PEDOMAN P P E E N N U U L L I I S S A AN N M M M O O O D D D U U U L L L DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENG AH DEPARTEM EN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2003
PPPEEEDDDOOOMMMAAANNN PPPEEENNNUUULLLIIISSSAAANNN
MMMOOODDDUUULLL
DDIIRREEKKTTOORRAATT PPEENNDDIIDDIIKKAANN MMEENNEENNGGAAHH KKEEJJUURRUUAANN
DDIIRREEKKTTOORRAATT JJEENNDDEERRAALL PPEENNDDIIDDIIKKAANN DDAASSAARR DDAANN MMEENNEENNGGAAHH
DDEEPPAARRTTEEMM EENN PPEENNDDIIDDIIKKAANN NNAASSIIOONNAALL
TTAAHHUUNN 22000033
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
1
KATA PENGANTAR
Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan dalam meningkatkan
mutu SMK akan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada
berbagai komponen pendidikan. Bagian komponen pendidikan yang
dikembangkan saat ini diantaranya adalah kurikulum.
Kurikulum SMK edisi 1999 telah disempurnakan menjadi Kurikulum SMK edisi
2004 yang mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
berbasiskankan kompetensi. Pada kurikulum tersebut setiap satu kompetensi
menjadi satu mata diklat, sehingga untuk menunjang pembelajarannya setiap
satu kompetensi memerlukan minimal satu modul. Untuk mewujudkan
pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasiskan
kompetensi, pengadaan modul sangat dirasakan sebagai kebutuhan yang
mendesak.
Pedoman penulisan modul ini disusun sebagai acuan pengembangan modul,
yang diharapkan dapat menghasilkan modul yang memudahkan peserta diklat
dalam menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Kegiatan belajar mengajar
yang dilengkapi dengan modul akan memotivasi peserta diklat belajar secara
dinamis dan mandiri.
Kekurangan dan keterbatasan dalam pedoman ini akan diperbaiki dan
disempurnakan secara terus menerus sesuai kebutuhan. Sejalan dengan itu,
berbagai masukan sangat diharapkan datang dari berbagai pihak.
Direktur
Pendidikan Menengah Kejuruan
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
2
DAFTAR ISI
Judul
Pengantar
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian dan Ruang Lingkup
C. Tujuan
II. KAIDAH PENULISAN MODUL
A. Karakteristik Modul
B. Bentuk Modul
C. Prosedur Penulisanan Modul
III. PENUTUP
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
3
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Terdapat tiga tantangan cukup berat yang dihadapi bangsa Indonesia saat
ini yaitu (1) adanya kebijaksanaan otonomi daerah (desentralisasi) yang
sudah mulai digulirkan;(2) adanya AFTA dan AFLA mulai berlaku tahun
2003;dan (3) tantangan globalisasi yang akan terjadi 2020. Ketiga
tantangan tersebut merupakan ujian yang harus dihadapi, maka perlu
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai langkah yang
harus direncanakan secara strategis. Strategi peningkatan kualitas SDM
dilakukan dengan berbagai strategi antara lain melalui pembelajaran
berbasiskan kompetensi (competency based training). Pelaksanaan
strategi tersebut dilakukan melalui (1) penataan kurikulum; (2) penyusunan
bahan ajar/modul; (3) penyusunan standart pelayanan minimal; dan (4)
penyelenggaraan diklat berbasiskan produksi (production based training).
Kegiatan pembelajaran dengan berbasiskan produksi pada hakekatnya
merupakan perpaduan antara penguasaan konsep dan prinsip terhadap
suatu obyek serta penerapannya dalam kegiatan produksi, dengan
memperhatikan fakta lapangan dan menggunakan prosedur tetap untuk
menghasilkan produk barang dan jasa yang standar.
Pendekatan pembelajaran dengan sistem modul memberikan kesempatan
kepada peserta diklat untuk belajar secara mandiri sesuai dengan
percepatan pembelajaran masing-masing. Modul sebagai alat atau sarana
pembelejaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.
Untuk itu perlu adanya penyusunan bahan ajar atau modul sesuai dengan
analisis kompetensi, agar peserta diklat dapat belajar secara efektif dan
efisien
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
4
B. Pengertian dan Ruang Lingkup
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistem atis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Ruang lingkup pedoman penulisan modul ini adalah memberikan rambu-
rambu penulisan modul, antara lain:
1. Modul yang akan digunakan oleh siswa atau peserta diklat pada SMK. 2. Modul yang ditulis diharapkan dapat merubah tingkah laku siswa atau
peserta diklat pada SMK.
3. Modul yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa atau
peserta diklat pada program keahlian di SMK.
