PASIEN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 CIRACAS Laporan Kasus Blok Elektif
PASIEN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 CIRACAS
Laporan Kasus Blok Elektif
Disusun Oleh :
Fahmi Azhari Basya
NIM : 110 2009 103
Kelompok 2 Bidang Kepeminatan Geriatri
Tutor : dr. Fathul Jannah, M. Si
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Tahun 2012
ABSTRAK
Background: Hypertension is defined as an increase in systolic blood pressure 140≥mmHg or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. In Indonesia hypertension is likely toincrease. Household Health Survey (Household Health Survey) in 2001 showed that 8.3%of patients with hypertension and increased to 27.5% in 2004. The prevalence ofhypertension is estimated to increase to> 1.5 billion people worldwide suffer fromhypertension in 2025Case: mrs. K 79 years old with hypertension who live in the social nursing homeDiscussion and Conclusions: Most elderly patients suffering from isolated systolichypertension. That increase in systolic blood pressure without being followed by thediastolic blood pressure. In Isolated Systolic Hypertension is recommended the use ofdiuretics and calcium antagonists as a therapy. It should be a comprehensive treatmentof hypertension in the elderly of various aspects, lifestyle changes, the pattern of food,blood pressure monitor, and giving drugs as indicated.
LATAR BELAKANG
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik
≥ 90 mmHg, berdasarkan rata-rata dari dua pemeriksaan
yang diambil dari pemeriksaan kedua dan ketiga setelah
pemeriksaan tekanan darah awal. Pemeriksaan tunggal
dinilai tidak adekuat untuk menegakkan hipertensi,
terutama bila pasien disertai dengan gejala penyakit.
Hipertensi juga dapat ditemukan pada pasien dengan
stress yang berlebih dan pasien dengan penyakit akut.
Tekanan darah ≥135/85 mmHg di luar pemeriksaan seorang
dokter juga bisa dipertimbangkan sebagai hipertensi.
Keadaan pre-hypertension merupakan keadaan dimana tekanan
darah pasien berada pada range 120-139 mmHg untuk
sistolik dan 80-89 mmHg untuk diastolik2.
Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang
kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian (evidence
based) antara lain dikeluarkan oleh The Sevent Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health
Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999,
Brittish Hypertension Society, European Society of Hypertension/European
Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi hipertensi sama
untuk semua golongan umur. Pengobatan juga didasarkan
bukan atas umur akan tetapi tingkat tekanan darah dan
adanya risiko kardiovaskular yang ada pada pasien3.
Insidensi dari hipertensi sulit untuk dinilai oleh
karena secara klinis sering tidak diketahui. Incidence
rate sebesar 3-18 % telah dilaporkan berdasarkan pada
populasi yang diteliti. Di dunia, sebesar 8,4 juta ibu
hamil menderita hipertensi pada tahun 2004. Prevalensi
di dunia diperkirakan sekitar 1 milyar populasi
menderita hipertensi pada tahun 2000. Di UK pada tahun
2006, 31% pria dan 28% wanita menderita hipertensi.
Pada tahun 2008, sekitar 35.000 pasien yang masuk rumah
sakit di Inggris menderita hipertensi. Di dunia sekitar
1 juta pasien meninggal akibat hipertensi pada tahun
2004. Prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat
menjadi > 1,5 milyar penduduk dunia menderita
hipertensi pada tahun 2025. Peningkatan angka kejadian
pasien hipertensi juga bisa dilihat dari umur (30% pada
umur 45-54 tahun dan 70% pada umur > 70 tahun), paling
sering terjadi pada etnis Black African dan Black Caribbean.
Hipertensi merupakan penyebab kematian terbanyak pada
negara-negara berkembang 4.
Di Indonesia hipertensi cenderung meningkat. Hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001
menunjukkan bahwa 8,3% pasien menderita hipertensi dan
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Hasil SKRT
tahun 1995, 2001, dan 2004 menunjukkan penyakit
kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu penyebab
kematian di Indonesia dan sekitar 20-35% kematian
tersebut disebabkan oleh hipertensi 5.
