-
i
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS
PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 1 PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
M. MAHBUB
NIM. 111 13 189
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
-
ii
-
iii
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS
PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 1 PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
M. MAHBUB
NIM. 111 13 189
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
ْيلَِم (اْلَعالُِم يَْنتَفُِع بِِعْلِمِو َخْيٌر ِمْن اَْلِف
َعابٍِد )َرَواهُ الدَّ
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang
yang berilmu kemudian
dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik
dari seribu orang yang
beribadah atau ahli ibadah.
(H.R Ad-Dailami)
PERSEMBAHAN
-
viii
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Seluruh anggota keluarga, orang tuaku,kakak-kakakku dan
adikku, yang telah
memotivasiku, memberi dukungan serta bantuan dan
mendo’akanku
2. Bapak Dr. Fatchrrohman, M.Pd yang dengan sabar membimbingku
dalam
penulisan skripsi
3. Semua dosen IAIN Salatiga yang dengan ikhlas dan sabar
mendidikku
4. Semua teman-teman dan sahabat-sahabatku
5. Guru-guru dan siswa-siswi SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang
yang dengan
sabar mengajariku
6. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini,
terimakasih atas
bantuannya
7. Calon istri yang solehah
KATA PENGANTAR
-
ix
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah
memberikan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Model Pelaksanaan Supervisi Klinis Guru Pendidikan
Agama Islam
di SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/
2018”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para
pengikutnya
yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk membebaskan manusia
dari
kejahiliahan dengan membawa agama islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak
yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku Ketua Jurusan PAI IAIN
Salatiga.
4. Bapak Drs. Nasafi, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah
membimbing dari semester awal hingga akhir.
5. Bapak Dr. Fatchrrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali
berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
7. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
8. Semua anggota keluargaku ayah serta ibuku, dan anggota
keluarga yang lain
yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada
penulis.
-
x
ABSTRAK
Mahbub, M. 2017. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP N 1 Pabelan
Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program
-
xi
Studi Pendidikan Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr.
Fatchrrohman, M.Pd.
Kata Kunci: model pelaksanaan supervisi klinis, guru pai.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang
model pelaksanaan supervisi klinis di SMP N 1 Pabelan Kabupaten
Semarang. Pertanyaan
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana
pelaksanaan supervisi
klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP N 1 Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018? (2) Apa kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan supervisi klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP N 1 Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018? (3) Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam
menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di
SMP N 1 Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?.
Penelitian menggunakan metode kualitatif adalah penelitian
tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis,
pengumpulan data dilakukan
dengan mengadakan pengamatan, wawancara yang mendalam, dan
dokumentasi. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif sesuai dengan
analisis, maka yang dilakukan penulis adalah pengumpulan data,
reduksi data, penyajian
data, pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan
triangulasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan supervisi
klinis pada guru
pendidikan agama Islam: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang model
yang dipakai
perkunjungan kelas dan pecakapan pribadi .(2) Kendala yang
dihadipi dalam pelaksanaan
supervisi klinis pendidikan agama Islam SMP N 1 Pabelan
Kabupaten Semarang :kendala
untuk metode kunjungan kelas siswa dirasa terganggu oleh
supervisor yang masuk ke
dalam kelas ketika proses belajar mengajar, kendala untuk metode
percakapan pribadi
memakan banyak waktu. (3) Upaya yang dilakukan dalam menghadapi
kendala supervisi
klinis: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang upaya yang dilakukan
untuk metode
perkunjungan kelas dengan melakukan pengamatan diluar kelas,
upaya yang dilakukan
untuk metode percakapan pribadi guru yang di supervisi diajak
untuk berdiskusi sesingkat
mungkin.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.....................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING
.................................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
...................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
..................................................... vi
MOTO …………………………………………………………………… ... vii
PERSEMBAHAN………………………………………… .......................... viii
KATA PENGANTAR………………………………………… ................... ix
ABSTRAK………………………………………… .....................................
xi
DAFTAR ISI………………………………………… ..................................
xii
DAFTAR TABEL………………………………………… .......................... xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………… ..................... xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………… .................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
..............................................................
1
B. Rumusan Masalah
.......................................................................
7
C. Tujuan Penelitian
........................................................................
7
D. Manfaat Hasil Penelitian
............................................................. 8
E. Definisi Operasional
....................................................................
8
F. Metode Penelitian
........................................................................
12
G. Sistematika Penulisan
..................................................................
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
............................................ 21
1. Pengertian Stupervisi Pendidikan
................................................ 21
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
...................................................... 23
-
xiii
3. Fungsi Supervisi………………………
....................................... 27
4. Prinsip-prinsip Supervisi……………………… ..........................
28
5. Macam-macam Supervisi……………………… .........................
30
6. Teknik Supervisi………………………
...................................... 34
7. Tipe-tipe Supervisi………………………
................................... 41
B. Supervisi Klinis………………………..
...................................... 43
1. Pengertian Supervisi Klinis……………………… ......................
43
2. Tujuan Supervisi Klinis………………………............................
45
3. Ciri-ciri Supervisi Klinis………………………
.......................... 47
4. Manfaat Supervisi Klinis………………………..........................
49
5. Tahapan Supervisi Klinis……………………… .........................
51
6. Bentuk-bentuk Supervisi Klinis……………………… ...............
54
C. Supervisi Pendidikan Agama Islam………………………… ..... 56
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP N 1 Pabelan……………. ......................
60
1. Tinjauan Historis………………………
...................................... 60
2. Visi dan Misi
................................................................................
60
3. Letak Geografis
............................................................................
61
4. Struktur
Organisasi……………………....................................... 62
5. Ciri Khas dan Keunggulan…………………… ...........................
63
6. Data Sekolah………………………
............................................ 64
7. Data
Akreditasi………………………......................................... 65
8. Data Siswa Tahun 2017/2018……………………… .................. 65
9. Keadaan Guru dan Karyawan……………………… .................. 67
10. Fasilitas SMP N1 Pabelan……………………… ........................
71
11. Kelebihan dan Kekurangan……………………… ......................
77
B. Temuan Penelitian………………………
.................................... 77
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis Guru PAI……………………… .. 77
2. Kendala Supervisi Klinis………………………..........................
81
3. Upaya Supervisi Klinis……………………… ............................
83
BAB IV PEMBAHASAN
-
xiv
A. Pelaksanaan Supervisi Klinis
...................................................... 86
B. Kendala Supervisi Klinis
.............................................................
103
C. Upaya Supervisi Klinis……………………… ............................
108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................
114
B. Saran
............................................................................................
115
C. Penutup……………………………………………………….. ... 116
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa ………………………………………………. 68
Tabel 3.2 Tenaga Pendidik dan Staf Karyawan……………………... 69
Tabel 3.3 Data Ruangan Kelas………………………………………… 74
Tabel 3.4 Jenis Ruangan
....................................................…………... 74
Tabel 3.5 Ruang Fasilitas
.............................………………………… 76
Tabel 3.6 Jenis Buku ......................…………………………………..
76
Tabel 4.1 Aspek Supervisi Klinis …………………………………….. 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur SMP N 1 Pabelan…………………………………. 64
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4 Lembar Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 5 RPP
Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 7 Surat Keterangan Kegiatan
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, tuntutan untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam
diri manusia sangatlah penting agar tidak tergeser oleh
persaingan yang semakin lama
semakin kompleks, salah satuya dengan mendapatkan pendidikan
yang benar sehingga
potensi manusia dapat berkembang secara maksimal. Pendidikan
merupakan kegiatan
mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik
peserta didik
(Sukmadinata, 2006:1). Hal ini mendorong lembaga-lembaga sekolah
untuk selalu
berusaha meningkatkan mutu pendidikan agar lebih berkualitas dan
dapat mengikuti
perkembangan zaman untuk mencetak para lulusan yang handal,
berkualitas, kreatif
dan juga beriman dan bertakwa.
Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
haruslah tertanam dengan baik dalam diri anak didik, karena
kemajuan yang tidak
dibarengi dengan kuatnya iman dan takwa maka dapat menyebabkan
anak akan
terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka
seperti pergaulan
bebas, berhura-hura, melakukan aksi kerusakan, pencurian dan
lainnya, hal yang itu
akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu,
pendidikan agama Islam
sangatlah penting sebagai pendidikan mereka untuk memperkuat dan
meningkatkan
iman dan takwa kepada Allah SWT.
-
2
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
mengharuskan
seseorang untuk belajar terus- menerus. Terlebih bagi seorang
guru, yang bertugas
mendidik dan mengajar. Jika dalam melaksanakan tugasnya ia
lengah sedikit saja
dalam belajar, maka ia akan ketinggalan dengan perkembangan,
termasuk siswa yang
diajar. Oleh karna itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa
ditingkatkan,
antara lain melalui supervisi pembelajaran (Imron, 2011: 1).
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan
kualitas
sumberdaya pendidikan, guru merupakan komponen sumberdaya
manusia yang harus
dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan
melalui program pendidikan pra jabatan, maupun program dalam
jabatan. Tidak
semua guru yang dididik dilembaga pendidikan terlatih dengan
baik dan kualified.
Potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan
berkembang agar
dapat melakukan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2008:
1).
Keberhasilan suatu pendidikan didasarkan oleh banyak faktor
yang
mendukung. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa terdiri dari
faktor internal (faktor dari dalam siswa) yaitu keadaan atau
kondisi siswa, faktor
internal (faktor dari luar siswa), faktor pendekatan belajar
yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbin,
2004:132).
-
3
Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran
sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang
berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik
serta sebagai sumber
pendidikan (Sukmadinata, 2006:24). Interaksi antara peserta
didik dengan para
pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung
dalam situasi
pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan serta bimbingan.
Oleh karena itu
hendaknya seorang guru harus menyadari bahwa tugas mengajar
adalah sebuah
pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Hal ini dikarenakan
guru adalah seorang
yang mempunyai gagasan dan harus mewujudkan gagasan-gagasan
tersebut untuk
kepentingan anak didik. Sehingga dapat menunjang hubungan
sebaik-baiknya antara
guru dengan anak didik. Dalam mengembangkan dan menerapkan
keutamaan yang
menyangkut agama Islam, kebudayaan, dan keilmuan (Nurdin,
2002:8).
Guru adalah salah satu unsur penentu keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
Tidak semua guru memahami seluk-beluk pelaksanaan kegiatan
adanya
perkembangan dan kemajuan dunia pembelajaran yang belum
diketahui oleh guru
tersebut. Guru yang demikian memerlukan bimbingan, pelayanan dan
supervisor.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah yakni bertujuan untuk
mewujudkan
kegiatan pembelajaran. Seluruh aktifitas organisasi bermuara
pada pencapaiaan
efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu tugas
kepala sekolah sebagai
supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan
(Mulyasa, 2007:111).
Terkait dengan hal itu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
sebagaimana
tertuang dalam undang-undang SIDIKNAS Bab XIX pasal 66 ayat 1
menyebutkan
-
4
“pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah
melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua
jenjang dan
jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing” (UU RI
no. 20 tahun
2003, 2006:111). Untuk itu, supervisor baik kepala sekolah
maupun kantor pengawas
wilayah harus dapat berperan memberikan bantuan, motivasi kepada
guru-guru
sebagai usaha peningkatan kualitas pengajaran dan pembinaan
termasuk guru
pendidikan agama Islam. Idealnya supervisor harus bisa
memberikan teladan bagi
bawahannya, menyuruh pada yang ma’ruf dan melarang pada yang
mungkar, seperti
yang tercantum dalam Q.S Ali Imron ayat:104, Allah SWT berfirman
yang berbunyi :
Artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru
kepada kebajikan, menyuruh dari yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung. (Departemen Agama RI Al
Qur’an dan
Terjemahnya, 1989:63).
Berdasarkan pernyataan itulah, maka seorang guru memerlukan
pembinaan(supervisi) secara berkala dan berkelanjutan. Fungsi
dari adanya pengawas
pada semua jenjang pendidikan itu adalah menyuruh atau mengajak
yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar. Namun dalam kenyataannya, penggunaan
aspek
administratif lebih diutamakan, karena hal tersebut hanya
membutuhkan waktu yang
singkat dibanding dengan aspek akademik. Kondisi tersebut
terlihat dari peran
pengawas(supervisor) yang jarang bertatap muka dengan guru atau
kadang-kadang
dalam mengadakan survei hanya melalui kunjungan kelas. Semua
pengawasan itu
-
5
hanya menitik beratkan pada aspek administratif dalam
pengelolaan mekanisme
kegiatan pendidikan yang dikelola oleh sekolah. Sedangkan upaya
untuk memperbaiki
pembinaan pada aspek kurikulum, kegiatan ekstra dan evaluasi
masih kurang
diperhatikan. Sehingga permasalahan dalam pengajaran yang
dialami oleh guru, yakni
sebagian besar tidak diketahui oleh pengawas.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus
mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja
tenaga pendidik. Pengawas dan pengendalian merupakan tindakan
preventif untuk
mencegah agar para pendidik tidak melakukan penyimpangan dan
lebih hati-hati
dalam melaksanakan pekerjaanya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah
terhadap tenaga
kependidikanya khususnya adalah guru, itulah yang dinamakan
supervisi klinis yang
bertujuan meningkatkan kemampuan profesional dan meningkatkan
kualitas pembelajaran
yang melalui pembelajaran yang efektif (Mulyasa, 2007:112).
Apa yang telah diungkapkan sejalan dengan semakin kompleksnya
tuntutan tugas kepala
sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif
dan efisien. Disamping itu
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang
diterapkan dalam
pendidikan juga bergerak pesat sehingga menuntut penguasaan yang
profesional. Menyadari
hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan
untuk melakukan
pengembangan pendidikan secara terarah, terencana dan
berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagai kegiatan pengawasan, supervisi pendidikan saat ini belum
sesuai harapan.
Meski terbukti tetap dilakukan hingga saat ini, namun hasil dari
supervisi ada yang justru
-
6
tidak mencerminkan gambaran informasi dan data yang sebenarnya.
Supervisi telah
kehilangan ruhnya sebagai fungsi controling dan pembinaan
terhadap guru di sekolah.
Supervisi yang apaadanya (natural) telah hilang dari budaya
pendidikan. yang lazim
pelaksanaan. supervisi di sekolah sudah diketahui jauh-jauh hari
sebelumnya. Dengan
demikian , tidak ada kejutan lagi dan terkesan sudah
dipersiapkan.
Dari pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut tentang model
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam
dengan judul “PELAKSANAAN
SUPERVISI KLINIS PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI
1 PABELAN KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
-
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul tersebut maka dapat diambil beberapa masalah
pokok
yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan
agama Islam di
SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018.
2. Apa kendala dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis pada
guru pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun
pelajaran 2017/
2018.
3. Apa upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan
supervisi
klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan
Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini
diantaranya
adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi klinis pada guru
pendidikan agama
Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran
2017/ 2018.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
supervisi klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang
tahun pelajaran 2017/ 2018.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menghadapi
kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di
SMP Negeri 1
Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
-
8
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ada dua:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi, wawasan
pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan bagi penyusun
pada
khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
2. Secara praktis, sepervisor dapat mengevaluasi kinerjanya
dalam melakukan
bimbingan dan kegiatan sebagai supervisor yang menjadi tanggung
jawabnya
sebagai supervisor, dapat memberikan bantuan dan dorongan agar
semua
guru dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta
meningkatkan
kreatifitasnya dalam mengajar. Sehingga guru dapat menemukan
inovasi-
inovasi baru untuk menunjang pembelajaran yang kreatif.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis
perlu
memberi pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang
digunakan dalam judul
penelitian ini:
1. Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam
perencanaan,
pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
ketrampilan
mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan
cara yang
rasional (Sahertian, 2008:36).
