BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangTuberkulosis (TB) merupakan
penyakit infeksi kronik yang menular langsung dan disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis.1,2 Sebagian besar kuman ini
menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya
seperti otak, ginjal, dan tulang belakang. Penyakit ini merupakan
airborne disease, yaitu disebarkan dari satu orang ke orang lain
melalui udara.3 Umumnya penularan ini terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama, serta mempunyai
ventilasi yang buruk dan kurang mendapatkan cahaya matahari.1
Gejala utama TB adalah batuk selama dua minggu atau lebih, batuk
disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih
dari 1 bulan.1World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada
tahun 2012, terdapat 8,6 juta kasus baru TB dan sedikitnya 1,3 juta
kematian disebabkan oleh penyakit TB. Setiap tahun sekitar 70.000
anak meninggal akibat TB dan 500.000 anak terjangkit infeksi TB.4
Diantara angka mortalitas ini, terdapat estimasi 170.000 kasus MDR
(Multidrug Resistence) TB.5 Sekitar 75% menyerang kelompok usia
produktif (15 50 tahun).1 Besarnya beban morbiditas dan mortalitas
penyakit tersebut membuat pemberantasan TB menjadi poin keenam pada
Millenium Development Goals 2015.6Indonesia menempati urutan ke-5
sebagai negara dengan penderita TB terbanyak setelah India, China,
Afrika Selatan dan Nigeria. Angka kematian akibat TB di Indonesia
mencapai 39 per 100.000 penduduk.5,7 Berdasarkan pola penyebab
kematian semua umur, TB merupakan penyebab kematian peringkat ke-1
dengan proporsi 27,8%.8Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia
yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4%, dimana
DKI Jakarta termasuk dalam lima provinsi dengan TB paru tertinggi.
Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung
meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah dan
tidak bekerja.3Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh
tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program. Lima
provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI
Jakarta (68.9%). DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%),
Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50.4%).3Menghadapi masalah
yang disebabkan oleh TB, salah satu rekomendasi yang diberikan oleh
WHO adalah strategi DOTS. Pemerintah Indonesia telah menyusun suatu
pedoman penanggulangan TB dengan Strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) untuk menanggapi tingginya angka morbiditas
dan mortalitas akibat TB. Fokus utama dari DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, terutama pada pasien TB yang menular sehingga
diharapkan dapat memutus rantai penularan, yang nantinya akan
menyebabkan penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat
TB.Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu: 1) Komitmen
politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan; 2)
Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya; 3) Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan
bagi pasien; 4) Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang
efektif; 5) Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja
program.1 Puskesmas sebagai layanan kesehatan primer merupakan
salah satu organisasi pelaksana program DOTS. Dalam laporan
evaluasi ini, kinerja puskesmas di Kelurahan Pademangan Barat II
akan dievaluasi mengenai upaya penanggulangan TB berdasarkan
program nasional pada periode Mei - November 2014.1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan UmumMengetahui dan menilai keberhasilan kinerja
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II dalam menjalankan program
penanggulangan Tuberkulosis pada bulan Mei November 2013.1.2.2.
Tujuan Khusus1. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan pencapaian
program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat
II selama bulan Mei November 2013.2. Menilai pencapaian indikator
yang digunakan dalam evaluasi program penanggulangan TB di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II dan menemukan masalah
berdasarkan indikator yang tidak tercapai.3. Menentukan prioritas
masalah dari berbagai masalah yang telah ditemukan, serta akar
masalah yang menjadi penyebab masalah.4. Mencari dan mengusulkan
alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan dan
pencapaian program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II selama bulan Mei November 2013.
1.3. Alur Kinerja Penanggulangan TBAlur kinerja Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II dalam Program Penanggulangan
Tuberkulosis adalah sebagai berikut :DewasaAnak ( 15 tahun)Rujuk ke
ruang tindakan untuk pemeriksaan dahak SPS (BTA 3x) dan foto Rntgen
thorax di Puskesmas Kecamatan PademanganPasien mendaftarkan diri di
loket pendaftaran, membayar biaya registrasi, dan mendapat nomor
antrianPasien baru akan masuk ke BPUPasien dengan gejala klinis
:demam, batuk berdahak lebih dari 2 minggu atau batuk darah, sesak,
malaise, berat badan menurun drastisSUSPEK TBDIAGNOSISPencatatan di
form TB.06Sistem skoring TB oleh dokter BPU lalu rujuk ke ruang
tindakan untuk tes Mantoux dengan penilaian hasil dilakukan 72 jam
setelah tesHasil pemeriksaan dahak (form TB.05) dinilai dokter
untuk menegakkan diagnosis Pasien lama langsung ke poli
TBPencatatan di form TB.01 masing-masing pasien
BUKAN TBMulai pengobatan TBPencatatan form TB.01 dan
TB.02Pemberian antibiotik non-OAT selama 14 hariPelaporan ke
Puskesmas Kecamatan Pademangan setiap 3 bulanTBDewasaBTA (+)/ BTA
(-) Rontgen (+)
Anak ( 15% kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau
ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru
tercatat/diobati jumlah TB BTA (+)x 100% jumlah semua diagnosis
TB
Persentase pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru
yang tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan
pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB yang diobati.
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh
lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang
memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien
BTA (+).
Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TBjumlah
diagnosis TB anakx 100%jumlah semua diagnosis TB (dewasa +
anak)
Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh
pasien TB tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk
menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini
berkisar 15%. Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi
overdiagnosis.
Angka Konversi (Conversion Rate)Jumlah pasien baru TB paru BTA
positif yang konversix 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang
mendapat pengobatan
Persentase pasien baru TB paru BTA (+) yang mengalami perubahan
menjadi BTA (-) setelah menjalani masa pengobatan intensif.
Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil
pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan
obat dilakukan dengan benar. Angka minimal yang harus dicapai
adalah 80%.
Angka Kesembuhan (Cure Rate)jumlah pasien TB paru BTA (+) yang
sembuh x 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang diobati
Angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA (+)
yang sembuh setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru
TB paru BTA (+) yang tercatat. Angka ini sebaiknya 85%.
