Top Banner
LAPORAN MAGANG PROFESI PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER Oleh : Krisna Bagus Andrian NIM. 091510501018 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
53

PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Oct 27, 2015

Download

Documents

Laporan Kegiatan Selama Magang di PTPN X Kebun Kertosari TBN III, Ajung, Jember
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

LAPORAN MAGANG PROFESI

PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU

UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura

DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Oleh :

Krisna Bagus Andrian

NIM. 091510501018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

LAPORAN MAGANG PROFESI

PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU

UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura

DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Telah Menyelesaikan Kuliah Magang

Profesi pada Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh :

Krisna Bagus Andrian

NIM. 091510501018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 3: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................vii

I. PENDAHULUANLatar Belakang .......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................21.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................2

1.3.1 Tujuan .........................................................................................2

1.3.2 Manfaat .......................................................................................3

II. GAMBARAN UMUM INSTANSI TEMPAT MAGANG2.1 Jenis Perusahaan ..................................................................................4

2.2 Sejarah Singkat PTPN X .....................................................................4

2.3 Struktur Organisasi PTPN X Kebun Kertosari ....................................5

III. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Waktu dan Tempat................................................................................11

4.2 Macam Kegiatan ..................................................................................11

Page 4: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

4.3 Pelaksanaan Kegiatan ..........................................................................12

4.3.1 Perawatan Tanaman Tembakau...................................................12

4.3.1.1 Pengamatan Tembakau....................................................12

4.3.1.2 Pengairan Tanaman Tembakau.......................................12

4.3.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit...................................12

4.3.2 Pengolahan Lahan .......................................................................13

4.3.2.1 Persiapan Lahan Tanaman Tembakau.............................13

4.3.3 Penanaman Bibit Tembakau........................................................13

4.3.3.1 Penentuan Waktu Tanam.................................................13

4.3.3.2 Penanaman Serentak........................................................13

4.3.3.3 Pemilihan Bibit ...............................................................13

4.3.3.4 Pengaturan Naungan........................................................14

V. PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN .....................................15

VI. GAGASAN PEMECAHAN MASALAH .............................................19

VII. SIMPULAN ............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER
Page 6: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Usaha PTPN X (Persero)

Lampiran 2. Struktur Organisasi PTPN X (Persero)

Lampiran 3. Foto Selama Kegiatan Magang

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Magang

Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Harian Selama Kegiatan Magang Profesi

Page 7: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

DAFTAR GAMBAR

Gambar a. Kegiatan seleksi bibit dan clipping (salah satu tahapan dalam proteksi bibit)

Gambar b. Sortasi bibit yang sehat dan siap tanam dan perlu tindakan kuratif

Gambar c. Seleksi bibit yang sehat dan siap untuk ditanam

Gambar d. Bibit yang baik dan siap ditanam, ditaruh di nampan untuk dibawa ke blok

Gambar e. Daun yang terserang Spodoptera litura (larva yang masih kecil)

Gambar f. Gejala serangan larva ulat grayak kecil

Gambar g. Kegiatan penanaman bibit yang sehat dan kualitas baik

Gambar h. Para pekerja sedang melakukan penanaman bibit tembakau di blok (lahan tanam).

Page 8: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

PENGESAHAN LAPORAN MAGANG PROFESI

Judul Proposal : Pelaksanaan Kegiatan Proteksi Bibit

Tembakau Untuk Mengendalikan Serangan

Spodoptera Litura Di PTPN X Kebun

Kertosari Jember.

Identitas Pelaksana

1. Nama : Krisna Bagus Andrian2. Nim : 0915105010183. Program Studi : Agroteknologi4. Fakultas : Pertanian5. Universitas : Universitas Jember

Lembaga/ Instasi Magang

1. Nama : PT Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari Jember

2. Alamat : Jl. Ahmad Yani 688, Kertosari-Pakusari Jember – Jawa Timur

Pelaksanaan Magang1. Jenis Pekerjaan : Magang Profesi2. Waktu Pelaksanaan : 8 April 2013 sampai 10 Mei 20133. Instruktur : Suyatno

Dosen Pembimbing : Ir. Sutrisno, M.S

Pelaksanaan Ujian : 26 Juni 2013

Mengetahui, Penguji

Page 9: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Komisi Magang Profesi

Ir. Sigit Prastowo, M.P

NIP. 196508011990021001

Dosen Pembimbing

Ir. Sutrisno, MS

NIP. 194908291976031003

Mengesahkan

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dr. Ir. Jani Januar, M.T

NIP. 195901021988031002

Page 10: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Penulis bersyukur atas tersusunnya laporan

program magang profesi yang merupakan buah pikir penulis dengan dukungan

berbagai sumber rujukan dan penjelasan dari pihak PTPN X Kebun Kertosari.

Harapan penulis, semoga informasi yang tertera dalam susunan laporan ini

memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, khususnya untuk peningkatan

nilai daya berkecambah suatu benih.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Jani Januar, MT selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2. Bapak Supiyanto sebagai Sinder TBN III PTPN X Kebun Kertosari Jember.

3. Bapak Suyatno selaku instruktur magang profesi.

4. Mas Sudi selaku Kepala Proteksi TBN III.

5. Bapak Ir. Sutrisno, MS selaku dosen pembimbing.

6. Orangtua yang selalu memberikan do’a dan semangat.

7. Teman-teman magang profesi yang senantiasa memberikan dukungan dalam

pelaksanaan magang.

8. Pihak-pihak yang tidak disebutkan satu per satu, atas sumbangsihnya selama

pelaksanaan magang dan tersusunnya laporan magang profesi ini.

Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan laporan program magang profesi ini.

Jember, 23 Juni 2013

Penulis

Page 11: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk

ketrampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan

yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan

praktek dalam skala kecil dengan intensitas yang terbatas. Agar dapat memahami

dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka

mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di

instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Sehingga

setelah lepas dari ikatan akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan,

mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama

masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia

kerja yang sebenarnya.