-
9
Supervisi klinis yang dimaksud di sini adalah supervisi yang di
fokuskan
pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik,
yang
bertujuan mengadakan perubahan secara rasional.
Pengertian diatas supervisi klinis bisa diartikan sebagai salah
satu bantuan
yang dilakukan oleh supervisor untuk meningkatkan kinerja guru
dalam
mengajar dengan cara pengamatan serta analisis yang intensif dan
cermat
tentang bagaimana penampilan mengajar guru yang yang bertujuan
untuk
melakukan perubahan atau mengembangkan metode pembelajaran.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan memiliki nilai yang setrategis dan urgen dalam
pembentukan
karakter- karakter suatu bangsa. Pendidikan juga berupaya untuk
menjamin
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab dengan melalui
pendidikan akan
diwariskan nilai- nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa
tersebut, karena itu
pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know, dan how to
do, tetapi
yang amat penting adalah how to be, dan untuk mewujudkan how to
be maka
diperlukan transfer budaya dan kultur yang luhur (putra,
2004:10).
Secara komprehensif dimaklumi bahwa pendidikan Islam dapat
diartikan
sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai- nilai ajaran
Islam yang terdapat
dalam al- Qur’an dan al- Hadist, dan pendidikan Islam adalah
pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan
seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani, serta
menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan
Allah,
manusia dan alam semesta (Daulai, 2004:153).
-
10
Hubungan yang harmonis antara Allah, manusia dan alam semesta
ini
akan selalu terjalin manakala manusia dapat mengembangkan secara
benar dari
potensi- potensi yang telah dimilikinya. Dan melalui ilmu
pengetahuan serta
pendidikan yang baik dan benar manusia dapat meraih potensi yang
berkualitas
tersebut.
Di atas telah dikemukakan bahwa tujuan yang paling mendasar
dari
pendidikan Agama Islam adalah membentuk pribadi muslim
seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk
jasmani maupun
rohani, serta menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap
pribadi
dengan Allah, manusia dan alam semesta (putra, 2004:31).
Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaa dengan seluruh
organ
fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah manusia itu meliputi
kekuatan yang
terdapat di dalam batin manusia yaitu akal, hati atau qalbu,
nafsu, roh dan
fitrah.
Pendidikan Agama Islam adalah segala usaha memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada
padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma
Islam (Achmadi, 1992:20).
Pendidikan agama Islam adalah usaha bimbingan dan usaha
terhadap
anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai
pandangan
hidup,usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak
didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairani,
1983: 27).
-
11
Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bagaimana supervisor
memberi atau
bimbingan kepada guru pendidikan agama Islam untuk selalu
berinovasi dan
kreatif dalam mendidik siswa.
Guru bidang studi agama Islam yang dimaksudkan dalam penelitian
adalah,
seorang pendidik yang mengajar dalam bidang agama Islam, antara
lain: aqidah
ahlak, alqur’an hadist, sejarah keislaman dan fiqih. Yang
dimaksudkan penulis
dalam penelitian ini adalah bagaimana supervisor memberikan
wacana atau
bimbingan kepada guru- guru mata pelajaran agama Islam untuk
selalu
berinovasi dan kreatif dalam mendidik siswa di SMP N 1
Pabelan.
F. Metode penelitian
Metode penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah
dalam
proses penelitian (Suprayogo dan Tobroni, 2003: 7). Untuk
mendapat hasil
penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian
ini akan
digunakan tahap-tahap berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian
yang
ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa,
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara
individu maupun
secara kelompok. Pemilihan penggunaan pendekatan penelitian
kualitatif
dalam penelitian ini didasarkan pada fenomena kasus yang akan
diteliti yaitu
pelaksanaan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan
salah satu
kegiatan supervisor guna menjadikan memantapkan profesionalisme
seorang
guru. Hal ini bersesuaian dengan pengertian penelitian
kualitatif yaitu proses
-
12
penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metologi yang
menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia (Iskandar, 2009:11).
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini termasuk pada
jenis
fenomenologi yaitu penelitian yang berorientasi untuk memahami,
menggali,
dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena
dan
hubungan dengan orang-orang tertentu, sehingga dalam metode
penelitian
kualitatif ini terdapat beberapa jenis yang dapat dilakukan
sesuai masalahnya,
maka penelitian ini di lakukan dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi.
Jenis penelitian kualitatif (Meleong, 2008: 6) menyatakan,
penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek peneliti, misalnya:
perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain- lain. Secara historik, dengan cara
deskripsi dalam
bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan
dengan manfaat berbagai metode ilmiah.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah
penting.
Karena penelitian harus melakukan pengamatan sekaligus
terjun
langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan
untuk
menunjang penelitiannya. Maka, peneliti akan melakukan
penelitian
langsung di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran
2017/
2018.
-
13
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di SMP Negeri 1 Pabelan
Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Subjek
penelitian
adalah orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian
(Achmadsuhaidi, 2015:2)
a. Data primer
Data primer adalah data dari sumber utama data yang diperoleh
dari
kepala sekolah sebagai supervisor di SMP Negeri 1 Pabelan
Kab.
Semarang. Pelaksanaan supervisi klinis, kendala yang ditemui
dan
upaya mengatasinya.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data tambahan untuk menunjang
penelitian.
Data sekunder yang diperoleh dari waka kurikulum, guru agama
SMP, dan data dokumentasi.
5. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa
metode
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode observasi
Observasi adalah metode dengan pengamatan yang dilakukan
secara sistematis dan objektif dalam kondisi yang
didefinisikan
-
14
secara tepat dan hasilnya dicatat secara hati-hati
(Aritonang,
2007:147).
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk
mengumpulkan data pelaksanaan supervisi klinis, dan metode
observasi sebagai metode pelengkap untuk mendapatkan sebuah
data
yang diinginkan.
b. Metode Dokumentasi
Tobroni (2003:158) mengemukakan metode dokumentasi adalah
metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang
berupa
catatan, transkip buku, surat kabar, notulen.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang profil
sekolah
dan dokumentasi kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaa
supervisi
klinis.
c. Metode interview atau wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to
fece) dengan maksud tertentu (Suprayogo dan Tobroni,
2003:167).
Sedangkan Moleong dalam Suprayogo dan Tobroni(2003:172)
menyatakan, wawancara merupakan metode penggalian data yang
paling banyak dilakukan, baik untuk tujuan praktis maupun
ilmiah,
terutama untuk penelitian social yang bersifat kualitatif.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
bagaimana
pelaksanaan supervisi klinis, apa yang menjadi kendala pada
pelaksanaan
supervisi klinis dan bagaimana tindak lanjut pelaksaan supervisi
klinis pada
-
15
guru pendidikan agama Islam. Pelaksanaan metode ini dengan
cara
wawancara yang mendalam dengan para responden.
6. Analisis Data
Analisis Data adalah rangkaian kegiatan penelaah,
pengelompokan,
sistematis, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena
memiliki
nilai sosial, akademis, dan ilmiah (Subrayogo dan Tobroni,
2003:191).
Menurut Miles dan Huberman dalam Subrayogo dan Tobroni
(2003:192), tahap analisis data dalam penelitian kualitatif
secara umum
dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyaji data,
dan
menarikan kesimpulan. Adapun penjelasan tentang empat
komponen
kegiatan tersebut meliputi:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan berwujud kata-kata dilakukan
melalui
wawancara, dokumentasi, dan observasi.
b. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, trasformasi
dan
kesan yang muncul dari catatan- catatan lapangan. Dalam
proses
reduksi data ini peneliti dapat melakukan pemilihan terhadap
data
yang hendak dikode,mana yang dibuang, mana yang merupakan
ringkasan.
c. Penyajian data
-
16
Penyaji data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan pengambilan tindakan.
d. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
juga
diverifikasi selama kegiatan berlangsung.