4. Mencakup tujuan dan operasional pembelajaran yang spesifik.
5. Mencakup butir-butir materi pembelajaran secara rinci yang
mendukung tercapainya tujuan.
6. Terdapat evaluasi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan siswa
atau peserta diklat.
7. Menuliskan draf modul sesuai dengan kaidah.
8. Mengadakan ujicoba, validasi dan perbaikan sehingga modul siap
diproduksi atau digandakan.
C. Tujuan
Penulisan modul bertujuan :
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa
atau peserta diklat maupun guru/instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti :
a. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta
diklat; b. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya,
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
5
c. memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
d. Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
6
II. KAIDAH PENULISAN MODUL A. Karakteristik Modul
Agar menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya, maka modul harus mencakup karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Dengan demikian pengembangan modul harus memasukkan karakteristik sebagai berikut.
1. Self instructional
Self instructional yaitu melalui modul multimedia tersebut seseorang atau peserta diklat mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Sesuai dengan tujuan multimedia interaktif adalah agar peserta didik mampu belajar mandiri.
Untuk memenuhi karakter self instructional, maka modul multimedia interaktif harus: a. Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir
maupun tujuan antara; b. Terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit
kecil/spesifik sehingga memudahkan peserta diklat belajar secara tuntas;
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;
d. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan peserta diklat memberikan respon dan mengukur penguasaannya;
e. Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa;
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peserta diklat melakukan self assessment;
i. Terdapat instrumen yang dapat digunakan peserta diklat mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi diri sendiri;
j. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat, sehingga peserta diklat mengetahui tingkat penguasaan materi;
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
7
k. Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained
Yang dimaksud dengan self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta diklat mempeljari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas kedalam satu kesatuan yang untuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta diklat.
3. Stand alone (berdiri sendiri)
Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul multimedia yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dengan menggunakan modul multimedia interaktif, peserta diklat tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta diklat masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain multimedia yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4. Adaptif
Modul multimedia interaktif hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika media tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multi media hendaknya tetap up to date. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dan perangkat lunaknya dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
8
5. User friendly
Modul multimedia hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
B. Bentuk Modul
Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan
fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu
dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang
mensyaratkannya. Elemen-lemen yang harus dipenuhi dalam menyusun
modul terdiri dari enam elemen yaitu: konsistensi; format; organisasi; daya
tarik; ukuran huruf; dan spasi kosong.
1. Konsistensi
a. Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halaman ke
halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan
dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi.
b. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antara judul dengan baris
pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi
yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih.
c. Gunakan tata letak dan pengetikan yang konsisten, baik pola
pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.
2. Format
a. Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk
dan ukuruan kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom
multi, hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom proporsional.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
9
b. Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat.
Penggunaan kertas secara vertikal atau horizontal harus
memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
c. Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap yang bertujuan
untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau
khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau
lainnya.
3. Organisasi
a. Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang
akan dibahas dalam modul.
b. Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan
yang sistematis, sehingga memudahkan siswa atau peserta diklat
memahami materi pembelajaran.
c. Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian
rupa sehingga informasi mudah mengerti oleh siswa atau peserta
diklat.
d. Organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan
susunan dan alur yang memudahkan peserta diklat memahaminya.
e. Organisasikan antara judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti
oleh peserta didik.
4. Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a. Bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna,
gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b. Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan
berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis
bawah atau warna.
c. Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
5. Bentuk dan Ukuran Huruf
a. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai
dengan karakteristik umum peserta didik.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
10
b. Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara judul, sub
judul dan isi naskah.
c. Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
6. Ruang (spasi kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk
menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi
untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada siswa/peserta diklat. Gunakan dan tempatkan spasi
kosong tersebut secara proporsional.
Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat
seperti:
Ruangan sekitar judul bab dan sub bab Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian
siswa/peserta diklat untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi diantaranya.
Pergantian antar paragraf dan dimulai dengan huruf kapital.
Pergantian antar bab atau bagian.
C. Prosedur Penulisan Modul
Penulisan modul belajar merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta diklat untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pendidikan dan pelatihan (GBPP) Kurikulum SMK, atau unit kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja yang telah dikembangkan dalam format GBPP.
