek di daerah, maka Pimpro /

Pimpbagpro wajib melaporkan hal itu ke kantor Departemen Tenaga Kerja

setempat dan Kepolisian setempat.

Izin untuk tenaga kerja lokal dapat diperoleh dengan menghubungi

Departemen Tenaga Kerja dengan mengikuti prosedur-prosedur yang

berlaku.

3.3 ACUAN MOBILISASI TENAGA KERJA

a. Acuan perencanaan dan penjadwalan

Acuan mobilisasi tenaga kerja adalah daftar kebutuhan dan jadwal mobilisasi

yang sudah ditentukan dalam perencanaan dan penjadwalan pelaksanaan

proyek.

Sehubungan dengan itu perhatikan dan teliti dengan cermat kebutuhan tenaga

kerja secara kualitas maupun jumlah sesuai klasifikasi dan kualifikasi yang

ditentukan.

b. Acuan dalam dokumen kontrak

Agar supaya tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan dalam dokumen

kontrak maka pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja supaya selalu memperhatikan

hal-hal yang tertuang dalam syarat umum kontrak antara lain :

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Staf Profesional (1) Kontaktor harus mempekerjakan staf

profesional yang berpengalaman dan

berkemampuan yang cocok untuk dipekerjakan

pada pekerjaan

Izin Bagi Staf

Ahli Asing

(2) Apabila kontraktor akan mempekerjakan

tenaga ahli asing, maka kontraktor harus

mengajukan rincian lengkap kualifikasi, profesi

serta pengalaman tenaga ahli asing yang akan

dipekerjakan dipekerjaan, kepada pemilik

melalui Direksi Pekerjaan dengan format

Page 23: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -6

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

sebagaimana yang diwajibkan untuk dengan

pendaftaran dan persetujuan dari instansi yang

berwenang.

Tenaga Kerja

Kontraktor

(3) Kontraktor harus menyediakan dan

memperkerjakan tenaga kerja di lapangan

sehubungan dengan pelaksanaan,

penyelesaian dan perbaikan pekerjaan :

a. Tenaga pelaksana teknis yang terampil dan

berpengalaman dalam bidangnya dan

pengawas, mandor dan kepala tukang yang

cakap dalam melakukan pengawasan yang

tepat untuk pekerjaan yang memerlukan

pengawasan mereka

b. Tenaga kerja terampil, setengah terampil

dan tidak terampil sesuai keperluan untuk

pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan

pekerjaan yang sesuai dan tepat pada

waktunya.

Mengerahkan

Tenaga Kerja

(4) a. Kontraktor harus mempertimbangkan sendiri

pengerahan semua pekerja dan tenaga

pengawas, baik yang setempat maupun

yang bukan, sesuai dengan undang-undang,

peraturan perundangan, maklumat dan

keputusan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah dan juga mengenai transportasi,

perumahan, pemberian makanan dan

pembayarannya, kecuali ditentukan lain

dalam kontrak. Kontraktor tidak boleh

merekrut orang yang sedang dipekerjakan

oleh pemilik atau Direksi Pekerjaan.

b. Kontraktor dianjurkan sedapat mungkin

menggunakan tenaga kerja setempat.

Kontraktor hanya boleh memasukan tenaga

ahli asing untuk pelaksanaan Pekerjaan

Page 24: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -7

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

setelah mendapat rekomendasi Direksi

Pekerjaan secara tertulis yang hanya akan

diberikan oleh Direksi Pekerjaan apabila

menurut pendapatnya tenaga untuk bidang

keahlian tersebut masih langka di Indonesia

dan pemasukan itu sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Kontraktor diharuskan mendapatkan izin

kerja dan visa bagi tenaga ahli asing yang

dipekerjakan olehnya atau sub kontraktornya

untuk pelaksanaan, penyelesaian dan

perbaikan pekerjaan, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Tempat Tinggal

Pekerja

(5) a. Kontraktor harus menyediakan dan

memelihara akomodasi dan fasilitas yang

menurut pendapatnya perlu untuk

pekerjanya yang dipekerjakan untuk tujuan

atau sehubungan dengan kontrak, termasuk

pagar, air (baik untuk minum atau keperluan

lain), listrik, sanitasi, dapur, pencegahan

kebakaran serta peralatan pemadam

kebakaran dan kebutuhan lain yang

berhubungan dengan akomodasi atau

fasilitas tersebut, kecuali jika secara khusus

ditentukan lain.

b. Kontaktor harus menyediakn air bersih yang

dapat diminum setelah dimasak untuk

pekerja masing-masing tempat pekerjaan.

Untuk tujuan ini, air harus dianalisa oleh

kontraktor apakah dapat diminum setelah

dimasak, apabila diminta oleh Direksi

Pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan di

lapangan setelah berkonsultasi dengan

Page 25: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -8

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Direksi Pekerjaan, WC tetap atau yang

dapat dipindahkan untuk kepentingan staf

kontraktor dan pekerjanya

c. Setelah pekerjaan selesai, kontraktor eajib

membongkar akomodasi perumahan serta

perlengkapannya yang terletak di lapangan

dan memulihkan lapangan kepada bentuk

aslinya sejauh yang dapat dilakukan secara

wajar, kecuali kontrak menentukan bahwa

perumahan tersebut tidak perlu dibongkar

dan akan menjadi milik pemilik.

Keselamatan

dan Kesehatan

Kerja

(6) Mematuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), kontraktor harus

menyediakan dan menggunakan alat

pelengkap pengamanan, alat pengaman, alat

pelindung tambahan, sebagaimana ditetapkan

oleh Direksi Pekerjaan dan pihak yang berwajib

untuk melindungi jiwa dan kesehatan pekerja

kontraktor atau sub kontraktornya.

Pelayanan

Kesehatan

(7) Kontraktor wajib bekerja sama dengan

lembaga kesehatan dan lembaga kebersihan

yang resmi dan memenuhi persyaratan

lembaga itu untuk menjamin adanya

pengaturan yang tepat di lapangan mengenai

pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan

penanggulangan wabah penyakit, serta

pertolongan pertama pertama pada kecelakaan

dan pelayanan kesehatan lainnya serta

kebersihan yang memadai. Pelayanan

pertolongan pertama pada kecelakaan tersebut

diberikan kepada pemilik dan Direksi Pekerjaan

serta untuk tenaga kerja mereka di lapangan

tanpa dipungut bayaran.

Page 26: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -9

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Hari-hari Libur (8) Dalam pengaturan orang-orang yang

dipekerjakannya, kontraktor harus

menghormati perayaan resmi, hari-hari libur

dan upacara keagamaan atau lain-lainnya

sesuai dengan penetapan hari libur nasional

oleh Menteri Agama dan yang ditentukan oleh

Pemerintah setempat. Kontraktor harus

membuat pengaturan khusus dengan

persetujuan Direksi Pekerjaan apabila terjadi

keadaan mendesak sehingga rencana kerja

mengharuskan pekerjaan berlangsung terus

selama perayaan atau hari libur tersebut.

Minuman Keras

dan Obat Bius

(9) Sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, kontraktor

tidak boleh mengimpor, menjual, memberi

melakukan barter atau secara lain memberikan

minuman keras atau obat bius atau

mengizinkan sub kontraktornya, wakil atau

pekerja-pekerjanya melakukan pengimporan,

penjualan, pembelian, barter atau pemberian.

Seluruh tenaga kerja kontraktor dilarang minum

minuman keras dan menggunakan obat bius

selama waktu kerja.

Page 27: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -1

BAB IV

MOBILISASI PERALATAN

4.1 UMUM

Fungsi peralatan dalam manajemen pelaksanaan konstruksi adalah :

- memperjelas usaha perwujudan spesifikasi, dan

- melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia

Misalnya dalam rangka pembuatan bangunan gedung, maka akan dapat dihitung

kebutuhan, tenaga kerja, peralatan dan material dan waktu penyelesaian pekerjaan.

Akan tetapi apabila ada perintah harus dikerjakan dengan padat karya yang

didukung peralatan sederhana misalnya dengan cangkul, ganco, alat pemadat

timbris dan lain-lain maka akan dibutuhkan waktu penyelesaian sangat lama dan

mutu belum dapat dijamin sesuai spesifikasi.

Dengan contoh diatas maka kebutuhan peralatan berat mutlak perlu dipenuhi untuk

pelaksanaan tugas pekerjaan konstruksi.

4.2 PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PERALATAN

Peranan atau fungsi peralatan sebagai salah satu unsur sumber daya adalah :

memperjelas kepastian spesifikasi yang harus diwujudkan melalui usaha dan

melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia. Sehubungan dengan tenaga kerja

harus mengenali peralatan dengan baik.

4.2.1 Traktor

Penggunaan utama dari traktor ini, adalah sebagai penarik atau pendorong

beban yang memerlukan tenaga yang agak besar, tetapi juga kadang-

kadang traktor digunakan untuk keperluan lain, umpamanya perata awal

lapangan/jalur badan jalan.

Pada prinsipnya traktor dibedakan menjadi dua :

a. Traktor Roda Kelabang /Crawler Tractor

Alat ini merupakan alat yang paling penting dan banyak digunakan dalam

dunia konstruksi, antara lain :

1. Sebagai tenaga penggerak untuk mendorong dan menarik beban

2. Sebagai tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut

3. Sebagai tenaga penggerak blade (bulldozer)

4. Sebagai tenaga penggerak front end bucket loader

Page 28: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -2

Pemilihan akan kebutuhan ukuran traktor, adalah faktor yang paling

penting di lapangan. Hal ini ada hubungannya dengan tenaga tarik yang

tersedia di tahanan gelinding yang ada, karena hal ini pengaruhnya besar

sekali terhadap produktivitas alat yang bersangkutan.

Jenis crawler tractor ini dibutuhkan terutama bila diperlukan geseran

yang besar antara roda dan permukaan tanah, untuk mendapatkan

tenaga yang maksimum (tidak slip), pada waktu traktor bekerja, misalnya

menggusur tanah, menarik scraper, menarik beban muatan dan

sebagainya.

G

a

m

b

a

r

4

.

1

:

B

u

l

l

d

o

z

e

Page 29: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -3

r

R

o

d

a

K

e

l

a

b

a

n

g

J

e

n

i

s

S

w

a

m

p

(

u

n

t

u

k

t

a

n

a

h

-

t

Page 30: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -4

a

n

a

h

l

e

m

b

e

k

)

b. Traktor Roda Ban/Wheel Tractor

Berbeda dengan crawler tractor, maka wheel tractor ini dilengkapi

dengan roda ban pompa (pneumatic). Penggunaan wheel tractor ini

dimaksudkan untuk mendapat kecepatan yang lebih besar dan sebagai

konsekwensinya tenaga tariknya menjadi lebih kecil. Kadang-kadang

kecepatannya mencapai 45 km/jam.

1. Jenis Wheel Tractor

Dengan macam-macam pertimbangan, dalam industri konstruksi

dibuat wheel tractor beroda dua dan beroda empat.

a. Traktor Roda Dua :

1. Kemungkinan gear-nya yang lebih besar

2. Traksninya lebih besar, karena seluruh berat yang ada

dilimpahkan kepada dua roda.

3. Rolling Resistance/tahanan gelindingnya lebih kecil, karena

jumlah roda lebih sedikit.

4. Pemeliharaan ban lebih sedikit

b. Traktor Roda Empat :

1. Lebih comfortable untuk dikemudikan

2. Pada jalan kerja yang buruk alat ini lebih stabil

3. Kemungkinan menggunakan kecepatan yang lebih besar

mengingat faktor di atas.

4. Dapat bekerja sendiri, jika dilepas unit railnya.

2. Perbedaan Crawler Tractor dan Wheel Tractor

a. Crawler Tractor

Page 31: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -5

1. Tenaga tariknya besar

2. Kecepatan relatif kecil

3. Ground contact (luas bidang singgung antara roda dan

tanahnya) lebih besar.

4. Dapat bekerja pada kondisi tanah yang buruk, karena daya

apungnya lebih besar.

5. Kemungkinan slip kecil

b. Wheel Tractor

1. Tenaga tariknya relatif lebih kecil untuk ukuran sama dengan

crawler tractor.

2. Kecepatan besar

3. Ground contactnya lebih kecil

4. Sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah di lapangan

4. Ada kemungkinan slip.

TE - Besar

V - Kecil

GPC - Besar

TE - Kecil

V - Besar

GPC - Kecil

Keterangan :

TE : Tractive Effort/Tenaga Tarik

V : Velocity/Kecepatan

GPC : Ground Pressure Contact/Tekanan pada Tanah (Gambar 4.2)

4.2.2 Peralatan Pembersihan

a. Bulldozer

1. Umum

Pada dasarnya bulldozer, adalah alat yang menggunakan traktor

sebagai penggerak utama. Kita menyebut bulldozer karena biasanya

traktor ini dilengkapi dengan dozer attachment. Dalam hal ini

perlengkapan (attachment) adalah blade.

Page 32: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -6

Bulldozer sebenarnya adalah nama jenis dari dozer yang mempunyai

kemampuan untuk mendorong kesamping. Posisi (Angling) demikian

biasanya membuat sudut 25% terhadap kedudukan lurus.

a. Menurut track shoe-nya bulldozer dibedakan sebagai berikut :

1. Crawler Tractor Dozer (dengan roda kelabang)

2. Wheel Tractor Dozer (dengan roda ban)

3. Swamp Bulldozer (untuk daerah rawa-rawa)

b. Berdasarkan penggerak blade-nya, bulldozer dibedakan sebagai

berikut :

1. Cable Controlled (Kendali Kabel) yang pada saat ini sudah

tidak diproduksi lagi.

2. Hydraulic Control (Kendali Hidrolis)

2. Fungsi dan Kerja Bulldozer

Pada proyek-proyek konstruksi, terutama pada yang berhubungan

dengannya dengan pemindahan tanah tentunya, bulldozer digunakan

pada pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di bawah ini :

a. Pembersihan medan dari kayu-kayu, pokok-pokok/tonggak-

tonggak pohon dan batu-batuan.

b. Pembukaan jalan kerja di pegunungan maupun di daerah

berbatu-batu.

c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 kaki (feet) atau +

90 m.

d. Menarik scraper

e. Menghampar tanah isian/urugan (fills)

f. Menimbun kembali trench

g. Pembersihan sites/medan

h. Pemeliharaan jalan kerja

i. Menyiapkan material-material dari soil borrow pit dan quarry

pit/tempat pengambilan material.