Keempat langkah-langkah analisis data mulai pengumpulan
data, reduksi data, penyaji data, penarikan
kesimpulan/verifikasi
merupakan satu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat
sebelum,
selama, sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data digunakan teknik triangulasi
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecakan atau
sebagai
perbandingan data itu (Moleong, 2006:330). Dalam penelitian
ini
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam
penelitian kualitatif.
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data
-
17
yang telah ada. Dengan Triangulasi, peneliti sebenarnya
mengumpulkan
data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber data.
Banyak cara yang dapat dipakai dalam mendapatkan derajat
kepercayaan suatu informasi dengan sumber, dalam hal ini
penulis
menggunakan 2 cara yaitu membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil
wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pembahasan serta memberikan gambaran
selintas
kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat
sistematika sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas konsep dasar supervisi
pendidikan, pengertian supervisi, tujuan supervisi, prinsip
dan
-
18
fungsi supervisi, macam supervisi, teknik-teknik supervisi,
pengertian supervisi klinis, tujuan supervisi klinis,
ciri-ciri
supervisi klinis, langkah-langkah supervisi klinis,
bentuk-bentuk
supervisi klinis.
BAB III : PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang A. Profil sekolah SMP Negeri 1
Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. B. Data
penelitian, meliputi: 1. Pelaksanaan supervisi klinis pada
guru
pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. 2. Apa Kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama
Islam
di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018. 3. Apa yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama
Islam
di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018.
BAB IV : PEMBAHASAN
Meliputi 1. Pelaksanaan supervisi klinis pada guru
pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun
pelajaran 2017/ 2018. 2. Kendala pelaksanaan supervisi
klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan
Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. 3. Upaya-upaya
yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan
-
19
supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
-
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
3. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “
super” dan “vision”
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
secara etimologis
supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian seperti itu
merupakan arti kiasan
yang menggambarkan suatu posisi yang melihat kedudukan paling
tinggi daripada
yang dilihat (Mulyasa, 2006:4).
Kamus besar bahasa indonesia, supevisi berarti pengawasan
utama,
pengkontrolan utama (Suharso, 2005:506). Sedangkan Good Carter
memberi
pengertian supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam
memimpin guru dan petugas lainya dalam meperbaiki pengajaran
termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
guru dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran,
metode mengajar
dan evaluasi pengajaran (Sahertian, 2008:17).
Banyak pengertian menjabarkan tentang supervisi, setiap
pengertian
berdasarkan sudut pandang yang berbeda oleh para ahli berikut
ini disajikan
pandangan oleh para ahli tentang supervisi pendidikan.
-
21
a. P. Adam dan Frank G Dickey
Supervisi adalah Program yang berencana untuk memperbaiki
pelajaran
(Mulyasa, 2006:5).
b. Boardman
Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan
membimbing
secara berlanjut pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
pribadi maupun
secara kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam
mewujudkan
seluruh fungsi pengajaran (Sahertian, 2008:17).
c. Good Carter
Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas- petugas
sekolah
dalam memimpin guru- guru dan petugas lainnya, dalam
memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan
jabatandan
perkembangan guru- guru dan merevisi tujuan- tujuan pendidikan,
bahan-
bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Good Carter
melihatnya sebagai usaha memimpin guru- guru dalam jabatan
mengajar.
Kutipan diatas penulis dapat mengartikan supervisi adalah
bantuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Berbagai
pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah usaha yang dilakukan
oleh supervisor
untuk membantu guru- guru dalam memperbaiki pengajaran dan
menyelesaikan
tugas- tugas ataupun membantu memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi
oleh guru dalam proses belajar mengajar.
-
22
Supervisi hendaknya dikemas dengan metode yang rileks dan fun
supaya
menghasilkan kenyamanan bagi guru sebagai objek yang akan di
supervisi.
Kenyamanan guru dalam pelaksanaan guru sangat dibutuhkan, karena
sebaik
apapun bentuk supervisi yang dilakukan, kalau output yang
dihasilkan tidak
membuat guru lebih baik, maka dapat dikatakan supervisi tersebut
telah gagal.
Dari beberapa definisi yang dipaparkan dapat diketahui bahwa
supervisi
pendidikan merupakan pembinaan yang berupa dorongan, bimbingan,
bantuan,
arahan, penilaian, yang diberikan kepada seluruh staf sekolah
secara kontinyu dan
profesional sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang pada akhirnya
tujuan pendidikan
dapat tercapai yaitu perkembangan pribadi anak secara
maksimal.
4. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervi yang baik mengarahkan perhatiannya pada dasar- dasar
pendidikan
dan cara- cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian
umum tujuan
pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang,
akan tetapi
semua orang seperi guru- guru, dan para pegawai yang sama- sama
bertujuan
mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan
mengajar yang
baik.
Ada beberapa tujuan supervisi pendidikan menurut Pidarta (1992:
20)
dapat diuraikan sebagai berikut:
-
23
a. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa ( yang
bersifat
total).
b. Membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan
dari
waktu ke waktu secara kontinu.
c. Bekerja sama mengembangkan proses belajar mengajar yang
tepat.
d. Membina guru- guru agar dapat mendidik para siswa dengan
baik, atau
menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.
Secara umum supervisi pembelajaran adalah menolong guru agar
mampu
melihat persoalan yang dihadapi, guru yang dapat berdiri
sendiri, guru yang dapat
atau mampu mengarahkan diri sendiri merupakan tujuan dari
supervisi
pendidikan sesungguhnya (Subari, 1994: 7).
Berdasarkan tujuan tersebut sangatlah jelas bahwa supervisi
pembelajaran
bertujuan sebagai berikut:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar.
b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi.
c. Yang melakukan supervisi adalah supervisor.
d. Sasaran supervisi tersebut adalah guru atau orang lain yang
ada kaitannya
atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
e. Dalam rencana jangka panjang maksud supervisi tersebut
adalah
memberikan konstribusi bagi pencapai tujuan pendidikan (Imron,
2011:11).
Jadi supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu prosesyang
lebih baik,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yaitu
dengan
-
24
meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan pengelolaan sarana
dan
prasarana, dan semua hal penunjang kegiatan belajar mengajar
(KBM).
Dalam hal ini juga termasuk menanamkan nilai- nilai moral
sebagai dasar dalam
pembentukan sikap dan keperibadian subjek didik.
Tujuannya agar bisa dan mampu mengembangkan situasi belajar
mengajar
yang lebih baik. Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan
teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain agar personil
tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan
tugas yaitu
dalam melaksanakan proses pembelajaran (Suharsimi, 2004:19).
Supardi (1986:252), menyatakan bahwa ada dua hal yang
mendasari
pentingnya supervisi dalam proses pendidikan, yakni:
1. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan
pendidikan.
Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur
maupun
fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan
penyesuaian
yang terus- menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini
berarti
bahwa guru- guru senantiasa harus berusaha mengembangkan
kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum
dapat
terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak
selamanya
berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat,yaitu tidak
lengkapnya
informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai
dengan tuntutan
kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan
menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan
proses
-
25
memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan
kepala
sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling
mendasar
memerlukan bantuan- bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan
pengembangan pendidikan, khususnya pengembengan kurikulum.
2. Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa
merupakan
upaya yang ters- menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan
personal
dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan
formal
menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalusi
penataran,
tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan
informal
merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan
secara
mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai
kegiatan
seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan
lain
sebagainya.
Secara umum supervisi pembelajaran adalah menolong guru agar
mampu
melihat persoalan yang dihadapi. Guru yang dapat berdiri
sendiri, guru yang dapat
atau mampu mengarahkan diri sendiri merupakan tujuan dari
supervisi
pendidikan sesungguhnya (Mulyasa, 2006:13).
Berdasarkan tujuan tersebut sangatlah jelas bahwa supervisi
pembelajaran
bertujuan sebagai berikut:
a) Memperbaiki proses belajar mengajar.
b) Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi.
c) Yang melakukan supervisi adalah supervisor.
-
26
d) Sasaran supervisi tersebut adalah guru atau orang lain yang
adakaitanya
atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
e) Dalam rencana jangka panjang maksud supervisi tersebut
adalah
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan
(Imron,
2011:11).
