GSBC – 11 = MOBILISASI DAN DEMOBILISASI SUMBER DAYA PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
GSBC – 11 = MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
SUMBER DAYA
PELATIHAN
KEPALA PROYEK
BANGUNAN GEDUNG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) i
KATA PENGANTAR
Pada dasarnya penerapan manajemen dalam pelaksanaan tugas pekerjaan adalah
mengelola sumber daya yang terdiri dari 5 M (Man, Money, Machine, Materials and
Methods) untuk mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan dan selesai dalam tempo
yang ditetapkan dengan hasil produk bermutu sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Unsur-unsur sumber daya inilah yang dikelola sehingga menjadi suatu bentuk konstruksi
sesuai yang ditetapkan atau direncanakan sebelumnya.
Berkaitan mendatangkan dan atau mengembalikan (mobilisasi dan demobilisasi) sumber
daya disusun modul GSBC – 11 : Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya untuk modal
dasar pengembangan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi
sumber daya suatu pekerjaan pelaksanaan proyek konstruksi.
Dimaklumi bahwa modul ini belum sempurna terutama apabila dikaitkan dengan
kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), sehubungan dengan itu apabila ada
pendapat koreksi dan sumbang saran dapat disampaikan ke PUSBIN-KPK.
Jakarta, Desember 2005
Tim Penyusun
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG (General Superintendent of Building Construction)
TUJUAN UMUM PELATIHAN
Mampu mengelola Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Gedung sesuai ketentuan yang
tertuang dalam dokumen kontrak dan administrasi proyek.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Melaksanakan UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja
2. Melaksanakan Manajerial Pelaksanaan Konstruksi
3. Melaksanakan Sistem Manajemen Mutu
4. Melaksanakan Sistem Manajemen K3
5. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan
6. Melaksanakan Administrasi Proyek
7. Melaksanakan Dokumen Kontrak
8. Melaksanakan Investigasi dan Rekayasa Lapangan
9. Melaksanakan Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Bangunan Gedung
10. Melaksanakan Perencanaan dan Pengorganisasian Pelaksanaan Proyek
11. Melaksanakan Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya
12. Melaksanakan Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya
13. Melaksanakan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) iii
NOMOR DAN JUDUL MODUL : GSBC – 11 : MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
SUMBER DAYA
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta mampu menjelaskan dan melakukan
mobilisasi dan demobilisasi sumber daya, khususnya tenaga kerja peralatan dan material
sesuai kebutuhan, penjadwalan dan ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menjelaskan prinsip dasar mobilisasi dan demobilisasi sumber daya
2. Melakukan mobilisasi tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja asing
3. Melakukan mobilisasi peralatan
4. Melakukan mobilisasi material
5. Demobilisasi sumber daya / tenaga kerja, peralatan dan material sesuai ketentuan
Dokumen Kontrak.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
GENERAL SUPERINTENDENT OF BUILDING CONSTRUCTION .................. v
DAFTAR MODUL ........................................................................................................ vi
PANDUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1-1
1.1 Umum ............................................................................................................ 1-1
1.2 Sumber Daya .................................................................................................. 1-1
BAB 2 PERSIAPAN MOBILISASI ............................................................................... 2-1
2.1 Umum ............................................................................................................. 2-1
2.2 Pendekatan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah dan Instansi terkait ...... 2-1
2.2.1 Pendekatan Kepada Masyarakat ......................................................... 2-1
2.2.2 Pendekatan terhadap Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait ........... 2-3
BAB 3 MOBILISASI TENAGA KERJA ....................................................................... 3-1
3.1 Tenaga Kerja sebagai Modal Dasar ............................................................... 3-1
3.2 Langkah-langkah Mobilisasi .......................................................................... 3-1
3.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja Lokal ............................................................... 3-2
3.2.2 Mobilisasi Tenaga Kerja Asing ............................................................... 3-4
3.3 Acuan Mobilisasi Tenaga Kerja ..................................................................... 3-5
BAB 4 MOBILISASI PERALATAN ............................................................................. 4-1
4.1 Umum ............................................................................................................ 4-1
4.2 Pengenalan dan Pemanfaatan Peralatan ....................................................... 4-1
4.2.1 Traktor ................. 4-1
4.2.2 Peralatan
Pembersihan ....... 4-4
4.2.3 Pembersihan Medan
(Land Clearing) dan
Peralatannya ....... 4-8
4.2.4 Alat Pemecah Batu4-
32
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) v
4.2.5 Peralatan
Pembetonan ....... 4-33
4.2.6 Alat-alat Besar
Lainnya ............... 4-39
4.3 Langkah-langkah Mobilisasi Peralatan ........................................................... 4-44
4.4 Acuan Mobilisasi Peralatan ............................................................................ 4-44
BAB 5 MOBILISASI MATERIAL ................................................................................. 5-1
5.1 Umum ............................................................................................................ 5-1
5.2 Kebutuhan Bahan / Material ........................................................................... 5-2
5.3 Acuan Mobilisasi Material ............................................................................... 5-2
BAB 6 DEMOBILISASI SUMBER DAYA .................................................................... 6-1
6.1 Demobilisasi Sumber Daya ............................................................................ 6-1
6.2 Demobilisasi Tenaga Kerja ............................................................................. 6-1
6.2.1 Sebab-sebab Demobilisasi Tenaga Kerja .............................................. 6-1
6.2.2 Demobilisasi Tenaga Kerja .................................................................... 6-1
6.2.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-2
6.3 Demobilisasi Peralatan ................................................................................... 6-3
6.3.1 Nilai Penggunaan Peralatan ................................................................... 6-3
6.3.2 Profesional Dalam Mengoperasikan Peralatan ....................................... 6-3
6.3.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-3
6.4 Demobilisasi Material ..................................................................................... 6-5
6.4.1 Tidak Diterima ....................................................................................... 6-6
6.4.2 Kelebihan Stok Penyediaan .................................................................. 6-6
6.4.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak ..................................................... 6-6
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) vi
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG
(General Superintendent of Building Construction)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Kepala Proyek Pekerjaan
Bangunan Gedung dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi,
dan kriteria unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Kepala Proyek Pekerjaan Sumber
Bangunan Gedung, unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) dibawah ini yang harus menjadi
bahan pengajaran dalam pelatihan Manajer / Kepala Proyek Pekerjaan Bangunan
Gedung.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) vii
DAFTAR MODUL
NO. KODE JUDUL MODUL
1. GSBC – 01 UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja
2. GSBC – 02 Manajerial Pelaksanaan Konstruksi
3. GSBC – 03 Sistem Manajemen Mutu
4. GSBC – 04 Sistem Manajemen K3
5. GSBC – 05 Sistem Manajemen Lingkungan
6. GSBC – 06 Administrasi Proyek
7. GSBC – 07 Dokumen Kontrak
8. GSBC – 08 Investigasi dan Rekayasa Lapangan
9. GSBC – 09 Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Bangunan Gedung
10. GSBC – 10 Perencanaan dan Pengorganisasian Pelaksanaan Proyek
11. GSBC – 11 Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya
12. GSBC – 12 Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya
13. GSBC – 13 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) viii
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN :
MANAJER / KEPALA PROYEK BANGUNAN
GEDUNG (General Superintendent of Building
Construction)
KODE MODUL : GSBC – 11
JUDUL MODUL : MOBILISASI DAN DEMOBILISASI SUMBER
DAYA
DESKRIPSI : Mobilisasi dan demobilisasi sumber daya sangat
terkait langsung dengan waktu yang nampaknya
akan menentukan efektivitas dan efisiensi
penggunaan / pengoperasian dan pemanfaatan
sumber daya.
Apabila kontraktor sebagai pelaksana konstruksi
yang berorientasi kepada keuntungan, maka
mobilisasi dan demobilisasi sumber daya
merupakan salah satu kegiatan penting yang dapat
memberikan tingkat keuntungan atau sebaliknya
dapat menimbulkan kerugian modul Mobilisasi dan
Demobilisasi cukup baik untuk dipahami dan
diaplikasikan oleh para Kepala Proyek.
TEMPAT KEGIATAN : Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)
atau sampai tercapainya minimal kompetensi yang
telah ditentukan (khususnya domain kognitif)
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) ix
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan secara singkat peranan mobilisasi dan demobilisasi sumber daya
Menjelaskan TIU dan TIK Waktu = 10 menit
Menguikuti penjelasan TIU & TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyan apabila kurang jelas
OHT1
2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan
Pengertian umum
Mobilisasi
Pendekatan kepada masyarakat, Pemda dan Instansi Terkait
Waktu = 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT2
3. Ceramah : Bab 2 Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)
Pengertian umum
Survei lapangan
Daftar simak
Ilustrasi tata letak lapangan Waktu = 25 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT3
4. Ceramah : Bab 3 Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagai modal dasar
Langkah-langkah mobilisasi tenaga kerja
Acuan mobilisasi tenaga kerja
Waktu = 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT4
5. Ceramah : Bab 4 Mobilisasi Peralatan
Pengertian umum
Pengenalan dan pemanfaatan peralatan
Langkah-langkah mobilisasi peralatan
Acuan mobilisasi peralatan
Waktu : 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT5
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) x
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
6. Ceramah : Bab 5 Mobilisasi Material
Pengertian umum
Kebutuhan bahan / material
Acuan mobilisasi material Waktu = 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT6
7. Ceramah : Bab 6 Demobilisasi Sumber Daya
Pengertian umum
Demobilisasi tenaga kerja
Demobilisasi peralatan
Demobilisasi material Waktu = 20 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT7
8. Penutup : Tinjauan proses pembelajaran dan diskusi umum
Waktu : 35 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Mengajukan pertanyaan bila perlu
OHT8
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Kata Pengantar
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) xi
MATERI SERAHAN
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 1: Pendahuluan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Cukup banyak para ahli maupun para sarjana yang memberikan definisi tentang
manajemen, tetapi pada dasarnya definisi-definisi itu bisa disimpulkan : Manajemen
adalah suatu proses / kegiatan / usaha mengelola sumber daya untuk pencapaian
tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang-orang / lembaga lain.
Tujuan utama mempelajari dan menggunakan ilmu manajemen ialah untuk
memperoleh suatu cara, metoda dan teknik yang sebaik-baiknya agar dengan
sumber daya yang masih terbatas dapat dicapai suatu tujuan tertentu dan dapat
berhasil guna dan berdaya guna, secara tepat, sesuai target waktu, hemat dan
selamat.
1.2 SUMBER DAYA
Dikaitkan dengan usaha pembangunan nasional, dirasakan beban tugas semakin
lama semakin tambah dan besar, sedangkan tuntutan pembangunan diharapkan
”Seoptimal” mungkin, namun dilain pihak sumber daya masih sangat terbatas.
Salah satu alternatif untuk menghadapi persoalan ini adalah peningkatan
kemampuan untuk mengelola sumber daya yang masih terbatas untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan menjamin nilai manfaat, dampak serta
kesinambungan pembangunan nasional.
Unsur utama sumber daya adalah manusia, metoda, mesin (peralatan), material dan
uang.
1. Sumber daya manusia adalah sebagai inisiator berfungsinya sumber daya
lainnya dengan cara memberikan jasanya untuk menghasilkan suatu produk
sesuai yang direncanakan.
2. Sumber Daya Selebihnya :
a. Sumber Daya Metode adalah suatu teknik atau cara melakukan tugas
pekerjaan dengan menggunakan fasilitas untuk meningkatkan /
melipatgandakan ”jasa” manusia.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 1: Pendahuluan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-2
b. Sumber Daya Peralatan untuk memperjelas pemenuhan / tuntutan
spesifikasi dan melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia.
c. Sumber Daya Bahan / Material termasuk sumber daya alam yang sudah
mendapat perlakuan (disurvey atau dipatok) dan bahan material yang
diproduksi di pengolahan / pabrik.
d. Sumber Daya Uang sebagai alat pengendali utama dan ukuran keterkaitan /
ketergantungan.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-1
BAB II
PERSIAPAN MOBILISASI
2.1 UMUM
Sebelum kontraktor memulai pekerjaan fisik di lapangan, Pimpro / Pimbagpro
bersama konsultan supervisi (kalau ada) dan kontraktor mengadakan rapat yang
disebut rapat pra-pelaksanaan (Pre Construction Meeting - PCM). Salah satu mata
acara yang dibahas dalam rapat itu adalah mobilisasi.
Mobilisasi dalam hal ini meliputi :
Mobilisasi Alat
- Mendatangkan peralatan-peralatan berat dan kendaraan-kendaraan yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek.
- Mendatangkan alat-alat laboratorium untuk pemeriksaan bahan-bahan dan
pemeriksaan mutu, serta alat-alat ukur.
- Mempersiapkan fasilitas lapangan ”base camp”, dimana terdapat kantor
proyek, kantor konsultan, kantor kontraktor, rumah-rumah staf dan karyawan
untuk proyek, konsultan dan kontraktor, bengkel, gudang dan sebagainya
yang telah disebutkan dalam spesifikasi umum kontrak.
Mobilisasi Personil
- Mendatangkan personil-personil kontraktor sesuai kebutuhan.
Mobilisasi Material
- Pemeriksaan sumber barang/ suplier
- Pengurusan menggunakan angkutan
Tentang mobilisasi sumber daya ”metode” dibahas dalam modul khusus metode kerja.
2.2 PENDEKATAN KEPADA MASYARAKAT, PEMERINTAH DAERAH DAN
INSTANSI TERKAIT
Pendekatan terhadap masyarakat, pemerintah daerah dan instansi terkait tentang
rencana kerja sangat diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan proyek.
2.2.1 Pendekatan Kepada Masyarakat
Pendekatan terhadap masyarakat, terutama dimaksudkan untuk memberikan
informasi tentang proyek, supaya masyarakat mengerti dampak dan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-2
manfaatnya dari pembangunan tersebut. Pihak proyek diharapkan dapat
menjalin kerjasama yang saling menguntungkan, serta mendapatkan
dukungan dan partisipasi yang baik dari masyarakat di sekitar proyek.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain :
1) Pentingnya peranan pemimpin masyarakat dan pengaruhnya terhadap
masyarakat
2) Apakah proyek tersebut berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat,
tanaman masyarakat (sawah, kebun), tempat sarana sosial (kuburan,
peninggalan warisan) dan lain-lain
3) Apakah kegiatan proyek mengganggu ketenangan dan keamanan
masyarakat atau mengganggu / merusak lingkungan masyarakat.
4) Bagaimana mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat
5) Dan lain sebagainya
Hakekat dari pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup
kesejahteraan seluruh rakyat dan pembangunan bukan saja menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat.
Oleh karena itu, setiap proyek pembangunan, sasaran akhirnya atau sasaran
fungsionalnya adalah masyarakat. Dengan demikian aspek pembinaan
masyarakat harus dipertimbangkan dalam setiap tahapan kegiatan proyek,
baik dalam tahapan studi dan identifikasi proyek, tahap disain dan pemilihan
metode pelaksanaan proyek, tahap pelaksanaan proyek dan tahap
pemanfaatan / operasi serta pemeliharaan proyek.
Masyarakat merupakan obyek dan sekaligus merupakan subyek
pembangunan proyek-proyek. Oleh karena itu partisipasi dan apresiasi
masyarakat harus dikembangkan. Mendapatkan partisipasi dari masyarakat
tidak cukup hanya dengan pemberitahuan dan dengar pendapat saja.
Masyarakat umum, tidak merupakan suatu lembaga dengan kepentingan
yang sama, karena dalam kenyataannya di antara unsur-unsur masyarakat
ada pertentangan satu sama lain, sesuai dengan tingkat kepentingan
masing-masing, merupakan suatu usaha yang unik yang melibatkan
berbagai disiplin ilmu, kesabaran dan ketekunan usaha yang berkelanjutan di
antara tahapan-tahapan kegiatan proyek.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 2: Persiapan Mobilisasi
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-3
2.2.2 Pendekatan Terhadap Pemerintah Daerah dan Instansi Terkait
Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait, diperlukan agar
proyek yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara terpadu dan lancar.
Diperlukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait
untuk membicarakan apakah program proyek tersebut ada hubungannya
dengan program instansi lain atau mengganggu tanggung jawab instansi
lain.
Instansi lain yang terkait antara lain :
1) Dinas Pengawasan Bangunan, apakah proyek sesuai / tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan tata kota
2) Perusahaan Air Minum (PAM)
Apakah proyek mengganggu atau membutuhkan jaringan instalasi pipa
air minum atau kalau mungkini bekerjsama dalam menghindari
gangguan untuk memenuhi kebutuhan.
3) Perusahaan Listrik Negara
4) Instansi-instansi terkait lainnya.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -1
BAB III
MOBILISASI TENAGA KERJA
3.1 TENAGA KERJA SEBAGAI MODAL DASAR
Keberhasilan pelaksanaan tugas pekerjaan maupun pengembangan usaha sangat
erat berkaitan dengan kemampuan mewujudkan standar kinerja dari masing-masing
lembaga / proyek.
Setiap pelaksanaan tugas pekerjaan, khususnya pelaksanaan proyek pekerjaan
konstruksi, menuntut hasilnya (produknya) sesuai standar spesifikasi yang tertuang
dokumen kontrak.