Angka keberhasilan pengobatanJumlah pasien baru TB BTA positif
(sembuh+pengobatan lengkap) x100% Jumlah pasien batu TB BTA positif
yang diobati
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien
baru TB Paru dengan BTA (+) yang menyelesaikan pengobatan (baik
yang sembuh maupun yang pengobatan lengkap) di antara pasien baru
TB Paru BTA (+) yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan
penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
BAB IIIANALISIS SITUASI1. 2. 3. 3.1. Data Umum3.1.1. Data
DemografiPuskesmas Kelurahan Pademangan Barat II terletak di Jalan
Budi Mulia, Gang B2, RT 01, RW 015, Kelurahan Pademangan Barat,
Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Jalan ini terletak di dalam
gang yang cukup sempit. Akses jalan ke puskesmas ini dapat dicapai
dengan mudah menggunakan kendaraan roda dua (sepeda dan sepeda
motor), kendaraan umum (becak dan bajaj), dan berjalan kaki.
Puskesmas ini memiliki wilayah kerja yang terdiri dari 8 Rukun
Warga (RW), yaitu RW 05, RW 07, RW 08, RW 10, RW 11, RW 12, RW 13
dan RW 15.
3.1.2. Data KependudukanBerdasarkan laporan kependudukan
Kelurahan Pademangan Barat, jumlah penduduk pada bulan April 2014
sebanyak 88.178 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 24.955
jiwa/km2. Tabel 3.1. Data Kependudukan Kelurahan Pademangan
Barat
Kelurahan/ PuskesmasJumlah RTJumlah RWJumlah PendudukLuas
(Ha)Jumlah KK
Pademangan Barat2131688.178353,35 28.276
Pademangan Barat II124863.05917.308
Sumber: Data Statistik Penduduk Kelurahan Pademangan April
2014
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Pademangan Barat
berpendidikan rendah, dengan persentase terbanyak pada tingkat
pendidikan SLTA (20,14%).Tabel 3.2. Distribusi jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Pademangan Barat II
Pendidikan TertinggiJenis KelaminJumlah%
Laki-LakiPerempuan
Tidak Sekolah6.1756.56712.74214,45
Tidak Tamat SD8.8118.69817.50919,85
Tamat SD8.5477.52816.07518,23
Tamat SLTP9.0658.12417.18919,49
Tamat SLTA9.4998.26517.76420,14
Tamat Akademi/PT3.5063.3936.8997,82
Total45.60342.57588.178100
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Pademangan pada bulan Maret
2014
3.1.3. Jumlah Penduduk MiskinJumlah peserta JKN-BPJS di
Kecamatan Pademangan sampai bulan Mei 2014 berjumlah 72.933 orang,
dan 7.041 orang diantaranya merupakan warga di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II.
Tabel 3.3. Data Persebaran Peserta JKN-BPJS di Puskesmas Wilayah
Kecamatan Pademangan hingga bulan Mei 2014No.PuskesmasJumlah
Peserta
1.Kecamatan Pademangan31.061
2.Pademangan Timur9.349
3.Ancol 12.741
4.Pademangan Barat I12.741
5.Pademangan Barat II7.041
TOTAL72.933
Sumber: Data Kecamatan Pademangan Peserta JKN-BPJS tahun
2014
3.1.4. Data Kesehatan LingkunganDaerah kumuh di Kelurahan
Pademangan Barat terdapat di RW 07, 10, 11 dan 13 yang seluruhnya
termasuk wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II.
Luas pemukiman kumuh di Jakarta Utara sebesar 407 Ha dengan total
98 RW kumuh. Persentase daerah kumuh di DKI Jakarta adalah 5,4%
dari total luas wilayah dengan total 416 RW kumuh.
Tabel 3.4. Data RW KumuhWilayahDaerah Kumuh
Kelurahan Pademangan Barat4 RW kumuh
Jakarta Utara98 RW kumuh
DKI Jakarta416 RW kumuh
Sumber: Laporan Tahunan Puskemas Pademangan 20123.1.5. Data
Peran Serta MasyarakatJumlah kader di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II adalah 104 orang, dengan kader TB
aktif sebanyak 2 orang dan mempunyai peran ganda sebagai kader
program lain.
3.2. Data Khusus3.2.1. Angka Mortalitas akibat TBSelama bulan
Mei November 2014 terdapat 2 laporan kematian akibat penyakit TB di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II dengan 1 kasus merupakan TB
dewasa dan 1 kasus merupakan TB anak.
3.2.2. Insidensi dan Prevalensi TBMenurut Laporan Tahunan
Puskesmas Kecamatan Pademangan 2012, angka insidensi TB tahun 2012
sebesar 178 per 100.000 penduduk dan angka prevalensi TB sebesar
267 per 100.000 penduduk.
3.2.3. Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memberikan pelayanan
TB di wilayah Kelurahan Pademangan BaratUnit Pelayanan Kesehatan
yang memberikan pelayanan TB di wilayah Kelurahan Pademangan Barat
yaitu 3 puskesmas dan 9 klinik kesehatan.
Tabel 3.5. UPK yang Memberikan Pelayanan pada Pasien TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pademangan BaratJenis
PelayananJumlah
Puskesmas3
Klinik Kesehatan9
Klinik Persatuan Pemberantasan TB Indonesia0
Klinik Spesialis Paru0
Klinik TB0
Klinik HIV/AIDS0
Sumber: Data Kelurahan Pademangan Barat 2013
3.3. Data Primer3.3.1. Suspek Penderita TB Dewasa di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II periode Mei November 2013Dari 33
pasien yang dicurigai menderita TB dari Balai Pengobatan Umum
(BPU), semuanya dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan BTA, dimana
lebih banyak pasien yang kembali dengan membawa hasil BTA ( - )
(45,45%) dibandingkan dengan pasien yang kembali dengan membawa
hasil BTA ( + ) (21,21%).Tabel 3.6. Suspek TB Dewasa
SuspekJumlah%
BTA ( + )721,21
BTA ( - )1545,45
Tidak Kembali1133,34
Total33100
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II Status Pasien
BPU
3.3.2. Jumlah Pasien TB Dewasa yang Berobat di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat IISebanyak 14 orang (53,85%) pasien yang
berobat di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II memiliki hasil
pemeriksaan dahak BTA (+) dan semua pasien merupakan pasien
baru.Tabel 3.7. Pasien yang Terdiagnosis TB paru di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II
Diagnosis TBJumlah%
BTA ( + )1246,15
BTA(-)Rontgen (+)1453,85
Total26100
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II TB.01
3.3.3. Jumlah Kasus TB yang Mendapat Pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II Sebagian besar pasien yang
mendapatkan pengobatan TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat
II adalah pasien dewasa (78,79%).
