Top Banner
CSE – 07 = PENERAPAN K3 DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
84

PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

CSE – 07 = PENERAPAN K3 DALAM PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

PELATIHAN

AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Page 2: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

ii

KATA PENGANTAR

Modul CSE – 07 = Penerapan K3 dalam pelaksanan konstruksi merupakan salah satu modul

yang cukup penting dalam satu kesatuan modul-modul pelatihan Ahli K3 Konstruksi.

Apabila dalam pelaksanaan konstruksi ini telah tersusun metode kerja / pelaksanaan yang

betul-betul berbasis K3, kemudian metode kerja lengkap dengan instruksi kerja dilaksanakan

dengan disiplin dan konsisten, diharapkan cita-cita nihil kecelakaan dapat tercapai.

Dengan tercapainya nihil kecelakaan termasuk nihil penyakit kerja akan membawa

perusahaan mencapai prestasi dan reputasi yang baik sebagai modal utama untuk

berkompetensi dalam arena persaingan yang sangat ketat.

Biarpun telah dipersiapkan secara matang yang mengacu kepada SKKNI (Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latihan Kerja) yang sudah dibahas

dalam konvensi nasional yang dihadiri para pakar atau ahlinya dan asosiasi profesi,

dimaklumi bahwa materi pelatihan ini dimasa mendatang perlu terus disempurnakan.

Sehubungan dengan itu sumbang saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan.

Terima kasih

Tim Penyusun

Page 3: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

iii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI K3 KONSTRUKSI

TUJUAN PELATIHAN :

A. Tujuan Umum Pelatihan

Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :

Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan

ketentuan K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi

mencapai nihil kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi

2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi

3. Merencanakan dan menyusun program K3

4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3

5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan

instruksi kerja K3

6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3

yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku

7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika

diperlukan

8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan

darurat

Seri / Judul Modul = CSE – 07 : Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu melakukan penerapan K3 dalam

pelaksanaan konstruksi dengan metode kerja dan instruksi kerja berbasis K3

Page 4: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

iv

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu

1. Membaca dan meneliti metode kerja dan instruksi kerja sudah berbasis K3 atau belum

2. Memperbaiki metode kerja dan instruksi kerja pelaksanaan konstruksi yang belum

berbasis K3

3. Membuat dan mengusulkan pembuatan metode kerja dan instruksi kerja berbasis K3

4. Menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam

pelaksanaan konstruksi.

Page 5: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

LEMBAR TUJUAN ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR MODUL ........................................................................................................ iv

PANDUAN PERHUBUNGAN DAFTAR GAMBAR ....................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1-1

1.2. Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ...................................................... 1-2

1.3. Proses Penyusunan Modul ...................................................................... 1-2

BAB 2 INTEGRASI KEPASTIAN MUTU, K3 DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DALAM

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

2.1 Pengertian ............................................................................................... 2-1

2.2 Kepastian Mutu ........................................................................................ 2-1

2.2.1 Sistem Manajemen Mutu.............................................................. 2-1

2.2.2 Tanggung jawab manajemen ....................................................... 2-6

2.3 Sistem Manajemen K3 .............................................................................. 2-7

2.4 Sistem Manajemen Lingkungan .............................................................. 2-12

2.4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan ...................................... 2-12

2.4.2 Komponen pekerjaan konstruksi yang menimbulkan

dampak lingkungan ..................................................................... 2-14

2.4.3 Dampak yang timbul pada pekerjaan konstruksi ......................... 2-15

2.4.4 Kebijakan dan peraturan perundang-undangan ......................... 2-15

BAB 3 SITE PLAN (RENCANA TATA LETAK LAPANGAN)

3.1 Umum ..................................................................................................... 3-1

3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang baik ............................................. 3-2

3.3 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ....................................................... 3-3

3.4 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ....................................................... 3-3

3.5 Dalam Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air dalam Koridor Site Plan ...... 3-3

3.6 Pekerjaan Dewatering ............................................................................ 3-12

3.7 Pekerjaan Pemancangan ....................................................................... 3-17

3.8 Pekerjaan Tanah .................................................................................... 3-20

Page 6: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

vi

3.9 Pekerjaan Beton ..................................................................................... 3-22

3.10 Pekerjaan Tunnel ................................................................................... 3-30

3.11 Pembuatan Daftar Simak ........................................................................ 3-40

BAB 4 PENERAPAN K3 PADA PEMAKAIAN TANGGA DAN PERANCAH

4.1 Hal-hal penting dalam pemasangan perancah.......................................... 4-1

4.2 Standar Aturan pemasangan pekerjaan perancah .................................... 4-1

4.3 Pembuatan Daftar Simak ......................................................................... 4-7

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

vii

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan

dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah

dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen

kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-

batasan penilaian serta variabel-variabelnya.

2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan

dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan

sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan

Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :

pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan

dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan

kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul

pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan

sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.

DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek

Page 8: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

viii

DAFTAR GAMBAR

No. No. Gambar Judul Gambar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Page 9: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

ix

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN

No. Item Batasan Uraian Keterangan

1. Seri / Judul CSE – 07= Penerapan K3 dalam Pelaksanan Konstruksi

2.

Deskripsi

Materi ini terutama untuk pembentukan

kemampuan untuk menerapkan ketentuan

K3 dalam pelaksanan konstruksi K3 dalam

pelaksanaan konstruksi secara disiplin dan

konsisten

3. Tempat kegiatan

Di dalam ruang kelas, lengkap dengan

fasilitasnya.

4. Waktu pembelajaran

4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)

atau sampai tercapainya minimal

kompetensi yang telah ditentukan

(khususnya domain kognitif)

Page 10: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

x

B. PROSES PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah pembukaan

Menjelaskan pengantar

Menjelaskan TIK dan

TIU, pokok bahasan

Merangsang motivasi

dan minat peserta untuk

mengerti / memahami

dan membandingkan

pengalamannya serta

bertanya

Waktu = 10 menit

Mengikuti penjelasan pengantar,

TIU , TIK dan pokok bahasan

Mengajukan pertanyaan,

apabila kurang jelas

OHT1

2. Ceramah Bab I

Pendahuluan

Umum

Lingkup pekerjaan

Waktu = 20 menit

Mengikuti penjelasan dan

terangsang untuk berdiskusi

Mencatat hal-hal yang penting

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT2

3. Bab 2 Integrasi Kepastian

Mutu, K3 dan Lingkungan

Pengertian

Kepastian mutu

SMK3

Sistem Manajemen

Lingkungan

Waktu = 40 menit

Mengikuti penjelasan dan

terangsang untuk berdiskusi

Mencatat hal-hal yang penting

Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT3

Ilustrasi

pembuktian

kebenaran rumus

Page 11: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

xi

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

4. Penjelasan : Bab 3

Pembuatan Metoda

Pelaksanaan Berbasis K3

Umum

Metode kerja

Lingkup pekerjaan SDA

Pekerjaan dewatering

Pekerjaan tanah

Pekerjaan beton

Waktu = 120 menit

Mengikuti penjelasan dan

terangsang untuk berdiskusi

Mencatat hal-hal yang penting

Bertanya bila perlu

OHT4

5. Bab 4 Penerapan K3 pada

Pemakaian Tangga dan

Perancah

Hal-hal penting

Standar aturan

pemasangan perancah

Daftar simak

Waktu = 45 menit

Mengikuti penjelasan dan

terangsang untuk berdiskusi

Mencatat hal-hal yang penting

Bertanya bila perlu

OHT5

6. Penutup

Merangkum semua bab

Tanya jawab

Diskusi

Waktu = 30 menit

- Peserta diberi kesempatan

bertanya jawab / diskusi dan

ditanya oleh instruktur secara

lisan / tertulis

OHT6

Page 12: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

xii

MATERI SERAHAN

Page 13: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanan Konstruksi

1-1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Modul ini berisi prosedur standar dan pedoman yang perlu diikuti dalam pelaksanaan

pembangunan proyek SDA. Penggunaan metode konstruksi atau metode pelaksanaan

yang berbasis mutu, K3 dan perlindungan lingkungan akan menyakinkan bahwa

pelaksanaan pekerjaan akan terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia

serta mutu yang tercantum di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses

pelaksanaan pekerjan akan mengurangi pekerjaan perbaikan atau pengerjaan kembali

penyelesaiannya.

Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik

pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam system

manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat

mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunanfisik. Pada dasarnya

metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan

antara persyaratan dalam dokumen kontrak, keadaan teknis dan ekonomis yang ada

dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi dan

keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep

metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Biasanya dituangkan

dalam bentuk bagan. Konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan

penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk system

manajemen mutu SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan

system manajemen lingkungan serta pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana

yang bersifat sementara sekalipun.

Page 14: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanan Konstruksi

1-2

1.2 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air

Yang menjadi lingkup pekerjaan SDA adalah pekerjaan yang umum dilaksanakan yang

meliputi tahapan dan metode konstruksi (metode pelaksanaan) untuk pekerjaan

sebagai berikut :

1. Pekerjaan Dewatering

2. Pekerjaan Tanah

3. Pekerjaan Dam dan Cofferdam

4. Pekerjaan Beton

5. Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu

6. Pekerjaan Pemancangan

7. Pekerjaan Tunnel

8. Pekerjaan Pintu/ Hidromekanikal

9. Pekerjaan Jalan Inspeksi

1.3 Proses Penyusunan Modul

Penyusunan modul akan selalu diupayakan mengacu kepada SLK (Standar Latihan

Kerja) sedangkan Standar Latihan Kerja disusun mengacu kepada SKKNI (Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).

Didalam proses penyusunan modul sering terjadi muncul elemen kompetensi yang

perlu dimasukan dan dituangkan dalam pokok bahasan biarpun tidak tertuang dalam

silabus Standar Latihan Kerja.

Seperti halnya untuk mempelajari dan meneliti metode kerja pelaksanaan item

pekerjaan sudah berbasis K3 atau belum, ternyata didalam metode kerja juga harus

berbasis sistem mutu dan pengendalian dampak lingkungan.

Sesuai kenyataan ini, maka sebagai Ahli K3 Konstruksi juga perlu kompetensi untuk

mengenali teknik-teknik atau metoda penerapan sistem manajemen mutu dan

perlundungan lingkungan yang akan lebih baik, efektif dan efisien apabila dapat

diintegrasikan secara sinergi dengan penerapan ketentuan K3.

Page 15: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-1

BAB 2

INTEGRASI KEPASTIAN MUTU, K3 DAN

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

2.1 Pengertian

Didalam pelaksanaan konstruksi yang mengacu kepada dokumen kontrak dipastikan

ada unsur-unsur yang harus dilaksanakan secara disiplin, konsisten dan mendasar

sebagai suatu prinsip yang tidak boleh di langgar, antara lain :

1. Kepastian mutu (quality assurance) produk konstruksi

2. Kepastian penerapan ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

3. Kepastian perlindungan dan pelestarian lingkungan

2.2 Kepastian Mutu

2.2.1 Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)

Sistem Manajemen Mutu dalam suatu perusahaan pelaksana konstruksi

mewajibkan manajemen untuk menetapkan standard & prosedur operasional

yang diberlakukan diseluruh perusahaan. Untuk memastikan bahwa standard &

prosedur diterapkan dan diikuti maka harus di-dokumentasi-kan.

Secara hirarki maka dokumen sistem mutu (Quality System) adalah sebagai

berikut :

a. Manual Mutu (Quality Manual)

Manual Mutu berisi ringkasan dari sistem mutu perusahaan, dan harus

dapat menyajikan gambaran yang jelas mengenai Sistem Mutu yang

diterapkan diperusahaan.

Manual Mutu tersebut terdiri dari :

Informasi mengenai perusahaan dan lingkup bisnisnya

Kebijaksanaan mengenai pengendalian atas manual & prosedur

perusahaan

Kebijakan Mutu dari perusahaan yang ditandatangani oleh Pimpinan

Perusahaan (Top Manajemen)

Struktur Organisasi perusahaan dan typical organisasi lapangan

Uraian Tugas (Job descriptions) dari personil kunci (key personel)

Manajemen Representatif (Quality System Assurance Manager)

Review atas Sistem Mutu yaitu Manajemen, Review & Audit Mutu

Internal

Page 16: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-2

b. Prosedur Mutu (Quality Procedures) Perusahaan harus menetapkan prosedur-prosedur yang akan dibuat, yaitu

yang terkait langsung dan berpengaruh pada mutu produk/jasa.

Cara yang baik untuk memulai adalah dengan membuat flow chart dari

kegiatan-kegiatan perusahaan dan mengidentifikasi kegiatan kunci (key

activities).

Idealnya prosedur-prosedur ini dibuat oleh personil yang ditugaskan pada

masing-masing kegiatan (person in charge) sehingga akan menghasilkan

prosedur-prosedur yang real dan applicable.

Prosedur-prosedur tersebut meliputi :

1) Maksud & tujuan dan lingkup kegiatan yang akan dibuat prosedurnya

2) Segmen-segmen dari kegiatan, guna menunjukkan bagaimana kegiatan

tersebut harus dilaksanakan.

3) Personil yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut (person in

charge)

4) Personil yang bertanggung jawab atas inspeksi & tes

5) Referensi sebagai tambahan literatur seperti produk hukum yang terkait,

standard dsb.

6) Check list atau form-form dari setiap kegiatan, termasuk contoh form

harus dilampirkan pada prosedur.

7) Tindakan yang harus dilakukan jika timbul non-conformance selama

pelaksanaan pekerjaan.

c. Rencana Mutu Kontrak (RMK) (Contract Quality Plan)

Dokumen Rencana Mutu kontrak berisikan strategi perusahaan untuk

mencapai mutu hasil kerja yang sesuai persyaratan seperti yang ditetapkan

didalam spesifikasi teknis, dan menyajikan gambaran secara ringkas

(summary) dari pekerjaan yang informative.

Dokumen ini harus disiapkan setelah dinyatakan sebagai pemenang tender

untuk pekerjaan yang bersangkutan dalam hal ini sesuai amanat Keputusan

Menteri Kimpraswil Nomor : 362/KPTS/M/2004, tentang Sistem Manajemen

Mutu Konstruksi, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Page 17: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-3

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor rancang – bangun (design & built)

Dalam Dokumen Rencana Mutu Kontrak tersebut tercantum secara rinci

mengenai hal-hal sebagai berikut :

1) Bagan Alur (Flow Chart) kegiatan pelaksanaan pekerjaan

2) Penetapan Prosedur dan instruksi kerja yang akan dipergunakan sesuai

dengan alur kegiatan tersebut diatas.

