Kejang Demam pada AnakSteaffie Eunike
Cassandra102011391B4Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida Jalan
Arjuna Selatan No. [email protected]
PendahuluanKejang demam merupakan penyakit yang sering ditemui
pada bayi dan anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling
sering ditemui pada usia 9 sampai 20 bulan. Kejang demam adalah
kejang yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tanda-tanda
infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas.1Kejang demam
diklasifikasian menjadi 2 yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana bersifat umum, singkat dan
hanya sekali dalam 24 jam sementara kejang demam kompleks adalah
kejang demam fokal yang lebih dari 15 menit atau berulang dalam 24
jam.Makalah ini bertujuan untuk membahas kejang demam dari
anamnesisnya hingga ke penatalaksanaan dari kejang demam. Dengan
makalah ini diharapkan para pembaca dapat lebih mengetahui hal-hal
penting mengenai kejang demam.1AnamnesisAnamnesis yang biasa
dilakukan pada anak adalah alloanamnesis, dimana anamnesis
dilakukan dengan menanyakan kepada orang tua atau wali dari anak
tersebut. Pada kasus kejang demam yang perlu ditanyakan adalah2:1.
Identitas pasienIdentitas dan usia pasien penting untuk menegakan
diagnosis mengenai kejang demam.
2. Status imunisasi pasienImunisasi merupakan hal yang harus
ditanyakan terutama jika pasien tersebut anak-anak.
3. Riwayat kehamilan dan persalinanRiwayat kehamilan dan
persalinan ibu juga harus ditanyakan pada pasien anak.
4. Status gizi dan tumbuh kembangStatus gizi dan tumbuh kembang
penting untuk mengetahui pertumbuhan anak.
5. Riwayat demam sebelumnyaHal yang perlu ditanyakan adalah
waktu terjadinya demam, karakteristik demam, lamanya demam,
perjalanan demam.
6. KejangHal-hal mengenai kejang tersebut juga ditanyakan. Hal
yang perlu ditanyakan adalah tipe kejang, lamanya kejang, lamanya
terjadi kejang, frekuensi kejang, interval antara kedua serangan
kejang, bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik), sifat kejang
(fokal atau umum), kesadaran sebelum dan sesudah kejang. Juga harus
ditanyakan apakah ada riwayat terjadinya kejang sebelumnya.
7. Riwayat gangguan neurologis dan traumaHal ini dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis epilepsy serta apakah kejang disebabkan
oleh trauma.
8. Riwayat keluargaJika ada riwayat kejang demam pada saudara
kandung atau orang tua, maka anak tersebut lebih tinggi
kemunkginannya terkena kejang demam dibandingkan anak yang tidak
memiliki riwayat kejang demam dikeluarga.2PemeriksaanDiagnosis
suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit
yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan yang dilakukan
dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak
memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya
kadang-kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium (diagnosis
laboratorium).
1. Pemeriksaan FisikDari pemeriksaan umum dan fisik sering
didapat keterangan keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam
usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.3Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum
pasien, kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan beberapa hal berikut3: Tanda Vital
Pemeriksaan Fokus Infeksi Melihat apa tonsil memerah atau tidak.
Apakah gendang telinga hipereremi atau tidak. Apakah ada ruam kulit
atau tidak Tanda Rangsang Meningeal Kaku kuduk (Nuchal rigidity)
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu
tidak dapat menepel pada dada. Brudzinski I (Brudzinskis neck
sign)Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan
tangan lainnya di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak
terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif.
Bila terdapat rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan
fleksi pada sendi panggul dan lutut. Brudzinski II (Brudzinskis
contralateral leg sign) Fleksi tungkai pasien pada sendi panggul
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya ada sendi
panggul dan sendi lutut. Kernig Penderita dalam posisi terlentang
dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Pada iritasi menigeal
ekstensi lutut secara pasif akan menyebabkan rasa sakit dan
terdapat hambatan.
