Konjungtivitis AlergiFakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana,Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11470
PendahuluanKelaianan pada mata merupakan jenis kelaian yang
sering timbul dan seringkali dikeluhkan oleh pasien. Sebab mata
merupakan organ tubuh yang sangat penting, sebab tanpa adanya mata
maka segala sesuatu aktifitas akan menjadi sulit untuk dilakukan.
Untuk itu diperlukan perhatian khusus terhadap kesehatan mata.
Kelaian-kelaian yang seringkali dikeluhkan oleh pasien yakni mata
merah, mata gatal, mata berair, nyeri pada mata, serta berbagai
keluhan lain yang ada. Namun pada pembahasan ini akan dibahas lebih
rinci mengenai konjungtivitis, sesuai dengan kasus yang ada
mengenai keluhan mata merah pada kedua mata serta adanya riwayat
alergi terhadap udara panas dan debu.Konjungtivitis adalah
inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi,
iritasi fisik, atau respons alergi.1-3,5,7 Pada kejadian inflamasi,
konjungtiva menjadi merah, bengkak dan nyeri ditekan.
Konjungtivitis viral sering di sebabkan oleh infeksi adenovirus.
Konjuntivitis bakteri dan viral sangat menular. Konjungtivitis
alergi terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi terhadap
allergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata juga
akan mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan
inflamasi dan nyeri.
Anamnesis2,3Anamnesis merupakan suatu langkah awal yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin mengenai gejala, keadaan pasien, serta kemungkinan jenis
penyakit yang diderita. Pada anamnesis umumnya dilakukan dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang dapat menyingkirkan
differential diagnosis dan mengambil sebuah working diagnosis.
Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya diajukan ke pasien atau keluarga
pasien umumnya : 2 Menanyakan identitas pasien secara lengkap
Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke dokter Menanyakan
gejala-gejala lain yang timbul bersamaan dengan keluhan utama
Menanyakan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan Menanyakan
obat-obatan yang telah dikonsumsi bila ada, efek yang ditimbulkan
Menanyakan apakah dulu pernah menderita penyakit serupa, atau
menderita penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi,
jantung. Menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit
serupa Menanyakan keadan sosio-ekonomi, lingkungan tempat tinggal
Menanyakan pasien merokok atau minum alkohol atau tidakSelain
dengan anamnesis umum yang sering dan harus dilakukan kepada setiap
pasien yang datang, maka dengan kasus-kasus penyakit tertentu
dibutuhkan anamnesis tambahan yang berguna untuk memperjelas
keadaan pasien tersebut. Pada kasus penyakit mata, maka dibutuhkan
beberapa anamnesis tambahan, yang merupakan keluhan-keluhan yang
sering terjadi pada pasien dengan kelainan mata, seperti :2,3
Apakah ada kelopak mata berdenyut? Apakah ada sakit kepala? Apakah
ada bulu mata rontok/madarosis? Apakah ada sakit mata saat
pergerakan bola mata? Apakah ada mata merah atau berair? Apakah ada
mata berlendir atau kotor atau belekan? Apakah ada fotofobia
(perasaan silau)? Apakah ada penglihatan benda yang seolah-olah
menjadi lebih kecil/mikropsia? Apakah ada kelopak mata bengkak?
Apakah ada penglihatan gelap/penglihatan turun mendadak pada salah
satu mata atau kedua mata? Apakah ada tampakan halo pada sumber
cahaya? Apakah ada astenopia atau kelelahan mata saat membaca?