Kegiatan Kuliah Kerja Magang Profesi ini bertujuan sebagai langkah awal

pengenalan para mahasiswa untuk menjalani proses perkembangan soft skill

dalam hal memasuki dunia kerja setelah menyelsaikan studi di bangku kuliah.

Dengan harapan, ketika terjun ke dunia kerja telah memiliki cukup banyak bekal

untuk diaplikasikan kedalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam Kuliah Kerja

Magang Profesi ini, dipilih PTPN X sebagai instansi tempa dilakukan Kegiatan

Magang Profesi ini, dengan komoditas unggulan Tembakau sebagai komoditas

yang dikaji dan dipelajari mulai dari kegiatan persiapan tanam dan samapi tahap

awal tanam.

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu

komoditas utama Kabupaten Jember. Tanaman tembakau dikelola secara luas,

yang terdiri dari perkebunan rakyat (diusahakan oleh petani) dan Perkebunan

Nusantara (diusahakan oleh perusahaan negara). Perkebunan Nusantara didukung

kondisi finansial dan keteraturan manajemen yang lebih baik, maka perkebunan

tembakau yang dikelola oleh perusahaan perkebunan negara ini memiliki lahan

yang lebih luas, sistem budidaya yang lebih kompleks dan organisasi yang lebih

tertata daripada perkebunan rakyat.

Page 12: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Teknik budidaya tembakau yang dilakukan oleh pihak PTPN X salah

satunya adalah tembakau bawah naungan (TBN). Pembuatan naungan

dimaksudkan untuk menghasilkan suasana berawan (Cloudy) tiruan bagi daerah-

daerah yang mendapat pancaran sinar matahari dalam jumlah banyak. Cloudy

berarti keadaan di mana matahari selalu ditutupi awan pada siang hari sehingga

menghasilkan suhu antara 22–33 0C yang cocok bagi tembakau cerutu. dengan

suasana Cloudy dapat menghasilkan daun tembakau yang lebih tipis dan lebih

lentur (Matnawi, 2002).

Tembakau yang dihasilkan oleh PTPN X merupakan tembakau yang

digunakan untuk bahan pembuatan cerutu, baik yang digunakan untuk

pembungkus cerutu (dekblad) , pembalut cerutu (omblad) dan isi dari cerutu

(filler).

Dengan mempelajari persiapan tanam hingga proses pemindahan bibit ke

lahan untuk siap tanam, diharapkan dapat memberikan banyak tambahan ilmu dan

pengalaman yang berharga berkaitan dengan teknik budidaya salah satu

komoditas unggulan di daerah Jember, yaitu Tembakau. Mengingat tuntutan pasar

yang kian tinggi, mengharuskan adanya peningkatan mutu dan teknik budidaya

tanaman Tembakau yang lebih intensif dan lebih baik lagi,sehingga dapat

memberikan dampak positif terhadap perkembangan proses budidaya tanaman

Tembakau pada masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Kapan kegiatan proteksi bibit di lakukan ?

2. Kegiatan apa saja yang ada dalam proses proteksi bibit ?

3. Bagaiman tingkat kerusakan yang disebabkan oleh ulat grayak?

4. Bagaimana teknik pengendalian ulat grayak yang baik ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Mengetahui kapan kegiatan proteksi bibit di lakukan.

2. Mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam proses proteksi bibit.

Page 13: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

3. Mengetahui apa saja hama apa yang sering ada pada pembibitan tembakau.

4. Mengetahui teknik pengendalian ulat grayak yang baik.

1.3.2 Manfaat

1. Dapat Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan proteksi

bibit.

2. Dapat Mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam proses proteksi bibit.

3. Dapat Mengetahui apa saja hama apa yang sering ada pada pembibitan

tembakau.

4. Dapat Mengetahui teknik pengendalian ulat grayak yang baik.

Page 14: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

II. GAMBARAN UMUM INSTANSI TEMPAT MAGANG

2.1 Jenis Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), yaitu perusahaan perkebunan milik

negara ini merupakan gabungan kebun-kebun di Jawa Tengah dan Jawa Timur

dari eks PTP XIX, PTP XXI-XXII, dan PTP XXVII. PTPN X mengusahakan

komoditi tebu, tembakau dan tanaman serat. tanaman tebu ditanam pada areal

lahan sawah dan lahan kering seluas 65.320 ha, tanaman tembakau terdiri dari

tanaman TBN/VBN dan N.O yang ditanam pada lahan seluas 2.210 ha, dan

tanaman serat dikelola pada lahan seluas1.200 ha.

PTPN X memiliki 16 unit usaha diantaranya 12 PG, 3 kebun tembakau dan 1

kebun serat, sebagai berikut:

1. PG Kria

2. PG Watoetoelis

3. PG Toelangan

4. PG Kremboong

5. PG Gempolkrep

6. PG Djombang Baru

7. PG Tjoekir

8. PG Lestari

9. PG Meritjan

10. PG Pesantren Baru

11. PG Ngadiredjo

12. PG Mojopanggoong

13. Kertosari

14. Ajong

15. Wedibirit

16. PK Petjangaan

Page 15: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

2.2 Sejarah Singkat PTPN X (PERSERO)

Pada awalnya tembakau besuki NA-Oogst diusahakan oleh petani di lahan

tegalan atas perintah Belanda. Pengusahaan secara besar-besaran untuk tujuan

ekspor baru dimulai pada tahun 1859, dirintis oleh G.Birnie bekerja sama dengan

Mr C Sanderberg dan AD Van Gennep mereka bertiga mendirikan perkebunan

tembakau dengan nama Land Bouw Maatschapp Oud Djember (LMOD).

