Page 1
Pembesaran Kelenjar Tiroid
Wahyuningtyastuti Widia P.D
102010263
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
[email protected]
Pendahuluan
Kelenjar thyroid berperan dalam mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai
jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon thyroid merangsang
konsumsi O2 pada sebagian besar sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar thyroid
tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan keterlambatan
perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak-
anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi thyroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, dan mengeluarkan banyak keringat
(kelebihan pembentukan panas).
Pembahasan
Struktur makro kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi
cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar tiroid terletak diatas permukaan anterior kartilago tiroid
trakea, tepat dibawah laring. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia
pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya
Page 2
kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Berat kelenjar tiroid
dipengaruhi oleh berat badan dan pemasukan yodium. Pada orang dewasa beratnya
berkisar antara 10-20 gram.1,2
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri
diantaranya a.thyroidea superior (berasal dari a.carotis
communis atau a.carotis eksterna), a.thyroidea inferior
(berasal dari a.subclavia) dan a. thyroidea ima (berasal
dari aorta atau a.anonyma). Vena – vena dari glandula
thyroidea adalah v. thyroidea superior yang bermuara
ke v. jugularis interna, v. thyroidea media yang
bermuara di v.jugularis interna dan v. thyroidea
inferior yang bermuara di v. brachiocephalica sinistra.
glandula ini dilalui oleh n. laryngea recurrent.1,2
Struktur mikro pada kelenjar tiroid
Sel-sel sekretorik utama tiroid, yang dikenal sebagai sel folikel, tersusun membentuk
bola-bola berongga yang masing-masing membentuk satu unit fungsional yang dinamai
folikel. Pada potongan mikroskopik, tiap folikel terdiri dari epitel (sel folikel) dan ruang
folikel yang berisi substansi koloid. Epitel tiroid mempunyai tipe sel gepeng sampai torak
tergantung aktifitas kelenjar.
Pada folikel yang aktif, mempunyai epitel
kubis sampai torak, sedangkan pada folikel
inaktif, mempunyai epitel gepeng. Sel – sel folikel
yang aktif akan mengeluarkan hormonnya ke
ruang folikel tersebut. Unsur utama dari
substansi koloid yaitu molekul glikoprotein besar
yang disebut Tiroglobulin, yang merupakan
precursor untuk pembentukan hormone tiroid.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
Gambar 2. Mikroskopis kelenjar tiroid
Page 3
Sel – sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yaitu
tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3). Kedua hormone ini disebut juga
sebagai hormone tiroid. Kadang – kadang di antara sel – sel folikel terdapat sel yang lebih
besar dari sel folikel dan berwarna lebih terang disebut sel parafolikular (sel C), yang akan
menghasilkan hormon kalsitonin.3,4
Sintesis dan sekresi hormon tiroid
Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, dimana
keduanya harus diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin adalah asam amino yang disintesis
tubuh, sedangkan iodium tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari
makanan.5
Semua tahap pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di
dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh kompleks golgi / retikulum endoplasma
sel folikel tiroid. Asam amino tirosin masuk ke dalam molekul tiroglobulin yang jauh lebih
besar sewaktu yang terakhir diproduksi. Setelah terbentuk, tiroglobulin yang sudah
mengandung tirosin diekspor dari sel folikel ke dalam koloid melalui proses eksositosis
(langkah 1 di Gambar 3). 5
Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid mealui
pompa iodium, dan memerlukan energi di membran luar sel folikel (langkah 2 di Gambar
Page 4
3).Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasi untuk
disimpan di tiroid untuk membentuk hormon tiroid . iodium tidak memiliki fungsi lain di
tubuh. 5
Dalam koloid, iodium cepat dilekatkan ke tiroksin di dalam molekul tiroglobulin.
Perlekatan satu iodium ke tirosin menghasilkan monoidotirosin (MIT) (langkah 3a di Gambar
3). Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT) (langkah 3b). Molekul-
molekul tirosin yang telah beriodium bergabung untuk membentuk hormon tiroid.
