MAKALAH PBL 2 ” KOMUNIKASI DAN EMPATI” Nama : Ellisa NIM : 102010164 Kelompok : C2 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2010
MAKALAH PBL 2
” KOMUNIKASI DAN EMPATI”
Nama : Ellisa
NIM : 102010164
Kelompok : C2
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa. Karena pimpinan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya tanpa adanya hambatan yang berarti.
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tuntutan materi pada semester 1 (satu) blok 1 (satu) modul 2 (dua).
Selain itu tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengadakan pendalaman
materi sampai sejauh mana mahasiswa memahami topik pembahasan tentang materi
yang diajukan berdasarkan skenario kasus. Penulis juga berharap dengan adanya
makalah ini dapat membantu pembaca dalam menambah pengetahuan dan
pemahaman yang lebih sederhana tentang materi yang akan dibahas. Yang menjadi
pusat dalam pembahasan makalah ini adalah tentang “Analisis Transaksional”. Tetapi
sebelumnya, menurut penulis, penting bagi pembaca untuk memahami terlebih dahulu
tentang “Komunikasi”. Jadi, isi makalah ini akan berpusat pada dua fokus yaitu
Komunikasi dan Analisis Transaksional.
Penulis membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pembaca yang akan
memberikan kritik maupun saran membangun yang ditujukan kepada penulis. Adapun
permintaan kritik maupun saran ini adalah untuk meningkatkan lagi semangat penulis
dalam membuat makalah yang jauh lebih baik lagi di kemudian hari.
B. LATAR BELAKANG
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.
Transaksi selalu ada dalam proses komunikasi antarpersonal. Yang dipertukarkan
adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya
bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang
terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Dalam diri setiap manusia,
seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang
mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa
(Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap
tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
Dalam konteks komunikasi, Analisis Transaksional (AT) dapat diartikan
sebagai upaya mengurai secara sistematis proses pertukaran pesan yang bersifat
timbal balik di antara pelaku komunikasi yang kesemuanya merupakan cerminan
struktur kepribadian seseorang. AT dapat diartikan sebagai cara untuk memahami
perilaku diri sendiri dan orang lain dengan menganalisis transaksi atau interaksi yang
tenjadi antarindividu. Lewat AT maka akan diketahui apa yang sesungguhnya terjadi
dalam diri individu ketika berkomunikasi dengan orang lain? Apa yang terjadi di
antara orang ketika berkomunikasi? Dan Bagaimana kita dapat mengidentifikasi,
memahami, dan mengendalikan aspek-aspek yang terkait dengan komunikasi yang
sedang berlangsung tersebut. Dengan demikian maka Transaksi (atau komunikasi)–
sebagaimana dikatakan Berne, merupakan unit dasar dalam hubungan sosial
(Transaction is the fundamental unit of social intercourse). (Venus, 2005:315)
Transaksi terjadi ketika dua orang atau lebih bertemu, misalnya mereka akan
saling menyapa atau membuka perbincangan. Transaksi ini berlangsung dalam
sebuah suasana di mana masing-masing partisipan komunikasi memberikan stimulus
sekaligus juga merespon stimulus. AT bisa dianggap sebagai metode yang
mengamati sebuah transaksi atau peristiwa komunikasi di mana seseorang
melakukan sesuatu pada yang lain, dan yang lain memberikan balasan terhadap
tindakan orang itu.
BAB II
ISI
A. KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan
tersebut dapat dipahami.
Berikut beberapa pengertian komunikasi yang cukup mudah dimengerti antara lain :
1. Komunikasi adalah suatu ilmu dan seni penyampaian suatu pesan dari
komunikator kepada komunikan, sehingga tercapai suatu pengertian bersama.
2. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih, atau
pertukaran ide, perasaan, dan pikiran (menurut Kozier & Erb, 1995).
3. Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang memiliki arti di
antara individu-individu (William Albig).
4. Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan
dan pengoperan arti (Taylor dkk).
5. Komunikasi adalah semua bentuk hubungan timbal balik dalam bentuk kata-kata,
senyuman, anggukan kepala, sikap badan, kerlingan mata, dan lain-lain dari
komunikator kepada komunikan.
Suatu pesan atau ide baru yang diterima oleh setiap individu, menurut Rogers ada 5
tahapan, yakni :
1. Awareness, yaitu tahap ketika seseorang sadar/menyadari adanya suatu pesan
yang disampaikan.
2. Interest (perhatian), yaitu tahap ketika penerima pesan tertarik pada isi pesan yang
disampaikan.
3. Evaluation (evaluasi), yaitu tahap ketika penerima pesan mulai mengadakan
penilaian keuntungan dan kerugian dari isi pesan yang disampaikan.
4. Trial, yaitu tahap ketika penerima pesan mencoba mempraktikkan isi pesan yang
diterima/didengarnya.
5. Adaption, yaitu tahap ketika penerima pesan mempraktikkan dan melaksanakan
isi pesan dalam kehidupan sehari-hari (telah dirasakan seperti “mendarah
daging”).
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan :
1. Kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih.
2. Bentuk pembagian idea atau pikiran dengan menggunakan lambang.
3. Memiliki tujuan berupa terjadi perubahan pada orang lain.
Komunikasi dokter-pasien adalah tentang faktor-faktor dimana pasien dan dokter masuk
ke dalam komunikasi interpersonal pada suatu konsultasi. Beberapa pekerjaan telah
difokuskan pada kemampuan dalam berkomunikasi sehingga dihasilkan sebuah konsultasi
yang efektif.
Contohnya, Hall et al, (1988) mengidentifikasi bahwa kepuasan melalui konsultasi adalah
yang terbaik diasosiasikan dengan ketika profesional kesehatan menggunakan percakapan
sosial dan strategi komunikasi non verbal. Untuk komunikasi yang efektif dalam proses
konsultasi, termasuk di dalamnya ketika informasi memberikan kombinasi dengan
dukungan emosional, pemeriksaan untuk pemahaman pada detail-detail dalam informasi
yang diberikan, kesadaran dari perkiraan–perkiraan dan pusat pada pasien dari dokter itu
sendiri. Dalam memaksimalisasikan pemahaman pada informasi yang dipastikan, banyak
studi memperlihatkan bahwa pasien diharuskan untuk berpikir melalui bermacam-macam
klarifikasi yang mereka inginkan untuk dibahas dalam sebuah konsultasi (sepeti
mempersiapkan susunan pertanyaan atau menggunakan jawaban cepat) sehingga
dihasilkanlah kepuasan yang lebih baik bagi dokter dan pasien. Komunikasi antara dokter
dengan pasien, biasanya berlangsung melalui saluran perkataan lisan.
Komunikasi yang Baik
Seorang dokter dalam menyampaikan pesan harus bersifat terapeutik yaitu komunikasi
yang singkat, jelas, lengkap, dan sederhana sehingga proses komunikasi dapat
berlangsung sempurna, tidak menimbulkan banyak interpretasi bagi penerima pesan, dan
isi pesan dapat dipahami secara lengkap.
Unsur dan Syarat Komunikasi
Unsur komunikasi
Setiap komunikasi membutuhkan beberapa unsure sebagai roda komunikasi antara lain
sumber (komunikator) yaitu dokter, isi pesan yaitu pesan/bahan/informasi yang
dikomunikasikan, penerima pesan (komunikan) yaitu pasien.
1. Sumber (komunikator)
Dalam berkomunikasi dengan pasien, yang dimaksud sumber (komunikator)
adalah dokter yang mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam
berkomunikasi.
Sebagai komunikator harus memiliki :
a. Sikap yang positif untuk terjadinya komunikasi
b. Pengetahuan tentang isi pesan yang akan disampaikan cukup memadai
c. Latar belakang sosial budaya
d. Pendidikan yang cukup mendukung untuk terjadinya proses komunikasi.
