Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di masa lalu sistem kesehatan hanya berorientasi pada penyakit, apabila telah sakit, barulah dilakukan pengobatan. Mereka yang sakit akan dirawat di rumah sakit, setelah dinyatakan sembuh dipulangkan kembali, dan jika merka kembali diterpa oleh penyakit yang sama, mereka akan dirawat kembali. Hal ini berlangsung secara terus menerus, hingga akhirnya masyarakat sadar bahwa diperlukan suatu rangkaian usaha untuk memelihara kesehatan mereka, di mana perawatan dan pengobatan di rumah sakit hanyalah bagian kecil dari ragkaian usaha tersebut. Efektivnya suatu pengobatan juga dipenggaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada, serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selan itu juga dibutuhkan kerjasama yang positif antara tenaga pelaksana dengan keluarga pasien. Jika pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan dan partisipasi yang baik dalam upaya pencegaha dan pengobatan yang baik, tentunya hal ini akan membantu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha untuk mengembangkan pengertian pasien, keluarga dan para pengunjung rumah sakit tentang upaya pencegahan dan 1
39

pedoman PKRS

Dec 03, 2015

Download

Documents

Va Mian Q

jgjvjh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pedoman PKRS

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di masa lalu sistem kesehatan hanya berorientasi pada penyakit, apabila telah

sakit, barulah dilakukan pengobatan. Mereka yang sakit akan dirawat di rumah sakit,

setelah dinyatakan sembuh dipulangkan kembali, dan jika merka kembali diterpa oleh

penyakit yang sama, mereka akan dirawat kembali. Hal ini berlangsung secara terus

menerus, hingga akhirnya masyarakat sadar bahwa diperlukan suatu rangkaian usaha

untuk memelihara kesehatan mereka, di mana perawatan dan pengobatan di rumah sakit

hanyalah bagian kecil dari ragkaian usaha tersebut.

Efektivnya suatu pengobatan juga dipenggaruhi oleh pola pelayanan kesehatan

yang ada, serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga dipengaruhi oleh

lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selan itu juga dibutuhkan

kerjasama yang positif antara tenaga pelaksana dengan keluarga pasien. Jika pasien dan

keluarganya memiliki pengetahuan dan partisipasi yang baik dalam upaya pencegaha

dan pengobatan yang baik, tentunya hal ini akan membantu dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha untuk mengembangkan

pengertian pasien, keluarga dan para pengunjung rumah sakit tentang upaya pencegahan

dan pengobatan penyakitnya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan

minat pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha

penyembuhan dan pencegahan penyakit. Hal ini membuktikan bahwa, PKRS

merupakan program yang tak dapat dipisahkan dari sebuah pelayanan rumah sakit.

2. Tujuan PKRS

2.1 Tujuan Umum

Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan PHBS melalui perubahan

pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien RS serta pemeliharaan lingkungan RS dan

termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan RS.

1

Page 2: pedoman PKRS

2.2 Tujuan Khusus

1) Bagi pasien:

a) Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior):

Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang

terkait dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang

bersangkutan. Pengetahuan atau pengertian yang perlu diberikan atau

dikembangkan untuk pasien adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita

pasien, mencakup: jenis penyakit, tanda-tanda atau gejala penyakit, penyebab

penyakit atau bagaimana proses terjadinya penyakit, bagaimana cara penularan

penyakit (bila penyakit tersebut menular), dan bagaimana cara mencegah

penyakit tersebut. Dari segi perilaku atau praktik yang harus dilakukan atau

dianjurkan kepada pasien adalah tindakan yang harus dilakukan untuk terhindar

atau mencegah penyakit tersebut. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini

dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya, antara lain:

1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.

2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan

penyakit.

3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutama

keluarganya.

4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada

orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.

b) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (health seeking

behavior)

Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh pasien

akan mempercepat proses penyembuhan. Bagi pasien yang kurang pengetahuan

tentang penyakit yang diderita, kadang-kadang mencari pengobatan yang tidak

tepat misalnya ke dukun atau para-normal, sehingga dapat memperpanjang

proses penyembuhan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan terhadap pasien dengan

memberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit, terutama cara

penyembuhannya maka pasien akan mencari penyembuhan dengan tepat.

2

Page 3: pedoman PKRS

2) Bagi Keluarga

Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien.

Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka

karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi

kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:

a) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien:

Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat dan terapi lain

saja, tetapi juga faktor psikologis dari pasien. Lebih-lebih penyakit tidak

menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jiwa, dan

sebagainya, faktor psikososial sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan

psikososial ini, keluarga sangat penting peranannya. Oleh karena itu, promosi

kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien.

b) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit:

Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka akan

mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya

(pasien), cara penularan, dan cara pencegahannya. Keluarga pasien tentunya

akan berusaha untuk menghindar agar tidak terkena penyakit atau tertular

penyakit seperti yang diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut.

c) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain:

Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan cara-

cara penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu pasien

atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang

lain, terutama kepada tetangga atau teman dekatnya.

3) Bagi Rumah Sakit

Banyak orang berpendapat bahwa promosi kesehatan di rumah sakit dapat

merugikan rumah sakit itu sendiri. Alasan mereka, karena promosi kesehatan di

rumah sakit merepotkan, menambah tenaga, waktu, dan biaya. Di samping itu

apabila pasien cepat sembuh karena promosi kesehatan maka pendapatan rumah

sakit akan menurun. Memang ini logika yang mungkin benar, tetapi terlalu

sederhana. Pengalaman-pengalaman dari rumah sakit yang telah melaksanakan

promosi kesehatan (dulu penyuluhan kesehatan) justru membuktikan bahwa

3

Page 4: pedoman PKRS

promosi kesehatan di rumah sakit ini mempunyai keuntungan bagi rumah sakit itu

sendiri antara lain:

a) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit:

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,

khususnya rumah sakit, maka pasien mengunjungi rumah sakit tidak sekedar

untuk memperoleh perawatan atau pengobatan saja, tetapi juga ingin pelayanan

yang berkualitas, yang nyaman dan yang ramah. Pasien ingin pelayanan yang

holistik bukan hanya pelayanan fisik, tetapi juga pelayanan psikososial. Promosi

kesehatan pada prinsipnya adalah salah satu bentuk pelayanan psikososial. Oleh

sebab itu, penerapan promosi kesehatan di rumah sakit adalah merupakan upaya

meningkatkan mutu rumah sakit.

b) Meningkatkan citra rumah sakit:

Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam memberikan

informasi-informasi tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit dan

masing-masing dengan jenis pelayanannya. Di masing-masing titik pelayanan

rumah sakit disediakan atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan proses penyembuhan pasien. Di tempat loket pendaftaran, di ruang

tunggu, di tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan obat, di ruang perawatan,

dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait

dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh pasien. Oleh sebab itu,

promosi kesehatan ini dapat memberikan kesan kepada pasien dan keluarga

pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya baik.

c) Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)

Dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan,

menyatakan bahwa kesembuhan pasien menjadi lebih pendek dari sebelumnya.

Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan dapat memperpendek hari rawat pasien,

yang akhirnya meningkatkan “turn over”. Dengan menurunnya hari rawat pasien

ini dapat membawa dampak bahwa rumah sakit yang bersangkutan baik, karena

pasien yang dirawatnya cepat sembuh, yang berarti meningkatkan pamor rumah

sakit tersebut. Selanjutnya akan berakibat meningkatkan angka hunian rumah

sakit tersebut (Board Occupancy Rate), sebagai salah satu indikator pelayanan

rumah sakit yang baik.

4

Page 5: pedoman PKRS

3. Sasaran PKRS

Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang

dikelompokkan menjadi kelompok orang sakit (pasien), kelompok orang yang sehat

(keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah sakit. Secara rinci

sasaran promosi kesehatan di rumah sakit ini diuraikan sebagai berikut:

a. Penderita (pasien) pada berbagai tingkatan penyakit:

Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari latar belakang

sosioekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan penyakit dan jenis

pelayanan yang diperlukan. Dari sudut tingkat penyakitnya, dibedakan menjadi

pasien dengan penyakit akut, dan pasien dengan penyakit kronis. Dari jenis

pelayanan yang diperlukan, dibedakan dengan adanya pasien rawat jalan yang tidak

memerlukan rawat inap, dan pasien rawat inap dengan indikasi memerlukan

perawatan inap. Promosi kesehatan dengan berbagai jenis sasaran pasien ini dengan

sendirinya dijadikan dasar untuk menentukan motode dan strategi promosi dan

penyuluhannya.

b. Kelompok atau individu yang sehat:

Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang mengantarkan

atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Di samping itu,

para tamu rumah sakit lain yang tidak ada kaitannya langsung dengan pasien juga

merupakan kelompok sasaran yang sehat bagi promosi kesehatan di rumah sakit.

