PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin. Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul 05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota masing-masing (Gambar 1). Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1 menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika antrian pagi. Gambar 1. Suasana Antrian Pagi Mandor Panen terhadap Karyawan Panen
28
Embed
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG - repository.ipb.ac.id V... · dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai
dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya.
Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada
hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin.
Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul
05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota
masing-masing (Gambar 1).
Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1
menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi
hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli
terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi
asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor
maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm
Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi
perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya
pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara
Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika
antrian pagi.
Gambar 1. Suasana Antrian Pagi Mandor Panen terhadap Karyawan Panen
18
Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di
divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor
maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor
diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin
meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai
chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE
memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai
dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi
minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun
antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong,
hingga pengambilan sampel daun.
Panen
Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan
panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama
setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu
buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu
dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic
Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3
divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang
Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret
Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan
Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk
mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April
Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3.
Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual
Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas
jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu
sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen.
Kriteria matang panen akan mempengaruhi kadar ekstraksi minyak (OER) dan
19
kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang
matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa
proses perebusan dan pemipilan.
Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen
yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun
pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada
hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada
pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah
membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat
menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu
pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian
pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong
karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya
pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat
tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar 10 000 rupiah kepada
pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS.
Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup
sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada
pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi 25 000 rupiah.
Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh
dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan
dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi
Kriteria Batas Toleransi
Unripe (mentah) 0 %
(1-4 brondolan yang lepas per janjang)
Under ripe (kurang matang) < 5 %
(5-9 brondolan yang lepas per janjang)
20
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan)
Kriteria Batas Toleransi
Ripe (matang) < 95 %
( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)
Empty bunch (janjang kosong) 0 %
(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)
Longstalk (gagang panjang) 0 %
(panjang gagang lebih dari 5 cm)
Old bunch (buah restan) 0 %
(lebih dari 48 jam)
Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008)
Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang
Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari
Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan
karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal
yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : 18 + 10% karyawan panen,
namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal
mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam
satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan
Februari adalah 834 ha / 20 ha/HK = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah
karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/HK + (10 %
Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = 46 + 5 = 51 karyawan panen. Jumlah
karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang
tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya
tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar 11 – 12
hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret
yaitu 9 hari.
21
Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh
tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu
2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat
bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak,
goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu,
tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan
penggunaan dan spesifikasinya :
1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun
dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm,
tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm.
Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 – 8 tahun
dengan lebar mata ukuran 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5
cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20
cm.
2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi
pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm
sudut lengkung dihitung pada sumbu 135° dan berat pisau 0.5 kg, dengan
panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung
hingga mencapai 9 meter.
3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian
lebih dari 9 m (umur >8 tahun).
4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam
blok ke TPH.
5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan
ke alat transport.
6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat
pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH.
7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada
pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi
pemanen yang memotong buah tersebut.
22
Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat
memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian
agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate
dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan
pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan,
(boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau
antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan
lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road) merupakan jalan penghubung antar
collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur -
barat , jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan
lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara – selatan, jalan bantu yaitu jalan
tambahan yang dibuat pada areal – areal sulit untuk mendukung pengumpulan
produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun
dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan
dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang
Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur.
Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan
terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road
menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan
permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk
menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat
dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm).
2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual.
Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan.
3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk
menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang
terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah
pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke
TPH.
23
4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang
menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan.
Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen
adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan
dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta
mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu
perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya.
Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat
kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki
bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun
dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh
ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen
yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi
kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya
hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga
tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok.
Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan
panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui
kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk
pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung
jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh
dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah
10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok.
Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate
menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah
sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah
ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok
telah selesai.
Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena
manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan
secara sempurna, tandan buah segar (TBS) yang dipanen terpusat di collection
24
road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem
hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena
hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga
lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang
sama.
Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang
Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor
panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas
mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan
yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen
bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap
asisten.
Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah
Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS
non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut
TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan
karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen.
Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara
mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing
kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin.
Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk
melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang
sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan
buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70
janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya.
Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak
terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh “U” di
kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf “U” mempunyai
tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di
gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir
kehilangan pupuk akibat aliran air hujan karena pupuk akan tertahan di bawah
25
pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif
mencari unsur hara tersedia di tanah.
Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah
adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang
langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu
potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah
pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di
piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar
tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta
TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan
kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel
menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah
tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di
TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada
potongan gagang panjang (Gambar 2).
(a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan
Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan
Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen
menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap
hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk
dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap
pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan
pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh
mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah,
kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF
(brondolan). Mandor panen segera kembali ke kantor divisi untuk mengisi buku
26
kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada
hari tersebut.
Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah
di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen
serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada
bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani
mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan
besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah
menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan
harinya.
Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau
database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat
dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby
di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi
setiap anggota pada tutup buku.
Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan
sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada
hari itu pemanen dapat memotong 1 300 kg sehingga pemanen akan mendapatkan
premi sebesar Rp 13 500,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu
memotong lebih dari 1 300 kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp
45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau
2 600 kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 27 000,-
dan bobot lebih dari basis 1 300 kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg.
Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor