Perencanaan Pelabuhan PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim, dimana peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya (Bambang Triatmodjo, 2003). Dengan adanya pelayaran antara satu tempat dengan tempat lainnya, hal ini akan membuka jalinan hubungan antara daerah. Perkembangan daerah yang terus terjadi menimbulkan suatu kebutuhan akan adanya pelabuhan di suatu daerah. Menurut Bambang Triatmodjo (2003), pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito), dan tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang di mana barang- barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Ditinjau dari segi penggunaannya, pelabuhan dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu: 1. Pelabuhan minyak; 2. Pelabuhan ikan; 3. Pelabuhan barang; 4. Pelabuhan penumpang; 5. Pelabuhan untuk keperluan campuran; dan 6. Pelabuhan militer. 1 BAB I
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Perencanaan Pelabuhan
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim, dimana peranan pelayaran
adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan, dan sebagainya (Bambang Triatmodjo, 2003). Dengan
adanya pelayaran antara satu tempat dengan tempat lainnya, hal ini akan
membuka jalinan hubungan antara daerah. Perkembangan daerah yang terus
terjadi menimbulkan suatu kebutuhan akan adanya pelabuhan di suatu daerah.
Menurut Bambang Triatmodjo (2003), pelabuhan (port) adalah daerah
perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas
terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar
muat barang, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito), dan
tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan
gudang-gudang di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.
Ditinjau dari segi penggunaannya, pelabuhan dapat dibagi atas beberapa
macam, yaitu:
1. Pelabuhan minyak;
2. Pelabuhan ikan;
3. Pelabuhan barang;
4. Pelabuhan penumpang;
5. Pelabuhan untuk keperluan campuran; dan
6. Pelabuhan militer.
Konstruksi pada pelabuhan yang digunakan untuk menyandarkan kapal-
kapal dan menambatkannya pada waktu melakukan bongkar muat barang dan
menaikturunkan penumpang disebut dermaga. Dermaga menurut konstruksinya
dapat dibagi atas:
1. Jembatan perancah (jetty/pier);
2. Dinding tegak (quai/wharf); dan
3. Ponton terapung.
1
BAB
I
Perencanaan Pelabuhan
Pada tugas perencanaan pelabuhan ini ditekankan pada perencanaan
pelabuhan penumpang yang terletak di sebuah sungai yang berjarak sekitar 10
km dari garis pantai. Pada lokasi yang ditinjau, perlu diperhitungkan sedimentasi
yang terjadi, sehingga dapat diketahui berapa volume pengerukan yang harus
dilakukan. Dengan demikian dapat diperkirakan biaya yang harus dikeluarkan
untuk pelabuhan tersebut, termasuk biaya operasional dan konstruksinya.
Untuk merencanakan pelabuhan penumpang, ada beberapa hal yang
harus dipenuhi sebagai persyaratan, diantaranya:
1. Dermaga harus panjang dan dapat menampung seluruh panjang kapal
atau setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal.
2. Tersedianya kantor imigrasi
3. Tersedianya kantor bea cukai.
4. Adanya kantor keamanan.
5. Adanya kantor direksi pelabuhan.
6. Adanya kantor maskapai pelayaran.
7. Depot minyak dan air bersih.
8. Adanya tempat parkir.
9. Fasilitas pelayanan publik.
10. Adanya tempat ibadah.
Semua persyaratan di atas harus dipenuhi oleh pelabuhan untuk
menciptakan kelancaran dan pelayanan yang baik. Dengan pelayanan yang baik,
tentunya hal ini akan menyebabkan pelabuhan akan semakin sering disinggahi
oleh kapal-kapal.
2
BAB
II
Perencanaan Pelabuhan
DASAR-DASAR PERENCANAAN PELABUHAN
Pembangunan pelabuhan membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh
karena itu, diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang matang untuk
memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan
pelabuhan umumnya didasarkan pada pertimbangan ekonomi, politik, dan
teknis. Ketiga faktor ini saling berkaitan, namun biasanya yang paling
menentukan adalah pertimbangan ekonomi.
2.1 Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan
Untuk bisa memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Bambang Triatmodjo, 2003):
1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat
seperti jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang
dapat diangkut dari dan ke pelabuhan dengan mudah dan cepat.
2. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang
(daerah pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.
3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup,
sehingga kapal dapat dengan leluasa melakukan pergerakan untuk keluar
masuk pelabuhan.
4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh
selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang
atau mengisi bahan bakar.
