Top Banner

of 91

PdirjenRLPS_15_2009 (Pedoman Pembangunan Das Mikro)

Nov 04, 2015

Download

Documents

JokoSusilo

perd
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASILAHAN DAN PERHUTANAN SOSIALNOMOR : P. 15/V-SET/2009TANGGAL : 23 Nopember 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai kesatuan ekosistem yang

    utuh dari hulu sampai dengan hilir terdiri dari unsur-unsur utama

    manusia, flora, fauna, tanah, air dan udara, memiliki fungsi penting

    dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

    Namun demikian kondisi DAS di Indonesia dewasa ini semakin

    memprihatinkan yang ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor,

    erosi, sedimentasi dan kekeringan yang mengakibatkan penurunan

    fungsi sumber-sumber air, terganggunya perekonomian dan tata

    kehidupan masyarakat. Atas dasar fenomena di atas maka DAS

    sebagai satu perencanaan dalam pembangunan berbasis pengelolaan

    sumberdaya alam haruslah dipahami dan diterapkan.

    Dalam penerapannya di lapangan, pelaksanaan pengelolaan

    DAS memerlukan upaya yang tidak sederhana karena melibatkan

    kepentingan multi pihak termasuk masyarakat, lintas sektor/instansi

    terkait, lintas wilayah administrasi pemerintahan dan lintas disiplin

    ilmu. Karena itu diperlukan keterpaduan pengelolaan berbagai sektor

    dari daerah hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai

  • 2kepentingan, kondisi biofisik dan sosial ekonomi yang ada dalam

    suatu DAS.

    Beberapa kegiatan dalam rangka pengelolaan DAS yang

    mencakup kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), perhutanan

    sosial, praktek penerapan pertanian konservasi, silvopasture termasuk

    di dalamnya penerapan teknik konservasi tanah dan air telah lama

    dilaksanakan antara lain melalui Program Hutan, Tanah dan Air

    (proyek Inpres Penghijauan dan Reboisasi tahun 1976-1998) dan

    Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/ GERHAN

    tahun 2003-2009). Tujuan yang diharapkan dari program tersebut

    adalah: (1) meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan

    pendapatan masyarakat; (2) menurunkan laju erosi dan sedimentasi;

    (3) mengendalikan banjir, tanah longsor dan kekeringan; dan (4)

    mengubah perilaku pola bercocok tanam petani ke arah sistem

    pertanian yang mengikuti kaidah konservasi tanah dan air.

    Pendekatan yang dilakukan berorientasi pada pembangunan

    infrastruktur fisik dan target serta bersifat massal, meliputi kegiatan

    penanaman, pembangunan unit areal percontohan (UPSA), praktek

    budidaya pertanian dengan konservasi tanah, model perhutanan

    rakyat (agroforestry, hutan rakyat dan kebun bibit desa/KBD),

    pembuatan bangunan sipil teknis konservasi tanah dan air seperti

    terasering, dam penahan, dam pengendali, embung dan lain-lain.

    Penetapan sebaran lokasi areal model yang tidak tepat di suatu

    DAS yang luas akan menyulitkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi

    dari indikator tingkat keberhasilan kegiatan pengelolaan DAS yang

    telah dilaksanakan. Dalam hal ini dimaksudkan apakah pendekatan

  • 3yang telah dilakukan selama ini memberikan dampak positif bagi

    lingkungan (biofisik) dan manusia, misalnya dalam bentuk

    pengendalian erosi/sedimentasi, aliran permukaan, dan peningkatan

    pendapatan atau monitoring dan evaluasi hanya melihat pencapaian

    target fisik proyek. Meskipun tingkat pencapaian target fisik kegiatan

    rehabilitasi DAS tinggi, tetapi apabila dampaknya terhadap penurunan

    luasan lahan kritis, banjir, erosi dan sedimentasi serta kekeringan

    belum signifikan, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut

    belum berhasil.

    Terkait dengan hal-hal tersebut di atas dan sesuai dengan

    tugas pokok dan fungsi Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) diantaranya

    mengembangkan model pengelolaan DAS, maka BPDAS bersama-

    sama dengan para pihak terkait termasuk masyarakat perlu

    mengembangkan areal model pengelolaan DAS terpadu dalam luasan

    yang relatif kecil (DAS Mikro) yang mencakup kegiatan yang lengkap

    dengan prinsip pengelolaan sumberdaya alam secara lestari dari

    aspek biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan.

    Pembangunan areal Model DAS Mikro (MDM), diharapkan

    menghasilkan kriteria dan standar pedoman-pedoman pengelolaan

    sumberdaya alam DAS yang sesuai dengan kondisi DAS setempat.

    Hasil MDM tersebut dapat menjadi masukan dan/atau bahan

    pertimbangan bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan

    masyarakat untuk dapat digunakan dalam menyusun kebijakan dan

    kegiatan yang tepat guna yang memberi manfaat ganda berupa

    pelestarian sumberdaya alam dan peningkatan pendapatan

    masyarakat.

  • 4B. Maksud dan Tujuan

    Maksud disusunnya Pedoman ini adalah untuk memberikan

    arahan/panduan kepada BPDAS dan/atau instansi/lembaga terkait

    lainnya dalam membangun model DAS mikro sebagai model yang

    bersifat teknis operasional, sehingga pembangunan Model DAS Mikro

    (MDM) tersebut dapat terlaksana dengan efektif. Tujuannya adalah

    dapat terlaksananya pembangunan MDM sebagai model pemecahan

    satu atau lebih permasalahan dalam pengelolaan DAS.

    C. Substansi

    Substansi yang terkandung di dalam Pedoman Pembangunan

    Areal Model DAS Mikro ini meliputi, konsep dasar dan manfaat MDM,

    tahapan pembangunan MDM, kriteria serta prosedur pemilihan lokasi

    MDM, perencanaan pembangunan MDM, pelaksanaan pembangunan

    MDM, sistem monitoring dan evaluasi, dan bagaimana

    pengorganisasian pembangunan MDM ini.

    D. Konsep Dasar MDM

    Secara fisik DAS mikro adalah bagian dari DAS yang termasuk

    ordo 1-3 dan ordo-1 adalah alur sungai paling hulu (Strahler, 1979).

    Luas MDM bervariasi sampai dengan 5.000 ha. Respon hidrologi

    akibat pengaruh tindakan/kegiatan dalam DAS mikro dapat diamati

    dan diukur.

    Model DAS Mikro adalah suatu wadah pengelolaan DAS dalam

    skala lapangan yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan

    proses partisipatif dalam pengelolaan (perencanaan,

  • 5pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi)

    kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), teknik-teknik konservasi

    tanah dan air, usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan,

    sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Kondisi MDM tersebut

    sedapat mungkin mewakili karakteristik fisik DAS bagian hulu dan

    tengah (kemiringan dan aspek lahan, jenis tanah), dan masalah-

    masalah utama pengelolaan DAS. Hal lain yang perlu diperhatikan

    adalah kemudahan dijangkau (aksesibilitas), sehingga kegiatan pokok

    dalam MDM dapat mudah dilihat oleh masyarakat dan dipraktekkan di

    tempat lain terutama di dalam DAS dimana MDM tersebut berada.

    Tujuan pembangunan MDM adalah:

    1. Tersedianya wadah kegiatan pengembangan model pengelolaan

    DAS terpadu dalam skala mikro yang melibatkan berbagai pihak

    secara partisipatif.

    2. Terwujudnya model pengelolaan sumberdaya alam yang

    berkelanjutan (sustainable) berdasarkan kondisi biofisik, sosial,

    ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

    3. Dihasilkannya data dan informasi mengenai pengelolaan DAS

    yang efektif dengan dampak terhadap biofisik, sosial ekonomi dan

    kelembagaan yang terukur untuk dikembangkan dalam skala

    yang lebih luas.

    Tujuan akhir pembangunan MDM adalah dapat dihasilkan

    rumusan norma, standar, kriteria, prosedur dan pedoman pengelolaan

    sumberdaya alam yang efektif untuk dikembangkan dalam skala yang

    lebih luas.

  • 6Gambar 1. Areal MDM dalam suatu DAS

    Kegiatan-kegiatan pokok dalam areal MDM untuk mencapai

    tujuan tersebut adalah:

    1. Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kapasitas individu,

    kelompok, jejaring kerja dan kelembagaan masyarakat serta

    peningkatan kemampuan manajemen konflik dalam

    melaksanakan pengelolaan sumberdaya alam pada skala DAS

    mikro.

    2. Pengembangan sistem insentif/disinsentif yang diperlukan untuk

    mendukung pengelolaan sumberdaya alam secara lestari,

    termasuk di dalamnya pengembangan pembayaran jasa

    lingkungan (payment for environmental services).

    MDMMDM

  • 73. Pengelolaan lahan untuk berbagai kepentingan (kehutanan,

    pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain) sesuai dengan

    kemampuan lahan dan memberikan perlakuan konservasi tanah

    dan air yang diperlukan agar produktivitas lahan dapat optimum

    dan berfungsi secara lestari.

    4. Pengelolaan tanaman, yang meliputi penentuan jenis tanaman,

    pola tanam dan teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan

    kondisi setempat serta mendukung tujuan-tujuan ekonomi dan

    ekologi dalam jangka panjang.

    5. Monitoring dan evaluasi faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi dan

    kelembagaan secara terus menerus dalam jangka panjang, untuk

    itu di setiap MDM perlu dilengkapi dengan alat-alat pengamat

    curah hujan, erosi, debit sungai dan alat-alat lain yang

    diperlukan.

    Dalam pelaksanaan kegiatan pokok tersebut di atas harus

    memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan DAS terpadu, yaitu

    melibatkan para pihak secara partisipatif, terkoordinasi, berkelanjutan;

    bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis sesuai

    dengan karakteristik DAS; pembagian tugas dan fungsi, beban biaya

    dan manfaat antar para pihak secara adil; dan akuntabel.

    E. Manfaat MDM

    Model DAS mikro diharapkan memberikan manfaat dalam hal-

    hal sebagai berikut:

  • 81. Sebagai tempat uji coba model-model RLPS dan pengelolaan

    sumberdaya alam serta pemecahan masalah pengelolaan DAS

    yang efektif, efisien, terukur dan akuntabel.

    2. Sebagai tempat pembelajaran yang diharapkan dapat

    meningkatkan keterampilan dan inisiatif para pihak terkait

    termasuk masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

    pengelolaan DAS terpadu.

    3. Sebagai media BPDAS dan instansi/lembaga lain dalam

    memfasilitasi para pihak (multi-stakeholders) dalam pengelolaan

    DAS.

    4. Sebagai salah satu sumber data dan informasi dan/atau referensi

    dalam menyusun standar, kriteria, pedoman, petunjuk teknis

    dalam praktek pengelolaan sumberdaya alam.

    5. Sebagai show window pengelolaan DAS partisipatif sehingga

    dapat dicontoh dan diterapkan oleh para pihak dalam

    melaksanakan praktek pengelolaan DAS.

    6. Sebagai laboratorium lapangan para mahasiswa, peneliti dan

    pemerhati dalam bidang pengelolaan DAS.

    7. Sebagai obyek wisata alami (ecotourism), sesuai dengan potensi

    wilayah yang ada dan pengembangan yang dilakukan.

    Berdasarkan berbagai manfaat di atas, hasil-hasil pembangunan

    model DAS mikro dapat dijadikan masukan model pengelolaan DAS di

    tingkat yang lebih luas pada tingkat Sub DAS, DAS, regional maupun

    nasional.

  • 9Arus luaran DAS mikro dalam sistem DAS sebagai sistem informasi

    pengelolaan DAS digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2. Arus Luaran DAS Mikro Dalam Sistem DAS

    F. Pengertian

    1. Model DAS Mikro (MDM) adalah suatu contoh pengelolaan DAS

    dalam skala lapang dengan luas kurang dari 5.000 ha yang

    digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses

    partisipatif pengelolaan sumberdaya alam, rehabilitasi hutan dan

    lahan, teknik-teknik konservasi tanah dan air, sistem usaha tani

    yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial, ekonomi, budaya

    dan kelembagaan masyarakat.