Manual

&

Prosedur

Mutu

Perusahaan

Prosedur

Mutu

Proyek

Prosedur

Mutu

Kantor

Rencana

Mutu

Kontrak

Manual

&

Prosedur

Mutu

Perusahaan

Prosedur

Mutu

Desain

Prosedur

Mutu

Kantor

Prosedur

Mutu

Konstruksi

Rencana

Mutu

Kontrak

Rencana

Mutu

Kontrak

Page 18: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-4

3) Penetapan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sub-kontraktor.

4) Rencana Inspeksi dan Test yang meliputi : kegiatan yang perlu diperiksa

mutu pekerjaannya sebelum kemudian dilanjutkan keproses selanjutnya,

type dan frekuensi inspeksi dan jenis recordnya.

5) Kriteria keberterimaan (acceptance criteria) atas kegiatan tersebut

diatas dan toleransi penerimaan yang diijinkan

6) Daftar peralatan pokok yang akan dipergunakan

b. Instruksi Kerja

Menurut Kepmen Kipraswil No. 362/KPTS/M/2004, yang dimaksud dengan

instruksi kerja seperti tertuang dalam Bab I Umum, huruf F : Dokumentasi

Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, butir : 6 Instruksi Kerja sebagai berikut:

a. Instruksi kerja berisi cara atau petunjuk teknis dari suatu aktivitas atau

kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi pada

tingkat Unit Pelaksana di lingkungan Departemen Kimpraswil.

b. Instruksi Kerja minimal mencakup :

1) Pejabat yang membuat memeriksa dan mengesahkan instruksi

kerja,

2) Riwayat perubahan instruksi kerja

3) Daftar distribusi instruksi kerja

4) Lingkup penerapan instruksi kerja

5) Referensi atau acuan yang digunakan dalam instruksi kerja

6) Tahapan proses, aktivitas atau kegiatan sesuai instruksi kerja

7) Daftar lampiran berupa format catatan mutu yang merupakan

pencatatan dari pelaksanaan kegiatan sesuai instruksi kerja.

8) Alur kerja dari aktivitas

9) Daftar peralatan yang dipergunakan

10) Daftar rincian kegiatan atau aktivitas

11) Daftar simak atau dafatr periksa

Page 19: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-5

Format pembuatan Instruksi Kerja dapat diikuti sebagai berikut :

INSTRUKSI KERJA Tgl. Edisi Pertama : No. Kopi :

No. Edisi : Tgl. Revisi :

No. Dokumen : Halaman Ke :

ALAT BAHAN LOKASI PEKERJAAN

No. LANGKAH PEKERJAAN KRITERIA

KEBERTERIMAAN

STATUS

BAIK TDK.

Catatan : Kriteria keberterimaan mungkin dapat disamakan dengan kriteria kinerja

Quality Sistem Manager menyimpan daftar seluruh Rekaman Mutu dan

mengetahui dimana dan siapa yang memegang

Perusahaan menetapkan masa berlakunya rekaman tersebut dan

menginstruksikan kepada petugas pengendali dokumen (PPD) di site agar

setelah proyek selesai maka semua rekaman mutu diserahkan kepada PPD

perusahaan untuk didokumentasikan.

Seperti diuraikan didepan bahwa instruksi kerja berisi instruksi-instruksi

tertulis yang harus dilakukan atau bisa dipakai sebagai pedoman untuk

menjawab : BAGAIMANA MELAKUKAN ??

Semua item pekerjaan harus ditulis dalam „Instruksi Kerja“, sehubungan

dengan itu harus sudah ada dan apabila belum ada harus dipertanyakan,

karena dengan instruksi kerja berarti ada pedoman „tertulis“ untuk

melakukan semua unsur-unsur item pekerjaan.

Sebagai contoh instruksi kerja seperti contoh berikut :

Dalam hal ini mengingatkan kembali azas kepastian mutu (quality

assurance) yaitu :

- Tulis yang akan dikerjakan dan

- Kerjakan yang telah ditulis

Penerapan azas kepastian mutu ini antara lain dibuat :

Manual / metode kerja

Panduan atau SOP (Standard Operational Procedure)

Instruksi kerja

Bukti-bukti kerja

Page 20: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-6

a. Statistik pengendalian proses atau sering disebut SPC (Statistical

Process Control) yang didukung dengan teori The Deming Cycle dengan

teori Plan- Do – Check – Act.

b. Perbaikan secara terus menerus (continuous improvement)

- Adanya anjuran perbaikan secara terus menerus mengisyaratkan

bahwa apa yang pernah dihasilkan tidak selalu sempurna dan masih

perlu adanya penyempurnaan terus menerus untuk mencapai hasil

seperti ariginasi perencanaannya.

-

2.2.2 Tanggung Jawab Manajement (Management Responsibility)

Perencanaan dan implementasi Manajemen Mutu dimulai dari tanggung jawab

Manajemen (Management Responsibility) yang dalam hal ini adalah Kebijakan

Mutu (Quality Policy).

Komitmen dan keterlibatan dan top manajemen adalah sangat penting dalam

memacu perusahaan untuk mencapai mutu produk / jasa yang sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan.

a. Kebijakan Mutu

Sebagai landasan dimulainya kegiatan penerapan system manajemen mutu

yang ditandatangani Pimpinan Perusahan sebagai manifestasi komitmen

dari top manajemen dan seluruh jajarannya untuk menerapkan system

manajemen mutu.

b. Organisasi

Dalam upaya mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh

perusahaan maka diperlukan organisasi yang mencakup :

1. Bagan organisasi yang mencerminkan alur wewenang (authority) dan

tanggung jawab (responsibility).

Didalam menulis tanggung jawab (responsibility) diharapkan sudah

mencantumkan 3 unsur yaitu tentang :

Sistem manajemen mutu

Sistem manajemen K3

Sistem manajemen lingkungan

2. Uraian tugas (job description) yang berisi tugas-tugas, wewenang dan

tanggung jawab untuk jabatan / tugas tertentu.

Kejelasan (clarity) akan tugas yang diberikan dan dipercayakan kepada

seseorang merupakan tiang utama bagi keberhasilan pelaksanaan

tugas itu nantinya. Dengan kejelasan atas tugas seseorang, maka akan

mudahlah bagi si pengemban tugas untuk menyiapkan dirinya guna

Page 21: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-7

melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan lingkup, tanggung jawab

dan wewenangnya.

Adalah mutlak bagi seorang pejabat (jabatan apapun ada pada level

manapun yang diserahkan kepadanya) untuk mengenali, memahami

dan mampu melaksanakan dengan baik fungsi, lingkup tugas dan

bagaimana dia akan melaksanakannya, disamping mengenali fungsi,

lingkup tugas pejabat lain. Dan juga tidak boleh dilupakan Sasaran Kerja

Individu (SKI) dan Sasaran Kerja Kelompok (SKK) serta target yang

harus dicapai.

Informasi mengenai hal-hal tersebut tadi antara lain terdapat pada

uraian tugas dan jabatan (job description), serta pada prosedur

(procedure) dan petunjuk kerja (work instruction) yang ada.

c. Tinjauan Manajemen (Management Review)

Standard menyebutkan bahwa rapat tinjauan manajemen diselenggarakan

secara berkala, dipimpin oleh Top Manajemen sesuai dengan stratanya

yang tujuannya untuk melihat kesesuaian dan kefektifan penerapan

prosedur/ instrkuksi kerja dalam memenuhi standard.

2.3 Sistem Manajemen K3

Dalam rangka penerapan system manajemen K3 sudah ada dasar hukumnya yaitu :

Undang-undang Nomor : 1 tahun 1970 tentang : Keselamatan Kerja.

Undang-undang lainnya yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang : Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Khusus tentang peraturan perundang-undangan terkait dengan pekerjaan konstrksi

antara lain :

Undang-undang RI nomor : 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi

Bab V Penyelenggara Pekerjaan Konstruksi pasal 23 ayat (2) : Penyelenggara

pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan,

keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan

setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggara pekerjaan konstruksi.

Undang-undang RI nomor : 17 tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air Bab VII

Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan pasal 63 ayat (1) : Pelaksanaan

konstruksi prasarana sumber daya air dilakukan berdasarkan norma, standar,

pedoman dan manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal

serta mengutamakan keselamatan, keamanan kerja dan keberlanjutan fungsi

ekologis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 22: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-8

Sesuai amanat undang-undang tersebut diatas, bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja supaya menjadi perhatian dan diterapkan ketentuan dan persyaratan-persyaratan

dipenuhi.

Sehubungan dengan itu setiap menyusun rencana program, prosedur/ metode /

instruksi kerja harus selalu menerapkan ketentuan/ persyaratan K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) memantapkan penerapan ketentuan K3, dilingkungan Departemen

Pekerjaan Umum telah ditertbitkan beberapa pedoman teknis, antara lain salah

satunya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kimpraswil (sekarang Dep. PU) nomor :

384/KPTS/M/2004, tentang : Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan yang isinya sebagai berikut :

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Singkatan

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang

1.2 Dasar

1.3 Maksud dan tujuan

1.4 Pengertian

1.5 Ruang lingkup

1.6 Ketentuan umum untuk semua orang

Bab 2 Manajemen K3 Konstruksi Bendungan

2.1 Pembina K3 Konstruksi Bendungan

2.2 Organisasi K3

2.3 Rencana Kerja dan pelatihan

2.4 Pelaksanaan sistem manajemen K3 (SMK3)

2.5 Audit

2.6 Pelaporan

Bab 3 Petunjuk K3 Umum

3.1 Petunjuk umum bagi semua tenaga kerja proyek tenaga kerja, umum dan

tamu proyek

Pintu masuk dan keluar

Lampu penerangan

Ventilasi dan sirkulasi udara

Alat pemanas

3.2 Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran dan

Alat pemadam kebakaran

Page 23: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-9

Bahan –bahan yang mudah terbakar

Lingkungan dan pemakaian bahan –bahan kimia

Mudah terbakar

Cairan mudah terbakar

Inspeksi dan pengawasan

Perlengkapan dan peringatan

3.3 Perlindungan pekerja

Perlindungan terhadap benda jatuh dan bagian

Bangunan rubuh

Perlindungan agar orang tidak jatuh

Lantai terbuka/ lubang pada lantai

Lubang pada dinding

Tempat kerja yang tinggi

3.4 Kesehatan

Kewajiban perusahaan

Tenaga kerja yang harus diperiksa

Pengawasan kegiatan kesehatan kerja

Perselisihan

Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan khusus

Kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja

Tindakan pencegahan

Kewajiban tenaga kerja

Peran serta hyperkes

3.5 Lingkungan di sekitar daerah kerja bendungan

Kebersihan lokasi kerja

Kebisingan

Vibrasi

3.6 Penanganan keadaan darurat (sistem tanggap darurat)

3.7 Pertolongan pertama pada kecelakaan

3.8 Tempat kerja dan alat-alat kerja

Kebersihan dan kerapihan tempat kerja

Pencegahan dari bahaya kejatuhan benda

Larangan memasuki lokasi kerja

3.9 Tanda peringatan dan rambu

Penempatan tanda bahaya

Page 24: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-10

Alat pelindung diri

BAB 4 PEKERJAAN GALIAN PONDASI BENDUNGAN

4.1 Site plan pekerjaan bendungan

4.2 Persyaratan tata letak material dan tempat kerja

4.3 Persyaratan rencana penggalian

4.4 Pekerjaan galian dan timbunan

Perlindungan galian terbuka

Persyaratan umum pekerjaan galian tanah

Pekerjaan galian dan sumuran

Perkuatan dinding galian tanah

Ventilasi udara

Pencegahan bahaya kebakaran di dalam galian tanah

Fasilitas keselamatan di dalam galian tanah

Pergerakan selama penggalian sumuran

Penyelamatan dalam keadaan darurat

Bekerja di ruangan bertekanan

BAB V PEKERJAAN TEROWONGAN

5.1 Peraturan umum

5.2 Penerangan

5.3 Keadaan darurat

5.4 Peledakan didalam terowongan

5.5 Transportasi hasil peledakan

5.6 Kesehatan lingkungan didalam terowongan

5.7 Pelaksanaan galian terowongan

5.8 Disain penyangga dan pemasangannya

5.9 Pengontrol debu di dalam terowongan

BAB VI PEKERJAAN DRILLING, BORING DAN GROUTING

6.1 Persiapan

6.2 Pelaksanaan

BAB VII PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN BATU

7.1 Pekerjaan cetakan beton

7.2 Pekerjaan pembesian

7.3 Pekerjaan beton

7.4 Pekerjaan shcortcrete

7.5 Pekerjaan di tempat tinggi

BAB VIII PEKERJAAN PERANCAH

8.1 Peraturan umum

Page 25: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-11

8.2 Bahan-bahan

8.3 Konstruksi perancah

8.4 Pemeriksaan dan pemeliharaan

8.5 Perlengkapan pengangkat pada perancah

8.6 Kerangka siap pasang

8.7 Penggunaan perancah

8.8 Pelataran tempat kerja

8.9 Balustrade, pengaman dan papan pengaman kaki

8.10 Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan

BAB IX PEKERJAAN BLASTING DAN PENANGANAN BAHAN PELEDAK

9.1 Perakitan dan peledakan

9.2 Petunjuk keamanan gudang bahan peledak

9.3 Pengangkutan bahan peledak di jalan raya

BAB X PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA DAN PENGELASAN

10.1 Jalan hantar dan jalan kerja

10.2 Material pra cetak

10.3 Penyaringan dan pencampuran tanah, pasir dan gravel

10.4 Penimbunan dan pemadatan

10.5 Pekerjaan pemancangan

Umum

Pemeriksaan dan pemeliharaan mesin pancang

Pengoperasian

Mesin pancang

Mesin pancang terapung

Pemancangan turap baja

BAB XI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA DAN PENGELASAN

11.1 Konstruksi baja

11.2 Pekerjaan pengelasan

11.3 Pekerjaan mekanikal – elektrikal

11.4 Pekerjaan hidro mekanikal

11.5 Pekerjaan pengecatan

11.6 Pekerjaan pengakhiran (finishing)

BAB XII PENGGENANGAN

BAB XIII PENGGUNAAN PERALATAN KONSTRUKSI

13.1 Alat angkat

13.2 Peralatan pekerjaan tanah

13.3 Mesin pemecah batu

Page 26: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-12

13.4 Soil / road compactor

13.5 Mesin pengaduk beton

13.6 Peralatan pemindah tanah

13.7 Power shoevel dan excavator

13.8 Bulldozer

13.9 Mesin penggilas jalan

13.10 Alat-alat pemuat

13.11 Traktor dan truk

13.12 Traktor dan truk pengangkut

Kabin

Rem

Pipa knalpot

13.13 Truk pengangkat dan truk untuk keperluan lainnya

Konstruksi

Cara penggunaan

13.14 Penggunaan alat bantu kerja konstruksi

BAB XIV PEMENUHAN FASILITAS KANTOR, BARAK KERJA, BENGKEL / MOTOR

POOL, GUDANG DAN PENGOEPRASIANNYA

14.1 Pemenuhan fasilitas kesehatan, kebersihan kantor dan barak kerja

14.2 Bengkel dan motor pool

Lampiran

Rambu-rambu

Alat pelindung diri

Alat pemadam kebakaran

2.4 Sistem Manajemen Lingkungan

2.4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Prinsip Pengelolaan Lingkungan.