Yang dimaksud kemampuan mewujudkan standar kinerja atau hasilnya produknya
sesuai standar spesifikasi di sini terutama menyangkut kemampuan atau mutu dan
jumlah sumber daya ”MANUSIA” yang terlibat langsung penanganan pengembangan
usaha / penanganan proyek.
”MANUSIA” sebagai satu unsur sumber daya perlu diperhatikan secara ”KHUSUS”,
karena sumber daya manusia pada hakekatnya mempunyai arti tersendiri yaitu
manusia itu hidup ada akal pikiran dan ada kemauan.
Sedangkan sumber daya lainnya, ”UANG, MATERIAL, PERALATAN, METODA”,
adalah barang mati dan akan ada artinya serta akan berfungsi sebagaimana
mestinya apabila ada campur tangan ”MANUSIA”.
”MANUSIA” secara langsung dapat memberikan ”JASA” sehingga apabila
”MANUSIA” diperlengkapi dengan sarana yang diperlukan, dapat memberikan
jasanya, mampu menyerap ’SUMBER DAYA LAINNYA” sehingga menghasilkan
produk-produk yang diharapkan.
Dengan landasan pemikiran ini, tentang tenaga kerja merupakan modal dasar yang
perlu perhatian khusus termasuk menggunakan tenaga kerja asing.
3.2 LANGKAH-LANGKAH MOBILISASI TENAGA KERJA
1. Kepala Proyek mengajukan master list of man power / daftar induk kebutuhan
tenaga kerja kepada perusahaan / instansi pusat untuk diajukan persetujuan dari
Pimpro / Pimbagpro.
2. Apabila akan menggunakan atau mendatangkan tenaga kerja asing harus
ditempuh prosedur khusus yang diterangkan lebih lanjut.
3. Berdasarkan daftar induk kebutuhan tenaga kerja, maka dapat dirinci lagi dan
dapat dibuat daftar kebutuhan tenaga kerja yang harus dipenuhi.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -2
3.2.1 Mobilisasi Tenaga Kerja Lokal
Dari rincian kebutuhan tenaga kerja dapat ditentukan :
Kelompok profesional yang akan menjadi tenaga inti proyek yang dapat
diambil dari dalam perusahaan atau tenaga luar. Untuk tenaga dari luar
disuahakan diambil dari tenaga lokal yang berdekatan dengan proyek.
Kelompok tenaga terampil dan non terampil / pekerja, bisa diambil dari
dalam perusahaan. Apabila tidak ada dapat diambil dari luar dan
diusahakan yang berdekatan dengan lokasi proyek.
Dalam hal mobilisasi tenaga kerja lokal supaya betul-betul diteliti
klasifikasi supaya betul-betul diteliti klasifikasi dan kualifikasinya dan
diusahakan dipegang teguh untuk memilih tenaga kerja, karena apabila
ada kekeliruan atau kurang tepat dapat menimbulkan persoalan
tersendiri, paling tidak dapat mengganggu tingkat produktivitas.
Tentang merekrut dan memobilisasi tenaga kerja perlu selalu mengacu
dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketenagakerjaan antara lain :
a. Pengertian
- Tenaga kerja adalah tiap orang yang berusia 15 tahun ke atas
secara potensial dapat melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa-jasa atau
barang-barang memenuhi kebutuhan masyarakat.
- Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah mereka yang
menyumbangkan tenaga untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa dengan menerima imbalan upah berupa uang dan atau
jasa. Yang termasuk dalam angkatan kerja adalah mereka yang
bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja
atau sedang mencari pekerjaan.
- Yang dimaksud dengan standar kualifikasi kerja adalah
sekumpulan tugas-tugas suatu jabatan pekerjaan yang baku
disusun atau ditetapkan berdasarkan analisis suatu tingkat
jabatan tertentu.
b. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Merupakan suatu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
hari tua dan meninggal dunia.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -3
c. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke
rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
d. Cacat
Cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota
badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan
hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.
e. Sakit
Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan.
f. Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
g. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubahn dari satu lokasi ke
lokasi lainnya pada kabupaten. Untuk keperluan menaksir semua
keperlulan, biaya tenaga kerja yang harus digunakan hendaknya
mewakili biaya tenaga kerja rata-rata untuk kabupaten, tetapi untuk
pekerjaan kontrak secara individu diperlukan penyesuaian.
Perhitungan menentukan jenis dan jumlah tukang dan tenaga kerja
yang diperlukan didasarkan kepada kapasitas kerja rata-rata dan
angka-angka produktivitas yang ada adalah rendah, misalnya
penggalian tanah dengan tangan, diambil antara 1 dan 2 meter kubik
per hari per orang, tergantung kepada kondisi lapangan.
h. Peraturan-peraturan yang Mengikat
Dalam kontrks pekerjaan, sumber daya manusia (tenaga kerja)
sangat berkaitan langsung dengan prestasi kerja maupun efisiensi
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -4
waktu dan biaya, efektivitas dalam pelaksanaan tugas serta
produktivitas yang optimal.
Jadi sumber daya manusia memiliki arti penting yang melatar
belakangi kenyataan bahwa sebaik-baiknya pekerjaan menghasilkan
fungsi jalan guna mencapai nilai manfaat seperti yang diharapkan
dalam spesifikasi.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tenaga kerja dapat
ditanyakan pada Departemen Tenaga Kerja atau Dinas Tenaga Kerja
setempat.
i. Perhatian Tenaga Kerja Lingkungan Proyek
Mobilisasi Tenaga Kerja
Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa :
a. Keresahan dan Kecemburuan sosial
Hal ini dapat diatasi dengan memprioritaskan tenaga kerja
setempat.
Pemantauan : Perhatikan keresahan masyarakat.
b. Konflik dengan adat istiadat / kebiasaan setempat
Hal ini diatasi dengan penyuluhan kepada tenaga luar untuk
penyesuaian diri.
Pemantauan : Perhatikan keresahan masyarakat.
3.2.2 Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Izin untuk tenaga kerja lokal dapat diperoleh dengan menghubungi
Departemen Tenaga Kerja dengan mengikuti prosedur-prosedur yang
berlaku. Untuk tenaga kerja asing prosedur untuk mendapatkan izinnya
adalah mengacu beberapa keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia, antara lain :
1. Nomor : Kep. 228/Men/2003, tentang : Tata Cara Pengesahan Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing, lengkap dengan 3 (tiga) lampirannya.
Prosedur untuk mendapatkan izinnya adalah kurang lebih sebagai berikut :
a. Penyampaian Daftar Induk Personil
Kontraktor menyampaikan ”master list of personel” yang akan
didatangkan, lengkap dengan nama, kewarganegaraan, tanggal lahir,
nomor paspor, jabatan dalam proyek serta curiculum viatenya.
b. Pengecekan Daftar Induk Personil
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -5
Setelah dicek oleh Pimpro / Pimbagpro dengan mengacu pada daftar
personil dalam dokumen penawaran, maka dibuatlah permohonan visa
berdiam sementara ke kantor Imigrasi dan permohonan izin
mendatangkan tenaga kerja asing ke Departemen Tenaga Kerja
Bila ”expatriate” tersebut bekerja di proyek di daerah, maka Pimpro /
Pimpbagpro wajib melaporkan hal itu ke kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat dan Kepolisian setempat.
Izin untuk tenaga kerja lokal dapat diperoleh dengan menghubungi
Departemen Tenaga Kerja dengan mengikuti prosedur-prosedur yang
berlaku.
3.3 ACUAN MOBILISASI TENAGA KERJA
a. Acuan perencanaan dan penjadwalan
Acuan mobilisasi tenaga kerja adalah daftar kebutuhan dan jadwal mobilisasi
yang sudah ditentukan dalam perencanaan dan penjadwalan pelaksanaan
proyek.
Sehubungan dengan itu perhatikan dan teliti dengan cermat kebutuhan tenaga
kerja secara kualitas maupun jumlah sesuai klasifikasi dan kualifikasi yang
ditentukan.
b. Acuan dalam dokumen kontrak
Agar supaya tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan dalam dokumen
kontrak maka pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja supaya selalu memperhatikan
hal-hal yang tertuang dalam syarat umum kontrak antara lain :
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Staf Profesional (1) Kontaktor harus mempekerjakan staf
profesional yang berpengalaman dan
berkemampuan yang cocok untuk dipekerjakan
pada pekerjaan
Izin Bagi Staf
Ahli Asing
(2) Apabila kontraktor akan mempekerjakan
tenaga ahli asing, maka kontraktor harus
mengajukan rincian lengkap kualifikasi, profesi
serta pengalaman tenaga ahli asing yang akan
dipekerjakan dipekerjaan, kepada pemilik
melalui Direksi Pekerjaan dengan format
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -6
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
sebagaimana yang diwajibkan untuk dengan
pendaftaran dan persetujuan dari instansi yang
berwenang.
Tenaga Kerja
Kontraktor
(3) Kontraktor harus menyediakan dan
memperkerjakan tenaga kerja di lapangan
sehubungan dengan pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan :
a. Tenaga pelaksana teknis yang terampil dan
berpengalaman dalam bidangnya dan
pengawas, mandor dan kepala tukang yang
cakap dalam melakukan pengawasan yang
tepat untuk pekerjaan yang memerlukan
pengawasan mereka
b. Tenaga kerja terampil, setengah terampil
dan tidak terampil sesuai keperluan untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan
pekerjaan yang sesuai dan tepat pada
waktunya.
Mengerahkan
Tenaga Kerja
(4) a. Kontraktor harus mempertimbangkan sendiri
pengerahan semua pekerja dan tenaga
pengawas, baik yang setempat maupun
yang bukan, sesuai dengan undang-undang,
peraturan perundangan, maklumat dan
keputusan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah dan juga mengenai transportasi,
perumahan, pemberian makanan dan
pembayarannya, kecuali ditentukan lain
dalam kontrak. Kontraktor tidak boleh
merekrut orang yang sedang dipekerjakan
oleh pemilik atau Direksi Pekerjaan.
b. Kontraktor dianjurkan sedapat mungkin
menggunakan tenaga kerja setempat.
Kontraktor hanya boleh memasukan tenaga
ahli asing untuk pelaksanaan Pekerjaan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -7
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
setelah mendapat rekomendasi Direksi
Pekerjaan secara tertulis yang hanya akan
diberikan oleh Direksi Pekerjaan apabila
menurut pendapatnya tenaga untuk bidang
keahlian tersebut masih langka di Indonesia
dan pemasukan itu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Kontraktor diharuskan mendapatkan izin
kerja dan visa bagi tenaga ahli asing yang
dipekerjakan olehnya atau sub kontraktornya
untuk pelaksanaan, penyelesaian dan
perbaikan pekerjaan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tempat Tinggal
Pekerja
(5) a. Kontraktor harus menyediakan dan
memelihara akomodasi dan fasilitas yang
menurut pendapatnya perlu untuk
pekerjanya yang dipekerjakan untuk tujuan
atau sehubungan dengan kontrak, termasuk
pagar, air (baik untuk minum atau keperluan
lain), listrik, sanitasi, dapur, pencegahan
kebakaran serta peralatan pemadam
kebakaran dan kebutuhan lain yang
berhubungan dengan akomodasi atau
fasilitas tersebut, kecuali jika secara khusus
ditentukan lain.
b. Kontaktor harus menyediakn air bersih yang
dapat diminum setelah dimasak untuk
pekerja masing-masing tempat pekerjaan.
Untuk tujuan ini, air harus dianalisa oleh
kontraktor apakah dapat diminum setelah
dimasak, apabila diminta oleh Direksi
Pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan di
lapangan setelah berkonsultasi dengan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -8
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Direksi Pekerjaan, WC tetap atau yang
dapat dipindahkan untuk kepentingan staf
kontraktor dan pekerjanya
c. Setelah pekerjaan selesai, kontraktor eajib
membongkar akomodasi perumahan serta
perlengkapannya yang terletak di lapangan
dan memulihkan lapangan kepada bentuk
aslinya sejauh yang dapat dilakukan secara
wajar, kecuali kontrak menentukan bahwa
perumahan tersebut tidak perlu dibongkar
dan akan menjadi milik pemilik.
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(6) Mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), kontraktor harus
menyediakan dan menggunakan alat
pelengkap pengamanan, alat pengaman, alat
pelindung tambahan, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan dan pihak yang berwajib
untuk melindungi jiwa dan kesehatan pekerja
kontraktor atau sub kontraktornya.
Pelayanan
Kesehatan
(7) Kontraktor wajib bekerja sama dengan
lembaga kesehatan dan lembaga kebersihan
yang resmi dan memenuhi persyaratan
lembaga itu untuk menjamin adanya
pengaturan yang tepat di lapangan mengenai
pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
penanggulangan wabah penyakit, serta
pertolongan pertama pertama pada kecelakaan
dan pelayanan kesehatan lainnya serta
kebersihan yang memadai. Pelayanan
pertolongan pertama pada kecelakaan tersebut
diberikan kepada pemilik dan Direksi Pekerjaan
serta untuk tenaga kerja mereka di lapangan
tanpa dipungut bayaran.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 3: Mobilisasi Tenaga Kerja
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3 -9
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Hari-hari Libur (8) Dalam pengaturan orang-orang yang
dipekerjakannya, kontraktor harus
menghormati perayaan resmi, hari-hari libur
dan upacara keagamaan atau lain-lainnya
sesuai dengan penetapan hari libur nasional
oleh Menteri Agama dan yang ditentukan oleh
Pemerintah setempat. Kontraktor harus
membuat pengaturan khusus dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan apabila terjadi
keadaan mendesak sehingga rencana kerja
mengharuskan pekerjaan berlangsung terus
selama perayaan atau hari libur tersebut.
Minuman Keras
dan Obat Bius
(9) Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, kontraktor
tidak boleh mengimpor, menjual, memberi
melakukan barter atau secara lain memberikan
minuman keras atau obat bius atau
mengizinkan sub kontraktornya, wakil atau
pekerja-pekerjanya melakukan pengimporan,
penjualan, pembelian, barter atau pemberian.
Seluruh tenaga kerja kontraktor dilarang minum
minuman keras dan menggunakan obat bius
selama waktu kerja.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -1
BAB IV
MOBILISASI PERALATAN
4.1 UMUM
Fungsi peralatan dalam manajemen pelaksanaan konstruksi adalah :
- memperjelas usaha perwujudan spesifikasi, dan
- melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia
Misalnya dalam rangka pembuatan bangunan gedung, maka akan dapat dihitung
kebutuhan, tenaga kerja, peralatan dan material dan waktu penyelesaian pekerjaan.
Akan tetapi apabila ada perintah harus dikerjakan dengan padat karya yang
didukung peralatan sederhana misalnya dengan cangkul, ganco, alat pemadat
timbris dan lain-lain maka akan dibutuhkan waktu penyelesaian sangat lama dan
mutu belum dapat dijamin sesuai spesifikasi.
Dengan contoh diatas maka kebutuhan peralatan berat mutlak perlu dipenuhi untuk
pelaksanaan tugas pekerjaan konstruksi.
4.2 PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PERALATAN
Peranan atau fungsi peralatan sebagai salah satu unsur sumber daya adalah :
memperjelas kepastian spesifikasi yang harus diwujudkan melalui usaha dan
melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia. Sehubungan dengan tenaga kerja
harus mengenali peralatan dengan baik.
4.2.1 Traktor
Penggunaan utama dari traktor ini, adalah sebagai penarik atau pendorong
beban yang memerlukan tenaga yang agak besar, tetapi juga kadang-
kadang traktor digunakan untuk keperluan lain, umpamanya perata awal
lapangan/jalur badan jalan.
Pada prinsipnya traktor dibedakan menjadi dua :
a. Traktor Roda Kelabang /Crawler Tractor
Alat ini merupakan alat yang paling penting dan banyak digunakan dalam
dunia konstruksi, antara lain :
1. Sebagai tenaga penggerak untuk mendorong dan menarik beban
2. Sebagai tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut
3. Sebagai tenaga penggerak blade (bulldozer)
4. Sebagai tenaga penggerak front end bucket loader
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -2
Pemilihan akan kebutuhan ukuran traktor, adalah faktor yang paling
penting di lapangan. Hal ini ada hubungannya dengan tenaga tarik yang
tersedia di tahanan gelinding yang ada, karena hal ini pengaruhnya besar
sekali terhadap produktivitas alat yang bersangkutan.
Jenis crawler tractor ini dibutuhkan terutama bila diperlukan geseran
yang besar antara roda dan permukaan tanah, untuk mendapatkan
tenaga yang maksimum (tidak slip), pada waktu traktor bekerja, misalnya
menggusur tanah, menarik scraper, menarik beban muatan dan
sebagainya.
G
a
m
b
a
r
4
.