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang dan gudang-
gudang tempat penyimpanan barang setelah bongkar muat.
6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal-kapal.
2.2 Pemilihan Lokasi Pelabuhan
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan
daratan. Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang diperlukan
3
Perencanaan Pelabuhan
untuk alur pelayaran, kolam putar, penambatan dan tempat berlabuh, dan
kemungkinan pengembangan pelabuhan di masa mendatang. Daerah perairan
ini harus terlindung dari gelombang, arus dan sedimentasi.
Keadaan daratan tergantung pada fungsi pelabuhan dan fasilitas yang
berhubungan dengan tempat pengangkutan, penyimpanan dan industri.
Pembangunan suatu pelabuhan biasanya diikuti dengan perkembangan daerah
di sekitarnya. Untuk itu daerah daratan harus cukup luas untuk mengantisipasi
perkembangan industri di daerah tersebut.
Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah
sebagai berikut:
1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan
termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.
2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur
dan kolam pelabuhan.
2.2.1 Tinjauan topografi dan geologi
Keadaan topografi daratan dan keadaan dasar sungai harus
memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk
pengembangan di masa datang. Daerah yang akan digunakan untuk perairan
pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa
masuk ke pelabuhan. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun
fasilitas-fasilitas yang mendukung suatu pelabuhan seperti dermaga, gudang,
jalan, kantor, dan sarana-sarana penunjang lainnya.
Selain keadaan topografi, kondisi geologi perlu diteliti untuk
memperkirakan sulit tidaknya melakukan pengerukan daerah perairan dan
kemungkinan menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk menimbun tempat
lain. Kondisi lapisan tanah pada daerah rencana pembangunan pelabuhan juga
perlu diteliti, untuk mengetahui bagaimana daya dukung tanah tersebut
terhadap bangunan di atasnya. Selain itu jenis sedimentasi perlu diketahui untuk
memperkirakan jenis alat keruk yang dapat dipakai pada lokasi tersebut.
2.2.2 Tinjauan pelayaran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suatu pelayaran adalah pengaruh
angin, gelombang, dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja
pada kapal. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan
4
Perencanaan Pelabuhan
pelabuhan agar mudah dan nyaman dilalui kapal-kapal yang akan
menggunakannya.
2.2.3 Tinjauan sedimentasi
Peninjauan sedimentasi yang terjadi harus diperhitungkan dengan baik.
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi
harus sesedikit mungkin. Proses erosi dan sedimentasi yang terjadi berpengaruh
pada jenis sedimen dasar dan juga tergantung pada arus yang mengalir melalui
lokasi kolam pelabuhan. Selain itu, sedimentasi juga dipengaruhi oleh keadaan
hutan yang berada di atas aliran sungai. Bila kondisi hutan di atas kolam
pelabuhan adalah hutan gundul ataupun terjadi penebangan hutan secara liar,
maka air hujan yang turun tidak dapat meresap langsung ke dalam tanah,
sehingga akan mengalir ke sungai, selanjutnya keadaan ini mempengaruhi
kecepatan pengangkutan.
Sedimentasi di bagian atas kolam pelabuhan akan memperbesar jumlah
sedimen yang akan mengendap di kolam pelabuhan, sehingga perlu diadakan
pengerukan yang memerlukan biaya yang cukup besar.
2.2.4 Tinjauan gelombang dan arus
Gelombang merupakan faktor penting di dalam perencanaan pelabuhan.
Untuk pelabuhan yang terletak di sebuah estuari, maka pengaruh akibat
gelombang tidak begitu besar, sehingga untuk perencanaan tidak
diperhitungkan. Adapun gelombang yang timbul hanya diakibatkan oleh kapal
yang bergerak dan dalam hal ini sangat kecil pengaruhnya.
2.3 Draft Kapal
Draft (sarat) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan
muatan maksimum atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan
dengan titik terendah kapal. Pada Tabel 1.1 Buku Pelabuhan karangan Bambang
Triatmojo dapat dilihat bahwa untuk kapal penumpang yang mempunyai bobot
mati 3.000 ton, mempunyai panjang (Loa) 99 meter, lebar 14,7 meter, dan draft
4,5 meter. Untuk keamanan, draft kapal harus ditambahkan dengan suatu nilai
keamanan yang besarnya adalah 1,5 m. Sehingga draft total kapal adalah
sebesar 6 m.