Table 1. definisi dan klasifikasi tingkat tekanan
darah menurut WHO 6.
Kategori Sistolik Diastolik
Optimum < 120 mmHg < 80 mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal-tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi derajat 1
(ringan)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Subkelompok : borderline 140-149 mmHg 90-94 mmHg
Hipertensi derajat 2
(sedang)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi derajat 3
(berat)
≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
Hipertensi sistolik
terisolasi
≥ 140 mmHg < 90 mmHg
Subkelompok : borderline 140-149 mmHg < 90 mmHg
Tabel 2. klasifikasi tekanan darah umur ≥ 18 tahun
menurut JNC-7 versus JNC-6 6.
JNC-7
kategori
tekanan
JNC-6
kategori
tekanan
Tekanan
darah
sistolik
Dan/atau Tekanan
darah
diastolic
(mmHg)
Normal Optimal < 120 mmHg Dan < 80 mmHg
Pre-
hipertensi
120-129
mmHg
Atau 80-89 mmHg
Normal <130 mmHg Dan < 85 mmHg
Normal-
tinggi
130-139
mmHg
Atau 85-89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat 1 Derajat 1 140-159
mmHg
Atau 90-99 mmHg
Derajat 2 ≥ 160 mmHg Atau ≥ 100 mmHg
Derajat 2 160-179
mmHg
Atau 100-109
mmHg
Derajat 3 ≥ 180 mmHg Atau ≥ 110 mmHg
Hipertensi Sistolik Terasosiasi (HST) merupakan
keadaan yang sering diderita pada pasien hipertensi
usia lanjut. Keadaan ini diakibatkan oleh kehilangan
elastisitas arteri karena proses menua. Kekakuan aorta
akan meningkatkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan
pengurangan volume aorta yang pada akhirnya menurunkan
Tekanan Darah Diastolik (TDD). Semakin besar perbedaan
TDS dan TDD atau tekanan nadi, semakin besar pula
risiko komplikasi kardiovaskular 3. Komplikasi yang
tersering adalah stroke, gagal jantung kongestif, gagal
ginjal, dan hipertrofi ventrikel kiri 7.
Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama setiap
tingkatan usia, direkomendasikan agar tekanan darah
dapat mencapai kurang dari 140/90 mmHg 3,8,9. Pengobatan
hipertensi harus dimulai sejak dini untuk mencegah
kerusakan organ sasaran. Pada usia lanjut penurunan
takanan darah harus dilakukan hati-hati dengan
memperhaikan apakah terdapat hipertensi berat yang
lama. Pada usia lanjut penurunan berat badan (pada
penderita obesitas) dan mengurangi asupan garam amat
penting dalam pengelolaan hipertensi 3. Berdasarkan hal
tersebut di atas, penulis akan menjelaskan tentang
sebuah kasus hipertensi pada pasien usia lanjut.
Case Report
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.K
Usia : 79 tahun
Pekerjaan : Bekas Juru Masak
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Tanjung Duren
Status : Menikah
Keluarga : 2 anak perempuan, suami bekerjasebagai pegawai bank
Agama : Kristen Protestan
Ruang : Mawar 3 Panti Sosial TresnaWerdha Budi Mulya 3 Ciracas
No. Rekam Medis : Tidak diketahui
Riwayat alergi : -
Riwayat masuk : Operasi benjolan di kaki ± 40tahun yang lalu
Riwayat pemberian obat : amilodipin 5 mg dan vitamin Bcomplex, sampai sekarang
Masuk Panti Tahun : 14 Januari 2007
Pada saat anamnesis, pasien merasa sehat dan tidak
merasakan adanya keluhan tetapi berdasarkan keterangan
pasien, Ny.K memiliki keluhan sering nyeri di sekitar
leher belakang, pusing, dan mata kunang-kunang. Dari
hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi keturunan, orang tua dan anak pasien juga
memiliki riwayat hipertensi. Tekanan darah terakhir Ny.
K pada tanggal 19 November 2012 adalah 140/80 mmHg.