Tabel 3.8. Jumlah Kasus TB
KasusJumlah%
TB Anak721,21
TB Dewasa2678,79
Total33100
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II TB 013.3.4.
Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien TB Dewasa BTA Positif pada Akhir
Fase IntensifSebagian besar pasien TB dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA (+) (83,33%) mengalami konversi setelah melakukan
pemeriksaan dahak di akhir fase intensif.Tabel 3.9. Pasien TB Paru
BTA (+) yang Mendapat Pengobatan
Hasil PemeriksaanJumlah%
Konversi 1083,33
Tidak Konversi216,67
Total12100
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II TB 01
3.3.5. Hasil Pengobatan TB Dewasa yang Berobat 6 Bulan di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat IIDari total 12 pasien dengan
pemeriksaan BTA (+) didapatkan persentase tertinggi pada pasien
sembuh (66,67%), sedangkan untuk hasil pemeriksaan BTA (-) semua
pasien menjalani pengobatan lengkap (100%).
Tabel 3.10. Hasil Pengobatan TB Dewasa BTA (+) dan (-)
Diagnosis TBHasil PengobatanJumlah%
BTA (+)Sembuh 866,67
Lengkap 18,33
Meninggal 18,33
Putus Berobat (Default)216,67
Gagal 00
Total BTA (+)12100
BTA (-)Sembuh 00
Lengkap 14100
Meninggal 00
Putus Berobat (Default)00
Gagal 00
Total BTA (-)14100
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II TB 01
3.4. Data SekunderTabel 3.11. Rekapitulasi Pemantauan Program
Penanggulangan TB Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II Periode
Mei November 2013Kategori PemantauanTotal
Jumlah suspek TB dewasa33
Jumlah suspek yang diperiksa dahaknya22
Jumlah seluruh pasien TB (semua tipe)26
Jumlah pasien TB BTA +12
Jumlah pasien TB anak (< 15 tahun) yang ditemukan7
Jumlah pasien baru TB paru BTA + yang konversi10
Jumlah pasien baru TB BTA + yang sembuh8
Jumlah pasien baru TB BTA + yang mendapat pengobatan
lengkap1
Jumlah pasien baru TB BTA + yang putus berobat2
Jumlah pasien TB yang meninggal1
3.5. Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan pada
tanggal 20 21 Mei 2014 di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II,
Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Sumber data yang diambil
berasal dari data primer dan data sekunder.
Tabel 3.12. Jenis Data, Cara Pengambilan dan Variabel yang
DidapatJenis dan Sumber DataMetode PengambilanHasil Variabel
Data Primer
Observasi lapanganObservasi
1. Tenaga1. Sarana medis1. Sarana non medis1. Metode medis1.
Pengorganisasian1. Pencatatan dan pelaporan1. Lingkungan
Kartu Pengobatan Pasien TB (TB.01)
Melihat dokumen dan melakukan pencatatan
1. Kelengkapan data dan status1. Riwayat pengobatan sebelumnya1.
Tipe dan klasifikasi penyakit TB1. Hasil pemeriksaan dahak 1.
Kategori OAT yang digunakan1. PMOHasil pengobatan
Koordinator dan Penanggung Jawab Program Penanggulangan
TBWawancara1. Program penanggulangan TB Paru dan kegiatannya di
Puskesmas Pademangan1. Sumber daya manusia program penanggulangan
TB 1. Dana program penanggulangan TB1. Metode medis dan pelaksanaan
medis dalam program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Kelurahan
dan Kecamatan1. Struktur organisasi, sistem pencatatan dan
pelaporan serta pengawasan program TB1. Pemantauan dan evaluasi
program TB1. Data penyuluhan TB perorangan dan kelompok1. Data
kunjungan ke rumah dalam penemuan kasus baru dan penilaian
kepatuhan berobat1. PMO dan Kader1. Lingkungan fisik dan non
fisik1. Masalah yang dihadapi dalam program
Data Sekunder
Data umum
Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan Data Statistik
Kelurahan Pademangan April 2014Melihat dokumen dan melakukan
pencatatan Data demografi dan kependudukan wilayah Kelurahan
Pademangan Barat II Data peserta JKN-BPJS di kecamatan Pademangan
tahun 2014 Data RW Kumuh di Kelurahan Pademangan Barat II
Data Khusus
1. Register TB Kabupaten/Kota (TB.03)
2. Daftar Suspek (TB.06)Melihat dokumen dan melakukan pencatatan
Jumlah pasien TB paru selama periode April 2013 Maret 2014 Jumlah
pasien TB yang diobati Jumlah pasien TB paru usia anak ( 15 tahun)
yang mendapat pengobatan Jumlah pasien baru TB paru BTA (+) Jumlah
pasien baru TB paru BTA (-) dan rontgen (+) Hasil pemeriksaan dahak
masing-masing pasien Jumlah pasien TB paru kambuh, pindahan atau
defaulter Hasil pengobatan Angka kematian akibat TB
Jumlah Suspek TB Hasil pemeriksaan dahak pasien Kecocokan
pendataaan
BAB IVPERUMUSAN MASALAH4.1. Perumusan MasalahMasalah yang
diambil adalah masalah yang berasal dari indikator keluaran yang
tidak mencapai target yang telah ditetapkan menurut Pedoman
Nasional Penanggulangan TB yang juga diikuti sebagai target di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II.Tabel 4.1. Perumusan
Masalah
No.VariabelTargetDataMasalah
1Angka penjaringan suspek-9+2 x 100 % 17= 64,7%= 75 %9+2 x 100 %
17= 64,7%= 75 %
2Proporsi pasien BTA + diantara suspek5 15%(+)
3Proporsi pasien TB paru BTA + diantara semua pasien TB paru
yang diobati>65%(+)
4Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB 15%(+)