1
:
B
u
l
l
d
o
z
e
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -3
r
R
o
d
a
K
e
l
a
b
a
n
g
J
e
n
i
s
S
w
a
m
p
(
u
n
t
u
k
t
a
n
a
h
-
t
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -4
a
n
a
h
l
e
m
b
e
k
)
b. Traktor Roda Ban/Wheel Tractor
Berbeda dengan crawler tractor, maka wheel tractor ini dilengkapi
dengan roda ban pompa (pneumatic). Penggunaan wheel tractor ini
dimaksudkan untuk mendapat kecepatan yang lebih besar dan sebagai
konsekwensinya tenaga tariknya menjadi lebih kecil. Kadang-kadang
kecepatannya mencapai 45 km/jam.
1. Jenis Wheel Tractor
Dengan macam-macam pertimbangan, dalam industri konstruksi
dibuat wheel tractor beroda dua dan beroda empat.
a. Traktor Roda Dua :
1. Kemungkinan gear-nya yang lebih besar
2. Traksninya lebih besar, karena seluruh berat yang ada
dilimpahkan kepada dua roda.
3. Rolling Resistance/tahanan gelindingnya lebih kecil, karena
jumlah roda lebih sedikit.
4. Pemeliharaan ban lebih sedikit
b. Traktor Roda Empat :
1. Lebih comfortable untuk dikemudikan
2. Pada jalan kerja yang buruk alat ini lebih stabil
3. Kemungkinan menggunakan kecepatan yang lebih besar
mengingat faktor di atas.
4. Dapat bekerja sendiri, jika dilepas unit railnya.
2. Perbedaan Crawler Tractor dan Wheel Tractor
a. Crawler Tractor
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -5
1. Tenaga tariknya besar
2. Kecepatan relatif kecil
3. Ground contact (luas bidang singgung antara roda dan
tanahnya) lebih besar.
4. Dapat bekerja pada kondisi tanah yang buruk, karena daya
apungnya lebih besar.
5. Kemungkinan slip kecil
b. Wheel Tractor
1. Tenaga tariknya relatif lebih kecil untuk ukuran sama dengan
crawler tractor.
2. Kecepatan besar
3. Ground contactnya lebih kecil
4. Sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah di lapangan
4. Ada kemungkinan slip.
TE - Besar
V - Kecil
GPC - Besar
TE - Kecil
V - Besar
GPC - Kecil
Keterangan :
TE : Tractive Effort/Tenaga Tarik
V : Velocity/Kecepatan
GPC : Ground Pressure Contact/Tekanan pada Tanah (Gambar 4.2)
4.2.2 Peralatan Pembersihan
a. Bulldozer
1. Umum
Pada dasarnya bulldozer, adalah alat yang menggunakan traktor
sebagai penggerak utama. Kita menyebut bulldozer karena biasanya
traktor ini dilengkapi dengan dozer attachment. Dalam hal ini
perlengkapan (attachment) adalah blade.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -6
Bulldozer sebenarnya adalah nama jenis dari dozer yang mempunyai
kemampuan untuk mendorong kesamping. Posisi (Angling) demikian
biasanya membuat sudut 25% terhadap kedudukan lurus.
a. Menurut track shoe-nya bulldozer dibedakan sebagai berikut :
1. Crawler Tractor Dozer (dengan roda kelabang)
2. Wheel Tractor Dozer (dengan roda ban)
3. Swamp Bulldozer (untuk daerah rawa-rawa)
b. Berdasarkan penggerak blade-nya, bulldozer dibedakan sebagai
berikut :
1. Cable Controlled (Kendali Kabel) yang pada saat ini sudah
tidak diproduksi lagi.
2. Hydraulic Control (Kendali Hidrolis)
2. Fungsi dan Kerja Bulldozer
Pada proyek-proyek konstruksi, terutama pada yang berhubungan
dengannya dengan pemindahan tanah tentunya, bulldozer digunakan
pada pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di bawah ini :
a. Pembersihan medan dari kayu-kayu, pokok-pokok/tonggak-
tonggak pohon dan batu-batuan.
b. Pembukaan jalan kerja di pegunungan maupun di daerah
berbatu-batu.
c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 kaki (feet) atau +
90 m.
d. Menarik scraper
e. Menghampar tanah isian/urugan (fills)
f. Menimbun kembali trench
g. Pembersihan sites/medan
h. Pemeliharaan jalan kerja
i. Menyiapkan material-material dari soil borrow pit dan quarry
pit/tempat pengambilan material.
Bulldozer mendorong tanah ke depan sedang angle dozer ke depan
dan ke samping. Beberapa konstruksi bulldozer mempunyai blade
yang memungkinkan berfungsi sebagai bulldozer, juga sebagai angle
dozer dengan cara menyetel blade-nya sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhannya.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -7
Gambar 4.3: Dozer – Shovel
3. Macam Blade
Pasal umumnya blade yang dipakai pada bulldozer dan/atau angle
dozer ada beberapa jenis.
a. Universal Blade (U-Blade)
Sayap (wing) yang terdapat di sisi blade maksudnya adalah untuk
menahan material agar tidak keluar dari jalur dorongan.
Hal ini memungkinkan bulldozer membawa/mendorong muatan
lebih banyak, karena kehilangan muatan yang relatif kecil dalam
jarak yang cukup jauh. Kebanyakan bulldozer dengan blade jenis
ini digunakan pada pekerjaan-pekerjaan :
1. Reklamasi tanar/Land reclamation
2. Pekerjaan-pekerjaan penyediaan material/Stock pile work.
3. Dan lain-lain
b. Straight Blade (S-Blade)
Blade jenis ini adalah yang paling cocok untuk segala jenis
lapangan. Blade ini juga merupakan modifikasi dari U-Blade,
maneuver lebih mudah dan dengan blade ini pula bulldozer dapat
menangani material dengan mudah.
c. Angling Blade (A-Blade)
Angling Blade ini dibuat untuk posisi lurus dan menyerong blade
ini juga dibuat untuk :
1. Pembuangan ke samping (side casting)
2. Pembukaan jalan (pioneering roads)
3. Menggali saluran (cutting ditches)
4. Dan pekerjaan lain yang sesuai
d. Cushion Blade (C-Blade)
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -8
Blade jenis ini dilengkapi dengan bantalan karet/rubber cushion
untuk meredam benturan. Selain untuk push-loading, balde ini
juga dipakai untuk pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang
lain, mengingat lebar C-Blade ini memungkinkan untuk
meningkatkan kemampuan maneuver.
e. Bowl Dozer
Blade demikian dibuat untuk membawa/medorong material, agar
jumlah kehilangan tanah selama penggusuran sedikit saja.
Hal ini terjadi akibat adanya dinding-dinding besi yang ada di
samping blade, juga untuk jarak yang cukup jauh.
f. Universal Blade (U-Blade for Light Material)
Blade ini dirancang untuk pekerjaan yang menyangkut material
yang terlepas/non cohesive material yang ringan, seperti
misalnya:
1. Stock pile dari tanah lepas/gembur
2. Reklamasi/pegunungan dengan tanah lepas/gembur.
Pemilihan blade disesuaikan dengan ukuran dan kemampuan
bulldozer.
Gambar 4.4.
g. Bajak/Ripper
Jika dalam pekerjaan pembersihan lapangan dijumpai tanah yang
keras (misalnya lempung keras), sering kali pekerjaan dengan
memakai blade bulldozer kurang berhasil.
Dengan demikian efektivitas produksi akan berkurang dan di
samping itu juga, blade akan cepat rusak (aus).
Jika volume pekerjaan tanah keras ini cukup banyak, maka
pekerjaan yang paling efektif, adalah dengan cara
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -9
menggemburkan dulu tanah tersebut dan alat yang digunakan
untuk pekerjaan ini disebut ripper (bajak).
Alat ini pada hakekatnya, adalah sebuah bajak yang gigi-giginya
tersebut dari baja keras, sehingga kepadanya dapat diberikan
tekanan yang cukup besar untuk lebih memaksakannya masuk ke
dalam tanah.
Jenis-jenis ripper dibedakan menurut keadaannya sebagai
berikut :
1. Ripper yang berupa alat tersendiri
2. Ripper yang ditarik oleh traktor
a. Secara kendali kabel (cable controlled)
b. Secara kendali hidrolis (hydraulic controlled)
3. Ripper yang berupa attachment yang dipasang pada traktor
sebagai tenaga penggerak :
a. Adjustable parallelogram (giginya sejajar dan bias
diatur/dilepas).
i. Gigi tunggal (single shank)
ii. Gigi banyak (multi shank)
b. Parallelogram (giginya sejajar kaku)
i. Single shank
ii. Multi shank
c. Hinge (berupa piringan) dengan ukuran tertentu.
Gigi-gigi ripper dapat diganti jika sudah aus, tetapi
penggantian ini jangan sampai dilakukan setelah keausan
mencapai inti giginya, karena jika telah demikian jadinya,
maka seluruh ripper-nya harus juga diganti.
Gambar 4.5: Bulldozer dengan Perlengkapan Tambahan
Ripper
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -10
Gambar 4.6: Traktor Beroda dengan Perlengkapan
Ripper Jenis Piringan dan Trencher
Fungsi ripper adalah untuk mengerjakan tanah-tanah yang
agak keras, dimana jika pekerjaan ini dilakukan oleh
bulldozer hasilnya akan kurang effektif, tetapi tidak semua
tanah keras bias dikerjakan dengan ripper. Kadang-
kadang harus pula dilakukan peledakan (blasting).
4.2.3 Pembersihan Medan (Land Clearing) Dan Peraltannya
Pekerjaan pembersihan medan adalah pekerjaan site yang tidak pasti,
karena jumlah produksinya tidak menentu job site yang satu ke job site yang
lain. Sedangkan peralatan yang digunakan dan cara yang dipilih untuk
pekerjaan ini, sangat menentukan jumlah produksinya.
4.2.3.1 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembersihan Medan
Faktor-faktor berikut menurut pengalaman, besar pengaruhnya
terhadap aktivitas pembersihan medan.
1. Kelebatan Pepohonan
Faktor ini berpengaruh terhadap produksi dan tentu saja biaya
produksi, antara lain :
a. Jumlah pohon-pohonan
b. Ukuran pohon-pohonan
c. Kekerasannya
d. Keadaan akarnya
e. Rumpun-rumpunan yang ada
2. Penggunaan Tanah Setelah Dikerjakan
Harus kita perhatikan apa tujuan dari pembersihan medan ini
nanti, misalnya untuk kepentingan pembuatan dam, jalan raya
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -11
atau untuk keperluan lain. Karena hal-hal tersebut kemudian
akan dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode
maupun peralatan yang dipakai untuk pekerjaan pembersihan
medan.
3. Keadaan dan Daya Dukung Tanah
Faktor keadaan tanah dan daya dukung tanah, juga harus kita
perhatikan. Termasuk dalam faktor ini adalah :
a. Tebalnya top soil
b. Jenis tanah yang ada
c. Kadar air dalam tanah (moisture content)
d. Keadaan batu-batuan
e. Dan lain-lain
4. Topografi
Termasuk dalam faktor topografi, diantaranya adalah :
a. Kemiringan medan
b. Saluran-saluran yang ada
c. Rawa-rawa yang ada
d. Batuan besar
e. Bukit
f. Dan lain-lain
Keadaan topografi termasuk sangat berpengaruh pada
peralatan yang digunakan dalam pembersihan medan.
5. Keadaan Iklim dan Hujan
Biasanya semua tahap dari pekerjaan pembersihan medan ini,
dipengaruhi pula oleh perbedaan/perubahan suhu dan hujan
yang turun selama pekerjaan pembersihan medan
dilaksanakan.
6. Kekhususan Pekerjaan
Faktor khusus ini, antara lain dapat tergantung dari hal / kondisi
berikut :
a. Luas area pekerjaan
b. Penyempurnaan pekerjaan yang dilakukan
c. Pembuangan bekas clearing
d. Konservasi tanah
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -12
e. Dan faktor lain.
Pembersihan Medan
Di dalam pelaksanaan pembersihan medan dibeda-bedakan 7
metode atau cara pembersihan yang didasarkan pada awal, route
dan akhir dari pada pekerjaan, yaitu :
1. Metode siput luar (out crop) : alat bergerak mulai dari tengah ke
arah luar menyusuri garis siput.
2. Metode siput dalam (perimeter) : alat bergerak mulai dari luar ke
arah tengah menyusuri garis siput.
3. Metode pegas ulir (harrowing) : alat bergerak sesuai dengan
garis yang serupa dengan pegas ulir.
4. Metode zig-zag : alat bergerak dari kiri ke arah kanan dan
sebaliknya menurut garis luhur dan ini baik untuk tanah datar.
5. Metode pembakaran : tumbuhan/tanaman dibakar dari arah
lawan angin, baris per baris.
6. Metode contour : alat bekerja ada contour-contour dengan
ketinggian tempat yang sama (untuk tanah miring).
7. Metode penumpukan : tumbuhan/tanaman digusur dan
ditumpuk segari dengan arah angin untuk kemudian dibakar.
4.2.3.2 Peralatan Penggali Pengangkat dan Pemuat
a. Backhoe
Backhoe atau pull shovel menggunakan prime mover excavator
dan dikhususkan untuk penggalian yang letaknya dibawah
kedudukan backhoe itu sendiri. Keuntungan backhoe jika
dibandingkan dengan dragline dan clamshell yang fungsinya
juga hampir sama, adalah alat ini dapat menggali dengan
kedalaman yang jauh lebih teliti dan juga bisa digunakan
sebagai alat pemuat bagi truk-truk.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -13
Gambar 7
Gambar 4.8: Backhoe dan Perlengkapannya
b. Power Shovel
Masih satu golongan dengan bckhoe yakni jenis shovel yang
diberikan attachment shovel kepada excavator. Alat demikian
sering kita sebut power shovel. Alat ini baik sekali dipergunakan
sebagai alat penggali dan sebagai alat pemuat, tanpa
memerlukan alat Bantu lain untuk keperluan pemuatan tersebut.
Power shovel ini di lapangan digunakan terutama untuk
penggalian tebing yang letaknya lebih tinggi dari pada tempat
kedudukan alat.
Umumnya power shovel ini crowler mounted (beroda kelabang)
mengingat, bahwa untuk alat ini diperlukan floating (daya
apung) dan stabilitas yang besar.
Gambar 4.9
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -14
c. Dragline
Alat ini didapat dengan menambahkan attachment boom crane
dan drag bucket pada excavator. Pada kenyataannya, dragline
ini mempunyai jangkauan lebih besar daripada jenis shovel,
tetapi dalam tenaga penggali lebih kecil, mengingat dragline
mempunyai tenaga penggali (digging power) hanya dengan
mengandalkan kekuatan dari berat sendiri sebuah digging
bucket.
Jenis lain dari peralatan ini adalah clamshell, yang diperoleh
dengan mengganti bucket, tetapi perlu diketahui bahwa kedua
jenis ini, baik dragline maupun clamshell, sangat cocok
digunakan untuk penggalian di bawah permukaan tanah.
Sesungguhnya excavator dari kelompok ini, selain dapat
berfungsi sebagai clamshell, juga dapat diubah fungsinya
menjadi excavator magnetis untuk bijih besi dan dapat pula
diubah menjadi alat pemancang dengan sedikit modifikasi pada
perlengkapannya.
a. Dragline dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Dragline dengan roda kelabang
2. Dragline dengan roda ban
3. Dragline yang dipasang di atas truk
b. Produksi dragline tergantung dari hal-hal berikut :
1. Jenis tanah/material yang digali
2. Kedalaman menggali
3. Sudut swing dari boom
4. Ukuran dan tipe bucket
5. Panjang boom
6. Kondisi lapangan kerja
7. Kondisi manajemen
8. Metode/cara memuat tanah/material ke dalam truk
9. Ukuran pengangkut tanah/material (misalnya dump
truk).
10. Kemahiran operator
11. Kondisi alat
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -15
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari dragline
ini, diperlukan keahlian yang mantap dari operator dalam
operasinya.
Dragline merupakan alat yang cocok untuk segala lapangan,
terutama dalam penggalian material lepas, yang biasanya
mudah untuk digali. Material tersebut, antara lain : pasir
kering, kericak, tanah liat basah dan tanah yang jenuh air.
Alat ini juga akan mempunyai daya guna yang besar, jika
digunakan dalam pengerukan saluran irigasi dan drainase.
Dalam hal ini, penggaliannya tentu saja berada di bawah
ground level dari dragline itu bekerja, tetapi juga kadang-
kadang berada beberapa feet di atas ground level support
(muka tanah di mana dragline berpijak). Pembuangan
(dumping) material dapat berupa sebuah tanggul, stock pile
atau lainnya.
d. Clamshell
Clamshell didapat dengan menggantikan drag bucket pada
dragline dengan suatu clamshell. Ini sangat cocok dikerjakan,
terutama untuk bahan-bahan yang lepas, seperti pasir, kerikil,
batu pecah, Lumpur, batu bara dan sebagainya.
Clamshell bekerja dengan cara menjatuhkan bucket secara
vertical dan mengangkatnya secara vertical pula, dengan swing
sebagaimana pada excavator yang membongkar material dan
dipindahkan ke tempat yang dikehendaki.
Gerakan-gerakan vertical yang digunakan terdapat dalam
berbagai ukuran dan mempunyai dua macam bucket, yakni :
1. Heavy duty bucket, yang dilengkapi dengan gigi yang dapat
dilepas dan digunakan untuk penggalian.