5
Perencanaan Pelabuhan
2.4 Ukuran dan Bentuk Pelabuhan
Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran kapal-kapal yang
akan menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Dalam tugas
rancangan pelabuhan ini direncanakan ukuran dan bentuk pelabuhan sedemikian
hingga sesuai dengan perkiraan untuk 20 tahun ke depan. Hal tersebut karena
pelabuhan ini merupakan pelabuhan penumpang yang tidak terlalu besar
(disesuaikan dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,13% per tahun).
Berdasarkan karakteristik kapal yang disebutkan tadi, maka panjang dermaga
yang dibutuhkan (terpakai) untuk merapatnya kapal tersebut adalah sebagai
berikut:
Lp = n . Loa + (n – 1) 15 + 2 . 25
= 1 . 99 +(1 – 1) 15 + 50
= 149 m
Jadi diperkirakan panjang dermaga terpakai adalah 149 meter. Lebar total
kolam pelabuhan direncanakan 240 m sehingga di sisi sungai dikeruk sejauh 40
m dari lebar sungai yang sudah ada, yaitu sebesar 200 m, sehingga kapal dapat
berputar di dalam kolam. Sebagai kontrolnya:
B` = b(2) + (30 s.d. 40) m
= 14,7(2) + 40
= 69,4 m < 200 m (lebar mulut pelabuhan)
2.5 Fender
Fender berfungsi untuk menahan gaya dan menyerap energi benturan
yang disebabkan oleh tumbukan kapal pada waktu kapal merapat ke dermaga.
Fender juga melindungi rusaknya cat pada badan kapal karena gesekan antara
kapal dan dermaga yang disebabkan oleh gerak gelombang, arus dan angin. Bila
dinding dermaga tidak dilindungi, maka konstruksi dermaga akan cepat rusak.
Untuk itu di sepanjang dermaga diberikan konstruksi pelindung yaitu fender.
Menurut Bambang Triatmodjo (2003), terdapat beberapa tipe fender, yakni
fender kayu, fender karet, dan fender gravitasi.
6
Perencanaan Pelabuhan
ANALISA SEDIMEN
Pada sebuah sungai akan dibangun suatu pelabuhan penumpang. Dalam
merencanakan pelabuhan tersebut perlu diadakan suatu analisa sedimentasi
yang akan mempengaruhi kedalaman dasar kolam pelabuhan.
Data sungai:
Lebar sungai (B) = 200 m
Kemiringan dasar (I) = 4 x 10-3
Kemiringan talud = 1 : 3 (vertikal : horizontal)
Kedalaman air rata-rata (h) = 8 m
Kekasaran dasar (k) = 2,5 x 10-2 m
Jari-jari hidrolis (R) = 7,407 m
Data butiran:
Diameter butiran: d35 = 0,126 mm
d50 = 0,154 mm
d90 = 0,335 mm
Berat jenis butiran (s) = 2640 kg/m3
Berat jenis air (w) = 1010 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/det2
Temperatur (T) = 20° C
3.1 Menentukan Debit Normal (Qn)
7
BAB
III
Perencanaan Pelabuhan
A = (B + m.h)h
= (200 + 3 x 8)8
= 1792 m2
Asumsi pengaliran adalah turbulen sempurna dengan dasar hidrolik kasar.
C = 18 log = 18 log = 63,916 m1/2/dt
= C
= 63,916
= 11,002 m/dt
Kontrol:
= 1 x 10-6 m2/dt
Re = = =81,489 x 106
Berdasarkan Diagram Chezy, pengaliran adalah hidrolik kasar sehingga asumsi
awal benar.
Q = A x = 1792 x 11,002 = 19715,584 m3/dt
Jadi, debit normal sungai (Qn) = 19715,584 m3/dt.
3.2 Menentukan Ada Tidaknya Angkutan Bed Load Pada Qn
D35 = 0,126 mm = 1,26 x 10-4 m
Re =
=
= 67,895
Berdasarkan Grafik S3, butiran dinyatakan bergerak.
8
Perencanaan Pelabuhan
D50 = 0,154 mm = 1,54 x 10-4 m
Re =
=
= 82,982
Berdasarkan Grafik S3, butiran dinyatakan bergerak.
D90 = 0,335 mm = 3,35 x 10-4 m
Re =
=
= 180,498
Berdasarkan Grafik S3, butiran dinyatakan bergerak.
Hal ini menunjukkan bahwa semua butiran bergerak.
Fr = = = 1,243 > 1 (air mengalir cepat)
3.3Menentukan Volume Sedimen Pada Qn
Untuk menentukan volume sedimen digunakan rumus Frijlink, Einstein, dan
MPM (diambil volume timbunan yang terbesar).