Teknik dan metode promosi kesehatan untuk kelompok sasaran ini tentu berbeda

dengan promosi kesehatan bagi orang sakit atau pasien. Kelompok sasaran orang

sehat di rumah sakit ini penting untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena

mereka ini akan dapat menunjang proses penyembuhan pasien baik pada waktu

masih dalam perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.

c. Petugas RS

Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi: petugas medis,

para medis, dan non-medis. Sedangkan secara structural dapat dibedakan menjadi:

pimpinan, tenaga administrasi, dan tenaga teknis. Apapun fungsi dan strukturnya,

semua petugas rumah sakit mempunyai kewajiban untuk melakukan promosi atau

penyuluhan kesehatan untuk pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun

keluarganya, di samping tugas pokok mereka. Oleh sebab itu, sebelum mereka

5

Page 6: pedoman PKRS

melakukan promosi dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, mereka

harus dibekali kemampuan promosi dan penyuluhan kesehatan. Agar mereka

mempunyai kemampuan tersebut, maka harus diberikan pelatihan tentang promosi

dan pendidikan kesehatan.

4. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai:

a. Pengertian PKRS

b. Dasar Hukum pelaksanaan PKRS

c. Sejarah PKRS

d. Standar PKRS

e. Tujuan PKRS

f. Media dan metoda yang digunakan dalam PKRS

g. Evaluasi PKRS

h. Sasaran PKRS

i. Program- program PKRS

5. Dasar Hukum

5.1 UU RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

1) Pasal 7

Setiap orang berhak mendpatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan

yang seimbang dan bertanggung jawab.

2) Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatannya

dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya

dari tenaga kesehatan.

3) Pasal 10

Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya

memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.

4) Pasal 11

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,

mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi- tingginya.

6

Page 7: pedoman PKRS

5) Pasal 17

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan informasi, edukasi, dan

fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan yang setinggi- tingginya.

6) Pasal 18

Pemerintah bertanggungjawab meberdayakan dan mendorong peran aktif

masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

7) Pasal 47

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam betuk kegiatan dengan pendekatan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara

terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.

8) Pasal 55

Ayat (1)

Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.

Ayat (2)

Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaiman dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan peraturan pemerintah.

9) Pasal 62

Ayat (1)

Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan

kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau

kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.

Ayat (2)

Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk menghindari atau

mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.

Ayat (3)

Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan menyediakan fasilitas

untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

7

Page 8: pedoman PKRS

Ayat (4)

Ketentuan lebih lanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit diatur dengan Peraturan Menteri.

10) Pasal 115

Ayat (1)

Kawasan tanpa rokok antara lain:

a. fasilitas pelayanan kesehatan;

b. tempat proses belajar mengajar;

c. tempat anak bermain;

d. tempat ibadah;

e. angkutan umum;

f. tempat kerja; dan

g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

Ayat (2)

Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.

11) Pasal 168

Ayat (1)

Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien

diperlukan informasi kesehatan.

Ayat (2)

Informasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

sistem informasi dan melalui lintas sektor.

Ayat (3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

5.2 UU RI no. 44 tahun 2009 tentang RS

1) Pasal 1, Ayat (1)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

8

Page 9: pedoman PKRS

2) Pasal 4

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna.

3) Pasal 10 ayat (2)

Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang butir m) ruang

penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;

4) Pasal 29

Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban: butir a) memberikan informasi

yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;

5) Pasal 32

Setiap pasien mempunyai hak: butir d) memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional

5.3 SK Menteri Kesehatan no. 267/MENKES/SK/II/2010

Tentang Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, di mana hal ini

tidak terpisahkan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2012- 2014.

Salah satu Prioritas Reformasi Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia ( World Class Hospital ).

5.4 SK Menkes nomor 659/MENKES/per/VIII/2009

Tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia ( World Class Hospital ).

9

Page 10: pedoman PKRS

BAB II

KETENTUAN UMUM

1. DEFINISI

1.1 DEFINISI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan: menyangkut

pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan

lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green and Ottoson,

1998).

