Page 1
PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN SECARA DARING
PADA MASA COVID-19 DI SMA ISLAM AL-ISHLAH BUKITINGGI
Diajukan untuk sidang munaqasah pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi
Oleh :
Syiratih Husna
Nim : 2116.200
Pembimbing:
Dr. Wedra Aprison, M.Ag
197205242000031001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
2020 M/1441 H
Page 2
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama SYIRATIH HUSNA, NIM: 2116.200 dengan judul
“Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Secara Daring Pada Masa Covid-
19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi” yang telah memenuhi persyaratan
ilmiah, telah dipriksa, dan disetujui untuk di munaqasahkan pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.
Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
Bukittinggi, 6 November 2020
Pembimbing
Dr. Wedra Aprison, M.Ag
NIP: 197205242000031001
Page 3
ii
ABSTRAK
Skripsi ini atas nama Syiratih husna, Nim 2116.200 dengan judul
“Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an secara Daring pada Masa Covid-
19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi” Jurusan Pendidikan Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Instintut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, 2020.
Penelitian ini dilatar belakangi melalui tahfidz Al-Qur’an merupakan suatu
kegiatan pemeliharakan Al-Qur’an yang dilakukan seseorang dengan jalan
menghafalnya, hingga ia mengerti isi kandungan dari Al-Qur’an dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan dunia dan akhirat.
Masalah yang terlihat dilapangan adalah kurangnya konsentrasi dalam menyetor
hafalan kepada guru tahfidz, kurang lengkapnya tahapan strategi yang dilakukan
peserta tahfidz seperti tidak memahami ayat dihafal dan kurangnya murojaah,
kurangnya pelaksanaan dan keseriusan murojaah sehingga hafalnnya mudah
hilang dan tidak lengkapnya teknik dalam menghafal..
Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif yang
bersifat kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur peneliti yang dihasilkan
dari data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari prilaku yang diamati sementara
teknik mengumpulkan data yang penulis gunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi, informen kunci dalam penelitian adalah guru tahfidz dan santri
pendukung
Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian Pelaksanaan program
tahfidz baik itu mengunakan metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an
tidak ditentukan metode khusus dalam menghafal namun diserahkan kepada siswa
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, strategi menghafal siswa
mengusahakan pikiran dalam keadaan tenang, membaca terlebih dahulu ayat-ayat
yang akan dihafal dalam memurojaah tidak terlalu sering. Waktu pelaksanaan
disediakan dalam waktu di luar pembelajaran yakni pagi jam 07:00-07:30 setiap
hari dan di hari jumaat paginya dilakukan murojaah hafalan sebelumnya Dalam
melakukan evaluasi pada saat pandemik ini terlihat ketidak jujuran bagi siswa
dalam menyetor hafalnya, evaluasi yang dilakukan setiap hari kamis dan juga
setiap akhir semester cara menyetornya secara sambung ayat dari guru tahfidz.
Hal ini dijadikan bahwa bukti program tahfidz di SMA Islam Al-Ishlah
Bukittinggi sudah berjalan dengan sesui dengan ketentuan. Meskipun pelaksanaan
sudah berjalan namun masih ada terdapat kendala sehingga masih belum terapai
secara utuh. Adapun kendala yaitu dalam mengunakan strategi menghafal tidak
sesui dengan teori jadinya timbul kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an,
kurangnya waktu yang di berikan sekolah untuk program tahfidz kemudian dalam
mengunakan metode masih terdapat kekurangan dan evaluasi yang dilakukan
hanya penyetoran ayat dan juga waktu tengah semester hanya sambungan ayat
dari guru tahfidz.
Kata kunci: Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
Page 4
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10
C. Batasan Masalah.................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
F. Penjelasan Judul .................................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an .............................................. 15
1. pengertian pelaksanaan program Tahfidz Al-Qur’an ........................ 15
2. Metode Tahfidz Al-Qur’an .............................................................. 21
3. Strategi Tahfidz Al-Qur’an .............................................................. 24
4.Waktu Pelaksannan tahfidz Al-Qur’an .............................................. 34
5.Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an .............................................................. 35
B. Pembelajaran secara Daring .................................................................. 37
C. Penelitian Relevan ................................................................................ 39
D. Kerangka Teoritis ................................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 43
B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 44
C. Informan Penelitian ............................................................................. 44
D. Teknik Pengumpula Data .................................................................... 45
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 47
F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ........................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Sekolah ....................................................................... 94
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 94
Page 5
iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................... 27
DAFTAR KEPUSTAKAA
Page 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Perkembangan zaman modern ini semakin cepat berpengaruh kepada
segala aspek kehidupan munculnya berbagai penemuan dan teknologi turut
mengiringi revolusi zaman sekarang ini. Pada aspek Masyarakat banyak
menyeroti masalah kerusakan moral yang dialami remaja maupun pelajar,
maraknya tauran antar pelajar, buli sesama teman, peredaran dan pengunaan
narkoba yang dilakukan pelajar atau remaja dan masyarakat umum dan
penyimpangan-penyimpangan lain yang sangat ramai diberitakan di media masa.
Hal ini menjadi perhatian lembaga pendidikan untuk dapat memerankan
fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang beriman, bertakwa dan
memiliki kepribadian yang sangat utuh.
Keadaan tersebut merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan untuk
memberikan pendidikan yang memadai bagi setiap siswa sebagai pencerahan
spiritual dalam rangka membagun nurani bangsa dengan nilai-nilai Islam. Salah
satunya usaha yang dilakukan lembaga pendidikan adalah mengisi hari-hari siswa
dengan menghafal Al-Qur’an. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Hal ini
dicantum dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yang berbunyi:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu di dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Page 8
2
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”1
Dalam pembukaan UUD 1945 tersebut pemerintah memiliki tugas untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah dengan memberikan fasilitas kepada masyarakat agar
dapat belajar, hal ini dilakukan dengan cara menyelengarakan pendidikan. Oleh
karena itu pendidikan menjadi hak setiap warga negara, warga negara tidak
sekedar mendapatkan pendidikan saja, tetapi juga harus mendapatkan pendidikan
bermutu. Dijelaskan dalam Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5
bahwasanya “setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”.
Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu usaha yang dilakukan
lembaga pedidikan untuk menyibukan diri dengan Al-Qur’an demi menumbuh
kembangkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an, dengan menghafal Al-Qur’an
seseorang merasa dekat dengan dengan nilai-nilai Agama. Seperti halnya
menghafal Al-Qur’an berarti mengahafal ibadah dan solusi, semakin banyak ayat
yang dihafal, semakin banyak solusi yang kita peroleh “sediakan solusi sebelum
masalah datang”. Menghafal Al-Quran adalah amal saleh yang sangat mulia.
Tidak ada ibadah yang mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah swt sepertinya
1 Indra keswara, Pengelolaan Pembelajaran Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al- Qur’an) di
Pondok Pesantren Al Husain Magelang, (Jurnal Hanata Widya Volume 6 Nomor 2 Tahun 2017),
hal 2
Page 9
3
menghafal Al-Qur’an. Seiring menambah jumlah hafalan juga harus menambah
amal saleh, menambah kualitas niat, ikhlas dan yakin. Apabila niat dan cara
menghafal Al-Qur’an sudah benar ibadah ibadah lainnya akan semakin meningkat
dan berkualitas pula begitu juga sebaliknya jika kualitas ibadah lainnya meningkat
kemudian membuat menghafal Al-Qur’an semakin meningkat pula.
Al-Qur’an akan menuntut penghafalnya kepada akhlak-akhlak terpuji atau
disebut akhlak Al-Qur’an, Al-Qur’an tidak hanya sekedar dibaca berulang-ulang
tetapi juga diamalkan. Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana
semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya.
Allah swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw, demi membebaskan
manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing
mereka ke jalan yang lurus.2 Islam mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam
Allah swt yang di turunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril.
Al-Qur’an ini juga dipandang sebagi keagungan (majid) dan penjelasan (mubin).
Kemudian juga seringkali disebut pila petunjuk (hidayah) dan buku (kitab).
Namun nama yang banyak dipergunakan untuk menyebut Al-Qur’an adalah buku
(kitab) dan Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai petunjuk yang
membawa hidup manusia bahagia di dunia dan akhirat kelak. 3
2 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kaustsar, 2006) hal 3.
3Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1994), hal 17.
Page 10
4
Bagi seseorang memeluk agama Islam Al-Qur’an lah sebagai pegangan
hidup yang harus menjadi pedomannya..Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada dan rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam
mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, membacanya merupakan
ibadah yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.4
Al-Qur’an juga definisikan sebagai Qara’at yang memiliki arti mengumpulkan
dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama
dengan qira’ah yaitu akar kata (nasdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan atan
waqur’anan. Allah menjelaskan
“ Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan (
dalam dadamu) dan membacanya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah
menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantara janji jibril). Maka
bacalah menurut bacaanya itu,” (Al-Qiyamah:17-18)
Qur’anah di sini berarti qira’ah (membaca atau cara membacanya),
Sebutan al-Qur’an tidak terlepas pada sebuah kitab dengan seluruh kandunganya,
tapi juga ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya, maka jika anda mendengar
satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan bahwa si
pembaca itu membaca Al-Qur’an.
4 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogyakarta: Diva Press,
2009), hal 228.
Page 11
5
“ Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan
diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-A’raf:204)5
Salah satu usaha yang dilakukan lembaga pendidikan adalah mengisi hari-
hari siswa dengan menghafal Al-Qur’an..Menghafal Al-Qur’an merupakan salah
satu usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menyibukkan diri bersama
Al-Qur’an demi menumbuhkan kembangkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an
kitabullah ini. Dengan menghfal Al-Qur’an seseorang merasa dengan nilai-nilai
Islam.
Untuk itu belajar Al-Qur’an harus diajarkan sejak dini kepada anak
sebagai bentuk mengenalkan kepada mereka pedoman untuk mengarungi
kehidupan kelak, karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang akan
membela agama dan bangsa mereka. Mengajarkan anak-anak untuk menghafal
Al-Qur’an adalah satu hal penting dan mulia. Al-hafidz as-Suyuti berkata bahwa
pengajaran Al-Qur’an adalah dasar dari prinsip-prinsip Islam. Anak-anak tumbuh
diatas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmahnya yang masuk dalam kalbu mereka
sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-
kotoran maksiat dan kesesatan6
Pada masa Nabi Muhammad Saw menerima wahyu al-Qur’an dari Allah
Swt, bangsa Arab sebagian besar buta aksara (tidak pandai membaca dan
menulis). Mereka belum banyak mengenal kertas sebagai alat tulis seperti
5 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kaustsar, 2006), hal 16.
6 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogyakarta: Diva Press,
2009) hal 229-230.
Page 12
6
sekarang, begitu pula membacanya. Oleh karena itu, setiap Nabi Saw menerima
wahyu selalu dihafalnya, kemudian beliau menyampaikan kepada para sahabat
dan diperintahkannya pula untuk menghafal dan menuliskan di batu-batu, pelepah
kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk menulisnya pada
masa itu. Tradisi pemeliharaan al-Qur’an dalam bentuk hafalan khususnya terus
berlanjut dari generasi ke generasi hingga sampai sekarang. Dorongan untuk
menghafal al-Qur’an sendiri telah dijelaskan dalam firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS.
AL-Qamar: 22).
Ayat ini mengindikasikan kemudahan dalam menghafal al-Qur’an, karena
Allah Swt akan memberi pertolongan dan kemudahan bagi para penghafal al-
Qur’an. Sebab memelihara kesucian dengan menghafalkannya adalah pekerjaan
yang terpuji dan amal yang mulia, yang sangat dianjurkan agama. Dalam sebuah
hadits redaksi dari Bukhari disebutkan bahwa “Perumpamaan orang yang
memnbaca al-Qur’an dan menghafalnya adalah bersama para malaikat yang
mulia dan ta’at” Bahkan menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu metode
yang digunakan Rasulullah Saw dalam menerima wahyu melalui perantaraan
Jibril as. Menghafal al-Qur’an bukanlah tugas dan perkara yang mudah, artinya
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu upaya terpenting
diperhatikan dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an adalah metode. Sebab metode
mempunyai peranan penting dan sangat dibutuhkan. Dengan adanya metode akan
Page 13
7
bisa membantu seseorang untuk menentukan keberhasilan belajar menghafal al-
Qur’an dan meningkatkan hafalannya secara terprogram. Di samping juga
diharapkan nantinya dapat membantu hafalan menjadi efektif.7
Usaha menghafal Al-Qur’an oleh sebagian umat islam terus berlanjut dan
hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga keorisinalitas Al-Qur’an.