3.3.1 Metoda Frijlink
Dipakai dm = d50 = 0,154 mm
Cd90 = 18 log = 18 log = 97,628 m1/2/dt
= 0,529
9
Perencanaan Pelabuhan
= 0,016
Berdasarkan Grafik S9 didapat:
= 5
Tb = 5 x dm (g..R.I)1/2
= 5 x (1,54 x 10-4) x (9,8 x 0,529 x 7,407 x 0,004)1/2
= 3,018 x 10-4 m3/dt
Tb selebar sungai = 3,018 x 10-4 m3/dt x 200 m
= 0,0604 m3/detik
Volume sedimen selama 1 tahun = 0,0604 x 365 x 24 x 3600
= 1.903.353,126 m3
3.3.2 Metoda Einstein
Dipakai d35 = 0,126 mm; = 0,529
= = 0,013
Berdasarkan Grafik S7 didapat Φ* = 10
Tb = 10 x 2640 x 1,6140,5 x (9,8 x 1,26 x 10-4)1,5
= 1,455 N/m.dt
Tb selebar sungai = 1,455 N/m.dt x 200 m
= 291,059 N/dt (berat solid di udara) atau
= = 0,011 m3/dt
Volume sedimen selama 1 tahun = 0,011 x 365 x 24 x 3600
= 346.896 m3
10
Perencanaan Pelabuhan
3.3.3 Metoda MPM
w .R.I = 0,047.(s - w).dm + 0,25 .Tb2/3
Sungai lebar, = 1
Diameter efektif = d50 = 1,54 x 10-4 m
= 0,529
maka dengan rumus MPM:
1,01 x 1 x 0,529 x 7,407 x 0,004 = 0,047 x 1,63 x (1,54 x 10 -4 ) + 0,25 x
Tb2/3
1,583 x 10-2 = 1,179 x 10-5 + 0,117 x Tb2/3
Tb = 4,971 x 10-2 t/m.dt
Tb selebar sungai= 4,971 x 10-2 t/m.dt x 200 m
= 9,942 t/dt
Volume sedimen selama 1 tahun = 9,942 x 365 x 24 x 3600
= 313.540.621,8 t (di air) atau
= = 192.356.209,7 m3
Maka besar volume sedimen pada debit normal (Qn) diambil yang realistis yaitu
menurut Frijlink sebesar 1.903.353,126 m3/tahun.
11
Perencanaan Pelabuhan
PENGERUKAN
Pengerukan dikenal dalam teknik pembangunan pelabuhan sebagai
sarana penunjang suatu proses pelaksanaan penggalian dan penimbunan tanah
baik di dalam air maupun di darat. Pengerukan dilakukan pada saat
pembangunan pelabuhan yaitu dalam pembuatan kolam pelabuhan, perataan
suatu dasar pemecah gelombang dan sebagainya. Pengerukan juga dilakukan
untuk memelihara kedalaman kolam pelabuhan atau alur pelayaran, karena
adanya pengangkutan sedimen. Pada pembangunan pelabuhan ini dilakukan
pengerukan awal untuk mendapatkan kedalaman yang cukup sesuai dengan
draft kapal yang akan masuk pelabuhan ini dan dilakukan pengerukan akibat
sedimentasi yang terjadi.
4.1 Pengerukan pada Awal Pembangunan Pelabuhan
Pelabuhan ini direncanakan untuk disinggahi oleh kapal penumpang yang
mempunyai karakteristik bobot mati 3000 ton, mempunyai panjang (Loa) 99
meter, lebar 14,7 meter, dan draft 4,5 meter. Draft kapal total adalah draft kapal
ditambah dengan angka koreksi karena adanya salinitas dan kondisi muatan
sebesar 1,5 m. Draft kapal total menjadi 4,5 m + 1,5 m = 6 m.
4.1.1 Data kapal keruk
Jenis kapal keruk yang dipakai untuk pengerukan awal pembangunan
tersebut adalah kapal keruk hidraulis yang memiliki cara kerja dengan mengayun
(swing) dimana arah kepala hisap digerakkan dalam radius dan kedalaman
tertentu.