    2. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang

    merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

    Fungsi Daerah

    Fungsi Pusat

    Kebijakan Nasional Pengelolaan DAS

    Kebijakan SWP DAS-1 Kebijakan SWP DAS-2

    Model Pengelolaan DAS-1

    Model Pengelolaan DAS-2

    Model Pengelolaan SubDAS-1

    Model DAS Mikro-1 Model DAS Mikro-2

    Model Pengelolaan SubDAS-2

  • 10

    sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

    mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut

    secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis

    dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih

    terpengaruh aktivitas daratan.

    3. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur

    hubungan timbal balik antara sumberdaya alam (terutama

    vegetasi, tanah dan air) dengan manusia dan segala aktivitasnya

    di dalam DAS (tertentu), agar terwujud kelestarian dan keserasian

    ekosistem DAS serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya

    alam bagi manusia secara berkelanjutan.

    4. Tata air DAS adalah suatu sistem hubungan antar komponen

    hidrologi yang membentuk keseimbangan air di suatu DAS.

    5. Konservasi tanah dan air adalah upaya untuk melindungi,

    melestarikan, meningkatkan daya dukung dan produktivitas tanah

    dan air sebagai penyangga kehidupan.

    6. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,

    mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan

    sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam

    mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

    7. Hutan dan lahan kritis adalah hutan dan lahan yang berada di

    dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah berkurang dan/atau

    tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur

    produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya

    keseimbangan ekosistem DAS.

  • 11

    BAB II

    TAHAPAN PEMBANGUNAN MDM

    Kegiatan pembangunan MDM pada dasarnya meliputi kegiatan-

    kegiatan utama berupa persiapan, pemilihan lokasi, perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan pembangunan, monitoring dan evaluasi.

    Diagram alir tahapan pembangunan MDM disajikan dalam Gambar 3.

    Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Pembangunan MDM

    PERSIAPAN

    PEMILIHAN LOKASI

    PERENCANAANPEMBANGUNAN MDM

    PELAKSANAANPEMBANGUNAN MDM

    MONITORING DANEVALUASI

    PENGORGANISASIAN

  • 12

    A. Persiapan

    Persiapan dalam pembangunan MDM adalah kegiatan awal

    dalam rangka penyusunan rencana pembangunan MDM yang meliputi

    persiapan administrasi, penyiapan kerangka acuan atau rencana

    kerja, konsultasi dan sosialisasi awal gagasan pembangunan MDM

    dengan pihak-pihak terkait agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan

    secara efektif dan efisien.

    B. Pemilihan Lokasi

    Pemilihan lokasi adalah proses menetapkan satu atau lebih DAS

    Mikro yang akan dijadikan model pengelolaan. Pemilihan lokasi ini

    dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat DAS/SWP DAS sampai

    pada tingkat Sub-sub DAS dimana MDM akan dibangun dengan

    menggunakan kriteria biofisik dan non biofisik. Model DAS Mikro

    sedapat mungkin merepresentasikan sistem pengelolaan yang

    berbasis pada kondisi biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan

    setempat.

    C. Perencanaan Pembangunan MDM

    Perencanaan pembangunan MDM harus dilakukan secara

    partisipatif dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan dan

    secara garis besar meliputi kegiatan-kegiatan:

    1. Pengumpulan data dan informasi dasar yang meliputi data

    biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan.

    2. Analisa potensi dan permasalahan pengelolaan DAS/SWP DAS

    dan Sub DAS dimana MDM akan dibangun.

  • 13

    3. Perumusan rencana pembangunan MDM (Rencana Induk

    Pembangunan/Master Plan).

    4. Legalisasi dan sosialisasi rencana pembangunan MDM.

    D. Pelaksanaan Pembangunan MDM

    Pelaksanaan pembangunan MDM didasarkan pada Rencana

    Induk Pembangunan MDM yang telah disahkan. Apabila pelaksanaan

    pembangunan MDM memiliki banyak kegiatan, memerlukan sumber

    daya yang besar dan waktu yang cukup panjang maka pelaksanaan

    kegiatan harus didasarkan kepada skala prioritas. Pelaksanaan setiap

    kegiatan/model harus didahului dengan penyusunan rancangan teknis

    yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan dan sekaligus

    merupakan penjabaran dari Rencana Induk Pembangunan MDM.

    E. Monitoring dan Evaluasi MDM

    Monitoring dan evaluasi MDM adalah kegiatan pemantauan

    (pendokumentasian, pengukuran) dan analisis terhadap proses dan

    luaran (output) pembangunan MDM berdasarkan ukuran-ukuran

    kinerja yang ditetapkan. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan

    bahan masukan untuk perbaikan kegiatan pada setiap tahapan agar

    kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam pencapaian

    tujuan pembangunan MDM yang telah ditetapkan. Kegiatan

    monitoring dan evaluasi MDM meliputi pengumpulan data dan

    informasi dasar; monitoring dan evaluasi pada tingkat DAS mikro

    (MDM); monitoring dan evaluasi pada tingkat rumah tangga dan

    tingkat hamparan (petak); dan evaluasi dampak intervensi.

  • 14

    F. Pengorganisasian

    Pengorganisasian adalah pengaturan penyelenggaraan

    pembangunan MDM mulai dari tahap persiapan, pemilihan lokasi,

    perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi.

    Pengorganisasian ini sangat penting karena pembangunan MDM tidak

    saja melibatkan BPDAS tetapi juga melibatkan para pihak yang

    berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

    pemberdayaan masyarakat baik di tingkat lokal maupun tingkat yang

    lebih tinggi. Dalam hal ini sangat penting untuk merumuskan tugas

    dan fungsi setiap pihak yang terlibat dalam setiap tahapan

    pembangunan MDM sehingga tercipta koordinasi, integrasi,

    sinkronisasi dan sinergi (KISS) diantara para pihak untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan.

    G. Pendanaan

    Pendanaan seluruh tahapan pembangungan areal Model DAS

    Mikro harus dilaksanakan secara partisipatif dengan menerapkan

    prinsip cost sharing dimana sumber dana untuk pembangunan areal

    MDM berasal dari berbagai sektor yang terlibat.

  • 15

    BAB III

    PERSIAPAN

    Persiapan dalam pembangunan MDM meliputi persiapan

    administrasi, penyiapan kerangka acuan atau rencana kerja dan

    konsultasi, sosialisasi awal gagasan pembangunan MDM dengan pihak-

    pihak terkait agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif

    dan efisien.

    A. Persiapan Administrasi

    Persiapan administrasi meliputi pembuatan surat-surat yang

    meliputi:

    1. Surat pemberitahuan kepada instansi terkait tentang rencana

    akan dilaksanakannya pengumpulan data dan survei lapangan.

    2. Surat pengantar untuk petugas yang akan survei ke lapangan.

    3. Surat-surat atau dokumen lain yang diperlukan untuk

    melaksanakan penyusunan rencana pembangunan MDM

    B. Penyiapan Kerangka Acuan atau Rencana Kerja Penyusunan

    Rencana Pembangunan MDM

    Kerangka Acuan disiapkan oleh BPDAS yang memuat (paling

    tidak) hal-hal berikut: latar belakang, maksud, tujuan, sasaran

    wilayah, tahapan kegiatan, lingkup kegiatan, metode pelaksanaan,

    luaran (output) yang dihasilkan, penyajian hasil, waktu dan sumber

    biaya, tenaga ahli yang diperlukan dan sebagainya. Kerangka acuan

    definitif disahkan oleh kepala BPDAS.

  • 16

    C. Sosialisasi Pembangunan MDM kepada Pihak-pihak Terkait

    Gagasan pembangunan MDM yang didasarkan pada Pedoman

    Pembangunan Areal Model DAS Mikro dari Departemen Kehutanan

    dan Kerangka Acuan yang telah disusun harus disosialisasikan untuk

    diketahui, dipahami dan mendapatkan masukan-masukan bagi

    penyempurnaan kerangka acuan. Sebaiknya sosialisasi dilaksanakan

    dalam bentuk pertemuan multipihak di tingkat propinsi dan/atau

    kabupaten/kota dimana terletak DAS prioritas I atau II yang potensial

    untuk dipilih sebagai lokasi MDM, sehingga masukan-masukan dapat

    dibahas secara partisipatif.

  • 17

    BAB IV

    PEMILIHAN LOKASI MDM

    Pembangunan Model DAS Mikro sebagai model pengelolaan DAS

    bertujuan untuk membangun model dalam pemecahan masalah

    pengelolaan DAS, sehingga DAS mikro terpilih adalah DAS mikro yang

    dapat merepresentasikan satu atau lebih masalah utama yang akan

    dibangun model pemecahan masalahnya.

    Tahapan pemilihan lokasi MDM sangat mempengaruhi keberhasilan

    tahapan pelaksanaan serta keberlanjutan dari model-model yang

    dikembangkan. Mengingat besarnya pengaruh pemilihan lokasi terhadap

    keberhasilan pembangunan MDM maka pemilihan lokasi harus

    dilaksanakan secara partisipatif.

    Sebagai model DAS mikro, diperlukan kriteria biofisik dan kriteria

    lain yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan model tersebut

    yaitu berupa dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat

    setempat.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka DAS mikro terpilih

    adalah DAS mikro yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

    A. Kriteria MDM

    1. Kriteria Biofisik

    a. Merupakan bagian (Sub) DAS Prioritas I atau II di wilayah

    kerja masing-masing BPDAS. Diutamakan di DAS Prioritas I,

    namun apabila Sub-sub DAS dalam DAS Prioritas I

  • 18

    aksesibilitasnya sangat rendah dan biaya transportasi menuju

    lokasi tersebut sangat mahal maka bisa dipilih calon lokasi di

    DAS Prioritas II.

    b. Geologinya tidak termasuk kapur/karst.

    c. Luas sampai sekitar 5.000 ha.

    d. Terdapat lahan kritis.

    e. Terdapat lahan pertanian, hutan (negara/adat), pemukiman.

    f. Terdapat dalam satu kabupaten/kota

    2. Terdapat isu/permasalahan utama yang dihadapi dalam

    pengelolaan DAS (dalam lingkup wilayah kerja BPDAS).

    3. Adanya dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat

    setempat.

    B. Prosedur

    Prosedur pemilihan terdiri dari tahapan 1). Penentuan calon

    lokasi, dan 2). Penetapan lokasi terpilih (definitif).

    1. Penentuan Calon Lokasi

    Penentuan calon lokasi MDM ini lebih banyak dilakukan oleh

    BPDAS dengan menggunakan peta tematik dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. Pengumpulan peta-peta (geologi, topografi/rupa bumi,

    penggunaan lahan, lahan kritis dan peta lainnya yang

    dibutuhkan), dengan skala lebih besar dari 1:50.000,

    terutama untuk peta topografi/rupa bumi untuk DAS-DAS

    yang termasuk prioritas I atau II.

  • 19

    b. Analisis peta dengan cara tumpang tindih (superimpose) peta

    topografi dengan peta tematik (geologi, penggunaan lahan,

    lahan kritis dan peta tematik lainnya), kemudian deliniasi

    batas sub DAS ordo terkecil dan batas wilayah administratif

    desa dan kecamatan.

    c. Berdasarkan hasil analisis peta di atas, dipilih beberapa lokasi

    (3-5) Sub-sub DAS yang memenuhi kriteria biofisik MDM

    sebagai calon lokasi (MDM).

    2. Penetapan Lokasi terpilih

    Pemilihan lokasi MDM definitif dari beberapa calon lokasi

    yang sudah ditetapkan dalam tahap sebelumnya dilakukan

    melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah Penentuan Kriteria

    Pemilihan Lokasi yang terdiri dari Kriteria Utama yang sudah

    ditetapkan dalam pedoman ini dan Kriteria Tambahan yang

    disepakati oleh para pihak secara partisipatif melalui Focus Group

    discussion (FGD). Tahap kedua Proses Analisis/Skoring dan tahap

    ketiga Penetapan Lokasi MDM Definitif. Lokasi MDM

    Definitif/Terpilih adalah calon lokasi yang mendapat skor

    tertimbang tertinggi dari kriteria yang digunakan.

    Para pihak yang terlibat dalam pemilihan lokasi antara lain

    UPT Pemerintah Pusat, SKPD Pemerintah Daerah, Pemerintah

    Kecamatan dan Pemerintah Desa serta perwakilan dari

    masyarakat di calon lokasi, LSM, Perguruan Tinggi/Tenaga Pakar.