Apakah ada buta dengan sakit pada mata? Apakah ada buta senja atau
malam?Untuk melakukan pendiagnosaan terhadap suatu jenis penyakit
maka dibutuhkan riwayat atau keadaan pasien secara rinci, untuk itu
dalam melakukan anamnesis terhadap suatu gejala perlu ditanyakan
dari awal mula keluhan, lamanya, progresivitas, faktor yang
memperberat/memperingan serta hubungannya dengan keluhan-keluhan
lain.Berdasarkan pada kasus, didapatkan hasil anamnesis berupa :
Nama: anak laki-laki usia 7 tahun Keluhan utama pasien : gatal pada
kedua mata Riwayat penyakit dahulu: alergi udara panas dan debu,
sering menderita batuk pilek
Pemeriksaan Fisik Umum2Tindakan pemeriksaan fisik bertujuan
untuk melihat keadaan awal pasien saat datang.Dalam pemeriksaan
fisik terhadap pasien maka diperlukan perhatian khusus dalam
melakukan pemeriksaan, selain itu juga dibutuhkan ketelitian dalam
memeriksa keseluruhan berbagai tubuh pasien, sambil berusaha
menanyakan keadaan pasien, agar tampak diketahui respon dari
pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Tingkat kesadaran
pasien Tekanan darah pasien Suhu tubuh pasien Frekuensi pernafasan
Frekuensi denyut jantung Serta melihat keadaan pasien secara
keseluruhan, bila diperlukan pemeriksaan dilakukan dengan meminta
respon pasien
Pemeriksaan Fisik Mata1-3Pemeriksaan fisik mata adalah
serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
mata secara umum. Pemeriksaan ini dikhususkan pada bagian mata.
Langkah pemeriksaan yang dilakukan yakni :1,3 Ketajaman visus,
menggunakan kartu Snellen Lapang pandang, dengan tes konfrontasi
Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah
bulu mata, dan kemampuan palpebra untuk menutup sempurna Apparatus
lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar
lakrimalis dan sakus lakrimalis Konjungtiva dan sclera, dilihat
warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus atau
pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan
seperti folikel, membran, papil, papil raksasa, pseudomembran,
sikatriks, dan simblefaron. Pada konjungtiva tarsus inferior dicari
kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum, kalazion.
Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati
warna sekret, kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada
tidaknya injeksi konjungtival, siliar, atau episklera, perdarahan
subkonjungtiva, flikten, simblefaron, bercak degenerasi,
pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium. Kornea, lensa, dan
pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat apakah
ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada
bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial, kemudian dilihat
ukuran, bentuk dan kesimetrisan pupil. Gerakan ekstraokular, dengan
mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk huruf H di udara,
lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa
nyeri saat pergerakan.2
Pada konjungtivitis, hasil pemeriksaan fisik bisaanya ditemukan
visus yang normal, hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat,
pseudoptosis akibat kelopak mata yang bengkak, kemosis, hipertrofi
papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan
adenopati preaurikular.3
Pemeriksaan Penunjang Pada Kelainan Mata1,3,4Pemeriksan
penunjang merupakan pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan guna
untuk membantu menegakan diagnosis yang akan diambil. Pada
pemeriksaan tambahan ini umumnya membutuhkan peralatan yang
digunakan untuk membantu mendapatkan hasil pemeriksaan. Jenis
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus kelaian mata :1.
Loupe dengan sentolop dan lampu celah (slitlamp)Loupe merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda menjadi lebih besar
dari ukuran normalnya. Alat ini mempunyai kekuatan 4-6 dioptri.
Dengan alat ini maka dengan jarak tertentu pasien dapat melihat
benda menjadi lebih besar dan tanpa perlu mata berakomodasi. Selain
itu, apabila benda disinari dengan sentolop maka benda yang dilihat
pasien akan lebih jelat. Hal ini digunakan sebagai pengganti
slitlamp atau lampu celah. Pemeriksaan ini akan lebih sempurna
hasilnya apabila dilakukan dalam kamar pemeriksaan yang
digelapkan.2. TonometerTonometer merupakan suatu alat pemeriksaan
yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan tonometri. Tonometri
sendiri merupakan tindakan pemeriksaan yang berguna untuk
mengetahui tekanan intraokular. Pemeriksaan tonometri ini sebaiknya
dilakukan kepada setiap pasien yang berusia lebih dari 20 tahun dan
dilakukan secara rutin sebagai sebuah pemeriksaan fisik umum. Cara
melakukan pemeriksaan ini dikenal dengan 4 macam, yakni : Tonometer
digital Tonometer Schiotz Tonometer aplanasi Tonometer
Mackay-Mang3. OftalmoskopOftalmoskop merupakan suatu alat yang
digunakan untuk pemeriksaan oftalmoskopi. Pemeriksaan oftalmoskopi
bertujuan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Oftalmoskopi dibedakan menjadi oftalmoskopi langsung dan
oftalmoskopi tidak langsung. Oftalmoskopi langsung bertujuan untuk
melihat daerah paling perifer sampai daerah ekuator, tidak
stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik, dan perbesaran 15
kali. Sedangkan dengan oftalmoskopi tidak langsung akan terlihat
daerah fundus okuli 8 kali diameter papil, danpat dilihat sampai
daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek
stereoskopik dan dengan perbesaran 2-4 kali. Pemeriksaan dengan
oftalmoskop ini dilakukan dalam kamar gelap.4. Kamplimeter dan
PerimeterKedua alat ini merupakan alat untuk pengukur dan pemetaan
lapang pandang terutama pada daerah sentral dan para sentral.