2. Light duty bucket untuk mengangkat bahan ringan, tanpa
dilengkapi oleh gigi-gigi.
Kapasitas bucket dihitung dalam 3 macam ukuran, yaitu :
1. Water level capacity, adalah kapasitas bucket yang
terendam air (digantungkan setinggi permukaan air).
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -16
2. Plate line capacity, adalah kapasitas dimana bucket terisi
rata mengikuti garis sepanjang puncak clamshell.
3. Heaped capacity, adalah kapasitas bucket munjung.
Gambar 4.10
e. Loader
Loader adalah alat yang digunakan untuk pemuatan material ke
dalam dump truck dan sebagainya. Sebagai prime moves
loader digunakan traktor.
Disini dikenal dua macam loader (ditinjau dari prime mover-
nya), yakni :
1. Loader yang penggeraknya crawler tractor atau disebut juga
traxcavator.
2. Loader dengan penggerak wheel tractor
Loader didapat dengan menambahkan bucket container yang
dipasang di bagian depan konstruksi dari loader termaksud,
seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -17
Gambar 4.11
Bucket digunakan untuk menggali, memuat tanah atau material
yang granular, mengangkatnya dan diangkut untuk kemudian
dibuat (dumping) pada suatu kemiringan/ ke dump truck dan
sebagainya. Loader adalah kaku, untuk menggerakan bucket
dapat dengan cable atau hydraulic. Tenaga gali pada keadaan
horizontal (bucket tidak diangkat) didapat dari gerakan prime
mover-nya, sehingga di sini baik kendali cable ataupun hyraulic,
hanya mempunyai fungsi menggerakan bucket ke atas dan ke
bawah.
Untuk menggali, bucket harus didorong ke material, jika bucket
telah penuh, traktor mundur dan bucket diangkat ke atas untuk
selanjutnya materialnya dibongkar di tempat yang dikehendaki.
Loader adalah traktor yang dilengkapi dengan attachment
berupa bucket untuk mendorong dan mengangkat material ke
atas dump truck, misalnya karena bulldozer hanya dapat
mendorong material dan kelebihan materialnya tercecer ke
pinggir.
Kini untuk mengoperasikan bucket dipakai kendali hidrolis
(hydraulic controlled), sedangkan kendali kabel (cable
controlled) sudah jarang digunakan pada excavator loader.
Penggunaan loader pada umumnya untuk memuat dan
membawa serta membongkar.
Jika daerah di sekitar material yang dikerjakan data, maka
loader dapat bergerak dengan leluasa sehingga memudahkan
operasi alat.
Penggunaan loader yang lain, adalah untuk menggali pondasi
basement suatu bangunan dengan catatan ruang geraknya
memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan itu.
Penggunaan yang lain, adalah memuat material yang telah
diledakkan, misalnya dalam pembuatan terowongan dan juga
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -18
dalam pekerjaan quarry (daerah pengambilan batu). Untuk
pekerjaan pembuatan terowongan, loader mempunyai
kelebihan. Jika dibandingkan dengan power shovel untuk
bergerak, tetapi power shovel produksi baru direncanakan untuk
mengatasi keadaan ini.
Tidak tergantung dari jenisnya, dengan roda kelabang ataupun
roda ban loader sangat cocok untuk pekerjaan penuh atau
material. Loader juga dapat dipakai untuk menggali batu-batuan
lepas untuk dibongkar dalam grizly hopper pada crusher plant.
4.2.3.3 Peralatan Pengangkut dan Penggali
a. Scraper
Dalam pekerjaan penggusuran tanah, scraper berguna selain
untuk memuat juga untuk mengangkut dan sekaligus
membongkar material yang lepas (loose material).
Di dalam pekerjaan, dikenal scraper yang mempunyai mesin
sendiri dan scraper yang ditarik oleh crawler traktor tetapi
traktor scraper ini secara keseluruhan disebut scraper.
Gambar 4.12
Scraper sangat efektif digunakan untuk mengerjakan tanah
yang lepas, menggaruk, memuat dan kemudian
membongkarnya menjadi lapisan-lapisan yang teratur.
Kemampuan-kemampuannya ini dapat dipakai dalam
pengerjaan seperti :
1. Pengupasan permukaan tanah/stripping top soil
2. Peralatan contour di sekeliling building site.
3. Penggalian untuk saluran drainase dan saluran irigasi
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -19
4. Penggalian untuk dan pengurugan (cut and fill earthwork)
untuk badan jalan.
5. dan lain sebagainya.
Umumnya lapisan top soil yang digaruk oleh scraper
mempunyai ketebalan kira-kira 10 cm untuk setiap pass.
Untuk mendapatkan biaya yang seekonomis mungkin, maka
harus diketahui dahulu, bentuk, luas dan keadaan lapangan,
sehingga dalam menggunakan scraper, kita betul-betul
mendapatkan yang tepat bagi lapangan yang bersangkutan.
Jika lapangan pekerjaan (job site) tidak terlalu berat dan tidak
terlalu luas, maka scraper yang kecil dengan crawler tractor
mungkin akan lebih ekonomis. Tetapi jika lapangan pekerjaan
sangat luas, seperti misalnya lapangan terbang dan lain-lain,
scraper dengan prime mover wheel tractor akan lebih ekonomis,
sebab scraper ini mempunyai kecepatan yang relatif besar.
Dalam pekerjaan cut and fill oleh scraper yang melibatkan
pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain, misalnya
pada proyek jalan raya, lapangan terbang dan lain-lain.
Scraper dapat bekerja pada proyek-proyek tersebut dengan
baik, asal saja digunakan scraper yang cocok. Biasanya jarak
300 feet – 3000 feet, adalah jarak yang ekonomis bagi alat
seperti scraper. Tentu saja jarak tersebut hanyalah perkiraan
kita berdasarkan pengalaman untuk jenis dan ukuran scraper
tertentu. Sebagai contoh, jika jarak penggusuran kurang dari
300 feet, maka penggunaan scraper harus kita bandingkan
dengan bulldozer misalnya, sehingga kita dapatkan biaya yang
paling kecil.
Keekonomisan scraper yang digunakan dalam pekerjaan cut
and fill adalah tergantung dari :
1. Material yang ada, yang akan diangkut
2. Panjang rute pengangkutan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -20
3. Keadaan rute pengangkutan
4. Peralatan pembantu lain yang digunakan.
Table 2 di bawah ini menunjukkan variasi penggunaan berbagai
scraper untuk berbagai jenis jarak angkut dan kondisi rute
pengangkutan.
Tabel 2
Jarak
Pengangkutan
(300 – 3000
feet)
Material dan
Kondisi Rute
Pengangkutan
Macam Prime Mover
dan Scraper yang
digunakan
Pendek
Pendek
Menengah
Menengah
Panjang
Kasar
Baik
Keras
Sedang
Sedang sampai
keras
Crawler tractor
Two wheel tractor
Crawler tractor atau twin
engine wheel.
Sama dengan jenis wheel
tractor dengan pusher jka
diperlukan.
2 atau 4 wheel tractor
dengan bantuan traktor
pendorong dan/atau
penarik
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -21
b. Truk
Dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berhubungan
dengan masalah penggusuran tanah yang relatif besar, jarak
angkut yang cukup jauh dan yang berhubungan dengan
pengangkutan alat-alat berat ke lapangan pekerjaan, sering
digunakan alat angkut khusus.
a. Alat angkut khusus antara lain :
1. Dump Truck
2. Trailer
3. Dumper
Tiap alat tersebut dibuat untuk pekerjaan khusus, sehingga
pemilihan alat angkut yang tepat, adalah sangat bijaksana.
Khususnya bagian ini akan membicarakan tentang dump
truck.
b. Ada 3 macam pekerjaan konstruksi yang dikenal :
1. Side dump truck (penumpahan ke samping)
2. Rear dump truck (penumpahan ke belakang)
3. Rear and side dump truck (penumpahan ke belakang
dan ke samping.
Gambar 4.13
Syarat penting, agar truk dapat bekerja secara efektif,
adalah jalan kerja yang keras dan rata, tetapi ada kalanya
truk dirancang agar mempunyai cross country ability, yaitu
suatu kemampuan berjalan di luar jalan biasa.
Kapasitas truk yang dipilih harus berimbang dengan alat
pemuatannya (loader). Jika perbandingan ini kurang
proporsional, maka ada kemungkinan alat pemuat ini
banyak menunggu atau sebaliknya. Perbandingan yang
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -22
dimaksudkan, adalah antara kapasitas truk dan kapasitas
alat pemuat adalah 4 @ 5 : 1 atau dengan kata lain
kapasitas truk 4 @ 5 kali kapasitas alat pemuat.
Perbandingan tersebut juga akan berpengaruh terhadap
waktu pemuatan. Ada beberapa perhitungan yang harus kita
perhatikan dalam memilih ukuran truk :
a. Truk Kecil
Keuntungan
i. Lebih lincah dalam beroperasi
ii. Lebih mudah mengoperasikannya
iii. Lebih luwes dalam pengangkutan jarak dekat
iv. Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
v. Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih
mudah
vi. Jika salah satu truk dalam satu unit angkutan tidak
bekerja, tidak akan terasa terhadap produksi.
vii. Pemeliharaan lebih mudah dilaksanakan.
Kerugian
i. Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truk
yang beroperasi, terutama waktu muat.
ii. Excavator lebih sukar untuk memuatkannya karena
kecilnya bak.
iii. Lebih banyak sopir yang diperlukan.
iv. Biaya pemeliharaannya lebih besar, karena lebih
banyak truk yang beroperasi. Begitu pula halnya
dengan tenaga pemeliharaan.
b. Truk Besar
Keuntungan
i. Untuk kapasitas yang sama dengan truk kecil,
jumlah truk besar yang diperlukan lebih sedikit.
ii. Sopir/crew yang digunakan lebih sedikit
iii. Cocok untuk angkutan jarak jaruh
iv. Pemuatan dari loader lebih mudah, sehingga waktu
yang hilang lebih sedikit.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -23
Kerugian
i. Jalan kerja harus diperhatikan, karena berat truk
merusak jalan relatif lebih cepat.
ii. Pengoperasian lebih sulit karena ukurannya yang
besar
iii. Produksi akan sangat berkurang, jika salah satu truk
tidak jalan (untuk jumlah yang relatif kecil)
iv. Pemeliharaan lebih sulit dilaksanakan.
Dengan memperhatikan factor-faktor di muka, kiranya
cukup untuk memilih kapasitas dari dump truck yang
betul-betul memenuhi kebutuhan dan effisien.
c. Alat Angkut Lainnya
1. Dump Wagon
Untuk pengangkutan maerial yang khusus dan
dalam jumlah besar, maka dipakai suatu alat yang
dinamakan dump wagon.
Di lihat dari cara pembuangannya, maka dump
wagon dapat dibagi menjadi 3 macam :
a. Rear Dump (Pembuangan ke belakang)
b. Side Dump (Pembuangan ke samping
c. Bottom Dump (Pembuangan ke bawah)
Penggunaan dari ketiga macam alat angkut tadi,
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan di
lapangan. Beberapa keuntungan yang didapat dari
penggunaan dump wagon, adalah antara lain :
a. Material yang diangkut cukup besar.
b. Bisa digunakan penarik tersendiri, sehingga bias
menghemat penggunaan alat berat.
2. Trailer
Untuk kepentingan pengangkutan alat berat ke
lapangan, diperlukan alat pengangkutan khusus
yang disebut trailer. Pada pokoknya jenis trailer ini
dibagi menjadi 2, semi trailer dan full trailer.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -24
Suatu alas an diperlukannya trailer ini, adalah karena
tidak mungkinnya (tractor dan excavator terutama
jenis crewler) untuk berjalan dengan kekuatan
sendiri dalam jarak yang cukup jauh.
Gambar 4.14
Selain pengangkutan alat-alat berat, trailer juga bisa
dipakai untuk mengangkut barang yang berat dalam
jumlah besar.
4.2.3.4 Peralatan Pembentuk Permukaan (Motor Grader)
Untuk keperluan perataan tanah, digunakan grader. Alat ini juga
dipakai untuk membentuk permukaan yang dikehendaki. Hal ini
bisa dilaksanakan, sebab blade dari grader (juga disebut mold
board) dapat diatur sedemikian rupa, seperti dapat dilihat pada
Gambar 4.15.
Gambar 4.15
Jenis grader pada prinsipnya dibedakan dalam 2 jenis :
1. Motor grader yang mempunyai gerak sendiri
2. Towed grader yang dalam operasinya memerlukan penggerak
lain.
Kedua jenis tersebut yang kini banyak dipergunakan adalah jenis
motor grader.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -25
Motor grader adalah jenis peralatan yang dapat dipakai dalam
berbagai variasi dalam pekerjaan konstruksi (grading). Kemampuan
ini adalah akibat dari gerakan-gerakan yang luwes yang
dipunyainya terhadap blade dan roda-roda ban. Keserbagunaan ini
diperbesar dengan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang ada
pada motor grader.
a. Perlengkapan-perlengkapan Umumnya
1. Scarifier teeth (ripper dalam bentuk kecil sebagai
penggaruk) yang dipasang di bagian depan blade dan dapat
dikendalikan secara tersendiri.
2. Pavement widener (untuk mengatur hamparan)
3. Elevating grader unit (alat untuk grading)
Pada pembuatan jalan, penggunaan dasar dari motor grader
dalam membentuk permukaan dan final grading, tidak hanya
terbatas pada permukaannya saja tetapi juga bahu dan
taludnya sekaligus. Grader dapat juga dipakai untuk menggali
saluran drainase sepanjang jalan dan bentuk V misalnya, atau
bentuk lainnya.
Motor grader dengan blade standar (blade yang dilengkapi
dengan scarifier) sangatbaik untuk mencampur dan
menaburkan material dan juga untuk mengaduk dan meratakan
window (gundukan tanah) yang belum lama ditempatkan di
badan jalan.
Kemampuan maneuver yang besar pada motor grader
menyebabkan motor grader cocok untuk digunakan dalam
pekerjaan perataan yang luas, misalnya landasan terbang.
Perataan ini tidak terbatas pada perataan yanghalus saja pada
permukaan yang relatif rata, tetapi juga pada permukaan yang
tidak sama tingkatnya.
Selain pekerjaan-pekerjaan yang disebut di atas motor grader
juga mampu beroperasi dalam beragam pekerjaan lain, dengan
cara memberikan peralatan khusus pada motor grader.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -26
b. Peralatan Khusus tersebut diantaranya, adalah :
1. Special short blade (blade pendek) yang berfungsi untuk
menggali saluran dangkal yang berbentuk persegi empat
dengan ukuran tertentu. Selain itu pula, perlengkapan ini
mampu mengerjakan perkerasan jalan sebagai tambahan
lebar pada jalan yang telah ada.
2. Elevating conveyor yangberfungsi untuk mengolah material
lepas yang melewati blade, kemudian mengangkatnya dan
membuangnya ke samping.
Perlengkapan-perlengkapan khusus tadi dimaksudkan untuk
lebih meningkatkan kedayagunaan dari motor grader dan
menjadikannya alat yang serba guna.
Gambar 4.16
4.2.3.5 Peralatan Pemadatan Permukaan (road roller)
Dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan landasan terbang atau
konstruksi-konstruksi lain yang memerlukan stabilitas dan
kepadatan tertentu, diperlukan peralatan untuk pemadatan.
Seperti kita ketahui, pemadatan adalah usaha penyusunan kembali
letak butir tanah, sehingga pada tanah tersebut dicapai letak butir
yang rapat. Berbagai cara yang dilakukan dalam usaha pemadatan
mekanis ini dalam pelaksanaan konstruksi jalan, umumnya
dilaksanakan cara penggilasan dengan suatu alar penggilas (roller).
Untuk menambah bobot dari three wheel roller ini, maka roda
silinder yang kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau
kadang-kadang juga diisi dengan pasir.
1. Three Wheel Roller
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -27
Pada umumnya berat penggilas ini berkisar antara 6 sampai 12
ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda
silinder dapat meningkatkan beratnya menjadi 15 hingga 35%.
Gambar 4.17
2. Tandem Roller
Jenis lain darin 'smooth steel roller' adalah 'tandem roller'. Jenis
ini ada yang berporos 2 ('two axles') dan juga berporos 3 ('three
axles tandem roller'). Penggunaan dari penggilas ini, umumnya
untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya
pada penggilasan aspal heron dan lain-lain. 'Tandem roller' ini
memberikan lintasan yang sarna pada tiap rodanya dan
beratnya antara 8 sampai 14 ton. Penambahan berat yang
diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara
25 hingga 60 % dari pada berat penggilas.
Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan
penggilasan biasanya digunakan 'three axle tandem roller'.
Penggunaan tandem roller pada penggilasan batu-batuan yang
keras dan tajam sebaiknya jangan dilakukan, sebab akan
merusak roda-roda penggilasnya.