2. Isi pesan
Isi dari pesan harus dipersiapkan dengan baik.
3. Komunikan (penerima pesan)
Hal ini sangat perlu diperhatikan terutama tingkat pendidikan /pengetahuannya,
latar belakang sosial budayanya, sikap, dan perhatiannya terhadap isi pesan yang
disampaikan serta kemampuannya dalam berkomunikasi.
Syarat komunikasi
Agar komunikasi berhasil secara efektif, diperlukan beberapa syarat yang sering dikenal
dengan Tujuh C dalam komunikasi (the Seven C’s of Communication), yaitu :
1. Credibility.
Kredibilitas komunikator harus diakui kebenarannya dan dapat dipercaya oleh
komunikan.
2. Context.
Situasi dan kondisi komunikasi relevan dengan keadaan penerima pesan.
Situasi dan kondisi dapat meliputi konsentrasi dan perhatian (atensi) individu yang
terlibat dalam komunikasi maupun situasi/kondisi lingkungan tempat
penyelenggaraan komunikasi.
3. Content.
Isi atau materi yang menjadi topik komunikasi mempunyai arti penting bagi
penerima.
4. Clarity.
Kejelasan pesan yang disampaikan oleh dokter dapat diterima dan dimengerti oleh
pasien.
5. Continuity dan consistency.
Pesan yang disampaikan harus konsisten dan berkesinambungan serta tidak
menyimpang dari topik pembicaraan.
6. Channel.
Saluran yang digunakan dalam proses komunikasi sesuai, sehingga mempermudah
pengertian.
7. Capability of the audience.
Kemampuan mendengarkan pesan yang disampaikan sesuai dengan tingkat
penerimaan pasien, sehingga mudah menerima dan tidak sulit memahami.
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Komunikasi massa
Disebut juga dengan komunikasi kelompok atau grup. Komunikasi massa merupakan
penyampaian pesan dari seseorang kepada sekelompok besar orang, biasanya sebagian
besar masyarakat. Sebagai contoh, pemberian penyuluhan kepada sekelopok ibu hamil
tentang senam hamil.
Komunikasi intrapersonal
Disebut juga komunikasi individual. Komunikasi intrapersonal merupakan penyampaian
pesan seseorang kepada dirinya sendiri.
Komunikasi interpersonal
Merupakan dasar penting dalam melakukan konseling kepada klien. Komunikasi
interpersonal adalah penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang bersifat
dua arah baik secara verbal maupun nonverbal. Sebagai contoh, komunikasi yang terjalin
antara bidan dengan kliennya.
Komunkasi kelompok
Merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal, menyangkut komunikasi
seseorang dengan beberapa orang lainnya. Komunikasi kelompok kecil adalah kelompok
yang terdiri atas tiga sampai sepuluh orang. Masing-masing anggota kelompok menyadari
keberadaan anggota lainnya, memiliki minat yang sama, dan/atau bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan.
Komunikasi verbal
Komunikasi ini terkait dengan penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif
jika pengirim pesab secara jelas, penambahan satu kata dapat mengubah arti kalimat.
Seorang bidan sering kali menangani klien dari berbagai daerah yang berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa daerahnya. Perbedaan bahasa ini biasanya dapat
menimbulkan salah paham atau salah persepsi. Oleh karena itu, untuk membuat pesan
menjadi jelas dan relevan, harus menguasai teknik komunikasi verbal yang efektif.
Karakteristik komunikasi verbal yang efektif adalah sebagai berikut.
a. Jelas dan ringkas.
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek, dan langsung. Penggunaan
contoh dapat membuat penjelasan lebih mudah dipahami. Penerima pesan perlu
mengetaui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di mana.
b. Perbendaharaan kata.
