Fraktur 1/3 Distal Femur DextraShabrina
Khairunnisa102011339Kelompok C7Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta
11510 SkenarioSeorang laki-laki usia 18 tahun, dibawa ke UGD RS
setelah jatuh ketika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan
sedang. Laki-laki tersebut mengalami kesakitan pada tungkai bawah
kanan diatas sendi lutut. Laki-laki tersebut tidak dapat berdiri
& merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan tanda tanda vital dalam batas normal.
Pada regio femur dextra distal tampak edema, hematom dan
deformitas, krepitasi (+), nyeri tekan (+), pulsasi distal teraba,
tidak melemah, gerakan tungkai terbatas.PendahuluanTingkat
kecelakaan di Indonesia terbilang cukup tinggi. Dimana kecelakaan
tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup tinggi bagi korban
kecelakaan lalu lintas tersebut. Akibat yang ditimbulkan bagi
korban itu sendiri dapt berupa efek fisik dan psikis. Dari segi
fisik tentunya kecelakaan dapat menyebabkan timbulnya luka pada
setiap jaringan tubuh yang terkena trauma dari kecelakaan lalu
lintas baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek langsung
dari trauma tersebut dapat berupa adanya fraktur, luka terbuka
ataupun kerusakan pada organ dalam tubuh yang dapat juga
menyebabkan kematian. Sedangkan efek psikis dari kecelakaan lalu
lintas dapat berupa trauma ataupun rasa takut.Fraktur sebagai
akibat dari trauma langsung dapat terjadi pada setiap tulang tubuh
tergantung dari penyebab dan mekanisme terjadinya trauma. Fraktur
adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang
yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun
patologis. Fraktur dapat bersifat tunggal maupun multiple dimana
pada fraktur ini dapat mengenai beberapa tulang yang terjadi secara
bersamaan dan dapat menimbulkan beberapa macam masalah.Pada
Skenario, seorang laki- laki berusia 18 tahun dibawa ke UGD RS
karena jatuh ketika mengendarai sepeda motornya. Laki- laki merasa
kesakitan pada tungkai kanan bawahnya. Kecelakaan itu ternyata
mengenai tulang femur di bagian distal pada laki- laki itu.
Selanjutnya akan dibahas mengenai fraktur ini lebih lanjut pada
makalah ini. Rumusan Masalah: Laki laki umur 18 tahun jatuh dari
motor dan diduga mengalami fraktur femur.Hipotesis: Laki- laki
tersebut diduga mengalami fraktur femur.
Anamnesis1Pada anamnesis, didapatkan adanya nyeri ataupun
ketidak mampuan untuk berjalan. Anamnesis ini penting apakah pasien
mengalami trauma dengan energi besar atau kecil. Kecelakan motor,
jatuh dari ketinggian atau ditabrak mibil merupakan contoh trauma
dengan energi tinggi. Anamnesis lain yang perlu ditanyakan adalah
apakah pasien mempunyai penyakit lain seperti penyakit jantung,
diabetes atau arteri korener yang dapat menimbulkan resiko besar
untuk timbulnya komplikasi dari trauma yang terjadi.Pemeriksaan
Fisik2-4Pertama hal yang harus di periksa adalah kesadaran apakah
masih dalam kesadaran penuh atau tidak. Setelah itu periksa tanda-
tanda vitalnya seperti tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi dan
frekuensi pernapasannya. Perlu juga di periksa apakah adanya syok,
perdarahan atau kelainan patologis lainnya. Seperti pada skenario
terlihat adanya edema, hematom dan deformitas pada regio distal
femur dextranya. Pemeriksaan fisik berikut bisa dilakukan: Inspeksi
(Look)Arti inspeksi adalah dilihat. Dilihat secara anterior,
posterior dan lateral dari frakturnya dengan melihat bagian yang
dikeluhkan oleh pasien tersebut apakah ada pembengkakan, memar dan
deformitas. Apakah ada hal lain yang abnormal. Hal lain yang juga
penting adalah jika kulit tersebut robek atau tidak. Serta luka
yang memiliki hubungan dengan fraktur tersebut. Palpasi
(Feel)Palpasi adalah meraba, jika ada nyeri tekan ditempat fraktur
tersebut. Perlu juga memmeriksa nadi/ pulsasi apakah lemah atau
kuat di tempat tersebut. Bisa saja terjadi cedera pembuluh darah
yang menunjukan keadaan darurat yang perlu pembedahan. Pergerakan
(Movement)Pada pergerakan dapat ditemukan gerakan abnormal seperti
krepitasi atau bunyi kretek- kretek pada sendi yang terdapat
fraktur terutama pada sendi lutut dengan. Dengan cara Tes Thomas
dapat diketahui krepitasi tersebut. Tapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi- sendi di bagian
yang mengalami cedera jika pasien tersebut masih dalam keadaan
sadar. Neiurovaskular distal (NVD)Hal yang dinilai adalah pulsus
arteri, sensasi motorik dan sensorik. Pada fraktur femur distal ini
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap arteri poplitea.