Menjaga keorisinalitas bisa dilakukan dengan cara membaca, memahami dan
menghafalkanya. Meskipun sebagian orang menganggap menghafal Al-Qur’an
cenderung lebih sulit dari pada dari pada membaca dan memahaminya. Hal ini
terjadi karena Al-Qur’an memilih lembaran lembaran yang sangat banyak
sehingga menghabiskan banyak waktu, dan hal lainnya yang menghalangi
seseorang untuk menghafal Al-Qur’an, akan tetapi selama kita mau menghafal
pasti Allah akan membukakan jalan. Yang terpenting dalam menghafal Al-Qur’an
adalah bagaimana meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan Al-
Qur’an agar tetap ada dalam dada.
Agar fungsi Al-Qur’an termanifestasi dalam kehidupan seorang muslim,
semestinya ada interaksi yang intensif dengan bentuk Al-Qur’an menurut Al-
Qur’an dan hadist adalah
1. Interaksi tilawah yaitu membaca Al-Qur’an setiap hari dalam kualitas
tertentu.
2. Interaksi tadabbur yaitu penghayatan makna kandungan Al-Qur’an
7 Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, Metode Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
(Jurnal Usuludin, Vol 24. No 1, 2016), hal 92.
Page 14
8
3. Interaksi menghafal Al-Qur’an
4. Interaksi penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
Bentuk-bentuk interaksi ini telah mulai diterapkan oleh masyarakat Islam
dunia pada umumnya. Khususnya Indonesia, Intraksi dengan Al-Qur’an secara
resmi diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas keagamaan di bawah kebjakan
kementrian Agama Republik Indonesia. Peserta aktivitas Al-Qur’an di sumatera
Barat Khususnya berasal dari berbagai klangan dan umur mulai dari akademisi,
professional, pedagang dan ibu rumah tangga. Mulai dari berita sampai lansia.
Maraknya aktivitas tahfidz ini bentuk komitmen seseorang muslim terhadap
pedoman hidup dn kebutuhan spiritual.selain itu yang menjadi motivasi banyak
kalangan menghafal Al-Qur’an adalah adalah adanya pengaruh positif terhadap
kekatan fisik, keerdasan IQ dan kestabilan emosional.8
Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Al-Ishlah yang dikepalai oleh
Refliza, S.Ag dan dengan bantuan tenaga pendidik Tahfidz yang profesional
madrasah ini membuat suatu program baru yaitu program Tahfidz Al-Qur’an,
Adanya program baru tersebut juga tak lepas dari kerjasama pihak sekolah dan
SMA disekitar sekolah yang terjalan dengan baik. Program tersebut baru berjalan
selama sekitar 3 tahun, target yang ditetapkan sekolah itu 7 juz. Program
merupakan rangkaian kegiatan yang yang dilakukan tetapi berkesinambungan.
8 Hayati dkk, fenomena Lansia menghafal Al-Qur’an pada Majelis Al-Qur’an di Kec.
Salimpaung Kab. Tanah Datar Sumatera Barat, (FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan
Kemasyarakatan,Vol. 02 No. 02, Juli-Desember 2018), hal 65
Page 15
9
Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah pembelajaran yang harus
melibatkan sekelompok orang.
Seperti halnya program tahfidz yang di bentuk di SMA Islam Al-Ishlah
tersebut yang melibatkan banyak pihak yaitu, pihak sekolah, bapak yayasan, guru
tahfidz serta orang tua siswa. Tujuan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di
SMA Islam Al-Ishlah adalah untuk membentuk akhlak peserta didik agar menjadi
pribadi yang berbudi pekerti luhur, mencetak siswa-siswi SMA Islam Al-Ishlah
sebagai siswa yang berakhlakul karimah, meningkatkan kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual siswa.
Pelaksanaan Program tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah
Bukittingi pada awalnya dilaksanakan dipagi hari sebelum pembelajaran dimulai
pada kelas masing-masing, di pada masa pendemik sekarang pembelajaran
dilakukan secara daring (online) setiap kelas melakukan program tahfidz sesuai
dengan jam seperti biasanya yaitu sebelum pembelajaran di mulai agak beberapa
menit seluruh siswa diwajibkan menyetor hafalan beberapa ayat perorang kepada
wali kelas masing-masing di setiap wali kelas memiliki buku agenda tahfidz
semari temanya menyetor hafalan beberapa ayat siswa lain memurajaah
hafalannya terlebih dulu sebelum disetor kepada guru tahfidz. Pelaksanaan
program tahfidz di sini sebagai mata pelajaran wajib setiap kelas, setiap kelas
memiliki satu daftar tahfidz Al-Qur’an dalam seminggu. Jika dalam menyetor
ayat atau hafalan ke guru tahfidz dilakukan dengan cara video call dan voice note
dengan catatan tidak melihat Al-Qur’an.
Page 16
10
Tahfizh Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi dilakukan sejak
beberapa tahun yang lalu, kegiatan tahfizh Al-Qur’an semasa ini di bentuk
kegiatan rutin sebelum pembelajaran dimulai di setorkan ke wali kelas masing-
masing, setiap hari jum’at sebelum pembelajaran di mulai dilakukan mengulang
(muroja’ah) surat yang sebelumnya sudah di hafal, tapi disini program tahfizh
dijadikan sebagai mata pelajaran wajib setiap kelasnya satu kali dalam seminggu.
Selain alasan tersebut hal lain yang melatar belakangi adanya program tahfidz di
SMA Islam Al-Ishlah adalah agar lulusan SMA Islam yang mengikuti program
tahfidz dapat diterima diperguruan tinggi favorit dengan beasiswa tahfidz.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 22 november 2019 dengan
ustadzah Zaatul Faadhilah, S.Pd.I sebagai guru tahfidz bahwa dibentuknya
program tahfizh adalah untuk melestarikan dan memelihara para tahfidz atau
penghafal Al-Qur’an yang semakian punah khususnya di pendidikan formal.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis mengamati bahwa
kurangnya persiapan individu dalam program tahfidz baik itu berupa minat dan
perhatian sehingga kurangnya konsentrasi dalam menghafal, Kurang lengkapnya
tahapan strategi yang dilakukan peserta tahfidz Al-Qur’an dalam menghafal
seperti tidak memahami ayat yang dihafal dan kurangnya pelaksanaan murojaah,
kurangnya pelaksanaan dan keseriusan murojaah sehinggga hafalannya mudah
hilang dan tidak lengkapnya teknik dalam menghafal Al-Qur’an.
Berangkat dari pemaparan diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan
penelitian yang judul “Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Secara
Daring Pada Masa Covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi”
Page 17
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan
pada Bagaimana pelaksanaan program tahfizh Al-Qur’an secara daring pada masa
covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan dan penjelasan diatas, maka pada penelitian ini
penulis batasi dalam skripsi dengan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
secara daring pada masa covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi.
D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan
program tahfizh Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19 di SMA Islam Al-
Ishlah Bukittinggi.
E. Kegunaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian diharapkan memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. kegunaan teoritis
Untuk mengkaji dan mengetahui program tahfizh Al-Qur’an di SMA
Islam Al-Ishlah Bukittinggi yang nantinya menjadikan disiplin ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan dan dapat menambah wacana
Page 18
12
kepustakaan yang berkaitan dengan teknik atau cara menyusun program
tahfidz Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19.
2. Manfaat praktis Maksudnya adalah bahwa dalam penelitian ini
diharapkan:
a. Bagi Madrasah
Sebagai pengetahuan baru dan sumbangan pemikiran dalam
meningatkan program tahfidz Al-Qur’an.
b. Bagi penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan program
tahfidz Al-Quran, menambah pengetahuan penelitian untuk
menjadikan bekal penelitian selanjutnya dan sebagai persyaratan
untuk mencapai gelar sarjana.
c. Bagi masyarakat
Bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, khususnya untuk
membentuk dan menghasilkan generasi penerus yang berkarakter dan
berbudi luhur.
F. Defenisi Operasional
Untuk Menghindari kesalah pahaman akan maksud judul ini, maka penulis
akan memberikan penjelasan istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut :
Page 19
13
Pelaksanaan :Pelaksanaan sendiri adalah proses, cara, perbuatan
melaksanakan (rancangan, keputusan dan lain sebagainya).
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan
terperinci.9
Program :Rancangan mengenai azaz serta usaha yang akan
dijalankan .10
Tahfidz Al-Qur’an :Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz
dan Al-Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang
berbeda. Yaitu Tahfidz yang berarti menghafal dari kata
dasar hafal yang dari bahasa Arab Hafidza-yahfadzu
hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit
lupa.
Al-Qur’an :Kalam Allah swt yang bernilai mukjizat, yang diturukan
oleh Allah swt, kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara malaikat jibril, tertulis dalam bentuk mushaf dan
diriwayatkan kepada umat Islam secara mutawatir
(berkelanjutan sampai Rasurullah). Diawali dari surat Al-
9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), hal 627
10 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), hal 897
Page 20
14
Fatihah dan di akhiri dengan surat An-nas serta bernilai
Ibadah bagi siapa yang membacanya.11
G. Sistematika Penulis
Sistematika pembahasan skripsi adalah suatu cara yang ditempuh untuk
menyusun suatu karya tulis, sehingga masalah didalammnya menjadi jelas,
teratur, urut dan mudah dipahami. Adapun sistematikaa yang penulis gunakan
dalam pembahasan ini terdiri dari :
Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitan, penjelasan
judul dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teori, yang meliputi: pertama, tinjauan tentang program
tahfidz Al-Qur’an yang membahas tentang pengertian pelaksanaan program
tahfidz Al-Qur’an,metode tahfidz Al-Qur’an, strategi tahfidz Al-Qur’an, waktu
pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an
Bab III Metode Penelitian, yang meliputi: Jenis penelitian, lokasi
penelitian, informen penelitian, Teknik Mengumpulkan Data, teknik analisi data,
Teknik Penjamin Keabsahan Data.
Bab IV Hasil Penelitian, yaitu meliputi: Latar Belakang Sekolah dan Hasil
wawancara Penelitian.
Bab V Penutup meliputi: Kesimpulan dan Saran
11 Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al-Qur’an disertai resep menghafal Al-Qur’an dari
pakar, (Jakarta: PT Alex Media komputindo, 2015), hal 6.
Page 21
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
1. Pengertian Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelaksanaan berasal dari kata
laksana yang artinya menjalankan atau melakukan suatu kegiatan.12
Pelaksanaan
adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun
secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah diangap siap. Implementasi adalah bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersunguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 13
Pelaksanaan ini bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilakukan untuk melaksanaakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan lengkap segala kebutuhan, alat-alat yang
diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya mulai
bagaimana cara yang harus dilakukan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak
lanjut setelah program atau kebijaksaan ditetapkan yang terdiri atas
12 Tim penyusun, kamus pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hal 308.
13 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002) hal 70
Page 22
16
pengambilankeputusan, langkah yang strategi maupun operasional dan
kebijaksanaan mejadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang
ditetapkan semula.
Pengertian pelaksanaan menurut beberapa Ahli:
a. Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagi usaha-usaha yang dilakukan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat
yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.
b. Menurut Bintaro Tjokroadmudjoyo, pengertian pelaksanaan ialah sebagai
proses dalm bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna
mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu
program dan proyek
c. Menurut Siagian S.P mengemukakan bahwa pelaksanaan merupakan
keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan
sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka mau bekerja secara
ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis.
d. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia merumuskan
pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai atau tiap anggota
Page 23
17
organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang telah
direncanakan.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adaah rancangan
mengenai asa serta usaha yang akan dijalankan atau seperangkat kegiatan
kependidikan yang diatur demikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak
didik di waktu yang lebih singakat dari biasanya. Secara umum, program diartikan
sebagai rencangan kegiatan yang akan dilakukan.15
Sedangkan secara khusus
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan,
dan terjadi dalm suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Apabila “
program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program
didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.