Lapang pandang yang dimaksud ini merupakan bagian ruangan yang
dapat terlihat oleh satu mata dalam sikap diam dan memandang lurus
ke depan. Pemeriksaan lapang pandang ini bertujuan untuk mengetahui
suatu jenis penyakit atau mengetahui progresivitas suatu penyakit.
Hasil pemeriksaan lapang pandangan normal yakni 90 derajat
temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal, 70 derajat
inferior5. FluoreseinFluoresein merupakan suatu bahan yang berwarna
jingga merah yang bila disinari oleh gelombang biru akan
menghasilkan gelombang hijau. Bahan ini dipakai untuk melihat ada
tidaknya defek epitel kornea, fistel kornea atau dengan disuntikan
intravena unutk dibuat foto pembuluh darah retina6. Uji
AnelDominique Anel adalah ahli bedah perancis 1679-1730, yang
melakukan pemeriksaan fungsi ekresi lakrimal.17. Eksoftalmometer
HertelEksoftalmometri merupakan suatu tindapakn mengukur penonjolan
bola mata dengan sebuah alat yang bernama Hertel. Dengan alat ini
maka dapat diketahui derajat penonjolan bola mata. Nilai penonjolan
mata normal 12-20 mm dan beda penonjolan dari 2 mm antara kedua
mata dinyatakan sebagai mata menonjol patologis atau eksoftalmos.8.
Uji Ishihara atau buta warna3,4Uji ini dilakukan dengan menggunakan
kartu ishihara yang merupakan kartu dengan titik-titik berwarna
yang kecerahannya dan bayangannya membentuk angka, huruf atau
lainnya. 9. Amsler Grid, uji kisi-kisi AmslerAlat ini merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mengetahui fungsi penglihatan
sentral makula. 10. Papan PlacidoPapan placido merupakan suatu alat
yang digunakan untuk melihat keadaan permukaan kornea. Papan
placido ini merupakan sebuah papan yang mempunyai gambaran garis
hitam yang melingkar konsentris dengan lobang kecil yang terdapat
pada bagian sentralnya.11. GonioskopiLensa gonioskopi merupakan
suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan sudut bilik mata
yang dapat menimbulkan glaukoma. Pemeriksaan ini selalu dilakukan
pada setiap kasus kelainan mata yang dicurigai terjadinya
glaukoma.
12. Uji Ultrasonografi4Ultrasonografi merupakan tindakan
pemeriksaan mata yang dipakai untuk melihat struktur abnormal yang
terjadi pada mata dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak
dimungkinkan untuk melihatnya dengan mata secara langsung. Cara
mengetahui hasilnya adalah dengan melihat adanya gambaran
ultrasonigrafi yang telah terekam dengan adanya pantulan getaran
yang berbeda-beda. Proses kerja alat ini adalah dengan melihat dan
memotret jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang yang
tidak dapat terdengar, pemeriksaan ini sangat penting untuk melihat
susunan jaringan intraokuler. USG mata ini umumnya dilakukan pada
pasien yang terduga menderita katarak.13.
