BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Akhir Bisnis telekomunikasi di Indonesia sejak tengah tahun terakhir 2007 hingga tengah tahun 2008 ini berada pada kondisi perang tarif diantara operator telekomunikasi bergerak. Sedangkan di sisi lain, sektor bisnis telekomunikasi jalur kabel mengalami pertumbuhan yang stagnan. Dari sisi saham, emiten dari sektor telekomunikasi dalam periode tersebut juga mengalami penurunan harga sahamnya. Kejadian ini memungkinkan terjadinya penurunan nilai bisnis di sektor telekomunikasi di Indonesia dikarenakan fase bisnisnya sudah mature. Namun jika dilihat dari sisi teknologi telekomunikasinya, perkembangan telekomunikasi di dunia, termasuk juga di negara kita, Indonesia, menuju ke suatu teknologi yang semakin memudahkan manusia untuk memenuhi salah satu kebutuhan sekundernya, yakni berhubungan dengan manusia yang lain. Teknologi tersebut mengarah ke jalur konvergensi antara industri telekomunikasi dan industri komputer. Sebagai contohnya perkembangan teknologi telepon selular sekarang ini telah menggunakan jalur data agar perangkat telepon dapat mengakses jalur internet. Teknologi yang dapat menghubungkan manusia satu dengan yang lainnya sudah semakin mengarah menuju ke satu media dan industri telekomunikasi termasuk di dalam proses tersebut. Sebagai investor saham pada Bursa Efek Indonesia, bagaimana sebenarnya prosek saham telekomunikasi Indonesia di masa mendatang. 1
14
Embed
BAB I PENDAHULUAN - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/692/jbptitbpp-gdl-prakanyawa-34584-2...telekomunikasi jalur kabel mengalami pertumbuhan yang stagnan. Dari ... in
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Proyek Akhir
Bisnis telekomunikasi di Indonesia sejak tengah tahun terakhir 2007
hingga tengah tahun 2008 ini berada pada kondisi perang tarif diantara
operator telekomunikasi bergerak. Sedangkan di sisi lain, sektor bisnis
telekomunikasi jalur kabel mengalami pertumbuhan yang stagnan. Dari sisi
saham, emiten dari sektor telekomunikasi dalam periode tersebut juga
mengalami penurunan harga sahamnya. Kejadian ini memungkinkan
terjadinya penurunan nilai bisnis di sektor telekomunikasi di Indonesia
dikarenakan fase bisnisnya sudah mature.
Namun jika dilihat dari sisi teknologi telekomunikasinya,
perkembangan telekomunikasi di dunia, termasuk juga di negara kita,
Indonesia, menuju ke suatu teknologi yang semakin memudahkan manusia
untuk memenuhi salah satu kebutuhan sekundernya, yakni berhubungan
dengan manusia yang lain. Teknologi tersebut mengarah ke jalur
konvergensi antara industri telekomunikasi dan industri komputer. Sebagai
contohnya perkembangan teknologi telepon selular sekarang ini telah
menggunakan jalur data agar perangkat telepon dapat mengakses jalur
internet. Teknologi yang dapat menghubungkan manusia satu dengan yang
lainnya sudah semakin mengarah menuju ke satu media dan industri
telekomunikasi termasuk di dalam proses tersebut.
Sebagai investor saham pada Bursa Efek Indonesia, bagaimana
sebenarnya prosek saham telekomunikasi Indonesia di masa mendatang.
1
1.2. Sejarah Industri Telekomunikasi
Kemajuan teknologi telekomunikasi yang berkembang sekarang
ini tidak terlepas dari asal muasal teknologi telekomunikasi pada awal
perkembangannya. Penemuan alat yang dapat menghubungkan
manusia dalam jarak dimulai dengan semaphore yang merupakan
telegraf visual yang pertama dengan menggunakan teknologi elektrik
seperti yang tercantum sebagai berikut: “in 1792, a French engineer,
Claude Chappe built the first visual telegraphy (or semaphore) system between
Lille and Paris” (wikipedia.com, 2008). Kemudian setelah itu Samuel
Morse mengembangkan telegraf elektrik yang dapat merekam pesan
yang dikirim dalam paper tape dan hasil patennya diaplikasikan dalam
jalur telegraf di sepanjang Amerika Serikat seperti yang tercantum
dalam: “The patented invention proved lucrative and by 1851 telegraph lines
in United States spanned over 20,000 miles” (wikipedia.com, 2008).