Menurut Depks RI tahun 2002 promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan

masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Sukidjo Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah

upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan perilaku dan

lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat.

Health promotion is a programs are designed to bring about “changes” within

people, organization, communities, and their environment (VicHealth, 1996)

Health Promotion is the process of enabling individuals and communities to

increase control over the determinants of health and there by improve their health

(WHO:2003).

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

1.2 DEFINISI RUMAH SAKIT

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah

sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

10

Page 11: pedoman PKRS

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.

1.3 DEFINISI PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

Upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan kemapuan

pasien, klien, dan kelompok- kelompok masyarakat, agar pasien dapat

mempercepat penyembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-

kelompok ,masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya,

mencegah masalah- masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung oleh kebijkan publik yang

berwawasaan kesehatan (Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes : 2012).

2. PENGORGANISASIAN

Ketua : Ns. Raden M purba, S.Kep

Sekretaris : dr. Cecilia Clarissa

Anggota :

1. Penyuluhan/Pendidikan individu

1) dr. Megang Sitepu

2) drg. Swita

3) Sari Yanti, AMK

4) Lisde Lbn Gaol, AMK

5) Layli Astuti, AMK

6) Elfrita Purba, AMK

7) Neny Ginting, AMF

8) Roida Simbolon, AMAK

9) Yusrini Siburian, AMG

10) Mery Dewi Simatupang, S.Farm, Apt.

2. Penyuluhan/Pendidikan Kelompok

1) dr. Fitrin Haryona

2) Ns. Tiolina Silalahi, S.Kep

3) dr. Menang Bastanta Tarigan, Sp.PD, K-Emd

11

Page 12: pedoman PKRS

4) dr. Andi Chairul, Sp.J

5) dr. M. Yusuf, Sp.PK

6) dr. Syaiful Ramadhan

7) Lamse Girsang, AMK

8) Jupiani Surbakti, AMAK

9) Benedictus Simbolon, AMKL

10) Juliandi Siagian

11) Zairil

3. KEBIJAKAN

Surat keputusan direktur Rumah sakit umum sari mutiara medan no

662/xii.2/rsu-sm/iv/2015 tentang pembentukan struktur & susunan organisasi

PKRS (promosi kesehatan rumah sakit) rumah sakit umum sari mutiara medan.

12

Page 13: pedoman PKRS

BAB III

MATERI/ISI PEDOMAN

1. ISU STRATEGIS

Dilihat dari sejarahnya, beberapa isu strategis muncul dalam PKRS, yaitu:

a. Sebagian rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan

upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

b. Sebagian besar rumah sakit blum memnuhi hak pasiennya untuk mengetahui

informasi mengenai pencegahan dan pengobatan penyakitnya

c. Sebagian rumah sakit belum memnuhi tempat kerja yang aman, brsih dan sehat.

d. Sebagian rumah sakit kurang menggalang kemitraan dalam menigkatkan upaya

pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.

2. FALSAFAH

Setiap orang memiliki filosofi dalam melakukan berbagai tindakannya sebagai

salah satu pendorong yang kuat bagi mereka dalam bertindak. PKRS sendiri memiliki

filosofi bahwa setiap individu dan kelompok mempunyai hak dan potensi untuk

mnentukan pilihan mereka terhadap hal- hal yang berkaitan dengan kesehatannya,

karena sebagian besar masalah kesehatan itu muncul dari perilaku merka sendiri.

Ditambah lagi dengan insting pada individu dan kelompok untuk mempertahankan diri,

semakin menguatkan untuk merka terlibat dalam upaya memecahkan masalah kesehatan

yang terjadi.

3. STANDAR PKRS

3.1 Kebijakan Manajemen

Setiap rumah sakit harus memiliki kebijakan tertulis mengenai PKRS. Kebijakan

ini diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan kualitas pelayanan kesehatan RS

secara keseluruhan.

Tujuan dari kebijakan manajemen ini adalah untuk pelaksanaan PKRS sebagai

bagian integral peningkatan kualitas manajemen organisasi.

Substandard dari kebijakan manajemen ini antara lain:

a. RS memiliki kebijakan tertulis mengenai PKRS.