Komunikasi tidak akan berhasil jika penerima pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
kedokteran. Jika istilah teknis ini digunakan oleh dokter, pasien menjadi bingung
dan tidak mampu mengikuti petunjuk aau mempelajari informasi penting.
Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh pasien.
c. Arti denotatif dan konotataif.
Suatu kata dapat mengandung beberapa arti. Arti denotatif memberikan pengertian
yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan
pikiran, perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
d. Intonasi.
Bunyi suara pembicaraan dapat memengaruhi arti pesan.
e. Kecepatan berbicara.
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara. Dokter
sebaiknya tidak berbicara terlalu cepat sehngga kata-katanya menjadi tidak jelas.
f. Humor.
Dugan (1989) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stress serta dapat meningkatkan keberhasilan
dokter dalam memberikan dukungan emopsional terhadap pasien.
Komunikasi non-verbal
Disebut juga bahasa tubuh, meliputi isyarat, pergerakan tubuh, dan penampilan fisik.
Isyarat nonverbal menambah arti terhadap pesan verbal. Banyak studi tentang kepuasan
pasien dengan pelayanan kesehatan secara langsung sudah diperlihatkan bahwa aspek
interpersonal dari perhatian adalah pusat dari persepsi kualitas perhatian pasien. Ini bukan
hanya sekedar apa yang kita lakukan sebagai ahli kesehatan, ini adalah cara bagi kita
melakukan sesuatu yang penting. Kita banyak memperlihatkan tentang diri kita melalui
komunikasi nonverbal. Seperti, kita member tanda kepercayaan diri atau ketegangan
melalui postur tubuh kita, gerakan tangan, eksprsi wajah, intonasi suara dan kecepatan
berbicara. Empati, pemahaman, perhatian, kesakitan dan keadaan yang sulit, semuanya
berhubungan dengan komunikasi, dan perilaku nonverbal adalah pusat dari cara perhatian
berkomunikasi.
Komunikasi nonverbal dapat diamati pada karakteristik berikut.
a. Penampilan fisik.
Penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian.
Penampilan fisik seorang dokter memengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan
atau asuhan yang diterimanya karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang dokter.
b. Sikap tubuh dan cara berjalan.
Sikap tubuh dan cara berjalan menggambarkan konsep diri, mood, dan kesehatan.
Dokter dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan cara berjalan pasien. Sikap tubuh yang tegang dan melangkah cepat
menandakan seseorang sedang cemas atau marah. Cara berjalan dapat dipengaruhi
oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau gangguan fungsi tubuh (fraktur).
c. Ekspresi wajah.
Wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Perasaan marah, sedih,
terkejut santai, bahagia, jijik, dan bosan dapat digambarkan melalui ekspresi
wajah. Pasien dapat mengenali ekspresi wajah dokter. Oleh karena itu, dokter
harus belajar mengontrol perasaan seperti marah, situasi yang menjemukan, dan
lainnya.
d. Sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampakan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan antara dokter dengan
pasien, namun harus diperhatikan juga norma sosial. Perlu diperhatikan juga
apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.
e. Kontak mata.
Kontak mata adalah elemen penting dalam komunikasi nonverbal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang
yang dapat dipercaya.
B. ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis transaksional adalah teori kepribadian dan sebuah sistem organisasi dari terapi
interaksi. Di dasarkan pada asumsi bahwa kita membuat keputusan terakhir pada dasar
pemikiran yang lampau yang tepat/cocok untuk kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi
tidak selamanya benar. Analisis transaksional menegaskan kognitif, rational, dan aspek
perilaku dari proses terapeutik.
Keberhasilan dari analisis transaksional adalah autonomi, yang mana berarti sebagai
kesadaran, kespontanan, dan kapasitas untuk kerukunan.