Di sisi lain, Alexander Bell menemukan perangkat telepon yang
kemudian dipatenkan dan digunakan secara komersial di Amerika
sejak 1878. Hubungan telepon antarkota dibangun dengan
menggunakan telephone exchange, “The technology grew quickly from this
point, with inter‐city lines being built and telephone exchanges in every major
city of the United States by the mid‐1880s” (wikipedia.com, 2008).
Kemudian di awal abad 20, komunikasi jarak jauh dapat dilakukan
dengan menggunakan radio.
Perkembangannya kemudian menuju ke penemuan teknologi
komunikasi jarak jauh tanpa kabel. Teknologi telekomunikasi selular
dimulai pada masa Perang Dunia I. Pada masa Perang Dunia I (PD I),
perangkat telekomunikasi antar prajurit dilakukan tanpa kabel dengan
menggunakan frekuensi radio AM (Amplitude Modulation) dan
sebagian besar perangkat radio transmitters dan receivers berbentuk
2
sangat besar dan sangat berat (15 kilogram) dan kedua perangkat
tersebut terpisah satu sama lain seperti tergambar dalam ”Before World
War II most radio transmitters and receivers were big, bulky, and extremely
heavy.” (Farely,T et.al., n.d.) dan pada ”Unlike in previous wars, the foot
soldier could now carry a radio with him, communicating with headquarters,
squad leaders, or other soldiers while moving about” (Farely,T et.al., n.d.).
Kemudian pada masa Perang Dunia II (PD II), mulai terdapat
perangkat radio transmitters dan receivers yang terdapat dalam satu
perangkat yang dapat dibawa oleh tangan (Handie‐Talkie) dan dapat
juga dibawa di punggung (Walkie‐Talkie) serta menggunakan
tekonologi FM (Frequency Modulation) demi mendapatkan
mendapatkan suara yang lebih jernih dan baterai listrik yang lebih
tahan lama. Dan setelah perang berakhir, perangkat komunikasi
tersebut kemudian menjadi diproduksi untuk masyarakat sipil.
Perkembangan telepon selular semakin maju dengan penemuan
switch telepon digital pertama di pertengahan tahun 1970an. “These
switches were now quick and smart enough to handle the hundreds and the
thousands of simultaneous calls a high capacity mobile telephone system
would have to handle” (Farely,T et.al., n.d.). Kemudian Motorola
mengembangkan perangkat telepon selular komersial yang pertama
dan perangkat ini telah menggabungkan perangkat transmitter dan
receiver‐nya. Dimulai dari perangkat telepon selular yang
menggunakan tas sehingga disebut sebagai bag phone dan baterainya
masih terpisah dari perangkat hand‐held phone tersebut, (Farely,T et.al.,
n.d.) berkembang menjadi flip phone yang baterainya sudah tidak
terpisah lagi hingga bentuk telepon selular yang muncul di tahun
1996an. Perkembangan tersebut terjadi di sekitar tahun 1980 hingga
pertengahan tahun 1990, dan dilakukan juga oleh perusahaan lain
selain Motorola yakni Ericsson.
3
Dari sisi perkembangan teknologi komputer yang dimulai dari
perkembangan mainframe atau komputer yang tersentralisasi di sekitar
tahun 1950‐an. Kemudian didukung dengan adanya teknologi packet
switching di tahun 1960‐an yang memungkinkan pertukaran data antar
node komputer sehingga memunculkan ARPANET yang merupakan
teknologi jaringan komputer pertama yang merupakan proyek
Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Dan ARPANET inilah yang
menjadi pemicu perkembangan teknologi internet selanjutnya.
Perkembangan teknologi jaringan kemudian berlanjut dengan
adanya standar Internet Protocol (IP) yang memungkinkan
kompatibilitas antara jaringan komputer yang masih terpisah‐pisah.
Kemudian di tahun 1980an di Amerika Serikat, negara tempat
semua teknologi jaringan itu berkembang, proses komersialisasi dari
teknologi jaringan komputer digalakkan dan terbukti dengan
menjamurnya penyedia layanan jaringan (Internet Service Provider).