  • 20

    Kriteria Utama yang digunakan adalah:

    a. Mewakili isu/permasalahan yang akan dibangun modelpemecahannya melalui MDM;.

    b. Aksesibilitas;

    c. Ketergantungan masyarakat terhadap lahan/pertanian;

    d. Dukungan masyarakat setempat;

    e. Dukungan pemerintah setempat (kabupaten/kota,kecamatan, desa).

    Kriteria tambahan adalah kriteria yang disepakati oleh para pihak

    sesuai dengan kondisi setempat, tujuan pembangunan MDM serta

    kebutuhan/kepentingan para pihak. Penetapan kriteria tambahan

    disertai dengan penentuan skor dan bobot untuk setiap kriteria

    tambahan yang disepakati.

    Skoring dan pembobotan untuk setiap kriteria adalah

    sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 berikut ini:

  • 21

    Tabel 1. Kriteria Penentuan Lokasi Definitif MDM dan Pengukurannya

    Kode Uraian Kriteria Atribut yang diukur Skor Bobot

    (%)

    X1 Keberadaan isupermasalahanutama

    a. dua isu

    b. 3-5 isu

    c. > 5 isu

    1

    2

    3

    25

    X2 Aksesibilitas a. Jarak dari pusat ibukotakabupaten/kota lebih dari 40 km.

    b. Jarak dari pusat ibukotakabupaten/kota antara 20-40 km

    c. Jarak dari pusat ibukotakabupaten/kota kurang dari 20km

    1

    2

    3

    15

    X3 Tingkatketergantunganmasyarakatkepadapendapatanpertanian

    d. < 30 % pendapatan RT daripertanian

    b. 3070% pendapatan RT daripertanian

    c. > 70 % pendapatan RT daripertanian

    1

    2

    3

    10

    X4 Dukunganpotensilmasyarakatterhadap MDM

    a. Buruk

    b. Cukup baik

    c. Sangat baik

    1

    2

    3

    15

    X5 Dukunganpotensilpemerintahkabupatenterhadap MDM

    a. Buruk

    b. Cukup baik

    c. Sangat baik

    1

    2

    3

    15

    X6 KeriteriaTambahan

    . .. 20

  • 22

    Keterangan:

    X1 adalah: 1. Erosi Tinggi

    2. Banjir

    3. Kekeringan

    4. Perambahan Hutan/Pencurian Kayu

    5. Penyerobotan Tanah/ Konflik lahan

    6. Produktivitas Lahan Rendah

    7. Pengangguran/Kelangkaan Kesempatan Kerja

    8. Kemiskinan

    9. Urbanisasi Tinggi

    10. Kualitas SDM Rendah

    Pengukuran X4 dan X5 disesuaikan dengan kondisi hasil pengamatan

    di daerah, misalnya:

    - Buruk: tidak menolak tapi kurang mendukung

    - Cukup Baik: menerima dan mendukung

    - Sangat Baik: siap berpartisipasi baik tenaga maupun dana

    X6 adalah kriteria tambahan yang dianggap penting dalam

    pengelolaan MDM misalnya keberadaan sumber mata air yang

    digunakan untuk PDAM (intake PDAM), keberadaan PLTA/mikro hydro

    dan posisi calon areal MDM terhadap kawasan konservasi. Kriteria

    tambahan tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih kriteria

    tergantung kesepakatan para pihak pada waktu pertemuan multipihak

    tetapi bobotnya tetap 20%. Apabila dalam pemilihan lokasi tidak

    menggunakan kriteria tambahan maka bobot 20% tersebut dibagi

    rata untuk setiap kriteria utama yang digunakan.

  • 23

    Diagram alir proses pemilihan lokasi MDM disajikan dalam Gambar 4.

    Gambar 4. Diagram Alir Proses Pemilihan Lokasi DAS Mikro

    KRITERIA PEMILIHANCALON LOKASIa. Merupakan bagian (Sub)

    DAS Prioritas I atau IIb. Geologinya tidak termasuk

    kapur/karst.c. Luas sampai sekitar 5.000

    ha.d. Terdapat lahan kritis.e. Terdapat lahan pertanian,

    hutan (negara/adat),pemukiman.

    f. Terdapat dalam satukabupaten/kota

    SWP DAS

    DAS Prioritas I atau II

    3-5 Calon lokasi MDM dalam Sub DASyang seusai dengan kriteria biofisik

    Tingkat :

    Wilayah Kerja BPDAS

    DAS

    Sub DAS

    Focus Grouf DiscussionSektor Swasta

    Pengumpulan Data

    Pemerintah

    Masyarakat

    LSM

    ScoringSurvei Lapangan

    KriteriaPemilihan(*)

    KRITERIA PEMILIHAN LOKASIDEFINITIF (*)a. Keberadaan isu permasalahan

    utamab. Aksesibilitasc. Tingkat ketergantungan masyarakat

    kepada pendapatan pertaniand. Dukungan potensil masyarakat

    terhadap MDMe. Dukungan potensil pemerintah

    daerah terhadap MDMf. Kriteria Tambahan

    AnalisisData/GIS

    AnalisisData/GIS

    Lokasi MDMdefinitif

    Sub-Sub DAS

    Gambar 4. Diagram Alir Proses Pemilihan Lokasi DAS Mikro

  • 24

    BAB V

    PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDM

    Perencanaan pembangunan MDM harus dilaksanakan secara

    partisipatif. Perencanaan disebut partisipatif apabila stakeholders yang

    memiliki kebutuhan, persepsi, kewenangan dan tanggungjawab yang

    berbeda dilibatkan dalam proses perencanaan. Perencanaan MDM secara

    partisipatif sangat penting karena:

    a. Dapat menghasilkan program yang lebih baik dan efisien.

    b. Meningkatkan partisipasi dan tanggungjawab stakeholders.

    c. Dapat meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan

    sehingga akan muncul saling pengertian dan saling percaya diantara

    stakeholders.

    d. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai peran dan

    tanggungjawabnya (meningkatkan rasa memiliki).

    e. Mengurangi potensi terjadinya konflik.

    Proses perencanaan pembangunan MDM dikelompokan ke dalam 4

    kegiatan utama yaitu: 1). Pengumpulan Data dan Informasi DAS Mikro,

    2). Analisa Potensi dan Permasalahan, 3). Penyusunan Rencana Induk

    dan 4) Legalisasi Rencana. Diagram alir perencanaan pembangunan MDM

    disajikan dalam Gambar 5.

  • 25

    Gambar 5. Diagram Alir Proses Perencanaan Pembangunan Model DAS Mikro

    LOKASI MDM TERPILIH

    PENGUMPULAN DATA &INFORMASI DASAR DAS

    MIKRO

    ANALISA POTENSI &PERMASALAHAN

    PERUMUSAN TUJUAN

    PERUMUSAN PROGRAM DANKEGIATAN

    PERUMUSAN KRITERIA &INDIKATOR KINERJA

    PERUMUSAN SISTEM MONEV

    DOKUMEN RENCANA INDUKPEMBANGUNAN

    PENYUSUNAN DOKUMENRENCANA INDUK

    PEMBANGUNAN/MASTERPLAN

    PENYUSUNANRENCANA INDUK

    PEMBANGUNAN MDM

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    LEGALISASI DOKUMENRENCANA INDUK OLEH

    BUPATI/WALIKOTA

    SOSIALISASI RENCANAINDUK PEMBANGUNANKEPADA PARA PIHAK

  • 26

    Sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan penyusunan Rencana

    Induk Pembangunan MDM, terlebih dahulu perlu dibentuk Tim

    Penyusunan Rencana Induk Pembangunan MDM dan Penyiapan Pemandu

    Lapangan.

    Tim penyusunan rencana pembangunan MDM ditetapkan oleh

    Bupati/Walikota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim

    pengarah diketuai oleh Kepala Bappeda kabupaten/kota dan

    beranggotakan dinas/instansi terkait di kabupaten/kota. Sedangkan Tim

    Pelaksana diketuai oleh Kepala BPDAS dengan anggotanya terdiri dari

    perwakilan instansi teknis terkait di kabupaten/kota, kepala seksi lingkup

    BPDAS, tenaga fungsional PEH lingkup BPDAS, perwakilan kelompok

    masyarakat di lokasi MDM dan pihak lain yang dianggap perlu dan

    mempunyai keahlian yang dibutuhkan, misal pakar dari perguruan tinggi,

    lembaga koordinasi (forum) pengelolaan DAS, LSM dan/atau lembaga

    penelitian.

    Apabila belum tersedia tenaga Pemandu Lapangan atau Fasilitator

    kegiatan pembangunan MDM maka harus dilakukan pelatihan Pemandu

    Lapangan. Pemandu lapangan adalah staf BPDAS dan/atau

    lembaga/instansi pengelola program atau kegiatan tingkat

    kabupaten/kota dimana lokasi MDM akan dibangun. Kegiatan pelatihan

    pemandu lapangan bertujuan untuk membangun kapasitas mereka dalam

    penyelenggaraan pembangunan MDM, pendampingan masyarakat dan

    membangun jejaring kerja dengan para pihak. Dengan demikian

    diharapkan Pemandu Lapangan dapat bertindak sebagai fasilitator antara

    pengelola program atau kegiatan dengan masyarakat. Pelatihan pemandu

    lapangan ini bisa dilakukan oleh BPDAS atau oleh pihak lain yang memiliki

    kompetensi dalam penyelenggaraan pelatihan. Pemandu lapangan juga

  • 27

    diharapkan bisa berperan aktif dalam penyusunan rencana induk

    pembangunan MDM dan penyusunan rancangan kegiatan.

    Gambaran kondisi biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan di MDM

    sebaiknya didokumentasikan secara visual (di foto atau video) sebagai

    data dasar (base line data) sebelum adanya intervensi kegiatan. Hal ini

    sangat penting untuk evaluasi sebelum dan setelah adanya kegiatan di

    dalam areal MDM.

    Sebagian data dan informasi sosial ekonomi dan kelembagaan akan

    berupa data sekunder yang bisa diperoleh dari berbagai instansi

    pemerintah ataupun non-pemerintah, sedang data lainnya adalah data

    primer. Data primer ini dapat digali dari berbagai local key informan,

    seperti pedagang, lembaga keuangan lokal, pengurus koperasi, pengurus

    kelompok tani dan tokoh masyarakat lokal atau dengan melakukan

    observasi lapangan misalnya dengan metode transek.

    A. Pengumpulan Data dan Informasi DAS Mikro

    Pengumpulan data dan informasi diperlukan untuk perencanaan

    pembangunan, perancangan pelaksanaan kegiatan dan monitoring

    dan evaluasi.

    Data dan informasi meliputi data dan informasi biofisik DAS

    Mikro, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat di dalam DAS

    mikro. Data dan informasi biofisik DAS Mikro yang perlu diidentifikasi

    dan dikumpulkan, sumber data dan informasi, cara mendapatkan data

    dan informasi, serta uraian yang diperlukan disajikan dalam Tabel 2

    sedangkan data dan informasi sosial, ekonomi dan kelembagaan

    disajikan dalam Tabel 3. Data dan informasi DAS mikro yang

  • 28

    diperoleh dari penelaahan dan analisis peta, buku dan laporan perlu

    diverifikasi di lapangan dengan melakukan cek lapangan. Peta kontur

    (yang berasal dari peta topografi atau rupa bumi), peta tanah, dan

    peta pengggunaan lahan yang berskala lebih kecil dari 1:10.000 perlu

    dilakukan survei atau pemetaan lebih detail untuk mendapatkan

    informasi pada 1:10.000 atau lebih besar. Pemetaan mengacu kepada

    standar pemetaan.

  • 29

    Tabel 2. Jenis Data dan Informasi Iklim dan Biofisik DAS Mikro yang Diperlukan Untuk PerencanaanPembangunan MDM

    No Jenis Data Uraian Mengenai KemungkinanPenggunaan

    Sumber dan Cara Memperoleh

    1 Iklim Data dan informasi iklim yang diperlukanterdiri dari:- Curah Hujan tahunan, Jumlah Bulan basah,

    Bulan Kering Menurut Schmidt & Fergussonatau Oldeman

    - Tipe iklim/agroklimat Menurut Schmidt &Fergusson, Koopen atau Oldeman

    - Suhu, Kelembababn, Angin dan radiasiBulanan rata-rata dan distribusi dalamsetahun

    - Gambaran distribusi ruang iklim dalambentuk tabulasi dan peta

    Data iklim selain digunakan untuk analisispotensi wilayah, juga untuk analisis masalahyang terkait dengan erosi, hidrologi,kesesuaian lahan bagi tanaman tahunanmaupun tanaman semusim.