Selain itu defenisi program juaga termuat dalam undang-undang RI
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menyatakan bahwa:
Program adalah intrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah/lembaga untuk mencapai
14 Rahrdjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Graha Ilmu:
Yokyakarta, 2011), hal 89
15 Tim penyusun, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hal 627
Page 24
18
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.
Jadi dapat kita simpulkan dari defenisi di atas, bahwa pelaksanaan
program adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan individu maupun kelompok
berbentuk pelaksanaan kegiatan yang didukung kebijaksanaan, prosedur dan
sumber daya dimaksudkan membawa hasil untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua kata tahfidz dan Al-Qur’an. Kata
tahfidz adalah bentuk dasar ghair dan mim dari kata تحفيظا –يحفظ –حفظ artinya
menghafal. Tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik
dengan membaca atau mendengarkan. Menghafal Al-Qur’an adalah proses
untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw untuk menghindari perubahan dan peniruan dan menjaga dari kelupaan
dari sebagian atau keseluruhan isi Al-Qur’an.16
Tahfizh berasal dari bahasa Arab, yang secara etimologi (tata bahasa)
artinya menjaga, memelihara atau mengahafal. Sedangkan Al-Hafizh adalah
orang yang menghafal dengan cermat. Orang yang selalu menjaga-jaga yaitu
orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Istilah Al-Hafizh ini diperlukan
untuk orang yang hafal Al-Qur’an tiga puluh Juz tanpa mengetahui isi dan
kandungan Al-Qur’an.17
Al-Hafizh disini di artikan sebagai memelihara
menjaga, penjagaan, pemeliharaan, pengingatan dan mempunyai banyak arti
16
Zulvia Trinova, Salmi Wati, The Contibution of Quranic Tahfidz to Mental Healt, (Journal:
At-Ta’lim, Volume 23, Number 3, November 2016), hal 262
17 Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar baru, 1991), hal 19.
Page 25
19
yang lain, seperti si fulan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu
(Zhahru Al-Lisan) dengan hafalan di luar kepala (Zhahru Al-Qolb). Baik kata-
kata Zhahru Al-Lisan maupun Zhahru Al-Qolb merupakan kinayah (metafora)
dari hafalan kitab, karena itu disebut Istizhahraru yang berganti menghafal dan
membacanya di luar kepala.18
Menurut etimologi Al-Hafizh lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat
Ibnu Madzur berkata yang diikuti oleh Abdurrab orang yang selalu berjaga-
jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Menghafal sesuatu yakin
mengungkapkan satu demi satu dengan tepat. Menurut terminologi Al-Hafizh
merupakan menghafal dan menghayati bentuk-bentuk visual sehingga bisa
diingat kembali tanpa kitab. Membacanya secara rutin ayat-ayat yang
dihafalkan serta mengingat kembali hafalannya. Al-Qur’an juga definisikan
sebagai Qara’at yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah
berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainya dalam satu
ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar
kata (nasdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan atan waqur’anan. Allah
menjelaskan,
“ Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan (
dalam dadamu) dan membacanya (pada lidahmu). Maka apabila kami
18 Muhammad Zen, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna
Baru, 1996), hal 37.
Page 26
20
telah menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantara janji
jibril). Maka bacalah menurut bacaanya itu,” (Al-Qiyamah:17-18)
Qur’anah di sini berarti qira’ah (membaca atau cara membacanya).
Sebutan Al-Qur’an tidak terlepas pada sebuah kitab dengan seluruh
kandunganya, tapi juga ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya, Maka jika
anda mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, Anda dibenarkan
mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.19
“ Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah
bacaanya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-
A’raf: 204)
Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an
di antara kitab-kitab Allah swt itu, karena kitab ini juga mencakup esensi dari
kitab-kitabnya, bahkan mencangkup esensi dari semua ilmu. Para ulama
menyebutkan defenisi yang khusus, berbeda dengan yang lainya bahwa Al-
Qur’an dalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
yang membacanya menjadi suatu ibadah. Maka kata “kalam” yang termasuk
dalam defenisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencangkup seluruh
jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah swt yang menjadikannya
19 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kaustsar, 2006), hal 17.
Page 27
21
kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam
manusia, jin, maupun malaikat.20
Menurut Abd al-Wahab al-kalaf, secara teminologi Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad dengan Bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai
hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk
dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun
dalam satu mushaf yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
dengan Annas yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir.21
Jadi, Tahfidz Al-Qur’an adalah suatu kegiatan pemeliharaan Al-
Qur’an yang dilakukan oleh seseorang dengan jalan menghafalnya, hingga ia
mengerti apa kandungan dari Al-Qur’an, kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
2. Metode Menghafal Al-Qur’an
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang
ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, setiap
penghafal memiliki metode tersendiri dalam menghafal. Dalam menghafal Al-
Qur’an ada beberapa metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode
apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang
20 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kaustsar, 2006), hal 18.
21 Abd al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Jakarta: Majlis al-‘Ala al-Indonesia al-
Dakwah Islamiyah,1972), hal 30.
Page 28
22
sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf sedikitpun, Proses
menghafal Al-Qur’an di lakukan melalui proses bimbingan seorang guru
tahfidz.
Hampir tidak dapat ditentukan metode yang khusus untuk menghafal
Al-Qur’an karena hal ini kembali kepada selera menghafal itu sendiri. Namun,
ada beberapa metode lazim yang dipakai oleh para penghafal Al-Qur’an, yaitu
sebagai berikut.
1. Metode Fahmul Mahfudz, artinya sebelum ayat-ayat dihafal,
penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat,
sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar
terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.
2. Metode Tikrarul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-ayat
yang sedang dihafal sehingga dapat dilakukan mengulang satu ayat
sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya
tanpa melihat mushaf. Cara ini biasanya sangat cocok bagi yang
mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran
yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras suaranya.
3. Metode kiatbul mahfudz, artinya penghafal menulis ayat-ayat yang
dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini
biasanya ayat-ayat itu tergambar dalam ingatanya.
4. Metode Isati’amul Mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan
ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat
Page 29
23
mengucapkan sendiri tanpa melihat mushaf. Nantinya hanya untuk
mengisyaratkan kalau terjadi kelupaan. Metode ini biasanaya
sangat cocok untuk tunanetra atau anak-anak. Sarana
memperdengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.22
Dalam menghafal ada beberapa metode yang sudah akrab di
kalangan pengahafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut
1. Metode Talqin (guru membaca lalu murid menirukan dan jika
salah dibenarkan)
2. Tasmi’ (murid mempedengarkan hafalnnya di depan guru),
biasanya disebut setoran hafalan.
3. Murajaah (pengulangan hafalan), teknisnya snagat banyak, bisa
dilakukan sendiri dengan merekam atau memengang Al-Qur’an di
tangannya, bisa dengan memegang Al-Qur’an di tanganya, bisa
dengan berpasangan. Ini sangat berguna untuk memperkuat
hafalan.
4. Tafsir (mengkaji tafsirannya), baik secara sendiri maupun melalui
guru. Hal ini sangat membantu menghafal atau memperkuat
hafalan, terutama bila surat atau ayat tersebut dalam bentuk kisah.
22
Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 30
Page 30
24
5. Tajwid (perbaikan bacaan dan hukumannya)23
3. Strategi Menghafal
Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan sangat mulia, karena hafidz
Qur’an adalah Ahlullah di bumi. Diperlukan do’a, kedisiplinan, dan keuletan
agar sukses dalam mengahafal Al-Qur’an. Dalam menghafal Al-Qur’an anda
di tuntut umtuk memiliki strategi yang jitu agar semua kegiatan yang menjadi
tanggung jawab anda tidak terabaikan. Berikut strateginya.
1. Usahakan pikiran dalam keadaan tenang (calm mind), dan suasana
nyaman. Karena saat pikiran kacau, sekeras apapun anda berusaha
hasilnya tidak sama jika anda berusaha saat pikiran tenang.
2. Membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal. Ini membantu
untuk lebih memudahkan dalam mengucapkan. Selain itu jika di dalam
halaman tersebut ada ayat yang mudah ataupun indah, maka anda
,merasa lebih bersemangat untuk menghafalkannya.
3. Memahami ayat yang akan dihafal. Memahami ayat dapat membantu
untuk mengurutkan ayat-ayat yang dihafal. Selain itu juga dapat
membantu agar anda bisa merenungi kandungannya.
4. Menghafal ayat satu persatu hingga dabit (hafal sekali), kemudian
menggabungkannya dengan ayat selanjutnya hingga lengkap satu
halaman. Biasanya pada keesokkan harinya mutu hafalan akan sedikit
23
Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 31
Page 31
25
menurun, tetapi dengan di muraja’ah terus menerus lam kelamaan akan
dabit.
5. Jangan lupa untuk memuraja’ah hafalan anda yang sebelumnya paling
tidak 1 pekan sekali, jika tidak bisa 2 pekan sekali. Semakin lama
rentang anda muraja’ah semakin sulit untuk mengulanginya.
Bagi para penghafal Al-Quran yang pemula, menambah hafalan
menimbulkan kesulitan tersendiri tetapi seiring dengan waktu, kesulitan ini
akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalanya
(muraja’ah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, muraja’ah juga
semakin berat.24
Untuk surah-surah yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (di
atas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surah tersebut.
Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai
dengan macet ketika memuraja’ah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini
disebabkan kita selalu menghafal/muraja’ah dari awal surah (ayat 1). Ketika
selesai menghafalkan sebuah surah, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering
dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang terakhir, sehingga otak kita
lebih hafal ayat-ayat awal surah dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surah.
Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk
mengatahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini
dikarenakan kiata menghafal secara sekuensial/berurut, sehingga satu ayat
24 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 32
Page 32
26
selalu diingat setelah ayat sebelumnya sehingga kalau ayat sebelumnya macet
maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalam hal ini tidak ada secara
lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al-Qur’an.
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surah yang panjang
dilakukan, hafalkan surah dengan cara memotongnya mnjadi 10 ayat 10 ayat.
Dalam setiap 10 ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat. Misalnya kita
menghafal surah an-Naba’ yang di dalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah
sebagai berikut.
1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5
2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah
ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama
sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan dan sesuai dengan ayat
yang sedang dihafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat ke 2
gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari
manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-mengerakan
jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan.
Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat
ayat 6 sampai dengan ayat 10.
4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil
menggerak-gerakkan jari sesuai dengan dengan nomor ayat yang
dilafazkan, lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat1 samapai 10.
Page 33
27
5. Lakukan langkah di atas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surah
tersebut. Ulang-ulang sampai lancar.
Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompok menjadi
10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila surahnya berayat panjang-
panjang seperti al-baqarah, Ali’Imran, An Nisa’ dll, maka pecah 10 ayat
menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah sebagai
berikut.
1. Ketika muraja’ah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat
(ayat 1) sehingga untuk surat yang panjang muraja’ah dapat
dilakukan sepotong-potong di dalam salat kita. Misalnya utuk
setiap rakaat salat kita membaca 10 ayat. Maka ketika Subuh kita
sudah dapat muraja’ah sampai 40 ayat (sunah Subuh 2 rakaat dan
Subuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk Surah an-Naba’ yang 40
ayat atau untuk surah yang panjang seperti Al-Baqarah, bila
dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat
Isya kita harus muraja’ah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat-
shalat sunah Rawatib maka kita bisa muraja’ah 200 ayat dalam
sehari. Dan bila ditambahkan dengan Shalat Duha dan Tahajjud
kita bila menyelesaikan 286 ayat Al-Baqarah dalam shalat yang
dilakukan sehari semalam.
Page 34
28
2. Kita tidak merasa susah muraja’ah karena seakan-akan kita sedang
menghafal surah-surah yang pendek saja. Secara psikologi kita
merasa lebih ringan menghafalnya.
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surah. Bukan hanya
ayat-ayat awal surah saja. Ketika memuraja’ah surah-surah yang
panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal seperti tamu
datang, telepon berdering, anak menangis, masakan gosong, dan
lain sebagainya, kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutkan
setelah kondisi eksternal tertangani, tanpa harus mengulang dari
awal surah. Dengan metode menghafal konvensional maka kita
harus selalu mengulangi mulai dari awal surah lagi. Kondisi-
kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan
menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomor ayat tanpa kita sadari. Inilah adalah bonus yang
sangat bermanfaat untuk kita.
5. Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet satu ayat biasanya akan
berhenti memuraja’ah surah tersebut karena ayat-ayat yang
selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet (lupa). Tetapi
dengan sistem potong surah ini kita masih tetap dapat terus
memuraja’ah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Karena dalam
menghafal sistem ini setiap ayat indenpenden terletak dalam
memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat
Page 35
29
yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal kovensional tapi
juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar
dengan mengerak-gerakakan jari tangan ketika menghafal).ketika
memori yang terkait dengan ayat yang sebelum terlupakan maka
ada pengait yang lain yaitu nomor surah percaya atau tidak? Anda
tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metode ini tak sulit membaca baris-baris di atas. Bila anda
melakukan ini adalah hal yang sangat simple. Metode ini menjadikan kita
santai dan tidak stress dalam memuraja’ah. Karena kita mempunyai petunjuk
(milestonis) dalam surah-surah hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 12, 41 dan
seterusnya. Kita akan memuraja’ah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja.
Cobalah anda praktikan dan anda akan terkejut dengan hasilnya. Menurut
bagian penghafal, ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam
menghafal Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut adalah:
1. Memilih waktu dan tempat yang tepat dan kondusif
2. Mendahulukan bacaan yang benar (tajwid) atas hafalan.
3. Menggunakan satu jenis mushaf saja, tidak berganti-ganti
4. Melakukan pengulangan yang rutin, waulaupun sedikit dari pada
borongan
Berikut ini dua belas teknik dalam menghafal Al-Qur’an yaitu:
1. Niat ikhlas
Page 36
30
2. Memilih waktu dan tempat yang kondusif
3. Gunakanlah satu mushaf
4. Pelajarilah tahsin sebelum menghafal
5. Menghafal Al-Qur’an dengan teratur
6. Memperhatikan tulisan ayat saat menghafal
7. Merasa keagungan Al-Qur’an
8. Teliti ayat mutasyabihat
9. Mencari ustadz
10. Tumbuhkan motivasi dan disiplin
11. Mengamalkan Al-Qur’an
12. Berdo’a kepada Allah swt25
Sesuatu yang berhak dihafal adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an
adalah Firman Allah, pedoman hidup umat islam, sumber dari segala hukum,
dan bacaan yang Paling sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh karenanya,
seseorang penutu ilmu hendaknya meletakan hafalan Al-Qur’an sebagai
prioritas utamanya. Dibawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal
Al-Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagi berikut:
25
Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 38
Page 37
31
1. Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al-Quran hendaknya
mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat yang
ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari
rasaa malas dan bosan.
2. Hendaknya setelah itu, ia melakukan shalat hajat dengan memohon
kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al-Qur’an. Waktu
shalat hajat ini tidak ditentukan dan do’anya apapun diserahkan
masing-masing pribadi.
3. Memperbanyak do’an untuk menghafal Al-Qur’an.
4. Menentukan salah satu metode untk menghafak Al-Qur’an.
Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk
menghafal Al-Qur’an, masing-masing orang akan mengambil metode
sesuai dengan dirinya.
5. Memperbaiki bacaaan. Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita
memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan tajwid.
6. Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada kita
setor kan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan salah
7. Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah adalah
memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al-Qur’an
murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalau bisa tidak
Page 38
32
hanya mendengar sambil mengerjakan perkerjaan lain, akan tetapi
mendengar dengan dan secara teratur.
8. Untuk menguatkan hafalan, hedaknya kita mengulangi halaman yang
sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa
hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam
tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan
tersebut.
9. Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh
panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya
sekedar mata saja, akan tetapi dibarengi dengan bacaannya dengan
mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam
buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang.
10. Menghafal kepada guru. Menghafal Al-Quran kepada seorang guru
yang ahli dan mapan dalam Al-Qur’an adalah sangat diperlukan agar
seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar.
11. Mengunakan satu jenis mushaf Al-Qur’an dan jangan sekali-kali
pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya.
12. Pililah waktu yang tepat untuk mengahafal, dan ini tergantung kepada
pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bersabada:
“sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri
dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan
Page 39
33
agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira,
serta gunakan waktu pagi, siang dan malam (untuk mengerjakan)”
(HR.Bukhari)
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi, siang dan malam,
artinya kiat bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal
Al-Qur’an. Sebagai contoh di pagi hari, sehabis shalat subuh sampai
terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal atau untuk
mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis shalat dzuhur,
waktu sore habis shalat isya atau ketika melakukan shalat tahajut dan
seterusnya.
13. Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan
hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan shalat-shalat sunnah,
baik di mesjid maupun dirumah. Hal ini dikarenakan waktu shalat,
seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah
yang membantu kita dalam mengulangi hafalan.
14. Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan
ayat-ayat yang serupa (mutasyabih). Biasanya seseorang yang tidak
memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih), hafalannya akan
tumpang tindih antara satu dengan lainnya.
15. Setelah hafal Al-Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak
dari teman-teman yang sudah menamatkan Al-Qur’an di salah satu
pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih
tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia
Page 40
34
tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalanya kembali,
sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di
pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal
lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk
mengembalikan hafalanya lagi.26
4. Waktu pelaksanaan
Telah di sebutkan beberapa kali di atas waktu menghafal sangat
menentukan dalam proses penghafalan. Jika kita mampu menggunakan waktu
yang tepat, niscaya kita akan cepat hafal dan hafalan kita melekat, berikut ini
waktu yang baik untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-Qur’an
1. Ba’da subuh hingga pukul 06.30 karena pada saat itu rasa kantuk
sudah hilang dan pikiran masih segar
2. Waktu istirahat sekolah. Pada waktu ini pikiran juga masih segar
3. Ba’da zuhur
4. Ba’da asar
5. Ba’da magrib
6. Ba’da isya
26 Abu Abdur Rahman Al-Baz Taufiq, Ashal Nigham Li Hifdhi Al-Qur’an, (Kairo, Muktabah
Al-Islamiyah. 2002), cet ke tiga, hal 13
Page 41
35
7. Tengah malam ( diatas pukul 10 malam) bertempat di mesjid. Pada
saat ini, suasana sudah tenang
8. Sebelum subuh
Bagi yang memiliki niat untuk menjadi hafidz paling tidak anda
meluangkan waktu kurang lebih 4 jam untuk ndrees ( membaca Al-Qur’an). Jadi
waktu-waktu di atas bukanlah patokan baku dalam menghafal. Dalam menghafal
di perlukan do’a, kedisiplinan, dan keuletan agar sukses dalam menghafal Al-
Qur’an. Kedisiplinan itu dapat kita wujudkan dalam bentuk jadwal yang harus kita
jalani dan target yang harus kita capai dalam kurun waktu tertentu, selain itu
target dapat juga memicu motivasi dalam menghafal Al-Qur’an.27
5. Evaluasi Program tahfidz Al-Qur’an
Evaluasi program adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan suatu
program atau kegiatan pendidikan termasuk di antaranya tentang kurukulum,
sumber daya manusia, penyelengarakan program, proyek penelitian dalam suatu
lembaga. Evaluasi sangat penting dilaksanaankan pada setiap program pendidikan
agar bisa dijadikan tolak ukur untuk dan pertimbangan pengambilan keputusan
terkait dengan program. Selain itu evaluasi juga penting dilaksanaakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu program yang
telah dilaksanaakan.
27 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 40
Page 42
36
Dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an perlu diadakan perbaikan
demi perbaikan. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk
mengukur keberhasilan program pendidikan. Program adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan
program selalu terjadi didalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan
sekelompok orang. Tahfidz Qur’an yaitu menghafal Al-Qur’an berasal dari kata
“hafal” yang berarti dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku
ataupun catatan lain) jadi menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam
pikiran agar senantiasa di hafal.28
Dalam evaluasi pembelajaran tahfidz kita perlu:
1. Memelihara hafalan terbagi atas memelihara hafalan yang belum khatam
dan memelihara hafalan yang sudah khatam.
2. Beberapa upaya dalam melestarikan hafalan. Beberapa upaya melestarikan
hafalan Al-Qur’an yang dicontohkan Rasurullah, para sahabat, dan
beberpa ulam’muta’akhirin
3. Kaidah melakukan muraja’ah, kaidah dalam melakukan muraja’ah bagi
yang belum khatam
a. Apabila hafalan berkisar 1 sampai 10 juz, maka harus melakukan
murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu seminggu.
28 Silvia Ulfah, Santi Lisnawati, Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran, (Jurnal: Ilmiah
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol 1, No 2 (2017), hal 74
Page 43
37
b. Apabila hafalan berkisar antara 10 sampai 15 juz, maka harus
melakukan murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu dua
minggu.
c. Apabila hafalan berkisar antara 15 sampai 20 juz, maka harus
melakukan murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu tiga
minggu.
d. Apabila hafalan berkisar antara 20 sampai 30 juz, maka harus
melakukan murajaah terhadap semua yang dihafal dalam waktu
sebulan.29
Jadi evaluasi program tahfidz Al-Qur’an adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari kegiatan
menghafal Al-Qur’an.
B. Pembelajaran secara Daring
Pandemik virus corona yang lebih familiar disebut COVID-19 (corona
virus disease 2019) berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Hal
tersebut salah satunya ditindak lanjuti oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaaan
Republik Indonesia melalui surat edaran no 4 tahun 2020 yang isinya agar
pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dari rumah atau yang sering
disebut pembelajaran jarak jauh/daring, guna memutus mata rantai penyebaran
virus corona (Nasional, 200). Kondisi tersebut sangat diuntungkan dengan Era 4.0
29 Iqlima Zahari, Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Pesantren Nurul Huda Mergosono
Malang,(TA’ALLUM: Jurnal Pendidikan Islam Volume 05, Nomor 01, Juni 2017), Hal 59
Page 44
38
yang telah mendekatkan masyarakat dengan teknologi digital. Sehingga dapat
memudahkan fase tranformasi dari konvensional menjadi daring. Hal ini
diperkuatkan oleh penelitian bahwa pemanfaatan internet dan teknologi multi
media dapat memudahkan merombak metode transfer pengetahuan dan dapat
menjadi alternative pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.
Sehingga dapat dikatakan bahwa cara atau bentuk pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi digital adalah pembelajaran daring yang merupakan
solusi pada kondisi pandemk covid-19 menurut moore, Dickson-deane and galyen
bahwa pembelajaran daring memiliki kekuatan, tanangan dan hambatan
tersendiri.30
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang mengunakan jaringan
internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk
memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa tetap membawa dampak positif maupun negatif. Pembelajaran
daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan antara guru dan murid
untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet31
Pembelajaran daring juga memiliki kelebihan mampu menumbuhkan kemandirian
belajar (self requlated learning). Pengunaan aplikasi online mampu meningkatkan
kemandiri belajar. Pembelajaran daring di sini lebih berpusat pada siswa yang
menyebabkan mereka mampu memunculkan tnggung jawab otonomi dalam
30 Sri Gusty dkk, Belajar Mandiri:Pembekajaran Daring di tengah Pandemik Covid-19, (PT:
Yayasan Kita Menulis, 2020), hal 2
31Sri Gusty dkk, Belajar Mandiri:Pembekajaran Daring di tengah Pandemik Covid-19, (PT:
Yayasan Kita Menulis, 2020), hal 2
Page 45
39
belajar (learning autounomy). Belajar secara daring dapat meningkatkan minat
siswa.32
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Novitri (Skripsi IAIN Bukittinggi
2017) pada Mahasiswa IAIN Bukittinggi dengan judul “Pelaksanaan Program
tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukitinggi”.
Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diketahui tujuan pelaksanaan program tahfidz adalah untuk melahirkan para
hafizh dan hafizah di pondok pesantren madinatul munawarah bukittinggi, waktu
pelaksanaan disediakan selama diluar pembelajaran, yakni setiap pagi jam 07.00-
07-30, setiap hari selasa, rabu dan kamis. Kemudian setelah shalat juma’at sampai
menjelang asar dan tiap dua kali sekali pada malam hari mulai jam 19.00-20-30,
materi program tahfidz yaitu satu juz dalam satu tahun, atau 3 ayat tiap harinya,
dalam menghafal tidak di tentukan metode khusus dalam menghafal dan
diserahkan kepada santri sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing,
sarana dan prasarana disediakan oleh pihak pondok berupa mushola dan Al-
Qur’an dan untuk evaluasinya dilakukan ustad pembina ketika setoran hafalan
dilaksanakan dan setiap akhir semester dengan cara menyetor hafalan secara
keseluruhan kepada ustad atau ustadzah Pembina tahfidz. Hal ini dijadikan bukti
bahwa program tahfidz Al-Qur’an di pondok pesantren madinatul munawarah
32
Ali Sadikin, Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19, (BIODIK: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi Vol. 06, No. 02 2020), Hal 219
Page 46
40
bukittinggi sudah berjalan sesui dengan ketentuan. Meskipun pelaksanaan sudah
berjalan namun masih belum dapat mencapai tujuan secara utuh. Adapun
kendalanya yaitu kurangnya manajemen waktu selama kegiatan, kemudian
kurangnya pengunaan metode selama pelaksanaan program tahfidz selain itu juga
kekurangan dalam evaluasi kegiatan karena evaluasi kegiatan dilakukan hanya
sekali setahun hal ini menyebabkan ayat-ayat yang pernah dihafal santri hilang
begitu saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz (Skripsi UIN Raden
Fatah, 2017) pada mahasiswa Palembang, dengan judul skripsi “Pelaksanaan
Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Ar-Rasyidh 13 Ulu Palembang”
Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan
Program Tahfidz di Pondok Presantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang telah
berjalan dengan cukup baik, bisa dilihat dari proses hafalan, materi hafalan pada
fase atau kelas, metode yang digunakan, fasilitas yang ada, dan sistem evaluasi
yang telah direncanakan dengan baik. Akan tetapi, pada proses muraja’ah harus
diwajibkan untuk seluruh santri tahfidz dan menambhakan pembimbing dalam
pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an.33
Faktor pendukung pendukung meliputi fisik dan psikis yang baik,
dukungan penuh dari pesantren, reward atau piagam, dan fasilitas seperti di
sediakannya kartu menghafal dan ruangan khusus bagi santri tahfidz Al-Qur’an.
33 Rahmi Novitri, Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah
Bukittinggi, (Skripsi), IAIN BUKITTINGGI, (Bukittinggi, 2017)
Page 47
41
Factor penghambat meliputi santri yang merasa malas serta waktu yang cukup
sedikit atau kurang bisa mengelola waktu dikarenakan padanya kegiatan santri di
sekolah umum (Umumiyah), sekolah agama (Diniyah), dan kegiatan-kegiatan
yang ada di asrama di Pondok Pesantren Ar-Riyadhh 13 Ulu Palembang.34
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Abdul Aziz (Skripsi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) dengan Judul “
Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an bagi siswa SD Islam As-Salam Malang”
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa program tahfidz Al-
Qur’an SD slam As-Salam Malang mempunyai misi “mencetak siswa/siswi
generasi Al-Qur’an malang yang memiliki kompetensi hafalan 3-4 juz dengan
fasih dan lancar”. Untuk merealisasikan visi, pihak sekolah SD Islam As-Salam
Malang membentuk pelaksanaan program dan menunjukan salah satu guru
sebagai koordinator program tahfidz Al-Qur’an. Model pelaksanan siswa
dikelompokan berdasarkan pencapaian masing-masing dan total ada 17 kelompok
serta waktu kegiatan adalah hari senin hingga sabtu puku 07.00-07.30. Metode
yang digunakan adalah sama’i dan wahdah. Evalusi dilaksanakan setiap dua bulan
dan setiap semester dengan aspek penilaian adalah kelancaran. Fashohah, tajwid
dan sikap serta hasil yang baik. Kedua faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu
pendukung dan penghambat. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan program
34 Muhammad Hafidz, Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok, (skripsi), UIN
Raden Fatah, (Palembang, 2017).
Page 48
42
tahfidz meliputi visi misi program tahfidz Al-Qur’an, guru, dukungan dari orang
tua, program Ummi, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan program tahfidz
Al-Qur’an meliputi tingkat kecerdasan dan kerja sama dengan orang tua.35
D. Kerangka berfikir
Kerangka pemikiran ini dilihat dari latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini digambarkan bagaimana pelaksanaan
program tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Islah Bukittinggi untuk lebih
jelasnya akan dikemukakan kerangka fikir dalam penelitian yang digambarkan
seperti yang dibawah.
35
Muhammad Abdul Aziz, Pelaksanaan Pogram Tahfidz Al-Qur’an bagi siswa SD Islam As-
Salam Malang, (Skripsi), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, (Malang,
2016)
Page 49
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelian ini menggunakan penelitian lapangan (filed research) bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu mengambarkan kejadian-kejadian yang terjadi
dilapangan sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh atau penelitan
berusaha mengumpulkan data-data, menyajikan data, menganalisis data dan
mengambarkan pemecahan masalah yang ada.36
Penelitian kualitatif menurut
Bogdan dan taylor dalam buku morgono menyatakan bahwa penelitian kualitatif
merupakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.37
Metode penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-
ilmu social yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan
maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha
menghitung atau mengkuantitatifkan data kualitatif yang telah di peroleh dan
dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. Seperti yang akan dibahas
panjang lebar, akan tetapi data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia.38
36 Lexy J, Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),
hal 3.
37 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2007), hal 36
38Afrizal, Metode Penelitian Kuallitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam berbagai Disiplin Ilmu, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet ke-1.
Page 50
44
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian deskriptif kulitatif
adalah penelitian yang datanya berupa perkataan dan perbuatan manusia dan
kemudian nantinya hal tersebut akan dianalisis oleh penulis untuk menjadi sebuah
hasil penelitian.
Dalam penelitian ini penulis akan mengambarkan bagaimana pelaksanaan
program tahfidz Al-Qur’an secara daring pada masak covid-19 di SMA Islam Al-
Ishlah Bukittinggi dan penulis terlibat langsung dengan penelitian ini dari awal
hingga akhir.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi, penelitian
ini dilaksanakan dengan melihat langsung ke lokasi untuk mendapatkan data-data
penelitian. Untuk itu penulis untuk mengetahui bahwa di SMA Al-Ishlah
Bukittinggi ini di laksanakan program tahfidz Al-Qur’an oleh karena itu penulis
ingin mengetahui pelaksanaannya.
C. Informan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat
strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variable yng peneliti
aka diamati. Pada penelitian kualitatif, subjek penelitian disebut dengan istilah
informan,yaitu orang memberikan informasi tentang data yang di inginkan
peneliti berkait dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah informan yang dapat memberikan informasi tentang
kondisi yang akan diteliti.
Page 51
45
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan kunci adalah informan yang merupakan
data inti. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah guru
tahfizh dan siswa.
2. Informan pendukung adalah informan tambahan, informan pendukung
ada setelah adanya informan kunci. Yang menjadi informan
pendukung dalam penelitian ini adalah ustad dan ustazah bidang studi
lainya.
D. Teknik Mengumpulkan Data
Untuk mencari dan mengumpulkan data penulis melakukan beberapa
teknik yaitu:
1. Wawancara adalah teknik mengumpulkan data yang mana peneliti
mengumpulkan data dengan cara melakukan Tanya jawab secara lisan
dengan informan penelitian.39
Wawancara dilakukan untuk
mendukung data yang diperoleh melalui observasi, jadi wawancara
ditunjukan pada Pembina program tahfizh Al-Qur’an, ustad dan
ustazah bidang studi dan seluruh siswa. Petanyaan diajukan dalam
39 Rahmahidayati Sari, Metodelogi Penelitan, (Bukittinggi: Suci Percetakan & Photocopy,
2018), hal 31.
Page 52
46
wawancara itu sudah disiapkan dan sudah dilengkapi dengan
instrumennya.
Sedangkan wawancara yang penulis maksud disini adalah
penulis mengadakan komunikasi secara langsung dengan ustad dan
ustazah dan siswa. Teknik wawancara yang penulis lakukan adalah
wawancara terbuka yaitu wawancara yang mengunakan seperangkat
peralatan dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara berfungsi
sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah.
2. Observasi merupakan suatu kegiatan yang meliputi pencatatan secara
sistematik kejadian-kejadian, prilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-
hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan.40
Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan langsung
terhadap kegiatan tahfizh Al-Quran, mulai dari persiapan sebelum
kegiatan tahfizh dimulai, proses penghafal, dan proses penyetoran hasil
hafalan. Disini penulis melihat atau mengamati tentang bagaimana
pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah
Bukittinggi.
3. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan
tenik dokumentasi. Pada teknik ini peneliti dimungkinkan memperoleh
informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang
40 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Penertbit
Graha Ilmu, 2006), hal 224.
Page 53
47
ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal
atau melakukan kegiatan sehari-harinya.41
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dari awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan dengan menggunakan proses berfikir
induktif, dalam artian data kualitatif bertitik tolak dari data yang berkumpul
melalui wawancara dan obserasi kemudian dikumpulkan untuk diolah secara
sistematis.42
Langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan [erhatian
pada penyerderhanaan, pengabstrakan transformasi data asar yang
muncul dari catatan tulisan lapangan (fiel not) dimana reduksi data
berlangsung secara terus menerus selama penelitian yang berorientasi
kualitatif berlangsung.43
Data yang telah terkumpul dari lokasi
penelitian kemudian dilakukan proses pengeditan, dirangkum,
disederhanaan dan dipilih yang menjadi pokok sesui dengan
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an
2. Display Data atau Penyajian Data
41 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Karya Praktisnya,
(Yogyakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 81.
42Mattew B. Milles, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitataif, Terjemahan Rohendi
Rohadi, (Universitas Indonesia), hal 16.
43Anis Fuad, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 63.
Page 54
48
Display data atau penyajian data dimaksudkan agar dapat
mempermudah penelitian untuk dapat melihat secara keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari data penelitian.
3. Verifikasi Data atau Penarikan Kesimpulan
Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus
menerus sepanjang proses penelitian dilakukan sampai mendapat data
jenuh, sehingga dapat diambil kesimpulan akhir yang didukung oleh
bukti-bukti valid dan konsisten.
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Untuk melihat keabsahan data kulitatif dapat dilakukan dengan teknik
triangulasi data. Triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
Triangulasi sumber data adalah mengenali kebenaran informasi tertentu melalui
berbagai kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber yang
perolehan data. Misalnya selain melaui wawancara dan observasi, peneliti bisa
mengunakan observasi terlibat, dokumentasi tertulis, arsip, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu akan
menghasilakn bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang ditelilti.
Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran yang handal.
Page 55
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Sekolah.
1. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dalam Ketentuan Umum Pasal 1 dijelaskan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sera
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Di zaman sekarang pendidikan adalah faktor utama yang
menentukan eksksistensi seseorang di tengah lingkungan masyarakat. Di era
globalisasi keberadaan seseorang dipengaruhi oleh daya saing dan kualitas
pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada nilai-nilai agama
Islam. Untuk itu program pendidikan harus didukung dan dirancang
berdasarkan tuntunan Islam dan penerapan iptek yang up date dan
berkelanjutan.
Untuk mewujudkan hal di atas Yayasan Pendidikan Islam Al Ishlah
mendambakan sekolah baru untuk tingkatan SLTA dengan berusaha
Page 56
50
mengemas dan menyajikan pendidikan umum berbasis agama Islam dan
didukung perkembangan iptek.
Hal lain yang melatarbelakangi pendirian SLTA ini adalah
keinginan orang tua wali murid siswa SMP Islam Al Ishlah serta masyarakat
sekitar untuk melanjutkan dan meningkatkan hafalan ayat Al Quran (tahfizh)
anak-anak mereka yang sudah dilaksanakan di SMP Islam Al Ishlah. Hal ini
sangat mendukung terhadap program yang dirancang di SMA Islam Al
Ishlah, lulusan SMA Islam Al Ishlah nantinya diharapkan mampu
menamatkan hafalan ayat Al Quran mereka sampai tujuh juz. karena selama
di SMP Islam Al Ishlah mereka sudah dilatih untuk menamatkan 4,5 juz.
Harapan besar lainnya dari orang tua atau masyarakat sekitar adalah
program pelaksanaan Ibadah (shalat dhuha, shalat zuhur dan shalat asyar
berjamaah) serta aplikasi kegiatan ibadah lainnya tidak terputus begitu saja
setelah menamatkan pembelajaran dari SMA Islam Al Ishlah. Mudah -
mudahan anak shaleh yang berakhlakul karimah yang cerdas religi, cerdas
emosi, dan cerdas intelegensi bisa diwujudkan.