Sehingga pada tahun 1990an jaringan internet telah mendunia dan
memberi dampak langsung pada sistem budaya dan sistem komersial
di suatu bangsa seperti yang tercermin dalam “…, and its expansion into
popular use in 1990s, the internet has had a drastic impact on culture and
commerce” (en.wikipedia.org/wiki, 2008).
Dasar teknologi internet adalah keberadaan jalur komunikasi
jarak jauh (baik itu kabel maupun melalui radio frekuensi) yang dapat
menyalurkan data digital berbentuk bit, yang secara fisik berupa data 0
dan data 1. Data 0 artinya data tersebut bertegangan rendah sedangkan
data 1 berarti listrik yang dilewatkannya bertegangan lebih tinggi.
Dengan melakukan kompilasi dari banyak listrik yang dilewatkan
itulah, pengirim dan penerima dapat melakukan konversi satu sama
lain sehingga membentuk berbagai jenis data.
4
Di masa tahun 2000an, teknologi konvergensi antara jalur data
internet dan jalur jaringan telekomunikasi mulai berkembang. Hal
tersebut terbukti dengan adanya teknologi GPRS (General Packet Radio
Switching) dan HSDPA (High Speed Data Packet Access). Dengan adanya
teknologi tersebut memungkinkan pelanggan jaringan telekomunikasi
dapat mengakses jalur data internet (misalnya membuka halaman
website ataupun mengakses email) melalui perangkat telepon
selularnya. Hal tersebut memunculkan produk komersial smart phone,
telepon seluler yang dapat mengakses jalur data juga, kemudian PDA
(Personal Digital Assistance), hingga produk Blackberry, yang
memungkinkan pengguna telepon selular dapat menerima email
secara real time.
Dunia telekomunikasi dan dunia internet (jalur data) termasuk
juga dunia konvergensi diantaranya merupakan teknologi yang akan
terus berkembang pesat, termasuk juga perusahaan yang
berkecimpung di dalamnya. Bahkan banyak pada masa sekarang ini,
perusahaan telekomunikasi yang melakukan kerjasama bisnis dengan
perusahaan yang bergerak di bidang jalur data (internet), atau bahkan
mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang data. Sehingga
fenomena percepatan teknologi di bidang ini sangat berimbas
langsung pada percepatan dari sisi bisnisnya, dan hal tersebut sangat
menarik untuk dilakukan penelitian.
1.2.1. Karakteristik Industri Telekomunikasi dan Internet di Wilayah Asia
Sebagian besar layanan telekomunikasi di wilayah Asia (Asia
Timur, Asia Renggara, Asia Tengah, Negara Asifik – Australia dan
New Zealand) diberikan dari perusahaaan yang masih mendapat
campur tangan dari pemerintahan negaranya. Hal itu dikarenakan
5
layanan bisnisnya ditujukan terutama untuk penduduk negara
tersebut. Negara yang mempunyai perusahaan telekomunikasi yang
seratus persen diprivatisasi adalah Jepang, New Zealand, Filipina, dan
Korea Selatan.
Menuju persaingan global, wilayah Asia merupakan wilayah
yang sangat potensial untuk dimasuki oleh operator telekomunikasi
dari wilayah luar Asia dikarenakan penduduk Asia yang merupakan
potensi pengguna layanan telekomunikasi adalah 60 persen dari
populasi penduduk dunia, lebih dari setengahnya. Nyatanya banyak
penduduk di negara berkembang dan negara miskin di Asia yang
belum tersentuh oleh produk telekomunikasi.
Asia juga merupakan lahan bisnis untuk industri pendukung
sektor layanan telekomunikasi yakni industri perangkat
telekomunikasi. Dimulai dari perangkat telekomunikasi yang secara
langsung digunakan oleh pelanggan seperti perangkat fix phone
ataupun perangkat mobile phone. Negara yang sangat berperan adalah
Cina, Jepang, Korea Selatan, dan juga Australia. Dan mereka tidak
hanya mempunyai pasar di wilayah Asia saja, tetapi juga di pasar
Global. Dari sisi perangkat pendukung perusahaan telekomunikasi,
Cina merupakan produsen yang diminati di pasar Asia karena
harganya yang re;atif murah dibanding perangkat yang sebagian besar
datang dari Eropa dan Amerika. Sedangkan dari sisi perangkat
telepon pengguna, Korea Selatan mempunyai produk yang bersaing di
pasar global.