ElektroretinografiElektroretinografi merupakan suatu pemeriksaan
terhadap retina dengan melihat hasil rekaman gelombang listrik
retina yang terjadi pada perubahan sinar. ERG ini berguna untuk
menilai kerusakan luas pada retina14. Visual evoked
responseRangsangan pada mata akan menimbulkan rangsangan pada jalur
penglihatan hingga korteks oksipital. Pada pemeriksaan ini akan
dilihat perbedaan besar rangsangan pada kedua mata, sehingga akan
diketahui adanya gangguan rangsangan atau penglihatan pada
seseorang.15. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan penunjang yang
dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata untuk mengetahui penyebab
sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism
bakteri atau pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi
sel. Dari pulasan Giemsa ini didapatkan kemungkinan penyebab sekret
seperti terdapatnya: Limfosit dan monosit pada infeksi virus
Leukosit PMN pada infeksi bakteri Eosinofil dan basofil pada alergi
Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada
klamidia Sel raksasa multinuclear pada herpes Sel Leber makrofag
raksasa oleh trakoma1
Working DiagnosisSkenario 1Seorang anak laki-laki usia 7 tahun
datang dengan keluhan utama gatal pada kedua mata, pada pemeriksaan
mata didapatkan adanya mata merah dan kotoran pada kedua mata,
adanya riwayat alergi pada udara panas dan debu. Pasien sering
menderita batuk pilek.
Pada kasus diatas dapat diduga bahwa seorang anak laki-laki yang
berusia 7 tahun tersebut menderita satu jenis konjungtivitis alergi
yang lebih spesifik lagi dikenal sebagai konjungtivitis vernal.
Penentuan working diagnosis ini ditinjau dari keluhan pasien yang
mengalami mata merah pada kedua mata, serta adanya riwayat alergi
pada udara panas dan debu, serta rentang usia yang masih dibawah 10
tahun menjadi pertimbangan yang baik dalam menentukan working
diagnosis ini menjadi konjungtivitis vernal.1,5,6
Differential DiagnosisDifferential diagnosis atau diagnosis
banding untuk penyakit konjungtivitis vernal yakni konjugtivitis
alergi tipe lain, konjungtivitis virus, serta konjungtivitis
bakteri.
Konjungtivitis alergi tipe lainKonjungtivitis
Flikten1,5Konjungtivitis fliktenadalah suatu peradangan konjungtiva
karena reaksi alergi yang dapat terjadi bilateral ataupun
unilateral, bisaanya terdapat pada anak-anak dan kadang-kadang pada
orang dewasa. Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen,
tidak hanya disebabkan protein bakteri tuberkulosis tetapi juga
oleh antigen bakteri lain seperti stafilokokus. Dapat juga
ditemukan pada kandidiasis, askariasis, helmintiasis.Konjungtivitis
flikten merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan reaksi
hipersensitif tipe IV terhadap tuberkuloprotein, stafilokok,
limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi
fokal. Bisaanya terkena pada anak kurang gizi. Gejalanya : Mata
berair Konjungtiva terlihat bintik putih dengan hiperemi
sekelilingnya Iritasi dengan rasa sakit Merasa silau dengan
blefarospasmeDapat sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu dengan
kemungkinan terjadi kekambuhan. Keadaan lebih berat bila terkena
kornea. Penyulit ada bila menyebarnya flikten ke dalam kornea atau
terjadinya infeksi sekunder sehingga timbul abses.Biasanya
konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang
mengenai kedua mata. Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih
yang di kelilingi daerah hiperemi. Pada pasien akan terlihat
kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat
dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikro abses yang bisaanya
terletak di dekat limbus. Bisaanya abses ini menjalar kearah
sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.
Konjungtivitis IatrogenicKonjungtivitis akibat pengobatan yang
diberikan dokter. Berbagai obat dapat memberikan efek samping pada
tubuh, demikian pula pada mata yang dapat terjadi dalam bentuk
konjungtivitis.