Pemeriksaan Penunjang5 Rontgent RadiologiFraktur dapat terlihat
dengan pemeriksaan klinik. Walaupun demikian, pemeriksaan
radiologis diperlukan untuk keadaan serta lokasi fraktur. Untuk
menghindari kesalahan dalam penatalaksanaan diperlukan pemeriksaan
foto tulang ini. Tujuannya untuk konfirmasi adanya fraktur,
bagaimana letak dan jenis frakturnya. Dari foto juga bisa
diperkirakan kapan fraktur nya terjadi, apakah baru atau sudah dari
lama. Serta melihat benda asing yang masuk ke tulang itu apa tidak,
walau misalnya fraktur itu tertutup, tetap harus dilihat juga
supaya tidak salah dalam pengobatan.5
Gambar Gambaran radiologi padafraktur suprakondilar femur MRI
(Magnetic Resonance Imaging)MRI menghasilkan gambar yang dapat
menunjukan perbedaan yang sangat jelas dan lebih sansitif untuk
menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh terutama otak, sumsum
tulang belakang, saraf dibanding CT Scan atau X-ray biasa. MRI juga
bisa digunakan untuk susunan muskuloskeletal seperti otot,
ligament, tendon, ruang sendi atau pun fraktur. Tapi struktur
tulang akan lebih dapat diteliti lebih baik dengan CT Scan.
Gambar. Foto MRI pada lutut kanan CT Scan (Computer Tomography
Scan)CT Scan adalah jenis x-ray khusus yang menggunakan komputer.
Mirip dengan MRI hanya saja CT dibuat lebih mudah untuk melihat
tumor dalam jaringan otak. CT sangat baik untuk struktur
tulang.
Gambar. Femur pada foto CT Scan
Differential Diagnosis1. Fraktur5 Jenis Fraktur Tanda tidak
pasti fraktur: edema, nyeri, memar. Tanda- tanda fraktur: nyeri
gerak, nyeri sumbu, krepitasi ditempat fraktur. Tanda pasti
fraktur: pemendekan, rotasi, angulasi, false movement. Berdasarkan
dengan dunia luar Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka
(open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka
terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo) yaitu:
Derajat I: Luka 10cm, Tulang rusak secara komunitif, banyak oto
rusak, kulit masih dapat menutup luka.b. Adanya kulit yang tidak
dapat menutup luka (skin loss)c. Terdapat lesi neuro- vaskuler
(mengenai saraf) Berdasarkan bentuk patah tulang5 Fraktur complete
yaitu pemisahan tulang menjadi 2 fragmen Fraktur incomplete yaitu
patah bagian dari tulang tanpa adanya pemisahan. Fraktur comminate
yaitu fraktur lebih dari 1 garis fraktur, fragmen tulang patah
menjadi beberapa bagian. Impacted fraktur yaitu salah satu ujung
tulang menancap ke tulang didekatnya
Berdasarkan garis patahnya5 Green stick yaitu retak pada sebelah
sisi tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek/
tulang yang masih dalam pertumbuhan. Transverse yaitu patah tulang
pada posisi melintang. Longitudinal yaitu patah tulang pada posisi
memanjang Oblique yaitu garis patah miring Spiral yaitu garis patah
melingkar tulang
Gambar. Jenis- jenis fraktur.2. DislokasiDislokasi adalah
peristiwa dimana tulang lepas dari tempat yang seharusnya. Jadi
kmisalnya pada caput femur yang lepas dari fossa acetabulum atau
caput humerus yang lepas dari scapula.
3. Fraktur DislokasiFraktur ini terjadi pada tulang yang sama.
Jadi, pada satu tulang terdapat patahan, dan tulang itu juga lepas
dari tempat yang seharusnya. Patahannya bisa berbentuk apa saja.
Misalnya pada caput femur yang lepas dari fossa acetabulum dan pada
batang nya mengalami patahan.
4. Fraktur & DislokasiFraktur dan dislokasi berarti terjadi
pada tulang yang berbeda. Jadi ada 2 tulang dalam hal ini.