Gambar 4.18 Penggilas dengan Roda Ban dan Roda Baja Rata dengan
Getaran
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -28
'Vibration Roller' (Penggilas dengan Getaran)
Versi lain dari tandem adalah vibration (penggilas getar) yang
effisiensi
pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan digunakan
secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Pengaruh akibat penggunaan 'vibration roller', adalah gaya
dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung mengisi
bagian-bagian kosong yang terdapat di antara butir-butirnya,
sehingga akibat getaran ini, tanah menjadi padat dengan
susunan yang lebih padat.
Ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pemdatan
dengan
menggunakan 'vibration roller' :
1. Frekwensi getaran
2. Amplitudo getaran
3. Gaya sentrifugal
Sistem pendorong, vibrasi dan sistem mengemudi dioperasikan
oleh tekanan hidrostatis untuk menjamin penanganan yang
termudah.
3. 'Mesh Grid Roller' (Penggilas Jenis Anyaman)
Penggilas jenis lain, adalah 'mesh grid roller' yang roda
penggilasnya berbentuk anyam-anyaman. Penggilas ini
memberikan efek "pemadatan dari bawah" yang dikarenakan
bentuk roda penggilasnya. 'Mesh grid roller' ini memberi hasil
baik, jika digunakan untuk menggilas lapisan tanah yang
berbutir kasar.
Gambar 4.19
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -29
4. 'Segment Roller' (Penggilas Jenis Lempengan)
Penggilas ini dinamakan 'segment roller', karena roda-rodanya
tersusun dari lempengan-lempengan. Seperti juga halnya
dengan 'mesh grid roller', 'segment roller' juga memberikan efek
"pemadatan dari bawah", walaupun masuknya roda ke dalam
tanah tidak begitu dalam.
Keuntungan lain, adalah air kelebihan yang terdapat pada
lapisan tanah dapat ditekan ke luar, sehingga yang tinggal
cukup untuk memberikan kepadatan yang maksimal.
Gambar 4.20
5. 'Pneumatic Tired Roller' (Penggilas Roda Ban Angin)
Roda-roda penggilas jenis ini, terdiri atas roda-roda ban karet
yang dipompa ('pneumatic') susunan dari roda muka dan roda
belakang berselang-seling, sehingga bagian yang tidak tergilas
oleh roda bagian muka, akan digilas oleh roda bagian
belakangnya.
Roda-roda ini menghasilkan apa yang dinamakan 'kneading
action' (tekanan) terhadap tanah, sehingga membantu
konsolidasi tanah.
Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat
diatur dengan cara mengubah tekanan ban. Makin besar
tekanan ban makin besar pula tekanan yang terjadi pada tanah.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -30
Sumbu dari roda dapat "bergoyang" mengikuti perubahan
permukaan tanah. Hal ini dapat memperbesar 'kneading action'
tadi.
Gambar 4.21
'Peneumatic tired roller', baik sekali digunakan dalam pekerjaan
penggilasan bahan yang 'granular' dan juga pada penggilasan
lapisan 'hot mix' sebagai penggilas antara.
Pada penggilsan lapisan yang berbatu dan tajam akan
memeprcepat kerusakan pada roda-rodanya sehingga
sebaiknya tidak digunakan. Seperti halnya 'tandem roller' dan
'roller' lainnya, 'penumatic tired roller'-pun beratnya dapat
ditingkatkan dengan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-
dinding mesin.
Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah. Ada yang 9 buah (4
roda depan dan 5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6
roda belakang) 13 buah (6 roda depan dan 7 roda belakang)
dan 15 buah (7 roda depan dan 8 roda belakang).
6. 'Sheep Foot Type Roller' (Penggilas Jenis Kaki Kambing).
'Sheep foot roller' ini, adalah sebuah silinder yang dibagian
luarnya dipasang kaki-kaki dan pada kaki-kaki inilah terjadi
tekanan yang tinggi, sehingga kaki-kaki ini masuk ke dalam
tanah dan memberikan "pemadatan dari bawah".
'Sheep foot roller' ini baik digunakan untuk tanah berpasir
dengan sedikit mengandung lempung dan juga untuk tanah
yang plastis dan kohesif. Untuk memadatkan material lepas
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -31
dengan tebal lapisan antara 15 sampai 25 cm, alat ini adalah
effektif.
Selain 'sheep foot roller' dengan tarikan ('towed') juga ada
'sheep foot roller' yang bermesin sendiri dan dapat mencapai
kecepatan 20 'mile per hour (mph)'.
Untuk 'sheep foot roller' yang ditarik, jika tenaga traktor
penariknya –cukup besar, biasanya ditarik beberapa buah,
berjajar ke samping, satu garis atau kombinasi dari keduanya.
Ukuran 'sheep foot roller' ini antara 3 -5 ton, tetapi ada juga
yang 12 sampai dengan 30 ton.
Gambar 4.22
4.2.3.6 Kompresor Dan Pompa Air
a. Kompresor
Untuk melayani berbagai alat konstruksi seperti 'hand tools',
'hammer', 'demolition tool' dan lain-lain, dipakai orang
kompresor ('compressor') yang memampatkan udara bebas,
sehingga tekanannya menjadi tinggi. Tekanan yang tinggi ini
dapat digunakan sebagai tenaga untuk melayani alat-alat
'pneumatic'.
Penggunaan Kompresor
Dalam pekerjaan konstruksi, kompresor digunakan sebagai
pelayan untuk alat-alat 'pneumatic'. Beberapa contoh
penggunaan kompressor. di antaranya adalah:
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -32
1. Untuk mengoperasikan 'hand tools'
a. Memotong dengan gergaji rantai atau piringan (tapi
sekarang alat ini kebanyakan sudah menggunakan
tenaga listrik).
b. Mengebor lubang pada kayu
c. Mengebor pada batu atau material lainnya yang dapat
dipecahkan
d. Menggali 'sticky material', misalnya tanah liat/'clay'
e. Menghancurkan material yang dapat dipecahkan seperti
heron aspal dan heron
f. Membuat agar di dalam pengecorannya, heron tidak
berongga karena gelembung-gelembung udara
g. Menghaluskan bagian-bagian yang kasar pada
konstruksi
h. Melepaskan atau menghancurkan sambungan-
sambungan dari suatu konstruksi bangunan.
i. Memadatkan tanah urugan untuk meningkatkan
konsolidasi, dan lain-lain
2. Untuk berbagai penggunaan dalam pekerjaan terowongan,
seperti:
a. Mengebor lubang peledakan
b. Mengeluarkan batu hasilledakan
c. Meniup asap ledakan keluar dari terowongan
3. Untuk mencampur dan menyemprotkan material halus,
seperti semen, cat dan lain-lain ke dalam suatu tempat.
4. Untuk mengalirkan cairan yang mengandung partikel kecil
lewat pipa-pipa, seperti semen, pasir halus kering dan
bahan campuran lainnya.
5. Untuk mengoperasikan pompa sentrifugal
6. Sebagai tenaga angkat yang merupakan tenaga 'pneumatic'
b. Pompa Air
Dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berhubungan
dengan air, sering diperlukan pompa air. Penggunaannya,
antara lain untuk:
1. Pengeringan mata air dalam pembuatan 'cofferdam'
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -33
2. Penyedotan air rembesan pada penggalian pondasi saluran
atau lainnya
3. Pengeringan bawah tanah untuk kepentingan pembuatan
terowongan
4. Perendahan 'water table' disekeliling panggalian
5. Penyediaan kebutuhan air pada 'concrete plant'
6. Penyediaan air untuk penyemprotan
7. Penyediaan air untuk 'grouting' pondasi.
Beberapa faktor dalam menggunakan pompa dipekerjaan, di
antaranya ialah:
1. Debit yang harus tersedia
2. Fluktuasi keadaan air yang dipompa yang menyebabkan
pemompaan tidak berkelanjutan. Untuk mengatasinya, perlu
dipilih pompa 'self priming' (automatis).
3. Material yang terkandung dalam air
4. 'Total head' yang diperlukan
5. Letak pompa terhadap titik pengambilan
6. Jumlah air yang harus dipompa
7. Ukuran dan panjang pipa-pipa yang diperlukan untuk
transmisi
8. Sambungan, percabangan dan klep-klep yang ada untuk
kelancaran operasi.
Klasifikasi Pompa dapat juga dibedakan sebagai berikut:
- Pompa bolak-balik
- Rotari
- Sentrifugal
Pompa bolak-balik dengan sistem torak dan pluner. Kedua
sistem tersebut dioperasikan dengan:
- Tenaga uap langsung
- Engkol dan roda gilas
- Tenaga langsung
Pompa rotari dengan sistem kam, ulir, gigi dan sudu.
Pompa Sentrifugal dengan sistem aliran radial, aliran aksial,
aliran campuran dan peripheral.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -34
4.2.4 Alat Pemecah Batu
Dalam pekerjaan konstruksi, seperti misalnya pekerjaan jalan dan
pembuatan beton, kadang-kadang diperlukan syarat-syarat khusus unutk
gradasi butiran-butiran pengisinya. Gradasi butiran untuk memenuhi syarat
yang dituntut tadi, sulit diperoleh di alam (tanpa pengerjaan), apalagi secara
besar-besaran.
Untuk mendapatkan butiran yang juga disebut 'agregat', diperlukan
pemecahan-pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan gradasi yang
minimal mendekati gradasi yang diinginkan, dengan dipergunakannya apa
yang disebut 'crusher'. Alat ini kadang-kadang dioperasikan menyerupai
sebuah "pabrik" yang disebut 'crushing plant'.
Dalam pekerjaan 'crushing' ini, biasanya beberapa kali dilakukan pengerjaan
pemecahan. Tahap-tahap pekerjaannya beserta jenis 'crusher' yang
dipergunakan, antara lain adalah:
- Pemecahan tahap pertama oleh jenis 'primary crusher'
- Pemecahan tahap kedua oleh jenis 'secondary crusher'
- Pemecahan-pemecahan selanjutnya jika ternyata diperlukan, oleh
'tertiary crusher'
Untuk pemecahan-pemecahan pertama biasanya dipergunakan:
- ‘Jaw crusher' (Pemecah Jenis Rahang)
- 'Gyratory crusher' (Pemecah Giratori)
- 'Impact crusher' (Pemecah Jenis Pukulan)
Untuk pemecahan kedua (secondary), dipergunakan:
- 'Cone crusher' (Pemecah Jenis Konus)
- 'Roll crusher' (Pemecah Jenis Silinder)
- 'Hammer mill' (Pemecah Jenis Pukulan)
Sedangkan untuk pemecahan lanjutan, digunakan:
- 'Roll crusher' (Pemecah Jenis Silinder)
- 'Rod mill' {Pemecah Jenis Batangj
- 'Ball mill' (Pemecah Jenis Bola)
Perforasi yang ada sepanjang silinder mempunyai ukuran yang berbeda,
makin ke bawah makin besar. Sedangkan luas effektif screen untuk
menentukan kapasitasnya, dinyatakan sebagai 1/3 diameter silinder x
panjang silinder (1/3 x D) x L.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -35
Gambar 4.23
Alat Bantu' Crusher'
Untuk mendapatkan material hasil 'crusher' yang sesempurna mungkin,
maka diperlukan alat pembantu/pelengkap pada unit 'crusher' itu. Alat
pelengkap ini dimaksudkan untuk mengatur dan menyalurkan
pemasokan/'feeding' atau juga hasil 'crusher' yang dipisah-pisahkan menurut
gradasinya.
4.2.5 Peralatan Pembetonan
Beton memegang peranan renting dalam dunia konstruksi, terutama dalam
pembangunan gedung bertingkat, jembatan dan lain-lain atau barang-barang
'precast' seperti tiang pancang, balok-balok, pipa atau juga pembuatan-
pembuatan bendungan dan bangunan-bangunan air lainnya.
Peralatan untuk pembetonan tersebut secara garis besar dapat dikemukakan
di sini, antara lain:
a. Peralatan pengangkat dan pengangkut material heron ('concrete material
handling equipment').
b. Peralatan pencampur heron ('concrete hatching and mixing')
c. Peralatan untuk pembawa campuran beton dalam pengecoran dan lain-
lain ('concrete hauling equipment')
d. 'Concrete bucket' dan concrete mixer.
e. Pompa beton ('concrete pumping')
Dengan keterangan sebagai berikut:
a. Peralatan pengangkut dan pengangkat material beton.
Material beton, adalah barang-barang yang terbuat dari beton secara
'precast', misalnya 'caisson', pipa-pipa, tiang pancang dan lain-lain,
sehingga untuk sampai pada 'job site' dimana beton itu diperlukan,
memerlukan peralatan pengangkut atau peralatan-peralatan bantu
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -36
lainnya. Untuk alat pengangakut \ biasanya digunakan 'trailer' untuk jalan
darat dan memakai kapal untuk jalan laut.
Sedangkan untuk peralatan pembantu (pengangkutan dan lain-lain)
digunakan 'fork lift', mobile 'lift' atau 'loader boom'.
Untuk peralatan pengangkutan bahan pembuat beton ini, dapat
digunakan berbagai alat yang akan diterangkan kemudian.
Agregat beton yang harus didatangkan dari tempat yang jauh, bahkan
kadang-kadang harus melewati laut sehingga diperlukan pengangkutan
kapal (pengapalan) dilakukan dengan peri kemas ('container') misalnya,
terutama untuk semen yang mudah sekali membatu jika terkena air.
Agregat tersebut disimpan dalam suatu 'bin' yang bert'ungsi sebagai
penampung sementara, untuk kemudian diangkut menuju 'bacthing' atau
'mixing plant'.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kelembaban dan reaksi dengan udara
dalam waktu yang lama, sehingga tidak dapat dipergunakan.
Pengangkutannya dilakukan dengan:
- 'Special hopper-bottom car', berkapasitas 400 'barel' (+1600 'cu.ft.')
- 'Tank trucks' berkapasitas 250 'barel'
- 'Water tight barge' yang berkapasitas lebih dari itu.
Untuk membongkar semen dari 'hopper' digunakan 'Screw Conveyor',
'bucket conveyor' yang tertutup atau 'penumatic air pump conveyor'.
b. Peralatan Penakar dan Pencampur Belon/'Concrete Baching and Mixing'.
1. 'Baching and Mixing Plant'
Alat ini dapat berupa mobil yang dapat dipindah atau yang statis
- Berkapasitas mulai dari 10 m3/jam sampai 300 m3/jam
Gambar 4.24
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -37
Pemecahan Batu Primer :
Dengan pra - pemisah
pengumpan, pemecah
model rahang dan ban
berjalan
Pemecahan Batu Sekunder
:
Dengan ayakan (2 atau 3
dan pemecah batu model
giratori.
Gambar 4.25
2. Peralatan Penakar/'Batcher Equipment'
Konstruksi 'hatcher' berupa sebuah 'container' yang berfungsi untuk
menampung dan mengukur material beton sebelum dituangkan ke
dalam 'mixer'.
Alat ini mempunyai 'top opening' yang ukurannya lebih besar dari
pada 'discharge opening' dan kemampuan minimum tiga kali lebih
besar dari 'mixer' dalam satu kali operasi atau dengan perkataan lain,
untuk tiap 3 kali beroperasinya 'mixer', maka 'hatcher' cukup diisi 1
kali saja.
'Material' dari 'hatcher' yang akan diberikan kepada 'mixer' melewati
'gate' dapat diatur secara manual, dengan tenaga listrik atau
kompresor.
Gambar 4.26
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -38
'Gate' ini memberi pengaruh positif terhadap 'mixer', karena jumlah
material yang akan dimasukkan ke dalam 'mixer' teratur.
'Bacher' ini dikenal orang dalam dua jenis, yaitu:
a. 'Single material bacher'
b. 'Multiple' atau 'cumulative bacher'
c. Peralatan Pengangkut Beton/'Concrete Hauling Equipment'
Berhubung besarnya kapasitas pekerjaan pengecoran beton maka, jika
dilaksanakan oleh tenaga manusia akan terlalu lambat, mengingat
produktivitasnya kecil jika dibandingkan dengan cara mekanis.
Dalam proyek-proyek yang bobotnya cukup besar, tentu diperlukan
peralatan penunjang, antara lain:
1. 'Hand operated cart' (cikar) dengan satu atau dua buah roda
2. 'Power buggy' (semacam gerobag kecil) yang berporos dua dengan
jumlah rada, tiga sampai 6 buah.
3. 'Monorail dump car' (gerbong pemuat dengan rei tunggal)
4. ‘Hoist elevator bucket' (' bucket' yang d i lengkap i dengan alat
pengangkat)
5. 'Crane handled bucket' yang biasanya bergerak vertikal dan
horizontal.
6. 'Concrete belt conveyor' (ban berjalan)
7. 'Concrete pump' (pompa beton) dengan pipa kaku atau luwes
8. 'Concrete dump truck' (truk-pengangkut heron)
9. 'Rail road car' (lori)
10. Kabel-kabel pelengkap 'hoisting' (pengangkat)
Perlu diketahui, bahwa pemilihan peralatan untuk dipakai dalam
pengangkutan bahan cor beton, dari mixer ke bidang yang akan dicor
memerlukan tiga pertimbangan pokok, yakni :
1. Jarak antara 'mixer' dan bidang pengecoran
2. Jumlah isi pengecoran
3. Metode yang dipakai dalam pencampuran beton dan cara
pengecoran beton.