5Angka konversi>80%(-)
6Angka kesembuhan>85%(+)
7Angka keberhasilan pengobatan TB pada BTA +>85%(+)
BAB VPEMBAHASAN1. 2. 3. 4. 5. 5.1. Perumusan MasalahBerdasarkan
perbandingan hasil keluaran dan data, maka masalah yang terdapat
dalam program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II adalah:Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek
yang diperiksa dahaknya berada di atas target 5-15%, yakni 31,81%
(A)Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB
paru berada di bawah angka target 65%, yakni 46,15% (B)Proporsi
pasien TB anak diantara seluruh pasien TB berada di atas target
berkisar 15%, yaitu 21,21% (C)Angka kesembuhan (Cure rate) berada
di bawah target > 85% yaitu hanya 66,67% (D)Angka keberhasilan
pengobatan TB berada di bawah target 85%, yaitu 75%. (E)
5.2. Prioritas MasalahPrioritas masalah ditetapkan melalui
sistem scoring, dimana semakin tinggi skor suatu masalah berarti
masalah tersebut semakin diprioritaskan. Adapun parameter yang
digunakan adalah sebagai berikut :1. Besarnya masalah dilihat dari
kesenjangan terhadap standarSkor :5 = 80 100 %4 = 60 79, 9%3 = 40
59,9 %2 = 20 39,9 %1 = 0 19,9 %2. Berat ringannya masalah terkait
dengan akibat yang ditimbulkanSkor :5 = Berat 4 = Ragu ragu antara
3-53 = Sedang2 = Ragu-ragu antara 1-31 = Ringan3. Sumber daya yang
tersediaSkor :5 = Dapat ditanggulangi4 = Ragu-ragu antara 3-53 =
Kurang dapat ditanggulangi2 = Ragu-ragu antara 1-31 = Tidak dapat
ditanggulangi4. Keuntungan sosial dapat diperolehSkor :5 =
Keuntungan sosial tinggi 4 = Ragu-ragu antara 3-53 = Keuntungan
sosial sedang 2 = Ragu-ragu antara 1-31 = Keuntungan sosial
rendah
Penjelasan Sistem SkoringBesarnya masalah, menggunakan rumus :G
= E - O
Keterangan:G = Gap (kesenjangan)E = Expected (target yang ingin
dicapai)O = Output (data yang diperoleh di lapangan)
Scoring:1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan terhadap
satandar
a.Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang
diperiksa dahaknya berada di atas target 5-15%, yakni 31,81%Masalah
(Gap) = E O = 5% -31,81% ------------15%-31,81%= 26,81% --- 16,81%
Skor 2
b.Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien
TB paru berada di bawah angka target 65%, yakni 46,15% Masalah
(Gap) = E O = 65 % - 46,15% = 18,85% Skor 1
c. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB berada di
atas target berkisar 15%, yaitu 16,3% Masalah (Gap) = E O = 15 % -
21,21%= 6,21 % Skor 1
d. Angka kesembuhan (Cure rate) berada di bawah target > 85%
yaitu hanya 66,67%Masalah (Gap) = E O = 85% - 66,67%= 18,33 % Skor
1
e. Angka keberhasilan pengobatan TB berada di bawah target 85%,
yaitu 75%.Masalah (Gap) = E O = 85% - 75%= 10 % Skor 1
2. Berat ringannya masalah terkait dengan akibat yang
ditimbulkana. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek
yang diperiksa dahaknya berada di atas target 5-15%, yakni
31,81%Persentase pasien TB BTA Positif yang ditemukan diantara
seluruh suspek yang diperiksa dahaknya lebih dari 15% menunjukkan
bahwa terjadi penjaringan yang terlalu ketat dalam melakukan suspek
pasien TB di Puskesmas Kecamatan Pademangan, atau terdapat masalah
dalam pemeriksaan labolatorium berupa positif palsu. Penjaringan
terlalu ketat dapat menjadikan pasien yang salah didiagnosis
dirugikan baik dari segi waktu pengobatan, efek samping OAT, biaya,
dan dapat menjadi beban sosial bagi pasien dan keluarga jika
didiagnosa TB. Dengan banyaknya positif palsu, beban subsidi OAT
dari pemerintah meningkat namun tidak tepat sasaran.(Skor = 5)
b. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien
TB paru berada di bawah angka target 65%, yakni 46,15%Indikator ini
menggambarkan tingkat penemuan pasien TB yang dapat menular di
antara semua pasien TB yang ada. Bila angka ini lebih rendah, dapat
diakibatkan oleh mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan
prioritas terhadap penemuan pasien TB menular. Akibatnya adalah
banyaknya pasien TB BTA Positif yang belum terjaring. Pasien TB BTA
Positif yang tak terjaring dan tidak mendapat pengobatan dapat
menjadi sumber penularan TB dan dalam jangka panjang akan
meningkatkan angka morbiditas TB dan akan berujung pada peningkatan
angka mortalitas akibat TB. (Skor = 5)
c. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB berada di
atas target berkisar 15%, yaitu 16,3% Indikator ini menggambarkan
tingkat ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Bila angka ini
terlalu besar, yaitu >15%, maka terdapat kemungkinan terjadinya
overdiagnosis kasus TB pada anak. Diagnosis TB pada anak sulit
karena gejala TB pada anak sering ditemukan tidak khas dan dalam
pelaksanaannya sering terjadi overdiagnosis maupun misdiagnosis.
Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama dan pengambilan dahak
untuk tujuan diagnosis penunjang biasanya sulit, sehingga
diperlukan kriteria lain yaitu dengan menggunakan sistem skor.