Menurut hasil penelitian Telecommunication Development Bureau
International Telecommunication Union (ITU), pengeluaran di bidang
perangkat dan layanan telekomunikasi di Asia Pasifik pada rentang
6
tahun 2000‐2003 bertumbuh dikarenakan pembelian untuk layanan
nirkabel (Toure,H.I, 2004:1). Hal ini konsisten dengan pertumbuhan
yang luar biasa dari pelanggan telepon selular di Asia. Bahkan di awal
2002, jumlah pelanggan telepon selular telah malampaui jumlah
pelanggan fix phone.
Namun, walaupun perkembangan telepon selular di Asia
meningkat sejak tahun 2002 tersebut, pada periode tersebut juga
merupakan periode dimana industri broadband di Asia sangat
berkembang. Empat dari sepuluh tingkat teratas industri broadband di
dunia adalah dari Asia, yakni Korea Selatan, Hong Kong – Cina,
Taiwan – Cina, dan Jepang (Toure,H.I, 2004:2).
Sekarang, di pertengahan tahun 2008, perkembangan telepon
selular di Asis Tenggara khususnya bergerak ke arah perkembangan
bisnis dan teknologi 3G (3rd Generation). Perkembangan tersebut juga
merupakan efek dari dominasi pasar telepon selular di Asia Tenggara
yang rata‐rata adalah pelanggan generasi muda. Fenomena ini
cenderung mengikuti pasar Jepang dan Korea Selatan yang yang telah
lebih dulu menikmati jalur data selular yang lebar sehingga pengguna
dapat melakukan video call, video streaming, video conferencing, internet
linking.
Tercermin pada paparan di atas bahwa perkembangan pasar
telekomunikasi di wilayah Asia berada pada masa perkembangan
yang sangat dipengaruhi dari perkembangan teknologi yang terjadi di
Jepang dan dari wilayah Eropa juga.
Negara yang menarik untuk dibahas perkembangan teknologi
telekomunikasinya adalah Jepang dan Korea Selatan. Dua negara
tersebut mempunyai karakteristik pasar yang sama dari sisi teknologi
7
yang berkembang dalam bisnis telekomunikasinya, hanya saja Jepang
lebih terlihat maju dalam memperkenalkan inovasi teknologi yang
baru, seperti misalnya teknologi pembayaran dengan menggunakan
perangkat selular.
Perusahaan telekomunikasi Jepang yang sangat berpengaruh
dalam perkembangan teknologi di negaranya bahkan juga
berpengaruh pada perkembangan di Asia adalah NTT Corporation
(Nippon Telephone and Telegraph Corporation). Sedangkan
perusahaan yang mempunyai pengaruh besar (mempunyai subscriber
terbanyak) di Korea Selatan adalah KT Corporation (Korea Telecom
Corporation).
1.2.2. Karakteristik Industri Telekomunikasi dan Internet di Wilayah
Eropa
Dibandingkan dengan wilayah Asia, pertumbuhan dana keluar
untuk perangkat dan layanan telekomunikasi di Eropa Barat relatif
lebih kecil, yakni hanya tiga persen di rentang tahun 2002 – 2003
(Toure,H.I, 2004:1). Hal ini merupakan bagian dari penurunan
perkembangan pasar telekomunikasi di wilayah tersebut.
Namun demikian, bisnis telekomunikasi di wilayah Eropa tetap
berkembang. Dari rentang tahun 2003 hingga 2006, bisnis telepon kabel
relatif stagnan dan tidak mengalami pertumbuhan, sedangkan
pertumbuhan pelanggan telepon selular mengalami pertumbuhan
yang linear. Dari sisi pendukung bisnis tersebut, tingkat kepegawaian
dalam bisnis telekomunikasi justru menurun (Fickinger,S. et.al.,
2008:1).
8
Menurut Sigrid Fickinger dan Martti Lumio pada
Telecommunications in Europe, 2006, dari rata‐rata seluruh negara Eropa
di tahun 2006, setiap satu penduduk minimal mempunyai satu
perangkat telepon selular. Sedangkan dari tingkat akses internetnya, 42
persen dari rumah tangga di Eropa mengakses internet via broadband.
Namun seperti halnya pelanggan telepon selular di wilayah ini, tingkat