Bulldozer mendorong tanah ke depan sedang angle dozer ke depan

dan ke samping. Beberapa konstruksi bulldozer mempunyai blade

yang memungkinkan berfungsi sebagai bulldozer, juga sebagai angle

dozer dengan cara menyetel blade-nya sedemikian rupa sesuai

dengan kebutuhannya.

Page 33: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -7

Gambar 4.3: Dozer – Shovel

3. Macam Blade

Pasal umumnya blade yang dipakai pada bulldozer dan/atau angle

dozer ada beberapa jenis.

a. Universal Blade (U-Blade)

Sayap (wing) yang terdapat di sisi blade maksudnya adalah untuk

menahan material agar tidak keluar dari jalur dorongan.

Hal ini memungkinkan bulldozer membawa/mendorong muatan

lebih banyak, karena kehilangan muatan yang relatif kecil dalam

jarak yang cukup jauh. Kebanyakan bulldozer dengan blade jenis

ini digunakan pada pekerjaan-pekerjaan :

1. Reklamasi tanar/Land reclamation

2. Pekerjaan-pekerjaan penyediaan material/Stock pile work.

3. Dan lain-lain

b. Straight Blade (S-Blade)

Blade jenis ini adalah yang paling cocok untuk segala jenis

lapangan. Blade ini juga merupakan modifikasi dari U-Blade,

maneuver lebih mudah dan dengan blade ini pula bulldozer dapat

menangani material dengan mudah.

c. Angling Blade (A-Blade)

Angling Blade ini dibuat untuk posisi lurus dan menyerong blade

ini juga dibuat untuk :

1. Pembuangan ke samping (side casting)

2. Pembukaan jalan (pioneering roads)

3. Menggali saluran (cutting ditches)

4. Dan pekerjaan lain yang sesuai

d. Cushion Blade (C-Blade)

Page 34: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -8

Blade jenis ini dilengkapi dengan bantalan karet/rubber cushion

untuk meredam benturan. Selain untuk push-loading, balde ini

juga dipakai untuk pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang

lain, mengingat lebar C-Blade ini memungkinkan untuk

meningkatkan kemampuan maneuver.

e. Bowl Dozer

Blade demikian dibuat untuk membawa/medorong material, agar

jumlah kehilangan tanah selama penggusuran sedikit saja.

Hal ini terjadi akibat adanya dinding-dinding besi yang ada di

samping blade, juga untuk jarak yang cukup jauh.

f. Universal Blade (U-Blade for Light Material)

Blade ini dirancang untuk pekerjaan yang menyangkut material

yang terlepas/non cohesive material yang ringan, seperti

misalnya:

1. Stock pile dari tanah lepas/gembur

2. Reklamasi/pegunungan dengan tanah lepas/gembur.

Pemilihan blade disesuaikan dengan ukuran dan kemampuan

bulldozer.

Gambar 4.4.

g. Bajak/Ripper

Jika dalam pekerjaan pembersihan lapangan dijumpai tanah yang

keras (misalnya lempung keras), sering kali pekerjaan dengan

memakai blade bulldozer kurang berhasil.

Dengan demikian efektivitas produksi akan berkurang dan di

samping itu juga, blade akan cepat rusak (aus).

Jika volume pekerjaan tanah keras ini cukup banyak, maka

pekerjaan yang paling efektif, adalah dengan cara

Page 35: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -9

menggemburkan dulu tanah tersebut dan alat yang digunakan

untuk pekerjaan ini disebut ripper (bajak).

Alat ini pada hakekatnya, adalah sebuah bajak yang gigi-giginya

tersebut dari baja keras, sehingga kepadanya dapat diberikan

tekanan yang cukup besar untuk lebih memaksakannya masuk ke

dalam tanah.

Jenis-jenis ripper dibedakan menurut keadaannya sebagai

berikut :

1. Ripper yang berupa alat tersendiri

2. Ripper yang ditarik oleh traktor

a. Secara kendali kabel (cable controlled)

b. Secara kendali hidrolis (hydraulic controlled)

3. Ripper yang berupa attachment yang dipasang pada traktor

sebagai tenaga penggerak :

a. Adjustable parallelogram (giginya sejajar dan bias

diatur/dilepas).

i. Gigi tunggal (single shank)

ii. Gigi banyak (multi shank)

b. Parallelogram (giginya sejajar kaku)

i. Single shank

ii. Multi shank

c. Hinge (berupa piringan) dengan ukuran tertentu.

Gigi-gigi ripper dapat diganti jika sudah aus, tetapi

penggantian ini jangan sampai dilakukan setelah keausan

mencapai inti giginya, karena jika telah demikian jadinya,

maka seluruh ripper-nya harus juga diganti.

Gambar 4.5: Bulldozer dengan Perlengkapan Tambahan

Ripper

Page 36: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -10

Gambar 4.6: Traktor Beroda dengan Perlengkapan

Ripper Jenis Piringan dan Trencher

Fungsi ripper adalah untuk mengerjakan tanah-tanah yang

agak keras, dimana jika pekerjaan ini dilakukan oleh

bulldozer hasilnya akan kurang effektif, tetapi tidak semua

tanah keras bias dikerjakan dengan ripper. Kadang-

kadang harus pula dilakukan peledakan (blasting).

4.2.3 Pembersihan Medan (Land Clearing) Dan Peraltannya

Pekerjaan pembersihan medan adalah pekerjaan site yang tidak pasti,

karena jumlah produksinya tidak menentu job site yang satu ke job site yang

lain. Sedangkan peralatan yang digunakan dan cara yang dipilih untuk

pekerjaan ini, sangat menentukan jumlah produksinya.

4.2.3.1 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembersihan Medan

Faktor-faktor berikut menurut pengalaman, besar pengaruhnya

terhadap aktivitas pembersihan medan.

1. Kelebatan Pepohonan

Faktor ini berpengaruh terhadap produksi dan tentu saja biaya

produksi, antara lain :

a. Jumlah pohon-pohonan

b. Ukuran pohon-pohonan

c. Kekerasannya

d. Keadaan akarnya

e. Rumpun-rumpunan yang ada

2. Penggunaan Tanah Setelah Dikerjakan

Harus kita perhatikan apa tujuan dari pembersihan medan ini

nanti, misalnya untuk kepentingan pembuatan dam, jalan raya

Page 37: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -11

atau untuk keperluan lain. Karena hal-hal tersebut kemudian

akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode

maupun peralatan yang dipakai untuk pekerjaan pembersihan

medan.

3. Keadaan dan Daya Dukung Tanah

Faktor keadaan tanah dan daya dukung tanah, juga harus kita

perhatikan. Termasuk dalam faktor ini adalah :

a. Tebalnya top soil

b. Jenis tanah yang ada

c. Kadar air dalam tanah (moisture content)

d. Keadaan batu-batuan

e. Dan lain-lain

4. Topografi

Termasuk dalam faktor topografi, diantaranya adalah :

a. Kemiringan medan

b. Saluran-saluran yang ada

c. Rawa-rawa yang ada

d. Batuan besar

e. Bukit

f. Dan lain-lain

Keadaan topografi termasuk sangat berpengaruh pada

peralatan yang digunakan dalam pembersihan medan.

5. Keadaan Iklim dan Hujan

Biasanya semua tahap dari pekerjaan pembersihan medan ini,

dipengaruhi pula oleh perbedaan/perubahan suhu dan hujan

yang turun selama pekerjaan pembersihan medan

dilaksanakan.

6. Kekhususan Pekerjaan

Faktor khusus ini, antara lain dapat tergantung dari hal / kondisi

berikut :

a. Luas area pekerjaan

b. Penyempurnaan pekerjaan yang dilakukan

c. Pembuangan bekas clearing

d. Konservasi tanah

Page 38: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -12

e. Dan faktor lain.

Pembersihan Medan

Di dalam pelaksanaan pembersihan medan dibeda-bedakan 7

metode atau cara pembersihan yang didasarkan pada awal, route

dan akhir dari pada pekerjaan, yaitu :

1. Metode siput luar (out crop) : alat bergerak mulai dari tengah ke

arah luar menyusuri garis siput.

2. Metode siput dalam (perimeter) : alat bergerak mulai dari luar ke

arah tengah menyusuri garis siput.

3. Metode pegas ulir (harrowing) : alat bergerak sesuai dengan

garis yang serupa dengan pegas ulir.

4. Metode zig-zag : alat bergerak dari kiri ke arah kanan dan

sebaliknya menurut garis luhur dan ini baik untuk tanah datar.

5. Metode pembakaran : tumbuhan/tanaman dibakar dari arah

lawan angin, baris per baris.

6. Metode contour : alat bekerja ada contour-contour dengan

ketinggian tempat yang sama (untuk tanah miring).

7. Metode penumpukan : tumbuhan/tanaman digusur dan

ditumpuk segari dengan arah angin untuk kemudian dibakar.

4.2.3.2 Peralatan Penggali Pengangkat dan Pemuat

a. Backhoe

Backhoe atau pull shovel menggunakan prime mover excavator

dan dikhususkan untuk penggalian yang letaknya dibawah

kedudukan backhoe itu sendiri. Keuntungan backhoe jika

dibandingkan dengan dragline dan clamshell yang fungsinya

juga hampir sama, adalah alat ini dapat menggali dengan

kedalaman yang jauh lebih teliti dan juga bisa digunakan

sebagai alat pemuat bagi truk-truk.

Page 39: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -13

Gambar 7

Gambar 4.8: Backhoe dan Perlengkapannya

b. Power Shovel

Masih satu golongan dengan bckhoe yakni jenis shovel yang

diberikan attachment shovel kepada excavator. Alat demikian

sering kita sebut power shovel. Alat ini baik sekali dipergunakan

sebagai alat penggali dan sebagai alat pemuat, tanpa

memerlukan alat Bantu lain untuk keperluan pemuatan tersebut.

Power shovel ini di lapangan digunakan terutama untuk

penggalian tebing yang letaknya lebih tinggi dari pada tempat

kedudukan alat.

Umumnya power shovel ini crowler mounted (beroda kelabang)

mengingat, bahwa untuk alat ini diperlukan floating (daya

apung) dan stabilitas yang besar.

Gambar 4.9

Page 40: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -14

c. Dragline

Alat ini didapat dengan menambahkan attachment boom crane

dan drag bucket pada excavator. Pada kenyataannya, dragline

ini mempunyai jangkauan lebih besar daripada jenis shovel,

tetapi dalam tenaga penggali lebih kecil, mengingat dragline

mempunyai tenaga penggali (digging power) hanya dengan

mengandalkan kekuatan dari berat sendiri sebuah digging

bucket.

Jenis lain dari peralatan ini adalah clamshell, yang diperoleh

dengan mengganti bucket, tetapi perlu diketahui bahwa kedua

jenis ini, baik dragline maupun clamshell, sangat cocok

digunakan untuk penggalian di bawah permukaan tanah.

Sesungguhnya excavator dari kelompok ini, selain dapat

berfungsi sebagai clamshell, juga dapat diubah fungsinya

menjadi excavator magnetis untuk bijih besi dan dapat pula

diubah menjadi alat pemancang dengan sedikit modifikasi pada

perlengkapannya.

a. Dragline dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :

1. Dragline dengan roda kelabang

2. Dragline dengan roda ban

3. Dragline yang dipasang di atas truk

b. Produksi dragline tergantung dari hal-hal berikut :

1. Jenis tanah/material yang digali

2. Kedalaman menggali

3. Sudut swing dari boom

4. Ukuran dan tipe bucket

5. Panjang boom

6. Kondisi lapangan kerja

7. Kondisi manajemen

8. Metode/cara memuat tanah/material ke dalam truk

9. Ukuran pengangkut tanah/material (misalnya dump

truk).

10. Kemahiran operator

11. Kondisi alat

Page 41: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -15

Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari dragline

ini, diperlukan keahlian yang mantap dari operator dalam

operasinya.

Dragline merupakan alat yang cocok untuk segala lapangan,

terutama dalam penggalian material lepas, yang biasanya

mudah untuk digali. Material tersebut, antara lain : pasir

kering, kericak, tanah liat basah dan tanah yang jenuh air.

Alat ini juga akan mempunyai daya guna yang besar, jika

digunakan dalam pengerukan saluran irigasi dan drainase.

Dalam hal ini, penggaliannya tentu saja berada di bawah

ground level dari dragline itu bekerja, tetapi juga kadang-

kadang berada beberapa feet di atas ground level support

(muka tanah di mana dragline berpijak). Pembuangan

(dumping) material dapat berupa sebuah tanggul, stock pile

atau lainnya.

d. Clamshell

Clamshell didapat dengan menggantikan drag bucket pada

dragline dengan suatu clamshell. Ini sangat cocok dikerjakan,

terutama untuk bahan-bahan yang lepas, seperti pasir, kerikil,

batu pecah, Lumpur, batu bara dan sebagainya.

Clamshell bekerja dengan cara menjatuhkan bucket secara

vertical dan mengangkatnya secara vertical pula, dengan swing

sebagaimana pada excavator yang membongkar material dan

dipindahkan ke tempat yang dikehendaki.

Gerakan-gerakan vertical yang digunakan terdapat dalam

berbagai ukuran dan mempunyai dua macam bucket, yakni :

1. Heavy duty bucket, yang dilengkapi dengan gigi yang dapat

dilepas dan digunakan untuk penggalian.

2. Light duty bucket untuk mengangkat bahan ringan, tanpa

dilengkapi oleh gigi-gigi.

Kapasitas bucket dihitung dalam 3 macam ukuran, yaitu :

1. Water level capacity, adalah kapasitas bucket yang

terendam air (digantungkan setinggi permukaan air).

Page 42: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -16

2. Plate line capacity, adalah kapasitas dimana bucket terisi

rata mengikuti garis sepanjang puncak clamshell.

3. Heaped capacity, adalah kapasitas bucket munjung.

Gambar 4.10

e. Loader

Loader adalah alat yang digunakan untuk pemuatan material ke

dalam dump truck dan sebagainya. Sebagai prime moves

loader digunakan traktor.

Disini dikenal dua macam loader (ditinjau dari prime mover-

nya), yakni :

1. Loader yang penggeraknya crawler tractor atau disebut juga

traxcavator.