Jadi supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu proses yang
lebih baik,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yaitu
dengan
meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan pengelola sarana
dan
prasarana, dan semua hal penunjang kegiatan belajar mengajar.
Dalam hal ini juga
termasuk menanamkan nilai-nilai moral sebagai dasar dalam
pembentukan sikap
dan kepribadian subjek didik.
5. Fungsi Supervisi
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan
dan
peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth jane, maupun Ayer
dalam
bukunya Sahertian yang berjudul konsep dasar dan teknik
supervisi pendidikan
dalam rangka mengembangkan suberdaya manusia mengemukakan bahwa
fungsi
utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada
sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan (Sahertian, 2008:21).
Supervisi juga berfungsi mengoordinasi, menstimulasi, dan
mengarahkan
pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha
sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman
guru-guru,
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, situasi belajar mengajar,
memberikan
-
27
pengetahuan dan ketrampilan guru staf, mengintregasikan tujuan
pendidikan dan
membantu meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011:12).
Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang.
Kebanyakan potensi-potensi tidak berkembang karena berbagai
faktor. Baik faktor
objektif maupun fakor subjektif. Supervisi memberi dorongan
simulasi dan
membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan
hah
mengajar.
Fungsi dari supervisi tersebut diharapkan mampu menjawab
permasalahan
pendidikan yang dihadapi para guru dan tantangan kedepan yang
semakin berat.
6. Prinsip-Prinsip Supervisi
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di
lingkungan
pendidikan ialah bagaimana cara merubah pola pikir yang bersifat
otokrat dan
korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap
yang menciptakan
situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa
diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus
dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif. Sahartian ( dalam Konsep
dasar Dan Tehnik
Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
2008:20) mengemukakan bila demikian, maka prinsip supervisi yang
dilakukan
adalah :
1) Prinsip ilmiah ( scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1.1. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif
yang
-
28
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar
mengajar.
1.2. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data,
seperti
angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
1.3. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakam secara sistematis,
berencana
dan kontinu.
2). Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa
aman untuk
mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung
tinggi
harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan
bawahan, tapi
berdasarkan rasa kesejawatan.
3). Prinsip Kerjasama
Menembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi
sharing of
idea, sharing of experience, memberi support, mendorong,
menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
4). Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan
potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja
yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
-
29
Supervisi yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif para guru
lebih
dulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga
guru-guru terdorong
untuk meminta bantuan dari supervisor. Objek kajiannya adalah
kebutuhan
profesional guru yang riil dan alami.
Dalam pelaksanaanya supervisor harus menggunakan
prinsip-prinsip
tersebut sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan yang semakin
modern
untuk menghadapi tantangan yang semakin komplek. Dengan memegang
prinsip
yang sudah dirancang secara maksimal digarapkan dapat
menghasilkan hasil yang
maksimal pula.
7. Macam-Macam Supervisi
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-
kegiatan atau kegiatan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan usaha
perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan bangunan
dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan,
supervisi terhadap
kegiatan administrasi kantor, supervisi pengelolaan sekolah atau
kantor
pendidikan dan sebagainya (Purwanto, 2002:89).
Supervisi yang diungkapkan tersebut sama pengertiannya dengan
yang
dimaksud pengertian supervisi administrasi dalam bukunya
Suharsimi Arikunto.
Beliau mengunggkapkan bahwa supervisi administrasi adalah
supervisi yang
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang
berfungsi
sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran (Purwanto,
2002:90).
-
30
Jadi dapat disimpulkan supervisi umum adalah supervisi yang
ditujukan
pada aspek-aspek pendukung terlaksanannya pembelajaran dengan
kegiatan yang
tidak langsung berhubungan dengan pengajaran. Sedangkan yang
dimaksud
dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki baik personil maupun material yang
memungkinkan
terciptannya situasi belajar mengajar lebih baik demi
terciptannya tujuan
pendidikan (Purwanto, 2002 :89).
b. Supervisi Klinis
Menurut Richard Waller dalam bukunya Ngalim Purwanto
mendefinisikan
supervisi klinis adalah supervisi yang memfokuskan pada
perbaikan pengajaran
dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan dan
analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya
dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. Selain
itu definisi
supervisi klinis juga dikemukakan oleh Keith Acheson dan
Meredith D. Gall,
mereka mendefinisikan supervisi klinis adalah proses membantu
guru
memperkecil ketidaksesuaian tingkah laku mengajar yang nyata
dengan tingkah
laku mengajar yang ideal (Purwanto, 2002:90) dari dua definisi
diatas maka kita
dapat mengetahui bahwa supervisi klinis termasuk dari bagian
supervisi
pengajaran, karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada sebab-
sebab atau kelemahan yang terjadi pada proses belajar mengajar,
dan kemudian
-
31
secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau
kekurangan tersebut.
c. Pengawas melekat dan pengawas fungsional
Istilah “ pengawas melekat” yang berarti suatu kepengawasan
yang
memang sudah dengan sendirinya (melekat) menjadi tugas dan
tanggung jawab
semua pimpinan dari pimpinan tingkat paling atas sampai pimpinan
tingkat paling
bawah dari semua organisasi atau lembaga. Sedangkan yang
dimaksud dengan
“pengawas fungsional” adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
dilakukan
yang dilakukan orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai
pengawas (Purwanto,
2002:92).
Jadi semua pemimpin bertanggung jawab atas pengawasan atas
pelaksanaan semua tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh
pimpinan
bawahannya dalam organisasi kerjanya. Hal ini sesuai dengan
definisi pengawasan
melekat. Sedangkan supervisi pengawasan bertugas mengawasi
khusus bagian-
bagian yang telah ditunjuk.
Ditinjau dari supervisi pendidikan ada tiga macam supervisi,
yaitu:
a. Supervisi Akademik
Supervisi Akademik adalah menitik beratkan pengamatan supervisor
pada
masalah- masalah akademik, yaitu hal- hal yang langsung berada
dalam
-
32
lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam
proses
mempelajari sesuatu/ materi pembelajaran.
b. Supervisi Administrasi
Supervisi Administrasi adalah yang menitik beratkan
pengamatan
supervisor pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi
sebagai
pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga
Supervisi Lembaga adalah yang menebarkan atau penyebarkan
objek
pengamatan supervisor pada aspek- aspek yang berada di selurh
sekolah.
Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas
pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk
meningkatkan
nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.
Supervisi akademik, administrasi dan lembaga merupakan suatu
rangkaian
dalam suatu pendidikan, sehingga ketiganya tidak bisa
dipisahkan. Perbaikan
supervisi diarahkan untuk memperbaiki pengajaran. Perbaikan
pengajaran harus
dimulai dengan pembinaan dan pengembangan kurikulum yang menjadi
sumber
materi sajian pelajaran untuk meningkatkan intlektualnya
(akademis).
Mengajar tidak hanya sekedar mengkomunikasi pengetahuan agar
diketahui subjek didik, tetapi mengajar harus diartikan menolong
si pelajar agar
dapat belajar. Maka dari itu harus dipersiapkan segala hal yang
berhubungan
dengan pembelajaran seperti materi, media, ataupun kelengkapan-
kelengkapan
lainnya (administrasi).
-
33
Pengakuan dan penghargaan atas prestasi meruapakan salah satu
sebab
seorang guru mau bekerja ialah bila timbul hasrat untuk diakui.
Guru akan merasa
bangga kalau ia merasa bahwa dia dipercaya dan diikutsertakan
dalam staf. Hasrat
untuk ambil bagian dalam bekerja sama adalah hasrat asasi
manusia, yaitu
kemerdekaan, kebebasan bertindak, merasa bahwa seseorang itu
penting dalam
satu kelompok. Ikut ambil bagian dalam menyusun menentukan
kebijakan sekolah
mempunyai nilai tambah yaitu guru merasa penting, sebab dia
menyumbang
pendapat dalam mengambil keputusan ( lembaga).