Beberapa tahun kemudian muncul perusahaan baru seperti Land Bouw

Maaksschappy Soekowono (LMS), Besuki Tabak Maatschappy (BTM),

Amsterdam Besuki Tabak Maatschappy (ABTM) pada tahun 1916 perkebunan

ABTM diambil oleh BTM.

Hasil penjualan tembakau besuki mempunyai pasaran yang baik, banyak

pengusaha-pengusaha Belanda yang tertarik dan mengusahakannya secara besar-

besaran. Pada tahun 1950 didirikan Yayasan Perebunan Rakyat Indonesia

(Yaperrin) yayasan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis dan

bantuan modal pada petani tembakau.

Pengusaha-pengusaha belanda tersebut hanya mampu bertahan sampai

tahun 1957, karena pada tahun 1958 pemerintah Indonesia menasionalkan (UU

No.86/1958) perusahaan tembakau milik Belanda menjadi Perusahaan

Perkebunan Negara Kesatuan Jatim IX (PPN Baru Jatim IX) berdasarkan PP

No.173/1961 Jo No.198/1961. Pada tahun 1963 Perusahaan Perkebunan (Negara)

Tembakau V dan VI (PP No.30/1963) tanggal 22-5-1963 LN.51/1963). Tahun

1968 berdasarkan PP 14/1968 LN.23/1968 menjadi Perusahaan Negara

Perkebunan (PNP) XXVII penggabungan dari PPTN V dan VI. Pada akhirnya

dikeluarkan PP No.7 tahun 1972 tanggal 22-2-1972 PNP XXVII menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XXVII.

Kemudian pada tahun 1996, berdasarkan PP No.15/1996 tanggal 14

Februari 1996 dilakukan restrukturisasi BUMN sector perkebunan meliputi PTP

XIX, PTP XXI-XXII, PTP XXVII berubah manjadi PT Perkebunan Nusantara X

(Persero) yang berkantor pusat di Surabaya, Jatim dengan Akta pendirian No.43

tanggal 11-3-1993 yang dibuat di hadapan Harn Kamil, SH notaries di Jakarta.

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Page 16: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Struktur Organisasi PTP Nusantara X (Persero) Kebun Kertosari bagian TBN VII

Desa Rowo Indah adalah (Telampir).

A. Administratur

Jabatan Administratur merupakan bagian pimpinan tertinggi di Kebun

Kertosari PT Nusantara X (Persero). Administratur merupakan penanggung jawab

atas berjalannya Operasional Kebun dan Pabrik atau Gudang Pengolahan. Selain

itu juga melaporkan kondisi perusahaan dan kondisi umum ke kantor direksi

Surabaya. Administratur juga mengelola kegiatan perkebunan mulai modal kerja

hingga teknis kerja untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap tahunnya

Administratur bertanggung jawab atas pelaporan keuangan kebun.

B. Kepala Bagian Tanaman (KaBag) TBN dan NO

Di PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Kebun Kertosari terdapat dua

jenis tembakau yang diusahakan yaitu TBN (tembakau bawah naungan) dan NO

(Na-Oorgst). Masing-masing jenis dalam usahanya terdapat Kepala Bagian yang

bertugas sebagai penanggung jawab terhadap pengelolaan proses budidaya hingga

produksi. Kepala Bagian ini membawahi beberapa Sinder dengan masing-masing

luasan wilayah pertanaman

C. Penanggung Jawab Bagian (PJB/Sinder) TBN dan NO

Sinder memiliki tugas mengelola, memimpin, dan mengawasi jalannya

pekerjaan para pekerja agar selalu bekerja sesuai dengan SOP sehingga hasil yang

didapat dapat maksimal. Sinder di Kebun Kertosari PTP Nusantara X (Persero) ini

memiliki masing-masing luasan wilayah sekitar 5 Ha hingga 7 Ha. Sinder disini

membawahi beberapa mandor sebagai perpanjangan tangan dalam pengawasan

jalannya pekerjaan.

E. Kepala Proteksi Tanaman

Kepala Proteksi Tanaman memiliki tugas mengelola perlindungan tanaman

budidaya terhadap serangan hama dan penyakit. Termasuk di dalamnya mengatur

pemberian dan pencampuran pestisida serta mengawasi pengaplikasiannya pada

masing-masing mandor.

F. Mandor

Page 17: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Mengamati dan memimpin jalannya pekerjaan yang ada di lahan atau

lapangan pekerjaan yang luas arealnya (±5-7) Hektar. Agar sesuai dengan

rancangan kerja yang telah ditetapkan maka mandor bertanggung jawab kepada

PJB (Penanggung Jawab Bagian ).

III. TINJAUAN PUSTAKA

Tembakau dibudidayakan oleh orang India pada saat menemukan Amerika.

Kata tembakau berasal dari kata tobacco, nama pipa yang digunakan oleh orang

Indian untuk merokok. Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh

Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius, tanaman

tembakau pernah dijumpai di Indonesia tumbuh dibeberapa daerah yang belum

dijelajahi oleh bangsa Portugis dan Spanyol (Anonim, 2009).

Bermacam-macam jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia dan

bila dikelompokkan atas kegunaan terdiri atas tembakau untuk cerutu, tembakau

untuk rokok putih atau Virginia, tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan

tembakau kunyah. Jenis tembakau yang khusus digunakan untuk rokok cerutu

yang telah dibudidayakan di Indonesia antara lain tembakau Deli atau yang lebih

dikenal di Eropa dengan nama tembakau Sumatera, tembakau Basuki dan

Tembakau Vorstelanden (Cahyono, Bambang, 1998).

Sejak dikenalnya tembakau di Indonesia pada sekitar 1600-1830an,

pengusahaan tembakau pada dasarnya dilaksanakan secara kecil-kecilan oleh

petani untuk kepentingan sendiri serta persembahan kepada pengusaha. Tanaman

tembakau pernah dimasukkan dalam daftar komoditi yang diusahakan dengan

Page 18: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

sisten tanam paksa, tetapi karena kurang baik sehingga harga di pasaran Eropa

sangat rendah, maka usaha tersebut dihentikan (Cahyono, Bambang, 1998).