2. Loader dengan penggerak wheel tractor

Loader didapat dengan menambahkan bucket container yang

dipasang di bagian depan konstruksi dari loader termaksud,

seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 43: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -17

Gambar 4.11

Bucket digunakan untuk menggali, memuat tanah atau material

yang granular, mengangkatnya dan diangkut untuk kemudian

dibuat (dumping) pada suatu kemiringan/ ke dump truck dan

sebagainya. Loader adalah kaku, untuk menggerakan bucket

dapat dengan cable atau hydraulic. Tenaga gali pada keadaan

horizontal (bucket tidak diangkat) didapat dari gerakan prime

mover-nya, sehingga di sini baik kendali cable ataupun hyraulic,

hanya mempunyai fungsi menggerakan bucket ke atas dan ke

bawah.

Untuk menggali, bucket harus didorong ke material, jika bucket

telah penuh, traktor mundur dan bucket diangkat ke atas untuk

selanjutnya materialnya dibongkar di tempat yang dikehendaki.

Loader adalah traktor yang dilengkapi dengan attachment

berupa bucket untuk mendorong dan mengangkat material ke

atas dump truck, misalnya karena bulldozer hanya dapat

mendorong material dan kelebihan materialnya tercecer ke

pinggir.

Kini untuk mengoperasikan bucket dipakai kendali hidrolis

(hydraulic controlled), sedangkan kendali kabel (cable

controlled) sudah jarang digunakan pada excavator loader.

Penggunaan loader pada umumnya untuk memuat dan

membawa serta membongkar.

Jika daerah di sekitar material yang dikerjakan data, maka

loader dapat bergerak dengan leluasa sehingga memudahkan

operasi alat.

Penggunaan loader yang lain, adalah untuk menggali pondasi

basement suatu bangunan dengan catatan ruang geraknya

memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan itu.

Penggunaan yang lain, adalah memuat material yang telah

diledakkan, misalnya dalam pembuatan terowongan dan juga

Page 44: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -18

dalam pekerjaan quarry (daerah pengambilan batu). Untuk

pekerjaan pembuatan terowongan, loader mempunyai

kelebihan. Jika dibandingkan dengan power shovel untuk

bergerak, tetapi power shovel produksi baru direncanakan untuk

mengatasi keadaan ini.

Tidak tergantung dari jenisnya, dengan roda kelabang ataupun

roda ban loader sangat cocok untuk pekerjaan penuh atau

material. Loader juga dapat dipakai untuk menggali batu-batuan

lepas untuk dibongkar dalam grizly hopper pada crusher plant.

4.2.3.3 Peralatan Pengangkut dan Penggali

a. Scraper

Dalam pekerjaan penggusuran tanah, scraper berguna selain

untuk memuat juga untuk mengangkut dan sekaligus

membongkar material yang lepas (loose material).

Di dalam pekerjaan, dikenal scraper yang mempunyai mesin

sendiri dan scraper yang ditarik oleh crawler traktor tetapi

traktor scraper ini secara keseluruhan disebut scraper.

Gambar 4.12

Scraper sangat efektif digunakan untuk mengerjakan tanah

yang lepas, menggaruk, memuat dan kemudian

membongkarnya menjadi lapisan-lapisan yang teratur.

Kemampuan-kemampuannya ini dapat dipakai dalam

pengerjaan seperti :

1. Pengupasan permukaan tanah/stripping top soil

2. Peralatan contour di sekeliling building site.

3. Penggalian untuk saluran drainase dan saluran irigasi

Page 45: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -19

4. Penggalian untuk dan pengurugan (cut and fill earthwork)

untuk badan jalan.

5. dan lain sebagainya.

Umumnya lapisan top soil yang digaruk oleh scraper

mempunyai ketebalan kira-kira 10 cm untuk setiap pass.

Untuk mendapatkan biaya yang seekonomis mungkin, maka

harus diketahui dahulu, bentuk, luas dan keadaan lapangan,

sehingga dalam menggunakan scraper, kita betul-betul

mendapatkan yang tepat bagi lapangan yang bersangkutan.

Jika lapangan pekerjaan (job site) tidak terlalu berat dan tidak

terlalu luas, maka scraper yang kecil dengan crawler tractor

mungkin akan lebih ekonomis. Tetapi jika lapangan pekerjaan

sangat luas, seperti misalnya lapangan terbang dan lain-lain,

scraper dengan prime mover wheel tractor akan lebih ekonomis,

sebab scraper ini mempunyai kecepatan yang relatif besar.

Dalam pekerjaan cut and fill oleh scraper yang melibatkan

pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain, misalnya

pada proyek jalan raya, lapangan terbang dan lain-lain.

Scraper dapat bekerja pada proyek-proyek tersebut dengan

baik, asal saja digunakan scraper yang cocok. Biasanya jarak

300 feet – 3000 feet, adalah jarak yang ekonomis bagi alat

seperti scraper. Tentu saja jarak tersebut hanyalah perkiraan

kita berdasarkan pengalaman untuk jenis dan ukuran scraper

tertentu. Sebagai contoh, jika jarak penggusuran kurang dari

300 feet, maka penggunaan scraper harus kita bandingkan

dengan bulldozer misalnya, sehingga kita dapatkan biaya yang

paling kecil.

Keekonomisan scraper yang digunakan dalam pekerjaan cut

and fill adalah tergantung dari :

1. Material yang ada, yang akan diangkut

2. Panjang rute pengangkutan

Page 46: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -20

3. Keadaan rute pengangkutan

4. Peralatan pembantu lain yang digunakan.

Table 2 di bawah ini menunjukkan variasi penggunaan berbagai

scraper untuk berbagai jenis jarak angkut dan kondisi rute

pengangkutan.

Tabel 2

Jarak

Pengangkutan

(300 – 3000

feet)

Material dan

Kondisi Rute

Pengangkutan

Macam Prime Mover

dan Scraper yang

digunakan

Pendek

Pendek

Menengah

Menengah

Panjang

Kasar

Baik

Keras

Sedang

Sedang sampai

keras

Crawler tractor

Two wheel tractor

Crawler tractor atau twin

engine wheel.

Sama dengan jenis wheel

tractor dengan pusher jka

diperlukan.

2 atau 4 wheel tractor

dengan bantuan traktor

pendorong dan/atau

penarik

Page 47: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -21

b. Truk

Dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berhubungan

dengan masalah penggusuran tanah yang relatif besar, jarak

angkut yang cukup jauh dan yang berhubungan dengan

pengangkutan alat-alat berat ke lapangan pekerjaan, sering

digunakan alat angkut khusus.

a. Alat angkut khusus antara lain :

1. Dump Truck

2. Trailer

3. Dumper

Tiap alat tersebut dibuat untuk pekerjaan khusus, sehingga

pemilihan alat angkut yang tepat, adalah sangat bijaksana.

Khususnya bagian ini akan membicarakan tentang dump

truck.

b. Ada 3 macam pekerjaan konstruksi yang dikenal :

1. Side dump truck (penumpahan ke samping)

2. Rear dump truck (penumpahan ke belakang)

3. Rear and side dump truck (penumpahan ke belakang

dan ke samping.

Gambar 4.13

Syarat penting, agar truk dapat bekerja secara efektif,

adalah jalan kerja yang keras dan rata, tetapi ada kalanya

truk dirancang agar mempunyai cross country ability, yaitu

suatu kemampuan berjalan di luar jalan biasa.

Kapasitas truk yang dipilih harus berimbang dengan alat

pemuatannya (loader). Jika perbandingan ini kurang

proporsional, maka ada kemungkinan alat pemuat ini

banyak menunggu atau sebaliknya. Perbandingan yang

Page 48: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -22

dimaksudkan, adalah antara kapasitas truk dan kapasitas

alat pemuat adalah 4 @ 5 : 1 atau dengan kata lain

kapasitas truk 4 @ 5 kali kapasitas alat pemuat.

Perbandingan tersebut juga akan berpengaruh terhadap

waktu pemuatan. Ada beberapa perhitungan yang harus kita

perhatikan dalam memilih ukuran truk :

a. Truk Kecil

Keuntungan

i. Lebih lincah dalam beroperasi

ii. Lebih mudah mengoperasikannya

iii. Lebih luwes dalam pengangkutan jarak dekat

iv. Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana

v. Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih

mudah

vi. Jika salah satu truk dalam satu unit angkutan tidak

bekerja, tidak akan terasa terhadap produksi.

vii. Pemeliharaan lebih mudah dilaksanakan.

Kerugian

i. Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truk

yang beroperasi, terutama waktu muat.

ii. Excavator lebih sukar untuk memuatkannya karena

kecilnya bak.

iii. Lebih banyak sopir yang diperlukan.

iv. Biaya pemeliharaannya lebih besar, karena lebih

banyak truk yang beroperasi. Begitu pula halnya

dengan tenaga pemeliharaan.

b. Truk Besar

Keuntungan

i. Untuk kapasitas yang sama dengan truk kecil,

jumlah truk besar yang diperlukan lebih sedikit.

ii. Sopir/crew yang digunakan lebih sedikit

iii. Cocok untuk angkutan jarak jaruh

iv. Pemuatan dari loader lebih mudah, sehingga waktu

yang hilang lebih sedikit.

Page 49: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -23

Kerugian

i. Jalan kerja harus diperhatikan, karena berat truk

merusak jalan relatif lebih cepat.

ii. Pengoperasian lebih sulit karena ukurannya yang

besar

iii. Produksi akan sangat berkurang, jika salah satu truk

tidak jalan (untuk jumlah yang relatif kecil)

iv. Pemeliharaan lebih sulit dilaksanakan.

Dengan memperhatikan factor-faktor di muka, kiranya

cukup untuk memilih kapasitas dari dump truck yang

betul-betul memenuhi kebutuhan dan effisien.

c. Alat Angkut Lainnya

1. Dump Wagon

Untuk pengangkutan maerial yang khusus dan

dalam jumlah besar, maka dipakai suatu alat yang

dinamakan dump wagon.

Di lihat dari cara pembuangannya, maka dump

wagon dapat dibagi menjadi 3 macam :

a. Rear Dump (Pembuangan ke belakang)

b. Side Dump (Pembuangan ke samping

c. Bottom Dump (Pembuangan ke bawah)

Penggunaan dari ketiga macam alat angkut tadi,

disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan di

lapangan. Beberapa keuntungan yang didapat dari

penggunaan dump wagon, adalah antara lain :

a. Material yang diangkut cukup besar.

b. Bisa digunakan penarik tersendiri, sehingga bias

menghemat penggunaan alat berat.

2. Trailer

Untuk kepentingan pengangkutan alat berat ke

lapangan, diperlukan alat pengangkutan khusus

yang disebut trailer. Pada pokoknya jenis trailer ini

dibagi menjadi 2, semi trailer dan full trailer.

Page 50: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -24

Suatu alas an diperlukannya trailer ini, adalah karena

tidak mungkinnya (tractor dan excavator terutama

jenis crewler) untuk berjalan dengan kekuatan

sendiri dalam jarak yang cukup jauh.

Gambar 4.14

Selain pengangkutan alat-alat berat, trailer juga bisa

dipakai untuk mengangkut barang yang berat dalam

jumlah besar.

4.2.3.4 Peralatan Pembentuk Permukaan (Motor Grader)

Untuk keperluan perataan tanah, digunakan grader. Alat ini juga

dipakai untuk membentuk permukaan yang dikehendaki. Hal ini

bisa dilaksanakan, sebab blade dari grader (juga disebut mold

board) dapat diatur sedemikian rupa, seperti dapat dilihat pada

Gambar 4.15.

Gambar 4.15

Jenis grader pada prinsipnya dibedakan dalam 2 jenis :

1. Motor grader yang mempunyai gerak sendiri

2. Towed grader yang dalam operasinya memerlukan penggerak

lain.

Kedua jenis tersebut yang kini banyak dipergunakan adalah jenis

motor grader.

Page 51: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -25

Motor grader adalah jenis peralatan yang dapat dipakai dalam

berbagai variasi dalam pekerjaan konstruksi (grading). Kemampuan

ini adalah akibat dari gerakan-gerakan yang luwes yang

dipunyainya terhadap blade dan roda-roda ban. Keserbagunaan ini

diperbesar dengan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang ada

pada motor grader.

a. Perlengkapan-perlengkapan Umumnya

1. Scarifier teeth (ripper dalam bentuk kecil sebagai

penggaruk) yang dipasang di bagian depan blade dan dapat

dikendalikan secara tersendiri.

2. Pavement widener (untuk mengatur hamparan)

3. Elevating grader unit (alat untuk grading)

Pada pembuatan jalan, penggunaan dasar dari motor grader

dalam membentuk permukaan dan final grading, tidak hanya

terbatas pada permukaannya saja tetapi juga bahu dan

taludnya sekaligus. Grader dapat juga dipakai untuk menggali

saluran drainase sepanjang jalan dan bentuk V misalnya, atau

bentuk lainnya.

Motor grader dengan blade standar (blade yang dilengkapi

dengan scarifier) sangatbaik untuk mencampur dan

menaburkan material dan juga untuk mengaduk dan meratakan

window (gundukan tanah) yang belum lama ditempatkan di

badan jalan.

Kemampuan maneuver yang besar pada motor grader

menyebabkan motor grader cocok untuk digunakan dalam

pekerjaan perataan yang luas, misalnya landasan terbang.

Perataan ini tidak terbatas pada perataan yanghalus saja pada

permukaan yang relatif rata, tetapi juga pada permukaan yang

tidak sama tingkatnya.

Selain pekerjaan-pekerjaan yang disebut di atas motor grader

juga mampu beroperasi dalam beragam pekerjaan lain, dengan

cara memberikan peralatan khusus pada motor grader.

Page 52: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -26

b. Peralatan Khusus tersebut diantaranya, adalah :

1. Special short blade (blade pendek) yang berfungsi untuk

menggali saluran dangkal yang berbentuk persegi empat

dengan ukuran tertentu. Selain itu pula, perlengkapan ini

mampu mengerjakan perkerasan jalan sebagai tambahan

lebar pada jalan yang telah ada.

2. Elevating conveyor yangberfungsi untuk mengolah material

lepas yang melewati blade, kemudian mengangkatnya dan

membuangnya ke samping.

