BAB III PEKERJAAN BETON 3.1 KESIAPAN KERJA Sebelum pengecoran beton dilaksanakan harus dilakukan pekerjaan persiapan yang mencakup hal sebagai berikut : Semua ruang yang akan di isi adukan beton harus bebas dari kotoran Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang ,menempel pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras tersebut Bidang –bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru, harus dikasarkan dan dibasahi sebelum beton baru dicorkan Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis minyak mineral, lapisan bahan kimia, lembaran plastik atau bahan lain yang disetujui oleh pengawas bangunan; Tulangan harus bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan beton dengan tulangan; Tidak boleh ada air pada semua ruang yang akan dicor beton kecuali pada system pengecoran Tremie. 3.2 RANCANGAN CAMPURAN BETON a. Umum Campuran beton didesain untuk kekuatan rencana (target) yang melebihi kekuatan karakteristik yang disyaratkan. Yang dimaksud kekuatan karakteristik dari berbagai kelas/jenis beton didefinisikan sebagai kekuatan di mana hanya 5 persen dari benda uji yang ada gagal untuk minimum 20 buah benda uji yang diperiksa.
99
Embed
PEKERJAAN BETON KESIAPAN KERJA - bpsdm.pu.go.id fileUntuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis minyak mineral,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
PEKERJAAN BETON
3.1 KESIAPAN KERJA
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan harus dilakukan pekerjaan persiapan yang
mencakup hal sebagai berikut :
Semua ruang yang akan di isi adukan beton harus bebas dari kotoran
Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang ,menempel pada permukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton yang telah mengeras tersebut
Bidang –bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru, harus
dikasarkan dan dibasahi sebelum beton baru dicorkan
Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari acuan boleh dilapisi
dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis minyak mineral, lapisan bahan kimia,
lembaran plastik atau bahan lain yang disetujui oleh pengawas bangunan;
Tulangan harus bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat merusak
beton atau mengurangi lekatan beton dengan tulangan;
Tidak boleh ada air pada semua ruang yang akan dicor beton kecuali pada system
pengecoran Tremie.
3.2 RANCANGAN CAMPURAN BETON
a. Umum
Campuran beton didesain untuk kekuatan rencana (target) yang melebihi kekuatan
karakteristik yang disyaratkan. Yang dimaksud kekuatan karakteristik dari berbagai
kelas/jenis beton didefinisikan sebagai kekuatan di mana hanya 5 persen dari benda uji
yang ada gagal untuk minimum 20 buah benda uji yang diperiksa.
Tabel 3.1 - (Ketentuan Sifat Campuran)
Jenis Beton
Mutu Beton Kuat Tekan Minimum
fc’ (MPa)
óbk’
(Kg/cm2)
Benda Uji Silinder (Mpa)
ö15 - 30 cm
Benda Uji Kubus (Kg/cm2)
15 x 15 x 15 cm3 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
Mutu Tinggi 50 45 35
K600 K500 K400
32,5 26,0 24,0
50,0 40,0 33,0
390 325 285
600 500 400
Mutu Sedang
30 25 20
K350 K300 K250
21,0 18,0 15,0
29,0 25,0 21,0
250 215 180
350 300 250
Mutu Rendah
15 10
K175 K125
9,5 7,0
14,5 10,5
115 80
175 125
Kekuatan rencana dipilih dengan mempertimbangkan derajat pengendalian mutu yang
dapat diharapkan oleh kontraktor terhadap material dan penanganan beton dilapangan.