Sindrom Steven JohnsonSindrom Steven Johnson adalah suatu
penyakit eritema multiform yang berat (mayor). Penyakit ini sering
di temukan pada orang muda usia sekitar 35 tahun. Penyebabnya
diduga suatu reaksi alergi pada orang yang mempunyai predisposisi
alergi terhadap obat-obat sulfonamide, barbiturate, salisilat. Ada
yang beranggapan bahwa penyakit ini idiopatik dan sering di temukan
sesudah suatu infeksi herpes simpleks.Kelainan di tandai dengan
lesi pada kulit dan mukosa. Kelainan pada kulit berupa lesi eritema
yang timbul mendadak dan tersenar secara simetris. Mata merah
dengan demam dan kelemahan umum dan sakit pada sendi merupakan
keluhan penderita dengan sindrom ini. Sindrom ini disertai dengan
gejala vesikel pada kulit, bulla, dan stomatitis ulseratif. Pada
keadaan lanjut dapat terjadi kelainan yang sangat menurunkan daya
penglihatan.5 Pengobatan pada penyakit ini umumnya simtomatik
dengan pengobatan umum berupa kortikosteroid sitemik dan infus
cairan antibiotik. Konjungtivitis AtopikKonjungtivitis atopik
adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada
orang-orang yang mempunyai stigmata atopi seperti dermatitis atopi
dan asma bronchial.Atopi adalah suatu keadaan di mana individu
memberikan respons imunologik yang merugikan terhadap dirinya bila
berkontak dengan bahan atau zat yang bisaanya tidak berbahaya bagi
kebanyakan orang. Orang ini bisaanya mempunyai riwayat alergi dalam
keluarganya. Reaksi alergi ini jarang bersifat anafilaksis dan
terjadi segera setelah berkontak dengan allergen. Allergen dapat
melalui jalan pernafasan ataupun jalan makanan, allergen tersebut
dapat berupa tepung sari, debu jamur, bulu, kulit binatang atau
makanan.Gejala subjektif dari konjungtivitis ini adalah mata perih
dan fotofobia. Kulit kelopak menampakkan suatu gejala yang khas
yaitu kering dan deskuamasi. Tampak edema konjungtiva, papil-papil
yang halus di daerah tarsus bawah di sertai secret yang mukoid.
Pada pemeriksaan histopatologik di temukan sel eosinofil pada
kerokan papil. Bila terkena kornea akan terjadi
keratokonjungtivitis atopi dapat terjadi pula parut kornea yang
akan mengganggu penglihatan.6
Konjungtivitis virus akut (Gambar 1)
Gambar 1. Konjungtivitis Viral Akut8Demam
FaringokonjungtivaBisaanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh
sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa
kompres, astringen dan lubrikasi. Pada penyakit ini umumnya gejala
disertai dengan demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang
mengenai satu atau kedua mata. Pada kasus ini bisaanya disebabkan
oleh adenovirus tipe 3 dan 7, terutama mengenai remaja, yang
disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12
hari, yang menularkan selama 12 hari dan bersifat epidemik. Menenai
satu mata akan mengenai mata lainnya dalam minggu berikutnya.
Perjalanan penyakit ini secara akut dengan gejala hiperemia
konjungtiva, folikelpada konjungtiva, sekret serous, fotofobia,
kelopak bengkak dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi
keratitis superfisial, dan atau subepitel dengan pembesaran
kelenjar limfe preurikel.1,5Pengobatan hanya suportif karena dapat
sembuh sendiri. Diberikan kompres, astrigen, lubrikasi, pada kasus
yang berat dapat diberikan antibiotik denga steroid topikal untuk
mncegah infeksi sekunder. Manifestasi klinis yang seringkali
muncul, yakni : Demam faringokonjingtival ditandai oleh demam 38,3
40 C Sakit tenggorokan Konjungtivitis folikular pada satu atau
kedua mata Dapat unilateral atau bilateral Mata merah dan sering
berair Terdapat keratitis epitel superficial dan kekeruhan
subepitel Yang khas terdapat Limfadenopati preaurikular (tidak
nyeri tekan)
Keratokonjungtivitis EpidemiKeratokonjungtivitis epidemi
disebabkan adenovirus 8, 19, 29 dan 37 umumnya terjadi bilateral.
Mudah menular dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14
hari. Mata berair berat, seperti kelilipan, perdarahan
subkonjungtiva, folikel terutama konjungtiva bawah, kadang-kadang
terdapat pseudomembran. Kelenjar preurikel membesar. Bisaanya
gejala akan menurun dalam waktu 7-15 hari.Keratokonjungtivitis
epidemika pada orang dewasa terbatas dibagian luar mata, tetapi
pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi
virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan
diare.Pengobatan dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum
untuk konjungtivitis adenovirus. Astrigen diberikan untuk
mengurangi gejala dan hiperemia. Pemberian antbiotik adalah untuk
infeksi sekunder. Steroid dapat diberikan bila terlihat adanya
membran dan infiltrasi subepitel.