Perlengkapan-perlengkapan khusus tadi dimaksudkan untuk

lebih meningkatkan kedayagunaan dari motor grader dan

menjadikannya alat yang serba guna.

Gambar 4.16

4.2.3.5 Peralatan Pemadatan Permukaan (road roller)

Dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan landasan terbang atau

konstruksi-konstruksi lain yang memerlukan stabilitas dan

kepadatan tertentu, diperlukan peralatan untuk pemadatan.

Seperti kita ketahui, pemadatan adalah usaha penyusunan kembali

letak butir tanah, sehingga pada tanah tersebut dicapai letak butir

yang rapat. Berbagai cara yang dilakukan dalam usaha pemadatan

mekanis ini dalam pelaksanaan konstruksi jalan, umumnya

dilaksanakan cara penggilasan dengan suatu alar penggilas (roller).

Untuk menambah bobot dari three wheel roller ini, maka roda

silinder yang kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau

kadang-kadang juga diisi dengan pasir.

1. Three Wheel Roller

Page 53: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -27

Pada umumnya berat penggilas ini berkisar antara 6 sampai 12

ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda

silinder dapat meningkatkan beratnya menjadi 15 hingga 35%.

Gambar 4.17

2. Tandem Roller

Jenis lain darin 'smooth steel roller' adalah 'tandem roller'. Jenis

ini ada yang berporos 2 ('two axles') dan juga berporos 3 ('three

axles tandem roller'). Penggunaan dari penggilas ini, umumnya

untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya

pada penggilasan aspal heron dan lain-lain. 'Tandem roller' ini

memberikan lintasan yang sarna pada tiap rodanya dan

beratnya antara 8 sampai 14 ton. Penambahan berat yang

diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara

25 hingga 60 % dari pada berat penggilas.

Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan

penggilasan biasanya digunakan 'three axle tandem roller'.

Penggunaan tandem roller pada penggilasan batu-batuan yang

keras dan tajam sebaiknya jangan dilakukan, sebab akan

merusak roda-roda penggilasnya.

Gambar 4.18 Penggilas dengan Roda Ban dan Roda Baja Rata dengan

Getaran

Page 54: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -28

'Vibration Roller' (Penggilas dengan Getaran)

Versi lain dari tandem adalah vibration (penggilas getar) yang

effisiensi

pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan digunakan

secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.

Pengaruh akibat penggunaan 'vibration roller', adalah gaya

dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi

bagian-bagian kosong yang terdapat di antara butir-butirnya,

sehingga akibat getaran ini, tanah menjadi padat dengan

susunan yang lebih padat.

Ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pemdatan

dengan

menggunakan 'vibration roller' :

1. Frekwensi getaran

2. Amplitudo getaran

3. Gaya sentrifugal

Sistem pendorong, vibrasi dan sistem mengemudi dioperasikan

oleh tekanan hidrostatis untuk menjamin penanganan yang

termudah.

3. 'Mesh Grid Roller' (Penggilas Jenis Anyaman)

Penggilas jenis lain, adalah 'mesh grid roller' yang roda

penggilasnya berbentuk anyam-anyaman. Penggilas ini

memberikan efek "pemadatan dari bawah" yang dikarenakan

bentuk roda penggilasnya. 'Mesh grid roller' ini memberi hasil

baik, jika digunakan untuk menggilas lapisan tanah yang

berbutir kasar.

Gambar 4.19

Page 55: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -29

4. 'Segment Roller' (Penggilas Jenis Lempengan)

Penggilas ini dinamakan 'segment roller', karena roda-rodanya

tersusun dari lempengan-lempengan. Seperti juga halnya

dengan 'mesh grid roller', 'segment roller' juga memberikan efek

"pemadatan dari bawah", walaupun masuknya roda ke dalam

tanah tidak begitu dalam.

Keuntungan lain, adalah air kelebihan yang terdapat pada

lapisan tanah dapat ditekan ke luar, sehingga yang tinggal

cukup untuk memberikan kepadatan yang maksimal.

Gambar 4.20

5. 'Pneumatic Tired Roller' (Penggilas Roda Ban Angin)

Roda-roda penggilas jenis ini, terdiri atas roda-roda ban karet

yang dipompa ('pneumatic') susunan dari roda muka dan roda

belakang berselang-seling, sehingga bagian yang tidak tergilas

oleh roda bagian muka, akan digilas oleh roda bagian

belakangnya.

Roda-roda ini menghasilkan apa yang dinamakan 'kneading

action' (tekanan) terhadap tanah, sehingga membantu

konsolidasi tanah.

Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat

diatur dengan cara mengubah tekanan ban. Makin besar

tekanan ban makin besar pula tekanan yang terjadi pada tanah.

Page 56: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -30

Sumbu dari roda dapat "bergoyang" mengikuti perubahan

permukaan tanah. Hal ini dapat memperbesar 'kneading action'

tadi.

Gambar 4.21

'Peneumatic tired roller', baik sekali digunakan dalam pekerjaan

penggilasan bahan yang 'granular' dan juga pada penggilasan

lapisan 'hot mix' sebagai penggilas antara.

Pada penggilsan lapisan yang berbatu dan tajam akan

memeprcepat kerusakan pada roda-rodanya sehingga

sebaiknya tidak digunakan. Seperti halnya 'tandem roller' dan

'roller' lainnya, 'penumatic tired roller'-pun beratnya dapat

ditingkatkan dengan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-

dinding mesin.

Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah. Ada yang 9 buah (4

roda depan dan 5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6

roda belakang) 13 buah (6 roda depan dan 7 roda belakang)

dan 15 buah (7 roda depan dan 8 roda belakang).

6. 'Sheep Foot Type Roller' (Penggilas Jenis Kaki Kambing).

'Sheep foot roller' ini, adalah sebuah silinder yang dibagian

luarnya dipasang kaki-kaki dan pada kaki-kaki inilah terjadi

tekanan yang tinggi, sehingga kaki-kaki ini masuk ke dalam

tanah dan memberikan "pemadatan dari bawah".

'Sheep foot roller' ini baik digunakan untuk tanah berpasir

dengan sedikit mengandung lempung dan juga untuk tanah

yang plastis dan kohesif. Untuk memadatkan material lepas

Page 57: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -31

dengan tebal lapisan antara 15 sampai 25 cm, alat ini adalah

effektif.

Selain 'sheep foot roller' dengan tarikan ('towed') juga ada

'sheep foot roller' yang bermesin sendiri dan dapat mencapai

kecepatan 20 'mile per hour (mph)'.

Untuk 'sheep foot roller' yang ditarik, jika tenaga traktor

penariknya –cukup besar, biasanya ditarik beberapa buah,

berjajar ke samping, satu garis atau kombinasi dari keduanya.

Ukuran 'sheep foot roller' ini antara 3 -5 ton, tetapi ada juga

yang 12 sampai dengan 30 ton.

Gambar 4.22

4.2.3.6 Kompresor Dan Pompa Air

a. Kompresor

Untuk melayani berbagai alat konstruksi seperti 'hand tools',

'hammer', 'demolition tool' dan lain-lain, dipakai orang

kompresor ('compressor') yang memampatkan udara bebas,

sehingga tekanannya menjadi tinggi. Tekanan yang tinggi ini

dapat digunakan sebagai tenaga untuk melayani alat-alat

'pneumatic'.

Penggunaan Kompresor

Dalam pekerjaan konstruksi, kompresor digunakan sebagai

pelayan untuk alat-alat 'pneumatic'. Beberapa contoh

penggunaan kompressor. di antaranya adalah:

Page 58: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -32

1. Untuk mengoperasikan 'hand tools'

a. Memotong dengan gergaji rantai atau piringan (tapi

sekarang alat ini kebanyakan sudah menggunakan

tenaga listrik).

b. Mengebor lubang pada kayu

c. Mengebor pada batu atau material lainnya yang dapat

dipecahkan

d. Menggali 'sticky material', misalnya tanah liat/'clay'

e. Menghancurkan material yang dapat dipecahkan seperti

heron aspal dan heron

f. Membuat agar di dalam pengecorannya, heron tidak

berongga karena gelembung-gelembung udara

g. Menghaluskan bagian-bagian yang kasar pada

konstruksi

h. Melepaskan atau menghancurkan sambungan-

sambungan dari suatu konstruksi bangunan.

i. Memadatkan tanah urugan untuk meningkatkan

konsolidasi, dan lain-lain

2. Untuk berbagai penggunaan dalam pekerjaan terowongan,

seperti:

a. Mengebor lubang peledakan

b. Mengeluarkan batu hasilledakan

c. Meniup asap ledakan keluar dari terowongan

3. Untuk mencampur dan menyemprotkan material halus,

seperti semen, cat dan lain-lain ke dalam suatu tempat.

4. Untuk mengalirkan cairan yang mengandung partikel kecil

lewat pipa-pipa, seperti semen, pasir halus kering dan

bahan campuran lainnya.

5. Untuk mengoperasikan pompa sentrifugal

6. Sebagai tenaga angkat yang merupakan tenaga 'pneumatic'

b. Pompa Air

Dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berhubungan

dengan air, sering diperlukan pompa air. Penggunaannya,

antara lain untuk:

1. Pengeringan mata air dalam pembuatan 'cofferdam'

Page 59: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -33

2. Penyedotan air rembesan pada penggalian pondasi saluran

atau lainnya

3. Pengeringan bawah tanah untuk kepentingan pembuatan

terowongan

4. Perendahan 'water table' disekeliling panggalian

5. Penyediaan kebutuhan air pada 'concrete plant'

6. Penyediaan air untuk penyemprotan

7. Penyediaan air untuk 'grouting' pondasi.

Beberapa faktor dalam menggunakan pompa dipekerjaan, di

antaranya ialah:

1. Debit yang harus tersedia

2. Fluktuasi keadaan air yang dipompa yang menyebabkan

pemompaan tidak berkelanjutan. Untuk mengatasinya, perlu

dipilih pompa 'self priming' (automatis).

3. Material yang terkandung dalam air

4. 'Total head' yang diperlukan

5. Letak pompa terhadap titik pengambilan

6. Jumlah air yang harus dipompa

7. Ukuran dan panjang pipa-pipa yang diperlukan untuk

transmisi

8. Sambungan, percabangan dan klep-klep yang ada untuk

kelancaran operasi.

Klasifikasi Pompa dapat juga dibedakan sebagai berikut:

- Pompa bolak-balik

- Rotari

- Sentrifugal

Pompa bolak-balik dengan sistem torak dan pluner. Kedua

sistem tersebut dioperasikan dengan:

- Tenaga uap langsung

- Engkol dan roda gilas

- Tenaga langsung

Pompa rotari dengan sistem kam, ulir, gigi dan sudu.

Pompa Sentrifugal dengan sistem aliran radial, aliran aksial,

aliran campuran dan peripheral.

Page 60: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -34

4.2.4 Alat Pemecah Batu

Dalam pekerjaan konstruksi, seperti misalnya pekerjaan jalan dan

pembuatan beton, kadang-kadang diperlukan syarat-syarat khusus unutk

gradasi butiran-butiran pengisinya. Gradasi butiran untuk memenuhi syarat

yang dituntut tadi, sulit diperoleh di alam (tanpa pengerjaan), apalagi secara

besar-besaran.

Untuk mendapatkan butiran yang juga disebut 'agregat', diperlukan

pemecahan-pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan gradasi yang

minimal mendekati gradasi yang diinginkan, dengan dipergunakannya apa

yang disebut 'crusher'. Alat ini kadang-kadang dioperasikan menyerupai

sebuah "pabrik" yang disebut 'crushing plant'.

Dalam pekerjaan 'crushing' ini, biasanya beberapa kali dilakukan pengerjaan

pemecahan. Tahap-tahap pekerjaannya beserta jenis 'crusher' yang

dipergunakan, antara lain adalah:

- Pemecahan tahap pertama oleh jenis 'primary crusher'

- Pemecahan tahap kedua oleh jenis 'secondary crusher'

- Pemecahan-pemecahan selanjutnya jika ternyata diperlukan, oleh

'tertiary crusher'

Untuk pemecahan-pemecahan pertama biasanya dipergunakan:

- ‘Jaw crusher' (Pemecah Jenis Rahang)

- 'Gyratory crusher' (Pemecah Giratori)

- 'Impact crusher' (Pemecah Jenis Pukulan)

Untuk pemecahan kedua (secondary), dipergunakan:

- 'Cone crusher' (Pemecah Jenis Konus)

- 'Roll crusher' (Pemecah Jenis Silinder)

- 'Hammer mill' (Pemecah Jenis Pukulan)

Sedangkan untuk pemecahan lanjutan, digunakan:

- 'Roll crusher' (Pemecah Jenis Silinder)

- 'Rod mill' {Pemecah Jenis Batangj

- 'Ball mill' (Pemecah Jenis Bola)

Perforasi yang ada sepanjang silinder mempunyai ukuran yang berbeda,

makin ke bawah makin besar. Sedangkan luas effektif screen untuk

menentukan kapasitasnya, dinyatakan sebagai 1/3 diameter silinder x

panjang silinder (1/3 x D) x L.

Page 61: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -35

Gambar 4.23

Alat Bantu' Crusher'

Untuk mendapatkan material hasil 'crusher' yang sesempurna mungkin,

maka diperlukan alat pembantu/pelengkap pada unit 'crusher' itu. Alat

pelengkap ini dimaksudkan untuk mengatur dan menyalurkan

pemasokan/'feeding' atau juga hasil 'crusher' yang dipisah-pisahkan menurut

gradasinya.

4.2.5 Peralatan Pembetonan

Beton memegang peranan renting dalam dunia konstruksi, terutama dalam

pembangunan gedung bertingkat, jembatan dan lain-lain atau barang-barang

'precast' seperti tiang pancang, balok-balok, pipa atau juga pembuatan-

pembuatan bendungan dan bangunan-bangunan air lainnya.

Peralatan untuk pembetonan tersebut secara garis besar dapat dikemukakan

di sini, antara lain:

a. Peralatan pengangkat dan pengangkut material heron ('concrete material

handling equipment').

b. Peralatan pencampur heron ('concrete hatching and mixing')

c. Peralatan untuk pembawa campuran beton dalam pengecoran dan lain-

lain ('concrete hauling equipment')

d. 'Concrete bucket' dan concrete mixer.

e. Pompa beton ('concrete pumping')

Dengan keterangan sebagai berikut:

a. Peralatan pengangkut dan pengangkat material beton.