Lebih banyaknya penderita TB anak yang terdiagnosis mengakibatkan
lebih banyak anak yang mendapatkan pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT), padahal mungkin beberapa dari mereka tidak
memerlukannya karena sebenarnya tidak menderita TB. Pemberian OAT
pada anak juga akan meningkatkan risiko efek samping hepatotoksik
seperti ikterik dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan
muntah. Selain itu, pemberian OAT yang tidak tepat juga dapat
menambahkan kejadian MDR TB pada anak. (Skor = 5)
d. Angka kesembuhan (Cure rate) berada di bawah target > 85%
yaitu hanya 66,67%Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah
selesai masa pengobatan, di antara pasien baru TB paru BTA positif
yang tercatat. Angka kesembuhan di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II tidak mencapai target. Hal ini bukan disebabkan karena
kegagalan terapi tetapi karena adanya pasien yang meninggal pada
saat pengobatan, putus obat, dan pasien yang menjalani pengobatan
yang lengkap namun belum diperiksa ulang BTA pada akhir pengobatan
sehingga tidak diketahui apakah pasien sembuh atau tidak. Angka
kesembuhan yang rendah akan mempengaruhi resiko kekambuhan
penyakit, kemungkinan penularan yang meningkat dan kemungkinan
mengalami komplikasi atau kematian. (Skor = 5)
e. Angka keberhasilan pengobatan TB berada di bawah target 85%,
yaitu 75%.Angka keberhasilan menunjukkan persentase pasien baru TB
paru BTA + yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun
pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat. Angka keberhasilan pengobatan yang lebih kecil dari 85%
menunjukkan kurang berhasilnya pengobatan TB pada Unit Pelayanan
Kesehatan. Namun, angka keberhasilan pengobatan yang rendah di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II tidak disebabkan kegagalan
terapi tetapi karena adanya pasien putus berobat dan meninggal
sebelum pengobatan lengkap. Angka keberhasilan pengobatan yang
rendah berhubungan dengan angka morbiditas TB. Apabila angka
morbiditas TB belum dapat diturunkan artinya potensi penularan TB
di masyarakat masih cukup tinggi. (Skor 5)
3. Sumber daya yang tersediaa. Proporsi pasien TB paru BTA
positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya berada di atas
target 5-15%, yakni 31,81%Petugas kesehatan dapat melakukan
penjaringan suspek baik dengan cara aktif maupun pasif. Penemuan
pasif dapat dilakukan oleh dokter dan petugas kesehatan yang ada di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II. Penemuan aktif memerlukan
peran masyarakat yaitu kader khusus TB yang sudah terbentuk di
Kelurahan Pademangan Barat II. Dalam menjaring suspek, diperlukan
keterampilan khusus. Peningkatan keterampilan untuk melakukan
penjaringan suspek dapat diadakan berupa pelatihan sehingga dokter,
petugas kesehatan dan kader memiliki motivasi dan pengetahuan yang
memadai dalam menjaring suspek TB. Akan tetapi, untuk melakukan
pelatihan dibutuhkan perencanaan yang matang sehingga dapat
berjalan dengan baik. Pada saat menjaring suspek TB di rumah
penduduk, petugas kesehatan dan kader dapat memberikan edukasi
terhadap keluarga pasien TB yang tinggal serumah atau memiliki
kontak erat dengan pasien untuk memeriksakan diri yang sudah
dilakukan oleh petugas TB, sehingga dapat mempermudah penjaringan
suspek TB. (Skor = 3)
b. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien
TB paru berada di bawah angka target 65%, yakni 46,15%Untuk
menegakkan diagnosis, diperlukan keahlian dan ketrampilan dari
tenaga kesehatan, termasuk petugas medis dalam menegakkan suspek
TB, petugas laboratorium yang dapat memeriksan dahak dengan
optimal, serta sarana prasarana penunjangnya dan cara pasien
membuang dahak yang benar. Pada Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II, terdapat sumber daya petugas medis yaitu dokter umum yang
bertugas di Balai Pengobatan Umum, satu orang perawat sebagai
penanggung jawab program TB, sedangkan petugas laboratorium serta
fasilitas laboratorium pemeriksaan dahak belum tersedia. Setiap
pasien suspek TB akan dirujuk ke Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
untuk dilakukan pemeriksaan dahak. Angka penemuan BTA (+) ini
sebenarnya dapat diperbaiki dengan koordinasi yang baik dari setiap
petugas kesehatan. Petugas kesehatan di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II dapat memberikan edukasi pada pasien yang akan
melakukan pemeriksaan dahak mengenai cara membuang dahak yang benar
dan petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan dahak
seharusnya sudah mendapatkan pelatihan khusus sehingga dapat
melakukan pemeriksaan dahak dengan benar. Hal ini membutuhkan
perencanaan yang matang agar pelatihan tersebut dapat
berkesinambungan dalam pelaksanaanya.Penjaringan suspek TB juga
membutuhkan peran serta kader dalam menjaring suspek dan memberikan
promosi kesehatan agar masyarakat lebih mengetahui tentang TB. Hal
tersebut dapat dilakukan karena Kelurahan Pademangan Barat II telah
memiliki kader khusus TB, walaupun untuk sekarang belum dilakukan.