Untuk beton yang dirawat basah kekuatan rencana tidak akan kurang dari T;
T = fc’ + k S
T = kekuatan rencana
fc’ = kekuatan karakteristik yang disyaratkan pada umur 28 hari
k = 1,64 adalah factor statistik (untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)
S = Standart deviasi
S =
fcm =
S = deviasi standar
fci = kekuatan tekan beton dari masing-masing benda uji
∑ (fci – fcm)²
N - 1
N
C=1
∑ fci
N
C=1
N
fcm = kekuatan tekan beton rata-rata dari benda uji
N = jumlah seluruh benda uji
b. Prosedur Desain
Teliti bahan setempat yang tersedia serta sifat-sifatnya mencakup semen, agregat
kasar, agregat halus dan air;
Tentukan kekuatan karakteristik yang disyaratkan untuk campuran beton biasanya
kekuatan tekan pada 28 hari (lihat Tabel 3-1 Ketentuan sifat campuran)
Asumsikan standar deviasi perkiraan (lihat tabel 3-2 Perkiraan awal dari standar
deviasi)
Hitung kekuatan yang ditargetkan (kekuatan rencana)
Tentukan perbandingan air/semen ratio yang sesuai dengan semen yang dipilih yang
akan menghasilkan kekuatan tekan yang diinginkan (Grafik 3-3 Pengaruh rasio
air/semen terhadap kekuatan tekan)
Bandingkan dengan perbandingan air/semen ratio berdasarkan persyaratan ketahanan
(Tabel 3-4 Persyaratan ketahanan)
Pilih slump sesuai dengan situasi (Tabel 3-5 Slump beton yang disarankan-Agregat
ukuran maksimum 20 mm)
Tentukan kadar air bebas untuk slump yang dipilih (Grafik 3-6 Persyaratan air)
Hitung kadar semen = kadar air bebas/water cemen ratio dan bandingkan dengan
kadar semen minimum
Tetapkan kepadatan basah dari beton basah (Grafik 3-7 Estimasi kadar basah beton
yang dipadatkan
Tentukan zone dari gradasi agregat halus (Grafik 3-8 Zone 1-untuk agregat halus,
grafik 3-9 Zone 2-untuk agregat halus)
Hitung proporsi dari agregat kasar dan halus (grafik 3-10, 3-11, 3-12 Proporsi agregat
halus yang disarankan untuk agregat 10 mm, 20 mm, 40 mm)
Selanjutnya gradasi campuran bisa di hitung dan diperiksa terhadap gradasi agregat
yang akan menghasilkan beton yang memuaskan. Jika kurva gradasi gabungan jatuh
diluar daerah untuk ukuran agregat yang relevan maka rasio baru agregat halus
terhadap agregat kasar harus dipilih dan diperiksa kembali.
Dari tahapan diatas dapat dihitung proporsi bagian air, bagian semen, bagian pasir
dan bagian agregat kasar. Dengan berdasarkan setiap zak semen adalah 40 kg maka
tiap-tiap material dapat dihitung dalam berat (kg)
Volume yang ditempati oleh material campuran dapat ditentukan dengan membagi
massa masing-masing bahan dengan berat jenisnya. Dalam hal agregat, berat jenis
biasanya adalah kepadatan partikel dalam kondisi jenuh (SSD). Dengan demikian tiap-
tiap material dapat dihitung dalam volume (liter).
3.3. PERCOBAAN CAMPURAN
Setelah didapat rancangan campuran, kemudian diperlukan suatu batch kecil campuran
percobaan, kira-kira 0,1 m3 beton untuk memastikan apakah asumsi yang dibuat pada
desain campuran telah benar. Campuran percobaan ini harus diuji untuk kekuatan tekan,
slump dan sifat-sifat lain yang disyaratkan oleh perencana untuk menentukan apakah
sifat-sifat tersebut diperoleh dengan proporsi dari material yang diperkirakan . Minimum
20 benda uji harus dibuat dengan maksud memastikan kekuatan tekan campuran
percobaan tersebut. Percobaan campuran harus memenuhi SNI 03-2834-2000.
3.4. PEMBETONAN
Pembetonan harus dilaksanakan seperti syarat-syarat teknik sebagai berikut :
(1) Pelaksanaan Pengecoran
(a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting).Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak
hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
(d) Pengecoran beton ke dalam cetakan sampai selesai harus dalam waktu 1 jam
setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan
tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan selesai.
(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus
dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
(g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan
yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak
melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 30
cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air
dan tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran,
maka beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket,
dimana pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton tremi maka
campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar campuran
tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara
keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa
setting time beton. Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan
menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal
beton, yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan
penghentian pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan
sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan beton mengalir dengan baik.
Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton
terhambat maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu
sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.