8. Teknik Supervisi
Usaha untuk membentu meningkatkan danmengembangkan potensi
sumberdaya guru dapata dilaksanakan dengan berbagai alat dan
teknik supervisi.
Umumnya alat dan dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua
macam alat
atau teknik. Teknik yang bersifat indif\vidual, yaitu teknik
yang dilakukan
dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik
yang bersifat
kelompok, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih
dari satu orang (
Sahertian, 2008: 52).
Adapun teknik yang bersifat individual adalah sebagai
berikut:
a. Perkunjungan kelas (classroom vicition)
Kinjungan yang dilakukan oleh supervisor kedalam kelas untuk
melihat guru
mengajar, dengan tujuan memperoleh data mengenai keadaan
sebenarnya
selama guru mengajar. Dengan data itu supervisor dapat
berbincang-
-
34
bincang guru tentang kesulitan yang dihadapi guru- guru. Pada
kesempatan
itu guru- guru dapat mengemukakan pengalaman- pengalaman
yang
berhasil dan hambatan- hambatan yang dihadapi serta meminta
bantuan,
dorongan dan mengikut seratakan. Oleh karena sifatnya
mengadakan
peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dilihat sementara
guru
mengajar, maka sering disebut observasi kelas. Kunjungan kelas
dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1). Perkunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya, maksudnya
supervisor
secara tiba- tiba datang ke kelas sementara guru sedang
mengajar. Segi
positifnya adalah kepala sekolah dapat melihat keadaan yang
sebenarnya,
tanpa dibuat- buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar
selalu
mempersiapkan diri sebaik- baiknya. Untuk segi negatifnya guru
menjadi
gugup, karena tiba- tiba didatangi. Tentu timbul prasangka bahwa
ia dinilai
dan pastinya hasilnya tidak memuaskan.
2). Perkunjungan dengan memebritahukan trlebih dahulu,
maksudnya
supervisor datang ke kelas berdasarkan jadwal yang telah
direncanakan dan
diberikan tiap kelas yang akan dikunjungi. Segi positifnya bagi
supervisor
kunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep
pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru- guru pun
dapat
mempersiapkan sebaik- baiknya karena mereka sadar bahwa
kunjungan itu
akan membantu dia untuk dinilai.
-
35
3). Perkunjungan atas undangan guru, perkunjungan ini akan lebih
baik oleh
karena itu guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan
diri dan
membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman
dalam
berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi
untuk
belajar dan pengalamandan bimbingan dari supervisor tumbuh dari
dirinya
sendiri. Sedangkan segi negatifnya adalah ada kemungkinan timbul
sikap
manipulasi, yaitu dengan dibuat- buat untuk menonjolkan diri,
padahal
waktu- waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu ( Sahartian,
2008: 54).
b. observasi kelas (classroom observation)
supervisor mengadakan observasi dengan jalan meneliti suasana
kelas
selama pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data
yang
subjektif mungkin sehingga dengan bahan yang diperoleh
dapatlah
digunakan untuk menganalisis kesulitan- kesulitan yang dihadapi
guru- guru
dalam usaha memperbaiki peroses belajar mengajar (Pidarta, 1992:
227).
c.Percakapan pribadi (individual converence)
yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang
guru. Dalam percakapan itu kedua- duanya berusaha berjumpa
dalam
pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah
usaha-
usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru
(Sahartian,
2008:73).
-
36
d. Saling mengunjungi kelas ( inter vision)
Yaitu saling mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan guru
yang
lain yang sedang mengajar. Ada dua jenis intervisition antara
lain:
a) Adakalanya seorang guru mengalami kesulitan dalam hal ini,
supervisor
mengarahkan dan menyerahkan kepada guru tersebut untuk melihat
rekan-
rekan guru yang lain mengajar. Sudah tentu guru yang ditunjuk
adalah
seorang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup
dalam
menggunakan teknik- teknik mengajar.
b) Jenis yang lain adalah pada kebanyakan sekolah, kepala
sekolah
menganjurkan agar guru- guru saling mengunjungi rekan- rekan
dikelas
atau disekolah lain. Untuk cara yang kedua ini diperlukan
perencanaan dan
musyawarah terlebih dahulu (Sahertian, 2008: 79- 80).
e) Menialai diri sendiri (self evaluation check- list)
Salah satu tugas tersukar bagi guru- guru ialah melihat
kemampuan diri
sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur
kemampuan
mengajarnya, disamping menilai murid- muridnya juga penilaian
terhadap
diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam
pertumbuhannya (Sahertian, 2008: 83).
Adapun teknik yang bersifat kelompok ( Sahertian, 2008:
86-111)
diantaranya:
-
37
a. Pertemuan orientasi bagi guru baru
Yaitu suatu pertemuan yang bertuajuan khusus mengantar guru
untuk
memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan
saja guru
baru akan tetapi juga seluruh staf guru.
b. Panitia penyelenggara
Yaitu suatu kegiatan yang diadakan bersama dimana guru
dilibatkan dalam
kepanitiaan dan beberapa guru ditunjuk sebagai penanggung
jawab
pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam melaksanakan tugas ini
guru
mendapat pengalaman dalam mencapai tujuannya sehingga guru
dapat
tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajarnya dengan
adanya
pengalaman- pengalaman tersebut.
c. Rapat guru
Rapat guru, supervisor mengadakan pertemuan dengan guru-
guru
membahas masalah- masalah yang timbul pada saat proses belajar
mengajar
berlangsung. Jadi dengan adanya rapat guru ini guru dapat
dibantu baik
secara individu maupun secara kelompok untuk menemukan dan
menyadari
kebutuhanmereka, menganalisis problema- problema mereka dan
mempertumbuhkan diri sendiri dan jabatan mereka.
d. Studi kelompok antar guru
Yaitu sesuatu kegiatan dimana guru- guru yang mengajar mata
pelajaran
yang sama berkumpul untuk mempelajari suatu masalah atau
sejumlah
-
38
bahan mata pelajaran, selain itu juga membahas ilmu pengetahuan
yang
sedang berkembang.
e. Diskusi sebagai proses kelompok
Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk
dipecahkan
bersama, dengan adanya diskusi dapat mengembangkan keterampilan
guru
dalam mengatasi kesulitan- kesulitan dengan jalan bertukar
pikiran diantara
guru.
f. Tukar menukar pengalaman
Yaitu suatu kegiatan dimana guru saling bertukar pikiran atau
pengalaman,
saling memberi dan meneriam, saling belajar satu sama yang lain.
Dengan
tujuan agar guru dapat belajar dari pengalaman temannya
dalam
membimbing murid dalam proses belajar mengajar.
g. Loka Karya (Workshop)
Dengan adanya loka karya ini dimaksudkan agar guru dapat
menyusuncontoh
model satuan pembelajaran untuk tiap bidang studi.
h. Diskusi panel
Diskusi panel adalah satu bentuk diskusi yang dipantaskan
dihadapkan
sejumlah partisipant atau pendengar dengan tujuan untuk
memecahkan
suatu problema yang mana para panelistnya terdiri dari orang-
orang yang
dianggap ahli dalam masalah yang didiskusikan.
-
39
i. Seminar
Kegiatan ini biasanya mendatangkan tokoh ahli yang akan membahas
suatu
masalah tertentu kemudian akan ditanggapi oleh partisipant yang
akan
menghasilkan suatu kesimpulan dari masalah yang dibahas.
j. Pelajaran contoh
Suatu tehnik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu
memberi
penjelasan- penjelasan kepada guru- guru tentang mengajar yang
baik.
k. Membaca langsung
Guru membaca langsung sumber- sumber pustaka yang ada disekolah
atau
tempat lainnya.
l. Mengikuti kursus
Suatu media yang dapat membentu guru dalam mengembangkan
pengalaman profesi mengajar dan menambah keterampilan guru
dalam
melengkapi profesi mereka. Dalam hal ini guru mengikuti kursus
yang bersifat
penataran sehingga guru memperoleh pengetahuan dan
keterampilan
tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam
profesi
mereka.