Analisis transaksional memberikan hasil sebuah hubungan dan pendekatan berdasarkan
perjanjian pada kelompok.
a) Historical Background
Analisis transaksional pertama kali dikembangkan oleh Eric Berne (1961), yang
dilatih sebagai psikoanalis Freudian dan psikiater. Analisis transaksional
berkembang dari ketidakpuasan Berne dengan kelambatan dari psikoanalis dalam
menyembuhkan seseorang dari masalah mereka. Dalam sejarah, analisis
transaksional dikembangkan sebagai perpanjangan dari psikoanalisis dengan
konsep dan teknik khususnya di desain untuk terapi kelompok. Berne menemukan
bahwa dengan menggunakan analisis transaksional kliennya membuat perubahan
yang signifikan dalam hidup mereka.
Konsep dari analisis transaksi itu sendiri adalah dengan memberikan perhatian
pada apa yang dikatakan oleh klien. Berne mulai melihat adanya anutan yang
muncul berhubungan dengan pengalaman masa kecil dari pasiennya. Dia
menyimpulkan bahwa ada ego state anakyang berbeda dari ego state “grown-up”.
Selanjutnya, dia mendalilkan bahwa ada dua macam ego state “grown up” :
pertama, yang mana penjiplakan dari orangtua dari sesorang, dia sebut Parent ego
state (anutan orang tua); yang kedua adalah sisi rasional dari seseorang, dia
namakan Adult ego state (anutan dewasa).
Perspektif Berne pada bagaimana anak-anak mengembangkan rencana pribadi
untuk hidup mereka sebgai strategi untuk kemampuan fisik dan keberlangsungan
hidup psikologi.
Berne, Robert Gouldings telah mengkombinasikan analisis transaksional dengan
asas-asas dan teknik terapi Gestalt, trapi keluarga, psikodrama, dan terapi
perilaku. Pendekatan redecisional menolong anggota kelompok merasakan
kebuntuan mereka atau titik dimana mereka merasa tertekan.
Terapi redecisional bertujuan menolong orang menantang dirinya sendiri untuk
menemukan jalan dimana mereka menempatkan dirinya seperti model (contoh)
korban dan untuk mengambil alih hidup mereka dengan mengambil keputusan
untuk diri sendiri bagaimana mereka akan berubah.
b) Basic Assumptions and Rationale for a Group Approach
Kesadaran dalam praktik analisis transaksional dalam kerja kelompok merupakan
langkah pertama yang terpenting dalam proses merubah pola pikir, perasaan, dan
perilaku. Tahapan awal dari sebuah kelompok, teknik ditujukan pada
perkembangan kesadaran pada masalah mereka dan pilihan mereka untuk
membuat perubahan-perubahan dalam hidup mereka.
Semua manusia memiliki tanggung jawab dari apa yang telah diperbuat, cara
berpikir, dan bagaimana kita merasakan. Praktik analisis transaksionala lebih
sesuai untuk kelompok. Berne yakin bahwa terapi kelompok menghasilkan
informasi tentang rencana pribadi seseorang untuk hidup lebih cepat dari terapi
individu.
c) Key Concepts
a. The Ego States (Anutan)
Ego state orang tua (Parent)
Ego state orang tua adalah seperangkat pikiran, perasaan, dan perilaku
yang kita ‘pinjam’ atau kita pelajari dari orang tua kita atau orang tua
lainnya. Ego state orang tua memiliki dua sisi, yakni Orang Tua
Pembimbing (Nurturing Parent) dan Orang Tua Pengkritik (Critical
Parent). Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat ter1ihat dan
terdengar dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapannya.
Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan
perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong
untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP). Dalam
kondisi ini, seseorang cenderung mau mengerti atau memahami orang
lain. Lebih dari itu egostages Orang Tua Pembimbing bisa memberikan
penilaian yang tegas, bahkan menentukan batas-batas antara yang benar
dan salah. Orang Tua Pembimbing mengungkapkan “Anda OK”.
Ungkapan yang keluar, bisanya mengekspresikan tindakan, misalnya,
“Tidurlah, biar tubuhmu sehat”, atau “Yakinlah, semua akan berlalu
dengan baik”.