Ukuran pipa penghisap 16 inchi yang dapat menghasilkan produk hisap
sebesar 200 cu Yard/jam atau 200 x 0,764 m3/jam = 152,8 m3/jam
Data kapal keruk:
Diameter pipa penghisap : 0,406 m
12
BAB
IV
Perencanaan Pelabuhan
Panjang Lambung : 13,725 m
Panjang Ladder : 12,810 m
Jarak spud dengan pisau pemotong : 26,840 m
Jarak penyapuan : 29,814 m
Sudut Inklanasi : 60°
Lebar kerja minimum : 17,090 m
Kedalaman pengerukan (Zs) : 11,094m
Lebar alur pengerukan : 10 m
4.1.2 Volume pengerukan kolam pelabuhan
Ukuran kolam pelabuhan yang direncanakan dalam tugas rancangan
pelabuhan ini adalah dengan lebar 40 m dan panjangnya 180 m. Jadi sungai
tempat kolam pelabuhan akan dibuat harus diperlebar sebesar 40 m dari lebar
semula yaitu 200 m. Pengerukan di sungai dilakukan dengan kapal keruk,
sedangkan pada bagian pelebaran mula-mula dikeruk dengan backhoe hingga
mencapai kedalaman 4 m dari tanah yang belum dikeruk. Dengan demikian pada
bagian pelebaran ini kedalaman pengerukan oleh kapal keruk adalah sebesar 4
m. Pengerukan sungai dilakukan dari wilayah dimana dermaga akan dibangun.
Hal ini akan memudahkan dalam membuang tanah kerukan untuk selanjutnya
digunakan untuk timbunan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka volume pengerukan kolam pelabuhan
pada awal pembangunan adalah:
1. Pada jarak sekitar 10 km dari garis pantai, kedalaman sungai rata-rata
adalah 8 m, sehingga tidak diperlukan pengerukan.
2. Daerah pelebaran sungai untuk kolam pelabuhan sebesar 40 m
kedalaman pengerukan adalah 8 m. Volume pengerukan: 8 x 40 x 180
= 57.600 m3.
Volume total kerukan = 57.600 m3.
4.1.3 Volume pengerukan alur pelayaran
Alur pelayaran dibuat sepanjang 10 km yaitu dari garis pantai. Kedalaman
sungai rata-rata adalah 8 m, sehingga untuk kapal dengan draft 4,5 m tidak
diperlukan lagi pengerukan alur pelayaran.
13
Perencanaan Pelabuhan
4.1.4 Waktu pengerukan pada awal pembangunan pelabuhan
Berdasarkan uraian perkiraan volume pengerukan di atas, maka waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pengerukan dengan kapal keruk dapat
diperkirakan. Adapun kapal keruk bekerja selama 10 jam sehari. Perhitungan
untuk waktu pengerukan adalah sebagai berikut:
- Produksi hisap kapal keruk = 152,8 m3/jam
- Produksi hisap 1 hari (10 jam kerja) = 10 x 152,8 = 1.528 m3/hari.
- Volume total kerukan = 57.600 m3.
Waktu pengerukan = = 38 hari/1 kapal keruk
4.1.5 Pengerukan dengan backhoe
Pengerukan dengan backhoe lazim disebut dengan penggalian.
Penggalian ini dimulai dari elevasi nol sampai kedalaman efektif backhoe yaitu 4
m. Dengan demikian dapat dihitung volume galian: 40 x 180 x 4 = 7.200 m3
Volume total galian = 7.200 m3.
Produktivitas backhoe:
- Kapasitas bucket : 1 m3
- Tanah galian = tanah lanau basah
- % swell : 23 %
- Dalam pemotongan : 4 m
- Sudut swing : 90˚
- Kondisi pekerjaan = sedang
Kapasitas buket: 1/1,23 = 0,81 m3/trip
Time cycle:
- Pengisian bucket : 7 detik
- Angkat beban dan swing : 10 detik
- Dumping (pembuangan) : 5 detik
- Swing kembali : 5 detik
- Waktu tetap, percepatan, dan lain-lain : 5 detik
Total waktu = 32 detik = 0,53 menit = 0,0089 jam
Banyak trip = 1/0,0089 = 113 trip/jam
Produksi teoritis = 0,81 x 113 = 92 m3/jam
Faktor koreksi:
14
Perencanaan Pelabuhan
- Efisiensi kerja: 50 menit/jam (0,83 jam)
- Untuk kondisi kerja dan tata laksana sedang: 0,65
- Faktor swing dan kedalaman galian:
- Tanah lanau dan basah : 10,2
- Kedalaman optimum : 4/10,2 x 100 % = 39,22 %.