Patahannya pun juga bisa apa saja. Satu tulang mengalami fraktur
dan satunya mengalami dislokasi. Contohnya pada tulang ulna yang
mengalami patah dan lepasnya dari tulang radius.
Working Diagnosis5-6 Fraktur FemurDalam hal ini, laki- laki itu
merasa kesakitan pada paha bagian distalnya sebelah kanan. Pada
paha manusia hanya ada satu tulang, yaitu tulang femur. Jadi
diaognosis fraktur & dislokasi bisa disingkirkan. Selain itu,
pasien mengalami fraktur dibagian distal femur kanan yang berarti
dislokasi femur juga tidak memungkinkan karena dislokasi femur
terjadi pada caput femur yang terlepas dari fossa acetabulum tulang
pelvis. Dengan demikian, diagnosis fraktur dislokasi juga
tersingkirkan. Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah fraktur femur
pada bagian 1/3 distal dextra nya. Dari bukti foto rontgent
radiologi pasti bisa menambah bukti bahwa adanya fraktur di bagian
tersebut. Karena fraktur pasien terletak pada 1/3 distal femur
kanan yang mendekati lututnya, jadi kemungkinan fraktur tersebut
terletak di daerah supracondylar. Fraktur pasien ini juga
digolongkan ke closed fracture atau fraktur tertutup karena tidak
adanya luka, lesi atau benda dari luar yang masuk ke paha dan
lututnya.
Gambar. Epicondylus pada bagian distal femur
Penatalaksanaan7 Medika MentosaPemberian obat- batan pada
penderita trauma dengan fraktur tidak banyak. Hanya saat operasi,
perlu diberikan anastesi. Karena pembedahan ekstremitas bawah lebih
kompleks dari ektremitas atas, maka diperlukan Spine anasthetic.
Serta setelah operasi, pasien harus diberi antibiotika dosis
tinggi. Non- Medika MentosaPasien dengan fraktur membutuhkan
istirahat yang cukup untuk memulihkan tulang dan sendi- sendi
disekitarnya. Pasien harus terus memantau perkembangan pasca
operasi, dan harus merehabilitasi kaki yang dioperasi supaya bisa
kembali berjalan.
Tindakan PembedahanPengelolaan penderita yang terluka memerlukan
penilaian yang cepat dan pengalolaan yang tepat untuk menghindari
kematian. Pada penderita trauma, waktu sangatlah penting, karena
itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Sebelum
mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan, prinsip pada
fraktur ada 4 atau prinsip 4R:7
RecognitionYaitu penilaian dan diagnosis fraktur. Prinsip
pertama adalah mengetahui dan menilai keadan fraktur dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinik serta radiiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan juga lokalisasi fraktur, bentuk
fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan dan
komplikasi yang mungkin terjadi setelah pengobatan. ReductionYaitu
reduksi draktur atau tindakan pengembalian tulang ke posisi semula
agar dapat berfungsi kembali seperti semula. Pada fraktur
intra-artikuler diperlukan reduksi atau dibenarkan secara anatomis
dan mengembalikan fungsi normal. Tidak hanya tulang, sendi pun juga
harus dibenarkan untuk mencegah komplikasi seperti kekakuan, dan
deformitas. RetainingArtinya tindakan imonilisasi untuk
mengistirahatkan alat gerak yang sakit tersebut sampai mendapat
kesembuhan. Dalam kasus ini laki- laki tersebut berarti harus
istirahat dengan tidak boleh banyak berjalan karena akan berdampak
pada femurnya. RehabilitationAdalah tindakan untuk mengembalikan
kemampuan dari anggota atau alat gerak yang sakit agar dapat
berfungsi kembali. Berarti pasien harus berlatih berjalan misalnya
dengan gips, atau tongkat supaya tulang femurnya bisa berfungsi
dengan baik. Terapi pada fraktur dapat berupa operatif dan non-
operatif:7a. Terapi non-operatifTerapi non-operatif termasuk
reduksi tertutup dan traksi skeletal dengan membenarkan lewat
operasi tertutup dan imobilisasi cast yaitu dengan gips. Metode ini
diharuskan dengan kenyamanan di tempat tidur, waktu yang lama,
mahal, dan tidak cocok dengan pasien dengan kerusakan multiple
serta pasien yang tua. Beberapa fraktur dapat direduksi dengan
traksi yang melewati traksi skeletal yang melewati distal femur
atau proximal tibia. Tapi, pemasangan dari pin pada distal femur
bisa menjadi sulit karena bisa menjadi pembengkakan jaringan lunak
(tendon), hemaarthrosis dan fraktur komunisi.