Teknik individual maupun teknik kelompok semua perlu untuk
dilakukan jika
ingin pendidikan semakin maju dan mampu mengikuti perkembangan
zaman.
Bagaimana guru juga masih harus banyak berlatih dan belajar.
Entah itu dengan
mengikuti workshop atau pelatihan lainnya.
-
40
Latar belakang adanya supervisi adalah bahwa guru- guru itu
perlu tumbuh
dalam jabatannya, maka setiap guru harus berusaha mengembangkan
dirinya.
Usaha yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya dan
kualitas lembaga pendidikannya.
Teknik dalam supervisi ini adalah cara-cara yang digunakan dalam
kegiatan
supervisi. Menurut Bafadal teknik-teknik supervisi itu bisa
dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual, dan teknik
supervisi kelompok
(Nenglyla, 2017:27).
a. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan
kepada guru-guru tertentu yang mempunyai masalah khusus yang
bersifat
perorangan. Teknik supervisi yang bersifat individual antara
lain
perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling
mengunjungi
kelas dan menilai diri sendiri.
b. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah suatu cara melaksanakan
program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Teknik
kelompok dapat
dilakukan dengan cara seperti rapat guru, lokakarya, penataran,
seminar,
diskusi, dan sebagainya.
7. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan
Dalam konsep lama, supervisor dilakukan oleh seorang pemimpin,
maka
dalam tipe-tipe supervisi tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe
kepemimpinan,
-
41
tetapi juga tipe-tipe kepengawasan. Menurut (Arikunto,
2004:14)ada lima
tipe supervisi yaitu:
a. Tipe Inpeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otakratis, supervisi
berarti
inspeksi. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang memperbaiki
cara dan
daya kerja sebagai pendidik dan mengajar.
b. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi
inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan,
pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja
sekehendaknya
tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh
mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan
metode ataupun alat pelajaran.
c. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya
memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi
tetap
saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk
bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih
bisa
diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh
supervisi
yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam
keadaan
-
42
demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang
disupervisi mungkin
menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
d. Tipe Training and Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal
yang
positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan
latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi
negatifnya
kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka
mampu
mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing
oleh
atasannya.
e. Tipe Demokratis
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam
pelaksanaan
supervisi. Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian
dan
pendelegasian. Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis,
tipe ini juga
memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan
hanya
seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan
atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai
dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.
-
43
B. Supervisi klinis
1. Pengertian Supervisi klinis
Menurut Acheson dan Gall supervisi klinis ialah proses membina
guru
untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan
perilaku
mengajar seharusnya yang ideal (Sahertian, 2008:31).
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematis, dalam
perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan
mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional
(Sahertian,
2008:36).
Jadi supervisi klinis adalah suatu bimbingan yang tertuntun
atau
terencana oleh kepala sekolah untuk mengetahui kapasitas guru
yang
sesungguhnya. Dan juga kepala sekolah dapat membantu guru
dalam
menyelesaikan masalah dalam mengajar dan pastinya memberikan
cara untuk
mengatasinya. Ibaratkan seorang dokter dengan pasienya,
mula-mula dicari
terlebih dahulu sebab-sebab dan jenis penyakitnya dengan cara
menanyakan
kepada pasien, apa yang dirasakannya, dibagian mana dan
bagaimana rasanya
dan sebagainya.
Setelah mengetahuinya semua tentunya sang dokter akan
mengetahui
jenis penyakitnya dan tahu cara pengobatanya, agar penyakit
tersebut tidak
semakin parah. Tentu saja prosedur yang digunakan oleh
supervisor di sekolah
tidak sama persis dengan seorang dokter dengan pasiennya tetapi
hampir
mendekati sama.
-
44
Dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan
setelah
supervisor mengadakan pengamatan lagsung bagaimana cara guru
mengajar,
dengan cara mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor yang
bersangkutan.
Supervisi diartikan sebagai bimbingan dan tuntunan kearah
perbaikan dan
penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan klinis dalam hal
ini diartikan:
a. Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara
cermat.
b. Mendeskripsikan hasil/ data observasi secara detail.
c. Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru
untuk
bersama- sama mencermati penampilan guru dalam mengajar.
d. Mendorong guru melihat kekurangannya dalam mengajar dan
menemukan
cara untuk mengatasinya (Sahertian, 2008:31).
2. Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan
melalui
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan
analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan
tujuan mengadakan modifikasi yang rasional.
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki perilaku guru
dalam
proses pembelajaran, aspek demi aspek secara intensif, sehingga
mereka dapat
mengajar dengan baik. Karena apabila masalah ini dibiarkan akan
tetap
menyebabkan instabilitas dalam pembelajaran dikelas (Pidarta,
1996:26).
Sedangkan tujuan supervisi menurut Azhar (1999:26) adalah
memperbaiki cara
mengajar guru di dalam kelas.
-
45
Sedangkan menurut Ashen dan Gall tujuan supervisi klinis
adalah
meningkatkan pengajaran guru kelas(Azhar, 1999:32). Tujuan ini
diiringi tujuan
yang lebih spesifik yaitu:
a. Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru mengenai
pelajaran
yang dilaksanakan.
b. Mendiagnosa dan membantu memecahkan masalah-masalah
pengajaran.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilannya mengunakan
strategi
pengajaran.
d. Mengoreksi guru untuk kepentingan promosi jabatan ke
pentingan lainnya.
e. Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan
profesional yang berkesinambungan.
Dari konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan supervisi
klinis adalah
untuk memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar
terutama yang
kronis, secara aspek demi aspek dengan intensif, sehingga mereka
dapat
mengajar dengan baik. Ini berarti perilaku yang tidak kronis
bisa diperoleh dengan
teknis yang lain (Azhar, 1999:22).
Kenyataannya yang dilakukan supervisi adalah mengadakan evaluasi
guru-
guru semata. Diakhir semester guru- guru mengisi skala
menelitian yang diisi
peserta didik mengenai cara mengajar guru. Hasil penelitian
diberikan kepada
guru- guru tetapi tidak dianalisis mengapa guru- guru dalam
mengajar hanya
mencapai tingkat penampilan seperti itu. Cara ini menyebabkan
ketidak puasan
duru secara tersembunyi.
-
46
Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan supervisi klinis secara
garis besar
sebagai berikut: memperbaiki perilaku guru hanya yang bersifat
kronis, artinya
perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik
supervisi yang lain.
Menyediakan umpan balik secara obyektif bagi guru tentang
kegiatan proses
pembelajaran yang dilakukannya sebagai cermin agar guru dapat
melihat apa
yang dilakukan.
3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan
dengan
model-model supervisi yang lain. Berikut ini akan diuraikan
beberapa supervisi
klinis menurut Wahyudi(2006:250-251) :
a. Ada kesempatan antara supervisor dengan guru yang akan
disupervisi
tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku
guru dalam
proses belajar mengajar yang spesifik. Misalnya cara
mentertibkan kelas,
teknik bertanya, teknik pengendalian kelas dalam metode
keterampilan
proses, teknik mengenai anak membandel, dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan perbuatan hipotesis
bersama
tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik.
Hipotesis
ini diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.
d. Hipotesis diuji dengan data hasil pengamatan supervisor
tentang aspek
perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar.
hipotesis ini
mungkin diterima, ditolak atau direvisi.
-
47
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama
yang
sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran berapa
pentingnya bekerja
dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru dan
sama-sama
bertanggung jawab.
g. Dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu
satu-persatu
diperbaiki sampai guru itu bekerja dengan baik. Atau kebaikan
bekerja guru
itu dipelihara agar tidak jelek lagi.