Sedangkan Orang Tua Pengkritik (Critical Parent/ Prejudiced Parent)
merupakan ekspresi pikiran, perasaan dan sikap menghakimi (prejudged).
Orang Tua Pengkritik cenderung menyampaikan pesan “jangan”, dan
lebih bersifat pengungkapan pendapat atau opini (bukan perbuatan),
misalnya “Kamu memang bandel”. Jadi sikapnya ialah “kamu tidak
OK”. Nada suaranya cenderung keras, kasar. Gerakan badan cenderung
menggurui, misalnya menunjuk orang dengan tangan. Kata-kata yang
biasa dipakai, antara lain: harus, jangan, selalu, keterlaluan, tolol, goblok,
atau dasar kamu.
Ego state dewasa (Adult)
Ego stage Dewasa (adult) merupakan pusat pemprosesan data kita. Ini
merupakan bagian dari kepribadian kita yang rasional, di mana kita
mampu menilai fakta-fakta yang kita peroleh melalui indera kita,
sehingga dihasilkan sebuah solusi yang masuk akal. Ego stage Dewasa
menekankan solusi yang berbasis fakta, bukan berdasarkan asumsi
(prejudice) atau emosi kanak-kanak kita. Ciri orang yang sedang berada
pada egostagess ini ialah tekanan pada nalar, tidak emosional, dan
komunikasi dua arah. Kata-katanya biasanya netral, diplomatis, hati-hati,
jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang, dan nada suaranya
datar. Posisi tubuh seringkali tegak tapi santai.
Ego state anak-anak (Child)
Egostate Anak-anak (Child) adalah ekspresi sikap, perasaan, dan perilaku
sebagaimana kita kanak-kanak dulu. Ego stage ini membantu kita untuk
menikmati hidup, karena selalu berorientasi pada hal-hal yang
menyenangkan. Tetapi, ego state ini bisa juga menyulitkan ketika kita
sedang menghadapi masalah, karena didominasi perasaan.
Ego stage anak-anak bisa dibagi dalam dua bagian, yakni Anak Bebas/
Alamiah (Free Child/Natural Child) dan Anak yang Menyesuaikan
Diri (Adapted Child). Free Child ego stage adalah akar dari perasaan dan
perilaku spontan.
Egostages ini hadir, jika kita mengatakan pada orang lain tentang diri
sendiri atau diri yang mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan.
Hal ini terungkap melalui kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, dan juga
tindakan spontan dan kreatif, misalnya ungkapan seperti “Wow, asyik
banget!”, “Keren”, “Saya bahagia”, atau “Yess!”. Ada luapan emosi
dalam pengungkapannya. Dapat juga muncul suatu emosi negatif seperti,
marah, takut atau sedih. Egostages ini berorientasi pada diri sendiri
(orientasi aku), maksudnya padanya terungkapkan apa yang saya rasakan
dan apa yang saya inginkan.
Ego stage Adapted Child adalah bagian dari kepribadian kita, yang kita
pelajarai sebagai respon perintah orang tua. Jika seseorang berada pada
keadaan egostagess anak ini, ia memberikan suatu tanggapan atau
penyesuaian terhadap pengaruh egostagess orang tua yang dimainkan
orang lain. Ia dapat melakukan apa yang dikehendaki orang lain (Anak
Penurut) atau menolak apa yang dikehendaki orang lain (Anak
Pemberontak).
Pada ego stage ’Anak Penurut’, seseorang tidak mengungkapkan
perasaan sebenarnya. Pada nada suara, misalnya ada suatu rengekan, pada
ekspresi tampak wajah yang tersinggung, dan pada kata-kata biasanya
terungkap kata-kata seperti “mungkin”, “saya akan mencoba”, “saya tidak
yakin”. Seringkali ditandai pula dengan penghindaran kontak mata dan
suaranya lirih.