Metode pengangkutan yang mutakhir seperti penanganan dan
penempatan bahan beton, dimaksudkan untuk meminimalkan pemisahan
material beton yang terjadi antara 'final mixing' dan pengecoran.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -39
Gambar 4.27
d. ‘Concrete Bucket' dan Alat Pengecoran Lainnya
Peralatan yang dipakai dalam pengecoran beton, harus memberikan
kemudahan dalam pelaksanaannya dan juga tidak merugikan bagi beton
itu sendiri, misalnya pengecoran yang tidak sempuma sehingga akan
mengurangi mutu beton.
Macam-macam peralatan yang memuaskan dalam pemakaiannya
sehingga patut dipertimbangkan, sebagai contoh adalah 'power buggy'
yang dapat mengecor bahan beton yang dibawanya, langsung ke bidang
pengecoran. Tetapi bilamana 'concrete haulers' (pengangkut bahan
beton) tidak dapat secara langsung mengecor ke bidang pengecoran,
maka 'hauling equipment' lain, seperti 'concrete bucket', 'conveyor' dan
pompa dapat dipertimbangkan untuk dipakai.
1. 'Bucket' untuk Pengecoran Beton
'Bucket' yang dipakai untuk pengecoran beton ini, dilengkapi dengan
kabel-kabel pengangkat dari 'crane'.
'Discharge opening' pengangkat dari 'crane' pada 'bucket' dapat
dioperasikan secara 'manual' atau dengan tenaga lain. Bagi yang
dioperasikan secara 'manual', 'gate' mempunyai sebuah tuas ('lever')
untuk membuka gate tersebut. Cara yang paling effektif untuk
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -40
mengoperasikan 'gate', adalah dengan tambahan tenaga yang
dihasilkan oleh kompresor udara.
'Concrete bucket' yang dipakai diklasifikasikan berikut :
a. 'Light weight bucket' untuk pekerjaan ringan
b. 'Standard duty bucket' untuk pekerjaan sedang
c. 'Heavy duty bucket' untuk pekerjaan berat
2. 'Conveyor' (Ban Berjalan)
'Belt conveyor' untuk membawa bahan cor beton dibuat dengan
rancangan khusus, sehingga cocok untuk pekerjaan ini. Alat ini
ditopang oleh 'roller' yang berputar, sehingga dapat mengurangi effek
pemisahan bahan cor beton akibat goncangan.
Lebar 'belt' ini mulai dari 12 sampai 16 'inch' dan panjangnya 24
sampai 60 'feet'.
'Conveyor' biasa dapat beroperasi pada sudut kemiringan 30o
terhadap horizontal, dengan kecepatan yang tetap rendah. Untuk
'special belt conveyor', sudut kemiringan ini dapat dinaikkan hingga
40o.
'Concrete belt conveyor' dapat digerakkan dengan tenaga tersendiri
pada 'roller'-nya dan kecepatan yang diberikan oleh tenaga tadi dapat
mendapai 500 fpm. Dengan kecepatan ini 'belt conveyor' dapat
memberikan 150 cu.yd./jam adukan beton. Untuk daerah operasi
yang luas, 'belt conveyor' ini dapat disambung seri.
e. Pompa Beton ('Concrete Pump Equipment')
Kegunaan dari pompa beton, adalah untuk menyalurkan bahan cor beton
melalui sebuah saluran yang tertutup ke tempat pengecoran. Hal ini
karena campuran-campuran beton berupa cairan, sehingga
memungkinkan untuk dipompa melalui suatu pipa atau slang. Pipa dan
slang ini dapat dipasang secara kombinasi vertikal dan horizontal atau
miring, sehingga pemompaan merupakan metode yang luwes untuk
memindahkan campuran beton ke seberang tempat pada bidang
pengecoran dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan
dengan pembawaan material cara lainnya.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -41
Cara pompa beton telah dicoba pada pekerjaan pembuatan terowongan
yang nyatanya merupakan metode yang cocok dari rnetode-metode
pengecoran yang tersedia.
Selain digunakan dalam pembuatan terowongan, ternyata cara ini juga
cocok untuk pengecoran jembatan, lantai dan dinding yang panjang
(misalnya dalam pekerjaan stadion dan lain-lain). Pada pokoknya cara ini
cocok untuk kondisi lapangan yang sulit, seperti sempit dan sesak atau
tidak terdapat jalan jika dioperasikan 'bucket' dengan 'crane' atau 'buggy'.
Produksi pompa beton ini beragam, antara 10 sampai 100 cu.yd./jam.
Dalam kenyataannya produksi tentunya tergantung kepada beberapa hal,
antara lain:
1. Jenis pompa yang dipakai
2. Ukuran pipa pengecor
3. Effisiensi operasi
4.2.6 Alat -Alat Besar Lainnya
a. Alat Pemancang Tiang
Dalam pembuatan jembatan dan lain-lain, jika ternyata daya dukung
tanah yang ada sangat jelek, kecil dan tidak memenuhi syarat, maka
hal ini akan mengakibatkan ambruknya jembatan karena 'settlement'
yang berlebihan.
Pada tanah ini, untuk keperluan pondasi jembatan tersebut
dipancangkan suatu tiang yang dimaksudnya untuk mendapatkan daya
dukung tanah yang memenuhi syarat. Karena tiang yang dipancang
cukup berat dan panjang, maka diperlukan peralatan khusus untuk
pekerjaan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan untuk pemancangan tiang ini antara lain:
Pile Driving Hammer
'Pile driving hammer' bekerja dengan tenaga pukulan yang diberikan ke
ujung tiang dan tenaga yang dibutuhkan untuk memancang tiang ini,
dapat ditentukan dengan rumus 'Engineering News' sebagai berikut :
2 b.h 2 E L ------------ = ----------- s + 0,1 s + 0,1
dimana :
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -42
L = Daya dukung tiang yang didasarkan pada angka keamanan 6
('pound')
b = Berat pemukul ('pound')
h = Tinggi jatuh pemukul ('feet')
s = Masuknya tiang ke dalam tanah setiap pukulan ('inch')
E = Tenaga yang dibutuhkan untuk memancang ('foot-pound')
'Pile driving hammer' yang disebut juga 'impact hammer' ada
beberapa jenis sebagai berikut :
1. 'Drop hammer'
Alat ini adalah sebuah pemukul dengan berat tertentu (b) yang
ditarik dengan kabel penarik sampai ketinggian tertentu pula (h),
kemudan dijatuhkan dan mengenai bidang atas (ujung) tiang
pancang. Dengan pukulan ini tiang pancang masuk ke dalam
tanah. Untuk menghindarkan kerusakan pada tiang di bagian
atas tiang biasanya dipasang blok peredam.
2. 'Single Acting Hammer'
Alat ini menggunakan tekanan dalam sebuah silinder. Tekanan
uap ini, adalah alat pemukul ('ram ') naik yang merupakan
sebuah katup/klep yang dipasang pada silinder tersebut dan
melepaskan tekanan uap yang ada dalam silinder. Akibatnya
'ram' tadi jatuh dan memukul bagian atas dari tiang dan
demikian berjalan terus-menerus. Biasanya banyaknya pukulan
berjumlah antara 50 sampai 80 kali per menit.
3. 'Double Acting Hammer'
'Hammer' ini juga mengglinakan tekanan udara, dengan adanya
suatu sistem klep yang dipasang sedemikian rupa, sehingga
tekanan diberikan dalam dua arah, yaitu:
Tekanan ke atas untuk mengangkat 'ram' dan kemudian 'ram'
jatuh akibat berat sendiri. Di samping berat sendiri, 'ram' juga
ditambah dengan tekanan udara ke arab bawah.
Keuntungan dari double acting hammer adalah bahwa pukulan-
pukulan selama pemancangan bisa lebih kontinyu.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -43
4. Differential hammer
Hammer ini mempunyai ruang tekanan piston atas dan bawah,
mendapatkan tenaga dari perbedaaan tekanan di kedua ruang
tekanan piston tadi.
Prinsipnya hampir sarna dengan single acting hammer ataupun
double acting hammer, tetapi frekwensi pemukullebih
cenderung sarna dengan double acting hammer.
5. Diesel hammer.
Tipe ini dari hammer aclalah diesel hammer, tipe ini
mendapatkan energi dari dua sumer, pertama akibat berat
sendiri ram akibat tekanan udara, kedua akibat pembakaran
motor diesel.
Gambar 4.28
b. Tower Crane
Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material
secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang
gerak yang terbatas, menurut Susy Fatena R, Ir, MSc dalam bukunya
Alat Berat untuk proyek konstruksi. Tipe crane dibagi berdasarkan cara
crane.
1. Free Standing Crane
Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi
yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus
mencapai ketinggian yang besar maka kadang-kadang digunakan
pondasi dalam seperti tiang pancang. Tiang pancang (mast) diletakan
diatas dasar dengan diberi ballast sebagai penyeimbang
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -44
(counterweight). Syarat dari pondasi crane adalah pondasi tersebut
harus mampu menahan momen, berat crane dan berat material yang
diangkat.
Tipe jib atau lengan pada tower crane ada dua yaitu sddle jib dan
luffing jib. Saddle jib adalah lengan yang mendatar dengan sudut 900
terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak
3600, sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur
lebih dari 900. dengan kelebihan ini maka hambatan pada saat
lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian pergerakan tower
dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang
menggunakan saddle jib.
2. Rail Mounted Crane
Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk
bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang
gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini
adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakank pada
permukaan datar sehingga tiang tidak menjadi miring.
Crane jenis ini digerakkan dengan menggunakan motor pengerak.
Jika kemiringan tiang melebihi 1/200 maka motor penggerak tidak
mampu menggerakan crane. Selain itu juga perlu diperhatikan desai
rel pada tikungan karena tikungan yang terlalu tajam akan
mempersulit motor penggerak untuk menggerakan alat.
Ketinggian maksimum rail mounted crane adalah 20 meter dengan
berat beban yang diangkat tidak melebihi 4 ton. Batasan ini perlu
diperhatikan untuk menghindari jungkir, mengingat seluruh badan
crane bergerak pada saat pengangkatan material. Walaupun
kapasitas angkut dan ketinggian yang terbatas namun keuntungan
dari rail mounted crane adalah jangkauan yang lebih besar sesuai
dengan panjang rel yang tersedia.
3. Tied in Crane
Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter.
Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100m, maka crane
harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan. Fungsi
dari penjangkaran ini adalah untuk menahan gaya horizontal. Dengan
demikian crane tipe tied in tower crane dapat mencapai ketinggian
sampai 200 meter.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -45
4. Climbing Crane
Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane
adalah crane panjat atau climbing crane. Crane tipe ini diletakan
didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane
bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan
dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks.
5. Bagian Crane
Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib,
counter weight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal
yang berdiri diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal
yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan.
Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan
counter weight sebagai penyeimbang beban. Trolley merupakan alat
yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk memindahkan
material secara horizontal pada trolley tersebut dipasangkan hook a
tau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat
material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib
supaya tetap dalam kondisi lurus 900 terhadap tiang utama. Pada
bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat ruang operator dan
dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring berfungsi untuk
memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan
alat untuk menambah ketinggian crane.
6. Kriteria Pemilihan Tower Crane
Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material
didasarkan pada kondisi lapangan yang tidak luas, ketinggian yang
tidak terjangkau oleh alat lain dan tidak dibutuhkannya pergerakan
alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum proyek tersebut
dimulai. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengoperasiannya
crane harus diletakan di suatu tempat yang tetap selama proyek
berlangsung, sehingga crane harus mampu memenuhi kebutuhan
akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya
sesuai dengan daya jangkau yang ditetapkan. Selain itu, pada saat
proyek telah selesai pembongkaran crane harus dapat dilakukan
dengan mudah. Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus
mempertimbangkan :
a. Situasi proyek
b. Bentuk struktur bangunan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -46
c. Kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun
pada saat pembongkaran
d. Ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan
Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan
atas berikut ini :
a. Berat, dimensi dan daya jangkau pada beban terberat
b. Ketinggian maksimum alat
c. Perakitan alat di proyek
d. Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya
e. Ruang yang tersedia untuk alat
f. Luas area yang harus dijangkau alat
g. Kecepatan alat untuk memindahkan material
7. Kapasitas Tower Crane
Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor yang perlu
diperhatikan adalah bahwa jika material yang diangkut oleh crane
melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu
berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :
a. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari ketinggian alat
b. Untuk mesin beroda ban karet adalah 85% dari kapasitas alat.
c. Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari
kapasitas alat.
Faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat
adalah berikut ini :
a. Kekuatan angin terhadap alat
b. Ayunan beban pada saat dipindahkan
c. Kecepatan pemidahan material
d. Pengereman mesin dalam pergerakannya
Kapasitas pengangkatan material oleh crane ditentukan berdasarkan
tabel-tabel dan gambar-gambar di bawah ini. Pada saat menghitung
beban sebaiknya ditambahkan 5% dari total beban untuk faktor
keamanan.
4.3 LANGKAH-LANGKAH MOBILISASI PERALATAN :
a. Izin Pemasukan Barang / Peralatan
Bila kontraktor bermaksud untuk mendatangkan barang / peralatan dan
kendaraan dari luar negeri yang diperlukan dalam proyek, maka prosesnya
adalah sebagai berikut :
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -47
1) Kepala Proyek mengajukan master list of equipment / daftar induk peralatan
yang akan didatangkan Kepada Perusahaan / Instansi Pusat untuk diajukan
persetujuan Pimpro / Pimbagpro
2) Apabila kontraktor akan mengimpor barang / peralatan yang belum
diproduksi di dalam negeri, maka diperlukan permohonan dari kontraktor
dengan persetujuan Pimpro / Pimbagpro
3) Pemimpin proyek / Instansi Pusat mengajukan / membuat rekomendasi yang
ditujukan kepada Direktur Impor Departemen Perdagangan untuk
memperoleh persetujuan impor dengan fasilitas OB-23.
4) Apabila disetujui, maka Direktorat Impor Departemen Perdagangan akan
menerbitkan Surat Persetujuan Impor yang ditujukan kepada proyek /
Instansi Pusat.
5) Dengan dasar persetujuan ini dan pemberitahuan dari kontraktor tentang
data pengapalan barang / peralatan, proyek / Instansi Pusat akan membuat
rekomendasi yang ditujukan ke Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk
memperoleh fasilitas pemasukan barang impor.
6) Direktorat Jenderal Bea Cukai kemudian akan menerbitkan surat persetujuan
berupa surat keputusan.
b. Izin Pengoperasian Peralatan / Kendaraan
Izin ini dapat diperoleh dari pihak kepolisian dengan mengikuti prosedur yang
berlaku.
c. Izin Penggunaan Jalan / Jembatan
Perlunya mendapatkan izin ini antara lain untuk menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan, misalnya : rusaknya jalan karena perulangan / repetisi
beban kendaraan yang berlebihan atau ambruk jembatan karena beban yang
melebihi kemampuan jembatan, sehingga perlu batasan berat muatan. Izin ini
dimintakan persetujuannya ke Dinas Angkutan Lalu Lintas Jalan Raya dengan
mengikuti prosedur yang berlaku.
d. Komposisi Peralatan
Pimpro / Pimbagrpo harus memeriksa tentang kecukupan dan komposisi armada
peralatan (fleet) yang dimobilisasi oleh kontraktor ke lapangan. Artinya apakah
kemampuan alat-alat berat tersebut telah sesuai dengan keperluan, sesuai
dengan keadaan setempat serta jenis dan jumlahnya telah mencukupi untuk
melaksanakan pekerjaan, supaya jangan terjadi ketimpangan yaitu ada jenis
peralatan yang jumlah / kemampuanya berlebihan dan ada jenis peralatan yang
jumlah / kemampuannya sangat kurang.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -48
e. Pendatangan Peralatan-peralatan Berat
Sebelum mendatangkan peralatan-peralatan berat ke lokasi pekerjaan kontraktor
wajib meneliti kondisi jalan, jembatan, gorong-gorong, dermaga dan lain-lainnya
yang akan dilalui oleh alat-alat berat tersebut dan harus juga mempertimbangkan
kekuatan strukturnya setelah alat-alat berat tersebut digunakan dan dimuati
beban. Kontraktor harus mendatangkan peralatan berat itu seperlunya saja,
sehingga tidak akan menimbulkan masalah / hambatan bagi lalu lintas umum.
Didalam pemasangannya, Pimpro / Pimbagpro harus mengacu pada daftar
peralatan yang dilampirkan oleh kontraktor pada waktu mengajukan penawaran
dalam pelelangan.
4.4 ACUAN MOBILISASI PERALATAN
a. Acuan Perencanaan dan Penjadwalan
Acuan mobilisasi peralatan adalah daftar kebutuhan dan jadwal mobilisasi yang
sudah ditentukan dalam perencanaan dan penjadwalan pelaksanaan proyek.