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas

pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Jenis akar tunggang

pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang

0,75 m, selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar.

Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang

maupun pada akar yang serabut (Matnawi, 1997).

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti

terompet. Benang sari sejumlah lima buah, warna bunga dalam satu malai ada

yang kemerah-merahan dan putih. Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga.

Biji-bijinya sangat kecil, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak kesulitan

(Matnawi, 1997).

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya

banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum

melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat

memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah

masak dan telah disimpan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, Bambang

1998).

Daun tembakau sangat bervariasi ada yang berbentuk ovalis, oblongus,

orbicularis dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel

langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan dalam setiap

batangnya dapat mencapai 32 helai daun. Ukuran (besar kecilnya) daun tebal

tipisnya juga berbeda-beda, tergantung jenis daun, varietas yang ditanam,

kesuburan tanah dan pengelolaan (Matnawi, 1997).

Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan produk baru yang mampu

menunjukkan prospek yang cukup cerah di masa mendatang. Pengelolaan TBN

memerlukan modal yang cukup besar karena menggunakan teknologi yang lebih

maju di samping tenaga kerja yang banyak. Oleh karena itu diperlukan terobosan

baru yang lebih efektif dan efisien sehingga biaya dapat ditekan. Penelitian di

bidang pembibitan diperlukan mengingat bibit yang baik merupakan persyaratan

Page 19: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

utama untuk memperoleh hasil yang baik pula. Sistem pembibitan yang selama ini

digunakan menghasilkan bibit yang cukllp sehat dan kuat, tetapi kurang seragam.

Keseragaman pertumbuhan bibit dapat dipengaruhi oleh viabilitas benih itu

sendiri, media tllmbuh dan eara pemeliharaannya. Jika benih yang disebar telah

dikeeambahkan terlebih dahulu seperti yang telah dilakukan selama ini, maka

dapat dianggap viabilitas benih tidak jauh berbeda. Dengan demikian kedua

kemungkinan lainnnya dianggap mempllnyai pengaruh yang lebih besar terhadap

keseragaman pertllmbuhan bibit (Wiroatmodjo dan Henny, 1991).

Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman tembakau antara lain

Spodoptera litura (Ulat grayak), Agrotis ipsilon (Ulat tanah), Helopeltis Sp

(penggerek pucuk), Cyrtopeltis tenuis (Capside), Bemisia tabaci (kutu putih), dan

Myzus persicae. Hama dan penyakit tersebut di atas dapat menyerang tanaman

tembakau mulai dari persemaian hingga saat petik daun. Salah satu hama dan

penyakit pada persemaian tembakau deli adalah hama S. litura (ulat grayak) dan

penyakit rebah semai yang disebabkan oleh Phytium sp. Apabila tidak ditangani

secara baik dan benar maka serangan itu akan menurunkan kualitas hasil daun

tembakau (Erwin dan N. Suyani. 2000)

Hama ulat daun (Spodoptera litura) atau ada juga yang menyebutnya Ulat

Grayak, merupakan hama penting yang menyerang daerah pertanaman tembakau,

khususnya pada bagian daun dari tanaman tembakau. Ulat grayak menyerang

tanaman tembakau dengan populasi yang sangat tinggi. Akibatnya tanaman habis

dalam semalam. Ia tergolong famili Noctuidae yang aktif pada malam hari. Siang

hari, ulat bersembunyi di sela tangkai daun, di bawah tanaman, bahkan dalam

tanah lantaran takut terkena matahari (Erwin dan N. Suyani. 2000).

Gejala serangan S. litura adalah timbulnya lubang-lubang tidak beraturan

dan transparan pada bekas luka gigitan. Ulat yang baru keluar dari telur hidup

bergerombol di permukaan bawah daun dan menggerogoti epidermis daun setelah

beberapa hari mereka berpencar. Kemampuan merusak hama ini tergantung pada

pertumbuhan instarnya. Pada larva instar ke-2 dan ke-3 hanya memakan helai

daun dan meninggalkan batang daun. Namun pada instar ke-4 dan ke-5 larva

dapat memakan seluruh daun sampai ketulang-tulang daunnya (Semangun, 2000).

Page 20: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Sesaat setelah telur menetas ulat hidup bergerombol disekitar kelompok

telur sampai pada instar ketiga dan fase ini ulat memakan daun dengan gejala

transparan. Pada instar keempat ulat mulai menyebar kebagian tanaman atau

tanaman disekitarnya. Biasanya serangan ini muncul 20-30 hari setelah tanam

(Semangun, 2000).

Keadaan cuaca sangat mempengaruhi serangga ini pada musim-musim

kering atau kemarau. Pada tahun ini gangguan ulat grayak sering terjadi pada areal

pertanaman dan menyerang daun. Beberapa tahun sebelumnya serangga ini

muncul pada tanaman yang sejenis Solanaceae selain tanaman tembakau

(Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982).

Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili

Meliaceae (nimba, aglaia), famili anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah

nona). Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu

baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap

mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa

tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda

(penyebab penyakit tanaman). Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap

pakai dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan,

penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa

tepung, abu, atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan

produk ekstrak. Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia (Agrios,

1996).

Page 21: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan Magang Profesi dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh pegawai sesuai jam kerja di PTP Nusantara X (Persero)

Kebun Kertosari. Selain itu juga terdapat pembimbingan dan pelatihan oleh pihak

perusahaan mengenai langkah-langkah kerja yang ada di lapang dan di gudang.