Konjungtivits Virus Herpes SimpleksKonjungtivitis virus herpes
simplek (HSV) bisaanya mengenai anak kecil yang mendapat infeksi
dari pembawa virus berlangsung 2-3 minggu, adalah keadaan luar
bisaa yang ditandai dengan injeksi unilateral, iritasi, secret
mukoid, nyeri dan fotofobia ringan. Vesikel-vesikel herpes
terkadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema
palpebra hebat. Penegakan diagnosis konjungtivitis ini adalah bila
ditemukan adanya sel raksasa pada pewarnaan Giemsa, kultur virus,
dan sel inklusi intranuklear. Pengobatan yang umumnya diberikan
adalah dengan kompres dingin, serta pemberian asiclovir 400 mg/hari
selama 5 hari. Selain itu, juga diberikan analgetika selama 2
minggu awal penyakit. Pemberian analgetika ini bertujuan untuk
mengurangi rasa nyeri yang timbul. Sedangkan pada kelainan
permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Penyulit yang kadang
kala ditemukan dari keadaan ini yakni berupa parut pada kelopak
mata, neuralgia, katarak, glaukoma, kelumpuhan pada saraf III, IV,
dan VI, serta keadaan terparah adalah kebutaan.
Konjungtivitis penyakit NewcastleKonjungtivitis penyakit
Newcastle adalah penyakit yang jarang didapat, ditandai dengan
perasaan terbakar, gatal, nyeri, merah, berair mata, dan
penglihatan kabur. Sering terjadi pada pekerja peternakan unggas
atau burung dan petugas laboratorium yang bekerja dengan virus atau
vaksin hidup. Konjungtivitis ini mirip dengan yang disebabkan virus
lain, dengan kemosis, nodus preaurikular kecil, dan folikel-folikel
di tarsus superior dan inferior. Tidak ada pengobatan karena akan
sembuh sendiri.
Konjungtivitis Hemoragika Akut5Pertama kali ditemukan di Ghana
Afrika pada tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh virus
picorna, atau enterovirus tipe 70. Penyakit ini khas memiliki masa
inkubasi (24-48 jam) dan segala gejala yang timbul akan berkurang
spontan dalam (3-4 hari). Gejala dan tanda yang bisaa ditimbulkan
adalah mata iritatif seperti ada benda asing yakni kelilipan serta
terdapat sakit periorbita, fotofobia, banyak meneluarkan air mata,
kemerahan, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva,
kadang-kadang terdapat kemosis. Kebanyakan pasien mengalami
limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis
epitel.Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang
dan benda penular seperti seprai, alat-alat optic yang
terkontaminasi dan air. Pengobatan penyakit ini berupa pengobatan
simtomatik, selain itu juga dapat diberikan antibiotik spektrum
luas seperti sulfasetamid guna mencegah infeksi sekunder.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan
pribadi.
Konjungtivitis bakteri1,3Konjungtivitis bakteri merupakan suatu
konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri. Jenis konjungtivitis
ini merupakan suatu jenis konjungtivitis yang mudah menular.
Konjungtivitis bakteri disebabkan oleh infeksi gonokok, meningokok,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza, Escherichia coli, Neisseria gonorrhea, Corynebacterium
diphtheria (Gambar 2).8
Gambar 2. Konjungtivitis Bakteri8Gambaran klinis yang muncul
berupa konjungtivitis mukopurulen dan konjungtivitis purulen.
Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil, dan dengan
kornea yang jernih. Kadang disertai keratis dan blefaritis.
Bisaanya dari satu mata menjalar ke mata yang lain dan dapat
menjadi kronik.Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang
purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam - 5 hari, disertai
pendarahan subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat tiga bentuk,
oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjngtivitis gonore
infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum.