Pengembangan modul belajar siswa mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu kompetensi. Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu modul. Tetapi mengingat karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu modul.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
11
Penulisan modul dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
ALUR/ PROSES
DESKRIPSI PENANGGUNG JAWAB
UNIT TERKAIT
HASIL
Proses menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi
Guru penulis Waka Kur. Penjab Lab. Instruktur Guru Adaptif
dan Normatif
Daftar kebutuhan dan judul modul belajar
Proses penyusunan draft modul/bahan ajar
Guru penulis Pengetik Instruktur
Draft modul/ bahan ajar
Penggunaan modul terbatas untuk mengetahui keterbacaan dan keterlaksanaan modul
Guru penulis Waka Kur. Penjab Lab. Instruktur Siswa
Hasil uji coba modul
Proses persetujuan isi modul oleh industri/ praktisi terhadap kesesuaian dengan praktek di industri
Guru penulis Waka Kur. Praktisi dari
industri
Hasil validasi dari industri
Proses perbaikan terhadap isi modul hasil validasi
Guru penulis Modul yang telah direvisi
Proses penyempurnaan akhir fisik modul
Percetakan Illustrator penerbit
Modul yang siap digunakan
Analisis Kebutuhan
Modul
Penyusunan draft modul
Validasi
Uji coba
Revisi
Produksi
GBPP Standar
Kompetensi
Modul SMK
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
12
1. Analisis Kebutuhan Modul
a. Pengertian
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan
judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-
garis besar program pembelajaran. Pada dasarnya tiap satu
kompetensi dikembangkan menjadi satu modul. Tetapi mengingat
karakteristik, keluasan lingkup dan kompleksitas kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi lebih
dari satu modul. Jika satu kompetensi akan disusun menjadi lebih
dari satu judul modul, maka pemisahannya harus dilakukan secara
seksama.
b. Tujuan
Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan untuk
mencapai suatu kompetensi.
c. Pelaksanaan
Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
2) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
3) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dipersyaratkan;
4) Tentukan judul modul yang akan ditulis
5) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul
Untuk melakukan analisis kebutuhan modul dapat menggunakan
Format 1 sebagai berikut:
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
13
Format 1. Analisis Kebutuhan Modul
Materi Pembelajaran Kompetensi/sub
kompetensi
Kriteria Unjuk
Kerja Peng Ketr. Sikap
Judul
Modul
Alokasi
waktu
Materi Pendukung
(Normatif, Adaptif
d. Hasil
Dari format analisis kebutuhan modul tersebut maka dapat diketahui
nama atau judul modul yang akan dikembangkan dari setiap unit
kompetensi.
2. Penyusunan draft
1. Pengertian
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau
sub kompetensi m enjadi satu kesatuan yang sistematis.
2. Tujuan
Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul
sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah
ditetapkan.
3. Pelaksanaan
Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan judul modul
b) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul
c) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir
d) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
e) Kembangkan materi pada garis-garis besar
f) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan
g) Draft 1 dikaji oleh ahli materi, bahasa, media, guru, dan industri.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
14
h) Kegiatan penyusunan draf modul dilaksanakan setelah ditentukan judul modulnya.
4. Hasil
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dituangkan
di dalam modul
b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesaikan mempelajari modul
c) Tujuan terdiri dari tujuan akhir dan tujuan antara yang akan
dicapai peserta didik setelah mempelajari modul
d) Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik
e) Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta
didik untuk mempelajari modul
f) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik
g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul
h) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
3. Uji coba
1. Pengertian
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada
peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat
modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan
secara umum. Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan
sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan.
Terdapat 2 macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil
dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba
yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik. Sedangkan uji
coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta
dengan jumlah 20 30 peserta didik.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
15
2. Tujuan
Uji coba draft modul bertujuan:
a) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta didik dalam
memahami dan menggunakan modul;
b) mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan
modul;
c) mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta didik mempelejari dan menguasai materi pembelajaran
3. Pelaksanaan
Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan
sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba;
b) Susun instrumen pendukung uji coba
c) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta uji coba;
d) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba
dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba;
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba;
f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang
dijaring melalui instrumen uji coba
g) Kegiatan uji coba draf modul dilaksanakan setelah perangkat uji coba disiapkan.
4. Hasil
Kegiatan uji coba draft modul akan menghasilkan berbagai
masukan untuk perbaikan draft modul. Perbaikan tersebut dapat
dijaring melalui instrumen uji coba.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
16
4. Validasi
1. Pengertian
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan di dunia usaha/
industri. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut,
maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak
industri/praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait
dalam modul.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan
keahliannya masing-maisng, antara lain:
a) Ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul ;
b) Ahli bahasa untuk penggunaan bahasa ;
c) Ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional
Untuk mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif,
masing-masing ahli dapat terdiri dari lebih dari satu orang
validator.
2. Tujuan
Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau
pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan dunia usaha/
industri, sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan
dalam pembelajaran.