(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
(j) Dalam waktu 24 jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak boleh
ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas
permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 jam setelah pengecoran dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(k) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat
Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton
untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
(2) Pemadatan
(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lain di dalam acuan.
(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di
antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan
sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar
tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik
secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih
dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik
atau permukaan beton sudah mengkilap.
(f) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
dibawah ini :
Tabel 3.2 - Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3/j am)
Jumlah Alat
4 8 12 16 20
> 20
2 3 4 5 6
> 6
Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat penggetar
yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
(g) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu
ikat awal (initial setting).
3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
(a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen
struktur kecuali ditentukan demikian.
(b). Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
(c). Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
(d). Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
(e). Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan bilamana
pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya
pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
(f). Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
(g). Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas
muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
3.5 PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu mencakup pengujian untuk kelacakan, pengujian kuat tekan dan
pengujian tambahan yang pada syarat-syarat teknik (spesifikasi) dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan,
dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada
diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
(2) Pengujian Kuat Tekan
(a) Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per
set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
(b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji
tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan
benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
(c) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
(d) Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan
untuk setiap komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 set
benda uji.
(e) Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1 set = 3 buah
benda uji.
(f) Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton
umur 28 hari.
(g) Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut,
maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat
tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah
benda uji yang berdekatan nilainya.
Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana.
(i) Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc’.
(j) Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya,
dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari
struktur tidak membahayakan.
(k) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada
daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini
harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak
membahayakan struktur untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau
terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
(l) Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara
struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti
tersebut tidak kurang dari 0,85 fc ’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton
saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila
disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat
tekan beton yang dihasilkan.
(3) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
(a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo, Ultrasonic
Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil pengujian tidak boleh
digunakan sebagai dasar penerimaan);
(b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
(c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
(d) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
(e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
3.6 PERAWATAN
Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban didalam beton pada waktu semen
berhidrasi, dan oleh karena hal tersebut akan mengusahakan tercapainya kekuatan
struktur yang diinginkan dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disayaratkan
untuk ketahanannya.
Dilapangan beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling sedikit 7 hari
setelah pengecoran dan beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam
kondisi lembab selama paling sedikit 3 hari pertama.
Adapun cara-cara perawatan yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
Lapisan pasir yang dibasahi dengan tebal tidak kurang dari 5 cm ditaruh diatas
permukaan beton yang sedang kita rawat
Permukaan beton ditutup dengan karung yang dibasahi terus menerus
Dengan mempergunakan lapisan curing compound
Digenangi air diatas pelat beton, dengan terlebih dahulu membuat tonjolan tanah liat
sekeliling daerah yang akan digenangi
Ditutup dengan membrane kedap air seperti politherene atau kertas berlapis ter
Perawatan dengan uap biasanya untuk beton pracetak
3.7 BAJA TULANGAN
a. Bahan
Penulangan untuk jembatan biasanya harus dipasok sesui dengan persyaratan
AASHTO M 311 M (ASTM A 615) selain itu juga disediakan persyaratan sebagai
berikut :
AASHTO M225 (ASTM A496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement
Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas
atau tebal, atau bahan melekat lainnya
b. Pengiriman Baja Tulangan
Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal sebagai berikut :
Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar
Kerusakan pada batang sewaktu waktu penanganan dan pengangkutan
Kebersihan dan kondisi karat
c. Penumpukan di Lokasi
Semua penulangan harus ditumpuk bebas dari tanah pada kayu atau rak dengan
cukup penopang untuk menghindari pembengkokan dan pemuntiran. Harus dicegah
adanya Lumpur, minyak, cat dan lain-lain. Penumpukan harus diatur menurut ukuran
dan panjang dengan semua batang yang serupa diberi label dan dikelompokkan
bersama
d. Pembengkokan di Lokasi
Pembengkokan harus dilakukan secara perlahan dan teratur. Pembengkokan
dengan pemanasan harus se ijin direksi.
e. Pelekatan, Penjangkaran dan Penyambungan
Pelekatan yang baik dapat dicapai dengan memadatkan beton disekitar batang
tulangan . Batang yang disambung dengan lewatan harus overlap dengan jarak
tertentu biasanya 40 kali diameter batang, harus diikat satu sama lain dengan
menggunakan kawat pengikat biasa berdiameter sekitar 1,6 mm
f. Selimut Penulangan, Penempatan dan Pengikatan
Selimut untuk pondasi telapak harus minimum 50 mm, balok minimum 40 mm dan
pelat minimum 30 mm atau sesuai yang ditentukan pada gambar rencana/gambar
kerja.