Sehubungan dengan itu perhatikan dan teliti dengan cermat kebutuhan peralatan
sesuai jenis maupun jumlah sesuai kapasitas dan produktivitas yang ditentukan.
b. Acuan Dalam Dokumen Kontrak
Agar supaya tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan dalam dokumen
kontrak maka pelaksanaan mobilisasi peralatan supaya selalu memperhatikan
hal-hal yang tertuang dalam syarat umum kontrak antara lain:
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Lalu lintas Luar Biasa
(1) Kontraktor harus menggunakan cara yang
wajar untuk mencegah rusaknya jalan atau
jembatan yang menghubungkan lapangan
atau jalan menuju lapangan oleh lalu lintas
kontraktor atau sub kontraktornya.
Kontraktor harus memilih jalan, memilih dan
menggunakan kendaraan dan membatasi
serta membagi beban muatan agar lalu lintas
yang luar biasa yang tidak dapat dihindarkan
akibat pemindahan peralatan dan bahan dari
dan ke lapangan, sejauh mungkin dibatasi
agar tidak terjadi kerusakan atau musibah
yang tidak perlu pada jalan dan jembatan
yang dilalui
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -49
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Muatan Khusus (2) Apabila ternyata bahwa kontraktor perlu
memindahkan peralatan kontraktor, mesin
atau unit pekerjaan atau bagian dari unit
tersebut yang telah dirakit dan pemindahan
tersebut mungkin merusak jalan atau
jembatan kalau tidak dilakukan perlindungan
atau perkuatan khusus, maka sebelum
muatan tersebut dipindahkan, kontraktor
harus memberitahukan kepada Direksi
Pekerjaan secara tertulis yang
memberitahukan berat dan keterangan
lainnya serta usulannya untuk perlindungan
dan perkuatan jalan atau jembatan tersebut
dan pemindahan itu harus boleh dilaksanakan
apabila sudah diperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Dengan ketentuan, biaya
dan pengeluaran untuk itu akan ditanggung
oleh kontraktor kecuali ditetapkan lain dalam
syarat khusus kontrak pasal 30 ayat (2).
Penyelesaian
Klaim Akibat Lalu
Lintas Luar Biasa
(3) Apabila selama pelaksanaan pekerjaan atau
sewaktu-waktu setelah itu kontraktor
mendapat klaim dan klaim itu timbul dari
pelaksanaan, penyelesaian atau perbaikan
pekerjaan berkenaan dengan kerusakan jalan
atau jembatan, kontraktor harus dengan
segera memberitahukan hal itu kepada Direksi
Pekerjaan.
Bila klaim atau sebagian dari klaim itu
menurut pendapat Direksi Pekerjaan timbul
oleh karena kontraktor tidak mematuhi dan
tidak melaksanakan kewajibannya sesuai ayat
(1) dan (2) pasal ini, maka kontraktor wajib
dengan segera memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biayanya sendiri sesuai
dengan instruksi Direksi Pekerjaan, kecuali
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -50
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
jika kerusakan tersebut disebabkan oleh
kesalahan pemilik, wakilnya atau petugasnya,
biayanya akan ditanggung oleh pemilik dan
selanjutnya pemilik akan merundingkan
penyelesaian dan membayar seluruh uang
yang harus dibayarkan berkenaan dengan
klaim tersebut dan akan membebaskan
kontraktor dari kewajibannya membayar ganti
rugi berkenaan dengan itu dan yang
berkenaan dengan klaim, proses pengadilan,
ganti rugi, biaya, ongkos dan semua biaya
yang berhubungan dengn itu semua.
Lalu lintas Air (4) Apabila karena sifat pekerjaan mengharuskan
kontraktor menggunakan transportasi air,
maka ketentuan terdahulu mengenai jalan
dalam pasal ini harus ditafsirkan meliputi pintu
air, dermaga, tanggul atau bangunan lain
yang berhubungan dengan alur pelayanan
dan kendaraan harus ditafsirkan termasuk
kapal dan harus berlaku ketentuan yang
sesuai dengannya. Tidak ada ketentuan
apapun yang termuat didalam pasal ini yang
akan membebaskan kontraktor dan sub
kontraktor dari ketaatan kepada peraturan
perundangan negata yang mengatur lalu lintas
di jalan, jembatan atau alur pelayaran.
Kebersihan
Lapangan
32 Selama pelaksanaan, penyelesaian dan
perbaikan pekerjaan, kontraktor harus
membebaskan lapangan dari rintangan dan
sewaktu-waktu bila diarahkan oleh Direksi
Pekerjaan, kontraktor harus menyimpan atau
menyingkirkan peralatan kontraktor dan dari
lapangan segala puing dan sampah atau
pekerjaan sementara yang tidak diperlukan
lagi.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -51
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Peralatan dan
lain-lain,
penggunaan
semata-mata
pekerjaan
(1) Seluruh peralatan kontraktor, pekerjaan
sementara dan bahan-bahan yang disediakan
kontraktor, bila dibawa ke lapangan harus
dianggap hanya dimaksudkan untuk
pembangunan dan penyelesaian pekerjaan.
Kontraktor tidak boleh memindahkan barang
tersebut dari Direksi Pekerjaan, kecuali
memindahkannya dari suatu bagian lapangan
ke bagian yang lain atau mengembalikan
peralatan atau alat yang disewa kepada
pemilik yang sah dalam hal kontraktor gagal
memenuhi kewajiban sewanya.
Kontraktor harus mengadakan perjanjian
resmi secara tertulis dengan sub kontraktor,
sub kontraktor yang ditunjuk atau orang-orang
lain yang menyewakan peralatan atau alat
kepada kontraktor untuk menjamin bahwa
semua ketentuan pasal ini berlaku atas semua
peralatan atau alat tersebut tanpa
memandang mengenai pemiliknya.
Pemilik tidak
bertanggung
jawab atas
kerusakan
Peralatan
(3) Pemilik tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan peralatan
kontraktor, pekerjaan sementara atau bahan-
bahan, kecuali sebagaimana yang disebutkan
dalam syarat umum kontrak pasal 20 ayat (2)
(Resiko yang dikecualikan) dan pasal 65 ayat
(1) (Tidak ada tanggung jawab atas resiko
khusus)
Ongkos Bongkar
Muat
(4) Kontraktor harus bertanggung jawab semua
biaya yang berhubungan dengan bongkar
muat setiap peralata, bahan-bahan atau
barang-barang lain yang dibawa masuk ke
atau dikirim dari wilayah Indonesia oleh
kontraktor untuk keperluan kontrak. Apaila
diperlukan pemilik akan membantu kontraktor
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 4: Mobilisasi Peralatan
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4 -52
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
dalam memperoleh izin pengeluaran peralatan
konstruksi, bahan-bahan dan barang-barang
lain yang diperlukan bagi pekerjaan dari
pabean.
Izin masuk Bukan
Persetujuan atas
Bahan-bahan
(5) Pelaksanaan pasal 53, ayat (1) (peralatan, dll
penggunaan semata-mata untuk pekerjaan)
tidak boleh dianggap merupakan persetujuan
Direksi Pekerjaan mengenai bahan-bahan
atau hal lainnya yang disebut dalam pasal 53
Ayat (1), maupun mencegah penolakan
bahan-bahan tersebut sewaktu-waktu oleh
Direksi Pekerjaan.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -1
BAB V
MOBILISASI MATERIAL
5.1 UMUM
Fungsi sumber daya bahan / material termasuk sumber daya alam yang sudah
mendapatkan perlakuan misalnya sudah disurvei dan dipatok dan bahan / material
yang diproduksi di pengolahan / pabrik, merupakan salah satu unsur sumber daya
yang dibentuk dengan metode, teknik dan prosedur sehingga menjadi produk jadi
sesuai dengan yang direncanakan.
Sehubungan dengan itu sumber daya bahan / material merupakan bahan material
yang ”harus” ada atau diadakan sesuai kebutuhan.
Dalam rangka mobilisasi bahan / material banyak hal-hal yang perlu perhatian
antara lain :
(1) Mobilisasi bahan / material dan alat-alat berat
Lalu lalangnya kendaraan / alat-alat berat dengan keseringan tinggi akan
berdampak :
a. Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan
Penanganannya dengan mengatur kecepatan kendaraan dan penyiraman
secara berkala.
Pemantauan : Perhatikan keluhan masyarakat.
b. Timbulnya kerusakan jalan pada jalan yang sudah ada.
Penanganannya dengan memelihara dan memperbaiki jalan secara rutin dan
pembatasan muatan kendaraan.
Pemantauan : Perhatikan kondisi jalan yang sudah ada.
(2) Pembuatan/Pengoperasian „Base Camp“, Bengkel, Gudang dan
sebagainya.
a. Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan
Dampak ini diatasi dengan pengaturan pelaksanaan dan pemakaian alat
peredam bising dan penyaring debu.
Pemantauan : Perhatikan keluhan masyarakat.
b. Timbulnya genangan air dan pencemaran pada badan air dan sumber air.
Dampak ini diatasi dengan menggunakan sistem drainase yang baik dan
membuat kolam penampung limbah.
Pemantauan : Perhatikan kualiatas air.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -2
c. Gangguan terhadap flora
Penanganannya dengan menerapkan sistem drainase yang baik dan
membuat kolam penampung limbah.
Pemantauan : Perhatikan kondisi flora di sekita proyek.
5.2 KEBUTUHAN BAHAN / MATERIAL
Kebutuhanb bahan / material seharusnya sudah dihitung pada saat perencanaan
dan penjadwalan sumber daya. Teliti dengan cermat kebutuhan sumber daya
material terdiri dari jenis material apa yang dibutuhkan dan berapa volume atau
jumlahnya.
Dengan memegang daftar kebutuhan bahan lengkap dengan jadwal kebutuhan
bahan material dapat dilakukan pesanan bahan / material yang dibutuhkan jangka
waktu tertentu.
Perlu dipertegas bahan / material yang dibutuhkan proyek diadakan oleh
perusahaan atau didelegasikan kepada proyek. Apabila pengadaannya
didelegasikank / diserahkan kepada proyek, maka pihak proyek harus menyiapkan
pesanan-pesanan kepada pemasok bahan / material.
5.3 ACUAN MOBILISASI MATERIAL
Yang pasti tentang mutu bahan / material termasuk dimensi dan ukuran-ukurannya
tertuang dalam spesifikasi dan gambar kontrak.
Sedangkan ketentuan lain termasuk mobilisasi bahan / material ada pengaturan lain,
antara lain tertuang dalam syarat umum kontrak sebagai berikut :
SUBSTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Mutu Bahan, Mutu
Pekerjaan dan
Pengujian
(1) Semua mutu bahan dan mutu pengerjaan harus
ssuai dengan masing-masing jenis yang diuraikan
dan dirinci dalam kontrak dan sesuai dengan
instruksi Direksi Pekerjaan yang sewaktu-waktu
dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
diadakan pengujian di tempat pembuatan barang
atau di pabrik atau di lapangan atau di tempat-
tempat lain untuk pengujian.
Pekerjaan untuk diadakan pengujian di tempat
pembuatan barang atau di pabrik atau di lapangan
atau di tempat-tempat lain untuk pengujian.
Kontraktor harus menyediakan bantuan, peralatan,
mesin, tenaga kerja dan bahan yang biasanya
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -3
SUBSTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
diperlukan dan mutu, bahan sebanyak yang
digunakan dan atas inisiatifnya sendiri
menyediakan contoh bahan yang mungkin dipilih
atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan untuk
pengujian sebelum digunakan dalam Pekerjaan.
Biaya contoh (2) Semua contoh harus disediakan oleh kontraktor
dengan biaya sendiri apabila penyediaan itu
secara jelas diwajibkan dalam kontrak, tetapi
apabila tidak maka biayanya ditanggung Pemilik.
Biaya Pengujian (3) Biaya untuk melakukan pengujian harus
ditanggung oleh kontraktor apabila penyediaan
tersebut secara jelas diwajibkan atau ditentukan
dalam kontrak dan khusus untuk pengujian
denhgan beban atau pengujian untuk memastikan
apakah rancangan pekerjaan yang telah selesai
atau sebagian telah selesai sesuai dengan tujuan
yang harus dipenuhinya, harus dijelaskan secara
khusus di dalam kontrak dengan cukup rinci untuk
memungkinkan kontraktor memasukkan biaya itu
kedalam penawarannya.
Biaya Pengujian yang
Tidak Tersedia dan
lain-lain
(4) Apabila pengujian diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dalam hal :
a. Tidak diwajibkan atau tidak ditentukan dalam
kontrak
b. Tidak dijelaskan secara khusus bahwa
diwajibkan dalam kontrak, atau
c. Diwajibkan atau ditentukan dalam kontrak,
tetapi Direksi Pekerjaan memerintahkan
pengujian itu dilaksanakan oleh pihak di tempat
lain, selain dari lapangan atau tempat
pembuatan barang atau pabrik dari bahan-
bahan yang diuji.
Maka apabila pengujian menunjukkan bahwa mutu
pengerjaan atau bahan-bahan tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan kontrak atau instruksi Direksi
Pekerjaan, biaya pengujian tersebut harus
ditanggung oleh kontraktor, tetapi bila sebaliknya
maka biaya pengujian itu ditanggung oleh pemilik.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -4
SUBSTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Pemeriksaan Lapangan (5) Direksi Pekerjaan dan setiap orang yang diberi
kuasa olehnya, setiap waktu harus boleh dan
dapat memasuki lapangan dan semua bengkel
serta tempat-tempat pekerjaan dilaksanakan dan
dibuat atau tempat bahan diproduksi atau barang
atau mesin diperoleh untuk pekerjaan. Kontraktor
harus menyediakan fasilitas dan bantuan untuk
dapat memasuki lapangan tersebut.
Pemeriksaan Pekerjaan
Sebelum Ditutup
(6) (1) Tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan,
pekerjaan tidak boleh ditutup atau menjadi
tidak tampak. Kontraktor harus memberikan
kesempatan penuh kepada Direksi Pekerjaan
untuk memeriksa pondasi sebelum pekerjaan
permanen dibangun diatasnya.
Kontraktor harus memberitahukan pada
waktunya kepada Direksi Pekerjaan apabila
pekerjaan atau pondasi telah siap atau hampir
siap untuk diperiksa dan Direksi Pekerjaan
tanpa penundaan yang tak beralasan, akan
hadir dengan tujuan memeriksa pekerjaan
atau pondasi tersebut, kecuali apabila dia
menganggap tidak perlu dan
memberitahukannya kepada kontraktor.
Namun, jika ternyata kontraktor menutup
pekerjaan tanpa mematuhi ketentuan di atas,
maka bila Direksi Pekerjaan menghendaki,
Direksi Pekerjaan dapat meminta pekerjaan
dibuka kembali untuk pemeriksaan dan
kontraktor tidak akan memperoleh
penggantian biaya.
(2) Kontraktor harus membuka kembali bagian
atau bagian-bagian pekerjaan atau membuat
lubang pemeriksaan, didalam atau melalui
Pekerjaan, apabila sewaktu-waktu diarahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan harus memulihkan
dan memperbaiki bagian atau bagian-bagian
tersebut sesuai dengan kontrak dan atau
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Jika bagian atau bagian-bagian tersebut yang
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 5: Mobilisasi Material
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5 -5
SUBSTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
telah ditutup atau yang menjadi tidak tampak
telah mematuhi persyaratan ayat (1) pasal ini,
tetapi diminta kembali, pembuatan lubang
pemeriksaan, pemulihan dan perapihan
bagian-bagian tersebut ditanggung oleh
pemilik. Dalam hal pekerjaan tersebut
ternyata tidak dilaksanakan sesuai dengan
kontrak, maka seluruh biayanya harus
ditanggung oleh kontraktor.
Pembersihan Pekerjaan
yang Tidak Baik dan
Bahan yang Tidak
Memenuhi Syarat
(7) Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi
Pekerjaan sewaktu-wktu berwenang untuk
memerintahkan secara tertulis :
a. Penyingkiran bahan dari lapangan yang
menurut Direksi Pekerjaan tidak sesuai
dengan kontrak
b. Penggantian bahan dengan bahan yang tepat
dan sesuai, dan
c. Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu
pekerjaan atau bagian daripadanya yang
bahan dan mutu pekerjaannya menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak sesuai
dengan kontrak, meskipun sebelumnya telah
dilakukan pengujian atau telah dilakukan
pembayaran angsuran untuk pekerjaan atau
bagiani pekerjaan tersebut.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-1
BAB VI
DEMOBILISASI SUMBER DAYA
6.1 DEMOBILISASI SUMBER DAYA
Pada prinsipnya demobilisasi sumber daya terjadi atas dasar 4 sebagai yaitu :
1. Tidak diperlukan lagi
2. Pemutusan kontrak sebelum pekerjaan selesai
3. Pekerjaan sudah selesai
4. Karena sebab khusus
Unsur-unsur sumber daya yang tidak dipergunakan lagi seyogyanya harus
didemobilisasi karena dilihat dari segi bisnis akan menjadi beban tersendiri dan
dapat menimbulkan kerugian.