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melaakukan

pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan

pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber

daya alam dapat tetap dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan

lingkungan dapat dicegah.

Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan teknologi

yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan.

Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan

antara lain :

Page 27: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-13

a. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah

timbulnya dampak yang tidak diinginkan,

b. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi

dampak yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena

keterbatasan teknologi, hal tesebut tidak dapat dihindari.

c. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan

kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola

kegiatan yang mendapat manfaat dari proyek tersebut harus

memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga tidak merasa

dirugikan.

2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Rencana pengelolaan lingkungan, harus dilakukan dengan

mempertimbangkan pendekatan teknologi, yang kemudian harus dapat

dipadukan dengan pendekatan ekonomi, serta pendekatan institusional

sebagai berikut :

a. Pendekatan Teknologi.

Berupa tata cara teknologi yang dapat dipergunakan untuk melakukan

pengelolaan lingkungan, seperti :

1. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan, antara lain dengan :

a. Melakukan reklamasi lahan yang rusak.

b. Memperkecil erosi dengan sistem terasering dan penghijauan.

c. Penanaman pohon-pohon kembali pada lokasi bebas quary dan

tanah kosong.

d. Tata cara pelaksana konstruksi yang tepat.

2. Menanggulangi menurunnya potensi sumber daya alam, antara lain

dengan :

a. Mencegah menurunnya kualitas/kesuburan tanah, kualitas air

dan udara.

b. Mencegah rusaknya kondisi flora yang menjadi habitat fauna.

c. Meningkatkan diversifikasi penggunaan bahan material

bangunan.

3. Menanggulangi limbah dan pencemaran lingkungan, antara lain

dengan :

a. Mendaur ulang limbah, hingga dapat memperkecil volume

limbah.

Page 28: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-14

b. Mengencerkan kadar limbah, baik secara alamiah maupun

secara engineering.

c. Menyempurnakan design peralatan/mesin dan prosesnya,

sehingga kadar pencemar yang dihasilkan berkurang.

b. Pendekatan Ekonomi.

Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan lingkungan

antara lain:

1. Kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan peralatan

untuk pengelolaan lingkungan.

2. Pemberian ganti rugi atau kompensasi yang wajar terhadap

masyarat yang terkena dampak.

3. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan tenaga kerja.

4. Penerapan teknologi yang layak ditinjau dari segi ekonomi.

c. Pendekatan Institusional /Kelembagaan.

Pendekatan institusional yang dipakai dalam pengelolaan lingkungan,

antara lain :

1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait, dan

masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan.

2. Melengkapi peraturan, dan ketentuan serta persyaratan pengelolaan

lingkungan termasuk sanksi-sanksinya.

3. Penerapan teknologi yang dapat didukung oleh institusi yang ada.

2.4.2 Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak

Komponen pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampatk terhadap

lingkungan hidup, sangat dipengaruhi oleh jenis besaran dan volume pekerjaan

tersebut serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi kegiatan.

Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan

dampak antara lain :

1. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi.

a. Mobilitas peralatan berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi yang

memerlukan banyak alat-alat berat, dan terletak atau melintas areal

permukiman, serta kondisi prasarana jalan yang kurang memadai.

b. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, basecamp dan barak kerja

yang besar dan terletak di areal pemukiman.

Page 29: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-15

c. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang cukup

luas dan dekat areal pemukiman.

2. Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi.

a. Pekerjaan tanah, mencakup penggalian dan penimbunan tanah.

b. Pengangkutan tanah dan material bangunan.

c. Pembuatan pondasi, terutama pondasi tiang pancang.

d. Pekerjaan struktur bangunan, berupa beton, baja dan kayu.

e. Pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan.

f. Pekerjaan pengairan seperti saluran dan tanggul irigasi/banjir, sudetan

sungai, bendung serta bendungan.

2.4.3 Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi

Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-

dampak yang timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya untuk

menanganinya.

Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan konstruksi serta kondisi

lingkungan di sekitar lokasi kegiatan, penentuan jenis dampak lingkungan yang

cermat dan teliti, atau melakukan analisis secara sederhana dengan memakai

data sekunder.

Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat

timbul pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya

adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya Pencemaran Udara dan Debu.

2. Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air.

3. Percemaran kualitas air.

4. Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum.

5. Gangguan Lalu Lintas.

6. Berkurangnya keaneka-ragaman flora dan fauna.

2.4.4 Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan

Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang lingkungan hidup tersebut diatas,

selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti :

1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang kemudian disempurnakan

dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan.

Page 30: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2-16

3. Berbagai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bappedal

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL, sebagai penjabaran dari PP

No. 51 Tahun 1993.

4. Berbagai Keputusan Menteri-Menteri Sektoral tentang Pedoman Teknis

Pelaksanaan AMDAL untuk masing-masing sektor sebagai penjabaran dari

Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL dari Menteri Negara Lingkungan

Hidup.

Selain itu berbagai peraturan perundangan yang diterbitkan akhir-akhir ini juga

banyak yang mengacu pada permasalahan Lingkungan Hidup seperti Undang-

Undang Penataan Ruang, Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Hayati

dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung dan sebagainya.

Khususnya untuk pekerjaan konstruksi dapat mengacu kepada :

1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 531/KPTS/1989 tentang

Pedoman Penyaringan Amdal Proyek Bidang Pekerjaan Umum

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 557KPTS/1989 tentang

Petunjuk Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen

Pekerjaan Umum.

Page 31: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-1

BAB 3

PEMBUATAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BERBASIS K3

3.1 Umum

Sebelum mempelajari dan meneliti metoda kerja pelaksanaan konstruksi sebaiknya

dapat memahami lebih dahulu tentang pembuatan metoda kerja.

Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’ (construction method) merupakan

urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dengan teknik sehubungan dengan

tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna

memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien, selain itu harus mengacu

kepada ketentuan K3 dan perlindungan lingkungan.

Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang

bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan.

Dengan demikian ’CM’ tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen

tendernya terutama construction methodnya, namun demikian tidak tertutup

kemungkinan bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu

pelaksanaan pekerjaan, CM perlu atau harus dirubah.

Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari

profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang

bersangkutan. Karena itu dalampenilaian untuk menentukan pemenang tender,

penyajian metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang

diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa

rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk

menjadi pemenang tender/pelelangan.

Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:

Project plan

Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)

Lokasi pekerjaan

Jarak angkut

Komposisi alat (singkat/produktivitas alatnya)

Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan

pelaksanaan

Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.

Uraian pelaksanaan pekerjaan.

Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek

(urutan secara global)

Page 32: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-2

Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang perlu

penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting

atau pekerjaan yang jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar,

pekerjaan dominan (volume kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum

dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian singkat mengenai cara

pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket

penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan

Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan

konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan

Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang

dan pekerja)

Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material

Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan

kelengkapan yang diperlukan

3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik

Memenuhi syarat teknis

Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi

informasi yang dibutuhkan

Bisa dilaksanakan dan efektif

Aman untuk dilaksanakan

- Terhadap bangunan yang akan dibangun

- Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan

- Terhadap bangunan lainnya

- Terhadap lingkungan sekitarnya

Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang

berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu,

memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing

tertentu.

Memenuhi syarat ekonomis

Biaya murah

wajar dan efisien

Memenuhi pertimbangan non teknis lainya

Page 33: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-3

3.3 Aman untuk dilaksanakan

Pembuatan metoda pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus aman untuk dilaksanakan

merupakan butir penting meneliti metode kerja sudah berbasis K3 atau belum

merupakan tugas Ahli K3 Konstruksi untuk mempelajari, memeriksa dan meneliti

secara cermat semua metode kerja per item pekerjaan.

3.4 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air

Yang menjadi lingkup pekerjaan sda adalah pekerjaan yang umum dilaksanakan

meliputi tahapan dan metode pelaksanaan konstruksi untuk pekerjaan sebagai berikut :

1. pekerjaan dewatering

2. pekerjaan pemancangan

3. pekerjaan tanah

4. pekerjaan dam dan cofferdam

5. pekerjaan beton

6. pekerjaan batu dan pasangan batu

7. pekerjaan tunel dan pekerjaan dibawah tanah

8. pekerjaan pintu / hiromekanikal

9. pekerjaan jalan inspeksi

3.5 Dalam lingkup pekerjaan Sumber Daya Air seperti tersebut diatas akan di cover

dalam koridor Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)

Medan kerja yang akan menjadi lokasi konsentrasi kegiatan selama pembangunan

perlu dipahami dengan cermat agar semua pelaksanaan pekerjaan nantinya berjalan

lancar, aman, selamat dan sehat. Hal ini mencakup baik untuk kepentingan bangunan

yang akan didirikan ataupun fasilitas maupun bangunan sementara yang diperlukan

selama berlangsungnya pekerjaan.

Tujuan kegiatan ini ialah agar bisa menyusun Tata Letak Lapangan (Site Plan) yang

dapat menjamin rasa aman bagi seluruh pekerja/ karyawan sebagai dasar untuk

mengatur tata letak fasilitas maupun bangunan-bangunan sementara yang diperlukan

selama pekerjaan proyek tersebut seperti kantor, gudang, bengkel, laboratorium

lapangan, pos keamanan, pagar keliling dan sebagainya. Tata Letak dilokasi proyek itu

sangat berpengaruh dalam efisiensi pekerjaan selama proses konstruksi. Hal-hal

yang memerlukan perhatian dalam hal ini ialah :

� Hubungan antara gambar rencana dan hasil penhgecekan lapangan; sejauh mana

terdapat penyimpangan dan apa saja catatan yang didapatkan dalam hubungan

kedua hal tersebut dilihat dari segi K3.

Page 34: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-4

� Akses untuk keluar masuk lokasi kegiatan utama proyek perlu pemikiran tersendiri

dalam mencapai seoptimal mungkin penerapan ketentuan K3 dengan tetap

menjamin efisiensi transportasi bahan, peralatan ataupun juga pekerja.

� Fasilitas untuk menyimpanan atau lapangan penumpukan bahan harus mudah

dibongkar dan diangkat untuk keperluan penggunaan dalam proses konstruksi.

� Akomodasi untuk keperluan karyawan atau Bedeng sementara untuk pekerja.

Perlu juga dipertimbangkan kesehatan dan higiene lingkungan proyek keleluasaan

pandangan dari kantor keseluruh lokasi proyek, fasilitas air berih atau pembuangan

limbah.

� Jenis-jenis peralatan yang diperkirakan akan digunakan dan lapangan atau fasilitas

untuk meletakkannya.

� Pagar untuk lokasi-lokasi yang memerlukan pengamanan ekstra.

� Fasillitas dan tenaga keamanan untuk mencegah pencurian maupun perampokan

yang merugikan.

� Penerangan bagi lokasi kegiatan utama proyek diperlukan terutama bila harus ada

kegiatan di malam hari.

� Kantor Proyek, termasuk penyimpanan alat-alat Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan P3 K.

Hal-hal lain yang juga memerlukan perhatian ialah tentang pembinaan hubungan

dengan masyarakat sekitar lokasi proyek termasuk para pemuka masyarakat dan

tokoh Agama dan lain-lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan dukungan atau

sedikitnya tidak akan mendapat gangguan keamanan, keselamatan dan kesehatan

dari anggota masyarakat sekitar proyek. Yang sangat diinginkan ialah bila kebetulan

bisa pendapatkan sumber daya manusia disekitar lokasi proyek yang dapat direkrut

dan dilibatkan selama periode pembangunan. Bisa dalam bentuk turut bekerja atau

anggota masyarakat itu membuka usaha dagang kebutuhan sehari-hari bagi para

tukang bangunan, seperti restoran sementara, warung kopi dan warung rokok dsb.

Secara ideal hendaknya tumbuh rasa ikut memiliki atau sekadar ikut menjaga proyek

tersebut walaupun setelah selesai nantinya.

Masalah yang juga sangat penting ialah mengetahui lokasi dan alamat terdekat Klinik,

Paramedis, Doker atau Rumah Sakit serta kantor Dinas Tenaga Kerja dan kantor

Jamsostek berikut tilpon dan tilpon genggam untuk bisa sewaktu-waktu dihubungi

dalam hal diperlukan bila terjadi kecelakaan kerja.

Page 35: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-5

3.5.1 Kebersihan Lokasi Kerja

a. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus

dipindahkan ketempat yang aman, seperti :

1. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan

2. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-

benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat

orang jatuh atau tersandung (terantuk).

3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan tertumpuk

ditempat kerja.

4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang (passageways) yang licin karena

oli atau sebab lain yang dibersihkan atau disiram pasir, abu atau

sejenisnya

5. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus

dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

b. Tempat Pembuangan (disposal area)

1. Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai tersebut harus

dibuang / diangkut keluar lokasi pekerjaan atau ke tempat pembuangan

yang aman.

2. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia dan bahan beracun dan

berbahaya atau bahan/ sisa bahan yang mengandung zat tersebut yang

dapat mencemari tanah dan lingkungan

3. Tidak diijinkan membuang sisa material ke dalam saluran drainase

alami :

4. Limbah sebelum dibuang harus dipisahkan dan diperlakukan sesuai

peraturan penanganan limbah.

Limbah kertas, sampah dibakar atau dikubur

Limbah pelumas bekas, cat dan bahan yang bersifat korosif lainnya

harus disimpan di dalam drum yang ditutup rapat dan ditanam

3.5.2 Kebisingan

a. Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus

dikurangi sampai di bawah nilai ambang batas

b. Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan nilai

ambang batas yang berlaku

Page 36: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-6

c. Jika bekerja pada atau dekat mesin yang bising, yakinkan bahwa mesin

yang bising diletakan antara tanggul timbunan atau diantara tanggul/

tembok bata atau penyekat lainnya untuk sedapat mungkin mengisolasi

kebisingan dari pekerja

d. Kebisingan dan getaran yang timbul, tidak boleh secara terus menerus

dalam jangka panjang pada setiap jangka waktu tertentu harus

diistirahatkan

e. Tanyakan apakah tingkat kebisingan telah diukur dan bagaimana hasilnya;

(kebisingan yang kontinu pada 85 db(a) atau lebih menyebabkan kerusakan

pendengaran).

f. Jika kebisingan tidak dapat diatasi secara teknis, maka tenaga kerja harus

memakai alat pelindung telinga (ear protectors).

g. Mintalah agar ear muffs atau ear plugs yang tepat dan yakinkan bahwa

terpasang baik dan cocok

h. Pakailah alat pelindung telinga selama berada pada tempat kerja dengan

kebisingan

i. Jika alat pelindung telinga tidak digunakan, agar selalu dalam keadaan

bersih dan disimpan pada tempat yang aman

j. Masukan sumbat telinga dengan tangan bersih

k. Perhatikan bila rusak ; jika ear muffs sudah longgar atau sumbar telinga

menjadi keras dan rusak, mintalah penggantinya.