13

Page 14: pedoman PKRS

b. RS membentuk unit kerja PKRS.

c. RS memiliki tenaga pengelola PKRS.

d. RS memiliki alokasi dana untuk melaksanakan PKRS.

e. RS memiliki perencanaan PKRS secara berkala.

f. RS memiliki sarana / peralatan untuk pelaksanaan PKRS.

g. RS mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran rumah sakit.

h. RS meningkatkan kappasitas tenaga pengelola RS.

i. RS melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKRS.

3.2 Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit

Rumah sakit harus melakukan kajian tentang kebutuhan promosi kesehatan

untuk pasien, keluarga pasien, dan para pengunjung serta masyarakat yang ada di sekitar

rumah sakit. Tujuannya untuk memperoleh gambaran tentang informasi yang

dibutuhkan pasien, keluarga pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit

sebagai dasar pelaksanaan promosi kesehatan.

Substandar dari poin ini adalah:

a. RS menyediakan instrument kajian kebutuhan pasien, keluarga pasien, pengunjung

dan masyarakat sekitar RS.

b. RS melakukan kajian promosi kesehatan.

c. RS mempunyai rancangan promosi kesehatan bagi pasien, keluarga pasien,

pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.

3.3 Pemberdayaan Masyarakat RS

Rumah sakit menjamin adanya pemberdayaan masyarakat RS dalam promosi

kesehatan. Tujuannya agar masyarakat RS meningkatkan daya dan perannya dalam

mengatasi masalah dan atau mencegah masalah kesehatan yang dihadapinya.

Substandard dari poin ini adalah:

a. RS memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi pasien.

b. RS harus memastikan bahwa masyarakat RS memiliki akses yang baik untuk

memperoleh informasi tentang masalah kesehatan mereka.

c. RS melaksanakan promosi kesehatan di dalam dan luar ruangan.

14

Page 15: pedoman PKRS

3.4 Tempat Kerja yang Aman, Bersih dan Sehat

RS menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat. Oleh karena itu RS

memastikan upaya- upaya yang menyangkut kebersihan dan kelengkapan sarana dan

prasarana yang ada untuk melaksanakan PHBS. Tujuannya adalah untuk mewujudkan

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat.

Substandard dari poin ini adalah:

a. RS memlihara sarana dan prasarana kesehatan lingkungan RS.

b. RS menjadi kawasan tanpa rokok.

3.5 Kemitaraan

Melaksanakan kemitraan dengan sektor lain (lintas sektoral) lain, dunia usaha

dan swasta lainnya dalam upaya pelaksanaan PKRS baik di dalam maupun luar gedung.

Tujuannya untuk mengoptimalisasikan kegiatan PKRS.

Substandar dari poin ini adalah:

a. RS mengidentifikasi mitra potensial dalam rangka menggalang kemitraan berkaitan

dengan pelaksanaan PKRS.

b. RS mempunyai jejaring kerjasama dengan sektor lain, dunia usaha dan bidang

swasta lain

c. Membuat kerjasama lintas sektoral.

4. PRINSIP DASAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsip dasar

yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang

memerlukan pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit. Di samping itu,

promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada pengunjung rumah sakit,

baik pasien rawat jalan, maupun keluarga pasien yang mengantar atau menemani

pasien di rumah sakit. Keluarga pasien juga perlu diperhatikan dalam promosi

kesehatan di rumah sakit, karena keluarga pasien diharapkan dapat membantu atau

menunjang proses penyembuhan dan pemulihan keluarganya yang sakit (pasien).

15

Page 16: pedoman PKRS

b. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian

atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit

yang dideritanya. Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait

dengan penyakit yang dideritanya seperti: penyebab penyakit tersebut, cara

penularan penyakit (bila penyakit menular), cara pencegahannya, proses pengobatan

yang tepat dan sebagainya. Apabila pasien atau keluarga pasien memahami penyakit

yang dideritanya, diharapkan akan membantu mempercepat proses penyembuhan,

dan tidak akan terserang oleh penyakit yang sama.

c. Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien

dan keluarganya dalam kesehatan. Hal ini dimaksudkan, apabila pasien sudah

sembuh dan kembali ke rumahnya, mereka mampu melakukan upaya-upaya

preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) kesehatannya, utamanya

terkait dengan penyakit yang telah dialami.

d. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan “proses

belajar” kesehatan di rumah sakit. Artinya semua pengunjung rumah sakit, baik

pasien maupun keluarga pasien memperoleh pengalaman atau “pembelajaran”

dari rumah sakit, bukan saja melalui informasi atau nasihat-nasihat dari para

petugas rumah sakit, tetapi juga dari apa yang dialami, didengar, dan dilihat di

rumah sakit. Penampilan rumah sakit yang bersih, nyaman, aman, dan teduh,

serta penampilan para petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat, yang

bersih dan rapi, ramah, murah senyum, dan sebagainya, rumah sakit yang

membelajarkan pasien atau keluarga pasien tentang kesehatan.