Pada ego stage ’Anak Pemberontak’, terungkap gerakan-gerakan yang
menunjukkan sikap “peduli amat dengan Anda”. Kemudian kata-kata
yang dipergunakan misalnya: “Tidak”, “Bukan”, “Tidak tahu”, atau
“Bodo, Ah”. Kata-kata tersebut biasanya pendek dan negatif, disertai
mimik yang merupakan kemarahan.
Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan
empat cara, yaitu:
1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah laku non-
verbal tersebut pada umumnya sama namun dapat dibedakan kode-kode simbolnya pada
setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Di samping nonverbal juga
melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui
komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu
sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai
oleh P dalam hal ini critical parent. Si Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh
sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu
kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.
3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat
misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak-
gerik nonverbal mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI.
4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat
tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa,
ataupun anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang.
b. The Types of Transaction
Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi
komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi.
1. Transaksi yang saling melengkapi/mengimbangi (Complementary
Transactions); jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam
komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan
yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang
lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi
komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer.
Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi
antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat
komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang
sama dalam suatu makna.
Contoh :
Istri Firman (IF) : “Kok, baru pulang!” (P)
Firman (F) : ”Iya nih Ma, capek banget (C)
IF : ”Memang lembur sampai jam berapa sih Pa, kok baru pulang?” (A)
F : ”Sebetulnya jam sembilan udah kelar, Cuma tadi jalanan macet (A)
2. Transaksi Silang (Crossed Transactions); terjadi manakala pesan yang
dikirimkan komunikator tidak mendapat respons sewajarnya dari
komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi
antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan.
Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah-
pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan
lain.
Contoh :
IF :”Kok sudah pulang!” (P)
F : ”Mama tahu apa, lagian tadi jalanan juga macet!” (P)
Catatan: Istri Firman mengharapkan respons “C”, tetapi Firman
meresponnya dengan “P”.
3. Transaksi Tersembunyi (Ulterior Transactions); jika terjadi campuran
beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah
satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini
sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si
penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3
atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar-
pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2
lainnya tersembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya
disembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi
(angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2
sikap dasar disebut dengan dupleks.
Contoh :
IF : ”Kok baru pulang sih Pa, sekarang udah jam berapa?” (P)
F : ”Jam sebelas lebih sepuluh” (A)
Firman menginterpretasikan pesan dari istrinya berasal dari ego state
dewasa, sehingga dia menanggapi dengan ego state dewasa pula. Padahal
yang sesungguhnya terjadi istrinya berbicara dengan ego state orang tua
dan menuntut respon dari ego state anak-anak.
Berdasarkan pengalaman masa kecilnya, setiap orang cenderung memilih satu dan
empat kemungkinan posisi hidup (life positions) yang ada. Posisi hidup seseorang adalah cara
dominan yang bersangkutan dalam membina hubungan dengan orang lain, yang
merefleksikan bagaimana seseorang merasa tentang dirinya (self image). Ada empat posisi
hidup yang mungkin dipilh oleh seseorang adalah:
1. Saya Oke, Kamu Oke ( I’m OK, you’re OK)
Ini adalah posisi ideal, karena seseorang memandang positf dirinya, begitupula
dengan orang lain
2. Saya Oke, Kamu tidak Oke ( I’m OK, you’re not OK)
Seseorang menganggap dirinya secara positif, tetapi tidak terhadap orang lain. Ini
biasanya dimiliki oleh orang yang memiliki sikap otoriter.
3. Saya tidak Oke, Kamu Oke (I’am not OK, you’re OK)
Ini adalah sikap seseorang yang tidak yakin dengan dirinya sendiri. Dia selalu melihat
orang lain lebih baik darinya, mirip sikap anak-anak terhadap orang tuanya.