    Sumber:- Peta Tipe Iklim/Agroklimat- Laporan Hasil Pengukuran di Stasiun

    Klimatologi dan Meteorologi- Laporan LainnyaSumber tersebut terdapat di KantorKlimatologi, Lembaga PenelitianPertanian dan Kantor Lainnya.Data dan informasi iklim didapat denganmenganalisis data, peta dan citasilaporan resmi.

  • 30

    2 Topografi Data dan informasi topografi yang diperlukanterdiri dari:- Kelas kemiringan lahan (A: < 8%, B: 8-

    15%, C: 15-25%, D: 25-40%, E: >40%)Untuk lahan pertanian kemiringan lerengkelas A dijadikan dua kelas yaitu < 3%,dan 3-8%.

    - Luas setiap kelas kemiringan lahan.- Gambaran distribusi ruang dalam bentuk

    tabulasi dan peta

    Sumber:Peta Rupa Bumi-Bakosurtanal, skala >1:50.000 sebagai peta dasar untukpembuatan peta kontur skala > 1:10.000.Peta kontur dibuat dengan prosedurpemetaan standar.Apabila peta > 1:10.000 telah tersediadapat langsung digunakan.Peta Rupa Bumi terdapat di KantorBakosurtanal, atau kantor lainnya.Kelas kemiringan dan luas kemiringanlereng setiap lereng setiap kelas dianalisisdi peta skala > 1:10.000

    3 Geologi Data dan informasi geologi yang diperlukanterdiri dari:- Sejarah pembentukan batuan- Struktur dan jenis batuan- Gambaran distribusi ruang dalam bentuk

    tabulasi dan petaData dan informasi geologi diperlukan untukanalisis potensi/masalah longsor danketerkaitan batuan dengan sifat tanah.

    Sumber: Peta Geologi (skala >1:250.000) gunakan skala terbesar yangtersedia. Penggalian informasi geologi,cukup menggunakan informasi dari peta.Peta Geologi tersedia di DirektoratGeologi Lingkungan-Bandung ataukantor/perpustakaan lainnya.Data dan informasi geologi didapatdengan menganalisis legenda peta danuraian dalam laporan pemetaan.

  • 31

    4 Tanah Data dan informasi tanah yang diperlukanterdiri dari:- Jenis tanah- Sifat fisik dan kimia tanah, yang terkait

    dengan sifat kesuburan, erodibilitas danfaktor pembatas kemampuan lahan,kesesuaian lahan.

    - Gambaran distribusi ruang dalam bentuktabulasi dan peta

    Data dan informasi tanah diperlukan untukanalisis potensi/masalah erosi, kemapuanlahan dan kesesuaian lahan, produktivitaslahan

    Sumber: Peta Jenis Tanah-PusatPenelitian Tanah, skala > 1:50.000sebagai peta dasar untuk pembuatan PetaTanah skala > 1:10.000.Peta tanah dibuat dengan prosedurpemetaan standar.Apabila peta 1:10.000 telah tersediadapat langsung digunakan.Peta jenis tanah skala > 1:50.000tersedia di Pusat Penelitian tanah, ataukantor lainnya.Data dan informasi tanah didapat darihasil analisis laboratorium atau pengujianlapangan. Distribusi sifat tanah dianalisisdi peta skala > 1:10.000

    5 Hidrologi Data dan informasi hidrologi yang diperlukanterdiri dari:- Jaringan sungai/drainase- Lokasi mata air- Potensi air tanah- Potensi air permukaan- Debit sungai

    Sumber:- Peta Hidrogeologi (skala > 1:

    250.000)- Peta kontur hasil pemetaan skala >

    1:10.000- Laporan hasil pengukuran debit- Laporan studi sumber daya air

    wilayah

  • 32

    - Neraca Air DASData dan informasi hidrologi diperlukan untukmengetahui keadaan sekarang (pada saatpengukuran) nraca air DAS, potensi mata air,air tanah dan air permukaan

    Peta hidrogeologi tersedia di DirektoratGeologi Lingkungan-Bandung, ataukantor lainnya. Laporan hasil pengukurandebit tersedia di BPSDA Kabupaten.Laporan studi mungkin tersedia diPerpuatakaan LembagaPenelitian/Perguruan Tinggi. Petahidrogeologi digunakan sebagai petadasar pemetaan air tanah. Jaringansungai dianalisis dari hasil pengukurankontur. Apabila data debit tidak tersedia,indikasi debit maksimum dan minimumdikumpulkan ketika pemetaan konturtanah.

    6 Kemampuan/Kesesuaian Lahan

    Data dan informasi kemampuan dankesesuaian lahan yang diperlukan terdiri dari:- Kelas Kemampuan Lahan- Kelas Kesesuaian LahanData ini diperlukan untuk analisis zonasiruang/penatagunaan lahan sesuai dengankelas kemampuan dan kesesuaian lahan

    Sumber:- Peta Agroekologi (AEZ) dari BPTP

    provinsi- Data dan informasi iklim- Data dan informasi Topografi Hasil

    Pemetaan- Data dan Informasi Tanah Hasil

    Pemetaan- Data dan Informasi Hidrologi hasil

  • 33

    pemetaan- Persyaratan tumbuh tanaman

    semusim dan tahunanData dan informasi tersebut dianalisisuntuk mendapatkan faktor yangdiperlukan tanaman dan faktorpenghambat

    7 JenisPenutupandanPenggunaan Lahan

    Data dan informasi penutupan danpenggunaan lahan yang diperluka terdiri dari:- Jenis penutupan lahan: hutan alam,

    hutan tanaman, kebun, kebun campuran,belukan, alang-alang, tanah kosong(gundul), padi sawah, bangunan, air.

    - Jenis penggunaan lahan: hutankonservasi, hutan lindung, hutanproduksi, perkebunan negara,perkebunan rakyat, ladang/tegalan,sawah, pemukiman (kampung dan kota),sungai, kolam, danau.

    - Selain jeni penutupan lahan, di setiapjenis penggunaan lahan dikumpulkaninformasi kerapatan pohon/tajuk danuntuk hutan konservasi khusunyadikumpulkan ionformasi keanekaragaman

    Sumber data:Peta Rupa Bumi Bakosurtanal, PetaPenggunaan Lahan atau interpretasi CitraLandsat terbaru dari Lapan, yang dapatdigunakan sebagai indikator penutupanlahan. Data dan informasiskalaperencanaan pembangunan didapatdengan pemetaan penutupan lahan danpenggunaan lahan secara bersamaandengan pemetaan kontur/tanah.

  • 34

    jenis flora dan fauna.- Gambaran sebaran ruang dalam bentuk

    tabulasi dan petaData ini diperlukan untuk analisispotensi/masalah yang terkait denganproduktivitas lahan, erosi dan hidrologi. Jugasebagai acuan kesesuaian lahan sertatindakan pengelolaan yang diperlukan.

    8 KebijakanTata Ruang

    Data dan informasi kebijakan tata ruang yangdiperlukan terdiri dari:- Arahan Penggunaan Kawasan (Kawasan,

    Konservasi, Kawasan Produksi,Pengembangan Perkotaan) dalamperencanaan kabupaten

    - Gambaran sebaran ruang dalam bentuktabulasi dan peta

    Informasi ini diperlukan sebagai bahan crasscheck antara data perencanaan kabupatendengan hasil pengukuran dalampembangunan MDM untuk memastikan statuslahan lebih jelas

    Sumber:Peta dan Laporan Rencana Tata RuangWilayah kabupaten skala terbesar yangtersediaPeta dan laporan ini tersedia di KantorBappeda kabupaten terkait

  • 35

    Tabel 3. Data dan Informasi Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan yang Diperlukan untuk PerencanaanPembangunan MDM

    No

    Jenis Data Uraian Mengenai Kemungkinan Penggunaan Sumber dan CaraMemperoleh

    1. Kependudukan (jumlahKK, jiwa, ukuran KK,pertumbuhan pendudukdan kepadatan penduduk)

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti migrasipenduduk, penguasaan lahan dan pendapatan keluargaakan berguna dalam identifikasi dan analisis permasalahankemiskinan dan masalahan ketergantungan padakesempatan kerja dan pendapatan pertanian serta dalammerumuskan program-program pemecahannya

    Monografi Desaatau Surveilapangan

    2. Migrasi penduduk (migrasipermanent, migrasimusiman, alasan ekonomidan non-ekonominya)

    Data ini bersama data lainnya seperti penguasaan lahan danpendapatan keluarga akan berguna dalam identifikasi dananalisis masalah kemiskinan dan masalah ketergantunganpada kesempatan kerja dan pendapatan pertanian sertadalam merumuskan program-program pemecahannya

    Survei lapangan

    3. Penguasaan Lahan (luasper keluarga, statuspenguasaan, distribusipenguasaan)

    Data ini bersama data lainnya seperti data kependudukandan pendapatan keluarga akan berguna dalam identifikasidan analisis masalah kemiskinan dan masalahketergantungan pada kesempatan kerja dan pendapatanpertanian serta dalam merumuskan program-programpemecahannya

    Monografi desaatau surveilapangan

    4. Pendapatan Keluarga(pendapatan per tahun,

    Data ini bersama data lainnya seperti data kependudukandan penguasaan lahan akan berguna dalam identifikasi dan

    Survei lapangan

  • 36

    sumber pendapatan) analisis permasalahan kemiskinan dan masalahketergantungan pada kesempatan kerja dan pendapatanpertanian serta dalam merumuskan program-programpemecahannya

    5. Input-output Usaha Tani(penggunaan tenagakerja, pupuk, pestisida,bibit serta produksi per haper tanaman per MT)

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti data harga-harga produk pertanian, harga-harga faktor produksipertanian dan luas penguasaan lahan dapat dipergunakanuntuk memahami sebab-sebab ketergantungan ekonomipada pertanian dan kemiskinan serta dalam merumuskanprogram-program pemecahannya

    Survei lapanganatau interviewdengan PPLsetempat

    6. Harga-harga FaktorProduksi (tenaga kerja,pupuk, bibit dan pestisida)

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti data harga-harga hasil pertanian dan kondisi pasar produk pertanianberguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaranhasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan program-program pemecahannya.

    Survei lapanganatau interviewdengan PPLsetempat

    7. Harga-harga hasilpertanian (gabah, beras,palawija, hortikultura, bijikopi, karet, dan lain-lain.

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti data harga-harga faktor produksi dan kondisi pasar produk pertanianberguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaranhasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan program-program pemecahannya

    Survei lapanganatau interviewdengan PPLsetempat danpedagang setempat

    8. Kondisi Pasar Produk-produk Pertanian (tingkatkemudahan mamasarkan,tingkat fluktuasi harga,

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti data harga-harga faktor produksi dan harga-harga hasil pertanian akanberguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaranhasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan program-

    Survei lapanganatau interviewdengan PPLsetempat dan

  • 37

    tingkat kepuasan petaniterhadap harga-hargayang diterimanya danpanjangnya trantai tataniaga)

    program pemecahannya pedagang setempat

    9. Kondisi Hak PenguasaanLahan dan KonflikPertanahan(ketidakpastian kontrakbagi hasil/sewa,ketidakpastian hakpemilikan,perambahan/penyerobotan tanah dan keberadaantanah guntai)

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti datakependudukan, luas penggunaan lahandan pendapatankeluarga akan berguna dalam identifikasi dan analisismasalah status penguasaan dan konflik pertanahan sertadalam merumuskan program-program pemecahannya

    Interview denganberbagai informankunci seperti PPL,kepala desa, tokoh-tokoh informal danpejabatpadainstansi terkaitseperti pejabat BPNsetempat dan DinasKehutanan

    10.

    Kondisi aksesibilitasmasyarakat pada pasarkredit formal (presentasepetani yang mendapatkredit produksi daribank/koperasi, tingkatketersediaan kreditdibandingkan dengan

    Data ini bersama dengan data lainnya seperti data kondisipasar hasil-hasil pertanian dan pendapatan keluarga akanberguna dalam identifikasi dan analisis masalah kemiskinanserta dalam merumuskan program-program pemecahannya

    Survei lapngan danatau interviewdengan PPL, BRIlokal, BPR, Bankswasta dan lain-lain.

  • 38

    kebutuhan petani danhambatan-hambatandalam memperoleh kredittersebut)

    11.

    Kondisi KelembagaanFormal seperti LKMD,Koperasi, Kelompok Tani(keberadaan, partisipasimasyarakat sertaefektivitasnya dalammenggalang kerjasamadan melayani kepentinganmasyarakat.

    Data ini bersama dengan data kondisi kelembagaan informaldapat digunakan dalam identifikasi dan analisis masalahkerjasama antar anggota masyarakat serta dalammerumuskan program-program untuk mengatasinya

    Interview denganberbagai informankunci seperti PPL,Kepala Desa dantokoh-tokohinformal desa.

    12.

    Kondisi kelembagaaninformal seperti arisan dangotong royong(keberadaan, partisipasimasyarakat sertaefektivitasnya dalammenggalang kerjasamadan melayani kepentinganmasyarakat)

    Data ini bersama dengan data kondisi kelembagaan formaldapat digunakan dalam identifikasi dan analisis masalahkerjasama antar anggota masyarakat serta dalammerumuskan program-program kelembagaan untukmemfasilitasi kerjasama antar anggota masyarakat.

    Interview denganberbagai informankunci seperti PPL,Kepala Desa dantokoh-tokohinformal desa.

  • 39

    B. Analisa Potensi dan Permasalahan

    Analisa potensi dan permasalahan mencakup potensi dan

    masalah sumberdaya biofisik, sumberdaya manusia dan sosial yang

    dapat mendorong dan menghambat dalam pencapaian tujuan

    pengelolaan sumberdaya alam DAS Mikro. Analisa potensi dan

    permasalahan dilakukan melalui penelaahan secara sistematis dan

    logis terhadap data, informasi dan observasi lapangan. Analisa

    potensi dan permasalahan memerlukan tingkat keahlian yang mampu

    menentukan ketepatan dalam identifikasi potensi dan masalah serta

    faktor-faktor penyebabnya. Dalam kegiatan ini diperlukan dukungan

    fasilitasi dari berbagai pihak, seperti pakar, LSM, pejabat birokrat

    yang keahliannya relevan. Analisis potensi dan permasalahan

    dilakukan dengan menggunakan metode partisipatif seperti

    Participatory Rural Appraisal (PRA), FGD (Focus Group Discussion),

    LFA (Logical Framework Analisis) yang melibatkan multi-pemangku

    kepentingan. Keunggulan metode yang melibatkan para pihak

    pemangku kepentingan dibandingkan dengan wawancara secara

    individu atau dengan sekelompok orang tertentu; yaitu potensi dan

    masalah dapat dirumuskan lebih komprehensif, partisipatif sehingga

    disadari banyak pihak, dan dapat dipecahkan berdasarkan

    kepentingan bersama. Dalam hal ini keahlian fasilitator sangat

    menentukan terutama jika muncul banyak sekali permasalahan baik

    biofisik, sosial ekonomi maupun kelembagaan yang dikemukakan

    oleh peserta pertemuan dan menjadi sangat kompleks.

  • 40

    Fasilitator harus mampu membuat struktur masalah dengan baik

    sehingga jelas permasalahan pokoknya.

    Potensi dan permasalahan diidentifikasi dan dianalisis menurut

    ruang untuk dapat menggambarkan potensi dan permasalahan

    biofisik sumberdaya alam, sosial ekonomi masyarakat dan

    kelembagaan menurut lokasi di dalam DAS Mikro. Data dan informasi

    dalam bentuk Peta atau Tabulasi-Narasi yang menggambarkan

    sebaran kondisi sekarang dari sumberdaya alam, sumberdaya

    manusia dan kelembagaan lokal menurut kampung/desa sudah

    dipersiapkan sebelumnya sebagai hasil dari pengumpulan data dan

    informasi DAS Mikro, sebagai bahan dalam identifikasi/analisis

    masalah. Langkah-langkah dalam analisis masalah menggunakan LFA

    disajikan dalam Gambar 6.

  • 41

    Penjelasan:

    1. Tulis dengan singkat MASALAH INTI pada kartu dan tempelkan di papan.

    2. Tulis penyebab-penyebab utama dan langsung terjadinya masalah inti pada kartu-kartudan letakkan langsung di bawah masalah inti. Teruskan dengan proses yang sama padatingkat-tingkat yang lebih rendah.

    3. Tulis akibat-akibat langsung terjadinya masalah inti pada kartu-kartu dan letakkanlangsung di atas masalah inti. Teruskan pada proses yang sama pada tingkat-tingkatyang lebih tinggi.

    4. Bentuk sebuah diagram yang menunjukan rangkaian hubungan sebab akibat yang utamadan langsung antara satu tingkat dengan tingkat di atasnya.

    5. Periksa dan sempurnakan semua ungkapan, kaitan dan bentuk diagram sehingga tidakmenimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.

    Catatan:1. Rumuskan MASALAH sebagai KONDISI NEGATIF

    2. Satu kartu hanya memuat SATU GAGASAN saja dengan ungkapan yang terdiri darisebanyak-banyaknya 6 kata.

    Gambar 6. Langkah Analisis Masalah (dalam Logical FrameworkAnalysis, LFA)

  • 42

    Isu-isu yang sering dijadikan masalah yang terkait dengan

    biofisik DAS antara lain adalah: pengrusakan hutan, lahan kritis,

    aliran permukaan dan erosi, longsor, sedimentasi, penurunan kualitas

    air dan banjir. Terjadinya masalah-masalah ini disebabkan oleh

    ketidak-sesuaian penerapan teknologi dan aspek-aspek sosial,

    ekonomi, budaya dan kelembagaan.

    Sedangkan permasalahan sosial, ekonomi dan kelembagaan

    yang sering ditemukan terjadi di wilayah DAS, yaitu: (a) masalah

    kemiskinan, (b) masalah ketergantungan yang tinggi pada

    kesempatan kerja dan pendapatan pertanian, (c) masalah status dan

    konflik penguasaan lahan, (d) masalah pemasaran hasil-hasil

    pertanian, (e) masalah kerjasama antar masyarakat.

    Perlu diperhatikan bahwa suatu masalah dapat disebabkan

    oleh lebih dari satu faktor. Masalah-masalah tersebut sebenarnya

    tidaklah selalu bersifat mutually exclusive satu dengan lainnya. Misal,

    masalah kemiskinan dapat terkait dengan masalah produk-produk

    pertanian yang merugikan petani. Struktur pasar oligopsonistik

    (jumlah pembeli jauh lebih sedikit dari produsen/penjual sehingga

    pembeli lebih dominan dalam menentukan harga) serta

    ketidakefisienan rantai tata niaga produk-produk pertanian membuat

    harga-harga hasil pertanian yang diterima petani cukup rendah.

    Harga yang rendah bersama-sama dengan penguasaan lahan yang

    sempit membuat seorang petani menjadi miskin.

  • 43

    Jadi masalah kemiskinan erat kaitannya dengan masalah pemasaran

    hasil-hasil pertanian.

    Permasalahan pokok biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan

    yang umum ditemukan dalam pengelolaan DAS serta faktor-faktor

    penyebabnya adalah sebagaimana tersaji dalam Tabel 4.

    Tabel 4. Contoh Permasalahan Biofisik, Sosial Ekonomi,Kelembagaan dan Kemungkinan PenyebabUtamanya

    No PermasalahanPokok

    Kemungkinan Penyebab Utama

    Biofisik/Teknis

    1 Aliran Permukaan danErosi

    (a) Pemanenan hutan di lahan miring tanpa reboisasi

    (b) Pembukaan hutan di lahan miring untuk ladang

    (c) Cara bercocok tanam tidak menggunakan teknikkonservasi tanah dan air di lahan miring

    (d) Meluasnya areal terbangun (built up/paved area)(e) ......

    2 Longsor (a) Pembukaan hutan di lereng terjal

    (b) Bertani di lereng curam/terjal

    (c) Tidak ada penguatan tebing

    (d) Erosi tebing sungai

    (e) .....

    3 Sedimentasi (a) Aliran permukaan, erosi dan longsor di hulu tinggi

    (b) Tidak ada sediment trap baik di hulu maupun di hilir

    (c) ......

    4 Kualitas Air (sungai) (a) Aliranpermukaan, erosi dan longsor di hulu tinggi

    (b) Erosi tebing sungai

    (c) Buangan limbah ke sungai

    (d) ......

    5 Banjir (a) Aliran permukaan di hulu tinggi

    (b) Tidak ada pengendalian aliran permukaan di hulu dan

  • 44

    No PermasalahanPokok

    Kemungkinan Penyebab Utama

    pengelakan ke hilir

    (c) Aliran permukaan melebihi kapasitas tampungmorfologi sungai di dataran rendah

    (d) ......

    ... .................. .................

    Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan

    1 Masalah Kemiskinan (a) Penguasaan lahan sempit

    (b) Keterbatasan teknologi produksi

    (c) Masalah pemasaran (harga produk rendah)

    (d) Produktivitas dan kualitas produk yang rendah

    (e) Keterbatasan modal

    (f) .........

    2 Masalahketergantungan yangtinggi padakesempatan kerja danpendapatan pertanian

    (a) Keterampilan yang rendah dan terbatas

    (b) Keterbatasan modal

    (c) Keterbatasan kesempatan kerja di luar pertanian

    (d) .....

    3 Masalah status dankonflik penguasaanlahan

    (a) Bukti pemilikan yang lemah

    (b) Kontrak bagi hasil, sewa dan gadai yang tidak tertulis

    (c) Lemahnya penegakan hukum pertanahan

    (d) ......

    4 Masalah pemasaranhasil-hasil pertanian

    (a) Struktur pasar yang oligopsonistik

    (b) Rantai tataniaga yang panjang dan tidak efisien

    (c) Fasilitas transportasi yang buruk

    (d) Kualitas produk rendah

    (e) ......

    5 Masalah lemahnyakerjasama antaranggota masyarakat

    (a) Kesenjangan ekonomi

    (b) Kurangnya rasa saling percaya

    (c) Kurangnya kepedulian bermasyarakat

    (d) ......

    ... .................. .................

    Keterangan : Permasalahan pokok dan penyebabnya diisi dengan temuan di masing-masing lokasi (permasalahan dan penyebabnya dalam tabel tersebutdapat ditambah atau dikurangi, atau bahkan berbeda sama sekali).

  • 45

    C. Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

    Sebelum melaksanakan penyusunan rencana induk

    pembangunan MDM, Tim Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

    MDM atau Pemandu Lapangan terlebih dahulu harus melakukan

    sosialisasi gagasan pembangunan MDM kepada masyarakat di lokasi

    MDM definitif (calon lokasi terpilih). Dalam sosialisasi ini harus

    dijelaskan manfaat pembangunan MDM secara umum dan manfaat

    pembangunan MDM bagi masyarakat yang terlibat.

    Tahapan penyusunan rencana induk pembangunan MDM terdiri dari

    beberapa kegiatan utama, yaitu:

    1. Perumusan/pembentukan tujuan bersama masyarakat

    Berdasarkan pada hasil identifikasi potensi dan analisis

    permasalahan MDM, Tim merumuskan tujuan bersama dengan

    masyarakat sehingga masyarakat dapat:

    a. Menetapkan harapan, tujuan dan keinginan tentang masa

    depannya terutama yang terkait pengelolaan areal MDM.

    b. Meningkatkan rasa memiliki terhadap program dan kegiatan

    yang akan dikembangkan/dilaksanakan

    c. Menyepakati agenda bersama, tujuan prioritas dan kendala

    yang harus diwaspadai.

    Pembentukan/perumusan tujuan bersama masyarakat

    adalah teknik untuk membantu masyarakat membayangkan

  • 46

    masa depan yang ideal untuk mereka (kondisi biofisik mikro DAS

    dan sosial ekonomi masyarakat). Hasil dari kegiatan ini adalah

    terumuskannya tujuan serta prioritas yang harus diutamakan.