Validasi modul meliputi:
a) isi materi atau substansi modul;
b) penggunaan bahasa ;
c) penggunaan metode instruksional
3. Pelaksanaan
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi
sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat;
b) Susun instrumen pendukung validasi;
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
17
c) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada
peserta validator;
d) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh validator;
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi;
f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang
dijaring melalui instrumen validasi
g) Kegiatan validasi draf modul dilaksanakan setelah draf modul diuji cobakan.
4. Hasil
Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul
yang mendapat masukan dan persetujuan dari para validator,
sesuai dengan bidangnya. Masukan tersebut digunakan sebagai
bahan penyempurnaan modul.
5. Revisi
1. Pengertian
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul
setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.
Sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kegiatan
sebelumnya, maka perbaikan modul harus mencakup aspek-
aspek penting penyusunan modul, diantaranya yaitu:
a) Pengorganisasian materi pembelajaran;
b) Penggunaan metode instruksional;
c) Penggunaan bahasa;
d) Pengorganisasian tata tulis dan perwajahan;
2. Tujuan
Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi
atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul,
sehingga modul siap diproduksi.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
18
3. Pelaksanaan
Kecuali memperhatikan aspek-aspek penting dalam merevisi
modul, kegiatan revisi draft modul dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Siapkan modul dan semua masukan dari hasil uji coba dan
validasi;
b) Identifikasi hal-hal yang harus dilakukan perbaikan;
c) Analisis dan kaji ulang terhadap kebutuhan perbaikan
tersebut;
d) Lakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan; e) Cetak terbatas modul yang telah diperbaiki;
f) Lakukan baca ulang (proofread) sebelum modul digandakan
g) Kegiatan revisi draf modul dilakukan setelah kegiatan validasi, sedangkan revisi modul dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
4. Hasil
Dari kegiatan revisi dan finalisasi modul, hasil yang diharapkan
adalah modul yang telah disahkan oleh berbagai pihak terkait,
sehingga modul tersebut siap digandakan atau diproduksi. Modul
siap diproduksi bila telah mendapat persetujuan dari:
a) penulis sebagai ahli materi substansi
b) editor bahasa sebagai ahli bahasa
c) editor metode instruksional sebagai ahli metode instruksional
d) perancang perwajahan modul sebagai ahli perwajahan modul
6. Produksi
1. Pengertian
Kegiatan akhir dari proses penyusunan modul adalah produksi
yaitu kegiatan menggandakan atau memperbanyak modul yang
siap didistribusikan dan digunakan. Hakikat penggandaan modul
adalah memperbanyak modul sesuai dengan kebutuhan yang
didasarkan pada jumlah peserta didik. Pengguna utama modul
adalah siswa atau peserta didik. Jika biaya penggandaan modul
tersebut akan dibebankan kepada peserta didik, diharapkan tidak
hanya memperhatikan kebutuhan modul semata, melainkan juga
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
19
memperhatikan kemampuan finansial peserta didik sehingga
tidak terlalu terbebani.
2. Tujuan
Penggandaan modul bertujuan untuk menyediakan modul sesuai
dengan kebutuhan sehingga siap digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Pelaksanaan
Penggandaan modul dapat dilakukan oleh sekolah atau oleh pihak luar yaitu penerbit dan atau percetakan. Penggandaan
dapat dilakukan setelah naskah draft mendapat persetujuan
untuk digandakan dari para ahli terkait. Biaya penggandaan
modul dapat dibebankan kepada sekolah sesuai dengan
prosedur dan mekanisme yang benar atau dibebankan kepada
peserta didik pengguna modul. Jika peserta didik dibebani biaya
penggandaan modul, maka sekolah harus mampu menekan
biaya yang sekecil mungkin, agar peserta didik tidak terlalu
terbebani.
4. Hasil
Kegiatan memproduksi modul akan menghasilkan modul yang
siap digunakan dalam pembelajaran. Modul tersebut hendaknya
memenuhi karakteristik penyusunan modul dan dapat mencapai
tujuan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan,
secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Dengan demikian
modul tersebut selalu dapat digunakan dalam pembelajaran
karena selalu up to date.
Pedoman Penyusunan Modul Draft : Monday , August 04, 2003:1:23 PM
20
III. PENUTUP
Pedoman penulisan modul ini merupakan rambu-rambu umum umum bagi
penulis atau pengembang modul untuk pembelajaran siswa SMK. Melalui
pedoman ini diharapkan terwujud modul SMK dengan pola pengembangan dan
penulisan yang baku dan seragam.
Sebagaimana umumnya keberadaan rambu-rambu, maka pedoman ini tidak
harus diikuti secara kaku, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, kekhususan, karakteristik unit kompetensi yang dikembangkan.