4. Saya tidak Oke, Kamu tidak Oke (I’m not OK, you’re not OK)
Ini adalah posis hidup orang bermasalah, semua dinilaanya negatif, baik dirinya
sendiri maupun orang lain. Orang-orang yang merasa selalu gagal, masa kecil yang
terabaikan atau disia-siakan, atau menjadi pengangguran yang berkarat cenderung
akan memiliki mentalitas seperti. Ini adalah jiwa yang sakit. Orang seperti ini
cenderung memandang hidup tidak berguna (Venus, 2005:317).
Disamping Konsep posisi hidup, Egostages dan transaksi yang menjadi elemen
terpenting dalam AT, terdapat pula tiga konsep penting lainya, yakni Stroke, life script,
Games People Play dan Contract.
Stroke adalah adalah kontak dan pengakuan yang dibutuhkan semua orang untuk
bertahan hidup dan menjadi lebih kuat secara psikologis. Life script adalah naskah hidup
seseorang yang dibentuk dari pengalaman awal di masa kanak-kanak. Naskah awal ini akan
menentukan bagaimana seseorang akan menjalankan hidupnya. Mengubah naskah hidup
menjadi lebih baik adalah tujuan dan praktek psikoterapi T.A. Berne manyatakan bahwa
nasakah hidup seseorang hanya dapat diubah atau diputuskan ulang oleh orang itu sendiri
(Closes down the show and puts on a new one on the road).
Games People Play adalah konsep yang menyatakan bahwa manusai memainkan
sebuah permainan dalam hidupnya. Permainan itu dapat menipu, menjadi racun atau
terkadang menjadi senjata ampuh untuk mendapatkan strokes. Sedangkan konsep Contracts,
umumnya berlaku di dunia psikiatri yang melibatkan interaksi kontraktual antara pasien dan
terapisnya. Menurut konsep ini, manusia pada dasarnya memiliki kemampuan memutuskan
apa yang dia mau untuk kehidupannya, yang dilakukan lewat kontrak bersama untuk
perubahan.
Dalam perspektif komunikasi gagasan pokok dan Teori Analisis Transaksional adalah
untuk membangun komunikasi yang efektif dan produktif dalam segala konteks dan bidang
kehidupan. Untuk mampu menciptakan keefektifan seperti itu, diperlukan pemahaman
terhadap berbagai gagasan pokok di atas terutama konsep Transaksi, Egostages, dan posisi
hidup (Venus, 2005:324).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita semua kiranya pernah mengalami komunikasi yang kemudia macet. Ini
disebabkan karena kita tidak berhasil menduga dengan tepat hal-hal yang terjadi
sebelum komunikasi berlangsung, dan apa yang mungki terjadi sesudahnya.
Komunikasi tidak mengeal awal maupu akhir – sebelum dan sesudahnya selalu
terjadi sesuatu, tergantung dari saat memasuki proses komunikasi yang
bersangkutan. Komunikasi yang paling baik dan efektif adalah dengan tampilan
dewasa dan dewasa.
B. Saran
Ada baiknya bahwa seorang dokter mengerti betul tentang tampilan yang
diperlihatkan pasien-pasiennya. Sehingga komunikasi akan berjalan efektif. Dimana
kedua pihak, yaitu dokter dengan pasien mencapai suatu asas “ I’m OK – You’re
OK”.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,Gerald.Theory and Practice of Group Counseling.The Cooper Company.
USA, 2004.
West, Richard dan Lyn H. Turner.Pengantar Teori Komunikasi.Salemba Humanika.
Jakarta,2008.
Carlson, Neil R.Physiology of Behavior.Pearson Education Inc. USA,2004.
Allyn dan Ba . Health Psychology.A Person Education Company. USA,2002.
Albery, Ian P. dan Marcus Munafo.Key Concepts in Health Psychology.Sage
Publications.Singapura,2008.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto.Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan.Penerbit Salemba Medika.Jakarta,2009.
Nugroho, H.Wahjudi.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik.Penerbit Buku
Kedokteran EGC.Jakarta,2006.
http://edsa.unsoed.net/?p=65
http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/19/analisis-transaksional-eric-berne/