Dari materi bimbingan yang diberikan diaplikasikan dalam kegiatan magang ini

sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat guna

meningkatkan keahlian dan kemampuan memecahkan suatu permasalahan di

dunia pekerjaan. Pelaksanaan magang profesi ini tidak terlepas dari aturan-aturan

perusahaan dan prosedur-prosedur yang berlaku. Interaksi dan hubungan yang

baik dengan para pegawai juga hal yang sangat penting dilakukan karena di dalam

pelaksanaan magang profesi akan banyak ilmu dan ketrampilan yang diajarkan

oleh para pegawai.

4.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Magang Profesi ini dilakukan pada tanggal 08 April 2013 –

10 Mei 2013 di PTP Nusantara X (PERSERO) Kebun Kertosari Bagian TBN III

yang terletak di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.

Page 22: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

4.2 Macam Kegiatan

Berdasarkan waktu pelaksanaan magang profesi yang bertepatan dengan

waktu pembibitan dan awal tembakau, maka kegiatan yang dilakukan difokuskan

pada kegiatan pembibitan dan awal penanaman tembakau bawah naungan (TBN),

akan tetapi dalam jangka waktu pembibitan tembakau kami melakukan perawatan

terhadap tanaman tembakau. Perawatan dan penanaman dilaksanakan di lahan

tanam TBN III di Kecamatan Ajung, Jember dan penanamannya langsung di

depan tempat pembibitan TBN III.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat Magang Profesi antara lain:

a. Perawatan tanaman tembakauTBN

Pengamatan tembakau

Pengairan tanaman tembakau (ngebor)

Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman tembakau

b. Pengolahan tanah

Persiapan lahan penaman tanaman tembakau

b. Penananaman bibit tembakau

Penentuan waktu tanaman yang dengan melihat lahan yang telah siap

Penanaman serentak pada daerah lahan yang sama

Pemilihan bibit tembakau yang akan ditanam

Pengaturan Naungan sebelum melakukan penananam tanama tembakau

4.3 Pelaksanaan Kegiatan

4.3.1 Perawatan Tanaman Tembakau

4.3.1.1 Pengamatan Tembakau

Pengamatan tanaman tembakau dilakukan pada tanaman tembakau yang

berumur 1-20 HST dengan menggunakan tali dan sapu lidi yang di gunakan untuk

sampel setiap bedengan setiap bedengan diambil 100 sample untuk dijadikan

acuan dalam melakukan penelitian. Bibit Tembakau bawah naungan dapat terus

tumbuh dan juga dapat tidak tumbuh, salah satu caranya adalah dengan

menggunakan pengamtan bibit tembakau. Pengamtan bibit tembakau dilakukan

Page 23: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

dengan cara mengamati bagian tanaman yang telah di beri tali dan sapu lidi yang

bertujuan untuk melihat sample yang telah diberikan dalam setiap bedengnya.

4.3.1.2 Pengairan tanaman tembakau (Ngebor)

Pengeboran dilaksanakan pada pagi hari sampai pada siang hari.

Pengeboran dilakukan dengan cara air yang berasal dari sumur bor milik sendiri

disalurkan menuju saluran-saluran air yang telah dibuat di sekitar petak-petak

lahan penanaman tembakau, kemudian air tersebut disiramkan di bedengan

penanaman tembakau. Pengeboran terus dilakukan setiap pagi agar tanaman

tembakau tercukupi kebutuhannya, dan pengeboran dilakukan oleh pekerja wanita

karena dalam pengeboran diperlukan ketelatenan agar bedengan tidak hancur

ketika diairi.

4.3.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman tembakau

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada pagi hari dengan cara

melihat ada tidaknya serangan dari OPT di pembibitan, namun biasanya jika

terlihat tanda-tanda adanya serang OPT yang parah para pekerja diminta untuk

melakukan penyemprotan pestisida untuk mengurangi seranga OPT yang tidak

diinginkan. Penyemprotan pestisida dilakukan sekitar pukul 06.00-09.00 WIB

karena pada jam tersebut, matahari masih belum begitu terik sehingga bila

dilakukan penyemprotan maka tidak akan mengalami penguapan dan hama dapat

teratasi.

4.3.2 Pengolahan Lahan

4.3.2.1 Persiapan lahan tanama tembakau

Persiapan lahan tanama tembakau dilakukan 2 minggu setelah pembibitan

dimulai ini karena tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan lahan

dan menunggu dari selesainya masa tanam petani dikarenakan lahan yang

digunakan lahan sewa milik petani dan bukan lahan dari TBN itu sendiri. Dan

juga menunggu dari proses pembuatan bedengan didalam TBN yang

menggunakan tenaga kerja pinjaman dari lahan.

4.3.3 Penananaman bibit tembakau

Page 24: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

4.3.3.1 Penentuan waktu tanam

Penentuan waktu tanam dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 15-

20 hari, penentuan ini dilihat dari kondisi lapangan yang memungkinkan

perbedaan waktu penentuan tanam, namun pada mulanya penentuan tanam telah

disepakti bersama dan telah memiliki jadwal yang harus dipenuhi.

4.3.3.2 Penanaman Serentak

Penanaman serentak dilakukan pada lahan yang sama yaitu awal tanam

dilakukan pada lahan di dekat TBN karena lahan tersebut telah siap dan telah

memenuhi standrat tanam sehingga pilihan awal tanam pada lahan dipilih yang

dekat dengan TBN, dengan penaman serentak juga dapat mengurangi resiko

terserangnya OPT.

4.3.3.3 Pemilihan Bibit yang akan ditanam

Dilihat dari kondisi yang ada bibit tanaman tembakau memiliki perbedaan

umur tanama yang sama namun kondisi bibit terlihat berbeda ada yang sudah siap

tanam ada yang belum siap tanama pada satu bedengan, bedengan yang dimiliki

ada 3 tipe, tipe A adalah ditujukan untuk penenaman awal, tipe B ditujukan untuk

penenaman ke 2 dan tipe C ditujukan untuk pennanaman yang ke 3. Sehingga

perlu adanya rolling bibit dari A ke B atau dari B ke C (sortasi).