5. TEMPAT DAN KESEMPATAN PKRS

Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yang

akan berobat jalan di rumah sakit, sudah tentu pasien akan melewati serangkaian

prosedur yang telah ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya, untuk pasien rawat

jalan prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah:

a. Pendaftaran

b. Masuk ke ruang tunggu

16

Page 17: pedoman PKRS

c. Masuk ke ruang pemeriksaan

d. Ke apotek atau tempat pengambilan obat

e. Pembayaran di kasir, dan seterusnya.

Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempat-

tempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan

pelayanan yang diberikan. Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut efektif

untuk dilakukan promosi kesehatan. Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan

rumah sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan, antara lain sebagai berikut:

a. Di ruang tunggu

Di ruang tunggu adalah tempat yang baik untuk melakukan promosi dan

penyuluhan kesehatan. Karena pada umumnya, di ruang itulah pasien atau para

pengantar berkumpul dalam waktu yang ralatif lama untuk menunggu giliran

pemeriksaan atau memperoleh obat. Di ruang ini dapat dilakukan penyuluhan

kesehatan langsung atau ceramah kesehatan, ataupun penyuluhan kesehatan

tidak langsung misalnya menggunakan rekaman radio kaset atau video kaset.

Pasien atau para pengantar pasien umumnya merasa jenuh pada saat menunggu

giliran, sehingga waktu tersebut sangat baik bila digunakan untuk memberikan

informasi-informasi atau pesan-pesan kesehatan agar mencegah kegelisahan dan

kejenuhan pasien atau keluarga pasien.

Di samping itu, di ruang tunggu juga disediakan leaflet-leaflet atau selebaran-

selebaran yang dapat dibaca oleh pasien atau keluarga pasien. Leaflet atau

selebaran berisikan pesan-pesan atau informasi-informasi terkait dengan

penyakit-penyakit tertentu. Demikian pula dinding-dinding ruang tunggu perlu

ditempel poster-poster yang berisikan pesan-pesan kesehatan.

b. Di kamar periksa

Di kamar periksa dokter, dokter gigi atau bidan, merupakan tempat dan

kesempatan yang baik memberikan pesan-pesan kesehatan, khususnya yang

terkait dengan masalah kesehatan ataupun penyakit pasien. Sambil memeriksa

pasien atau setelah selesai memeriksa pasien, petugas kesehatan atau dokter

dapat menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, penyebabnya,

17

Page 18: pedoman PKRS

perjalanan penyakitnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan

pengobatan yang diberikan. Pasien dalam kondisi sakit dan ingin segera sembuh

dari penyakitnya, apabila diberikan pesan-pesan, informasi-informasi, atau

anjuran-anjuran yang berkaitan dengan penyakitnya, akan lebih mudah

mematuhi atau menjalankannya dibanding mereka yang dalam keadaan sehat.

Untuk menunjang promosi dan penyuluhan kesehatan pada kesempatan-

kesempatan tersebut, seyogyanya ruang periksa dilengkapi dengan alat-alat

peraga atau gambar-gambar terkait dengan penyakit tertentu. Misalnya:

kerangka manusia, pantom, gambar-gambar anatomi tubuh, gambar jenis-jenis

makanan bergizi, skema perjalanan suatu penyakit, dan sebagainya.

c. Di ruang perawatan

Di ruang perawatan peran perawat sangat penting karena di tempat ini, perawat

mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien,

dibanding dengan petugas yang lain. Perawat di ruang rawat berkewajiban untuk

memberikan obat, melayani kebutuhan pasien yang lain seperti makan, minum,

membantu ke kamar mandi, dan sebagainya. Pada kesempatan-kesempatan

itulah, perawat dapat menyampaikan pesan-pesan dan atau anjuran-anjuran yang

harus dipatuhi oleh pasien dalam rangka penyembuhannya.

Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada waktu mengukur

tekanan darah pasien, dan sebagainya, dapat sekaligus memberikan penyuluhan

kesehatan terkait dengan yang dihadapi oleh pasien tersebut.