Material beton, adalah barang-barang yang terbuat dari beton secara

'precast', misalnya 'caisson', pipa-pipa, tiang pancang dan lain-lain,

sehingga untuk sampai pada 'job site' dimana beton itu diperlukan,

memerlukan peralatan pengangkut atau peralatan-peralatan bantu

Page 62: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -36

lainnya. Untuk alat pengangakut \ biasanya digunakan 'trailer' untuk jalan

darat dan memakai kapal untuk jalan laut.

Sedangkan untuk peralatan pembantu (pengangkutan dan lain-lain)

digunakan 'fork lift', mobile 'lift' atau 'loader boom'.

Untuk peralatan pengangkutan bahan pembuat beton ini, dapat

digunakan berbagai alat yang akan diterangkan kemudian.

Agregat beton yang harus didatangkan dari tempat yang jauh, bahkan

kadang-kadang harus melewati laut sehingga diperlukan pengangkutan

kapal (pengapalan) dilakukan dengan peri kemas ('container') misalnya,

terutama untuk semen yang mudah sekali membatu jika terkena air.

Agregat tersebut disimpan dalam suatu 'bin' yang bert'ungsi sebagai

penampung sementara, untuk kemudian diangkut menuju 'bacthing' atau

'mixing plant'.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kelembaban dan reaksi dengan udara

dalam waktu yang lama, sehingga tidak dapat dipergunakan.

Pengangkutannya dilakukan dengan:

- 'Special hopper-bottom car', berkapasitas 400 'barel' (+1600 'cu.ft.')

- 'Tank trucks' berkapasitas 250 'barel'

- 'Water tight barge' yang berkapasitas lebih dari itu.

Untuk membongkar semen dari 'hopper' digunakan 'Screw Conveyor',

'bucket conveyor' yang tertutup atau 'penumatic air pump conveyor'.

b. Peralatan Penakar dan Pencampur Belon/'Concrete Baching and Mixing'.

1. 'Baching and Mixing Plant'

Alat ini dapat berupa mobil yang dapat dipindah atau yang statis

- Berkapasitas mulai dari 10 m3/jam sampai 300 m3/jam

Gambar 4.24

Page 63: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -37

Pemecahan Batu Primer :

Dengan pra - pemisah

pengumpan, pemecah

model rahang dan ban

berjalan

Pemecahan Batu Sekunder

:

Dengan ayakan (2 atau 3

dan pemecah batu model

giratori.

Gambar 4.25

2. Peralatan Penakar/'Batcher Equipment'

Konstruksi 'hatcher' berupa sebuah 'container' yang berfungsi untuk

menampung dan mengukur material beton sebelum dituangkan ke

dalam 'mixer'.

Alat ini mempunyai 'top opening' yang ukurannya lebih besar dari

pada 'discharge opening' dan kemampuan minimum tiga kali lebih

besar dari 'mixer' dalam satu kali operasi atau dengan perkataan lain,

untuk tiap 3 kali beroperasinya 'mixer', maka 'hatcher' cukup diisi 1

kali saja.

'Material' dari 'hatcher' yang akan diberikan kepada 'mixer' melewati

'gate' dapat diatur secara manual, dengan tenaga listrik atau

kompresor.

Gambar 4.26

Page 64: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -38

'Gate' ini memberi pengaruh positif terhadap 'mixer', karena jumlah

material yang akan dimasukkan ke dalam 'mixer' teratur.

'Bacher' ini dikenal orang dalam dua jenis, yaitu:

a. 'Single material bacher'

b. 'Multiple' atau 'cumulative bacher'

c. Peralatan Pengangkut Beton/'Concrete Hauling Equipment'

Berhubung besarnya kapasitas pekerjaan pengecoran beton maka, jika

dilaksanakan oleh tenaga manusia akan terlalu lambat, mengingat

produktivitasnya kecil jika dibandingkan dengan cara mekanis.

Dalam proyek-proyek yang bobotnya cukup besar, tentu diperlukan

peralatan penunjang, antara lain:

1. 'Hand operated cart' (cikar) dengan satu atau dua buah roda

2. 'Power buggy' (semacam gerobag kecil) yang berporos dua dengan

jumlah rada, tiga sampai 6 buah.

3. 'Monorail dump car' (gerbong pemuat dengan rei tunggal)

4. ‘Hoist elevator bucket' (' bucket' yang d i lengkap i dengan alat

pengangkat)

5. 'Crane handled bucket' yang biasanya bergerak vertikal dan

horizontal.

6. 'Concrete belt conveyor' (ban berjalan)

7. 'Concrete pump' (pompa beton) dengan pipa kaku atau luwes

8. 'Concrete dump truck' (truk-pengangkut heron)

9. 'Rail road car' (lori)

10. Kabel-kabel pelengkap 'hoisting' (pengangkat)

Perlu diketahui, bahwa pemilihan peralatan untuk dipakai dalam

pengangkutan bahan cor beton, dari mixer ke bidang yang akan dicor

memerlukan tiga pertimbangan pokok, yakni :

1. Jarak antara 'mixer' dan bidang pengecoran

2. Jumlah isi pengecoran

3. Metode yang dipakai dalam pencampuran beton dan cara

pengecoran beton.

Metode pengangkutan yang mutakhir seperti penanganan dan

penempatan bahan beton, dimaksudkan untuk meminimalkan pemisahan

material beton yang terjadi antara 'final mixing' dan pengecoran.

Page 65: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -39

Gambar 4.27

d. ‘Concrete Bucket' dan Alat Pengecoran Lainnya

Peralatan yang dipakai dalam pengecoran beton, harus memberikan

kemudahan dalam pelaksanaannya dan juga tidak merugikan bagi beton

itu sendiri, misalnya pengecoran yang tidak sempuma sehingga akan

mengurangi mutu beton.

Macam-macam peralatan yang memuaskan dalam pemakaiannya

sehingga patut dipertimbangkan, sebagai contoh adalah 'power buggy'

yang dapat mengecor bahan beton yang dibawanya, langsung ke bidang

pengecoran. Tetapi bilamana 'concrete haulers' (pengangkut bahan

beton) tidak dapat secara langsung mengecor ke bidang pengecoran,

maka 'hauling equipment' lain, seperti 'concrete bucket', 'conveyor' dan

pompa dapat dipertimbangkan untuk dipakai.

1. 'Bucket' untuk Pengecoran Beton

'Bucket' yang dipakai untuk pengecoran beton ini, dilengkapi dengan

kabel-kabel pengangkat dari 'crane'.

'Discharge opening' pengangkat dari 'crane' pada 'bucket' dapat

dioperasikan secara 'manual' atau dengan tenaga lain. Bagi yang

dioperasikan secara 'manual', 'gate' mempunyai sebuah tuas ('lever')

untuk membuka gate tersebut. Cara yang paling effektif untuk

Page 66: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -40

mengoperasikan 'gate', adalah dengan tambahan tenaga yang

dihasilkan oleh kompresor udara.

'Concrete bucket' yang dipakai diklasifikasikan berikut :

a. 'Light weight bucket' untuk pekerjaan ringan

b. 'Standard duty bucket' untuk pekerjaan sedang

c. 'Heavy duty bucket' untuk pekerjaan berat

2. 'Conveyor' (Ban Berjalan)

'Belt conveyor' untuk membawa bahan cor beton dibuat dengan

rancangan khusus, sehingga cocok untuk pekerjaan ini. Alat ini

ditopang oleh 'roller' yang berputar, sehingga dapat mengurangi effek

pemisahan bahan cor beton akibat goncangan.

Lebar 'belt' ini mulai dari 12 sampai 16 'inch' dan panjangnya 24

sampai 60 'feet'.

'Conveyor' biasa dapat beroperasi pada sudut kemiringan 30o

terhadap horizontal, dengan kecepatan yang tetap rendah. Untuk

'special belt conveyor', sudut kemiringan ini dapat dinaikkan hingga

40o.

'Concrete belt conveyor' dapat digerakkan dengan tenaga tersendiri

pada 'roller'-nya dan kecepatan yang diberikan oleh tenaga tadi dapat

mendapai 500 fpm. Dengan kecepatan ini 'belt conveyor' dapat

memberikan 150 cu.yd./jam adukan beton. Untuk daerah operasi

yang luas, 'belt conveyor' ini dapat disambung seri.

e. Pompa Beton ('Concrete Pump Equipment')

Kegunaan dari pompa beton, adalah untuk menyalurkan bahan cor beton

melalui sebuah saluran yang tertutup ke tempat pengecoran. Hal ini

karena campuran-campuran beton berupa cairan, sehingga

memungkinkan untuk dipompa melalui suatu pipa atau slang. Pipa dan

slang ini dapat dipasang secara kombinasi vertikal dan horizontal atau

miring, sehingga pemompaan merupakan metode yang luwes untuk

memindahkan campuran beton ke seberang tempat pada bidang

pengecoran dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan

dengan pembawaan material cara lainnya.

Page 67: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -41

Cara pompa beton telah dicoba pada pekerjaan pembuatan terowongan

yang nyatanya merupakan metode yang cocok dari rnetode-metode

pengecoran yang tersedia.

Selain digunakan dalam pembuatan terowongan, ternyata cara ini juga

cocok untuk pengecoran jembatan, lantai dan dinding yang panjang

(misalnya dalam pekerjaan stadion dan lain-lain). Pada pokoknya cara ini

cocok untuk kondisi lapangan yang sulit, seperti sempit dan sesak atau

tidak terdapat jalan jika dioperasikan 'bucket' dengan 'crane' atau 'buggy'.

Produksi pompa beton ini beragam, antara 10 sampai 100 cu.yd./jam.

Dalam kenyataannya produksi tentunya tergantung kepada beberapa hal,

antara lain:

1. Jenis pompa yang dipakai

2. Ukuran pipa pengecor

3. Effisiensi operasi

4.2.6 Alat -Alat Besar Lainnya

a. Alat Pemancang Tiang

Dalam pembuatan jembatan dan lain-lain, jika ternyata daya dukung

tanah yang ada sangat jelek, kecil dan tidak memenuhi syarat, maka

hal ini akan mengakibatkan ambruknya jembatan karena 'settlement'

yang berlebihan.

Pada tanah ini, untuk keperluan pondasi jembatan tersebut

dipancangkan suatu tiang yang dimaksudnya untuk mendapatkan daya

dukung tanah yang memenuhi syarat. Karena tiang yang dipancang

cukup berat dan panjang, maka diperlukan peralatan khusus untuk

pekerjaan tersebut.

Alat-alat yang diperlukan untuk pemancangan tiang ini antara lain:

Pile Driving Hammer

'Pile driving hammer' bekerja dengan tenaga pukulan yang diberikan ke

ujung tiang dan tenaga yang dibutuhkan untuk memancang tiang ini,

dapat ditentukan dengan rumus 'Engineering News' sebagai berikut :

2 b.h 2 E L ------------ = ----------- s + 0,1 s + 0,1

dimana :

Page 68: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -42

L = Daya dukung tiang yang didasarkan pada angka keamanan 6

('pound')

b = Berat pemukul ('pound')

h = Tinggi jatuh pemukul ('feet')

s = Masuknya tiang ke dalam tanah setiap pukulan ('inch')

E = Tenaga yang dibutuhkan untuk memancang ('foot-pound')

'Pile driving hammer' yang disebut juga 'impact hammer' ada

beberapa jenis sebagai berikut :

1. 'Drop hammer'

Alat ini adalah sebuah pemukul dengan berat tertentu (b) yang

ditarik dengan kabel penarik sampai ketinggian tertentu pula (h),

kemudan dijatuhkan dan mengenai bidang atas (ujung) tiang

pancang. Dengan pukulan ini tiang pancang masuk ke dalam

tanah. Untuk menghindarkan kerusakan pada tiang di bagian

atas tiang biasanya dipasang blok peredam.

2. 'Single Acting Hammer'

Alat ini menggunakan tekanan dalam sebuah silinder. Tekanan

uap ini, adalah alat pemukul ('ram ') naik yang merupakan

sebuah katup/klep yang dipasang pada silinder tersebut dan

melepaskan tekanan uap yang ada dalam silinder. Akibatnya

'ram' tadi jatuh dan memukul bagian atas dari tiang dan

demikian berjalan terus-menerus. Biasanya banyaknya pukulan

berjumlah antara 50 sampai 80 kali per menit.

3. 'Double Acting Hammer'

'Hammer' ini juga mengglinakan tekanan udara, dengan adanya

suatu sistem klep yang dipasang sedemikian rupa, sehingga

tekanan diberikan dalam dua arah, yaitu:

Tekanan ke atas untuk mengangkat 'ram' dan kemudian 'ram'

jatuh akibat berat sendiri. Di samping berat sendiri, 'ram' juga

ditambah dengan tekanan udara ke arab bawah.

Keuntungan dari double acting hammer adalah bahwa pukulan-

pukulan selama pemancangan bisa lebih kontinyu.

Page 69: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -43

4. Differential hammer

Hammer ini mempunyai ruang tekanan piston atas dan bawah,

mendapatkan tenaga dari perbedaaan tekanan di kedua ruang

tekanan piston tadi.

Prinsipnya hampir sarna dengan single acting hammer ataupun

double acting hammer, tetapi frekwensi pemukullebih

cenderung sarna dengan double acting hammer.

5. Diesel hammer.

Tipe ini dari hammer aclalah diesel hammer, tipe ini

mendapatkan energi dari dua sumer, pertama akibat berat

sendiri ram akibat tekanan udara, kedua akibat pembakaran

motor diesel.

Gambar 4.28

b. Tower Crane

Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material

secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang

gerak yang terbatas, menurut Susy Fatena R, Ir, MSc dalam bukunya

Alat Berat untuk proyek konstruksi. Tipe crane dibagi berdasarkan cara

crane.

1. Free Standing Crane

Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi

yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus

mencapai ketinggian yang besar maka kadang-kadang digunakan

pondasi dalam seperti tiang pancang. Tiang pancang (mast) diletakan

diatas dasar dengan diberi ballast sebagai penyeimbang

Page 70: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -44

(counterweight). Syarat dari pondasi crane adalah pondasi tersebut

harus mampu menahan momen, berat crane dan berat material yang

diangkat.