Penggabungan satu MIT (dengan satu iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium)
menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga iodium) (langkah 4a). Penggabungan dua
DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium) menghasilkan tetraiodotironin (tiroksin
atau T4), yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat iodium (langkah 4b). Antara dua molekul
MIT tidak terjadi penggabungan. Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon
tiroid tetap tersimpan, dalam bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan. Jumlah
hormon tiroid yang tersimpan normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk
beberapa bulan.5
Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel tiroid menelan sebagian dari koloid
yang mengandung tiroglobulin melalui proses fagositosis (langkah 5). Di dalam sel, butir-
butir koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya
memisahkan produk-produk beriodium (T3,T4, iodotirosin yang inaktif, MIT dan DIT) dari
Tiroglobulin (Tg) (langkah 6). Hormon tiroid karna sangat ipofilik, mudah melewati membran
luar sel folikel dan masuk ke dalam darah (langkah 7a). MIT dan DIT tidak memiliki nilai
endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang secara cepat mengeluarkan iodium
dari MIT dan DIT sehingga iodium yang telah bebas dapat didaur ulang membentuk lebih
banyak hormon (langkah 7b). Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium
hanya dari MIT dan DIT, Bukan dari T3 atau T4. 5
Setelah dikeluarkan dalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang sangat
lipofilik (dan karena tidak larut air) berikatan dengan beberapa protein plasma. Sebagian
besar T3 dan T4 diangkut oleh thyroxine-binding globulin (TBG, globulin pengikat tiroksin),
suatu protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan hormon tiroid. Kurang
dari 0,1% T4 dan kurang dari 1% T3 tetap berada dalam bentuk bebas (tak terikat). 5
Page 5
Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam
bentuk T4, namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Meskipun demikian,
sebagian besar dari T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau diaktifkan, dilepas kan satu
iodiumnya diluar kelenjar tiroid, terutama di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah
berasal dari T4 yang telah mengalami proses “pelepasan” di perifer. Karena itu, T3 adalah
bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel, meskipun kelenjar
tiroid terutama menghasilkan T4.5
Hormon Tiroid
Thyroid stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior yang
merupakan regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid. Hampir seluruhnya setiap
tahap dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid dirangsang oleh TSH. Selain
meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritas struktural
kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi dan mengeluarkan hormon tiroid
dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi (peningkatan
ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respons
terhadap TSH yang berlebihan. Kadar hormon tiroid berlebih dalam darah, hormon –
hormon tiroid akan memberikan feedback negative dengan cara menghambat hipofisis
anterior untuk menghentikan sekresi TSH oleh hipofisis anterior.5
Thyrotropin releasing hormone (TRH)
hipotalamus melalui efek tropiknya merangsang
sekresi TSH di hipofisis anterior, sementara
hormon tiroid, melalui mekanisme umpan balik
negatif, menghambat sekresi TSH yang dihasilkan
oleh hipofisis anterior. Mekanisme antara
hormon tiroid dan TSH ini cenderung
mempertahankan kestabilan sekresi hormon
tiroid.3,5
Page 6
Satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan sekresi TRH (sekresi TSH dan hormon
tiroid) adalah pemaparan terhadap udara dingin dan berkurang dengan adanya panas dan
rangsangan stress.3,5
Efeknya yang spesifik terhadap kelenjar tiroid diantaranya meningkatkan proteolisis
tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, sehingga terlepasnya hormon-hormon tiroid ke
dalam sirkulasi darah dan berkurangnya substansi folikel itu sendiri; meningkatkan aktivitas
pompa natrium, yang meningkatkan kecepatan penangkapan / penjeratan iodida di dalam
sel kelenjar; meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan proses penggabungan /
penggandengan untuk membentuk hormon tiroid; meningkatkan ukuran dan meningkatkan
aktivitas sekretorik sel-sel tiroid; meingkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan
perubahan sel kuboid menjadi sel kolumnar dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid
ke dalam folikel.6
Efek Hormon tiroid
Pada metabolism dan kalorigenik, hormon tiroid meningkatkan laju aktivitas
metabolism hampir di seluruh jaringan tubuh. Efek peningkatan laju metabolism
menyebabkan efek kalorigenik yaitu peningkatan produksi panas tubuh.6
Pada metabolisme karbohidrat, hormon tiroid hampir semua aspek metabolisme KH
termasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan
glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi dari saluran cerna, dan dapat
meningkatkan sekresi insulin dengan hasil akhirnya adalah efeknya terhadap karbohidrat.
Semua efek ini mungkin disebabkan oleh naiknya seluruh enzim akibat dari hormon tiroid.6
Pada metabolisme lemak, peningkatan pada metabolisme ini juga dipengaruhi oleh
hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber energi utama untuk suplai jangka panjang,
maka lemak yang telah disimpan dalam tubuh akan lebih banyak dipecah daripada elemen-
elemen jaringan lain. Khususnya, lipid akan diangkut dari jaringan lemak, yang
meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma, hormon tiroid juga
mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.6
Page 7
Pada metabolisme protein, hormon tiroid diperlukan untuk sintesis protein untuk
pertumbuhan tubuh, namun jika di sekresi berlebih, maka sebaliknya, terjadi penguraian
protein.6
Efek pada berat badan. Bila produksi hormone tiroid sangat meningkat maka hampir
selalu menurunkan berat badan dan sebaliknya jika produksinya menurun, maka akan
menaikan berat badan. Efek ini selalu terjadi, oleh karena hormone tiroid juga
meningkatkan nafsu makan, dan keadaan ini dapat menyeimbangkan perubahan kecepatan
metabolism.6
Hipertiroidisme
Penyebab tersering adalah penyakit graves. Ini adalah suatu penyakit autoimun
dimana tubuh secara salah menghasilkan “long acting thyroid stimulator (LATS)”, suatu
antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. LATS merangsang sekresi dan
pertumbuhan tiroid mirip dengan yang dilakukan TSH. Namun, tidak seperti TSH, LATS tidak
dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan
tiroid berlanjut tanpa kendali. Hipertiroidisme juga dapat terjadi karena kelebihan TRH atau
TSH atau berkaitan dengan tumor tiroid dan berkaitan dengan hipersekresi.5,6
Pasien hipertiroid akan mengalami peningkatan laju metabolik basal. Meningkatnya
produksi panas menyebabkan keringat berlebihan dan intoleransi panas. Meskipun nafsu
makan dan asupan makan meningkat yang terjadi sebagai respons terhadap meningkatnya
kebutuhan metabolik namun berat tubuh biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan
bakar jauh lebih cepat. Terjadi penguraian netto simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
Berkurangnya protein otot, menyebabkan tubuh lemah. 5,6
Penutup
Kesimpulan
Hipotesis benar, bahwa gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid, berkeringat dan kehilangan berat badan.
Page 8
Daftar Pustaka
1. Sloane, E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta; EGC, 2004.h.208-2
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B. IPD. Jakarta; Internapublishing, 2009.h.1993
3. Junquiera LC. Histologi dasar.Ed.10. Jakarta; EGC, 2007.h.407-5
4. Sumbayak EM. Penuntun praktikum histology. Ed.1. Jakarta: FK UKRIDA, 2010.h.96.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011.h.757-6
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.11. Jakarta: EGC, 2008.h.978-87.