Penulangan harus ditempatkan dan diikat sehingga :
Selimut beton minimum yang disyaratkan, dihasilkan disemua muka
Batang tulangan tidak akan tergeser oleh pekerja yang berjalan di atas baja,
atau oleh pengecoran beton dan kegiatan pemadatan
Batang tulangan tidak akan berpindah tempat oleh pengapungan dari
pembentuk rongga
Jarak antara (spacing) dan posisi tulangan dapat dipenuhi
g. Pengelasan titik untuk penulangan
Penggunaan pengelasan titik untuk mengencangkan tulangan harus sesedikit
mungkin atau lebih baik dihindari sama sekali. Cara ini harus mendapat
persetujuan dari direksi.
3.8 ACUAN
(1) Umum
Acuan direncanakan dan dibuat sebagai wadah untuk beton baru untuk mencetaknya
menjadi bentuk dan ukuran yang diperlukan. Acuan harus mendukung berat beton baru
sampai beton itu cukup mengeras sehingga dapat mendukung berat sendiri ditambah
beban kerja sementara.
(2) Pemasangan acuan tipikal
Acua terdiri dari lembaran untuk membentuk dan menahan beton ditambah dengan
komponen penyangga untuk menahan lembaran di tempat. Penyanggaan langsung
terhadap lembaran diberikan oleh komponen yang disebut tiang tegak (stud) pada acuan
vertical dan balok datar (joist) pada acuan horizontal untuk pelat. Stud biasanya diperkuat
oleh balok melintang disebut wale dan joist oleh stringer. Wale dan stringer ditahan di
tempat oleh batang tarik seperti batang pengikat (tie rod) atau baut atau batang tekan
seperti sekur atau post. Keseluruhan bagian ini mungkin diperkuat oleh penguat, tali atau
kabel.
(3) Desain acuan
Acuan harus mempunyai sasaran : kekuatan, kekakuan, penampilan dan penghematan
biaya . Acuan harus dapat menahan beban sebagai berikut :
Beban mati : massa dari acuan, tulangan, bahan yang tertanam, beton baru
Beban superimpose : massa pekerja, peralatan, jembatan kerja, perhitungan untuk
benturan dan massa dari beban sementara yang disebabkan oleh penumpukan bahan
Tekanan kesamping (lateral) dari beton : yang bertambah dengan bertambahnya
tinggi beton yang dicor. Getaran beton juga menambah tekanan lateral
Beban (lateral) lain : beban angin, gaya dari tegangan kabel, dan penyangga yang
miring, beban-beban ini harus diperhitungkan terutama untuk desain acuan
Beban khusus : disebabkan oleh kondisi khusus pelaksanaan.
(4) Beberapa ketentuan acuan dalam persyaratan teknis :
Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku
untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang
tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus
digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam
acuan harus ditumpulkan.
Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).
3.9 PERANCAH
Perancah bangunan adalah penopang sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan
jembatan. Perancah harus didesain untuk dapat menahan semua gaya yang timbul dari
beban yang ditentukan dan semua beban tambahan yang terjadi pada waktu pelaksanaan
pekerjaan. Komponen perancah harus direncanakan untuk membatasi lendutan hingga
1/300 dari bentang.
(1) Beban Rencana
Beban yang dipakai terdiri dari :
Beban mati : diambil massa beton basah termasuk penulangan 2700 kg/m2
Beban pelaksanaan : termasuk berat pekerja, perlengkapan, peralatan dan
jembatan kerja, timbunan bahan dan impact sebesar 2,5% dari berat
keseluruhan peralatan mekanis yang bekerja. Beban pelaksanaan rencana
tidak boleh kurang dari 2 kPa (0,02kg/cm2) ditambah berat timbunan bahan
pada luas rencana beton yang selesai, atau suatu beban tunggal sebesar 2,5
kN diberikan pada sembarang titik bangunan itu, diambil yang lebih berat.