(skor = 3)
c. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB berada di
atas target berkisar 15%, yaitu 16,3%Dalam melakukan diagnosis TB
pada anak diperlukan ketrampilan klinis dalam menentukan skoring
terhadap pasien. Pada Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II,
sistem skoring dilakukan oleh dokter umum dan pemeriksaan mantoux
dapat dilakukan oleh petugas TB. Pemeriksaan penunjang lain seperti
foto rntgen tidak dapat dilakukan di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II, namun foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB
anak. Masalah diagnosis dapat diatasi oleh dokter yang ada, namun
kebutuhan sarana prasarana seperti tes mantoux dan foto rontgen
masih membutuhkan bantuan, sehingga hal ini dapat memberikan
kemungkinan missing dari follow-up pemeriksaan pasien. (skor 2)
d. Angka kesembuhan (Cure rate) berada di bawah target > 85%
yaitu hanya 66,67%Permasalahan angka kesembuhan yang tidak mencapai
target dapat disebabkan oleh pengobatan yang tidak teratur dan
tidak tuntas serta tidak dilakukannya pemeriksaan dahak berkala
untuk memantau hasil pengobatan. Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II memiliki dokter serta perawat sebagai penanggungjawab
program TB untuk melakukan edukasi, juga memberikan motivasi pada
pasien TB mengenai pentingnya keteraturan dalam minum obat dan
melakukan pemeriksaan dahak berkala. Kader khusus TB juga dapat
melakukan promosi kesehatan dan edukasi kepada pasien TB untuk
menjalani pengobatan lengkap dan melakukan pemeriksaan dahak
berkala. Selain itu, Pengawas Minum Obat (PMO) juga mempengaruhi
apakah seorang pasien TB rutin dalam meminum obat atatu
tidak.(skor: 4)
e. Angka keberhasilan pengobatan TB berada di bawah target 85%,
yaitu 75%Angka keberhasilan pengobatan selain dipengaruhi oleh
pasien, juga dipengaruhi oleh pemantauan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan dan Pengawas Minum Obat (PMO) yang ditunjuk oleh
pasien TB. Seorang pasien TB membutuhkan motivasi untuk meneruskan
pengobatan secara lengkap. Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II
memiliki 1 orang dokter umum dan 1 orang petugas TB yang dapat
memberikan edukasi dan motivasi agar pasien dapat menuntaskan
pengobatan dan melakukan kontrol secara rutin untuk melakukan
pemeriksaan dahak. Pemeriksaan dahak berkala sangat dibutuhkan
untuk memantau hasil pengobatan. (skor 4)4. Keuntungan sosial yang
diperoleha. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek
yang diperiksa dahaknya berada di atas target 5-15%, yakni
31,81%Penjaringan yang terlalu ketat menyebabkan pasien yang
seharusnya tidak didiagnosis dengan penyakit TB mendapatkan
pengobatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan berbagai masalah
pada pasien. Pemeriksaan laboratorium yang positif palsu secara
tidak langsung menyebabkan pemakaian obat pada pasien yang tidak
tepat. Efek samping obat OAT cukup banyak dan dapat menimbulkan
kerugian pada pasien. Jika angka ini dapat diperbaiki maka
keuntungan sosial yang diperoleh adalah penggunaan OAT akan lebih
efektif, hanya pada pasien yang benar-benar terdiagnosis sebagai
pasien TB.(skor: 4)
b. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien
TB paru berada di bawah angka target 65%, yakni 46,15%Nilai
indikator yang rendah menunjukkan banyaknya pasien TB BTA Positif
yang belum terjaring, dan juga berpotensi menularkan kuman TB
kepada orang di sekitarnya, yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
kasus TB, yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka mortalitas
dan morbiditas. Perbaikan indikator ini akan memberikan keuntungan
sosial berupa kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, yang secara
tidak langsung berdampak pada produktivitas dan ekonomi. (Skor =
5)
c. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB berada di
atas target berkisar 15%, yaitu 16,3%Kejadian overdiagnosis TB anak
akan menimbulkan penggunaan OAT yang tidak perlu pada anak. Selain
itu, diagnosis TB pada seorang anak juga dapat berpengaruh kepada
kehidupan dan aktivitas sehari-hari dari seorang anak. Kejadian
overdiagnosis ini juga dapat menyebabkan angka MDR TB pada anak
semakin tinggi. (Skor = 5)
d. Angka kesembuhan (Cure rate) berada di bawah target > 85%
yaitu hanya 66,67%Dengan meningkatkan angka kesembuhan, pasien yang
menderita TB mendapat keuntungan karena terbebas dari penyakit dan
kualitas hidup meningkat, kemungkinan terjadi kekambuhan kecil,
orang di sekitar tidak mendapat risiko penularan, dan akan
menurunkan beban pemerintah terutama dalam pendanaan OAT dan sarana
prasarana program TB. Keberhasilan pengobatan yang ditandai dengan
kesembuhan juga akan meningkatkan dukungan program pengobatan TB di
masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa TB merupakan
penyakit yang dapat disembuhkan jika berobat teratur. Hal ini
secara tidak langsung akan menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas TB. (Skor = 5)
e. Angka keberhasilan pengobatan TB berada di bawah target 85%,
yaitu 75%Peningkatan angka keberhasilan pengobatan yang rendah
menunjukkan rendahnya jumlah pasien TB yang mendapatkan OAT secara
lengkap. Hal ini menyebabkan penyakit TB tidak diobati secara
lengkap, sehingga pasien TB masih dapat menularkan TB kepada
keluarga dan masyarakat yang ada di sekitarnya, sehingga
kesejahteraan hidup masyarakat disekitar penderta TB dapat
terganggu. (Skor = 4)
Tabel 5.1. Skoring Prioritas Masalah
ParameterABCDE
Besarnya masalah21111
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan55555
Dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada33244
Keuntungan sosial45554
Total Skoring1414131514
Berdasarkan sistem skoring yang telah dilakukan maka yang
menjadi prioritas masalah adalah angka kesembuhan (Cure rate)
berada di bawah target > 85% yaitu hanya 66,67%.
5.3. Penyebab MasalahTabel 5.2. Penyebab Masalah
Penyebab Masalah: Rendahnya Angka Kesembuhan (Cure Rate) yaitu
66,67% Dibandingkan dengan Target 85%
JenisAda/tidak; sesuai/tidak
INPUT
Petugas Puskesmas
Ada namun belum optimalJumlah petugas yang bertanggung jawab
atas berlangsungnya Program TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II sudah memenuhi standar minimal. Namun dalam pelaksanaannya
masih belum dapat dikatakan optimal dikarenakan petugas pemegang
program TB yang juga merangkap menjadi pemegang program lain di
Puskesmas, sehingga petugas tidak dapat mengurus program TB secara
optimal.
Bantuan Masyarakat
Ada namun belum mencukupiKader khusus yang bergerak dalam
program TB sudah terbentuk, tetapi jumlah kader tersebut belum
mencukupi, hanya terdiri dari 2 orang kader khusus TB.
Sarana Non Medis: Ruangan atau Poli Paru khusus TB
Tidak adaTidak terdapat ruangan khusus penanganan pasien TB
ataupun Poli Paru khusus TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat
II. Pasien TB yang akan mengambil rujukan pemeriksaan dahak atau
ingin mengambil obat langsung menuju Ruang Tindakan yang juga
menjadi tempat penyimpanan OAT.
Sarana Non Medis: Media PenyuluhanTidak adaTidak terdapat media
penyuluhan mengenai TB seperti poster maupun brosur.
PROSES
Pembagian tugas dan pelatihanTidak dilakukan Pembagian tugas
tidak dilakukan karena yang bertanggung jawab terhadap program TB
di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II hanya satu orang. Sampai
saat ini, petugas penanggung jawab program TB di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II belum mendapatkan pelatihan, sehingga
evaluasi kinerja ataupun evaluasi dampak paska pelatihan belum
dapat dilakukan.