Tidak jauh berbeda Wahyudi (2009:112-113) mengidentifikasi
ciri-ciri supervisi
klinis adalah sebagai berikut:
a. Pada khakikatnya supervisor dan guru sederajat dan saling
membantu dalam
meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya.
b. Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar
dan bukan
mengubah kepribadian guru.
c. Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan
bukan atas
keputusan penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.
d. Bersifat kontruktif dan memberi penguatan (reinforcoment)
pada pola-pola
dan tingkah laku yang berhasil daripada mencela dan “menghukum”
pola-
pola tingkah laku yang belum berhasil.
e. Tahapan supervisi klinis merupakan suatu kontinuitas dan
dibangun atas
dasar pengalaman masa lampau.
-
48
f. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima
yang
dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat
didalam
mencari pengertian bersama dalam proses pendidikan.
g. Tiap guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk
mengemukakan
pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri
dan
mengembangkan gaya mengajarnya.
h. Supervisor mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab
untuk
menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi
sebagaimana
kegiatan menganalisis cara mengajar guru.
i. Guru mempunyai prakarsa dan tanggung jawab dalam
meningkatkan
kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran.
j. Supervisor dan guru bersikap terbuka dalam mengemukakan
pendapat dan
dilandasi saling menghargai kedudukan masing-masing dan secara
bersinergi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru.
Supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat intruksi
atau
memerintah. Tetapi menciptakan hubungan manusiawi, sehingga
guru-guru
memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya
kesendian
untuk menerima perbaikan.
Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan
dari guru
sendiri karena beliau memang membutuhkan bantuan itu. Tingkah
laku yang
dilakukan merupakan satuan integritas. Sehingga terlihat
kemampuan apa,
ketrampilan apa yang spesifik harus diperbaiki.
-
49
4. Manfaat Supervisi Klinis
Manfaat utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan
dan
peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth jane, maupun Ayer
dalam
bukunya Sahertian yang berjudul konsep dasar dan teknik
supervisi pendidikan
dalam rangka mengembangkan suberdaya manusia mengemukakan bahwa
fungsi
utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada
sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan (Sahertian, 2008:21).
Supervisi juga bermanfaat mengoordinasi, menstimulasi, dan
mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha
sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman
guru-guru,
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, situasi belajar mengajar,
memberikan
pengetahuan dan ketrampilan guru staf, mengintregasikan tujuan
pendidikan dan
membantu meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011:12).
Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang.
Kebanyakan potensi-potensi tidak berkembang karena berbagai
faktor. Baik faktor
objektif maupun fakor subjektif. Supervisi memberi dorongan
stimulasi dan
membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan dalam ketrampilan
hal
mengajar.
Adapun manfaat dari supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan
bidang
studi
-
50
b. Mengembangkan sumberdaya guru dalam memecahkan masalah-
masalah
pribadi yang berpengaruh terhadap kualitas kerja \ mengajar
(Piet,2008: 150-
151).
Sedangkan menurut Agus Darma (2003: 153) manfaat dari supervisi
klinis adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan guru
b. Mengurangi penurunan kinerja guru
Beban berat yang dimiliki seorang guru menyebabkan guru bekerja
tidak
bergairah. Kemungkinan bisa dikarenakan faktor kesehatan baik
jasmani
maupun rohani, faktor ekonomi maupun faktor sosial guru
dimasyarakat.
Maka dengan adanya supervisor yang memperhatikan guru diharapkan
dapat
memberikan manfaat- manfaat tersebut.
5. Tahapan Supervisi Klinis
Dalam mengadakan supervisi klinis, kepala sekolah hendaknya
tetap
bekerja sesuai dengan koridor dan proses yang teratur. Koridor
dan proses yang
teratur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan hubungan baik antara supervisor dengan guru
yang
bersangkutan, agar makna supervisi ini menjadi jelas bagi guru
sehingga
kerjasama dalam partisipasinya meningkat.
b. Merencanakan aspek perilaku yang akan diperbaiki serta pada
sub pokok
bahasan.
-
51
c. Merencanakan strategi untuk observasi.
d. Mengobservasi guru mengajar, boleh memakai alat bantu.
e. Menganalisis proses belajar oleh supervisor dan guru secara
terpisah.
f. Merencanakan pertemuan, boleh juga dengan pihak ketiga yang
ingin
mengetahui.
g. Melaksanakan pertemuan, guru diberi kesempatan menanggapi
cara kerja
atau mengajar selama dibahas bersama.
h. Membuat rencana baru bila aspek perilaku itu belum dapat
diperbaiki dan
mengulangi dari langkah awal sampai akhir (Pidarta,
2002:251).
i.
Sedangkan Sahertian(2000:51) menyatakan ada tiga langkah
dalam
supervisi klinis yaitu: pertemuan awal, observasi, dan pertemuan
akhir.
Sedangkan Soetjipto dan Kosasi membuat lima langkah atau tahap
dalam
supervisi klinis yaitu: perencanaan observasi, melaksanakan
observasi, melakukan
analisis dan melakukan strategi, melakukan pembicaraan tentang
hasil supervisi,
dan melakukan analisis (Soetjipto dan Kosasih, 1999:68).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi
klinis itu
berorientasi pada tiga hal: melakukan perencanaan secara
mendetail termasuk
membuat hipotesis, melaksanakan pengamatan secara cermat atau
menganalisis
hasil pengamatan serta memberikan umpan balik kepada guru
yang
bersangkutan.
Berikut ini adalah langkah-langkah supervisi klinis yang
dirangkum dari
pendapat Pidarta:
-
52
a. Pertemuan awal atau perencanaan yang terdiri dari:Menciptakan
hubungan
yang baik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis
sehingga
partisipasi guru meningkat.
1) Menemukan aspek-aspek perilaku apa dalam proses belajar
mengajar
yang perlu diperbaiki.
2) Membuat skala prioritas aspek-aspek perilaku yang akan
diperbaiki.
3) Membuat hipotesis sebagai cara atau bentuk perbaikan pada sub
topik
bahan pelajaran tertentu.
b. Persiapan yang terdiri dari:
1) Bagi guru tentang cara mengajar yang baru hipotesis.
2) Bagi supervisor tentang cara dan alat observasi seperti tape
recorder,
video, daftar cek, dan sebagainya.
c. Pelaksanaan yang terdiri dari:
1) Guru mengajar dengan tekanan khusus pada aspek-aspek perilaku
yang
diperbaiki.
2) Supervisor mengobservasi.
3) Menganalisis hasil mengajar secara terpisah.
d. Pertemuan akhir
1) Guru memberikan tanggapan, penjelasan atau pengakuan.
2) Supervisor memberi tanggapan atau usulan.
3) Menyimpulkan bersama hasil yang telah dicapai: hipotesis
diterima,
ditolak, atau direvisi.
4) Menentukan rencana berikutnya
-
53
5) Mengulangi memperbaiki aspek yang tadi
6) Meneruskan untuk memperbaiki aspek-aspek yang lain
(Pidarta,2002:252-253).
Langkah-langkah tersebut merupakan bentuk upaya supervisor
untuk
meningkatkan kinerja para guru. Karena supervisor merupakan
pimpinan bagi
para guru yang akan mengevaluasi dan membina. Melalui
langkah-langkah
tersebut diharapkan mampu mencetak generasi yang unggul dan
berakhlak mulia.
Sebagai pemimpin supervisor harus benar-benar memperhatikan
kondisi riil
dilapangan.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dari pekerjaan supervisor.
Para
supervisor bertanggung jawab atas kualitas kinerja para guru
yang dipimpinnya.
Oleh sebab itu, kemampuan memimpin sangat diperlukan untuk
mengemban
tanggung jawab itu. Prinsip dari kepemimpinan itu sebenarnya
telah lama dikenal
dalam sejarah umat manusia. Kepemimpinan merupakan salah satu
faktor
penentu bagi berhasil tidaknya pencapaian tujuan. Dapat
dinyatakan bahwa
kempampuan supervisor untuk memimpin guru akan sangat
dipengaruhi
produktivitas unit kerja.
-
54
6. Bentuk-Bentuk Supervisi Klinis
Ada 3 macam bentuk supervisi:
a. Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan
kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari
sesuatu.
b. Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada asp