Gambar. A) titik masuk pin 2cm dibawah dan belakang dari
tuberositas tibia. B) pin dimasukan dari lateral ke medial. C) pin
terpasang paralel menghadap ke sendi lutut.
b. Terapi operatif7Lebih dikenal dengan tindakan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Dengan internal fiksasi dapat menjadi
cara reduksi fraktur, khususnya pada permukaan sendi. Jika
fasilitas tersedia, terapi ini menjadi suatu pilihan yang baik.
Pada pasien yang lebih tua, imobilisasi yang lebih cepat merupakan
hal penting dan fiksasi internal merupakan suatu yang wajib
dilakukan. Kadang, keadaan tulang yang osteoporotic, namun
perawatan di tempat tidur lebih mudah dan pergerakan lutu dapat
dimulai lebih cepat. Alat yang digunakan adalah: Locked internal
medullary nail untuk tipe fraktur ringan
Plat, dipasang pada permukaan lateral femur. (cocok untuk tipe
fraktur berat)
Lag screw, cocok untuk tipe fraktur sedang yang dipasang paralel
dengan kepala screw dimasukan kedalam sendi untuk menghindari
pengelupasan dari permukaan sendi juga menjaga untuk menghindari
kerusakan supracondylar.
Komplikasi3,8a. Komplikasi diniKerusakan arteri. Insiden
kerusakan arteri memang jarang, tapi juga harus diwaspadai.
Contohnya seperti kerusakan arteri poplitea setelah trauma. Hal ini
terjadi karena kumpulan vaskular terhambat. Serta bisa juga karena
laserasi langsung. b. Komplikasi lanjut Kekakuan sendi lutut. Hal
ini hampir tidak dapat dihindari, karena itu diperlukan banyak
latihan. Non-union. Hal ini dapat disertai kekakuan lutut dan
mungkin diakibatkan oleh gerakan lutut yang dipaksakan terlalu
awal. Fraktur sulit diterapi dan kecuali kalau dilakukan dengan
hati- hati. Mal-union. Fiksasi internal sangat sulit dan malunion
kadang terjadi. Osteotomi dibutuhkan pada pasien yang masih
melakukan aktivitas fisik untuk melakukan koreksi terhadap malunion
yang terjadi.
Prognosis8Prognosis dari kasus fraktur femur tergantung tipe dan
tingkat keparahan fraktur. Semakin kompleks fraktur yang terjadi,
semakin jelek prognosisnya. Pada umumnya terapi yang sesuai akan
memberikan hasil yang baik pada pasien.
KesimpulanKesimpulannya laki- laki itu menderita fraktur femur
tertutup pada bagian 1/3 distal dextra. Maka hipotesis terbukti.
Fraktur tersebut kemungkinan besar terletak dibagian supracondylar.
Bentuk frakturnya bisa bermacam- macam. Maka dari itu, diperlukan
pemeriksaan fisik dan penunjang seperti foto polos tulang
radiologis untuk memastikannya. Selanjutnya adalah tindakan
pembedahan jika perlu. Karna frakturnya tetutup dan masih di
kategori ringan, maka cara operatif lah yang baik serta dengan
locked internal medullary nail yang cocok untuk fraktur pasien ini.
Namun, jika tidak ditangani dengan cepat dan benar, komplikasi
dapat terjadi. Jadi, pasien dengan fraktur harus ditangani dengan
cepat dan tepat.
Daftar Pustaka1. Gleadle J. At a glance Anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Erlangga Medical Series. Jakarta, 2005, Hal:
106.2. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT
YarsifWatampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361.3. Kasem
K. Management of supracondylar fracture of the demur. Departmment
of orthopaedic surgery & traumatology. Faculty medicine minia
university. 2004p.52-65, 89-91.4. Chairuddin R. Penghantar ilmu
bedah ortopedi. 2003. Makassar Hal; 355-585. Patel P R. Lecture
notes radiologi. Erlangga medical series. Edisi ke-2. Jakarta,
2007, Hal: 222-5.6. Chapman, M W. Chapmans orthopaedic surgery 3rd
edition. Lippincolt william wilkins. 2001, Hal;710.7. Sabiston.
Buku ajar bedah. Edisi ke-2. Penerbit buku kedokteran, EGC.
Jakarta, 1994, Hal; 380-3.8. Alpley A G. Appleys system of
orthopaedics and fractures 9th edition. Butterworths medical
publications.2010.p687-90.
8