6.2 DEMOBILISASI TENAGA KERJA
6.2.1 Sebab-sebab Demobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang tidak diperlukan lagi karena :
a. Sudah habis kontraknya
b. Tidak atau dianggap tidak mampu melakukan tugas
c. Karena sebab lain
6.2.2 Demobilisasi Tenaga Kerja
Dalam rangka demobilisasi tenaga kerja harus arif, bijaksana dan cermat,
karena menyangkut masalah kemanusiaan yang sangat sensitif dan
peraturan perundang-undangan menyangkut kemanusiaan memang tidak
mudah diprediksi, apabila yang bersangkutan menerima dengan senang hati,
mungkin tidak ada persoalan dibelakang hari, tetapi apabila kurang atau
tidak dapat menerima kenyataan dan akan lebih rumit lagi apabila
melibatkan pihak lain untuk membantu dan membelanya, persoalannya akan
menjadi rumit.
Untuk mengatasi persoalan tenaga kerja dapat diminimalkan dengan cara
setiap permasalahan atau persoalan tenaga kerja selalu dipecahkan dan
diselesaikan mengacu peraturan perundang-undangan Ketenaga Kerjaan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-2
atau perburuhan secara Internasional, Nasional dan Peraturan Daerah
(Perda) setempat.
6.2.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak
Selama itu ada dasar hukum / ketentuan yang cukup relevan dan harus
dipatuhi oleh kontraktor yaitu : Ketentuan yang tertuang dalam dokumen
kontrak.
Dalam syarat-syarat umum kontrak sebagai berikut :
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Mengeluarkan
Tenaga Kerja
Kontraktor
(1) Direksi Pekerjaan berhak menolak dan
mewajibkan kontraktor memberhentikan
seseorang yang dipekerjakan oleh kontraktor
pada atau sehubungan dengan pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang
tidak seronoh, tidak cakap atau ceroboh dalam
pelaksanaan tugasnya atau yang menurut
pertimbangan Direksi Pekerjaan orang tersebut
tidak patut dipekerjakan lagi tanpa izin tertulis
dari Direksi Pekerjaan, orang yang
diberhentikan secara demikian dari pekerjaan
harus diganti secepat mungkin dengan seorang
pengganti yang cakap yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
Pengembalian
Tenaga Kerja
(2) Kontraktor harus mempertanggung jawabkan
mengenai pengembalian ke tempat kerja
direkrut atau pengembalian ke tempat tinggal
asal mereka bekerja ketika dia direkrut dan
dipekerjakan untuk tujuan atau sehubungan
dengan kontrak dan harus mengurus orang-
orang yang akan dikembalikan tersebut dengan
cara yang sesuai sampai mereka
meninggalkan lapangan sebagaimana
mestinya.
Khusus untuk tenaga ahli asing sesudah
selesainya tugas yang diberikan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan, harus dikembalikan ke
negara asalnya.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-3
6.3 DEMOBILISASI PERALATAN
6.3.1 Nilai Penggunaan Peralatan
Peralatan khususnya peralatan berat untuk pekerjaan konstruksi sangat
mahal harganya. Bilamana kepemilikan peralatan berat dilihat sebagai
investasi maka harus dapat dihitung rasio nilai dengan nilai produktivitas
yang harus mempunyai nilai tambah atau nilai keuntungan atas pemilihan
peralatan.
Apabila dipandang lebih baik menyewa daripada membeli peralatan maka
harus dihitung secara teliti dan cermat besarnya sewa peralatan bila perlu
dapat dihitung besarnya sewa per jam minimal per hari.
Berbasis nilai sewa inilah pemakai peralatan harus jeli dan pandai-pandai
pengoperasian peralatan berat yang dikaitkan langsung dengan pencapaian
atau penyelesaian per item pekerjaan proyek.
6.3.2 Profesional Dalam Mengoperasian Peralatan
Masalah kebutuhan dan jadwal pengoperasian peralatan seharusnya sudah
dibuat pada waktu penyusunan jadwal pelaksanaan proyek.
Dengan pertimbangan biaya investasi maupun biaya sewa peralatan sangat
mahal maka kebutuhan, pemanfaatan / pengoperasian sampai demobilisasi
peralatan perlu dikelola secara proporsional dan profesional.
Bayangkan berapa nilai uang / investasi yang hilang setiap unit peralatan
yang tidak hilang setiap unit peralatan yang tidak beroperasi (idle) selama 1
(satu) jam atau 1 (satu) hari saja.
6.3.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak
Tentang demobilisasi peralatan, cukup banyak ketentuan yang tertuang
dalam syarat-syarat umum kontrak antara lain :
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Peralatan, dll
Penggunaan
Semata-mata untuk
Pekerjaan
(1) Seluruh peralatan kontraktor, pekerjaan sementara
dan bahan-bahan yang disediakan kontraktor, bila
dibawa ke lapangan harus dianggap hanya
dimaksudkan untuk pembangunan dan
penyelesaian pekerjaan. Kontraktor tidak boleh
memindahkan barang tersebut atau bagian dari
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-4
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
padanya, tanpa izin tertulid dari Direksi Pekerjaan,
kecuali memindahkannya dari satu bagian
Lapangan ke bagian yang lain atau
mengembalikan peralatan atau alat yang disewa
kepada pemilik yang sah dalam hal kontraktor
gagal memenuhi kewajiban sewanya. Kontraktor
harus mengadakan perjanjian resmi secara tertulis
dengan sub kontraktor. Sub kontraktor yang
ditunjuk atau alat tersebut tanpa memandang
mengenai pemilikannya.
Penyingkiran
Peralatan dan lain-
lain
(2) Setelah penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus
menyingkirkan dari lapangan semua peralatan
kontraktor dan pekerjaan sementara yang masih
tersisa dan semua bahan-bahan yang tidak
terpakai yang disediakan oleh kontraktor.
Pemilik
Bertanggung jawab
atas Kerusakan
Peralatan, dll.
(3) Pemilik tidak bertanggung jawab atas kehilangan
atau kerusakan peralatan kontraktor, pekerjaan
sementara atau bahan-bahan, kecuali
sebagaimana yang disebutkan dalam syarat umum
kontrak pasal 20 ayat (2) (Resiko yang
dikecualikan) dan pasal 65 ayat (1) (Tidak ada
tanggung jawab atas resiko khusus).
Ongkos Bongkar
Muat
(4) Kontraktor harus menanggung semua biaya yang
berhubungan dengan bongkar muat setiap
peralatan, bahan-bahan atau barang-barang lain
yang dibawa masuk ke atau dikirim dari wilayah
Indonesia oleh Kontraktor untuk keperluan kontrak.
Apabila diperlukan, pemilik akan membantu
kontraktor dalam memperoleh izin pengeluaran
peralatan konstruksi, bahan-bahan dan barang-
barang lain yang diperlukan bagi pekerjaan dari
pabean.
Penyerahan
Barang-barang,
Peralatan, dll
(5) Tanpa izin dari pemilik, kontraktor tidak boleh
menjual, menyewakan atau menyerah terimakan
peralatan kontraktor, barang-barang, peralatan
atau harta benda lain yang dipergunakan bagi
pekerjaan.
Re–eksport
Peralatan
(6) Dalam hal kontraktor mengimpor peralatan
kontraktor untuk keperluan pekerjaan, maka
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-5
SUBTANSI PASAL
AYAT (-) URAIAN
Kontraktor pemilik akan membantu kontraktor apabila
diperlukan dalam proses perolehan izin reekspor
peralatan kontraktor tersebut harus menyingkirnya
peralatan kontraktor tersebut dari lapangan
Tindakan Pemilik
setelah Kontrak
Diputus
(3) Jika kontrak diputus karena kegagalan kontraktor
sebagaimana ditetapkan dalam pasal ini, pemilik
berhak menguangkan jaminan pelaksanaan dan
jaminan uang muka sebagaimana ditetapkan
dalam syarat umum kontrak pasal 7 ayat (4) (uang
muka) untuk memperoleh kembali seluruh atau
sisa uang muka. Sanksi lain, jika ada ditetapkan
dalam syarat khusus kontrak dalam pasal 63 ayat
(3).
Kegagalan
Menyingkirkan
Peralatan
Kontraktor, dan
sebagaimana dari
Lapangan
(4) Jika kontraktor gagal atau menolak menyingkirkan
semua peralatan kontraktor atau sebagainya,
bahan atau barang kelebihan atau yang tidak
digunakan dari lapangan, kecuali yang akan
digunakan oleh pemilik dan telah diberitahukan
kepada kontraktor sebagaimana ditetapkan dala
ayat (1) pasal ini, maka pemilik berhak
mempekerjakan dan membayar pihak ketiga untuk
melakukan penyingkiran tersebut. Semua atau
ongkos untuk itu harus dipotong oleh pemilik dari
uang yang menjadi hak kontraktor.
Penyingkiran
peralatan pada
waktu kontrak
diputus
(7) Jika kontrak diputus sesuai dengan ketentuan ayat
(6) tentang : pecah perang pasal ini, kontraktor
harus secepatnya menyingkirkan semua peralatan
kontraktor dari lapangan dan harus memberikan
fasilitas yang sama kepada sub kontraktornya
untuk melakukan hal tersebut.
6.4 DEMOBILISASI MATERIAL
Persoalan demobilisasi material pada dasarnya terjadi akibat :
a. Material tidak diterima oleh Direksi Proyek (pemilik proyek)
b. Terjadi kelebihan stok penyediaan
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-6
6.4.1 Tidak diterima (reject)
Persoalan material yang didatangkan tidak diterima dan harus ditarik kembali
biasanya karena :
1. Mutunya tidak sesuai spesifikasi
2. Ukuran dan dimensi juga menyimpang dari spesifikasi
Dalam hal ini akan menjadi tambahan menyangkut kembali dan mungkin
dapat terjadi material mungkin tidak dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan lain
yang akhirnya bisa menimbulkan tambahan beban lagi tentang
penyimpangan dan penyediaan tempat atau gudang dan masih ada lagi
persoalan lainnya yaitu keamanan yang kadang membutuhkan tenaga
pengamanan yang perlu dibayar.
Dengan gambaran umum diatas maka seyogyanya kontraktor dengan
ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.
6.4.2 Kelebihan stok penyediaan
Dapat terjadi stok penyediaan material lebih karena salah perhitunhan atau
mungkin terjadi optimasi proyek atau perubahan desain yang tidak
memerlukan lag sejumlah bahan yang sudah tersedia.
Dalam hal ini mobilisasi material menjadi gampang-gampang susah, bagi
kontraktor yang cukup mampu dan sudah mendapat keuntungan,
direkomendasikan sisa material akan lebih baik lagi apabila disumbangkan
kepada masyarakat lingkungan kepada proyek untuk pembangunan
kepentingan / fasilitas umum.
6.4.3 Ketentuan Dalam Dokumen Kontrak
Selain hal-hal tersebut diatas kontraktor tidak boleh mengabaikan ketentuan-
ketentuan dalam dokumen kontrak antara lain tertuang dalam syarat-syarat
umum kontrak sebagai berikut :
Subtansi Pasal ayat
Uraian
Pemeriksaan Lapangan
(1) Direksi Pekerjaan dan setiap orang yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu harus boleh dan dapat memasuki lapangan dan semua bengkel serta tempat-tempat pekerjaan dilaksanakan dan dibuat atau tempat bahan, diproduksi atau barang atau mesin diperloleh untuk pekerjaan. Kontraktor harus menyedian fasilitas dan bantuan untuk dapat memasuki Lapangan tersebut.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Bab 6: Demobilisasi Sumber Daya
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-7
Subtansi Pasal ayat
Uraian
Pembersihan Pekerjaan yang Tidak Baik dan Bahan yang Tidak Memenuhi Syarat
(2) Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi Pekerjaan sewaktu-waktu berwenang untuk memerintahkan secara tertulis :
a. Penyingkiran bahan dari lapangan yang menurut Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak
b. Penggantian bahan dengan bahan yang tepat dan sesuai, dan
c. Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu pekerjaan atau bagian daripadanya yang bahan dan mutu pengerjaannya menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak, meskipun sebelumnya telah dilakukan pengujian atau telah dilakukan pembayaran angsuran untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tersebut.
Kelalaian Kontraktor Melaksanakan Perintah
(3) Dalam hal terjadi kelalaian kontraktor dalam melaksanakan perintah tersebut di atas, maka pemilik berhak mempekerjakan orang lain untuk melaksanakan perintah tersebut. Semua pengeluaran sebagai konsekuensi dari kontraktor dan pemilik dapat menahan pembayaran uang yang menjadi hak atau menjadi hak kontraktor, sampai kontraktor membayar pengeluaran tersebut.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Rangkuman
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-1
RANGKUMAN
Bab 1
1. Unsur utama sumber daya adalah 5M (Manusia, Material, Money, Methode, Machine)
2. Sumber daya manusia adalah sebagai insiator berfungsinya sumber daya lainnya
dengan cara memberikan jasanya untuk menghasilkan suatu produk sesuai yang
direncanakan.
3. Sumber daya selebihnya
a. Sumber daya methode adalah suatu teknik atau cara melakukank tugas pekerjaan
dengan menggunakan fasilitas untuk meningkatkan / melipatgandakan “jasa”
manusia.
b. Sumber daya peralatan untuk memperjelas pemenuhan/ tuntutan spesifikasi dan
melipatgandakan daya usaha dari jasa manusia.
c. Sumber daya bahan / material termasuk sumber daya alam yang sudah mendapat
perlakuan (disurvey atau dipatok) dan bahan material yang diproduksi di
pengolahan / pabrik.
d. Sumber daya uang sebagai alat pengendali utama dan ukuran keterkaitan/
ketergantungan.
Bab 2
1. Sebelum melakukan mobilisasi sumber daya antara lain Kepala Proyek, Direksi
Pengguna Jasa dan Konsultan Supervisi melakukan PCM (Pre Construction Meeting)
rapat pra pelaksanaan.
2. Konstruksi sudah menyiapkan site plan (Rencana Tata Letak Lapangan) secara
matang.
3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat, pemerintah daerah / instansi terkait.
Bab 3
1. Langkah-langkah mobilisasi tenaga kerja sebagai berikut :
a. Kepala Proyek membuat dan mengajukan daftar induk kebutuhan tenaga kerja
kepada perusahaan induk untuk diajukan/ dimintakan persetujuan Direksi
pengguna jasa.
b. Apabila akan menggunakan/ mendatangkan tenaga kerja asing harus ditempuh
prosedur khusus mengacu ketentuan dari Depnaker
c. Berdasarkan daftar induk kebutuhan tenaga kerja dapat dirinci lagi dan dibuat
daftar kebutuhan tenaga kerja yang harus dipenuhi.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Rangkuman
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-2
2. Mobilisasi tenaga kerja supaya selalu mengacu kepada :
a. Acuan perencanaan dan penjadwalan
b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak
Bab 4
1. Sebelum melakukan mobilisasi perlu memahami jenis, fungsi kapasitas setiap
peralatan
2. Langkah-langkah mobilisasi peralatan sebagai berikut :
a. Mengajukan ijin pemasukan peralatan (apabila diimport).
b. Mengajukan ijin pengoperasian peralatan/ kendaraan kepada pihak kepolisian
c. Mengajukan ijin penggunaan jalan/ jembatan yang akan dilewati peralatan
d. Menghitung komposisi kebutuhan peralatan kepada perusahaan
3. Mobilisasi peralatan supaya selalu mengacu kepada :
a. Acuan perencanaan dan pejadwalan
b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak
Bab 5
1. Sebelum melakukan mobilisasi bahan/ material perlu dipahami lebih dahulu jenis,
mutu, ukuran/ dimensi, jumlah bahan/ material yang dibutuhkan.
2. Apabila mobilisasi menggunakan alat angkut besar/ berat perlu dipertimbangkan ;
a. Seringnya lalu lalang angkutan bahan/ material
b. Timbulnya pencemaran udara (debu) dan kebisingan
c. Timbulnya kerusakan pada jalan yang sering dilewati
3. Mobilisasi bahan/ material supaya mengacu kepada :
a. Acuan perencanaan kepada penjadwalan
b. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak
Bab 6
1. Demobilisasi sumber daya khususnya tenaga kerja, peralatan dan bahan/ material
terjadi karena :
a. Tidak diperlukan lagi
b. Penutupan kontrak sebelum pekerjaan selesai
c. Pekerjaan sudah selesai
d. Karena sebab khusus
2. Demobilisasi sumber daya supaya selalu mengacu kepada ;
a. Ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak.
Modul GSBC-11: Mobilisasi dan Demobilisasi Sumber Daya Daftar Pustaka
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) DP-1
DAFTAR PUSTAKA
1. UU. No : 13 tahun 2003 tentang : Ketenagakerjaan
2. Keputusan MENAKERTRANS Kep. No. 228/EMN/2003 Tata Cara Pengesahan
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
3. Penggunaan Alat-Alat Berat, Modul 1. Pelatihan Manajer Alat-Alat Berat,
PUSLATJAKONS, Jakarta : 2001
4. Manajemen Peralatan, Modul Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan
5. Site Plan Modul Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan
6. Syarat-Syarat Kontrak Modul Pelatihan Superintendent Pekerjaan Pengairan
7. Hadji Sarosa, Purnomosidi, Dr.Ir, manajemen Praltis, Proyek Diklat Bina Marga.
8. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek Jilid 2, Edisi 2, Penerbit Erlangga, Jakarta 2001
9. Gosperst, Vincent, ISO 9001:2000 And Continual Quality Improvement, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta 2005