Pada orang dewasa terdapat kelopak mata bengkak sukar dibuka dan
konjungtiva yang kaku disertai sakit pada perabaan. Pseudomembran
pada konjungtiva tarsal superior. Konjungtiva bulbi merah, kemosis,
dan menebal. Gambaran hipertrofi papilar besar, juga tanda-tanda
infeksi umum. Bisaanya berawal dari satu mata kemudian menjalar
kemata yang sebelahnya. Tidak jarang ditemukan pembesaran dan rasa
nyeri kelenjar preaurikular. Sekret semula serosa kemudian menjadi
kuning kental, tapi dibandingkan dengan bayi, maka pada dewasa
sekret tidak kental sekali. Komplikasi yang dapat muncul, yakni
Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, gonokok
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok
dapat menyebabkan septicemia atau meningitis.Sebelum terdapat hasil
pemeriksan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal,
seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya,
selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan
dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sedian langsung, diberikan tetes mata antibiotik spectrum luas tiap
jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali
sehari. Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi
penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi dosisnya 50000 unit/kg BB
selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahin
dengan air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan
diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam
bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000unit/ml diberikan setiap 1
jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan
pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan
mikroskopik menunjukan hasil negative selama 3 hari
berturut-turut.Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh organism
tertentu. Konjungtivitis jenis ini merupakan jenis konjungtivitis
yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan
bisaanya akan sembuh dalam 1-3 hari.
Etiologi1,5Konjungtivitis Vernalis merupakan suatu peradangan
konjungtiva kronik, rekuren bilateral, atopi, yang mengandung
secret mucous sebagai akibat reaksi hipersensitivitas tipe I.
Penyakit ini juga dikenal sebagai catarrh musim semi.Konjungtivitis
verbal terdapat dalam 2 bentuk yang dapat berjalan bersama, yakni :
Bentuk Palbebra5Pada tipe palpebral ini terutama mengenai
konjungtiva tarsal superior, terdapat pertumbuhan papil yang besar
atau cobble stone yang diliputi secret yang mukoid. Konjungtiva
bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat
disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak
sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan
dengan kapiler di tengahnya. Bentuk LimbalHipertrofi pada limbus
superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatine.
Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau
eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan
sedikit eosinofil.5
Epidemiologi1,5,6Konjungtivitis Vernal bisaanya mengenai pasien
usia muda antara 3-25 tahun dengan presentasi kedua jenis kelamin
sama. Bisaanya pada laki-laki mulai pada usia di bawah 10
tahun.1,5,6
Patofisiologi9Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya
dengan timbulnya radang interstitial yang banyak didominasi oleh
reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai
hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti
dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan
pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan
diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva
sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.Jaringan ikat yang
berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga
konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang
spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement
like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak
jarang mengakibatkan ptosis mekanik. Limbus konjungtiva juga
memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi yang
menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada
limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan
gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells.9Tahap awal
konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam
kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan
degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran
milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi
stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.Tahap
berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit
makrofag. Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar
dan terletak superficial. Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam
kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam
membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis
vernalis. Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya dalam
konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas jaringan.Fase
vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi
kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih
mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi
kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada
pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas
membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas.
Horner- Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar
terdiri dari eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun
masih ada sel PMN dan limfosit.9
Gejala Klinis3Gejala klinis yang umumnya timbul sebagai akibat
dari penyakit ini yakni :3 Mata merah Sakit Bengkak Panas Berair
Gatal SilauSerangan penyakit ini tidak selalu muncul bersamaan
dengan seluruh gejala yang ada, terkadang pada beberapa kasus hanya
ditemukan sedikit gejala yang timbul. Sering berulang dan menahun,
bersamaan dengan rinitis alergi. Bisaanya terdapat riwayat atopi
sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi
ringan pada konjungtiva palbebra dan bulbi serta papil besar pada
konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada
konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.
Penatalaksanaan3,5Pengobatan non medika mentosa Kompres dingin
dan kompres es Tidur/bekerja dalam ruangan ber-AC Tinggal dalam
lingkungan yang beriklim sejuk dan lembab Menghindari daerah
berangin kencang yang bisaanya juga membawa serbuksari Menggunakan
kacamata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan allergen
di udara terbuka Pemakaian lensa kontak dihindari karena dapat
membantu resistensi allergen Pengganti air mata (artificial),
selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena
membantu menghalau allergen.