Disamping itu sebagai sebuah lembaga pendikan Islam, YPI Al
Ishlah juga merasa bertanggung jawab untuk meminimalisir degradasi
moral generasi muda Islam dengan berusaha menanamkan dan membiasakan
aplikasi nilai-nilai aqidah Islam dalam kehidupan sehari-hari khususnya
generasi muda melalui lembaga SMA Islam.
Page 57
51
2. Tujuan
Secara garis besar tujuan utama pendirian SMA Islam Al Ishlah ini
adalah:
1. Mewujudkan tamatan yang hafizh Alquran minimal tujuh juz .
2. Memberikan dan mengembangkan ajaran Syariat Islam berdasarkan
Al Quran dan sunnah Rasul
3. Membangun dan mengembangkan lembaga pendidikan yang
bercirikan Islam yang unggul dan bermartabat, amanah, jujur, adil
dan tegas sehingga bisa menjadi lembaga pendidikan teladan yang
baik.
4. Menyeimbangkan pengetahuan dan pengembangan dibidang imtaq
dan iptek.
3. Visi dan Misi SMA Islam Al Ishlah
a. Visi
Mewujudkan insan Islami berakhlakul karimah berkompetitif global
b. Misi
1. Melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengembangkan pendidikan yang bertumpu pada nilai dasar
imtaq dan perkembagan iptek
3. Melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran PAIKEM (
praktis, aktif, inovatif, krfeatif, efektif, mandiri ) untuk
mengembangkan potensi peserta didik
4. Menumbuhkan semangat berprestasi pada seluruh warga sekolah
Page 58
52
4. Input
Input siswa SMA Islam Al Ishlah yang diharapkan adalah siswa SMP
Islam Al Ishlah dan siswa SMP/Mts Negeri dan Swasta yang ada di Kota
Bukittinggi, Agam dan sekitarnya atau daerah lain yang sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan
5. Profil Sekolah
1) Profil SMA Islam Al Ishlah
Dengan harapan untuk mewujudkan lulusan yang mampu
menamatkan sampai tujuh juz dan mampu mewujudkan generasi
muda yang berakhlakul karimah SMA Islam Al Ishlah berusaha
mengembangkan pendidikan berbasis imtaq dan iptek dengan
berpedoman kepada delapan Standar Nasional Pendidikan (8 SNP).
Data Sekolah :
NPSN : 69978819
Alamat : Jl. Mr Assaat No. 52 B Banto Darano
Kelurahan : Campago Guguak Bulek
Kecamatan : Mandiangin Koto Selayan
Kota : Bukittinggi
Provinsi : Sumatera Barat
Telepon : 0752-625501
Kepala Sekolah : Refliza, S.Ag
Tahun Berdiri : 2018
Luas Tanah : 5.302 m
Luas Bangunan : 1500 m
Kepemilikan : Yayasan
Page 59
53
2) Tujuan SMA Islam AL Ishlah
a) Tujuan jangka pendek (1tahun)
1. Melengkapi dokumen kurikulum 2017-2018
2. Memadukan pelaksanaan kurikulum Nasional dan kurikulum
progsus
3. Melaksanakan PBM yang berbasis imtaq dan iptek
4. Melengkapi sarana prasarana penunjang administrasi sekolah
dan PBM pendidikan seperti ruang kelas, ruang labor, ruang
olahraga dan lain-lain
5. Menanamkan dan melaksanakan nilai ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari
6. Menanamkan dan membiasakan aplikasi nilai-nilai karakter
bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Menanamkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa mereka
mampu bersaing secara sehat.
b) Jangka menengah (4 tahun)
1. Mewujudkan pelaksanaan visi misi secara terpadu dan
kontinu
2. Melaksanakan PBM yang berpedoman pada eksplorasi
kompetensi kognitif siswa melalui pendekatan yang
Discovery Learning dan Inkuiri Learning
3. Melaksanakan pengembangan komptetensi siswa (OSN,
O2SN, FL2SN) dan bidang lainnya.
Page 60
54
4. Mengembangkan kegiatan ekskul yang bermanfaat bagi
perkembangan
kecerdasan religi, kecerdasan emosional dan kecerdasan
sosial siswa.
5. Menamatkan siswa dengan nilai mata pelajaran minimal 6.00
dengan nilai rata-rata 6.5.
6. Menamatkan siswa yang hafiz Al Quran khusus dari SMP
Islam Al Ishlah minimal tujuh juz dan dan dari SMP/MTs
lainnya 3.5 Juz dan diterima di perguruan tinggi yang ada di
Indonesia melalui jalur tahfizh.
7. Melengkapi sarana administrasi yang belum memenuhi
standar minimal Nasional Pendidikan.
8. Menjadikan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang
memberikan rasa nyaman kepada semua warga sekolah.
c. Jangka Panjang (> 8 tahun)
1. Melaksanakan PBM berbasis ICT
2. Mampu menamatkan siswa yang diterima di perguruan tinggi
favorit melalui jalur tahfizh,
3. Mampu berprestasi untuk tingkat kota, provinsi, dan nasional.
4. Pengelolaan manajemen sistematika informasi berbasis ICT
5. Terpenuhinya sarana prasarana yang menunjang dalam PBM
Page 61
55
3) Kurikulum
Dalam pelaksanaan Proses belajar SMA Islam YPI AI Ishlah
menggunakan K13 karena tenaga pengajar di SMA Islam Al Ishlah
adalah guru-guru SMP Islam Al Ishlah yang sudah mengikuti
pelatihan K13 didukung dengan input yang juga sudah mengikuti
K13 dalam proses belajar mengajar.
4) Sarana dan Prasarana
Dalam penunjang kegiatan belajar mengajar SMA Islam AL-Ishlah
Bukittinggi Berdiri di atas tanah seluas 926 M2 SMA Islam Al Ishlah
memiliki sarana dan prasarana penunjang pendidikan berupa:
1. Gedung
Gedung di SMA Islam Al-Islah BUKITTINGGI
No Ruang Jumlah Kondisi
1 Ruang kepala sekolah 1 Baik
2. Ruang tata usaha 1 Baik
3. Ruang kelas 4 Baik
4. Ruang labor IPA 1 Baik
5. Ruang perpustakaan 1 Baik
6. Ruang BK 1 Baik
7. Ruang ibadah 1 Baik
8. Kantin 1 Baik
9. Sarana olah raga 1 Baik
Page 62
56
5) Struktur Organisasi SMA Islam Al Ishlah
N
o
Nama Jabatan
Keterang
an
1 H. Surya Sofyan Ketua YPI Al Ishlah
2 H. Sumaryono Pembina YPI Al Ishlah
3 Hj. Zulhelmi, SE.MM Pembina YPI Al Ishlah
4 Refliza, S.Ag Kepala Sekolah
5 Mira Rahmi Wati, S.Pd Wakil Kepala Sekolah
6 Teta Andini, S.Pd Wakil Kepala Sekolah
7 Zainal Arifin, S.Pd Kepala Tata Usaha
8 Yuliana Tata Usaha
6) Tenaga Pendidik SMA Al Ishlah
1. Program Umum
N
o Nama guru
Kualifikasi
Jurusan
Mata
Pelajaran
Telah
mengikuti
pelatihan K13
1. Teta Andini,
S.Pd
S1 B.
Indonseia
B.
Indonesia
Belum Pelatihan
2.
Arif
Budiman,
S.Pd
SI Pend.
Sejarah Sejarah
Belum Pelatihan
3. Malfiyolla,
S.Pd S1 Geografi Geografi
Sudah Pelatihan
4.
Fitri
Martius,
S.Pd
S1 B.
Inggris B. Inggris
Sudah Pelatihan
5. Gusriandi,
S.Pd
S1 Seni
Budaya
Seni
Budaya
Belum Pelatihan
Page 63
57
6. Dian Eka
Putra, S.Pd S1 PJOK PJOK
Sudah Pelatihan
7. Zulfikar,
S.Pd, Gr S1 Ekononi Ekonomi
Sudah Pelatihan
8. Zulfikar,
S.Pd, Gr S1 Ekononi PKWU
Sudah Pelatihan
9. Riri Putri
Yanni, S,Pd
S1
Matematika
Matematik
a
Belum Pelatihan
10
Dian
Lestari,
S.Pd, M.Pd
S1 Fisika Fisika
Sudah Pelatihan
11 Rita Sari,
S.Pd S1 Sosiologi PKn
Belum Pelatihan
12 Rita Sari,
S.Pd SI Sosiologi Sosiologi
Belum Pelatihan
13
Geni
Yolanda,
S.Pd
S1 Kimia Kimia
Sudah Pelatihan
14 Meri
Susana, S.Pd S1 Biologi Biologi
Sudah Pelatihan
2. Program Khusus
No Nama guru Kualifikasi
Jurusan
Mata
Pelajar
an
Telah
mengikuti
pelatihan
K13
1 Zatul Fadhilah,
S.PdI
S1 Ped.
Agama Islam Tahfidz
Sudah
Pelatihan
2 Nia Mahesa
Agustia, S.PdI
S1 Ped.
Agama Islam Agama
Belum
Pelatihan
3 Ihsan Junaidi,
S.Pd
S1 Pend.
Bahasa Arab
Bahasa
Arab
Sudah
Pelatihan
7) Peserta didik untuk Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas X : Putra : 11 orang
Page 64
58
Putri : 14 orang
Kelas XI : Putra : 5 Orang
Putri : 14 orang
8) Prestasi peserta didik
No Tahun Presta
si
Jenis
Kegiatan
Nama Tingkat Ket
1 2018 Juara I MTQ Putri Sri Rahmi
Maulidya
Provinsi
Sumbar
Piala
2 2018 Juara
III
MTQ Putri Sri Rahmi
Maulidya
Provinsi
Sumbar
Piala
3 2018 Juara I MTQ Putri Sri Rahmi
Maulidya
Provinsi
Sumbar
Piala
4 2018 Juara I Musabaqah
Hizfil Quran
Sri Rahmi
Maulidya
Provinsi
Sumbar
Piala
5 2019 Juara II Lomba O2SN
Cabang Bulu
Tangkis
Alfahriza
Luthfi Amri
Kota
Bukittinggi
Piagam
6 2019 Juara I MTQ Putri Sri Rahmi
Maulidya
Provinsi
Sumbar
Piala
9) Sumber Dana
Untuk mendukung biaya operasional SMA Islam Al Ishlah
semua anggaran dibebankan kepada anggaran Yayasan Pendidikan
Islam Al Ishlah Bukittinggi dan bantuan dari donatur.
6. Penutup
Untuk mewujudkan keinginan orang tua dan masyarakat serta
tanggung jawab Yayasan Pendidikan Islam Al Ishlah Bukittinggi terhadap
perwujudan generasi muda yang berakhlakul karimah melalalui lembaga
pendidikan, maka dipandang perlu untuk mendirikan jenjang pendidikan
Page 65
59
SMA Islam Al Ishlah. Masa yang akan datang dengan bantuan moril dan
materil dari pihak terkait, seiring berjalannya waktu SMA Islam Al Ishlah
berusaha untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Kami sadar sebagai sekolah baru tentu kami sangat membutuhkan
dukungan dari pihak-pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Barat, Yayasan Pendidikan Islam Al Ishlah, dan masyarakat
sekitar.
Dukungan tersebut akan memberikan banyak manfaat yang cukup
signifikan demi kelanjutan SMA Islam YPI ini nantinya.
B. Hasil Wawancara Penelitian
A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
1. Program Tahfidz Al-Qur’an
Program tahfidz di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi adalah salah
satu program yang dijadikan program khusus pembelajaran di SMA Al-
Ishlah Bukittinggi, selain itu sebagai menyalurkan minat para siswa.
program tahfidz memberikan manfaat yang sangat besar karena tujuan
utamanya mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan
tajwidnya, mencintai serta menyanyangi Al-Qur’an dengan baik membaca
maupun mendengarkannya.
Maka dengan adanya program tahfidz Al-Qur’an ini para siswa
sangat terbantu untuk melanjutkan dan menjaga hafalan yang sudah ada.