Tipe jib atau lengan pada tower crane ada dua yaitu sddle jib dan

luffing jib. Saddle jib adalah lengan yang mendatar dengan sudut 900

terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak

3600, sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan

dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur

lebih dari 900. dengan kelebihan ini maka hambatan pada saat

lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian pergerakan tower

dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang

menggunakan saddle jib.

2. Rail Mounted Crane

Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk

bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang

gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini

adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakank pada

permukaan datar sehingga tiang tidak menjadi miring.

Crane jenis ini digerakkan dengan menggunakan motor pengerak.

Jika kemiringan tiang melebihi 1/200 maka motor penggerak tidak

mampu menggerakan crane. Selain itu juga perlu diperhatikan desai

rel pada tikungan karena tikungan yang terlalu tajam akan

mempersulit motor penggerak untuk menggerakan alat.

Ketinggian maksimum rail mounted crane adalah 20 meter dengan

berat beban yang diangkat tidak melebihi 4 ton. Batasan ini perlu

diperhatikan untuk menghindari jungkir, mengingat seluruh badan

crane bergerak pada saat pengangkatan material. Walaupun

kapasitas angkut dan ketinggian yang terbatas namun keuntungan

dari rail mounted crane adalah jangkauan yang lebih besar sesuai

dengan panjang rel yang tersedia.

3. Tied in Crane

Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter.

Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100m, maka crane

harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan. Fungsi

dari penjangkaran ini adalah untuk menahan gaya horizontal. Dengan

demikian crane tipe tied in tower crane dapat mencapai ketinggian

sampai 200 meter.

Page 71: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -45

4. Climbing Crane

Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane

adalah crane panjat atau climbing crane. Crane tipe ini diletakan

didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane

bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan

dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks.

5. Bagian Crane

Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib,

counter weight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal

yang berdiri diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal

yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan.

Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan

counter weight sebagai penyeimbang beban. Trolley merupakan alat

yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk memindahkan

material secara horizontal pada trolley tersebut dipasangkan hook a

tau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat

material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib

supaya tetap dalam kondisi lurus 900 terhadap tiang utama. Pada

bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat ruang operator dan

dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring berfungsi untuk

memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan

alat untuk menambah ketinggian crane.

6. Kriteria Pemilihan Tower Crane

Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material

didasarkan pada kondisi lapangan yang tidak luas, ketinggian yang

tidak terjangkau oleh alat lain dan tidak dibutuhkannya pergerakan

alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum proyek tersebut

dimulai. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengoperasiannya

crane harus diletakan di suatu tempat yang tetap selama proyek

berlangsung, sehingga crane harus mampu memenuhi kebutuhan

akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya

sesuai dengan daya jangkau yang ditetapkan. Selain itu, pada saat

proyek telah selesai pembongkaran crane harus dapat dilakukan

dengan mudah. Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus

mempertimbangkan :

a. Situasi proyek

b. Bentuk struktur bangunan

Page 72: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -46

c. Kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun

pada saat pembongkaran

d. Ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan

Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan

atas berikut ini :

a. Berat, dimensi dan daya jangkau pada beban terberat

b. Ketinggian maksimum alat

c. Perakitan alat di proyek

d. Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya

e. Ruang yang tersedia untuk alat

f. Luas area yang harus dijangkau alat

g. Kecepatan alat untuk memindahkan material

7. Kapasitas Tower Crane

Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor yang perlu

diperhatikan adalah bahwa jika material yang diangkut oleh crane

melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu

berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :

a. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari ketinggian alat

b. Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat.

c. Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari

kapasitas alat.

Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat

adalah berikut ini :

a. Kekuatan angin terhadap alat

b. Ayunan beban pada saat dipindahkan

c. Kecepatan pemidahan material

d. Pengereman mesin dalam pergerakannya

Kapasitas pengangkatan material oleh crane ditentukan berdasarkan

tabel-tabel dan gambar-gambar di bawah ini. Pada saat menghitung

beban sebaiknya ditambahkan 5% dari total beban untuk faktor

keamanan.

4.3 LANGKAH-LANGKAH MOBILISASI PERALATAN :

a. Izin Pemasukan Barang / Peralatan

Bila kontraktor bermaksud untuk mendatangkan barang / peralatan dan

kendaraan dari luar negeri yang diperlukan dalam proyek, maka prosesnya

adalah sebagai berikut :

Page 73: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -47

1) Kepala Proyek mengajukan master list of equipment / daftar induk peralatan

yang akan didatangkan Kepada Perusahaan / Instansi Pusat untuk diajukan

persetujuan Pimpro / Pimbagpro

2) Apabila kontraktor akan mengimpor barang / peralatan yang belum

diproduksi di dalam negeri, maka diperlukan permohonan dari kontraktor

dengan persetujuan Pimpro / Pimbagpro

3) Pemimpin proyek / Instansi Pusat mengajukan / membuat rekomendasi yang

ditujukan kepada Direktur Impor Departemen Perdagangan untuk

memperoleh persetujuan impor dengan fasilitas OB-23.

4) Apabila disetujui, maka Direktorat Impor Departemen Perdagangan akan

menerbitkan Surat Persetujuan Impor yang ditujukan kepada proyek /

Instansi Pusat.

5) Dengan dasar persetujuan ini dan pemberitahuan dari kontraktor tentang

data pengapalan barang / peralatan, proyek / Instansi Pusat akan membuat

rekomendasi yang ditujukan ke Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk

memperoleh fasilitas pemasukan barang impor.

6) Direktorat Jenderal Bea Cukai kemudian akan menerbitkan surat persetujuan

berupa surat keputusan.

b. Izin Pengoperasian Peralatan / Kendaraan

Izin ini dapat diperoleh dari pihak kepolisian dengan mengikuti prosedur yang

berlaku.

c. Izin Penggunaan Jalan / Jembatan

Perlunya mendapatkan izin ini antara lain untuk menghindari terjadinya hal-hal

yang tidak diinginkan, misalnya : rusaknya jalan karena perulangan / repetisi

beban kendaraan yang berlebihan atau ambruk jembatan karena beban yang

melebihi kemampuan jembatan, sehingga perlu batasan berat muatan. Izin ini

dimintakan persetujuannya ke Dinas Angkutan Lalu Lintas Jalan Raya dengan

mengikuti prosedur yang berlaku.

d. Komposisi Peralatan

Pimpro / Pimbagrpo harus memeriksa tentang kecukupan dan komposisi armada

peralatan (fleet) yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan. Artinya apakah

kemampuan alat-alat berat tersebut telah sesuai dengan keperluan, sesuai

dengan keadaan setempat serta jenis dan jumlahnya telah mencukupi untuk

melaksanakan pekerjaan, supaya jangan terjadi ketimpangan yaitu ada jenis

peralatan yang jumlah / kemampuanya berlebihan dan ada jenis peralatan yang

jumlah / kemampuannya sangat kurang.

Page 74: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -48

e. Pendatangan Peralatan-peralatan Berat

Sebelum mendatangkan peralatan-peralatan berat ke lokasi pekerjaan kontraktor

wajib meneliti kondisi jalan, jembatan, gorong-gorong, dermaga dan lain-lainnya

yang akan dilalui oleh alat-alat berat tersebut dan harus juga mempertimbangkan

kekuatan strukturnya setelah alat-alat berat tersebut digunakan dan dimuati

beban. Kontraktor harus mendatangkan peralatan berat itu seperlunya saja,

sehingga tidak akan menimbulkan masalah / hambatan bagi lalu lintas umum.

Didalam pemasangannya, Pimpro / Pimbagpro harus mengacu pada daftar

peralatan yang dilampirkan oleh kontraktor pada waktu mengajukan penawaran

dalam pelelangan.

4.4 ACUAN MOBILISASI PERALATAN

a. Acuan Perencanaan dan Penjadwalan

Acuan mobilisasi peralatan adalah daftar kebutuhan dan jadwal mobilisasi yang

sudah ditentukan dalam perencanaan dan penjadwalan pelaksanaan proyek.

Sehubungan dengan itu perhatikan dan teliti dengan cermat kebutuhan peralatan

sesuai jenis maupun jumlah sesuai kapasitas dan produktivitas yang ditentukan.

b. Acuan Dalam Dokumen Kontrak

Agar supaya tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan dalam dokumen

kontrak maka pelaksanaan mobilisasi peralatan supaya selalu memperhatikan

hal-hal yang tertuang dalam syarat umum kontrak antara lain:

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Lalu lintas Luar Biasa

(1) Kontraktor harus menggunakan cara yang

wajar untuk mencegah rusaknya jalan atau

jembatan yang menghubungkan lapangan

atau jalan menuju lapangan oleh lalu lintas

kontraktor atau sub kontraktornya.

Kontraktor harus memilih jalan, memilih dan

menggunakan kendaraan dan membatasi

serta membagi beban muatan agar lalu lintas

yang luar biasa yang tidak dapat dihindarkan

akibat pemindahan peralatan dan bahan dari

dan ke lapangan, sejauh mungkin dibatasi

agar tidak terjadi kerusakan atau musibah

yang tidak perlu pada jalan dan jembatan

yang dilalui

Page 75: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -49

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Muatan Khusus (2) Apabila ternyata bahwa kontraktor perlu

memindahkan peralatan kontraktor, mesin

atau unit pekerjaan atau bagian dari unit

tersebut yang telah dirakit dan pemindahan

tersebut mungkin merusak jalan atau

jembatan kalau tidak dilakukan perlindungan

atau perkuatan khusus, maka sebelum

muatan tersebut dipindahkan, kontraktor

harus memberitahukan kepada Direksi

Pekerjaan secara tertulis yang

memberitahukan berat dan keterangan

lainnya serta usulannya untuk perlindungan

dan perkuatan jalan atau jembatan tersebut

dan pemindahan itu harus boleh dilaksanakan

apabila sudah diperoleh persetujuan dari

Direksi Pekerjaan. Dengan ketentuan, biaya

dan pengeluaran untuk itu akan ditanggung

oleh kontraktor kecuali ditetapkan lain dalam

syarat khusus kontrak pasal 30 ayat (2).

Penyelesaian

Klaim Akibat Lalu

Lintas Luar Biasa

(3) Apabila selama pelaksanaan pekerjaan atau

sewaktu-waktu setelah itu kontraktor

mendapat klaim dan klaim itu timbul dari

pelaksanaan, penyelesaian atau perbaikan

pekerjaan berkenaan dengan kerusakan jalan

atau jembatan, kontraktor harus dengan

segera memberitahukan hal itu kepada Direksi

Pekerjaan.

Bila klaim atau sebagian dari klaim itu

menurut pendapat Direksi Pekerjaan timbul

oleh karena kontraktor tidak mematuhi dan

tidak melaksanakan kewajibannya sesuai ayat

(1) dan (2) pasal ini, maka kontraktor wajib

dengan segera memperbaiki kerusakan

tersebut dengan biayanya sendiri sesuai

dengan instruksi Direksi Pekerjaan, kecuali

Page 76: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -50

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

jika kerusakan tersebut disebabkan oleh

kesalahan pemilik, wakilnya atau petugasnya,

biayanya akan ditanggung oleh pemilik dan

selanjutnya pemilik akan merundingkan

penyelesaian dan membayar seluruh uang

yang harus dibayarkan berkenaan dengan

klaim tersebut dan akan membebaskan

kontraktor dari kewajibannya membayar ganti

rugi berkenaan dengan itu dan yang

berkenaan dengan klaim, proses pengadilan,

ganti rugi, biaya, ongkos dan semua biaya

yang berhubungan dengn itu semua.

Lalu lintas Air (4) Apabila karena sifat pekerjaan mengharuskan

kontraktor menggunakan transportasi air,

maka ketentuan terdahulu mengenai jalan

dalam pasal ini harus ditafsirkan meliputi pintu

air, dermaga, tanggul atau bangunan lain

yang berhubungan dengan alur pelayanan

dan kendaraan harus ditafsirkan termasuk

kapal dan harus berlaku ketentuan yang

sesuai dengannya. Tidak ada ketentuan

apapun yang termuat didalam pasal ini yang

akan membebaskan kontraktor dan sub

kontraktor dari ketaatan kepada peraturan

perundangan negata yang mengatur lalu lintas

di jalan, jembatan atau alur pelayaran.

Kebersihan

Lapangan

32 Selama pelaksanaan, penyelesaian dan

perbaikan pekerjaan, kontraktor harus

membebaskan lapangan dari rintangan dan

sewaktu-waktu bila diarahkan oleh Direksi

Pekerjaan, kontraktor harus menyimpan atau

menyingkirkan peralatan kontraktor dan dari

lapangan segala puing dan sampah atau

pekerjaan sementara yang tidak diperlukan

lagi.

Page 77: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -51

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Peralatan dan

lain-lain,

penggunaan

semata-mata

pekerjaan

(1) Seluruh peralatan kontraktor, pekerjaan

sementara dan bahan-bahan yang disediakan

kontraktor, bila dibawa ke lapangan harus

dianggap hanya dimaksudkan untuk

pembangunan dan penyelesaian pekerjaan.

Kontraktor tidak boleh memindahkan barang

tersebut dari Direksi Pekerjaan, kecuali

memindahkannya dari suatu bagian lapangan

ke bagian yang lain atau mengembalikan

peralatan atau alat yang disewa kepada

pemilik yang sah dalam hal kontraktor gagal

memenuhi kewajiban sewanya.

Kontraktor harus mengadakan perjanjian

resmi secara tertulis dengan sub kontraktor,

sub kontraktor yang ditunjuk atau orang-orang

lain yang menyewakan peralatan atau alat

kepada kontraktor untuk menjamin bahwa

semua ketentuan pasal ini berlaku atas semua

peralatan atau alat tersebut tanpa

memandang mengenai pemiliknya.

Pemilik tidak

bertanggung

jawab atas

kerusakan

Peralatan

(3) Pemilik tidak bertanggung jawab atas

kehilangan atau kerusakan peralatan

kontraktor, pekerjaan sementara atau bahan-

bahan, kecuali sebagaimana yang disebutkan

dalam syarat umum kontrak pasal 20 ayat (2)

(Resiko yang dikecualikan) dan pasal 65 ayat

(1) (Tidak ada tanggung jawab atas resiko

khusus)

Ongkos Bongkar

Muat

(4) Kontraktor harus bertanggung jawab semua

biaya yang berhubungan dengan bongkar

muat setiap peralata, bahan-bahan atau

barang-barang lain yang dibawa masuk ke

atau dikirim dari wilayah Indonesia oleh

kontraktor untuk keperluan kontrak. Apaila

diperlukan pemilik akan membantu kontraktor

Page 78: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -52

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

dalam memperoleh izin pengeluaran peralatan

konstruksi, bahan-bahan dan barang-barang

lain yang diperlukan bagi pekerjaan dari

pabean.