    Tujuan ini menjadi titik awal bagi rencana pembangunan MDM

    selain tujuan umum pembangunan MDM. Tujuan yang telah

    disepakati bersama dengan masyarakat harus terdokumentasikan

    agar bisa dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya, perumusan

    tujuan adalah meniadakan (membuat positif) permasalahan

    (yang selalu dianggap negatif) secara layak.

    Proses perumusan tujuan dimulai dari hierarki masalah

    paling atas kemudian ke yang paling rendah, dan berhenti ketika

    rumusan tujuan sudah dianggap operasional mengatasi masalah.

    Contoh analisis masalah dari masalah yang tertulis dalam Tabel

    4 disajikan dalam Gambar 7 dan rumusan tujuannya disajikan

    dalam Gambar 8.

  • 47

    Keterangan: Struktur masalah dalam pengelolaan DAS diisi sesuai dengan temuan dimasing-masing lokasi (permasalahan dalam bagan tersebut dapat ditambahatau dikurangi atau bahkan berbeda sama sekali)

    Gambar 7. Contoh Struktur Masalah dalam Pengelolaan DAS

    PEMANENANHUTAN TANPA

    REBOISASI

    PERAMBAHAN HUTAN

    KONVERSI HUTANTANPA TINDAKAN

    KONSERVASITANAH DAN AIR

    (KTA)

    PERTANIAN TANPATINDAKAN

    KONSERVASITANAH DAN AIR

    (KTA)

    PENEGAKANHUKUM LEMAH

    HUKUMLINGKUNGAN

    BELUMMEMADAI

    PERATURANYANG

    KONTRADIKTIF

    PENGETAHUAN(KTA)

    MASYARAKATRENDAH

    PEMILIKANLAHAN SEMPIT

    TIDAK ADAINSENTIF UNTUK

    KTA

    PENGUASAANTEKNIK (KTA)MASYARAKAT

    RENDAH

    PENYULUHANDAN PELATIHANKURANG/BELUM

    ADA

    KESEMPATANKERJA DI LUAR

    PERTANIANTERBATAS

    NILAI PRODUKPERTANIAN

    RENDAH

    KELEMBAGAANSOSIAL RENDAH

    PENGAMANAN LAHAN(& HUTAN) BELUM

    BERHASIL

    REHABILITASI LAHAN(& HUTAN) BELUM

    BERHASIL

    EROSISEDIMENTASI

    DI HILIR TINGGIFREKUENSI BANJIR

    DI HILIR TINGGI

    LAHAN HIDROOROLOGIS KRITIS

  • 48

    PENGETAHUAN(KTA) MASYARAKAT

    RENDAH

    PENGUASAAN TEKNIK(KTA) MASYARAKAT

    RENDAH

    PENYULUHAN DANPELATIHAN

    KURANG/BELUMADA

    Berdasarkan contoh struktur masalah yang disajikan dalam Gambar 7, struktur

    di atas masalah {Pengamanan Lahan (dan hutan) belum berhasil} dan

    {Rehabilitasi Lahan (dan hutan) belum berhasil} akan hilang (teratasi) ketika

    atau apabila masalah pengamanan Lahan (dan Hutan) dan Rehabilitasi Lahan

    (dan Hutan) dapat dilaksanakan, sehingga Tujuan dari MDM dengan kondisi

    struktur masalah seperti contoh di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Mengamankan sumberdaya lahan (dan hutan) yang masih baik dan;

    2. Merehabilitasi lahan (dan hutan) yang telah terdegradasi fungsinya.

    Menghilangkan masalah dalam struktur masalah di bawahnya dirumuskansebagai output (luaran) dan outcome (hasil) dari suatu kegiatan atau program.Misalnya masalah-masalah:

    Diatasi dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan.

    Output: dari kegiatan tersebut adalah: masyarakat yang mendapatpenyuluhan dan pelatihan pengetahuan dan penguasaan teknikkonservasi tanah dan air meningkat

    Outcome: Meningkatnya pengetahuan dan penguasaan teknik konservasi tanahdan air.

    Dampak: Dengan tercapainya outcome kegiatan penyuluhan dan pelatihandan outcome dari kegiatan lainnya, misalnya tersedianya insentifpenggunaan teknik konservasi yang baik, maka kegiatan penyuluhandan pelatihan dapat mendorong tercapainya tujuan.

    Gambar 8. Contoh Rumusan Tujuan Dari Struktur Masalah

    Rumusan tujuan yang meniadakan masalah di hierarki

    paling atas menjadi tujuan jangka panjang, sedangkan yang

    dibawahnya merupakan tujuan antara atau sasaran, sedangkan

    yang paling bawah merupakan luaran atau output langsung

  • 49

    (jangka pendek) yang diharapkan. Struktur tujuan tidak harus

    sama dengan struktur masalah, karena beberapa masalah bisa

    dipositifkan dengan satu tujuan.

    2. Perumusan program dan kegiatan bersama masyarakat

    Setelah tujuan disepakati, langkah selanjutnya adalah

    menentukan strategi/jalur untuk mencapai tujuan tersebut.

    Strategi tersebut dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan

    yang didalamnya harus menyebutkan bagaimana, siapa dan

    kapan program dan kegiatan dilaksanakan. Perumusan program

    dan kegiatan bersama masyarakat akan mendatangkan

    keuntungan berupa:

    a. Masyarakat bisa mengidentifikasi program dan kegiatan apa

    yang dapat mereka lakukan sendiri dan pada tahapan mana

    mereka harus mendapat bantuan dari BPDAS, Forum DAS,

    SKPD kabupaten terkait, LSM, Swasta atau pihak-pihak lain

    yang terkait.

    b. Pemerintah bisa mengidentifikasi komitmen masyarakat

    dalam melaksanakan pembangunan MDM.

    c. Program dan kegiatan yang dipilih benar-benar keinginan

    masyarakat sehingga masyarakat akan lebih merasa memiliki

    dan bertanggungjawab untuk melaksanakannya.

    Langkah untuk merumuskan strategi dimulai dengan

    membandingkan tujuan yang disepakati dengan kondisi saat ini

  • 50

    dan permasalahan yang dihadapi sehingga bisa mengidentifikasi/

    menentukan program dan kegiatan yang harus dilakukan untuk

    mencapai tujuan dan memecahkan masalah yang ada. Contoh

    alternatif program dan kegiatan untuk mengatasi permasalahan

    yang dihadapi (contoh dalam Tabel 4) disajikan dalam Tabel 5.

    Kegiatan sebagai jalan keluar permasalahan harus

    mempertimbangkan kemampuan sumberdana, teknis dan waktu

    pencapaian.

    Tabel 5. Program-program yang Mungkin Dikembangkanuntuk Mengatasi Permasalahan Pokok

    No. PermasalahanPokok

    Program-program yang MungkinDikembangkan

    Teknis

    1 Aliran permukaandan erosi

    (a) Reboisasi

    (b) Hutan kemasyarakatan

    (c) Pertanian menggunakan teknik konservasitanah dan air

    (d) Sumur resapan di areal terbangun

    2 Longsor (a) Menjaga tebing dari penebangan danpenggunaan untuk pertanian

    (b) Penguatan tebing

    3 Sedimentasi (a) Cek dam

    (b) Gully plug

    4 Kualitas Air (sungai) (a) Penjagaan sempadan sungai

    (b) Pengolahan air limbah

    5 Banjir (a) Kantong-kantong air di hulu

    (b) Bangunan pengelak di hilir

    ... .................. .................

    Sosial, ekonomi dan kelembagaan

    1 Masalah Kemiskinan (a) Pengembangan koperasi pertanian

  • 51

    No. PermasalahanPokok

    Program-program yang MungkinDikembangkan

    (b) Penjaminan harga produk pertanian,kehutanan

    (c) Pemberian kredit pertanian

    (d) Pemberian bantuan teknologi pengolahanhasil pertanian

    (e) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha

    2 Masalahketergantungan yangtinggi padakesempatan kerjadan pendapatanpertanian

    (a) Pelatihan kerja non pertanian

    (b) Pemberian bantuan modal usaha nonpertanian

    3 Masalah status dankonflik penguasaanlahan

    (a) Sertifikasi tanah pertanian

    (b) Penegakan UUPA 1960

    (c) Penyelesaian sengketa pertanahan

    4 Masalah pemasaranhasil-hasil pertanian

    (a) Program penjaminan harga hasil pertanian

    (b) Program kemitraan usaha

    (c) Program pengembangan koperasi pertanian

    (d) Program bantuan teknologi pengolahanhasil pertanian

    5 Masalah lemahnyakerjasama antaranggota masyarakat

    (a) Program pengembangan kelembagaankerjasama antar masyarakat (koperasipertanian, kelompok tani, dll.)

    (b) Program pengembangan kelembagaan

    ... .................. .................

    Keterangan: Program yang mungkin dikembangkan dan permasalahan pokokdiisi sesuai dengan temuan di masing-masing lokasi (programyang mungkin dikembangkan dan permasalahan dalam tabeltersebut dapat ditambah atau dikurangi, atau bahkan berbedasama-sekali.

    3. Perumusan indikator dan sistem monitoring dan evaluasi

    bersama masyarakat

  • 52

    Indikator merupakan ukuran tujuan yang ingin dicapai oleh

    suatu program/kegiatan. Indikator mengandung dimensi: jumlah,

    mutu, waktu, tempat dan kelompok sasaran. Indikator harus

    merupakan ukuran-ukuran yang mudah diterapkan dan

    diverifikasi. Sumber informasi untuk verifikasi dapat berupa data

    statistik resmi, dokumen perencanaan, notulen rapat atau hasil-

    hasil survei.

    Sistem monitoring merupakan sistem pemantauan

    pencapaian indikator kinerja (tujuan berjenjang, terutama output

    dan outcome) yang logis untuk dapat dilaksanakan. Sistem

    evaluasi merupakan sistem penilaian pencapaian indikator kinerja

    sebagai umpan balik terhadap peningkatan kinerja dalam

    percepatan pencapaia tujuan yang ditetapkan. Uraian

    perencanaan sistem monitoring dan evaluasi disajikan dalam Bab

    VI.

    Masyarakat harus diajak berdiskusi dalam menentukan

    indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan serta

    menentukan sitem monitoring dan evaluasi yang akan

    digunakan. Hal itu bertujuan agar masyarakat bisa lebih

    bertanggung jawab dan lebih terarah dalam melaksanakan

    kegiatan pembangunan MDM serta bisa berperan aktif dalam

    monitoring dan evaluasinya.

    4. Penyusunan Draft Rencana Pembangunan MDM (Draft 0)

  • 53

    Penyusunan dokumen rencana induk pembangunan MDM

    (draft 0) dilakukan oleh Tim Penyusunan Rencana Pembangunan

    MDM berdasarkan masukan bahan-bahan rencana yang telah

    disepakati bersama masyarakat. Dalam draft tersebut harus

    terformulasikan tujuan, strategi (program dan kegiatan),

    indikator dan sistem monitoring dan evaluasi.

    Materi/isi Dokumen Draft Rencana Induk Pembangunan terdiri

    dari:

    a. Latar Belakang Perlunya Pembangunan MDM

    Menjelaskan alasan-alasan pokok pembangunan MDM

    b. Tujuan Pembangunan MDM

    Menyajikan tujuan umum pembangunan MDM dan tujuan

    khusus yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan

    yang ada.

    c. Metode Penyusunan Rencana Induk Pembangunan MDM

    Menjelaskan tentang kriteria pemilihan lokasi dan prosedur

    penyusunan rencana induk pembangunan MDM.

    d. Keadaan Umum Areal Model DAS Mikro

    Menggambarkan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan

    kelembagaan sosial di Areal Model DAS Mikro

    e. Potensi dan Permasalahan

  • 54

    Menjelaskan potensi dan permasalahan, serta struktur

    masalah (contoh Tabel 4 dan Tabel 5) dalam pengelolaan

    DAS di wilayah kerja BPDAS dan yang dihadapi dalam

    pengelolaan Model DAS Mikro.

    f. Program dan Kegiatan Pembangunan MDM

    Menguraikan program dan kegiatan yang terdiri dari

    pembangunan fisik (kurun waktu 5 tahun) untuk mencapai

    tujuan yang telah disepakati. Mungkin ada kegiatan-kegiatan

    yang menyangkut pemberdayaan atau pendampingan

    masyarakat yang memerlukan waktu lebih dari 5 tahun, hal

    ini harus dideskripsikan secara jelas dalam rencana. Program

    dan kegiatan hendaknya disusun berdasarkan luaran

    (output) kegiatan tahunan beserta indikator-indikator

    pencapaiannya serta asumsi-asumsi yang digunakan.