6. MATERI PKRS

Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-pesan

dan informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga

pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini dapat dikelompokkan menjadi 3

yakni:

a. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan:

Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

ini mencakup perilaku hidup sehat (healthy behavior), antara lain:

1) Makan dengan menu atau susunan makanan dengan gizi seimbang.

18

Page 19: pedoman PKRS

2) Aktivitas fisik secara rutin, termasuk olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya

seperti tugas dan pekerjaan sehari-hari yang mengeluarkan tenaga.

3) Tidak merokok atau minum minuman keras seperti alkohol.

4) Mengelola dan mengendalikan stres untuk memelihara kesehatan.

5) Istirahat cukup karena istirahat dapat mengendorkan ketegangan-ketegangan

yang dialami oleh seseorang.

b. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit:

Pasien yang sudah sembuh dari penyakit, bias saja terserang penyakit yang sama

(kambuh). Di samping itu, apabila penyakit itu menular maka kemungkinan

penyakit itu tertularkan kepada orang lain. Oleh sebab itu pesan-pesan tentang

pencegahan berbagai macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet atau

poster. Pesan-pesan tersebut sekurang-kurangnya mencakup:

1) Gejala atau tanda-tanda penyakit.

2) Penyebab penyakit.

3) Cara penularan penyakit.

4) Cara pencegahan penyakit.

c. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan:

Pasien yang datang ke rumah sakit, baik untuk rawat jalan atau rawat inap, tujuan

akhirnya adalah agar sembuh dari sakit dan pulih kesehatannya.

Masing-masing penyakit mempunyai proses penyembuhan yang berbeda-beda. Oleh

sebab itu, informasi atau pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses

penyembuhan dan pemulihan itu adalah merupakan isi promosi kesehatan di rumah

sakit.

7. BENTUK METODE PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Istilah atau nama “rumah sakit” di Indonesia memang tidak menggantungkan

diri dari segi promosi kesehatan. Karena rumah sakit yang merupakan terjemahan dari

bahasa Belanda memberikan kesan yang tidak menyenangkan, menyeramkan, sakit,

tidak enak, dan tidak nyaman. Di negara-negara maju, rumah sakit disebut Hospital atau

19

Page 20: pedoman PKRS

keramahtamahan, sehingga bertentangan dengan kesan rumah sakit seperti disebutkan di

atas. Oleh sebab itu promosi kesehatan rumah sakit seyogyanya menciptakan kesan

rumah sakit tersebut menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah,

dan sebagainya. Untuk mengubah kesan tersebut seyogyanya bentuk atau pola promosi

kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Pemberian contoh:

Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang

menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan fasilitas

rumah sakit itu antara lain sebagai berikut:

1) Bangunan dan lingkungan rumah sakit yang bersih dan rapi. Cat bangunan

rumah sakit tidak harus putih seperti biasanya atau pada umumnya. Ruangan

atau kamar perawatan dapat menggunakan cat yang warna-warni. Dari hasil

penelitian mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, membuktikan

bahwa pasien yang dirawat di ruangan yang dicat berwarna, lebih cepat

sembuh dibandingkan pasien yang dirawat di ruangan yang hanya bercat

putih.

2) Kamar mandi dan WC harus bersih dan tidak menimbulkan bau tidak enak,

tetapi justru berbau wangi. Air bersih seharusnya mengalir dengan lancar

dan cukup sebagai sarana untuk kebersihan kamar mandi dan WC.

3) Tersedianya tempat sampah dimana-mana, baik di luar ruangan maupun di

dalam ruangan, rumah sakit yang kurang menyediakan tempat sampah yang

cukup, berarti tidak menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku

bersih bagi pasien dan pengunjung lainnya.

4) Tersedianya taman hidup atau kebun di sekitar rumah sakit. Taman yang

indah atau kebun bunga di rumah sakit dapat menghilangkan kesan yang

kering, sakit, yang kurang ramah, dan formal seperti perkantoran. Taman di

rumah sakit akan menimbulkan kesan yang sejuk, sehat, senyum, dan ramah.

5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk menimbulkan

kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan. Oleh sebab itu,

kebersihan dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan

perawat yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga

dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.