Pengobatan medikamentosaDalam pengobatan medika mentosa, perlu
diperhatikan setiap keadaan untung dan rugi yang dapat terjadi.
Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline
steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata.
Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala.
Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan
10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat monohidrat dapat
membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak
efektif sepenuhnya.3Satu- satunya terapi yang dipandang paling
efektif untuk pengobatan konjungtivitis vernalis ini adalah
kortikosteroid, baik topical maupun sistemik. Namun untuk pemakaian
dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko
yang tidak diharapkan.Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bisa
diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari
selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis
sampai dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada
kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason
fosfat 2- 3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang
perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah
gnakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.Selain
pemberian steroid, antihistamin baik local maupun sistemik dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan lain karena kemampuannya untuk
mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi
dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang memadai pada
kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan
menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak
disukai dari pemakaian antihistamin adalah efek samping yang
menimbulkan kantuk. Pada anak-anak, hal ini dapat juga mengganggu
aktivitas sehari- hari. Emedastine adalah antihistamin paling poten
yang tersedia di pasaran dengan kemampuan mencegah sekresi sitokin.
Sementara olopatadine merupakan antihistamin yang berfungsi sebagai
inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.Sodium kromolin 4%
terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebagai pengganti steroid
bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu
mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin
berperan sebagai stabilisator sel masi, mencegah terlepasnya
beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun
tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi
sel IgE dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga sodium
kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta menghambat
pelepasan histamine dari sel mast dengan cara mengatur
fosforilasi.3,5Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate
radang terutama eosinofil dalam konjungtiva. Levokabastin tetes
mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap
konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis
hilang dalam 14 hari.
Pencegahan3Pencegahan merupakan suatu tahapan yang dilakukan
guna menghindari terkenanya suatu penyakit. Dalam kasus
konjungtivitis vernal, tindakan-tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yakni dengan hidup di daerah yang bersuhu sejuk dan
lembab.3
Komplikasi3Komplikasi yang sering ditimbulkan dari
konjungtivitis vernal adalah konjungtivitis stafilokok dan
blefaritis. Apabila teradi komplikasi ini maka diperlukan
penanganan segera dengan pemberian terapi.
Prognosis3Prognosis dari penyakit konjungtivitis vernal ini
cukup baik meskipun angka kejadian kekambuhan dari penyakit ini
pasti terjadi, khususnya pada musim semi dan musim panas, tetapi
setelah sejumlah kekambuhan yang terjadi papillae sama sekali
menghilang tanpa meninggalkan jaringan parut.3
KesimpulanPenyakit konjungtivitis vernal merupakan suatu
penyakit alergi bilateral yang merupakan akibat reaksi
hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren.1,3,5 Penyakit ini dikenal juga sebagai suatu penyakit
konjungtivitis musiman atau konjungtivitis musim kemarau. Penyakit
ini menyerang orang dengan usia muda 3-25 tahun, dan pada laki-laki
dimulai saat usia dibawah 10 tahun. Penyakit ini dapat sembuh
sempurna, meskipun dengan riwayat kekambuhan yang pasti
terjadi.
Daftar pustaka1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi
ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006. h.35-6, 109-48.2.
Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
Bates. Edisi ke-8. Jakarta: EGC, 2009. h.147-57.3. Riordan-Eva P,
Whitches JP. Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17.
Jakarta: EGC, 2009. h.97-124.4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical
ophthalmology: a systematic approach. Edisi ke-7. China: Elsevier
Saunders, 2011. h.25-9.5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2012. h.120-376. Utama H. Sari Ilmu
Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h.28-97. Wijana
N. Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-1. Jakarta: EGC,
2003. h.41-69.8. Hendrickson RG, Silverberg M, Campbell CJ, Morocco
AP. Teks-Atlas kedokteran kedaruratan jilid 1. Edisi ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007. h.90-1.9. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM,
Keratokonjungtivitis Vernalis dalam
http://www.tempo.com.id/medika/032012.htm
Blok 23 Special Sense 1