4.3.3.4 Pengaturan Naungan

Pengaturan Naungan pada tanaman tembakau sudah menyesuaikan dengan

SOP yang telah ditetapkan sehingga tidak ada yang perlu ditakuti kecuali

kesalahan dari pekerja dan gangguan alam yang dapat merobohkan Naungan itu

sendiri.

Page 25: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

V. PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan magang di TBN III Ajung ini menjadi kegiatan magang pertama

dalam rangkaian keseluruhan proses prodeksi tembakau di salah satu bagian dari

Kebun Kertosari ini. Sebagai pelaksana magang, kami berusaha selalu engikuti

semua proses yang ada di TBN III ini. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan tersebut

meliputi: penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penyiangan (kalau

diperlukan), penjarangan tanaman,sanitasi atau pembenahan jalur pembuangan

air, dan kegiatan yang terpenting adalah pengendalian hama dan penyakit dan

seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk

memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Demikian juga pemuukan dan aspek

lain harus dikerjakan secara teliti untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan

harapan. Dalam kegiatan magang ini, saya ditugaskan menjadi asisten mandor

yang bertugas mengamati aktivitas proteksi di TBN III ini. Hal ini dimaksudkan

agar saya mampu bersama dengan para mandor yang lain untuk bisa menganalisa

dan mengantispasi kemungkinan serangan OPT yang terjadi, khususnya adanya

seangnan hama dan penyakit. Proteksi dilakukan secara bertahap dengan

memperhatikan aspek-aspek yang bersinggungan dengan teknik pengendalian

OPT secara ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian OPT yang

dlakukan dapat secara maksimal dilakukan tanpa menyebabkan banyak dampak

buruk bagi lingkungan sekitar.

Proteksi bibit sendiri terdiri dari beberapa tahap, yaitu proteksi awal yaitu

media, dengan menggunakan dithane, dan lannate. Setelah bibit berusia lebih dari

2 minggu, maka akan dilakukan clipping, yaitu pemotongan daun bawah, yang

berfungsi untuk meminimalisir kemungkinan terjangkit penyakit ketika

tanam.Karena daun bawah akan busuk jika ditanam, dan dikhawatirkan akan

menyebabkan berbagai penyakit. Pada masa kurang lebih kurang dari 1 minggu,

perlu dilakukannya proteksi dengan penyemprotan insektisida, yaitu untuk

mengendalikan ulat grayak, larava yang baru menetas biasanya banyak terdapat

pada daun tembakau yang sudah siap tanam, dan hal ini jika dibarkan akan

berlangsung secara cepat dan bisa mengakibatkan kerusakan yang parah. Ulat

Page 26: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

grayak atau yang memiliki nama latin Spodoptera litura ini memiliki tipe

serangan yang cepat dan mampu merngakibatkan kerusakan yang parah, jika

popoluasinya tinggi. Karena Spodoptera litura dewasa selalu bertelur membentuk

koloni sehingga setiap menetas dapat menghasilkan ratusan larva baru. Serangan

terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di

pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang

tanaman memerlukan waktu 22 – 60 hari. Pengendalianya penyemprotan dengan

insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.

S. litura menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu memakan

daun tanaman tembakau yang muda. Ulat instar muda merusak daun sehingga

bagian daun yang tersisa hanya tulang-tulang daun epidermis bagian atas. Ulat

instar tua merusak tulang-tulang daun sehingga tampak lubang-lubang bekas

gigitan (Prayogo, dkk, 2005).

Spodoptera litura hidup dalam kisaran inang yang luas dan bersifat

polifagus. Karena itu hama ini dapat menimbulkan kerusakan serius. Kerusakan

yang ditimbulkan pada stadium larva berupa kerusakan pada daun tanaman inang

sehingga daun menjadi berlubang-lubang. Larva instar 1 dan 2 memakan seluruh

permukaan daun, kecuali epidermis permukaan atas tulang daun. Larva instar 3-5

makan seluruh bagian helai daun muda tetapi tidak makan tulang daun yang tua.

Untuk mengatasi ulat grayak agak sulit karena seringkali serangan terjadi secara

mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat grayak

diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik, teknik

pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama dengan cara

mengganggu fisiologi serangga. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan

kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman.

Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar mereka

akan bersembunyi di dalam tanah.

Ulat grayak, Spodoptera litura F., (Lepidoptera, Noctuidae) merupakan

salah satu hama yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas. S. litura

menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif dan generatif yaitu memakan

daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun. S. litura sering

Page 27: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen karena

menyebabkan daun dan buah sayuran robek, terpotong-potong dan berlubang-

lubang. Mengingat tembakau merupakan komoditas yang mengutamakan kualitas

daun, maka Spodoptera litura ini harus mendapatkan perhatian yang khusus

karena kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat mempengaruhi kualitas daun

tembakau yang dihasilkan. Maka dari itu, proteksi bibit dari serangan hama ini

sangat perlu dilakuan agar kemungkinan kerusakan akibat hama ini dapat sangat

ditekan seminimal mungkin.

Di TBN III ini, pengendalian secara kimia dilakukan langsung ketika ada

gejala serangan, atau tampak ada larava ulat grayak yang terlihat. Selama kegiatan

magang, sebagai pengamat lapang saya menemukan beberapa gejala serangan

hama yang diakibatkan Spodoptera litura ini, terutama yang paling banyak adalah

pada seminggu sebelum tanam bibit. Hal ini dikarenakan mungkin siklus hidup

dari ulat dewasa, bersamaan dengan tumbuh kembang bibit tambakau atau secara

mudah dapat dikatakan bahwa pada masa awal tanam bibit terdapat telur ulat yang

berada dibawah permukaan daun dan itu lolos dari pengamatan sehingga akhirnya

terdapat larva ulat yang menyerang pada seminggu sebelumtanam bibit.