    Selain itu di dalam program dan kegiatan juga harus

    dirumuskan mengenai:

    1) Peran para pihak dalam pelaksanaan program dan

    kegiatan yang telah direncanakan sehingga jelas tugas

    dan batas-batas kewenangan yang dimiliki oleh setiap

    unsur pelaksana.

    2) Pembiayaan untuk setiap program dan kegiatan meliputi

    perkiraan besaran biaya dan sumber pendanaan.

  • 55

    3) Tata waktu pelaksanaan kegiatan mulai persiapan

    sampai kegiatan pembangunan di masing-masing lokasi

    kegiatan.

    Program dan kegiatan bisa disajikan dalam bentuk matrik

    seperti yang dikemukakan dalam contoh matrik program dan

    kegiatan pada Tabel 6.

  • 56

    Tabel 6. Contoh Matrik Program dan Kegiatan Dalam Pembangunan MDM

    RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN MDM (tahun.... s/d. tahun .........)

    No. Program Kegiatan LuaranIndikator

    pencapaian

    PenaggungJawab

    Kegiatan

    PerkiraanBiaya

    TataWaktu/TahunPelaksanaan

    Asumsi YangDigunakan

    1.

    2.

    3.

    4.

  • 57

    g. Rencana Monitoring dan Evaluasi

    Rencana monitoring dan evaluasi menguraikan tentang tata

    cara/metode pengukuran, indikator, lokasi pengukuran,

    penanggung jawab pengukuran dan mekanisme pelaporan

    hasil kegiatan. Kegiatan monitoring dan evaluasi MDM tidak

    terbatas pada selesainya kegiatan fisik pembangunan areal

    model, tetapi bisa jauh lebih lama karena luaran dan dampak

    areal model harus dimonitor dan dievaluasi dalam jangka

    panjang, misalnya untuk model hutan rakyat seharusnya

    dilakukan moitoring dan evaluasi minimal selama satu daur

    tebang.

    h. Peta-peta Penunjang

    Dalam pembuatan peta-peta supaya menggunakan peta

    dasar yang baik/standar seperti Peta Rupa Bumi atau hasil

    pengukuran lapang. Peta yang dihasilkan skala 1:10.000 atau

    lebih besar dan disajikan mengikuti ketentuan kartografi

    yang sudah lazim digunakan di Indonesia.

    5. Pembahasan Draft Rencana Pembangunan MDM

    Draft rencana induk pembangunan MDM yang telah

    disusun oleh BPDAS dan tenaga pakar kemudian dibahas

    bersama-sama dengan SKPD kabupaten terkait, LSM, Pemerintah

    Kecamatan dan Desa serta pihak-pihak lain yang terkait.

    Pembahasan draft rencana pembangunan secara partisipatif

    minimal dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saat

  • 58

    pembahasan draft 0 dan pembahasan draft final. Dalam tahapan

    ini, tujuan dan strategi yang telah dirumuskan bersama

    masyarakat ditajamkan kembali dengan mengakomodir masukan

    dari instansi-instansi terkait serta dengan mempertimbangkan

    kelayakan teknis, ekonomi, sosial, ekologi dan politik. Dalam

    tahapan ini harus sudah dirumuskan peran dan tanggungjawab

    stakeholders dalam setiap tahapan pengelolaan/pembangunan

    MDM baik dalam perencanaan, pelaksanaan program dan

    kegiatan maupun dalam monitoring dan evaluasi.

    6. Finalisasi Rencana Induk Pembangunan MDM

    D. Legalisasi Rencana

    Agar rencana pembangunan MDM yang telah disusun dapat

    berdaya guna, rencana tersebut harus dibahas, dinilai, disetujui dan

    disahkan oleh pihak-pihak terkait dan berwenang. Untuk itu rencana

    induk pembangunan MDM yang telah disusun oleh Tim Penyusun,

    disetujui oleh Bappeda kabupaten/kota dan disahkan oleh

    Bupati/Walikota.

    Rencana pembangunan MDM yang telah disahkan,

    disampaikan dan disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait, yaitu

    instansi teknis pemerintah daerah kabupeten dan pihak lainnya yang

    terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil

    analisis peran dalam rencana tersebut.

  • 59

    BAB VI

    PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MODEL DAS MIKRO

    Pelaksanaan pembangunan areal Model DAS Mikro dilakukan oleh

    instansi teknis sektoral (Pemerintah, Satuan Kerja Perangkat

    Daerah/SKPD Provinsi/ Kabupaten/Kota), Badan Usaha Milik Negara

    (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik

    Swasta (BUMS) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sesuai dengan

    tugas dan kewenangannya masing-masing dengan melibatkan

    masyarakat. Pelaksanaan pembangunan MDM harus mengacu kepada

    Rencana Induk Pembangunan Areal Model DAS Mikro yang telah

    ditetapkan serta didahului dengan penyusunan Rancangan Pelaksanaan

    Kegiatan. Dengan demikian kegiatan/model yang dilaksanakan oleh

    masing-masing pihak tersebut mendukung pencapaian tujuan dan

    sasarannya sekaligus mendukung pencapaian tujuan pembangunan MDM

    yang telah disepakati bersama. Diagram alir proses pelaksanaan

    pembangunan MDM disajikan dalam Gambar 9.

  • 60

    Gambar 9. Diagram alir proses pelaksanaan pembangunan MDM

    A. Penyusunan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan

    Rancangan pelaksanaan adalah rencana lebih detail

    (penjabaran) dari kegiatan dalam rencana induk pembangunan yang

    PELAKSANAAN PEMBANGUNANMDM

    RENCANA INDUK PEMB. MDM

    PELAKSANAAN PROGRAM DANKEGIATAN/MODEL DALAM

    MDM DI LAPANGAN

    IDENTIFIKASI CIRI TAPAK KEGIATAN

    PERUMUSAN RANCANGAN PELAKSANAANKEGIATAN

    PENYUSUNAN DOKUMEN RANCANGANPELAKSANAAN KEGIATAN

    PENYUSUNAN RANCANGANPELAKSANAAN KEGIATAN

    LEGALISASI RANCANGAN PELAKSANAANKEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    PENGUATAN KELEMBAGAANPETANI DAN KOORDINASI

    ANTAR SEKTOR

  • 61

    telah disusun. Penyusunan rancangan pelaksanaan kegiatan

    dilaksanakan oleh instansi teknis sektoral (Pemerintah, Satuan Kerja

    Perangkat Daerah/SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota), BUMN, BUMD,

    BUMS atau LSM yang akan melaksanakan program/kegiatan.

    Rancangan pelaksanaan disusun sebelum kegiatan dilaksanakan,

    idealnya setahun sebelum kegiatan dilaksanakan (t-1) atau pada

    tahun yang sama saat kegiatan akan dilaksanakan (t-0).

    Penyusunan rancangan ini harus dilakukan secara partisipatif,

    terutama dengan melibatkan masyarakat yang akan melaksanakan

    kegiatan (kelompok sasaran). Dalam penyusunannya harus

    berkoordinasi dan berkonsultasi dengan semua pihak terkait,

    khususnya BPDAS dan Bappeda. Dalam proses penyusunan ini,

    fasilitator (seperti tenaga ahli, pemandu lapangan, LSM dan birokrat

    pemerintah terkait) dapat dilibatkan. Rancangan kegiatan, terutama

    yang bersifat fisik, dibuat dengan menggunakan peta skala lebih

    besar dari atau sama dengan 1:2500.

    Rancangan kegiatan mencakup unsur-unsur seperti yang

    disajikan dalam Tabel 7. Paling sedikit ada sembilan unsur yang

    perlu direncanakan, yaitu: (a) kelompok target, (b) pelaku kegiatan,

    (c) tempat/lokasi kegiatan, (d) jenis kegiatan, (e) luaran/output, (f)

    strategi pelaksanaan kegiatan, (g) anggaran kegiatan, (h)

    bahan/alat, (i) dokumentasi kegiatan, dan (j) jadwal pelaksanaan

    kegiatan.

  • 62

    Tabel 7. Unsur-unsur dan Uraian dalam Rancangan Kegiatan

    No. Unsur Kegiatan Uraian

    1. Kelompok target Tetapkan siapa saja yang menjadi sasaranpelaksanaan rencana program/kegiatan, jumlahnya,serta peran/kontribusi yang diharapkan

    2. Pelaku kegiatan Bila kelompok target bukan pelaku kegiatan, jelaskansiapa pelaku dan apa yang dilakukannya

    3. Tempat/Lokasi Tetapkan dimana kegiatan akan dilakukan

    4. Jenis Kegiatan Uraikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan

    5. Luaran (output) Uraikan/tetapkan luaran yang harus dicapai dari setiapkegiatan

    6. Strategi pelaksanaankegiatan

    Tetapkan cara/strategi melaksanakan kegiatan yangtelah direncanakan

    7. Anggaran Tetapkan berapa anggaran yang dibutuhkan, besaranggaran, sumber anggaran dan mekanismepertanggungjawaban penggunaannya

    8. Bahan/Alat Tetapkan bahan/alat apa saja yang dibutuhkan untukpelaksanaan kegiatan, kualitasnya dan sumbernya

    9. Jadwal Tetapkan jadwal implementasi dari kegiatan-kegiatanyang direncanakan

    10. Dokumentasi Pelaksanaan kegiatan harus terdokumentasi denganbaik untuk keperluan pengawasan dan bahan masukanuntuk perencanaan selanjutnya. Oleh karena itu,metode dan kegiatan dokumentasi harus direncanakandengan baik

    Kegiatan pokok dalam penyusunan rancangan pelaksanaan

    kegiatan terdiri dari 1) Identifikasi Ciri Tapak Kegiatan, 2)

    Penyusunan Dokumen Rancangan Kegiatan, dan 3) Legalisasi

    Rancangan Kegiatan. Uraian masing-masing kegiatan pokok tersebut

    adalah sebagai berikut:

  • 63

    1. Identifikasi Ciri Tapak Kegiatan

    Penyusunan rancangan pelaksanaan diawali dengan

    kegiatan identifikasi lebih rinci mengenai ciri-ciri tapak kegiatan,

    yang meliputi ciri-ciri biofisik, sosial ekonomi dan budaya

    termasuk kelembagaan sosial di lokasi tempat kegiatan

    pembangunan yang akan dilaksanakan.

    a. Ciri Biofisik

    Komponen biofisik yang perlu pendalaman dalam hal

    tingkat ketelitiannya adalah data kontur, jenis tanah, saluran

    drainase dan penutupan lahan. Data ini dapat diperoleh

    dengan melakukan survei lapangan dengan skala yang

    memadai, yaitu lebih besar dari 1:2500.

    b. Ciri Sosial, Ekonomi dan Budaya

    Data sosial, ekonomi dan budaya yang diperlukan

    adalah jumlah dan ukuran keluarga, tingkat pendapatan,

    sumber pendapatan, pola urbanisasi, domisili (di dalam/di

    luar areal DAS mikro), luas dan status penguasaan lahan,

    ketergantungan terhadap lahan, curahan tenaga kerja untuk

    pertanian, kondisi pasar produk-produk pertanian, kondisi

    pasar kredit, kondisi sarana dan prasarana perhubungan dan

    angkutan, keberadaan dan kegiatan kelembagaan kerjasama

    masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun sosial

    budaya.

  • 64

    2. Penyusunan Dokumen Rancangan Kegiatan

    Dokumen rancangan pelaksanaan menguraikan rencana

    detail pelaksanaan kegiatan, dari mulai persiapan sampai

    rencana pelaksanaan pembangunan. Dokumen Rancangan

    Pelaksanaan dari suatu program dan/atau kegiatan meliputi:

    a. Latar Belakang

    b. Tujuan

    c. Kondisi Tapak Kegiatan

    d. Rancangan Kegiatan (seperti diuraikan dalam Tabel Unsur-

    unsur dan Uraian dalam Rancangan Kegiatan)

    e. Peta-peta dan Gambar Teknik

    3. Legalisasi Rancangan Kegiatan

    Rancangan pelaksanaan kegiatan pembangunan MDM

    yang telah disusun disahkan oleh kepala instansi pemilik

    program/kegiatan dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait,

    misalnya Bappeda dan BPDAS.