Gambar 1. Kernig dan Brudzinski I.3
2. Pemeriksaan Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan
diagnosis suatu penyakit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak
ada riwayat epilepsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang perlu dilakukan jika didapatkan karakteristik khusus pada anak
yaitu4: Pungsi lumbalPemeriksaan cairan serebrospinal yang
dilakukan untuk menyingkirkan meningitis terutama pada pasien
kejang demam pertama.4 Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala
meningitis tidak jelas sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada
bayi berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan. Berdasarkan penelitian yang telah
diterbitkan, cairan cerebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh
pada anak dengan kejang demam yang: Memiliki tanda peradangan
selaput otak (contoh: kaku kuduk). Mengalami complex partial
seizure. Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya). Kejang saat tiba di IGD. Keadaan post
ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1
jam setelah kejang demam adalah normal. Kejang pertama setelah usia
3 tahun.
Pada anak dengan usia lebih dari 18 bulan, pungsi lumbal
dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak atau ada
riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem sarap pusat.
Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi
antibiotikk sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena
itu pada kasus seperti itu pungsi lumbal sangat dianjurkan untuk
dilakukan.4 EEGPemeriksaan gelombang otak untuk meneliti
ketidaknormalan gelombang.Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk
dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya
defisit neurologis.4 Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan
untuk pasien kejang demam sederhana.3
Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan seperti pemeriksaan darah
rutin, kadar elektrolit., kalsium, fosfor, magnesium, atau gula
darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan
laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan
sekedar sebagai pemeriksaan rutin.3
Pemeriksaan ImagingPemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI) dapat
dindikasikan pada keadaan:a. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma
kepala.b. Kemungkinan adanya lesi struktural diotak (mikrosefali,
spastik).c. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial
(kesadaran menurun, muntah berulang, fontanel anterior membonjol,
paresis saraf otak VI, edema papil).3
Diagnosis BandingMenghadapi seorang anak yang menderita demam
dengan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab kejang itu di dalam
atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya
karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan
lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu
apakah ada kelainan organis di otak. Menegakkan diagnosa meningitis
tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih muda.
Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan
neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi
kesalahan yang berakibat fatal harus dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinal yang umumnya diambil melalui pungsi lumbal. Baru
setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam
kejang demam kompleks atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam.4
Epilepsi yang diprovokasi demamMenurut kriteria Livingstone, gejala
epilepsy yang diprovokasi demam adalah seperti kejang lama dan
bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih
dari 4 kali / tahun, dan EEG setelah tidak demam abnormal.
Perbedaan kejang demam kompleks dengan epilepsi yaitu pada
epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi bisa disebabkan karena
terjadinya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang
mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba.
Penderita epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang
rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa
bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering
terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat
capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.4
MeningitisMerupakan suatu infeksi susunan saraf pusat yang
menyerang membran pelapis otak dan medulla spinalis, yakni
meninges.Gejala klasik dari meningitis adalah demam, sakit kepala
dan kaku kuduk. Gejala lain meliputi mual, muntah, fotofobia,
somnolen, bingung, iritabel, delirium dan koma. Pada anak-anak
dapat meliputi ubun-ubun menggembung, hipotonia dan menangis dengan
nada yang tinggi seperti pada dehidrasi.Pada pemeriksaan darah
lengkap dapat menunjukkan leukositosis dominan PMN.Sedangkan
pemeriksaan radiologis tidak diindikasikan pada kondisi ini.Pada
beberapa pasien dapat menunjukkan adanya meningeal
enchancement.Sedangkan MRI dapat menunjukkan ventrikulomegali pada
potongan T2.Peningkatan tekanan intra kranial juga didapatkan pada
kasus meningitis terutama bakterial akibat adanya edema. Pada
pungsi lumbal dapat ditemukan peningkatan leukosit (diatas 500 per
mikroliter), peningkatan kadar laktat (diatas sama dengan 31.53
mg/dL) dan penurunan ratio glukosa CSF dibandingkan dengan plasma
menjadi dibawah sama dengan 0.4. Pada kasus meningitis bakterialis,
predominansi selnya adalah PMN.Sedangkan pada meningitis
tuberculosis dan virus, predominan sel limfosit. Pada meningitis
bakterialis ditemukan warna cairan purulen, pada tuberkulosis
serosa sedangkan pada virus cairan jernih.3Diagnosis KejaKejang
demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang
dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat
celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat
loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak
dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari
substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam
dari luar otak. Kejang demam sering juga disebut kejang demam
tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun.5
Klasifikasi Kejang DemamIkatan Dokter Anak Indonesia membagi
kejang demam menjadi dua bagian kelompok.6 Kejang demam sederhana
(harus memenuhi semua kriteria berikut) Berlangsung singkat Umumnya
serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit Bangkitan
kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal Tidak berulang dalam
waktu 24 jam
Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut)
Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit Kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jamEtiologiKejang demam
sering berhubungan dengan infeksi virus penyebab demam pada anak,
seperti herpes simpleks-6 (HHSV-6), Shigella, dan influenza A.4
Penyakit yang mendasari demam berupa infeksi saluran pernapasan
atas, otitis media, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
Risiko berulangnya kejang demam akan meningkat pada anak dengan
riwayat orangtua dan saudara kandungnya juga pernah menderita
kejang demam. Kejang demam diturunkan secara autosomal dominan
sederhana. Kejang demam kompleks berhubungan dengan banyak faktor,
seperti gejala klinisnya, infeksi virus, faktor genetik dan
metabolik, serta kemungkinan adanya abnormalitas struktur otak.
Kejang demam kompleks juga memiliki kemungkinan untuk menjadi salah
satu gejala adanya infeksi meningitis bakterial akut.4
EpidemiologiInsiden terjadinya kejang demam terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang
demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan.
Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan
laporan dari daftar diagnosa dari lab. SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden
kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam
sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada
tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak
didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan
adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%. Jumlah penderita
kejang demam diperkirakan mencapai 2 4% dari jumlah penduduk di AS,
Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan
penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita
mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih
teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit
lebih banyak menyerang anak laki-laki.7PatofisiologiSumber energi
otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.2 Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :1. Perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraselular2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya3. Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.2
Manifestasi KlinisTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak
kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,
otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan
kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali
setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik.
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain:
anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu
tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau
grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir
selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang
dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan,
tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan
kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan
relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama
1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya
terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja
diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan
kulitnya kebiruan.7Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam
gejala seperti7:1. Anak hilang kesadaran2. Tangan dan kaki kaku
atau tersentak-sentak3. Sulit bernapas4. Busa di mulut5. Wajah dan
kulit menjadi pucat atau kebiruan6. Mata berputar-putar, sehingga
hanya putih mata yang terlihat.PenatalaksanaanBiasanya kejang demam
berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling
cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5
menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat
diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5
mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di
atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam). Bila
setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu
5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan
diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap
belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.8
Pemberian Obat pada saat Demam AntipiretikTidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang,
namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari Meskipun jarang, asam
asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat
tidak dianjurkan.8 AntikonvulsanPemakaian diazepam oral dosis 0,3
mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Dosis tersebut cukup
tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup
berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin
pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang
demam.8Pemberian Obat Rumatan Indikasi Pemberian Obat
RumatPengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu)8:1. Kejang lama >
15 menit2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrosefalus.3. Kejang fokal4. Pengobatan rumat
dipertimbangkan bila:a. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam
24 jam.b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan c.
Kejang demam > 4 kali per tahun Jenis Antikonvulsan untuk
Pengobatan RumatPemberian obat fenobarbital atau asam valproat
setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang.
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka
pendek.nPemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus
terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat
menyebabkan ganguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari
dalam 1-2 dosis.8 Lama Pengobatan RumatanPengobatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.8
Edukasi Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi
orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan
bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan
cara yang diantaranya4:1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya
mempunyai prognosis baik.2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali4.
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat. Beberapa hal yang harus
dikerjakan bila kembali kejang:1. Tetap tenang dan tidak panik2.
Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher3. Bila tidak
sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan
lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.4. Ukur
suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.5. Tetap bersama
pasien selama kejang6. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan
bila kejang telah berhenti.7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila
kejang berlangsung 5 menit atau lebih.4
Komplikasi1. Kejang Demam BerulangDari penelitian yang ada,
frekuensi terulangnya kejang demam berkisar antara 25 %-50%. Faktor
terpenting untuk memperkirakan berulangnya kejang demam adalah umur
anak pada saat kejang terjadi pertama kali. Anak yang mendapatkan
kejang pertama kali pada umur 1 tahun atau kurang mempunyai
kemungkinan sebesar 65% mendapatkan kejang demam kembali. Hal ini
berbeda dengan apabila onset kejang antara umur 1 sampai 2 tahun
kemungkinan berulangnya kejang sebesar 35% dan menjadi 20% apabila
onset kejangnya setelah 2 tahun. Angka berulangnya kejang demam
juga meningkat pada anak yang memiliki perkembangan yang abnormal
sebelum kejang pertama dan pada anak yang memiliki riwayat keluarga
yang pernah mengalami kejang tanpa demam. Apabila melihat kepada
umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga, maka didapatkan8: Pada
anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita
50 % dan pada pria 33 %. Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3
tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang, terulangnya kejang
adalah 50 %, sedang pada tanpa riwayat kejang 25 %.
Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang: Riwayat kejang
demam dalam keluarga. Usia kurang dari 18 bulan. Tingginya suhu
badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam makin
kecil resiko berulangnya kejang demam. Lamanya demam sebelum
kejang. Makin pendek jarak antara mulainya demam dengan terjadinya
bangkitan kejang demam, makin besar risiko berulangnya kejang
demam.Bila ada 3 faktor, kemungkinan kejang demam berulang kembali
adalah 80%. Bila sama sekali tidak terdapat faktor tersebut, risiko
kejang demam kembali adalah 10-15%. Kemungkinan kejang demam
kembali paling besar pada tahun pertama.82. EpilepsiAnak yang
mendapatkan kejang demam risikonya meningkat untuk menjadi epilepsi
dibandingkan dengan anak tanpa riwayat kejang demam. Anak yang
mendapatkan kejang fokal, kejang lama dan episode berulang dari
kejang demam memiliki kemungkinan sebesar 25% menjadi epilepsi
sampai umur 25 tahun.8Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian
hari adalah :a. Perkembangan saraf terganggub. Kejang demam
kompleksc. Riwayat epilepsi dalam keluarga
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4-6%. Adanya ketiga faktor-faktor risiko tersebut
meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-15%. Kemungkinan
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat
pada kejang demam. 3. Todd ParesisMerupakan kelemahan yang terjadi
setelah kejang dan timbul setelah kejang demam 1 kali atau 2 kali.
Kelemahan ini biasanya sembuh setelah 24 - 48 jam atau setelah 1
minggu.84. Gangguan IntelegensiaYang mengalami kelainan ini adalah
anak-anak yang sebelumnya sudah menderita gangguan neurologis dan
gangguan perkembangan. Gangguan belajar dan kebiasaan, retardasi
mental, dan defisit motorik serta koordinasi dilaporkan pada anak
dengan skuele kejang demam. Angka insiden dari komplikasi ini
sangat rendah pada anak normal yang mendapatkan kejang demam
sederhana. Tidak ada peningkatan insiden dari retardasi mental pada
anak yang hanya mendapatkan kejang demam dan pada anak yang normal
sebelum timbul kejang pertama. Dari suatu penelitian terhadap 431
penderita dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan
pada IQ, tetapi pada penderita kejang demam yang sebelumnya telah
terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologi akan didapat
IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya. Apabila kejang
demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi
mental akan terjadi 5 kali lebih besar Kejang lama atau fokal dapat
membentuk skuele di otak.85. Hemiparesis Hemiparesis biasanya
terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama ( berlangsung
lebih dari setengah jam) baik bersifat umum atau fokal.
Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul
spastisitas.8
PrognosisKematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Akan tetapi, kejang demam kompleks, yang terjadi sebelum usia 1
tahun, atau dipicu oleh suhu