Pembebanan horizontal : Pembebanan horizontal yaitu 25 % dari berat
keseluruhan alat mekanis yang bekerja, dan setiap pembebanan horizontal
yang terjadi pada waktu pelaksanaan pekerjaan . Nilai rencana dari beban
horizontal yang bekerja pada arah manapun tidak boleh kurang dari 1,5 kN/m
diberikan pada tepi lantai atau 2% dari beban mati total, diambil yang lebih
besar
Beban angin : diambil sebesar 2,5 kPa (0,025 kg/cm2) yang bekerja pada luas
perancah dan acuan yang tampak, dan bagian lain yang didukung oleh
perancah atau acuan
Beban lain : adalh beban hasil kondisi khusus yang mungkin terjadi pada
waktu pelaksanaan, pengaruh prategang, pentahapan pelaksanaan dan
pembongkaran perancah.
(2) Persyaratan Perancah
Mempunyai batang penguat (bracing)
Mempunyai pengaturan untuk penyesuaian vertical
Pondasi harus mampu memikul beban tanpa terjadi penurunan berlebihan dari
perancah tersebut, atau penurunan relatif antara penyangga yang berdekatan
Semua komponen perancah harus lurus dan benar tanpa bengkokkan atau
lengkungan dan semua komponen yang rusak harus disingkirkan dari lokasi.
3.10 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN PEKERJAAN BETON
1) Pengukuran
a) Cara Pengukuran
(1) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang
tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).
(2) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
(3) Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
seksi tersendiri sesuai Spesifikasi.
(4) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur harus beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-250)
atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan atau
disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 MPa (K-125). Bilamana beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di
lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya
harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
(1) Bilamana pekerjaan telah diperbaiki sesuai Spesifikasi, kuantitas yang akan
diukur untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
(2) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam Spesifikasi.
Tabel 3.3 - (Mata Pembayaran dan Satuan Pengukuran Pekerjaan Beton)
Nomor Mata Pembayaran
Uraian Satuan
Pengukuran
7.1.(1) Beton mutu tinggi dengan fc’=50 MPa (K-600) Meter Kubik
7.1.(2) Beton mutu tinggi dengan fc’=45 MPa (K-500) Meter Kubik
7.1.(3) Beton mutu tinggi dengan fc’=38 MPa (K-450) Meter Kubik
7.1.(4) Beton mutu tinggi dengan fc’=35 MPa (K-400) Meter Kubik
7.1.(5) Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350) Meter Kubik
7.1.(6) Beton mutu sedang dengan fc’= 25 MPa (K-300) Meter Kubik
7.1.(7) Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250) Meter Kubik
7.1.(8) Beton mutu rendah dengan fc’= 15 MPa (K-175) Meter Kubik
7.1.(9) Beton Siklop fc’=15 MPa (K175) Meter Kubik
7.1.(10) Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K125) Meter Kubik
Sumber : Spesifikasi Umum Bidang Jalan & Jembatan April 2005, Divisi VII-Struktur,
Puslitbang Prasarana Transportas, Balitbang Dep PU
LAMPIRAN
Tabel 1 - Perkiraan awal dari standar deviasi
Grafik 1 - Pengaruh rasio air/semen terhadap kekuatan tekan
Tabel 2 - Persyaratan ketahanan
Tabel 3 - Slump beton yg disarankan- Agregat ukuran maksimum 20 mm
Grafik 2 - Persyaratan Air
Grafik 3 - Estimasi Kadar Basah Beton Yang Dipadatkan
Grafik 4 - Zone 1 - untuk agregat halus
Grafik 5 - Zone 2 - untuk agregat halus
Grafik 6 - Proporsi Agregat Halus yang Disarankan Untuk Agregat 10 mm
Grafik 7 - Proporsi agregat halus yg disarankanuntuk agregat 20 mm
Grafik 8 - Proporsi agregat halus yg disarankanuntuk agregat 40 mm