3.5.3 Penanganan Keadaan Darurat (Sistem Tanggap Darurat)

a. Suatu rencana evakuasi untuk keadaan dan pertolongan pertama harus

dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi seluruh

pegawai/ petugas, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan

peralatan, alat-alat komunikasi, alat-alat jalur transportasi harus telah

dipersiapkan dan tersedia

b. Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut

dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami

kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.

c. Petunjuk/ informasi harus diumumkan ditempel di tempat yang baik

(strategis) yang memberitahukan :

1. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat P3K, ruang

P3K, ambulans, kereta untuk orang sakit dan tempat dimana dapat

dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan

Page 37: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-7

2. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/ memanggil ambulans,

nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

3. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan tempat penolong

yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.

3.5.4 Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja

a. Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan

keluar masuk bagi pekerja dan karyawan yang bekerja ditempat tersebut.

b. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat

orang bekerja atau tempat-tempat yang sering dilalui, harus diberi

penerangan yang cukup.

c. Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat

mengurangi bahaya akibat debu, uap dan bahaya lainnya.

3.5.5 Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja

a. Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga dengan baik

b. Bahan bangunan, peralatan dan lain-lain diatur/ ditempatkan sehingga tidak

merintangi lalu lintas yang dapat menimbulkan kecelakaan

3.5.6 Pencegahan dan Bahaya Kejatuhan Benda

a. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan

perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak

dilemparkan, diluncurkan ke bawah yang dapat menyebabkan kecelakaan

b. Dilokasi yang mungkin terjadi seperti itu, harus diberi pagar/ tali/ tanda

pengaman dan rambu-rambu

c. Pada lokasi terbuka yang cukup luas, harus dipasang jaring/ net sepanjang

areal kerja

d. Pengamanan pada daerah terbuka/ lubang, diberikan, rambu-rambu

peringatan, batasan masuk ke lokasi/ atau daerah terlarang.

3.5.7 Larangan Memasuki Lokasi Kerja

a. Orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki tempat kerja

b. Apabila karena alasan tertentu harus memasuki/ melewati tempat kerja

harus :

1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)

2. Ada ijin dari petugas atau didampingi petugas yang lebih mengetahui

kondisi tempat kerja

Page 38: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-8

3. Tidak boleh membawa benda atau peralatan yang dapat menimbulkan

bahaya

4. Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang

disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat

atau bangunan yang tidak stabil.

3.5.8 Tanda Peringatan dan Rambu-rambu

a. Penempatan Tanda Bahaya

1. Tanda keselamatan kerja yang standar harus digunakan di tempat kerja:

- Ditempat dimana bahaya tidak mudah diketahui seperti pada

pekerjaan penggalian dan kegiatan-kegiatan di bagian atas

- Ditempat dimana terdapat sudut/ bagian tersembunyi di lapangan

yang mungkin menimbulkan bahaya (tikungan) bagi kendaraan

harus dipasang kaca.

2. Papan pengumuman atau rambu petunjuk dipasang pada tempat-

tempat yang menarik perhatian; tempat yang strategis yang menyatakan

dimana kita dapat menemukan :

a. Alarm kebakaran

b. Nomor telepon dan alamat-alamat Dinas Pemadam Kebakaran yang

terdekat

Daftar Simak Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jenis Pekerjaan : Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)

Lokasi : ..................................................................................

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kebersihan Lokasi Kerja

1.1 Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak

diperlukan lagi harus dipindahkan ketempat yang

aman, seperti :

1. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan

atau dibengkokan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan

2. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh

dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat

menyebabkan kecelakan, misalnya membuat

orang jatiuh atau tersandung (terantuk)

1.2 Tempat Pembuangan (disposal area)

1. Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah

Page 39: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-9

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

tidak terpakai tersebut harus dibuang/

diangkut keluar lokasi pekerjaan atau ke

tempat pembuangan yang aman

2. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia

dan bahan beracun dan berbahaya atau

bahan/ sisa bahan yang mengandung zat

tersebut yang dapat mencemari tanah dan air

dan lingkungan

3. Tidak diijinkan membuang sisa material ke

dalam saluran drainase alami :

4. Limbah sebelum dibuang harus dipisahkan

dan diperlakukan sesuai peraturan

penanganan limbah :

i. Limbah kertas, sampah dibakar atau

dikubur

ii. Limbah pelumas bekas cat dan bahan

yang bersifat korosif lainnya harus

disimpan didalam drum yang ditutup rapat

dan ditanam.

2. Kebisingan dan Getaran

2.1 Kebisingan dan getaran yang membahayakan

bagi tenaga kerja harus dikurangi sampai di

bawah nilai ambang batas.

2.2 Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak

boleh melebihi ketentuan nilai ambang batas yang

berlaku

2.3 Jika bekerja pada atau dekat mesin yang bising,

yakinkan bahwa mesin yang bising diletakan

antara tanggul/ tembok atau penyekat lainnya

untuk sedapat mungkin mengisolasi kebisingan

dari pekerja

2.4 Kebisingan dan getaran yang timbul, tidak boleh

secara terus menerus dalam jangka waktu

tertentu harus diistirahatkan.

2.5 Tanyakan apakah tingkat kebisingan telah diukur

dan bagaimana hasilnya; (kebisingan yang

kontinu pada 85 db(a) atau lebih menyebabkan

kerusakan pendengaran).

2.6 Jika kebisingan tidak dapat diatasi secara teknis

Page 40: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-10

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

maka tenaga kerja harus memakai alat pelindung

telinga (ear protectors)

2.7 Mintalah agar ear muffs atau ear plugs yang tepat

dan yakinkan bahwa terpasang baik dan cocok

2.8 Pakailah alat pelindung telinga selama berada

pada tempat kerja dengan kebisingan

2.9 Jika alat pelindung telinga tidak digunakan, agar

selalu dalam keadaan bersih dan disimpan pada

tempat yang aman

2.10 Masukan sumbat telinga dengan tangan bersih

2.11 Perhatikan bila rusak ; jika ear uffs sudah longgar

atau sumbat telinga menjadi keras dan rusak,

mintalah penggantinya

3. Penanganan Keadaan Darurat (Sistem Tanggap

Darurat)

3.1 Suatu rencana evakuasi untuk keadaan darurat

dan pertolongan pertama harus dibuat

sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja

meliputi seluruh pegawai/ petugas, pertolongan

pertama pada kecelakaan (P3K) dan peralatan,

alat-alat komunikasi, alat-alat jalur transportasi

harus telah dipersiapkan dan tersedia;

3.2 Persiapan-persiapan harus dipersiapkan untuk

memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika

diperlukan untuk petugas yang sakit atau

mengalami kecelakaan kerumah sakit atau tempat

berobat semacam ini.

3.3 Petunjuk/ informasi harus diumumkan ditempel di

tempat yang baik (strategis) yang

memberitahukan:

1. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-

obatan, alat-alat P3K, ambulans, kereta untuk

orang sakit dan tempat dimana dapat dicari

orang yang bertugas untuk urusan

kecelakaan.

2. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/

memanggil ambulans, nomor telepon dan

nama orang yang bertugas dan lain-lain.

3. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah

Page 41: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-11

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

sakit dan tempat penolong yang dapat segera

dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.

4. Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja

4.1 Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan

sarana untuk keperluan keluar masuk bagi pekerja

dan karyawan yang bekerja ditempat tersebut.

4.2 Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-

lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau

tempat-tempat yang sering dilalui, harus diberi

penerangan yang cukup.

4.3 Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi

yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya

akibat debu, uap dan bahaya lainnya.

5. Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja

5.1 Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus

dijaga dengan baik

5.2 Bahan bangunan, peralatan dan lain-lain diatur/

ditempatkan sehingga tidak merintangi lalu lintas

yang dapat menimbulkan kecelakaan.

6. Pencegahan dari Bahaya Kejatuhan Benda

6.1 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk

menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat

kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya

tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan

kebawah yang dapat menyebabkan kecelakaan

6.2 Dilokasi yang mungkin terjadi seperti itu, harus

diberi pagar/ tali/ tanda pengaman dan rambu-

rambu

6.3 Pada lokasi terbuka yang cukup luas, harus

dipasang jaring/ net sepanjang areal kerja

6.4 Pengamanan pada daerah terbuka/ lubang,

diberikan, rambu-rambu peringatan, batasan

masuk kelokasi atau daerah terlarang.

7. Larangan Memasuki Lokasi Kerja

7.1 Orang yang tidak berkepentingan dilarang

memasuki tempat kerja

7.2 Apabila karena alasan tertentu harus memasuki/

melewati tempat kerja harus :

1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)

Page 42: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-12

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

2. Ada ijin dari petugas atau didampingi petugas

yang lebih mengetahui kondisi tempat kerja.

3. Tidak boleh membawa benda atau peralatan

yang dapat menimbulkan bahaya

4. Tindakan harus dilakukan untuk mencegah

bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh

runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan

darurat atau bangunan yang tidak stabil.

Dibuat Oleh :

Tanggal :

Diketahui :

3.6 Pekerjaan Dewatering

Dewatering ada beberapa sistem :

a. Dewatering sistim pompa biasa kapasitas sesuai kebutuhan

b. Dewatering sistim submersible pump, kapasitas menyesuaikan

c. Dewatering sistim bertingkat

d. Dewatering sistim penggalian / aliran / sodetan

Metoda pelaksanaan adalah sebagai berikut :

a. Dewatering sistim pompa biasa

- Lubang galian yang tergenang air siap dikeringkan

- Buat sumuran dipinggir galian yang posisinya lebih dalam dari elevasi galian

yang ada dan terletak diluar rencana bangunannya

- Penempatan pompa dibuat yang strategis agar tidak mengganggu operasi

pekerjan yang lain.

- Apabila lubang galian cukup dengan panjang slang air maka pompa cukup

diletakkan di permukaan tanah

- System pemompaan dimulai / diperhitungkan sebelum jam kerja sampai kering,

sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak kehilangan waktu.

b. Dewatering Sistim submersible pump

- Biasanya pengeringan dengan submersible pump digunakan dalam

pemompaan yang volume airnya cukup besar

- Lubang galian yang tergenang air, siap untuk dikeringkan

- Buat sumuran seperti sistim pompa biasa, ukurannya lebih besar

Page 43: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-13

- Pompa dibuatkan tempat / rakit dari drum atau sejenis untuk menggantungkan

pompa submersible tersebut.

- Kedudukan pompa setelah digantung dalam rakit dimasukkan ke lubang galian

- Apabila sudah kering, sistim pompa submersible ini dimatikan dieselnya dipanil

listriknya bila diperlukan dihidupkan lagi.

c. Dewatering sistim bertingkat

- Sistem ini dilaksanakan apabila galian cukup dalam dilereng tebing sehingga

pompa penghisap pembuang tidak bisa mencapai daerah pembuangan

- Sistim ini seperti pompa biasa

- Pada daerah pembuangan awal (tahap 1) dibuat bak penampung

- Dari bak penampung dipompa lagi hingga pembuangan kedua dan seterusnya

seperti ke pembuangan.

d. Dewatering sistim aliran / sodetan

- Hal ini berlaku apabila elevasi galian disekitar / lebih rendah dan sulit untuk

mengeringkan

- Atau dengan membuat saluran dengan panjang dan dalam seperlunya cukup

untuk mengalirkan dan biaya lebih murah dari pada sistim biasa.

Peralatan :

Pompa air …….. unit

Pompa submersible …….. unit

Slang air …….. unit

Page 44: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-14

Gambar 3.1

IDENTIFI-KASI

POTENSI BAHAYA

Page 45: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-15

Gambar 3.2

IDENTIFI-KASI

POTENSI BAHAYA

Page 46: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-16

Gambar 3.3

IDENTIFI-KASI

POTENSI BAHAYA

Page 47: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-17

3.7 Pekerjaan Pemancangan

a. Pengecoran dan Pemancangan Tiang Pancang

Metoda Pelaksanaan Cor Tiang Pancang

- Buat Vallen bath atau lantai kerja ukuran sesuai yang dibutuhkan

- Elevasi rata, halus, padat

- Siap bekisting ukuran sesuai spek.

- Siap rangkaian besi sesuai spek.

- Lantai kerja yang sudah keras, dimarking untuk ukuran tiang pancang

- Lantai kerja diberi alas plastic atau dikapur, agar tidak melekat

- Pasang bekisting berhadapan sesuai ukuran lebar & tinggi tiang pancang

- Pemasangan bekisting yang halus berhadapan selig 1 bh/gang

- Pengecoran selang-seling

- Setelah dicor selang-seling dilaksanakan, tunggu umur sampai dengan 24 jam

- Bongkar bekisting secara hati-hati dan bersihkan

- Beton tiang pancang yang satu sebagai bekisting tiang pancang yang belum

dicor

- Oleskan kapur yang tebal pada tiang pancang yang sedang dibungkus

- Masukkan rangkaian besi beton dan atur beton deckingnya

- Cor tiang pancang tersebut

- Demikian pengecoran tiang pancang dan setiap pengecoran diberi kode/

tanggal

- Berikan titik angkat apabila cor dibersusun

- Tunggu umur sesuaui spek.

b. Metode Pelaksanaan Pemancangan

1. Persiapan

- Ada gambar kerja / shop drawing

- Mempelajari letak tiang pancang terhadap as

- Menempatkan tumpukan tiang pancang terhadap titik pancang

- Transportasi tiang pancang ke lokasi pemancangan

- Urutan pemancangan

- Lahan harus bebas dari gangguan-gangguan yang menghambat

- Jalur/ tempat kedudukan alat pancang harus stabil dan cukup longgar untuk

maneuver alat berat

- Ruang gerak peralatan harus menjamin keselamatan kerja

- Marking / mengecek posisi bouwplank

- Check as memanjang dan melintang

- Mengukur titik pancang / patok-patok

Page 48: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-18

- Memonitor pemancangan

- Melaksanakan kalendering

- Alat pancang sesuai dengan ketinggian tiang pancang

- Berat dan merk hammer sesuai spek.

- Di cek kedudukan alat sudah stabil dan benar

2. Pelaksanaan

- Meletakkan/ mendudukkan alat pancang yang pas dekat titik pancang

- Mengambil tiang pancang yang sudah disiapkan / berada didekatnya

- Mendirikan tiang pancang tepat pada titik yang ditetapkan

- Tegak lurusnya tiang pancang dichek dengan theodolit dari dua arah

- Apabila tiang pancang telah berdiri tegak lurus, mulai dilaksanakan

pemancangan dan memonitor sampai pemancangan selesai.