- Swing 90% : 0,80
- Faktor pengisian : 0,90
Faktor koreksi total : 0,83 x 0,65 x 0,80 x 0,90 = 0,39
Produksi/jam : 92 m3/jam x 0,39 = 35,88 m3/jam.
Dalam 1 hari : 10 x 35,88 = 358,8 m3/hari.
Waktu yang diperlukan 1 backhoe untuk sekali galian: 32 detik.
Waktu penggalian: 7.200/358,8 = 21 hari/backhoe
Direncanakan digunakan 2 buah backhoe, maka 21/2 = 11 hari.
4.1.6 Pengangkutan hasil pengerukan dengan dumptruck
Dumptruck digunakan untuk mengangkut tanah hasil pengerukan dengan
backhoe di daerah kolam pelabuhan yang akan diangkut untuk dibuang ke
daerah rendah di luar llokasi proyek. Dumptruck yang digunakan berkapasitas 6
m3
Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi muatan : 3,2 menit
Waktu perjalanan ke lokasi pembuangan dan kembali ke proyek : 10 menit
Jumlah dumptruck yang dibutuhkan :
truck/backhoe
Jadi, jumlah dumptruck yang dibutuhkan untuk 2 backhoe adalah 8 dumptruck.
4.2 Waktu Pengerukan pada Perawatan Pelabuhan
Untuk perawatan pelabuhan, pelaksanaan pengerukan adalah karena
faktor sedimentasi baik terhadap kolam pelabuhan maupun alur pelayaran.
Berdasarkan perhitungan sedimentasi pada Bab III sudah diperoleh volume total
sedimentasi yaitu 1.903.353,126 m3 atau 5.214,67 m3/hari. Dengan demikian
tebalnya sedimentasi pada alur pelayaran dan kolam pelabuhan adalah sebagai
berikut:
15
Perencanaan Pelabuhan
t = = 0,948 m < 1,5 m (aman)
maka selang waktu diperlukannya pengerukan:
= 1,6 tahun
Pengerukan yang dilakukan pada masa perawatan adalah selebar alur pelayaran
(lebar alur pelayaran adalah 70,56 m). Besar volume sedimen pada alur
pelayaran adalah 671.559,372 m3 selama setahun.
Dengan kapasitas produksi kapal keruk sebesar 1.528 m3/hari, maka lamanya
waktu 1 kapal keruk melakukan pengerukan adalah:
= 440 hari kerja
Direncanakan 4 buah kapal keruk, sehingga waktu pengerukan adalah 3,7 bulan.
16
BAB
V
Perencanaan Pelabuhan
FEASIBILITY
Perencanaan pembangunan suatu pelabuhan, faktor feasibility pelabuhan
tersebut juga penting diperhatikan. Hal ini karena akan membantu dalam
perkiraan biaya pelabuhan yang dibangun tersebut. Selain itu juga bisa
diperkirakan biaya pemeliharaannya dan keuntungan dari pengoperasiannya.
Feasibility meliputi perencanaan biaya pelabuhan dari awal, biaya pemeliharaan,
operasional dan benefit (keuntungan/pemasukan dari pembangunan pelabuhan
tersebut).
5.1 Biaya Pembangunan dan Perawatan
Biaya pembangunan barang ini antara lain meliputi biaya-biaya untuk
kegiatan survey, pembebasan tanah, pemagaran lahan, desain perencanaan,
pembangunan, biaya operasional, dan sebagainya.
Survey , yang merupakan peninjauan terhadap faktor-faktor ekonomis, teknis
dan faktor lainnya yang dianggap perlu dalam perencanaan pembangunan
suatu pelabuhan, sebesar Rp 130.000.000,-
Pembebasan tanah , harga tanah diasumsikan Rp 60.000,-/m2 dan luas
seluruh areal pelabuhan: (300 x 668)= 200.400 m3.
Rp 12.024.000.000,-
Pemagaran
Pagar untuk batas seluruh areal pelabuhan sepanjang 1268 m Rp
1.000.000,-/m.
Rp 1.268.000.000,-
Pembangunan fisik , meliputi:
Dermaga dengan dimensi 149 m x 21 m x 0,6 m dibangun dengan
konstruksi beton cor mutu K250 seharga Rp 4.000.000/m3.
Rp 7.509.600.000,-
17
Perencanaan Pelabuhan
Pemasangan tiang pancang diameter 500 mm dan tebal 12 mm,
dengan total berat 2800 ton.
Rp 40.026.154.150,-
Gedung stasiun utama yang meliputi pusat koordinasi pelabuhan,