Penyuluhan IndividualDilakukanPenyuluhan individual dilakukan
kepada pasien saat datang untuk kontrol rutin dan mengambil OAT,
yang didampingi oleh PMO. Berdasarkan wawancara dengan petugas TB,
sebagian besar pasien tidak datang dan hanya mengutus PMO saat
pengambilan obat sehingga penyuluhan terhadap pasien belum
maksimal.
Penyuluhan kelompok
Tidak DilakukanPenyuluhan kelompok tidak dilakukan.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB dengan kunjungan rumah
penderita Tidak dilakukanKunjungan rumah untuk pemeriksaan terhadap
kontak pasien TB dengan orang serumah atau kerabat dekat tidak
dilakukan karena belum adanya jadwal tetap untuk melakukan
kunjungan. Kunjungan rumah untuk pasien yang tidak melanjutkan
pengobatan jarang dilakukan. Apabila pasien TB tidak datang untuk
mengambil obat lebih dari tiga hari dari batas pengembalian obat,
petugas TB akan menelepon pasien atau PMO untuk mengingatkan.
Penetapan pasien dengan gejala klinis TBSesuai. Penetapan pasien
dengan gejala klinis sudah sesuai, gejala klinis pada pasien dengan
suspek TB dituliskan dalam status BPU. Gejala yang dituliskan
sesuai dengan standar alur diagnosis yang ditetapkan dalam pedoman.
Alur standar juga tertempel pada ruangan BPU.
UMPAN BALIK
Monitoring dan notulenDilakukan Monitoring dilakukan setiap 3
bulan, melalui supervisi yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan
Pademangan. Supervisi yang dilakukan ditujukan untuk memantau
kinerja petugas TB di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II,
mempelajari masalah yang ada di Puskesmas serta pemecahannya yang
berkaitan dengan program TB, serta rekomendasi dan saran perbaikan.
Sedangkan supervisi untuk pelatihan tidak dapat dilakukan
dikarenakan petugas pemegang program TB di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II belum mendapatkan pelatihan.
Lingkungan Lingkungan fisikMasih banyaknya rumah kumuh dengan
kesehatan lingkungan yang buruk di Kelurahan Pademangan Barat II
dan belum sesuai dengan kriteria Rumah Sehat yang ada, terutama
kurangnya pencahayaan serta ventilasi udara.
38
5.5. Pemecahan Masalah
1. Melakukan Kunjungan ke Rumah Pasien yang Tidak Mengambil Obat
Sesuai Dengan Jadwal Pengambilan Obat yang Telah
DitetapkanPelaksana (Who)Dokter atau petugas TB selaku penanggung
jawab program TB
Waktu (When)Setiap ada pasien yang tidak mengambil obat sesuai
dengan jadwal
Tempat (Where)Rumah pasien
Materi (What) Menanyakan alasan pasien TB tidak mengambil obat
sesuai dengan jadwal: Kenapa pasien tidak datang mengambil obat?
Apakah ada masalah dalam meminum obat TB? Apakah lupa waktu dalam
meminum obat TB? Apakah pelayanan petugas TB kurang memuaskan?
Apakah petugas TB berpindah-pindah? Membahas mengenai materi TB:
Bahaya TB Pengobatan dan cara minum obat Evaluasi pengobatan
Pentingnya melakukan pengobatan TB hingga tuntas
Sasaran (Who)Pasien, keluarga dan orang terdekat pasien, PMO
Tujuan (Why)Meningkatkan motivasi dan memberikan edukasi pada
pasien agar melanjutkan pengobatan TB sehingga dapat menyelesaikan
pengobatan
Cara (How) Melihat jadwal pengambilan OAT pada pasien di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II Merencanakan rencana
kunjungan Membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan petugas
kepada pasien Melakukan konseling kepada pasien mengenai pentingnya
pengobatan teratur pada TB agar pasien mau kembali mengambil obat
pada waktu yang telah ditentukan
2. Pelatihan kader untuk membantu kesembuhan dan edukasi
pengobatan pasien TBPelaksana (Who)Dokter dan Petugas TB selaku
penanggung jawab program TB.
Waktu (When)Pertemuan diadakan setiap 3 bulan sekali
Tempat (Where)Di Aula Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat
II
Materi (What) Membahas mengenai penyakit TB beserta
komplikasinya Membahas mengenai pentingnya pengobatan TB dan
pentingnya melakukan pengobatan teratur sehingga akhirnya dapat
memutuskan rantai penularan Keterampilan komunikasi dan edukasi
dalam membantu kesembuhan pengobatan pasien Membahas manfaat,
tugas, dan peranan dari pengadaan kader TB Pre Test dan Post Test
tentang materi yang telah disampaikan dalam pelatihan untuk
mengetahui sejauh mana pengertian para kader TB. Role Play untuk
melihat kader TB melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien TB.
Tugas kader TB: Melakukan penyuluhan kelompok atau diskusi TB
berkala dengan masyarakat di lingkungannya. Memberikan penyuluhan
individual pada penderita TB dan PMO Melakukan penjaringan suspek
TB di wilayahnya Memantau kepatuhan pengobatan pasien TB di
wilayahnya.
Sasaran (Who) Kader di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Penjaringan Masyarakat yang secara sukarela mau menjadi kader TB,
terutama mantan pasien TB dan PMO. Tokoh Masyarakat
Tujuan (Why) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader TB
lama terutama dalam pemantauan pengobatan TB Mengangkat atau
melantik kader TB agar dapat meningkatkan penemuan kasus TB,
melakukan penyuluhan mengenai TB dengan baik, serta menekankan
pentingnya berobat hingga tuntas.
Cara (How)1. Penyusunan jadwal pelatihan dan pembentukan kader
TB.2. Menghubungi tokoh masyarakat (ketua RT, ketua RW, PKK, dan
tokoh agama) mengenai rencana pelatihan dan pembentukan kader TB3.