Selain itu dilaksanakannya program Tahfidz Al-Qur’an ini, bertujuan
untuk yang pertama, menamkan nilai-nilai Qur’ani, agar dapat menghafal
Page 66
60
atau membaca Al-Qur’an. Kedua, agar membiasakan suasana Qur’an
dalam hidup ini. Tujuan program tahfidz di SMA Islam Al-Ishlah ini
sudah jelas dan hampir seluruh siswa mengetahui dan merasakan tujuan
dilaksanakannya program Tahfidz Al-Qur’an ini.
Program tahfidz ini berdiri pada awal berdirinya SMA Islam Al-
Ishlah sejak tahun 2018 hal ini disampaikan oleh guru tahfidz sebagai
berikut
“Berdirinya program tahfidz itu sejak tahun 2018 awalnya
berdirinya SMA ini hingga sekarang masih berjalan dengan lancar
sampai sekarang”44
Latar belakang terbentuknya program tahfidz ialah keinginan orang
tua wali murid siswa SMP Islam Al-Ishlah serta masyarkat sekitar untuk
melanjutkan dan meningkatkan hafalan ayat Al-Qur’an (tahfidz) anak-
anak mereka yang sudah dilaksanakan di SMP Islam Al-Ishlah. Hal ini
sangat mendukung terhadap program yang dirancang di SMA Islam Al-
Ishlah. Lulus SMA Islam Al-Ishlah nantinya diharapkan mampu
menamatkan hafalan ayat Al-Qur’an mereka sampai tujuh juz. Menurut
guru tahfidz ialah:
“Melihat anak-anak yang cenderung untuk menghafal Al-Qur’an
sebab di SMA Al Ishlah pada dasarnya dari SMP Al-Ishlah yang
sudah di bekali hafalan Al-Qur’an, akan tetapi di SMA Islam Al-
Ishlah siswanya berasal dari sekolah negeri untuk itu program
tahfidz agar membentuk siswa yang berakhlakul kharimah dan
44 Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
Page 67
61
memiliki ke pribadian yang baik, pada akhirnya dijadikan tahfidz
ini sebagai program khusus.”45
Hal ini juga di ungkapkan siswa yang mengatakan bahwa:
“Pertama kali emang agak susah mengikuti tahfidz ini, karena saya
bukan dari sekolah MTsN tetapi sekolah Negeri yang belum
terbiasa dengan hafalan dan belum terbiasa menghafal Al-Qur’an
karena program ini merupakan suatu kewajiban, jadi saya berusaha
untuk menghafal, Alhamdulillah berkat kegigihan saya dan di
bimbing oleh guru tahfidz diberi motivasi sampai bisa membaca
Al-Qu’an dengan baik yang sesuai dengan tajwid.”46
Jadi dilaksanakan program ini merupakan salah satu upaya dan
bentuk kesadaran untuk melestarian Al-Qur’an dan demi mencapainya
tujuan hafidz Al-Qur’an, di sini diwajibkan semua siswa untuk
mengikutinya karena di SMA Al-Qur’an di jadikan pembelajaran
khususnya disekolah. Di dalam program ini maksud untuk
mengembangkan kemampuan, kecerdasan, keterampilan dan sikap yang
baik.
2. Metode Tahfidz
Metode merupakan suatu cara penting untuk mencapai suatu
keberhasilan. Oleh karena itu pemilihan metode yang teramat sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa harus diperhatikan. Pengunaan metode
yang tepat dalam proses menghafal Al-Qur’an memudah siswa dalam
menghafal Al-Qur’an. Setiap siswa memiliki cara tersendiri dalam
menghafal, bahkan ada beberapa siswa memadukan beberapa metode,
45
Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober 2020.
46 Muhammad Abid Saputra, wawancara Pribadi, pada tangal 24 oktober 2020
Page 68
62
sehingga siswa mudah mengingat apa yang telah dihafalnya. Mengunakan
metode dalam menghafal sesuai dengan kebutuhan siswa masing- masing
sesuai dengan pernyataan siswa:
“Pembimbing tahfidz mengajarkan metode dalam menghafal yang
pertama ayat yang mau dihafal dibaca dulu dan diperhatikan
makharijul huruf dan tajwid perkata lalu dihafal, ada juga membaca
ayat berulang-ulang kali dan mengingatnya baru menghafalnya”
Siswa ini juga mengatakan sebagai berikut:
“ Sebenarnya masalah metode dikembalikan kepada diri masing
masing namun bagi saya menghafal perhari jadi sehari itu
ditargetkan paling tidak dalam sehari kan ada 5 waktu shalat
diusahakan dalam lima waktu shalat sedapatnya 25 ayat atau satu
surah tapi tergantung panjang ayat dalam satu surat apakah satu
surat ayatnya panjang-panjang maka waktu menghafal pun jadi
lama”47
Selain metode diatas, ada juga mengunakan metode taqrir pada
waktu luang seperti istirahat dan pada waktu di pagi sebelum pembelajaran
yang disebutkan oleh siswa :
“Sebelum bel berbunyi di situlah saya mengulang-ulang hafalan,
pada saat bel berbunyi kami masuk ke ruangan masing masing dan
mengulang-ulang hafalan di dampingi oleh walikelas masing-
masing dan di setorkan kembali ke wali kelas tapi dalam keadaan
covid-19 sekarang mengulang-ulang hafalan dilakukan dirumah
bersama orang tua tapi tetap di setor ke walikelas masing-masing
melalui pesan suara atau di telepon langsung”48
Ada juga menurut siswa lain ialah:
“Dalam mengunakan metode dalam menghafal saya menggunakan
pancra indra saya mulai dari telingan dan mulut, dalam memilih
47 Hariza Humaira, Wawancara pribadi, Pada tangal 24 Oktober 2020
48 Muhammad Abid Saputra, wawancara siswa, Pada tangal 24 oktober 2020
Page 69
63
metode menghafal Al-Qur’an saya menghidupkan murottal Al-
Qur’an sebagai pembantu dalam menghafal”49
Dilihat dari penjelasan temuan pada bagian metode Tahfiz Al-
Quran, maka secara spesifik pembelajaran Tahfizh Al-Quran dilakukan
dengan sistem taqrir yaitu mengulang-ulang, tasmi’ yaitu mendengarkan
dan memperdengarkan hafalan. Metode tahfizh Al-Quran yang dilakukan
dilakukan mengacu kepada penekanan terhadap kelancaran bacaan.
Menurut guru tahfidz ustadzah Zaatul faadhilah, S.Pd.I sebagai
berikut:
“Dalam memahami mengenai metode menghafal Al-Qur’an ada
mengunakan Talaqqi, muraja’ah, tasmi’ dan masih banyak lagi,
sebelumnya ustadzah tidak mengharuskan untuk menentukan
metode yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an bagi siswa, karena
dilihat dari situasi dan kondisi anak dalam menghafal sebagian bagi
anak mempunyai kemampuan yang lebih maka dimintak untuk
mengulang-ulang hafalannya dan menyetor hafalan hafalan
sebanyak 5 halaman dan mencari hari lain untuk melakukan
tasmi’(1 juz) lebih kurang satu halaman.”
Di SMA Al-Ishlah Bukitinggi pada dasarnya mengunakan metode
talaqqi dalam pembelajaran tahfidz. Dimana peserta didik membaca ayat
yang akan dihafalkan terlebih dahulu dengan tajwid yang tepat di cara
menghafal Al-Qur’an dilakukan dengan cara menyetorkan atau
mendengarkan hafalan ayat yang baru dihafal kepada teman yang lain.
setelah itu siswa menghafalkan ayat tersebut secara berulang-ulang,
peserta didik di beri waktu untuk untuk menghafal dan mempelancar
sebelum menyetor kepada guru tahfidz.
49
Farhan Toriq, wawancara siswa, Pada tanggal 28 Oktober 2020
Page 70
64
Untuk menentukan metode yang lebih efektif digunakan guru
tahfidz tidak bisa menentukan metodenya karena setiap orang bisa
menggunaan metode yang berbeda-beda dalam menghafal Al-Qur’an.
Selain itu program tahfidz mengulang hafalannya pada sebelum
pembelajaran dimulai dan waktu istirahat untuk menjaga hafalan
bagaimana disampaikan oleh guru tahfidz:
“ untuk menjaga hafalannya tetap lengket dan ingat anak anak di
suruh mengulang hafalannya baik itu di rumah bisa dengan
mengulang hafalannya ke orang tua atau akak yang membantu
dalam melihat hafalan sejauh mana hafalannya kalau disekolah bisa
saling menyetor dengan teman sebangku.”50
Dan juga dijelaskan oleh ustadzah fadil bahwa metode yang biasa
di pakai dalam hafalan adalah setor satu persatu sebagi berikut
“Metode menghafal kita ada beberapa, yang paling biasa itu setoran
anak itu menghafal datang ke kita untuk di setoran hafalan dalam
keadaan sekarang melakukan dengan cara microsoft office 765
anak hadir di dalam pembelajaran kita supaya anak bisa
mendengarkan temannya dalam menyetor hafalan”.51
Berdasarkan penjelasan di atas di simpulkan bahwa metode yang
digunakan untuk siswa untuk menghafal adalah menghafal perayat dan
perhalaman dan untuk program tahfidz mengunakan metode setor
(perorang) yaitu siswa memperdengarkan hafalnya didepan guru tahfidz
dan memurojaah (bersam-sama) yaitu siswa membaca surat atau ayat yang
diperintahkah guru tahfidz. Dalam proses penyetoran hafalan, siswa
diharapkan menyetorkan hafalan tiap harinya hanya sebanyak 4-5 baris.
50 Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
51 Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
Page 71
65
Jika siswa tidak menyetor hafalan sehari maka siswa diwajibkan menyetor
hafalan secara doble pada hari berikutnya. Pada kenyataannya siswa tidak
selalu menyetor hafalan setiap harinya.
3. Strategi menghafal
Dalam strategi adanya usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan, strategi mengacu pada prilaku dan
pola berfikir yang digunakan siswa apa yang di pelajari termasuk proses
memori dan mekakonegtif. Jadi strategi lebih berkenankan dengan pola
umum dan prosedure, sedangkan desain lebih menunjukan kepada
merencanakan suatu sistem setelah ditetapkan suatu strategi tertentu.
Dalam hal ini strategi menghafal Al-Qur’an berarti cara yang digunakan
untuk menghafal Al-Qur’an hingga sesuai dengan targer dan melebihi
target hafalan. Untuk menentukan hafalan yang baik, lancar dan maksimal
kondisi yang diharapkan dari seorang guru tahfidz ialah dalam
wawancaranya ialah:
“Dalam menentukan kondisi yang dalam menghafal Al-Qur’an
sebaiknya pikiran harus tenang dan suasananya nyaman kalau tidak
seperti itu maka hafalan yang dihafal tidak sesuai dengan keingin
seperti tercampurnya ayat demi ayat yang lain ketika menghafal”52
Seterusnya penulis juga melakukan wawancara Siswa dia
mengatakan bahwa:
52
Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020, jam 09:15.
Page 72
66
“kondisi yang diharapkan ketika menghafal Al-Qur’an, perlunya
suasana tenang, nyaman, jauh dari kebisingan dan keramaian, kalau
dalam keadaan sekarang saya biasanya menghafal di dalam ruang
tertutup dalam keadaan tenang dan mengeluarkan suara yang agak
terlalu keras dalam menghafal biasanya, kalau disekolah menghafal
di dalam kelas disitu hilangnya konsentrasi untuk menghafal dan
susah untuk lengket hafalannya”53
Seiring dengan itu penulis juga melakukan wawancara Siswa dia
mengatakan bahwa:
“Strategi saya dalam menghafal dengan membaca terlebih dahulu
ayat yang akan dihafal lalu mengingatnya dan membayangkan
suatu objek mirip ayat tersebut”54
Jadi dari hasil wawancara setiap siswa mengharapkan kondisi yang
nyaman, tenang dan tempat kondisif dalam menghafal Al-Qur’an tidak
hanya siswa yang mengharapkan akan tetapi guru tahfidz juga
mengharapkan seperti itu juga. Terlebih dahulu membaca ayat yang akan
dihafal terlebih dahulu serta memahami ayat yang akan dihafal dan
memurajaah hafalan merupakan strategi agara hafalan cepat lengket di
kepala dan susah untuk lupa maupun ragu dalam menghafal.