Pengendalian secara kimiawi yang dilakukan di TBN III dan hampir di seluruh

TBN dibawah naungan Kebun Kertosari ini sejak 2010 adalah penggunaan

Metindo 25 WP, Lannate 40 SP, dan Decis. Jenis-jenis insektisida ini dikeluarkan

oleh Litbang selaku mitra kerja yang melakukan kajian di lahan-lahan area tanam

untuk mengetahui dosis dan jenis pestisida yang akan digunakan secara tepat,

sesuai dengan kondisi lingkungan di areal lahan tembakau tersebut. Sehingga,

dapat meningkatkan efisiensi hasil proteksi OPT di lahan tembakau. Untuk

pengendalian hama dan penyakit tanaman tembakau perlu dilakukan pengamatan

ambang ekonomis serangan sebagai langkah pengendalian dini (“Early Warning

System”). Dengan langkah tersebut dapat diidentifikasi apakah perlu atau tidak

untuk melakukan tindakan pengendalian. Apabila hal ini dilakukan jarang sekali

terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian

pada pengusahaan tembakau. Itulah yang saya lakukan selama kegiatan magang di

TBN III sebagai salah satu upaya melatih diri dalam kemampuan untuk menjadi

Page 28: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

pengamat lapang dalam hal pengendalian OPT dan mengetahui sebaran populasi

OPT berdasarkan fase tumbuh tanaman tembakau, sehingga mengetahui ambang

batas kerusakan ekonomi dan ambang batas pengendalian secara tepat dan efektif.

Karena tembakau merupakan komoditas yang memerlukan kualitas tinggi, maka

aspek pemeliharaan terutama yang menyangkut perlindungan tanaman atau

proteksi menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatakn mutu dan

kualitas tembakau yang dihasilka oleh PTPN X khususnya di wilayah Kebun

Kertosari, TBN III,Ajung sebagai tempat pembibitan dan penanaman tembakau

bawah naungan (TBN).

Page 29: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

VI. GAGASAN PEMECAHAN MASALAH

Tanaman tembakau merupakan tanaman yang disebut sebagai tanaman

berdaun emas bagi petani. Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk

genus Nicotinae, serta familia Solanaceae yang spesies-spesiesnya mempunyai

nilai ekonomis tinggi. Tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu

komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim Perkebunan. Peran tembakau

bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya

melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.

Oleh karena itu, jika dilihat dari prospek kedepannya (harga jual) tanaman

tembakau cukup menjanjikan hasilnya. Selain itu, proses budidaya tanaman

tembakau juga tidak dapat disamakan dengan tanaman sefamilinya, karena

tanaman tembakau memiliki tahapan budidaya yang cukup rumit, perlu ekstra

perhatian, biaya produksi yang cukup besar, dan perlu tenaga kerja yang tidak

sedikit. Serangan OPT yang terdapat di bedengan selama persiapan tanam awal

adalah adanya beberap serangan hama Spodoptera litura. Permasalahan yang

dirisaukan petani adalah permasalahan pengendalian Hama dan Penyakit tanaman

tembakau. Karena terkadang apa yang direkomendasikan oleh Litbang selaku

mitra tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapang sehingga hasil dilapang pun

menjadi kurang maksimal. Hal itulah yang perlu sedikit dibenahi, mengingat

tuntutan pasar akan kebutuhan tembakau, terutama pasar global sangat tnggi maka

kualitas dan kuantitas harus bisa dimaksimalkan agar mendapatkan harga jual

yang tinggi.

Pemeliharaan tembakau pada masa awal tanam sangat menentukan

perkembangan tembakau pada fase selanjutnya, karena bisa dikatakan proses

pemindahan bibit awal ke lahan pertanaman merupakan fase krtitis tanaman

tembakau dimana tembakau akan menjadi sangat rentan akan serangan hama dan

penyakit. Maka upaya pengamatan dan proteksi ahrus selslu dilakukan di tiap hari

agar kemungkina OPT untuk berkembang dapat ditekan sehingga dapat

meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan.

Page 30: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

Spodoptera litura sering mengakibatkan penurunan produksi bahkan

kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran robek, terpotong-

potong dan berlubang-lubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah

tanaman di areal pertanian akan habis termakan Pengendalian hama tanaman yang

di kembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi hama yang

menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan.

Komponen pengendalian hama yang dapat di terapkan untuk mencapai sasaran

tersebut antara lain pengendalian hayati, pengendalian secara fisik dan mekanik,

pengendalian secara kultur teknis dan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian

hama pada tanaman diarahkan pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu

(PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang

didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka

pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Musuh

alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali

hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara

maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang.

Untuk mengatasi ulat grayak agak sulit karena seringkali serangan terjadi

secara mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat grayak

diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik, teknik

pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama dengan cara

mengganggu fisiologi serangga. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan

kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman.

Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar mereka

akan bersembunyi di dalam tanah.

Pengendalian hama pada tanaman tembakau diarahkan pada penerapan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara

pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi

ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan. Strategi PHT adalah menggunakan secara kompatibel semua teknik

atau metode pengendalian hama yang didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.

Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT meliputi :

Page 31: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

1) Budidaya tanaman sehat

Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap

gangguan hama. Oleh karena itu, penerapan paket teknologi produksi harus

diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat.

2) Pelestarian musuh alami

Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor

pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu

berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang. Untuk itu,

penggunaan insektisida perlu dilakukan secara selektif. Penggunaan pestisida

nabati biji mimba yang mengandung azadirachtin terbukti dapat menekan

serangan ulat grayak (Nathan dan Kalaivani 2005).

3) Pemantauan ekosistem secara terpadu

Pemantauan ekosistem pertanaman secara rutin oleh petani merupakan dasar

analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan

pengendalian yang diperlukan.