3. Toleransi

Bergeser terhadap as mendatar : 0-5 cm maksimum 10% bergeser terhadap as

vertical (tegak lurus) tinggi tiang 20 m : 0 – 2,5 cm maksimum 1%.

4. Peralatan pengecoran tiang pancang

- Batching plant ………. Unit

- Truck mixer ………. Unit

- Concrete Mixer ………. Unit

- Concrete Vibrator ………. Unit

Page 49: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-19

Gb. 4.4 Flow Chart Pemancangan

START

PekerjaanPersiapan

Meletakkanalat pancang

Ambil TiangPancang

MendirikanPancang pada Titik

Check

Pancang

Check Pelurusan

SELESAI

Y

N

N

Y

c. Pemancangan Proteksi Galian Steel Sheet Pile

1. Metoda Pelaksanaan Pancang Steel Shet Pile

- Tentukan / marking lokasi letak steel sheet pile

- Pasang profil-profil untuk posisi steel sheet pile asalkan tidak terganggu

peralatan berat yang akan beroperasi.

- Pancang patok pembantu di luar rencana sheet pile awal jarak +/- 1,00

meter lurus dengan rencana pemasangan sheel pile

- Pancang steel sheet pertama / awal pada posisinya

IDENTIFI-KASI

POTENSI BAHAYA

Page 50: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-20

- Hubungkan patok pembantu tadi dengan pancangan steel sheet pile

pertama dari permukaan sheet pile +/- 0,5 – 1,00 meter dengan besi canal

kanan dari kiri dan dibaut kuat sehingga tidak bergerak dan kedudukan

stabil, water pass yang berfungsi sebagai rel atau patokan pelurusan

- Kemudian pancangan selanjutnya dipanutkan mengikuti riil tersebut.

- Apabila riil pengapit / panutan habis dapat disambung / digeser kearah

selanjutnya

- Demikian hingga pemancangan tersebut selanjutnya

Catatan :

- Steel sheet pile untuk pertemuan sudah ada tersendiri

- Apabila didalam steel sheet pile akan digali / untuk konstruksi tertentu,

maka agar tidak mengguling / roboh diberi perkuatan kedalam / keluar.

2. Galian didalam steel sheet pile

- Setelah perkuatan kearah dalam maupun luar selesai maka dapat

diteruskan penggalian batu

- Penggalian dapat dimulai dengan tenaga atau backhoe

- Bila tanah ex galian perlu dibuang, gunakan alat angkut dump truk.

- Demikian hingga elevasi yang diperlukan tercapai.

3. Standar hasil :

- Mendapatkan pemancangan steel sheet pile vertikal, lurus, kuat

- Mendapatkan galian didalam steel sheet pile, tanpa ada pergeseran steel

sheet pile

4. Peralatan :

a. Crane : kapasitas sesuai dimensi steel sheet pile …… Unit

b. Vibro hammer : berat disesuaikan jenis tanah dan panjang/

berat sheet pile …………… unit

c. Generator : sesuai kapasitas vibrometer ……… unit

d. Excavator ……….. unit

e. Water pass dan theodolit ……….. unit

f. Dump truck …………. unit

3.8 Pekerjaan Tanah

a. Pekerjaan Galian Tanah

1. Metoda Pelaksanaan

Menyiapkan as saluran

Menentukan batas galian bodem

Menentukan batas timbunan kanan dan kiri (untuk benangan)

Page 51: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-21

Menggali tanah sampai kedalaman yang ditentukan selebar bodem saluran.

Hasil galian dibuang kekanan dan kekiri atau dibuang dengan dump truck.

Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kiri galian tanah

sifatnya kasar belum difinish sehingga belum tepat sesuai kemiringan yang

ditentukan.

Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kanan galian tanah,

sifatnya kasar belum difinishkan sehingga belum tepat sesuai kemiringan

yang ditentukan.

Memasang kembali patok as batas bodem, batas kemiringan atas kanan

dan kiri pada patok-patok yang kurang akibat operasi alat berat

Rapikan Galian sesuai ketentuan

Peralatan :

- Excavator ……… unit

- Dump truck ……… unit

- Dozer ……… unit

- Compactor / vibrator ……… unit

- Tangki air ……… unit

b. Pekerjaan Timbunan Tanah

Contoh : Earth Work Canal Construction

1. Metode Konstruksi Timbunan untuk saluran irigasi primer, sekunder dan sub

sekunder

Setting out lokasi saluran irigasi oleh surveyor bersama dengan konsultan

supervisi

Setting out lokasi Borrow area yang telah disetujui surveyor beserta

konsultan supervisi

Selected material untuk timbunan dari quarry yang telah disetujui, mulai

digali dengan menggunakan excavator dan ditransport ke site

menggunakan dumptruck dengan jumlah yang cukup dengan jarak angkut

yang disetujui bersama dengan konsultan (sekitar 1-25 km).

Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dulu dan dibersihkan

dari kotoran, tumbuh-tumbuhan dan material lain. Juga harus dibersihkan

dari genangan air atau tanah yang terlalu basah.

Sebelum menimbun tanah, permukaan tanah harus dipadatkan dan

dikasarkan dengan menggunakan bulldozer

Page 52: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-22

Material tanah yang dihampar dengan ketebalan + 20-30 cm lapis demi

lapis dengan menggunakan dozer

Material tanah harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila

moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu

tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum

Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot

roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan

Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial

embankment

Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau

trimming dilakukan dengan exacavator.

2. Peralatan berat yang dipakai :

Dozer ….. unit

Excavator ….. unit

Dumptruck ….. unit

Vibro roller ….. unit

Water Tank Truck ….. unit

3.9 Pekerjaan Beton

3.9.1 Tahapan Pekerjaan Beton

Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton bertulang, tahapan pekerjaannya

adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan Bahan

Pemeriksaan Benda Uji

Persiapan

Pengadukan

Pengangkutan

Pengecoran

Pemadatan

Perawatan beton

Semen

Agregat halus (pasir)

Agregat kasar, kerikil, batu pecah

Air

Baja Tulangan

Bahan pembantu

IDENTIFI-KASI

POTENSI BAHAYA

Page 53: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-23

a. Pemeriksaan Bahan-Bahan

Bila dianggap perlu Pengawas Bangunan dapat memerintahkan agar

diadakan pemeriksaan pada bahan-bahan atau pada campuran bahan-

bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang

untuk menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.

Pemeriksaan bahan-bahan dan beton harus dilakukan dengan cara-cara

yang ditentukan dalam peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan demikian

harus dipelihara baik dan disimpan oleh Pengawas Ahli dan apabila

diminta harus dapat ditunjukkan kepada Pengawas Bangunan setiap

saat selama pekerjaan berlangsung dan setiap saat selama 2 tahun

sesudah pekerjaan selesai.

b. Persiapan

Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan

pengangkut beton harus sudah bersih

Sebelum beton dicor semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton

harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan

pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton

harus dibasahi dengan air sampai jenuh, sedangkan tulangan harus

terpasang dengan baik sesuai gambar kerja.

Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton

baru harus dikasarkan dan dibersihkan

Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton

c. Pengadukan

Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu Bo, harus

dilakukan dengan mesin pengaduk.

Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus

diawasi terus menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan

memeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru.

Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk,

banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat

yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya

harus diambil paling sedikit 1.5 menit setelah semua bahan-bahan

dimasukkan kedaam drum pengaduk.

Page 54: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-24

Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat

minimal,misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian

jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang

tercampur denga bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh

dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

d. Pengangkutan

Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat

pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah

pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.

Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi

perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor

dengan yang akan dicor.

Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan

dengan air dimulai. Jangka waktu ini dapat diperpanjang apabila digerakkan

kontinu secara mekanis dan bila perlu dipakai bahan-bahan penghambat

pengikatan setelah mendapat izin.

e. Pengecoran

Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk

mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam

cetakan.

Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti

sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa

hingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi.

2. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom

harus ada waktu yang cukup untuk memberi kesempatan kepada beton

dari kolom untuk mengeras.

3. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira

di tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah

banyak berkurang.

Page 55: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-25

f. Pemadatan

Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan sarang-sarang kerikil,

adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran.

Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan atau

dengan memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa

menggunakan alat-alat pemadat mekanis (alat penggetar).

Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan

kira-kira vertical, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring 45

derajat.

Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal

karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan

Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton

yang sudah mulai mengeras.

Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan

pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm ;

Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai

nampak mengkilap sekitar jarum.

Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga

daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

g. Pemeliharaan Beton

Setelah pelaksanaan pengecoran, beton akan mengeras dan menyusut.

Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara air dan semen yang

mengeringkan sebagian masa beton.

Besarnya penyusutan sangat dipengaruhi oleh banyaknya air yang

digunakan dalam campuran beton.

Penyusutan pada beton cair akan lebih besar dari beton kental. Beton di

udara yang lembab akan berkurang penyusutannya bila dibandingkan beton

yang berada pada udara kering. Dengan demikian maka untuk mengurangi

penyusutan menjadi sekecil mungkin seminimum mungkin, menggunakan

alat penggetar mekanik dan beton dalam keadaan lembab selama mungkin

setelah pengecoran.

Adanya penyusutan dapat menimbulkan retak. Biasanya retak terjadinya

karena adanya penahanan penyusutan.

Untuk mengurangi terjadinya keretakan, maka diusahakan agar beton pada

kondisi kelembaban yang merata.

Page 56: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-26

Dalam aplikasi di lapangan maka setelah pelaksanan pengecoran dilakukan

pemeliharaan dengan cara membasahi permukaan beton dengan air,

menutup permukaan beton dengan karung yang basah, membasahi

permukaan dengan membuatkan pelindung / atap disertai dengan

pengukuran kelembaban udara.

h. Pendarahan (bleeding)

Pada penuangan spesi beton senantiasa akan terdapat tidak tercampurnya

spesi beton (dari salah satu sebab). Bahan-bahan yang halus (ringan)

biasanya oleh bahan kasar (berat). Air merupakan bahan yang paling ringan

dalam campuran dan akibatnya yaitu air naik ke permukaan beton.

Pengendapan dan penaikan air ini dinamakan pendarahan susunan butir,

banyaknya air dan kecepatan spesi mengeras. Akibat dari pendarahan akan

menghasilkan kualitas permukaan beton sangat buruk.

Gambar Pendarahan (bleeding)

i. Sangkar kerikil

Akibat dari tinggi jatuh yang tinggi atau kerapatan tulangan dalam bekistinig

dan jarak dari dinding yang terlalu dekat, dapat terjadi sungkar kerikil. Hal ini

adalah pengumpulan kerikil di satu tempat di mana kadar air pasir dan

semennya sedikit.

Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara :

- tinggi jatuh yang rendah

- kecukupan ruangan antara batang tulangan dan bekisting

- ukuran butir-butir sesuai dengan ruang bebas di bekisting

- pemampatan yang baik

Page 57: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-27

j. Penuangan

Pengisian acuan dengan beton dinamakan „penuangan/ pengecoran“,

karena spesi beto harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini

merupakan suatu pekeraan yang kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan

penjagaan yang cukup. Apabila pada penuangan terjadi suatu kesalahan,

maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Kemungkinan bahwa

nivo kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Bergantung

pada masalah yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak „tinggi jatuh“

dari spesi beton tidak boleh jatuh, agar mencegah segresi spesi beton.

Pencampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan

terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Selanjutnya kerikil dan

kemudian pasir dan akhirnya pasta semen yang akan jatuh dalam bekisting.

Pencampuran sebelumnya yang baik itu akan terpengaruh dan kualitas

beton buruk sekali.

Percampuran akibat jarak tinggi jatuh yang besar

Karena itu maksimal tinggi jatuh bebas akan dibatasi sampai sekitar 1,5

meter. Untuk tinggi jatuh yang sangat tinggi harus digunaan talang cor atau

klep cor pada bekisting. Tulangan pada lantai-lantai dimana pekerja cor

akan berjalan diatasnya jangan dirancang terlalu kecil (lunak). Perhitungkan

pula dengan pembebanan yang tinggi akibat kendaraan angkutan pada

dasar tanah.

Cheklist berikut ini harus dilakukan sebelum penuangan :

- apakah tulangan telah selesai

Page 58: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-28

- apakah bekisting / acuan telah dibasahi dan atau diberi minyak bekisting

- kecukupan adanya perancah, tangga dan papan untuk dijalani

- cukup personil

- listrik / lampu bila dibutuhkan

- cukup adanya bahan-bahan

- apa dan bahan persediaan

- apakah ada jalanan masuk, rute pengangkutan

- adanya alat pemadatan

Pekerjaan termasuk persiapan tempat dimana beton akan dicor, persiapan dan

pemeliharaan dari pondasi, pengadukan beton dan dewatering.

Untuk gudang semen, kita harus membuat lantai yang aman dari pengaruh

cuaca dimana dibuat lantai kayu yang ditinggikan dan semen selalu ditutup

plastic pelindung.

Hasil uji material beton dan job mix formula untuk setiap type / kelas beton

harus sudah dilaksanakan dan disetujui oleh engineer.

Lokasi pengecoran harus diperhitungkan cukup luas untuk pelaksanaan

pengecoran beton dan memudahkan akses kelokasi baik material peralatan

maupun tenaga kerja.

Fabrikasi bekisting terbuat dari kayu atau besi dengan joint yang kedap

mortar dan cukup kuat / kaku dan tidak mengalami deformasi pada waktu

pengecoran beton dan konstruksinya harus gampang dilepas tanpa

merusak betonnya.

Permukaan ditempat sambungan beton harus dikasarkan dan harus

dibersihkan dengan air dan disemprot dengan mortar pada waktu

pengecoran lanjutan.

a. Metode konstruksi beton lining saluran :

Ditempat yang ada airnya, dilakukan dewatering dengan memakai sub

mersible pump 4” diameter

Pekerjaan tanah diselesaikan lebih dahulu

Setting out dilokasi lining

Bekisting disiapkan sesuai tebal lining dan dipasang diantara segmen

lining sampai dengan kaki lining. Posisi yang tepat dari bekisting pada

expansion joint, control joint dan construction joint dan joint sealant

untuk memudahkan pengecoran beton.

Page 59: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-29

Batching Plant digunakan untuk lokasi yang bisa dijangkau truk mixer

dan beton mixer digunakan ditempat yang sempit.

Setelah adukan beton mengering, bekisting dapat dilepas dan diisi

dengan expansion joint atau joint sealant untuk dilatasi.

Setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari premature drying,

temperatur udara yang terlalu panas dan mechanical in jury.