4. Waktu pelaksanaan
Skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian,
atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian, waktu adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses perbuatan atau keadaan berlangsung
atau berada. Waktu menghafal sangat menentukan dalam proses
penghafalan. Jika kita mampu menggunakan waktu yang tepat, niscaya
53Hibatul Fadjri Zain, siswa SMA Al-Ishlah , Wawancara lewat WA, Tanggal 25
Oktober 2020
54Hariza Humaira, Wawancara pribadi (tangal 24 Oktober 2020)
Page 73
67
kita akan cepat hafal dan hafalan kita melekat, menurut hasil wawancara
dari siswa ialah:
“Saya menghafal Al-Qur’an dipagi hari jam 07:00 terkadang saya
menghafal Al-Qur’an di saat teman menyetor hafalan semari
menunggu panggilan dari guru tahfidz untuk menyetor hafalan.”55
Adapun menurut siswa lainnya:
“Waktu yang menghafal saya yaitu pada waktu subuh setelah
shalat subuh disitu konsentrasi saya dalam menghafal, setelah
sampai di sekolah sebelum bel berbunyi saya mengulang hafalan
yang di hafal, kadang kadang sudah smpai di sekolah baru
menghafal ayat yang mau di setor. Tapi pada masa covid sekarang
kami hanya menyetor hafalan Cuma sekali dalam seminggu dengan
mengingat keadaan sekarang”56
Dari siswa yang lain waktu menghafal menurut dia sebagi berikut:
“Saya menghafal ketika mood saja, kalau selesai subuh ada niat
untuk menghafal ya di hafal kalau tidak hafalnya sekolah aja, tapi
kalau kita di tuntut untuk menghafal jadi ada kemauan untuk
mengafal”57
Seiring dengan itu penulis juga melakukan wawancara Siswa
diamengatakan bahwa:
“Saya menghafal pada waktu sebelum subuh dan sesudah subuh
dan saya mengukang hafalan setelah selesai shalat dan juga ketika
bangun tidur dan setelah tahajut saya memelai hafalannya”58
Jadi dalam menentukan waktu yang tepat dalam menghafal siswa
hanya menghafal setelah sampai di sekolah saja di dalam teori waktu yang
55 Hariza Humaira, Wawancara pribadi (tangal 24 Oktober 2020)
56 Muhammad Abid Saputra, wawancara siswa, pada tangal 24 oktober 2020
57 Hibatul Fadjri Zain, siswa SMA Al-Ishlah , Wawancara lewat WA, Tanggal 25
Oktober 2020
58 Farhan Toriq, wawancara siswa, Pada tanggal 28 Oktober 2020
Page 74
68
baik dalam menghafal itu pada shalat shalat lima waktu, sebelum subuh.
Merupakan waktu yang sangat konsentrasi dalam menghafal.
Waktu yang disediakan sekolah memang berpengaruh dalam
program ini seperti yang di sampaikan guru tahfid ialah:
“Waktu yang disediakan sekolah dalam program ini cukup kurang
karena dalam waktu 60 menit di usahakan semua anak menyetor
ayat ditambah pula sebagian anak menghafal di sekolah jadinya
waktu banyak menghabiskan waktu, apalagi dalam keadaan covid-
19 begitu bnyak waktu yang diperlukan, contohya saja anak yang
di hubungkan dengan zoom supaya bisa tatap muka secara daring
tapi tidak semua yang mengikutinya karena alasannya jaringan
ngak ada, susah dihubungi. tapi ketika membuat status di wa atau
di instagram ada jaringannya.”59
Adapun menurut ustadzah lain sebagai pembantu tahfidz ialah:
“Di dalam program tahfidz ini biasanya memang bnyak waktu
yang kurang karena siswanya menghafal di sekolah di tambah
apalagi dalam keadaan covid-19 ustadzah tidak bisa membantu
siswa dalam melihat setoran hafalan karena ustadzah hanya guru
PAI kegiaan ustadzah juga banyak. Kalau di hari biasa memang
ustdzah yang membantu zah fadil dalam mendmpingi anak dalam
proses tahfidz.”60
Seiring dengan itu penulis juga melakukan wawancara Siswa
diamengatakan bahwa:
“Dalam program tahfidz ini mempengaruihi waktu belajar di
sekolah dan di rumah karena waktu yang di sediakan sekolah
kurang dalam pembelajaran tahfidznya jadi menghafal ayat jadi
terburu-buru”61
59 Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
60 Nia Mahesa, Guru PAI sebagai pendamping guru tahfidz, Wawancara pribadi pada
tangal 24 Oktober 2020
61 Muhammad Abid Saputra, wawancara siswa, pada tangal 24 oktober 2020
Page 75
69
Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam program tahfidz ini begitu
banyak waktu yang digunakan karena SMA ini sekolah umum yang
memiliki banyak pelajaran umum, jadinya siswa agak terganggu dalam
waktu pembelajaran tahfidz tapi sebenarnya pandai pandai siswa dalam
mengelola waktunya. Dan juga dalam melakukan penyetoran ayat banyak
waktu yang kurang dan tidak efektif dalam melakukan waktu pembelajran
tahfidz.
5. Evaluasi
Evaluasi (Penilaian) adalah merupakan terpentingnya dalam
pembelajaran tahfidz evaluasi yang dilakukan di SMA Islam Al-Ishlah
untuk mengetahui tingkat hafalan peserta didik. Waktu penilaiannya
diberikan sepenuhnya kepada guru tahfidz dengan aspek penilaian yang
telah disepakati oleh guru tahfidz dan sekolah diantaranya aspek fasahah,
aspek tajwid, aspek kelancaran dan sikap.
Menurut guru tahfidz dalam penilainnya sebagai berikut:
“Evaluasi yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
hafalan siswa serta mengetahui perkembangan siswa dalam
menghafal dan evaluasi yang dilakukan guru tahfidz di setiap
minggunya ada tuntutan untuk menyetor hafalan sehalaman atau
setengah halaman dan diadakan juga ujian tegah semester dan akhir
semester.”62
62Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
Page 76
70
Seiring dengan itu penulis juga melakukan wawancara kepada guru beliau
mengatakan bahwa:
“Dalam melakukan evaluasi ustadzah melakukan penilaian tentang
makharijul huruf, tajwid, kesiapan dan kejujuran, dalam penilaian
pada masa covd-19 bisa juga kita lihat bagaimana makharijul huruf,
tajwidnya, apakah siswa itu siap dalam menyetor ayatnya atau tidak
dan juga terlihat kejujurannya dalam menghafal soalnya dilihat dari
mata saat daring”63
Seiring dengan itu penulis juga melakukan wawancara Siswa dia
mengatakan bahwa:
“pada saat setoran ayat guru tahfidz melihat hafalan saya dari
makhrarijul huruf,tajwid, dan kejujuran dalam menghafal saat
melakukan penyetoran saat virtual”64
Dalam evaluasi proses ini, peneliti melakukan analisa data terkait
bagaimana proses pelaksanaan program Tahfidz Al-Qur’an. Proses
pelaksanaan program Tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah
dilaksanakan pada setiap harinya yaitu pada sebelum pembelajaran
dimulai jam 07:10-07:30 setiap siswa menyetor hafalan ke wali kelas
masing-masing, setiap walikelas memiliki buku jadwal hafalan anak,
diwajibkan setiap anak menyetor beberapa ayat lebih kurang setengah
halam Al-Qur’an atau beberapa ayat. Dalam pelaksanaan program Tahfidz
ini dibimbing oleh guru tahfidz bertugas untuk membimbing serta
mengarahkan siswa dalam proses menghafal misalnya guru mengetes
setiap hafalan siswa sebelum siswa melanjutkan ke hafalan berikutnya.
63 Zaatul Faadhilah, S.Pd.I, Guru Tahfidz, Wawawancara langsuang, tanggal 24 Oktober
2020.
64 Hibatul Fadjri Zain, siswa SMA Al-Ishlah , Wawancara lewat WA, Tanggal 25
Oktober 2020
Page 77
71
Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya tangkap siswa
dalam mengingat hafalan.
Page 78
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dan hasil wawancara penelitian dapat kita ambil
kesimpulan bahwa sebagai berikut:
Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah
Bukittinggi telah berjalan dengan lancar baik, itu dilihat dari proses
pengahafal, metode yang digunakan, strategi menghafal, kapan waktu
menghafalnya dan sistem evaluasi yang telah direncanakan dengan baik tetapi
pada proses muro’jaan harus diwajibkan untuk seluruh siswa. Beberapa
tahapan dalam menyetor hafalan sesuai dengan tajwid, mengulang ulang
hafalan juz 30 yang telah dihafal dan setoran Al-Qur’an selanjutnya. Adapun
metode tahfidz yang sering digunakan yaitu metode wahdaah dan sima’i.
Hasil pencapain program takfidz yaitu 7 juz yang diselesaikan waktu 3
tahun (tergantung kepada kemampuan siswa), akan tetapi perlunya waktu
yang lebih banyak lagi untuk siswa menghafal dan menyetor hafalannya.
Dalam memberikan penilaian perlunya memperhatikan makharijul huruf,
tajwidnya, persiapannya dalam menghafal dan kejujurannya.
Page 79
73
B. Saran
Dalam hal ini penelitian mempunyai saran-saran demi kemajuan dan
keberhasilan dalam mengadakan pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam
AL-Ishlah Bukittinggi diantaranya:
Pelaksanaan program tahfidz dimana pelaksanaanya lebih di tekankan lagi
kepada anak untuk memahami arti ayat supaya lebih memahami apa yang
dhafalkannya, dan selalu berikan dukungan pada anak untuk selalu semangat
dalam menghafal. Di SMA Islam Al-Ishlah sebaiknya dalam strategi menghafal
Al-Qur’an pertama usahakan pikiran dalam keadaan tenang dan suasana nyaman,
kedua membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang dihafal, tiga memahami ayat akan
dihafal, keempat mengahafal ayat satu persatu hingga hafal sekali kemudaian
menggabungkan dengan ayat selanjutnya hingga lengkap satu halaman dan
terakhir jangan lupa untuk memuraja’ah hafalan.
Dalam waktu yang disediakan sekolah kurang mencukupi karena waktu
yang disediakan dalam pembelajaran tahfidz hanya 60 menit. kebnyakan anak
yang menghafal ketika disekolah atau kalau dalam keadaan daring seperti ini
menghafal ketika ditagih oleh guru hafalannya, dan juga sulit dalam
menghunginya.
Page 80
74
Daftar Kepustakaan
Abdullah Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Akbar Ali dan Hidayatullah Ismail. 2016, Metode Tahfidz Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren, Jurnal Usuludin, Vol 24. No 1.
Ahmad Lutfy. 2013/1435 H. Metode Tahfidz Al-Qur’an. Cirebon: Holistik
Vol 14 Number 02.
Al-Qaradhawi Yusuf. 2000. Bagaimana berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Jakarta: Pustaka Al-Kaushar.
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kuallitatif Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam berbagai Disiplin Ilmu.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.cet ke-1.
Anis Fuad. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Al-Khallaf Abd al-Wahab. 1972. Ilmu Ushul al-Fiqh. Jakarta: Majlis al-‘Ala
al-Indonesia al-Dakwah Islamiyah.
Badwilan Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an.
Jogyakarta: Diva Press.
Lexy J. Maleong. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Machmud Ammar. 2015. Kisah Penghafal Al-Qur’an disertai resep
menghafal Al-Qur’an dari pakar. Jakarta: PT Alex Media
komputindo.
Ma’ruf Ahmad dan Safitri Elinda Wulandari. 2017. Pengembangan Metode
dan Sistem Evaluasi Tahfidzul Qur’an. Pasuruan: Volume 1, Nomor 2,
September.
Milles Mattew. B A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitataif.
Terjemahan Rohendi Rohadi,Universitas Indonesia.
Margono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta
Nawabuddin Abdurrab. 1991. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Bandung: Sinar
baru.
Page 81
75
Sarwono Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Penertbit Graha Ilmu.
Sari Rahmahidayati. 2018. Metodelogi Penelitan. Bukittinggi: Suci
Percetakan & Photocopy.
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Karya
Praktisnya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al-Kaustsar.
Trinova Zulvia.Salmi Wati. 2016. The Contibution of Quranic Tahfidz to Mental
Healt. Journal: At-Ta’lim, Volume 23, Number 3.
Zen Muhammad. 1996. Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al-Husna Baru.