4) Petani sebagai ahli PHT

Yaitu mampu mengambil keputusan dan memiliki keterampilan dalam

menganalisis ekosistem untuk menetapkan cara pengendalian hama secara tepat

sesuai dengan dasar PHT.

Dalam PHT, pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan

pengendalian didasarkan atas analisis ekosistem. Analisis ekosistem yang telah

ditetapkan dan berfungsi terdiri atas tiga subsistem, yaitu pemantauan,

pengambilan keputusan, dan tindakan pengendalian hama.

Pemantauan atau monitoring bertujuan untuk mengamati dinamika

agroekosistem secara rutin, baik komponen biotic (keadaan tanaman, intensitas

kerusakan, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, keadaan gulma

dan lain-lain) maupun komponen abiotik (curah hujan, suhu, air, angin, dan lain-

lain). Pengamatan secara rutin (misal satu minggu sekali) dapat dilakukan oleh

petugas pengamat khusus atau oleh petani yang terlatih. Metode pengamatan

harus dibuat praktis dan ekonomis, tetapi memiliki tingkat ketelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan. Subsistem pengambilan keputusan berfungsi untuk

Page 32: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

menentukan keputusan pengelolaan hama yang tepat yang didasarkan pada

analisis data hasil pemantauan yang secara rutin diterima dari subsistem

pemantauan. Pengambilan keputusan didasarkan pada model dan teknologi

pengelolaan hama yang dikuasai oleh dan tersedia bagi pengambil keputusan.

Keputusan yang diambil oleh pengambil keputusan merupakan berbagai

tindakan yang perlu dilakukan pada agroekosistem agar sasaran PHT terpenuhi,

termasuk keputusan kapan dan bagaimana pestisida digunakan. Subsistem

program tindakan (action program) mempunyai fungsi untuk segera melaksanakan

keputusan dan rekomendasi yang dibuat oleh subsistem pengambilan keputusan

dalam bentuk tindakan pengendalian atau pengelolaan hama pada unit lahan atau

lingkungan pertanian yang dikelola.

Hal inilah yang perlu dilakukan di TBN III Kebun Kertosari,yaitu adalah

sinergi antara para pekerja lapang, mandor, dan sinder di masing-masing bagian

untuk bisa mengetahui tahapan kerja apa saja yang bisa dilaksanakan dalam upaya

perlindungan tanaman dari serangan OPT. Spodoptera memang merupakan salah

satu dari beberapa hama penting yang terdapat pada budidaya tembakau bawah

naungan ini,sehingga perlu adanya perhatian yang lebih agar dapat menjadikan

tembakau PTPN X ini komoditas yang memiliki kualitas dan kuantitas yang

maksimal, dan sesuai dengan permintaan dan keuntungan yang didapatkan dapat

maksimal.

Page 33: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Magang Profesi merupakan salah mata kuliah yang mewajibkan

mahasiswa melakukan praktek kerja sebagai tempat mengaplikasikan ilmu yang

telah didapat dan membandingkan dengan yang ada dilapangan, selain itu untuk

memperoleh pengalaman dalam dunia kerja.

Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan magang profesi

ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan produksi tanaman tembakau yang ada di PTPN X

Kebun Kertosari TBN III, maka lakukan pemeliharaan yang intensif pada saat

pembibitan hingga tanam.

b. Untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman tembakau di

PTPN X Kebun Kertosari TBN III dilakukan proteksi dengan konsep PHT

(Pengendalian hama Terpadu) dan juga dengan melakukan pengendalian dini

atau “Early Warning System”

c. Ulat Grayak atau Spodoptera litura adalah salah satu hama penting yang

perlu mendapat perhatian khusus selain thrips, mengingat kerusakan yang

ditimbulkan berepngaruh sangat besar terhadap kualitas dan kuantitas daun

tembakau yang dihasilkan.

d. Penggunaan insektisida kimia masih menjadi andalan utama dibandingkan

pengendalian hayati, karena pengendalian hayati memerlukan pengalaman

dan kreatifitas lebih untuk menerapknnya, sedangkan para pekerja dan

mandor cenderung kurang tertarik untuk mengembangkan teknik

pengendalian hayati.

7.2 Saran

Mandor harus melakukan pengawasan yang ketat. Mandor perlu

memberikan pengarahan dan penjelasan kepada karyawan mengenai semua proses

kegiatan di lapangan, termasuk penyemprotan pestisida yang telah ditetapkan oleh

kebun. Mandor hendaknya lebih tegas untuk memberikan teguran atau peringatan

Page 34: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

kepada karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan standar kebun. Agar dapat

mencapai produktivitas yang tinggi, pihak kebun dapat menerapkan spesialisasi

untuk setiap sub kegiatan misalnya pada penyemprotan hama atau pengamat

populasi hama hendaknya terdapat lebih banyak karyawan yang mempunyai

keahlian dalam hal proteksi karena dalam kegiatan proteksi memerlukan ketelitian

dan harus dilakukan secara serentak dan dalam cakupan yang luas agar hasil yang

didapatkan dapat maksimal.

Page 35: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Sejarah Tembakau. www.indowebster.web.id.htm. Diakses tanggal 30 September 2011.

Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna Jakarta

Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Cahyono, Bambang, 1998. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Erwin dan N. Suyani. 2000.Hama dan Penyakit Tembakau.Balai PenelitianTembakau Deli PTPN II, Tanjung Morawa, Medan.

Matnawi. H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta.

Prayogo, Y. dkk. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura pada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian 24 (1) : 19 – 26.

Semangun H. 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wiroatmodjo dan Henny. 1991. Pengaruh Sistim Pembibitan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tembakau Cerutu Besuki (Nicotiana Tabacum L.) Bawah Naungan. Bul. Agr. Vol. XXI No.1.

Page 36: PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU  UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura  DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER

LAMPIRAN FOTO

a

c d

e

h

f

g

ba