Beton harus diaga selalu dari hilangnya kelembaban dengan suhu yang

relative konstan untuk memastikan hidrasi yang sesuai untuk semen dan

pengerasan dari betonnya.

b. Metoda Konstruksi untuk Struktur

Setting out lokasi oleh survey bersama supervisi engineers

Galian ditempat lokasi struktur dilakukan dengan excavator dan / atau

man power

Potong dan bengkok pembesian di base camp

Menyiapkan lantai kerja

Memasang pembesian struktur lantai sesuai gambar kerja

Kontraktor bersama konsultan supervisi memeriksa pemasangan

pembesian dan menyiapkan cek list apakah pembesian perlu diperbaiki

atau tidak

Pasang bekisting dari struktur lantai termasuk supporting, kalau

diperlukan

Pengecoran untuk struktur lantai dapat dilaksanakan biasanya dengan

memakai talang

Bekisting dan supporting bisa dilepas

Tahapan untuk pelaksanaan struktur dinding seperti pada tahapan

pelaksanaan struktur lantai

Hasil dari pengecoran beton diperiksa bersama supervisi engineer dan

dipersiapkan check list perbaikan / penyempurnaan

Setelah perbaikan beton diselesaikan, dapat dilanjutkan menyiapkan

pemasangan batu dan aksesorisnya.

c. Peralatan :

c1. Untuk beton lining :

- Batching Plant …… Unit

- Truck Mixer …… Unit

- Steel Slepform Screed …… Unit

- I m mersion type vibrator …… Unit

Page 60: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-30

- Winset ……. Unit

c2. Untuk beton struktur :

- Batching Plant ……. Unit

- Truck Mixer ……. Unit

- Concrete Vibrator ……. Unit

3.10 Pekerjaan Tunnel

Pelaksanaan pembuatan terowongan pada umumnya dilakukan dalam 4 tahapan

kerja :

a. Tahap I, Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum

pekerjaan utama pembuatan terowongan dapat dimulai :

1. Pekerjaan survey (surveying & lay out of works) meliputi :

Pembuatan peta situasi pekerjaan lapangan (lay out of works)

Pembuatan bench mark (patok BM) dan patok / titik referensi

Pembuatan ground profile (potongan memanjang tanah / bukit) dan

ground section (potongan melintang tanah / bukit)

2. Pembuatan jalan kerja (construction & hauling roads), termasuk jembatan/

gorong-gorong sementara jika diperlukan.

Apabila untuk mencapai lapangan kerja terdapat sungai dan untuk kegiatan

lapangan harus menyeberang sungai tersebut, maka kontraktor harus

membuat jembatan atau gorong-gorong sementara yang biasanya hal ini telah

termuat dalam dokumen tender atau penawaran.

3. Penyiapan bangunan fasilitas sementara (temporary facilities works) antara

lain kantor lapangan dan camp, gudang material, instalasi pemecah batu

(crushing plant), instalasi pengaduk beton (batching plant), bangunan fasilitas

laboratorium berikut peralatannya, gudang bahan peledak / dinamit, instalasi

listrik dan air (untuk keperluan kantor, camp dan lapangan) dan bangunan

fasilitas lainnya yang diperlukan sehubungan dengan kontrak.

4. Land clearing dan grubbing

Land clearing dan grubbing adalah kegiatan pembersihan medan kerja dari

pepohonan, semak belukar bonggolnya. Pekerjaan ini biasanya dilakukan

dengan alat bulldozer atau dapat dikombinasi dengan excavator sesuai

dengan keadaan di lapangan.

Page 61: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-31

b. Tahap II, Pekerjaan Penggalian Terbuka (open excavation)

1. Pembersihan lapangan kerja (clearing of site)

Sebelum memulai kegiatan penggalian, terlebih dahulu dilakukan

pembersihan lapangan kerja (clearing site) pada areal yang akan digali yang

diikuti dengan pekerjaan survey untuk menentukan batasan areal kerja,

sesuai dengan gambar rencana.

Pembersihan lapangan kerja dapat dilakukan dengan tenaga orang atau

dengan peralatan mesin (sesuai denga kebutuhan dan keadaan medan

kerja).

Setelah medan kerja dan batasan daerah yang akan digali telah dipasang

sesuai dengan gambar kerja (working drawing), maka kegiatan pekerjaan

penggalian dapat dilakukan.

2. Penggalian Tanah (excavation of common material)

Sebelum kegiatan penggalian dimulai, terlebih dahulu disiapkan batas-batas

galian yang lazimnya dipasang bow plank atau papan batas dan penunjuk

kemiringan galian, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam gambar kerja

yang telah disetujui engineer atau approved working drawing.

Untuk pengerjaan penggalian tanah (common material), biasanya dilakukan

dengan alat excavator (back hoe), sedangkan bahan hasil galian diangkut

kelokasi pembuangan (disposal area) yang telah ditetapkan dalam kontrak

atau yang disetujui engineer. Penetapan jenis, kapasitas dan jumlah

excavator maupun truk yang digunakan untuk menggali dan mengangkut hasil

galian perlu disesuaikan dengan volume gaian yang direncanakan, agar dapat

diselesaikan sesuai denga schedule yang disetujui engineer. Sudah barang

tentu perhitungan yang teliti agar efisiensi kerja dapat dicapai dengan hasil

kerja yang baik.

Ditempat pembuangan hasil galian tanah (disposal area), perlu dioperasikan

setidak-tidaknya sebuah bulldozer untuk peralatan (spreading) dan mengatur

bentuk timbunan buangan tanah tidak mudah longsor dengan gambar

disposal area yang disetujui engineer.

Agar pekerjaan penggalian tanah ini dapat sesuai dengan gambar kerja perlu

adanya pemantauanu secara terus menerus oleh petugas pengukuran

(survey) sampai penggalian tanah selesai.

3. Penggalian batu (rock excavation)

Sebelum kegiatan penggalian batu dilakukan, terlebih dahulu mempelajari

keadaan batuan yang akan digali, agar penggalian batu dapat dilaksanakan

Page 62: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-32

dengan baik. Mengenal jenis dan kondisi batuan yang terdapat dalam

dokumen tender serta memeriksa keadaan dilapangan.

Geological formation (formasi geologi) dan kelas batuan dilokasi rencana

terowongan perlu diketahui dengan seksama untuk menentukan jenis maupun

kapasitas alat yang akan digunakan.

a) Fresh rock (F)

b) Slightly weathered (SW)

c) Moderately weathered (MW)

d) Highly weathered (HW)

e) Completely weathered (CW)

Untuk a, b, dan c disebut batuan, sehingga sebelum memulai pekerjaan

penggalian diperlukan pengukuran guna mengetahui batas galian common

dan galian batu. Hal ini perlu dilakukan karena umumnya unit price (harga

satuan) galian batu jauh mahal dari galian tanah (common).

Metode penggalian batu pada medan terbuka biasanya dilakukan dengan

cara peledakan (blasting) oleh karenanya metode kerja ini harus diajukan

kepada Engineer untuk mendapatkan persetujuannya (approval). Agar dapat

dicapai efisiensi kerja yang baik perlu adanya trial blasting setidak-tidaknya 3

kali. Dalam trial blasting ini yang paling penting adalah penetapan jarak

lubang bor, tinggi benhcut dan coefisien blasting, guna jumlah bahan peledak

yang digunakan.

Pada trial blasting yang pertama biasanya digunakan angka coefisien blasting

terkecil, kemudian yang kedua lebih besar dan yang ketiga lebih besar lagi,

misalnya untuk quartzite fresh rock pertama dengan C=0.3, kemudian kedua

dengan C=0.35 dan yang ketiga dengan C=0.4.

Dari ketiga hasil trial blasting tersebut kita bandingkan mana yang paling baik

dan efektf kita pilih yang selanjutnya ditetapkan sebagai “blasting pattern”

yang digunakan untuk penggalian batu secara menyeluruh. Namun demikian

tidak menutup kemungkinan adanya perubahan sesuai dengan keadaan

dilapangan.

Untuk melakukan pekerjaan penggalian dengan cara blasting ini, site engineer

kontraktor harus mengatur sedemikian rupa agar memperhatikan kemananan

bagi para pekerja dan orang-orang yang berada di sekitar areal kerja blasting.

Sistim peringatan dengan cara memasang tanda bendera merah maupun

dengan membunyikan sirine atau pemberitahuan dengan pengeras suara

sangat diperlukan. Apabila pekerjaan blasting ini dilakukan dengan kurang

Page 63: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-33

hati-hati dapat menimbulkan kecelakaan yang fatal bagi tenaga kerja maupun

orang-orang yang berada disekitar areal kerja.

Apabila blasting telah dilakukan perlu ada petugas khusus yang memeriksa

lapangan di areal blasting apakah semua bahan peledak telah meledak

semua atau belum. Setelah dilakukan pemeriksaan dilapangan ternyata

dinyatakan bahan peledak telah meledak semua baru petugas yang akan

membuang hasil ledakan dapat diijinkan mengambil batuan untuk meledakan

bahan peledak yang belum meledak tersebut.

4. Open Cut Excavation

Pada hakekatnya open cut excavation adalah sama dengan open excavation

hanya biasanya open cut excavation merupakan kelanjutan dari open

excavation sehingga kegiatannya juga hampir sama. Perbedaan antara open

excavation dan open cut excavation adalah sebagai berikut :

Open excavation merupakan galian terbuka dengan batasan terbawah

berupa dataran (plat form)

Open cut exacavation merupakan galian terbuka dengan bentuk tertentu

yang biasanya ditempat ini didirikan bangunan, misalnya untuk power

station untuk conduit dan sebagainya.

Open cut excavation ada yang merupakan kelanjutan dari open excavation

namun ada pula yang berupa galian tersendiri.

Metode kerja open cut excavation secara prinsip sama dengan open

excavation hanya sedikit perbedaan pada bentuk galiannya.

5. Perkuatan bidang galian miring (slope protection)

Pada bidang galian terbuka baik yang permanent maupun sementara, harus

diperhitungkan apakah perlu perkuatan lereng (slope protection) atau tidak, ini

tentunya disesuaikan dengan keadaan geologi di lapangan maupun yang

tertuang dalam kontrak.

Jika tercantum didalam kontrak maka kontraktor harus melaksanakan sesuai

kontrak, namun jika tidak tercantum dalam kontrak dan keadaan memerlukan

proteksi, maka hal ini dapat dibicarakan dengan pihak engineer atau dapat

juga kontraktor melaporkan masalah ini kepada engineer. Sudah barang tentu

hal ini atas dasar keamanan pekerjan agar tidak menimbulkan longsoran yang

dapat mempersulit operasi kerja dilapangan.

Perkuatan lereng yang lazim diterapkan pada suatu proyek bendungan

adalah shotcrete, shotcrete dengan wire mesh, pasangan batu atau cukup

dengan gebalan rumput (sodding). Untuk menetapkan jenis perkuatan lereng

Page 64: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-34

ini tergantung dari keadaan geologi di lapangan. Apabila dengan perkuatan

seperti tersebut diatas masih dipandang kurang memadai, dapat pula

dikombinasi dengan penambahan batang angker baja digrouting (grouted

anchor bar), dapat pula ditambah dengan lubang-lubang pematusan (drain

holes).

Perkuatan lereng dengan shotcrete

Perkuatan lereng dengan shotcrete, diterapkan pada bagian bidang galian

permanen maupun sementara tergantung kebutuhan. Pada bidang galian

batu biasanya dengan shotcrete tebal 5 cm sedangkan pada bidang galian

tanah (common) dengan shotcrete tebal 10 cm dengan tambahan jarring

kawat baja (wire mesh). Perkuatan lereng dengan shotcrete dilakukan

dengan menggunakan mesin. Bahan shotcrete adalah campuran cement,

air dan aggregate pasir halus dan kasar dengan proporsi campuran yang

telah ditetapkan didalam spesifikasi teknik (technical specification).

Sebelum shotcrete diterapkan pada bidang permukaan galian, biasanya

dilakukan trial di lapangan didekat batching plant, yang dilanjutkan dengan

pengujian di laboratorium untuk mengetahui strengthnya. Hasil pengujian

ini disusun dalam laporan kemudian diajukan kepada engineer untuk

mendapatkan approval. Sudah barang tentu yang diajukan tersebut harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam technical specification. Jika

approval dari engineer telah diterbitkan, pekerjaan shotcrete dapat

dilaksanakan dilapangan. Pada pekerjaan shotcrete dengan wire mesh,

pelaksanaannya dapat dilakukan dua kali yaitu shotcrete layer pertama

diterapkan kemudian wire mesh dipasang dan dilanjutkan dengan

shotcrete. Cara shotcrete secara langsung ini harus dilakukan oleh tenaga

yang betul berpengalaman.

Untuk mencegah air tanah menekan lapisan shotcrete, lazimnya

dilengkapi dengan weep hole dari pipa pvc Ø 50 mm. dengan weep hole

ini air tanah dapat disalurkan keluar, sehingga shotcrete dapat lebih stabil

dan kemungkinan terkelupasnya lapisan shotcrete dapat dicegah.

Perkuatan lereng dengan shotcrete yang dikombinasi dengan anchor dan

drain holes.

Sebelum pekerjaan shotcrete dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan

pengeboran pada titik-titik yang telah ditentukan untuk rencana

pemasangan anchor bar atau drain holes.

Apabila pengeboran telah selesai, lubang bor dibersihkan dengan

semburan angin kemudian volume sesuai perhitungan yang selanjutnya

Page 65: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-35

anchor bar dimasukkan dengan hati-hati kedalam lubang. Cara seperti ini

lazim dilakukan di lapangan, namun ada pula setelah lubang disiapkan,

batang angker dimasukkan kedalam lubang baru kemudian diisi bahan

sement mortar hingga penuh. Cara yang kedua ini biasanya tidak terpakai

dapat diyakini apakah penggroutingan dapat penuh hingga ujung angker

atau tidak.

Jika drain hole haus dibuat terlebih dahulu disiapkan lubangnya dengan

cara pengeboran pada titik-titik yang telah disiapkan. Setelah lubang bor

dibersihkan kemudian pipa pvc yang telah dilubangi dibalut geotextile atau

tanpa geotextile, dimasukkan kedalam lubang dengan sedikit diputar, agar

mudah memasukkannya. Di bagian ujung luar pipa pvc kurang lebih

sedalam 20 cm lubang ditutup dengan cement mortar lihat sket.

Apabila anchor bar dan drain holes telah terpasang semua baru

kemudiani shotcrete diterapkan. Untuk mencegah lubang drain hole

tertutup material shotcrete, sebelum shotcrete diterapkan, terlebih dahulu

lubang pipa pvc ditutup dengan bahan kertas atau bahan lain, baru

setelah schotcrete selesai tutup / sumbat tersebut dilepas. Shotcrete yang

dikombinasi dengan anchor bar dan drain hole biasanya diterapkan pada

perkuatan bidang galian yang kondisi batuannya kurang baik atau rawan

longsor. Kondisi batuan yang harus dishorcrete dan tambahan anchor bar

serta drain hole biasanya pada bidang galian yang terdapat dyke, shear

zone, jalur mica schist dan fractures.

Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu

Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu dapat diterapkan pada

bidang galian yang apabila dishotcrete material shotcretenya tidak dapat/

sulit menempel pada bidang galian. Sudah barang tentu jenis perkuatan

lereng ini atas dasar pertimbangan yang masak oleh ahli geologi.

Untuk mengendalikan air tanah agar tidak membahayakan stabilitas

pasangan batu, lazimnya dipasang weep hole atau drain hole.

Perkuatan lereng dengan gebalan rumput (sodding)

Pada bidang galian yang masih cukup banyak material claynya dan

dimungkinkan rumut bisa tumbuh, gebalan rumput (sodding) dapat

diterapkan. Biasanya jenis perkuatan bidang galian dengan sodding ini

untuk areal yang tidak membahayakan terhadap bangunan yang ada

disekitarnya atau untuk daerah yang kurang penting, misalnya untuk

acces road.

Page 66: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-36

c. Tahap III, Pekerjaan Penggalian Dalam Tanah (Under Ground Excavation)

Pekerjaan pengendalian dalam tanah (under ground excavation) atau lazim juga

disebut penggalian terowongan (tunnel excavation) adalah pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang khusus pula.

1. Pekerjaan persiapan

Sebelum melakukan penggalian didalam terowongan, perlu dikaji dengan

seksama kondisi geologi baik yang tercantum dalam dokumen tender maupun

keadaan setelah open excavation dan open cut excavation selesai.

Mempelajari kondisi batuan terutama pada bagian portal hulu (upstream

portal) dan portal hilir (downstream portal) harus dilakukan untuk menyiapkan

pekerjaan awal galian terowongan. Lazimnya pada kedua bagian ini dipasang

steel rib support dari baja H yang dirangkai dengan batang baja atau kayu

sebagai penahab. Pada steel rib support ini biasanya dilapisi shotcrete atau

papan kayu sebagai penutup dan dibebani karung plastic berisi pasir (sand

bag) sebagai pemberat.

Dari jenis batuan yang ada dilapangan maupun yang tertuang dalam

dokumen tender dapat ditetapkan alat untuk pelaksanaan penggalian.

Penggalian didalam terowongan pada umumnya dilakukan dengan cara

peledakan (blasting), namun jika tidak mungkin dilakukan didalam terowongan

dapat pula digali dengan mesin bor horizontal dengan diameter hingga 2

meter yang biasanya hasil galian bor tadi langsung dimasukkan (di loading)

kedalam truck disebelah belakangnya sebagai contoh penggalian terowongan

headrace bendungan Saguling di Jawa Barat.

Dalam menentukan posisi awal dibagian portal hulu dan hilir, tim survey harus

bekerja denga teliti guna menentukan aligmen, elevasi dan station pada

kedua portal tersebut.

2. Trial Blasting (percobaan peledakan)

Trial blasting sangat diperlukan untuk mendapatkan standar blasting yang

baik yang biasanya dilakukan pada bagian portal hulu maupun hilir. Trial

blasting ini sangat besar manfaatnya agar tidak terjadi over break atau

terjatuhnya batuan dengan volume yang besar yang sudah barang tentu

sangat merugikan kontraktor. Seperti hal pada galian batu di bagian open

excavation, coefisien blasting ditentukan mulai dari yang kecil yang kemudian

ditambah sedikit demi sedikit. Trial blasting sebaiknya dilakukan pada luasan

terbatas, sebagai contoh untuk quartzite fresh rock dengan C=0,4 untuk yang

ketiga dan terakhir dengan C=0,45. Dengan trial blasting ini akan dapat

Page 67: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-37

diseleksi dan dipilih hasil ledakan yang paling baik, artinya tidak terlalu banyak

over break dan tidak terlalu banyak yang tersisa dan hasil pilihan ini dapat

digunakan sebagai blasting pattern untuk penggalian dalam terowongan

(tunnel excavation).

Tabel dibawah adalah contoh batuan dan angka koefisien blasting rata-rata

yang lazim digunakan.

No. Nama Batuan Koefisien “C”

1. Soft limestone 0.20

2. Soft sandstone, conglomerate 0.26

3. Hard sandstone, conglomerate 0.30

4. Middle limestone, slate 0.35

5. Hard slate, grain limestone 0.40

6. Weathered andesite 0.20 – 0.30

7. Hard andesite 0.30 – 0.35

8. Quartzite, andesite (fresh) 0.42 – 0.50

9. Granite, gneiss 0.45

10. Hard granite 0.57

Catatan : untuk trial blasting dapat digunakan C=75% dari table, dapat pula

ditentukan lain sesuai dengan pengalaman blasting expert.

3. Penggalian terowongan (tunnel excavation)

Setelah berhasil menentukan blasting pattern, dapat dilanjutkan penggalian

didalam terowongan dengan tahapan kedalaman antara 1.5 meter hingga 2

meter tunnel driving. Pada umumnya setelah mucking selesai dilakukan

disusul dengan pekerjaan supporting.

Supporting atau perkuatan yang perlu diaplikasikan didalam permukan galian

terowongan ada beberapa macam antara lain :

Supporting jenis rock bolt

Supporting jenis rockbolt diterapkan untuk memperbaiki struktur batuan

agar ada tahanan yang baik antara butiran batu yang satu dengan butiran

batu yang lainnya, sehingga kemungkinan runtuhnya butiran batu yang

besar dapat dicegah. Rockbolt biasanya dengan menggunakan batang

besi beton ulir (deformed bar) D 25 dengan panjang 3 meter masuk

kedalam batuan. Dibagian ujung luar dilengkapi plat baja landasan, plant

ring dan mur (nut) dan dibagian dalam diperkuat dengan epoxi resin,

sedalam kira-kira 75 cm, sebagai angkernya. Untuk menentukan panjang

rock bolt yang masuk kedalam batuan tergantung dari ukuran diameter

terowongan dan biasanya ditentukan oleh design engineer. Epoxi resin

merupakan bahan yang dikemas seperti kapsul dan akan pecah jika

ditusuk besi beton dan akan mengeras dalam waktu yang cepat. Jika

rockbolt dengan epoxi rexin sebagai angker telah mengeras dengan

Page 68: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-38

sempurna plat landasan plat ring dan mur dipasang yang selanjutnya

dilakukan penarikan batang rockbolt dengan cara memutar mur dengan

daya antara 60% hingga 80% dari kapasitas baja rock bolt. Untuk rock bolt

D 25 ditetapkan daya torsi sebesar 8-12 ton atau diambil rata-rata 10 ton.

Pemasangan rockbolt ini lazimnya dilakukan dengan jarak rata-rata 3

meter satu sama lain untuk seluruh bidang galian batu. Pada bidang

galian yang bukan batu misalnya shear zone atau soft dyke, rock bolt

biasanya tidak perlu karena tidak efektif.

Shotcrete tanpa wire mesh

Shotcrete tanpa wire mesh (chain link) diterapkan pada permukaan galian

batu yang baik(fresh rock), biasanya dengan tebal rata-rata 5 cm.

shotcrete didalam terowongan dilaksanakan dengan sarana kerja untuk

pekerja yaitu dengan baket yang ada di mesin jumbo drill. Lihat foto

terlampir.

Shotcrete dengan wire mesh (chain link fabric)

Shotcrete dengan wire mesh (chain link) diterapkan pada bagian

permukaan galian batuan yang fractures. Pelaksanaan shotcrete dengan

tambahan material wire mesh (chain link) lebih sulit dibandingkan dengan

dipekerjaan open menggantung untuk itu perlu dipasang dengan

pertolongan angker-angker dari batang baja yang ditancapkan disela-sela

batuan atau dengan membuat luabgn khusus pada batuan.

Steel rib support

Steel rib support biasanya diterapkan pada bagian galian yang kondisinya

lembek misalnya shear zone atau soft dyke atau yang sangat fractures.

Ada juga steel support ini masih dikombinasi dengan grouted anchor bar,

misalnya di spillway shaft bendungan Batulegi.

4. Sistim drainase (drain system)

Selama penggalian terowongan berlangsung sistim drainase harus mendapat

perhatian karena pekerjaan shotcreting tidak dapat dilaksanakan pada bagian

yang terdapat sumber airnya. Demikian pula pada saat mucking air yang ada

dalam terowongan harus disalurkan keluar dengan baik agar tidak

mengganggu tranportasi angkutan bahan galian keluar terowongan.

5. Control survey

Control survey juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan sangat teliti,

karena jika terdapat kesalahan sedikit saja akan menimbulkan arah

(alignment) terowongan bisa berubah. Control survey ini untuk memantau

alignment (tunnel axis), slope dan diameter dari terowongan.

Page 69: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-39

6. Tahapan penggalian terowongan

Terowongan dengan diameter besar lazimnya digali secara bertahap dari

bagian upper half yang setelah selesai upper half dilanjutkan dibagian lower

half.

Untuk terowongan dengan diameter kecil, misalnya 4-5 meter, dapat digali

secara langsung dengan mengatur bentuk permukaan bagian dasar, agar

peralatan dapat beroperasi dengan baik, terutama untuk transpoprtasi

angkutan bahan hasil peledakan keluar terowongan.

d. Pelaksanaan Pembetonan

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan

pembetonan (concreting) adalah sebagai berikut :

Pengecekan secara menyeluruh permukaan galian terowongan untuk

mengetahui apakah galiani terowongan telah masuk design line atau

belum. Dalam hal ini survey terhadap alignment, elevasi dan diameter

hasil galian sudah sesuai dengan design, perlu adanya galian susulan

yang untuk ini dapat dilakukan dengan alat “giant breaker” atau alat

yang lain yang sesuai.

Penyiapan dan pemasangan baja tulangan (reinforcement bar)

Apabila terowongan harus dilapisi dengan beton bertulang, perlu

disiapkan pabrikasi tulangan sesuai dengan working drawing yang telah

disetujui engineer. Apabila pabrikasi baja tulangan telah selesai dibuat,

dapat dilanjutkan dengan pemasangan ditempat yang akan dicor.

Penyiapan dan pemasangan bekisting (form work)

Untuk terowongan dengan diameter besar, misalnya terowongan

pengelak bendungan Batulegi 11.50 m di hilir dan 10 m dihulu, form

work dapat dibuat 3 macam pertama untuk bagian lower (invert) yang

kedua untuk bagian site wall dan ketiga untuk bagian upper half.

Penyiapan peralatan pembetonan berikut penerangan

Jika persiapan lapangan telah cukup, selanjutnya penyiapan concrete

pump, agritator truck (AT), vibrator untuk pemadatan beton, peralatan

untuk test beton, lampu penerangan dan sarana kerja lainnya yang

diperlukan.

Pelaksanaan pembetonan

Untuk pembetonan terowongan bagian invert perlu disiapkan placement

sequence agar didapat hasil yang tidak keropos atau terdapat honey comp.

Page 70: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3-40

Oleh karenanya construction method untuk pembetonan perlu diajukan

kepada engineer untuk mendapatkan persetujuan.

Khusus untuk bagian invert ini apabila terdapat permukaan yang dikawatirkan

keropos atau honey comp, sesaat setelah form dibuka dimana beton masih

belum begitu mengeras dapat langsung diperbaiki, namun kalau beton telah

mengeras perbaikannya harus dilakukan secara khusus setelah benar-benar

dan beton telah keras dan dingin.

Pemadatan beton dengan vibrator harus dilakukan oleh tenaga yang

berpengalaman untuk mencegah rusaknya mutu beton, hal ini dimungkinkan

akibat konsentrasi vibrator di suatu tempat yang terlalu lama.

Construction sequence sangat menentukan hasil pembetonan, oleh

karenanya petugas yang mengerjakan pembetonan harus diberi penjelasan

dengan baik oleh site engineer dan jika dipandang perlu pada saat awal Site

Engineer harus ikut memantau jalannya pengecoran (concrete placement).

3.11 Pembuatan Daftar Simak

Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item

pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu

daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK K3

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

2. Nama Proyek : .......................................................................................

3. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Dilaksanakan

Ya Tidak

Dibuat oleh : ........................................................................................

Tanggal : .......................................................................................

Diperiksa oleh : .......................................................................................

Page 71: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-1

BAB 4

PENERAPAN K3 PADA PEMAKAIAN TANGGA DAN PERANCAH

4.1 Hal Hal Penting Dalam Pemasangan Perancah

1. Standar :

Peraturan,

Standar Nasional,

Standar Internasional,

Ketentuan / Rujukan Berdasarkan Perhitungan Faktor Keamanan Konstruksi/

Construction Safety.

2. Jenis Pekerjaan yang menggunakan penyangga perancah:

Pekerjaan Galian (Excavation Works),

Pekerjaan Konstruksi Bawah Tanah (Underground Construction Works),

Pekerjaan Urugan / Timbunan (Embankment / Filling).

Penyangga Struktur Bangunan

3. Persyaratan Teknis Perancah. :

Kestabilan. & Kesetimbangan,

Faktor Keamanan,

Keahlian Tenaga Kerja (SDM).

4. Pengawasan. :

Inspeksi,

Pemeriksaan & Pengecekan Berkala.

5. Pemeliharaan.

4.2 Standar Aturan Pemasangan Pekerjaan Perancah

1. Peraturan Umum

a. Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan

secara aman pada suatu ketinggian .

b. Perancah hanya dapat dibuat dan diubah oleh :

1) Pengawas yang ahli dan bertanggung jawab

2) Orang – orang yang ahli dibidang perancah

Page 72: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-2

c. Pemasangan perancah harus dilaksanakan dan diawasi oleh :

1) Pemasangan oleh tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dan keahlian

kerja dalam bidang perancah

2) Pengawasan oleh Pengawas yang ahli dalam bidang k3 perancah

2. Bahan – bahan

a. Kayu yang akan digunakan, harus berurat lurus, padat , tidak ada mata kayu

yang besar – besar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat, dan lain –

lain kerusakan yang dapat mem-bahayakan.Tali baja yang telah terkena asam

atau bahan kimia, karat lainnya, tidak boleh digunakan .

b. Tali yang terbuat dari serat tidak dapat digunakan, yang mudah mengundang

bahaya.

c. Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.

d. Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.

e. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.

f. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus disimpan

dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya.

g. Pengikat untuk perancah yang terbuat dari kayu, harus berupa baut besi

dengan ukuran yang memadai, cincin penutup, mur, tali serat yang dipadatkan,

sekrup dan lain – lain pengaman yang dibutuhkan.