Izin masuk Bukan

Persetujuan atas

Bahan-bahan

(5) Pelaksanaan pasal 53, ayat (1) (peralatan, dll

penggunaan semata-mata untuk pekerjaan)

tidak boleh dianggap merupakan persetujuan

Direksi Pekerjaan mengenai bahan-bahan

atau hal lainnya yang disebut dalam pasal 53

Ayat (1), maupun mencegah penolakan

bahan-bahan tersebut sewaktu-waktu oleh

Direksi Pekerjaan.

Page 79: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -1

BAB V

MOBILISASI MATERIAL

5.1 UMUM

Fungsi sumber daya bahan / material termasuk sumber daya alam yang sudah

mendapatkan perlakuan misalnya sudah disurvei dan dipatok dan bahan / material

yang diproduksi di pengolahan / pabrik, merupakan salah satu unsur sumber daya

yang dibentuk dengan metode, teknik dan prosedur sehingga menjadi produk jadi

sesuai dengan yang direncanakan.

Sehubungan dengan itu sumber daya bahan / material merupakan bahan material

yang ”harus” ada atau diadakan sesuai kebutuhan.

Dalam rangka mobilisasi bahan / material banyak hal-hal yang perlu perhatian

antara lain :

(1) Mobilisasi bahan / material dan alat-alat berat

Lalu lalangnya kendaraan / alat-alat berat dengan keseringan tinggi akan

berdampak :

a. Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan

Penanganannya dengan mengatur kecepatan kendaraan dan penyiraman

secara berkala.

Pemantauan : Perhatikan keluhan masyarakat.

b. Timbulnya kerusakan jalan pada jalan yang sudah ada.

Penanganannya dengan memelihara dan memperbaiki jalan secara rutin dan

pembatasan muatan kendaraan.

Pemantauan : Perhatikan kondisi jalan yang sudah ada.

(2) Pembuatan/Pengoperasian „Base Camp“, Bengkel, Gudang dan

sebagainya.

a. Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan

Dampak ini diatasi dengan pengaturan pelaksanaan dan pemakaian alat

peredam bising dan penyaring debu.

Pemantauan : Perhatikan keluhan masyarakat.

b. Timbulnya genangan air dan pencemaran pada badan air dan sumber air.

Dampak ini diatasi dengan menggunakan sistem drainase yang baik dan

membuat kolam penampung limbah.

Pemantauan : Perhatikan kualiatas air.

Page 80: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -2

c. Gangguan terhadap flora

Penanganannya dengan menerapkan sistem drainase yang baik dan

membuat kolam penampung limbah.

Pemantauan : Perhatikan kondisi flora di sekita proyek.

5.2 KEBUTUHAN BAHAN / MATERIAL

Kebutuhanb bahan / material seharusnya sudah dihitung pada saat perencanaan

dan penjadwalan sumber daya. Teliti dengan cermat kebutuhan sumber daya

material terdiri dari jenis material apa yang dibutuhkan dan berapa volume atau

jumlahnya.

Dengan memegang daftar kebutuhan bahan lengkap dengan jadwal kebutuhan

bahan material dapat dilakukan pesanan bahan / material yang dibutuhkan jangka

waktu tertentu.

Perlu dipertegas bahan / material yang dibutuhkan proyek diadakan oleh

perusahaan atau didelegasikan kepada proyek. Apabila pengadaannya

didelegasikank / diserahkan kepada proyek, maka pihak proyek harus menyiapkan

pesanan-pesanan kepada pemasok bahan / material.

5.3 ACUAN MOBILISASI MATERIAL

Yang pasti tentang mutu bahan / material termasuk dimensi dan ukuran-ukurannya

tertuang dalam spesifikasi dan gambar kontrak.

Sedangkan ketentuan lain termasuk mobilisasi bahan / material ada pengaturan lain,

antara lain tertuang dalam syarat umum kontrak sebagai berikut :

SUBSTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Mutu Bahan, Mutu

Pekerjaan dan

Pengujian

(1) Semua mutu bahan dan mutu pengerjaan harus

ssuai dengan masing-masing jenis yang diuraikan

dan dirinci dalam kontrak dan sesuai dengan

instruksi Direksi Pekerjaan yang sewaktu-waktu

dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk

diadakan pengujian di tempat pembuatan barang

atau di pabrik atau di lapangan atau di tempat-

tempat lain untuk pengujian.

Pekerjaan untuk diadakan pengujian di tempat

pembuatan barang atau di pabrik atau di lapangan

atau di tempat-tempat lain untuk pengujian.

Kontraktor harus menyediakan bantuan, peralatan,

mesin, tenaga kerja dan bahan yang biasanya

Page 81: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -3

SUBSTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

diperlukan dan mutu, bahan sebanyak yang

digunakan dan atas inisiatifnya sendiri

menyediakan contoh bahan yang mungkin dipilih

atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan untuk

pengujian sebelum digunakan dalam Pekerjaan.

Biaya contoh (2) Semua contoh harus disediakan oleh kontraktor

dengan biaya sendiri apabila penyediaan itu

secara jelas diwajibkan dalam kontrak, tetapi

apabila tidak maka biayanya ditanggung Pemilik.

Biaya Pengujian (3) Biaya untuk melakukan pengujian harus

ditanggung oleh kontraktor apabila penyediaan

tersebut secara jelas diwajibkan atau ditentukan

dalam kontrak dan khusus untuk pengujian

denhgan beban atau pengujian untuk memastikan

apakah rancangan pekerjaan yang telah selesai

atau sebagian telah selesai sesuai dengan tujuan

yang harus dipenuhinya, harus dijelaskan secara

khusus di dalam kontrak dengan cukup rinci untuk

memungkinkan kontraktor memasukkan biaya itu

kedalam penawarannya.

Biaya Pengujian yang

Tidak Tersedia dan

lain-lain

(4) Apabila pengujian diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan dalam hal :

a. Tidak diwajibkan atau tidak ditentukan dalam

kontrak

b. Tidak dijelaskan secara khusus bahwa

diwajibkan dalam kontrak, atau

c. Diwajibkan atau ditentukan dalam kontrak,

tetapi Direksi Pekerjaan memerintahkan

pengujian itu dilaksanakan oleh pihak di tempat

lain, selain dari lapangan atau tempat

pembuatan barang atau pabrik dari bahan-

bahan yang diuji.

Maka apabila pengujian menunjukkan bahwa mutu

pengerjaan atau bahan-bahan tidak sesuai dengan

ketentuan-ketentuan kontrak atau instruksi Direksi

Pekerjaan, biaya pengujian tersebut harus

ditanggung oleh kontraktor, tetapi bila sebaliknya

maka biaya pengujian itu ditanggung oleh pemilik.

Page 82: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -4

SUBSTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Pemeriksaan Lapangan (5) Direksi Pekerjaan dan setiap orang yang diberi

kuasa olehnya, setiap waktu harus boleh dan

dapat memasuki lapangan dan semua bengkel

serta tempat-tempat pekerjaan dilaksanakan dan

dibuat atau tempat bahan diproduksi atau barang

atau mesin diperoleh untuk pekerjaan. Kontraktor

harus menyediakan fasilitas dan bantuan untuk

dapat memasuki lapangan tersebut.

Pemeriksaan Pekerjaan

Sebelum Ditutup

(6) (1) Tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan,

pekerjaan tidak boleh ditutup atau menjadi

tidak tampak. Kontraktor harus memberikan

kesempatan penuh kepada Direksi Pekerjaan

untuk memeriksa pondasi sebelum pekerjaan

permanen dibangun diatasnya.

Kontraktor harus memberitahukan pada

waktunya kepada Direksi Pekerjaan apabila

pekerjaan atau pondasi telah siap atau hampir

siap untuk diperiksa dan Direksi Pekerjaan

tanpa penundaan yang tak beralasan, akan

hadir dengan tujuan memeriksa pekerjaan

atau pondasi tersebut, kecuali apabila dia

menganggap tidak perlu dan

memberitahukannya kepada kontraktor.

Namun, jika ternyata kontraktor menutup

pekerjaan tanpa mematuhi ketentuan di atas,

maka bila Direksi Pekerjaan menghendaki,

Direksi Pekerjaan dapat meminta pekerjaan

dibuka kembali untuk pemeriksaan dan

kontraktor tidak akan memperoleh

penggantian biaya.

(2) Kontraktor harus membuka kembali bagian

atau bagian-bagian pekerjaan atau membuat

lubang pemeriksaan, didalam atau melalui

Pekerjaan, apabila sewaktu-waktu diarahkan

oleh Direksi Pekerjaan dan harus memulihkan

dan memperbaiki bagian atau bagian-bagian

tersebut sesuai dengan kontrak dan atau

yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Jika bagian atau bagian-bagian tersebut yang

Page 83: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -5

SUBSTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

telah ditutup atau yang menjadi tidak tampak

telah mematuhi persyaratan ayat (1) pasal ini,

tetapi diminta kembali, pembuatan lubang

pemeriksaan, pemulihan dan perapihan

bagian-bagian tersebut ditanggung oleh

pemilik. Dalam hal pekerjaan tersebut

ternyata tidak dilaksanakan sesuai dengan

kontrak, maka seluruh biayanya harus

ditanggung oleh kontraktor.

Pembersihan Pekerjaan

yang Tidak Baik dan

Bahan yang Tidak

Memenuhi Syarat

(7) Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi

Pekerjaan sewaktu-wktu berwenang untuk

memerintahkan secara tertulis :

a. Penyingkiran bahan dari lapangan yang

menurut Direksi Pekerjaan tidak sesuai

dengan kontrak

b. Penggantian bahan dengan bahan yang tepat

dan sesuai, dan

c. Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu

pekerjaan atau bagian daripadanya yang

bahan dan mutu pekerjaannya menurut

pendapat Direksi Pekerjaan tidak sesuai

dengan kontrak, meskipun sebelumnya telah

dilakukan pengujian atau telah dilakukan

pembayaran angsuran untuk pekerjaan atau

bagiani pekerjaan tersebut.

Page 84: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-1

BAB VI

DEMOBILISASI SUMBER DAYA

6.1 DEMOBILISASI SUMBER DAYA

Pada prinsipnya demobilisasi sumber daya terjadi atas dasar 4 sebagai yaitu :

1. Tidak diperlukan lagi

2. Pemutusan kontrak sebelum pekerjaan selesai

3. Pekerjaan sudah selesai

4. Karena sebab khusus

Unsur-unsur sumber daya yang tidak dipergunakan lagi seyogyanya harus

didemobilisasi karena dilihat dari segi bisnis akan menjadi beban tersendiri dan

dapat menimbulkan kerugian.

6.2 DEMOBILISASI TENAGA KERJA

6.2.1 Sebab-sebab Demobilisasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang tidak diperlukan lagi karena :

a. Sudah habis kontraknya

b. Tidak atau dianggap tidak mampu melakukan tugas

c. Karena sebab lain

6.2.2 Demobilisasi Tenaga Kerja

Dalam rangka demobilisasi tenaga kerja harus arif, bijaksana dan cermat,

karena menyangkut masalah kemanusiaan yang sangat sensitif dan

peraturan perundang-undangan menyangkut kemanusiaan memang tidak

mudah diprediksi, apabila yang bersangkutan menerima dengan senang hati,

mungkin tidak ada persoalan dibelakang hari, tetapi apabila kurang atau

tidak dapat menerima kenyataan dan akan lebih rumit lagi apabila

melibatkan pihak lain untuk membantu dan membelanya, persoalannya akan

menjadi rumit.

Untuk mengatasi persoalan tenaga kerja dapat diminimalkan dengan cara

setiap permasalahan atau persoalan tenaga kerja selalu dipecahkan dan

diselesaikan mengacu peraturan perundang-undangan Ketenaga Kerjaan

Page 85: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-2

atau perburuhan secara Internasional, Nasional dan Peraturan Daerah

(Perda) setempat.

6.2.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak

Selama itu ada dasar hukum / ketentuan yang cukup relevan dan harus

dipatuhi oleh kontraktor yaitu : Ketentuan yang tertuang dalam dokumen

kontrak.

Dalam syarat-syarat umum kontrak sebagai berikut :

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Mengeluarkan

Tenaga Kerja

Kontraktor

(1) Direksi Pekerjaan berhak menolak dan

mewajibkan kontraktor memberhentikan

seseorang yang dipekerjakan oleh kontraktor

pada atau sehubungan dengan pelaksanaan,

penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang

tidak seronoh, tidak cakap atau ceroboh dalam

pelaksanaan tugasnya atau yang menurut

pertimbangan Direksi Pekerjaan orang tersebut

tidak patut dipekerjakan lagi tanpa izin tertulis

dari Direksi Pekerjaan, orang yang

diberhentikan secara demikian dari pekerjaan

harus diganti secepat mungkin dengan seorang

pengganti yang cakap yang disetujui oleh

Direksi Pekerjaan.

Pengembalian

Tenaga Kerja

(2) Kontraktor harus mempertanggung jawabkan

mengenai pengembalian ke tempat kerja

direkrut atau pengembalian ke tempat tinggal

asal mereka bekerja ketika dia direkrut dan

dipekerjakan untuk tujuan atau sehubungan

dengan kontrak dan harus mengurus orang-

orang yang akan dikembalikan tersebut dengan

cara yang sesuai sampai mereka

meninggalkan lapangan sebagaimana

mestinya.

Khusus untuk tenaga ahli asing sesudah

selesainya tugas yang diberikan dalam rangka

pelaksanaan pekerjaan, harus dikembalikan ke

negara asalnya.

Page 86: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-3

6.3 DEMOBILISASI PERALATAN

6.3.1 Nilai Penggunaan Peralatan

Peralatan khususnya peralatan berat untuk pekerjaan konstruksi sangat

mahal harganya. Bilamana kepemilikan peralatan berat dilihat sebagai

investasi maka harus dapat dihitung rasio nilai dengan nilai produktivitas

yang harus mempunyai nilai tambah atau nilai keuntungan atas pemilihan

peralatan.