Menghubungi kader dan melakukan pertemuan dengan kader TB lama
mengenai rencana pelatihan kader TB lama dan baru4. Menghubungi dan
melakukan pertemuan dengan warga yang sudah sembuh dari TB dengan
pengobatan yang lengkap dan teratur mengenai rencana pembentukan
kader TB serta menanyakan kesediaan untuk berperan aktif sebagai
kader.5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang acara
pembentukan kader TB6. Menyiapkan materi yang akan disampaikan,
serta soal pre-test dan post-test yang akan dibagikan kepada kader
dan calon kader
3. Melakukan Penyuluhan Kelompok mengenai TB dan pentingnya
pengobatan TBPelaksana (Who)Dokter Puskesmas dan petugas TB
Kelurahan Pademangan Barat II
Waktu (When)Setiap 2 bulan
Tempat (Where)Ruang Aula di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat
II
Materi (What)Informasi mengenai TB meliputi definisi, penyebab,
faktor resiko, cara penularan, gejala apabila terkena TB, dan
komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit TB, pentingnya
pengobatan TB secara rutin dan lengkap, bahaya apabila pengobatan
TB tidak tuntas, peran PMO dalam kesembuhan penderita, dan peran
tokoh masyarakat dalam penemuan dan pencegahan penyebaran TB
Sasaran (Who)Pasien TB, keluarga pasien, PMO, tokoh masyarakat,
dan masyarakat di Kelurahan Pademangan Barat II
Tujuan (Why)Meningkatkan pengetahuan akan penyakit TB dan
pentingnya pengobatan TB
Cara (How) Menyusun jadwal pelaksanaan penyuluhan kelompok
Dokter mempersiapkan materi penyuluhan TB Memberikan undangan
kepada para tokoh masyarakat Seluruh petugas kesehatan membantu
melakukan sosialisasi acara penyuluhan kelompok TB melalui: -
Informasi di Puskesmas pada jam kerja Puskesmas- Pemasangan poster
dan penyebaran leaflet mengenai acara penyuluhan TB- Penyebaran
informasi dibantu oleh tokoh masyarakat seperti ketua RW, ketua RT,
dan kader
4. Menambah jumlah media promosi kesehatan TB dan pengobatan
TBPelaksana (Who)Petugas TB selaku penanggung jawab program TB
Waktu (When)Setiap 6 bulan
Tempat (Where)Dinding ruang tunggu pasien, dinding apotek, pintu
masuk puskesmas, ruang BPU
Materi (What) Penyakit TB dapat disembuhkan Gejala TB Pentingnya
keteraturan berobat dalam kesembuhan TB Pentingnya pemeriksaan
untuk mengonfirmasi kesembuhan TB Cara mengatasi efek samping
pengobatan TB
Sasaran (Who)Seluruh warga yang berkunjung ke Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II
Tujuan (Why)Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penderita dan
masyarakat mengenai TB dan pentingnya menyelesaikan pengobatan
hingga sembuh.
Cara (How) Menentukan materi yang penting untuk ditampilkan di
dalam poster Mendesain poster yang menarik dan mudah dipahami oleh
masyarakat Menentukan tempat yang tepat untuk dipasangi poster
Melakukan pencetakan poster sesuai jumlah yang dibutuhkan
BAB VIPENUTUP1. 2. 3. 4. 5. 6. 6.1. KesimpulanBerdasarkan hasil
keluaran evaluasi kinerja program penanggulangan TB di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II pada periode Mei November 2013, telah
ditemukan beberapa nilai indikator yang belum mencapai target
sesuai program penanggulangan TB Nasional. Hal ini berarti bahwa
kinerja Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II belum optimal.
Masalah yang ditemukan di Puskesmas Kecamatan Pademangan Barat II
ada lima, dan setelah dilakukan scoring, didapatkan satu masalah
yang menjadi prioritas, yaitu rendahnya angka kesembuhan yang hanya
mencapai 66,67% dari target sebesar 85%. Masalah ini dapat terjadi
karena kurangnya follow-up penderita oleh petugas TB, kurangnya
peran serta masyarakat dalam membantu kesembuhan, dan kurangnya
pengetahuan dan kesadaran pasien, PMO, dan masyarakat tentang TB
dan pengobatan TB.Kurangnya follow-up disebabkan karena petugas TB
hanya menelepon dan tidak melakukan kunjungan ke rumah penderita
apabila penderita tidak datang untuk mengambil obat sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Penyebab kedua adalah kurangnya peran
serta masyarakat disebabkan karena kader yang belum terlatih untuk
membantu kesembuhan berobat dan juga melakukan edukasi pengobatan
pada pasien TB. Penyebab terakhir adalah kurangnya pengetahuan dan
kesadaran baik dari pasien, PMO, maupun masyarakat. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kegiatan promosi ataupun penyuluhan
kelompok tentang TB dan pengobatan TB serta kurangnya sarana
promosi kesehatan pasif seperti poster tentang TB dan pengobatan
TB.
6.2. SaranBerdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka diajukan beberapa saran yang untuk meningkatkan angka
keberhasilan pengobatan TB:1. Melakukan kunjungan ke rumah pasien
yang tidak mengambil obat sesuai dengan jadwal pengambilan obat
yang telah ditetapkan2. Pelatihan Kader untuk membantu kesembuhan
dan edukasi pengobatan pasien TB3. Melakukan penyuluhan kelompok
mengenai TB dan pentingnya pengobatan TB4. Menambah jumlah media
promosi kesehatan TB dan pengobatan TB
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta; 20112. [WHO] World Health
Organization. Combating Tuberculosis in Children; 2011. Downloaded
from:
http://www.who.int/tb/challenges/childhood_tb_informationsheet.pdf3.
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. Tuberculosis
Elimination. 2011. Available at:
http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/general/tb.htm4.
[WHO] World Health Organization. Combating Tuberculosis in
Children; 2011. Downloaded from:
http://www.who.int/tb/challenges/childhood_tb_informationsheet.pdf5.
World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2013.
Perancis; 2013.6. [UN] United Nations. Millenium Development Goals
2015. Available at : http://www.un.org/millenniumgoals/bkgd.shtml
[25 Februari 2013]7. Zumla A et al. Tuberculosis. The New England
Journal of Medicine 2013; 368: 745-755.8. [Depkes] Departemen
Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013.
46