20

Page 21: pedoman PKRS

b. Penggunaan Media

Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu

dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan

pengunjung rumah sakit lainnya. Media promosi yang layak digunakan di rumah

sakit diantaranya dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster, dan

spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset.

Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang tunggu,

atau di lobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah

sakit.

Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi pesan

kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang

tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan di

ruang-ruang rawat antara lain penggunaan sound system yang dikendalikandari

ruang tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses

penyembuhan pasien di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik

ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk

menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien.

c. Promosi dan Penyuluhan Langsung

Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi

juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan

langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh

petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan,

khususnya media. Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat

dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan

dengan pasien.

Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat

dilaksanakan pada:

1) Individual

Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam

bentuk konseling. Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugas

gizi terhadap pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalah

kesehatan khusus, atau penyakit yang dideritanya.

21

Page 22: pedoman PKRS

2) Kelompok

Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan di

ruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis, misalnya ruang tunggu

penyakit dalam, ruang tunggu penyakit THT, ruang tunggu bagian anak, dan

sebagainya. Penyuluhan langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan

mengumpulkan pasien dengan kasus sejenis di ruangan tertentu. Metode

penyuluhan kelompok, seperti ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan

bermain peran (role play) tepat digunakan dalam promosi kesehatan ini.

3) Massa

Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien

dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini.

Promosi kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk

promosi kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan

massa, seperti penggunaan poster dan spanduk.

Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan-tatanan lainnya, pada umumnya

promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak

langsung.

1) Secara langsung:

Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan

langsung, yakni apabila antara sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap

muka dengan petugas kesehatan sebagai promoter kesehatan. Oleh sebab itu,

metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan

bermain peran.

2) Secara tidak langsung:

Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan

media, dan antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka

dengan pasien atau keluarga pasien sebagai clients. Oleh sebab itu, maka

metode promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media atau

alat bantu pendidikan atau promosi, misalnya: leaflet, booklet, selebaran,

poster, radio kaset, video kaset, dan sebagainya.

22

Page 23: pedoman PKRS

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI PKRS

Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan standar PKRS. Pemantauan

dilakukan terhadap perkembangan. Evaluasi dilakukan terhadap dampak dari PKRS

yang telah diselenggarakan.

Monitoring evaluasi internal:

Pasien dan keluarga mengetahui tentang berbagai penyakit misalnya: diare,

hipertensi, diabetes, paru, thalasemia, kemotherapy dll.

Pengadaan kartu komunitas di rumah sakit berjalan dengan baik.

Pengadaan sosialisasi oleh petugas PKRS setiap bulan pada setiap komunitas.

Mengadakan monitoring pelaksanaan program-program yang dilakukan oleh

PKRS

Monitoring evaluasi eksternal:

Melakukan monitoring langsung di lingkungan sekitar RSU Sari Mutiara

Medan terkait pelayanan yang tersedia di RSU Sari Mutiara Medan.

Pelaksanaan sosialisasi oleh petugas PKRS.

Promosi kesehatan yang dilakukan di luar RS, yaitu dengan kegiatan bakti

sosial.

Diadakannya kegiatan bakti sosial di luar RS.

23

Page 24: pedoman PKRS

BAB V

PENUTUP

Banyak pihak yang bertanggung jawab dalam usaha peningkatan derajat

kesehatan masyarakat, salah satunya rumah sakit. Sebagai lembaga penyedia

pelayanan kesehatan, baik secara preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.

Promosi kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk

meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar

pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasnya, klien dan

kelompok masyarakat, agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan

rehabilitasnya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam

meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan

mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,

serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Atas dasar alasan tersebut, di rumah sakit perlu diadakan promosi kesehatan,

untuk memberi pemahaman yang mendalam kepada masyarakat rumah sakit

mengenai pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Tujuan akhir dari kegiatan ini

adalah untuk memberdayakan masyarakat dalam hal meningkatkan status kesehatan

mereka.

Promosi kesehatan di rumah sakit harus lebih dikembangkan lagi agar

pemberdayaan masyarakat lebih optimal, sehingga status kesehatan yang diharapkan

dapat tercapai.

MEDAN, APRIL 2015

24

POKJA SKPRSU SARI MUTIARA MEDAN

RADEN MUAL PURBA S.kep, Ns

DISETUJUI OLEH:DIREKTUR

RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN

Dr. TAHIM SOLIN, MMR.

Page 25: pedoman PKRS

25