Apabila dipandang lebih baik menyewa daripada membeli peralatan maka

harus dihitung secara teliti dan cermat besarnya sewa peralatan bila perlu

dapat dihitung besarnya sewa per jam minimal per hari.

Berbasis nilai sewa inilah pemakai peralatan harus jeli dan pandai-pandai

pengoperasian peralatan berat yang dikaitkan langsung dengan pencapaian

atau penyelesaian per item pekerjaan proyek.

6.3.2 Profesional Dalam Mengoperasian Peralatan

Masalah kebutuhan dan jadwal pengoperasian peralatan seharusnya sudah

dibuat pada waktu penyusunan jadwal pelaksanaan proyek.

Dengan pertimbangan biaya investasi maupun biaya sewa peralatan sangat

mahal maka kebutuhan, pemanfaatan / pengoperasian sampai demobilisasi

peralatan perlu dikelola secara proporsional dan profesional.

Bayangkan berapa nilai uang / investasi yang hilang setiap unit peralatan

yang tidak hilang setiap unit peralatan yang tidak beroperasi (idle) selama 1

(satu) jam atau 1 (satu) hari saja.

6.3.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak

Tentang demobilisasi peralatan, cukup banyak ketentuan yang tertuang

dalam syarat-syarat umum kontrak antara lain :

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Peralatan, dll

Penggunaan

Semata-mata untuk

Pekerjaan

(1) Seluruh peralatan kontraktor, pekerjaan sementara

dan bahan-bahan yang disediakan kontraktor, bila

dibawa ke lapangan harus dianggap hanya

dimaksudkan untuk pembangunan dan

penyelesaian pekerjaan. Kontraktor tidak boleh

memindahkan barang tersebut atau bagian dari

Page 87: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-4

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

padanya, tanpa izin tertulid dari Direksi Pekerjaan,

kecuali memindahkannya dari satu bagian

Lapangan ke bagian yang lain atau

mengembalikan peralatan atau alat yang disewa

kepada pemilik yang sah dalam hal kontraktor

gagal memenuhi kewajiban sewanya. Kontraktor

harus mengadakan perjanjian resmi secara tertulis

dengan sub kontraktor. Sub kontraktor yang

ditunjuk atau alat tersebut tanpa memandang

mengenai pemilikannya.

Penyingkiran

Peralatan dan lain-

lain

(2) Setelah penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus

menyingkirkan dari lapangan semua peralatan

kontraktor dan pekerjaan sementara yang masih

tersisa dan semua bahan-bahan yang tidak

terpakai yang disediakan oleh kontraktor.

Pemilik

Bertanggung jawab

atas Kerusakan

Peralatan, dll.

(3) Pemilik tidak bertanggung jawab atas kehilangan

atau kerusakan peralatan kontraktor, pekerjaan

sementara atau bahan-bahan, kecuali

sebagaimana yang disebutkan dalam syarat umum

kontrak pasal 20 ayat (2) (Resiko yang

dikecualikan) dan pasal 65 ayat (1) (Tidak ada

tanggung jawab atas resiko khusus).

Ongkos Bongkar

Muat

(4) Kontraktor harus menanggung semua biaya yang

berhubungan dengan bongkar muat setiap

peralatan, bahan-bahan atau barang-barang lain

yang dibawa masuk ke atau dikirim dari wilayah

Indonesia oleh Kontraktor untuk keperluan kontrak.

Apabila diperlukan, pemilik akan membantu

kontraktor dalam memperoleh izin pengeluaran

peralatan konstruksi, bahan-bahan dan barang-

barang lain yang diperlukan bagi pekerjaan dari

pabean.

Penyerahan

Barang-barang,

Peralatan, dll

(5) Tanpa izin dari pemilik, kontraktor tidak boleh

menjual, menyewakan atau menyerah terimakan

peralatan kontraktor, barang-barang, peralatan

atau harta benda lain yang dipergunakan bagi

pekerjaan.

Re–eksport

Peralatan

(6) Dalam hal kontraktor mengimpor peralatan

kontraktor untuk keperluan pekerjaan, maka

Page 88: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-5

SUBTANSI PASAL

AYAT (-) URAIAN

Kontraktor pemilik akan membantu kontraktor apabila

diperlukan dalam proses perolehan izin reekspor

peralatan kontraktor tersebut harus menyingkirnya

peralatan kontraktor tersebut dari lapangan

Tindakan Pemilik

setelah Kontrak

Diputus

(3) Jika kontrak diputus karena kegagalan kontraktor

sebagaimana ditetapkan dalam pasal ini, pemilik

berhak menguangkan jaminan pelaksanaan dan

jaminan uang muka sebagaimana ditetapkan

dalam syarat umum kontrak pasal 7 ayat (4) (uang

muka) untuk memperoleh kembali seluruh atau

sisa uang muka. Sanksi lain, jika ada ditetapkan

dalam syarat khusus kontrak dalam pasal 63 ayat

(3).

Kegagalan

Menyingkirkan

Peralatan

Kontraktor, dan

sebagaimana dari

Lapangan

(4) Jika kontraktor gagal atau menolak menyingkirkan

semua peralatan kontraktor atau sebagainya,

bahan atau barang kelebihan atau yang tidak

digunakan dari lapangan, kecuali yang akan

digunakan oleh pemilik dan telah diberitahukan

kepada kontraktor sebagaimana ditetapkan dala

ayat (1) pasal ini, maka pemilik berhak

mempekerjakan dan membayar pihak ketiga untuk

melakukan penyingkiran tersebut. Semua atau

ongkos untuk itu harus dipotong oleh pemilik dari

uang yang menjadi hak kontraktor.

Penyingkiran

peralatan pada

waktu kontrak

diputus

(7) Jika kontrak diputus sesuai dengan ketentuan ayat

(6) tentang : pecah perang pasal ini, kontraktor

harus secepatnya menyingkirkan semua peralatan

kontraktor dari lapangan dan harus memberikan

fasilitas yang sama kepada sub kontraktornya

untuk melakukan hal tersebut.

6.4 DEMOBILISASI MATERIAL

Persoalan demobilisasi material pada dasarnya terjadi akibat :

a. Material tidak diterima oleh Direksi Proyek (pemilik proyek)

b. Terjadi kelebihan stok penyediaan

Page 89: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-6

6.4.1 Tidak diterima (reject)

Persoalan material yang didatangkan tidak diterima dan harus ditarik kembali

biasanya karena :

1. Mutunya tidak sesuai spesifikasi

2. Ukuran dan dimensi juga menyimpang dari spesifikasi

Dalam hal ini akan menjadi tambahan menyangkut kembali dan mungkin

dapat terjadi material mungkin tidak dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan lain

yang akhirnya bisa menimbulkan tambahan beban lagi tentang

penyimpangan dan penyediaan tempat atau gudang dan masih ada lagi

persoalan lainnya yaitu keamanan yang kadang membutuhkan tenaga

pengamanan yang perlu dibayar.

Dengan gambaran umum diatas maka seyogyanya kontraktor dengan

ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.

6.4.2 Kelebihan stok penyediaan

Dapat terjadi stok penyediaan material lebih karena salah perhitunhan atau

mungkin terjadi optimasi proyek atau perubahan desain yang tidak

memerlukan lag sejumlah bahan yang sudah tersedia.

Dalam hal ini mobilisasi material menjadi gampang-gampang susah, bagi

kontraktor yang cukup mampu dan sudah mendapat keuntungan,

direkomendasikan sisa material akan lebih baik lagi apabila disumbangkan

kepada masyarakat lingkungan kepada proyek untuk pembangunan

kepentingan / fasilitas umum.

6.4.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak

Selain hal-hal tersebut diatas kontraktor tidak boleh mengabaikan ketentuan-

ketentuan dalam dokumen kontrak antara lain tertuang dalam syarat-syarat

umum kontrak sebagai berikut :

Subtansi Pasal ayat

Uraian

Pemeriksaan Lapangan

(1) Direksi Pekerjaan dan setiap orang yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu harus boleh dan dapat memasuki lapangan dan semua bengkel serta tempat-tempat pekerjaan dilaksanakan dan dibuat atau tempat bahan, diproduksi atau barang atau mesin diperloleh untuk pekerjaan. Kontraktor harus menyedian fasilitas dan bantuan untuk dapat memasuki Lapangan tersebut.

Page 90: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-7

Subtansi Pasal ayat

Uraian

Pembersihan Pekerjaan yang Tidak Baik dan Bahan yang Tidak Memenuhi Syarat

(2) Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi Pekerjaan sewaktu-waktu berwenang untuk memerintahkan secara tertulis :

a. Penyingkiran bahan dari lapangan yang menurut Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak

b. Penggantian bahan dengan bahan yang tepat dan sesuai, dan

c. Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu pekerjaan atau bagian daripadanya yang bahan dan mutu pengerjaannya menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak, meskipun sebelumnya telah dilakukan pengujian atau telah dilakukan pembayaran angsuran untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tersebut.

Kelalaian Kontraktor Melaksanakan Perintah

(3) Dalam hal terjadi kelalaian kontraktor dalam melaksanakan perintah tersebut di atas, maka pemilik berhak mempekerjakan orang lain untuk melaksanakan perintah tersebut. Semua pengeluaran sebagai konsekuensi dari kontraktor dan pemilik dapat menahan pembayaran uang yang menjadi hak atau menjadi hak kontraktor, sampai kontraktor membayar pengeluaran tersebut.

Page 91: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Rangkuman

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-1

RANGKUMAN

Bab 1

1. Unsur utama sumber daya adalah 5M (Manusia, Material, Money, Methode, Machine)

2. Sumber daya manusia adalah sebagai insiator berfungsinya sumber daya lainnya

dengan cara memberikan jasanya untuk menghasilkan suatu produk sesuai yang

direncanakan.

3. Sumber daya selebihnya

a. Sumber daya methode adalah suatu teknik atau cara melakukank tugas pekerjaan

dengan menggunakan fasilitas untuk meningkatkan / melipatgandakan “jasa”

manusia.

b. Sumber daya peralatan untuk memperjelas pemenuhan/ tuntutan spesifikasi dan

melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia.

c. Sumber daya bahan / material termasuk sumber daya alam yang sudah mendapat

perlakuan (disurvey atau dipatok) dan bahan material yang diproduksi di

pengolahan / pabrik.

d. Sumber daya uang sebagai alat pengendali utama dan ukuran keterkaitan/

ketergantungan.

Bab 2

1. Sebelum melakukan mobilisasi sumber daya antara lain Kepala Proyek, Direksi

Pengguna Jasa dan Konsultan Supervisi melakukan PCM (Pre Construction Meeting)

rapat pra pelaksanaan.

2. Konstruksi sudah menyiapkan site plan (Rencana Tata Letak Lapangan) secara

matang.

3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat, pemerintah daerah / instansi terkait.

Bab 3

1. Langkah-langkah mobilisasi tenaga kerja sebagai berikut :

a. Kepala Proyek membuat dan mengajukan daftar induk kebutuhan tenaga kerja

kepada perusahaan induk untuk diajukan/ dimintakan persetujuan Direksi

pengguna jasa.

b. Apabila akan menggunakan/ mendatangkan tenaga kerja asing harus ditempuh

prosedur khusus mengacu ketentuan dari Depnaker

c. Berdasarkan daftar induk kebutuhan tenaga kerja dapat dirinci lagi dan dibuat

daftar kebutuhan tenaga kerja yang harus dipenuhi.

Page 92: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Rangkuman

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-2

2. Mobilisasi tenaga kerja supaya selalu mengacu kepada :

a. Acuan perencanaan dan penjadwalan

b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak

Bab 4

1. Sebelum melakukan mobilisasi perlu memahami jenis, fungsi kapasitas setiap

peralatan

2. Langkah-langkah mobilisasi peralatan sebagai berikut :

a. Mengajukan ijin pemasukan peralatan (apabila diimport).

b. Mengajukan ijin pengoperasian peralatan/ kendaraan kepada pihak kepolisian

c. Mengajukan ijin penggunaan jalan/ jembatan yang akan dilewati peralatan

d. Menghitung komposisi kebutuhan peralatan kepada perusahaan

3. Mobilisasi peralatan supaya selalu mengacu kepada :

a. Acuan perencanaan dan pejadwalan

b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak

Bab 5

1. Sebelum melakukan mobilisasi bahan/ material perlu dipahami lebih dahulu jenis,

mutu, ukuran/ dimensi, jumlah bahan/ material yang dibutuhkan.

2. Apabila mobilisasi menggunakan alat angkut besar/ berat perlu dipertimbangkan ;

a. Seringnya lalu lalang angkutan bahan/ material

b. Timbulnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan

c. Timbulnya kerusakan pada jalan yang sering dilewati

3. Mobilisasi bahan/ material supaya mengacu kepada :

a. Acuan perencanaan kepada penjadwalan

b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak

Bab 6

1. Demobilisasi sumber daya khususnya tenaga kerja, peralatan dan bahan/ material

terjadi karena :

a. Tidak diperlukan lagi

b. Penutupan kontrak sebelum pekerjaan selesai

c. Pekerjaan sudah selesai

d. Karena sebab khusus

2. Demobilisasi sumber daya supaya selalu mengacu kepada ;

a. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.

Page 93: PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Daftar Pustaka

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) DP-1

DAFTAR PUSTAKA

1. UU. No : 13 tahun 2003 tentang : Ketenagakerjaan

2. Keputusan MENAKERTRANS Kep. No. 228/EMN/2003 Tata Cara Pengesahan

Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

3. Penggunaan Alat-Alat Berat, Modul 1. Pelatihan Manajer Alat-Alat Berat,

PUSLATJAKONS, Jakarta : 2001

4. Manajemen Peralatan, Modul Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan

5. Site Plan Modul Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan

6. Syarat-Syarat Kontrak Modul Pelatihan Superintendent Pekerjaan Pengairan

7. Hadji Sarosa, Purnomosidi, Dr.Ir, manajemen Praltis, Proyek Diklat Bina Marga.

8. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek Jilid 2, Edisi 2, Penerbit Erlangga, Jakarta 2001

9. Gosperst, Vincent, ISO 9001:2000 And Continual Quality Improvement, PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta 2005