    B. Kegiatan Fisik Yang Bisa Dilaksanakan Dalam Areal MDM

    Kegiatan fisik yang bisa dilaksanakan di dalam areal model DAS

    mikro adalah berbagai kegiatan pengelolaan DAS yang dilaksanakan

    oleh berbagai sektor dalam skala mikro DAS, berbagai kegiatan

    tersebut antara lain adalah:

  • 65

    1. Sektor Tata Ruang, menekankan pada perencanaan tata guna

    lahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa/kecamatan

    dengan sektor-sektor yang terlibat dan masyarakat untuk

    mengoptimalkan pemanfaatan lahan (pembagian zonasi) di

    dalam MDM, baik pada kawasan budidaya maupun kawasan

    lindung. Penyusunan rencana tata guna lahan di MDM harus

    dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat dengan

    memperhatikan kondisi riil di lapangan, peraturan-peraturan

    yang ada dan mempertimbangkan aspek kelestarian sumberdaya

    alam itu sendiri.

    2. Sektor Kehutanan: model hutan rakyat, model hutan desa,

    intensifikasi pekarangan, model reboisasi, model wanafarma,

    model aneka usaha kehutanan, model pengembangan tanaman

    unggulan lokal/endemik, model pengembangan hasil hutan

    bukan kayu, model wanatani, pembuatan kebun bibit

    desa/persemaian, model perlindungan mata air/rehabilitasi

    sumber mata air, model rehabilitasi sempadan sungai, bangunan

    sipil teknis (dam penahan, dam pengendali, pengendali jurang,

    pembuatan sumur resapan dan embung) dalam skala kecil.

    3. Sektor Pekerjaan Umum: pembangunan sipil teknis untuk

    konservasi tanah dan air (embung, penahan erosi tebing, dam

    penahan, dam pengendali, sumur resapan) skala besar, irigasi,

    arboretum di hulu DAS, penyediaan air baku dan perlindungan

    sumber air.

  • 66

    4. Sektor Pertanian dan perkebunan: model pengelolaan lahan

    pertanian dengan sistem terasering, mulsa, rorak, model usaha

    tani konservasi lahan kering, model pemanfaatan lahan di bawah

    tegakan/agroforestry, pengembangan model kebun campuran

    dan model hortikultura.

    5. Sektor Peternakan dan Perikanan: penanaman pakan ternak,

    model silvopasture, model silvofishery, model pemanfaatan

    biogas dan usaha peternakan terpadu.

    6. Sektor Lingkungan Hidup dan Kesehatan: Monitoring kualitas air

    dan lingkungan, penanganan lingkungan (sampah, limbah

    domestik dan industri), sanitasi air bersih.

    C. Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan MDM

    ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian

    masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya alam

    secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan

    pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan

    masyarakat di dalam areal MDM. Pemberdayaan masyarakat harus

    menjadi bagian integral dalam pelaksanaan pembangunan MDM

    terutama untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi.

    Pemberdayaan masyarakat difasilitasi oleh instansi pemerintah

    dan/atau lembaga non pemerintah terhadap masyarakat secara

    partisipatif yang dapat dilakukan melalui fasilitasi pendidikan dan

  • 67

    pelatihan, penyuluhan, pendampingan, pemberian bantuan modal,

    advokasi, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan

    kelembagaan petani dan pengembangan usaha.

    Pemberdayaan masyarakat harus terus dilakukan sampai

    masyarakat memiliki pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan

    kemampuan yang cukup dalam mengelola sumberdaya di dalam DAS

    mikro sehingga masyarakat bisa mengelola sumberdaya tersebut

    secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu kegiatan pemberdayaan

    yang berbentuk pendampingan bisa terus dilaksanakan walaupun

    kegiatan fisik telah selesai dilaksanakan.

    Hal lain yang penting dalam pemberdayaan masyarakat dan

    kelestarian sumberdaya alam di lokasi MDM adalah penciptaan atau

    peningkatan kegiatan-kegiatan off-farm agar masyarakat bisa

    mengurangi ketergantungannya kepada lahan tetapi penghasilannya

    meningkat.

    D. Penguatan Kelembagaan Petani dan Koordinasi Antar Sektor

    Penguatan kelembagaan petani di dalam areal model DAS

    mikro bisa dilakukan dengan cara membentuk kelompok tani peserta

    areal model di dalam MDM. Apabila telah terbentuk maka perlu terus

    ditingkatkan kapasitas dan kapabilitasnya melalui pendampingan dan

    bantuan sarana dan prasarana sehingga bisa menjadi kelompok tani

    yang mandiri dan berjalan secara efektif.

  • 68

    Agar terjadi koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi

    (KISS) diantara para pihak yang terkait terutama pada tingkat

    masyarakat maka sebaiknya dibentuk forum pengelolaan MDM.

    Forum pengelolaan MDM merupakan wadah komunikasi dan

    koordinasi bagi kelompok tani peserta areal model untuk

    berhubungan dengan instansi/para pihak yang terlibat dalam

    pengelolaan program/kegiatan MDM. Forum dimaksud diharapkan

    bisa mewujudkan pengelolaan MDM secara terpadu yang

    dilaksanakan berdasarkan pembagian tugas dan tanggungjawab

    yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk Pembangunan MDM.

    Apabila di kabupaten lokasi MDM telah terbentuk Forum

    DAS/Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS maka Forum MDM yang

    dibentuk dapat menjadi salah satu komponen/unsur dari Forum

    DAS/Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS yang sudah ada. Salah

    satu cara untuk meningkatkan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan

    Sinergi (KISS) di antara para pihak yang terlibat adalah dengan

    melaksanakan pertemuan rutin minimal 2 (dua) kali dalam satu

    tahun sehingga dapat diketahui perkembangan/kemajuan

    pembangunan MDM, masalah/kendala yang dihadapi dan mencari

    jalan pemecahannya.

  • 69

    BAB VII

    MONITORING DAN EVALUASI MDM

    Maksud diadakannya Monitoring dan Evaluasi (Monev) Model DAS

    Mikro (MDM) adalah untuk mengetahui status aspek biofisik, sosio-

    ekonomi dan kelembagaan areal MDM sebagai dampak dari

    intervensi/kegiatan yang dilaksanakan dan selanjutnya sebagai bahan

    masukan bagi peningkatan dan perbaikan program pengelolaan DAS

    terkait. Sasaran Monev Areal MDM adalah segenap penerima

    manfaat/beneficiaries dari adanya kegiatan pembangunan MDM yang

    meliputi aspek biofisik areal MDM, ekonomi, sosial dan kelembagaan.

    Oleh karena itu sistem Monev yang dikembangkan perlu melibatkan

    segenap stakeholders dengan pendekatan participatory, dengan

    tanggung jawab program monitoring ada pada instansi/lembaga yang

    terkait dengan pengelolaan MDM (dan dapat menjadi bagian dari Sistem

    Informasi Pengelolaan DAS). Pelaksanaan evaluasi MDM dapat dilakukan

    oleh lembaga/instansi pemilik program/kegiatan, lembaga independen

    atau masyarakat sesuai dengan tingkat kompetensi dan sumberdaya

    yang tersedia.

    Kegiatan monitoring sebenarnya sudah dimulai pada saat

    pengumpulan data dasar sebelum kegiatan dilaksanakan yaitu pada

    waktu penyusunan rencana induk pembangunan MDM dan penyusunan

    rancangan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dan evaluasi suatu kegiatan

    dilaksanakan selama kurun waktu pelaksanaan kegiatan yang

  • 70

    bersangkutan sedangkan monitoring dan evaluasi output dilaksanakan

    pada akhir setiap kegiatan. Evaluasi dampak dari program dan kegiatan

    di dalam MDM biasanya dilaksanakan beberapa tahun setelah kegiatan

    dilaksanakan.

    Dengan pendekatan partisipatori, pelaksanaan Monev perlu

    melibatkan petani/kelompok tani dalam pengumpulan data dan berbagi

    informasi diantara mereka mengenai implementasi dari berbagai

    program/kegiatan di dalam MDM dan status sumber daya DAS dalam

    lingkungan masyarakat setempat. Dengan demikian diharapkan

    masyarakat termotivasi untuk melakukan perbaikan yang diperlukan

    sebagai aksi tindak lanjut. BPDAS bertindak sebagai penanggung jawab

    dan fasilitator dalam pengumpulan data dan analisisnya serta

    menyediakan bantuan teknis dan pelatihan bagi petugas dan petani.

    Monitoring dan evaluasi MDM dilaksanakan dengan mengacu

    kepada Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS seperti yang sudah diatur

    dalam Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

    Sosial Nomor P.04/V-Set/2009 tanggal 05 Maret 2009 tentang Pedoman

    Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. Akan tetapi selain Monev

    pada tingkat MDM (mikro DAS) masih memungkinkan untuk dilaksanakan

    Monev pada tingkat rumah tangga dan tingkat hamparan/petak untuk

    setiap areal model yang dibangun di lokasi DAS Mikro. Dalam Bab ini

    akan dibahas: (a) Informasi Dasar, (b) Monitoring dan Evaluasi pada

    tingkat DAS Mikro (MDM), (c) Monitoring dan Evaluasi pada tingkat

    rumah tangga dan hamparan/tapak/petak (site), (d) Evaluasi Dampak

  • 71

    Intervensi, dan (e) Peralatan dan Personil. Diagram alir Monitoring dan

    evaluasi MDM disajikan dalam Gambar 10.

    A. Informasi Dasar

    Informasi dasar sebagai Baseline (Benchmark Information)

    menyatakan status awal dari kondisi DAS mikro sebelum intervensi

    kegiatan dilaksanakan. Data dan informasi dasar ini digunakan untuk

    menjamin bahwa (i) intervensi yang dilakukan sesuai dengan

    kebutuhan, (ii) memungkinkan evaluasi dampak intervensi, dan (iii)

    mengembangkan indikator kinerja sesuai dengan tujuan

    pembangunan areal MDM. Informasi dasar ini sebagaimana diuraikan

    dalam bagian terdahulu mulai dari tahap pemilihan lokasi sampai

    dengan deskripsi ciri tapak yang menggambarkan potret kondisi awal

    areal MDM perlu didokumentasikan dalam Rencana Induk

    Pembangunan MDM dan atau Rancangan Pelaksanaan setiap

    kegiatan di areal model.

  • 72

    Gambar 10. Diagram Alir Monitoring dan Evaluasi MDM

    PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MDM

    MONITORING DAN EVALUASI MDM

    REKOMENDASI

    Umpan Balik bagi rencana danpelaksanaan program &kegiatan

    Tingkat DAS MikroTingkat Rumah

    TanggaTingkat Hamparan

    (Petak)

    KriteriaPenggunaanLahan,indikatornya:1) Penutupan

    Vegetasi2) Kesesuaian

    penggunaanlahan

    3) Indeks erosi4) Tanah

    longsor

    Kriteria TataAir,indikatornya:1) Debit air

    sungai2) Kandungan

    sedimen3) Kandungan

    pencemar4) Koefisien

    limpasan

    KriteriaSosial,indikatornya:1) Kepedulian

    individu2) Partisipasi

    masyarakat3) Tekanan

    Pendudukterhadaplahan

    Kriteriaekonomi,indikatornya:1) Ketergantung

    an pendudukterhadaplahan

    2) Tingkatpendapatan

    3) Produktivitaslahan

    4) Jasalingkungan

    KriteriaKelembagaan,indikatornya:1) KISS2) Ketergantung

    an Masyarakpadapemerintah

    3) Keberdayaanlembagalokal/adat

    4) Kegiatanusahabersama

    Indikator yangdigunakanadalah:1) Ketergantungan

    keluargaterhadap lahan

    2) Tingkatpendapatan

    3) Kepedulianindividu

    4) Partisipasikeluarga

    Indikator yangdigunakanadalah:1) Penutupan

    vegetasi/tajuk2) Indeks erosi3) Produktivitas

    lahan

  • 73

    B. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat DAS Mikro (MDM)