3. Konstruksi Perancah

a. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor) sebesar 4

(empat) kali beban maksimal.

b. Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain – lain

fasilitas yang aman.

c. Perancah harus cukup diberi penguat (braced).baik secara diagonal maupun

horozantal.

d. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan kebangunan dengan system jepit

(rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.

e. Perancah tidak boleh terlalu tinggi diatas angker yang tertinggi, maksimal

sejumlah 3 perancah tersusun, karena dapat membahayakan kestabilan dan

kekuatannya.

f. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas gelagar memanjang dan

melintang yang dihubungkan dengan kuat pada tiang penyangga, keatas atau

kesamping, bergantung pada pemakaiannya untuk menjamin kestabilan sampai

perancah dapat dilepas.

Page 73: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-3

g. Semua kerangka bangunan dapat perlengkapan yang digunakan untuk

menunjang pelataran tempat bekerja harus berdasarkan standard konstruksi;

mempunyai pondasi yang kuat dan cukup tertanam dan diberi penguat untuk

kesetabilan.

h. Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan bahan – bahan

lain yang tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah tidak boleh dipakai.

i. Bila perlu untuk menghindari benda yang terjatuh, perancah harus diberi

semacam tenda / kasa pengaman.

j. Paku – paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian

dibengkokkan.

k. Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.

4. Pemeriksaan dan Pemeliharaan

a. Setiap bentuk perancah harus diperiksa sebelum digunakan, oleh orang yang

berwenang untuk meyakinkan, dan pemeliharaannya diperiksa setiap hari dan

secara berkala mingguan, bulanan dengan item pemeriksaan meliputi :

1) kondisi kestabilan .

2) kerusajkan Bahan, berubah bentuk (deformasi), cacat / rusak, keropos..

3) Kondisi pengamanan sperti pin lock,

4) Aman penggunaannya.

b. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang sedikitnya

seminggu sekali yaitu sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa

pembangunan yang agak lama.

c. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.

d. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak ada

yang rusak atau membahayakan waktu dipakai.

e. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal

itu tetap menjamin keselamatan.

5. Perlengkapan Pengangkat Pada Perancah

a. Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada perancah:

b. Bagian – bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan kalau perlu

diperkuat.

Page 74: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-4

c. Setiap pengeseran dari kayu penyangga (putlog) harus dicegah. Tiang

penyangga harus dihubungkan erat pada bagian bangunan yang kuat, ditempat

alat pengangkat dipasang.

d. Bila pelataran untuk alat pengangkat tidak menggunakan terali pengaman

sehingga muatan yang diangkat dapat menggangu perancah, harus dipasang

pengaman vertikal untuk mencegah muatan alat pengangkat menyangkut pada

perancah.

6. Kerangka Siap Pasang ( Prefabricated Frames ).

a. Kerangka siap pasang yang digunakan untuk perancah harus dijepit sempurna

dikedua muka dan harus dipasang terali pengaman (guard rails).

b. Kerangka yang beda macamnya tidak boleh dipakai berpasangan.

c. Kerangka harus cukup kuat dan kaku untuk mencegah perubahan dalam

pengangkutan, pelaksanaan, dan sebagainya.

d. Untuk perancah yang tidak tertanam pada bangunan harus diberi pengaman

untuk mencegah pengeseran vertikal dari kerangka

7. Penggunaan Perancah.

a. Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah.

b. Pemasangan perancah harus memperhitungkan distribusi gaya – gaya lateral

c. Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat naik dikendalikan

dengan tali yang dikaitkan ke muatan (tagline). Untuk mencegah muatan

beradu dengan perancah.

d. Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, atau gaya muatan tidak

diboplehkan terkonsentrasi dalam satu titik, untuk mencegah bahaya runtuh

(collaps) sebagai akibat tidak stabil / tidak ada keseimbangan.

e. Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa beban / gaya muatan tidak

boleh melebihi kapasitas yang ditentukan (over loaded).

f. Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan – bahan kecuali bahan

yang segera dipakai.

g. Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu angin

kencang.

h. Untuk mencegah kerusakan, bahan – bahan perancah harus dipasang dengan

hati – hati.

Page 75: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-5

8. Pelataran Tempat Bekerja / Platform.

a. Semua perancah dimana tenaga kerja berada harus dilengkapi dengan platform

untuk bekerja.

b. Bagian – bagian dari peralatan untuk bekerja tidak boleh ditunjang oleh batu

bata, pipa – pipa bahan bongkaran, cerobong asap atau bahan – bahan lain

yang semestinya.

c. Pelataran tempat bekerja tidak boleh ditumpangkan kepada cerobong,

penampung air hujan, serambi, atap, penangkal petir, atau bagian – bagian lain

yang tidak semestinya.

d. Pelataran tempat bekerja tidak boleh digunakan sebelum betul – betul selesai

dan diberi pengaman yang baik.

e. Pelataran harus paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 (enam puluh) cm

dari sisi dinding bangunan.

f. Pelataran harus cukup lebar sesuai dengan pemakaiannya. Pada setiap bagian

harus tidak terhalang dan minimal selebar 60 (enam puluh) cm.

g. Harus disediakan sebuah tempat yang bebas dari rintangan atau timbunan –

timbunan, sedikitnya selebar 1,8 (satu koma delapan) meter.

h. Setiap pelataran untuk bekerja harus dipasang minimal 1 (satu) meter di bawah

puncak tiang penyangga.

i. Setiap pelataran tempat bekerja di atas 2 (dua) m dari tanah harus dipasang

papan yang rapat.

j. Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kaki berukuran : tebal

minimal 2,5 (dua koma lima) cm dan lebar minimal 15 (lima belas) cm.

k. Papan – papan untuk pelataran bekerja harus menonjol keluar dari tempat

tumpuan maksimal sejarak 4 (empat) kali tebalnya papan.

l. Papan – papan diusahakan tidak boleh berlapis – lapis, atau harus digunakan

cara hubungan siku – siku untuk mengurangi pengeseran dan mencegah

kesulitan berjalan bagi kereta dorong.

m. Papan – papan untuk lantai harus mempunyai tebal yang sama.

n. Setiap papan yang merupakan bagian dari pelataran tempat bekerja harus

ditumpu oleh sedikitnya 3 (tiga) tumpuan, kecuali bila jarak dari kayu

penyanggah dan tebal dari papan dapat menjamin terhindarnya kemungkinan

terguling atau melengkung.

o. Pelataran harus benar – benar berkonstruksi kuat sehingga tidak ada

pengeseran selama pekerjaan berlangsung.

Page 76: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-6

9. Balustrade Pengaman dan Papan Pengaman Kaki.

(Guard Rails and Toe Boards).

a. Setiap bagian dari tempat bekerja yang mempunyai kemungkinan untuk

seseorang terjatuh dari bagian yang terbuka 2 (dua) m atau lebih diberi pagar

pengaman .

b. Balustrade pengaman, papan pengaman kaki dan perlengkapan lain yang

dipakai untuk pelataran harus selalu tetap di tempat yang ditentukan kecuali bila

ada perubahan – perubahan bangunan atau transportasi bahan bangunan yang

memerlukan perubahan perancah di bagian itu.

c. Papan pengaman kaki dan balustrade pengaman harus dibangun disebelah

dalam pelataran dengan arah vertikal, kecuali bila telah dipakai cara lain untuk

mencegah seseorang jatuh keluar pelataran.

10. Gang, Ramp, Dan Jalur Pengangkut Bahan

(ramp = Jalur penghubung antar tingkat pelataran yang tidak sama tinggi)

a. Gang – gang tempat berjalan maupun tempat transportasi bahan – bahan harus

dibangun dan disanggah sedemikian rupa sehingga tidak goyah, melendut atau

ambruk akibat pembebanan maksimal yang bekerja padanya.

b. Setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan yang setiap bagiannya

mempunyai tinggi lebih dari 2 (dua) m diatas tanah atau lantai harus : ditutup

rapat – rapat dengan papan dan, mempunyai lebar tidak kurang dari 60 (enam

puluh) cm.

c. Bila gang, ramp dan jalur pengangkut bahan itu terpakai juga untuk

pengangkutan bahan harus diusahakan agar ada suatu jalur bebas yang :

lebarnya cukup untuk pengangkutan bahan tanpa membangun balustrade

beserta pengaman kakinya dan, lebar tidak boleh kurang dari 60 (enam puluh)

cm.

d. Kemiringan dari setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan – bahan tidak

boleh melebihi 1 (vertikal) : 4 (horizontal).

e. Apabila untuk mengatasi kemiringan tadi diperlukan pemasangan anak tangga

maka pemasangannya harus :

1) Ditempatkan pada jarak yang sama sesuai dengan kemiringan , dan

2) Selebar gang, ramp dan jalur pengangkut bahan kecuali jalur jalan selebar

10 cm untuk jalan roda kereta dorong.

Page 77: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-7

f. Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan dimana memungkinkan seseorang

terjatuh dari ketinggian 2 (dua) m lebih harus dilengkapi dengan balustrade .

g. Ramp dan jalur pengangkut bahan yang dibuat untuk jalan masuk kendaraan –

kendaraan kedalam tempat kerja harus : mempunyai kekuatan dan stabilitas

yang cukup, sehingga dapat menahan muatan maksimal yang sesuai dan,

mempunyai kemiringan dan lebar yang aman untuk kendaraan pengangkut

muatan.

4.3 Pembuatan Daftar Simak

Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item

pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu

daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK POTENSI BAHAYA/ KECELAKAAN

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

2. Nama Proyek : .......................................................................................

3. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Kegiatan Potensi Bahaya/

Kecelakaan Kerja

Dibuat oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Page 78: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-8

DAFTAR SIMAK K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

2. Nama Proyek : .......................................................................................

3. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Ketentuan K3 Dilaksanakan

Ya Tidak

Dibuat oleh : ......................................................................................

Tanggal : ......................................................................................

Diperiksa oleh : ......................................................................................

Page 79: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-9

Bentuk lain Daftar Simak K3

DAFTAR SIMAK K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

JENIS PEKERJAAN : ..........................................................................................................

NAMA PROYEK : ..........................................................................................................

LOKASI PROYEK : ..........................................................................................................

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

Dibuat oleh : …………………………………………………………………

Tanggal : …………………………………………………………………

Diketahui Oleh : …………………………………………………………………

Page 80: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

4-10

Bentuk lain Daftar Simak Potensi Bahaya/ Kecelakaan

DAFTAR SIMAK POTENSI KECELAKAAN/ BAHAYA

No. Keterangan A B C D E F G H Keterangan

1. Pengisian bahan

bakar A. Kebakaran

2. Pemeriksaan air

batere (accu)

B. Terkena uap air

batere (accu)

3. Pemeriksaan

minyak hidrolik C. Terkena air panas

4. Pemeriksaan air

pendingin

D. Terkena

semprotan minyak

5. Pemeriksaan

kondisi alat kendali, E. Jatuh terpeleset

6. Manouver di tanah

lembek

F. Terbenam di tanah

lembek

7. Mendorong dan

menimbun jurang G. Jatuh ke jurang

8. Naik / turun

tanjakan H. Terguling

9. Naik / turun Unit E. Jatuh terpeleset

Page 81: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

RANGKUMAN

Bab 1 :

1. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam pelaksanaan konstruksi

merupakan salah satu inti untuk mencapai tujuan penerapan K3 sesuai dengan banyak

peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3

2. Pelaksanaan konstruksi berbasis K3 sangat erat sekali dengan metoda pelaksanaan

pekerjaan, karena metoda pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-

teknik pelaksanaan pekerjaan sebagai inti dari seluruh kegiatan dalam sistem

manajemen konstruksi.

Bab 2 :

1. Pembuatan metoda pelaksanaan konstruksi (construction methode) merupakan urutan

pelaksanaan pekerjaan yang logis dengan teknik tersedianya sumber daya yang

dibutuhkan dalam kondisi medan kerja tertentu, guna memperoleh cara pelaksanaan

yang efektif dan efisien.

2. Didalam prakteknya seyogyanya penyusunan metoda pelaksanaan selalu mengacu dan

mengintegrasikan sistem kepastian mutu, sistem manajemen K3 dan perlindungan

pencemaran lingkungan.

3. Tentang ketentuan K3 diharapkan semua pihak mengerti dan menerapkan kewajibannya

dan haknya seperti diatur dalam peraturan perundangan.

4. Tentang perlindungan lingkungan menerapkan sistem manajemen lingkungan sampai

selalu dapat meminimalkan dampak lingkungan atau pencemaran lingkungan.

5. Alangkah indahnya hidup ini apabila dapat melaksanakan tugas pekerjaan pelaksanaan

konstruksi selalu menggunakan metoda yang bagus, tepat sasaran efisien dan efektif

yang juga selalu mengacu kepada ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

serta mampu melakukan perlindungan lingkungan dengan seminimal mungkin terjadi

pencemaran lingkungan.

Bab 3 :

1. Pembuatan metoda kerja harus aman untuk dilaksanakan dengan pengertian aman

terhadap bangunan yang dibangun, aman terhadap pekerja, aman terhadap lingkungan

sekitarnya.

2. Untuk menjamin aman untuk dilaksanakan, maka penyusunan metoda kerja harus

diidentifikasikan potensi bahaya pada setiap kegiatan pada item pekerjaan.

Page 82: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3. Hasil identifikasi potensi bahaya diolah sedemikian rupa dan dirumuskan menjadi

ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dituangkan dalam daftar simak

sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

1. Nama Proyek : .......................................................................................

2. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Dilaksanakan

Ya Tidak

Dibuat oleh : ........................................................................................

Tanggal : .......................................................................................

Diperiksa oleh : .......................................................................................

Bab 4 :

1. Hal penting dalam pemasangan perancah :

Standar

Jenis pekerjaan menggunakan perancah

Persyaratan teknis perancah

Pengawasan

Pemeliharaan

Pembongkaran

2. Standar aturan pemasangan pekerjaan perancah :

1. Peraturan umum

2. Bahan-bahan perancah

3. Teknik konstruksi perancah

4. Pemeriksaan dan pemeliharaan

5. Perlengkapan pengangkat pada perancah

6. Kerangka siap pasang

7. Penggunaan perancah

Page 83: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. Pelatan tempat kerja

9. Rel pengaman/ papan pengaman kaki

10. Gang, ramp dan jalur pengakut bahan

Page 84: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang RI No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi

3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan

4. Undang-undang RI No. 17 tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air

5. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada

Konstruksi Bangunan

6. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat

Kegiatan Konstruksi

7. Keputusan Menteri KIMPRASWIL nomor : 362/KPTS/M/2004, tentang Sistem

Manajemen Mutu Konstruksi , Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

8. Keputusan Menteri KIMPRASWIL nomor : 384/KPTS/M/2004, tentang Pedoman Teknis

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan.

9. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series

10. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999