Selama ini pasien tidak pernah merokok dan minum
alkohol. Pasien tidak memiliki gejala diabetes seperti
cepat haus, sering buang air kecil, dan nafsu makan
meningkat. dari hasil pemeriksaan gula darah sewaktu
terakhir pasien dinyatakan normal. Pasien tidak pernah
menderita sesak napas dan nyeri pada dada. Keluhan lain
yang sering dirasakan pasien yaitu sering sakit pada
persendian terutama pada kedua lutut. Nyeri hilang pada
saat istirahat dan timbul kembali pada saat aktivitas
yang berlebih, dan sering bengkak pada pergelangan kaki
kanan hanya pada saat pagi hari. Dari hasil rekam medis
pasien selama 2 tahun terakhir, pasien tidak pernah
didiagnosis adanya penyakit muskuloskeletal. Selama ini
pasien meminum obat antihipertensi yaitu amilodipin 5
mg dan rajin meminum vitamin B complex. Prognosis
pasien dubia ad malam.
Pemeriksaan fisik
1.Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
2. Vital sign
- tekanan darah : 140/80 mmHg (19 November 2012)
- respirasi : tidak diketahui
- nadi : tidak diketahui
- suhu : tidak diketahui
3. Status gizi
- berat badan : 40 kg
- tinggi badan : 150 cm
- IMT : 17.7 %
4. Status generalis
A. Kepala
- bentuk : normocephal
- rambut : hitam dan hampir setengah dari luas
permukaan dipenuhi uban
- mata : normal
- telinga : normal
- hidung : normal, tidak terdapat deviasi
septum
- tenggorokan : tidak terdapat deviasi trakea
- mulut : normal, tidak terdapat laserasi
maupun infeksi
B. Leher : normal
C. Thorak
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskulitasi : tidak dilakukan
D. Abdomen
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Gula darah Sewaktu : 128 gr/dl (23
September 2012)
Riwayat keluarga
Orang tua dan anak Pasien mempunyai riwayat Hipertensi
Ny. K saat ini tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulya 3 Ciracas. Pasien masuk ke PSTW ini
pada tanggal 14 Januari 2007 setelah sebelumnya pasien
tinggal bersama keponakannya. Oleh karena pasien tidak
kerasan tinggal bersama sanak saudara, pasien
memutuskan untuk tinggal di PSTW dengan mengurus segala
administrasi secara mandiri. Ny. K sudah 30 tahun tidak
bertemu dengan anak sendiri, dikarenakan memiliki
permasalahan dengan menantunya. Ny. K sendiri pun
sampai sekarang tidak tahu keberadaan suaminya.
Keluarga pasien rutin menjenguk Ny. K setiap 1 tahun
sekali.
Keseharian Ny. K adalah dengan melakukan kegiatan
layaknya ibu rumah tangga di PSTW seperti menyapu,
mengepel, mencuci baju, dan membantu memotong sayuran.
Ny. K tidak pernah mengikuti kegiatan rutin yang
diadakan oleh PSTW seperti kerajinan tangan, panggung
gembira, dll. Makanan yang sehari-hari dimakan oleh Ny.
K mengikuti apa yang disediakan oleh pihak panti,
walaupun terkadang pasien mengeluh nafsu makannya
berkurang.
Ny. K mulai mendapatkan pengobatan semenjak tinggal di
PSTW. Ny. K terkadang mengeluh sulit untuk mendapatkan
obat dari PSTW dan bertemu dokter hanya 3 bulan sekali.
Ketika obat pasien habis, biasanya pasien meminta
kepada para petugas di PSTW tetapi terkadang petugas
menjawab stok obat tidak tersedia. Pasien sering
mendapat obat dari para praktikan seperti perawat dari
sebuah institusi yang praktek lapangan di PSTW, tetapi
hal tersebut juga tidak bisa menjamin ketersediaan
obat. Pasien juga mengeluhkan tentang pengadaan pakaian
yang kurang di PSTW yang hanya diberikan 1 tahun
sekali.
DISKUSI
Menua atau aging adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti
hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus dan
kanker) 10.
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang
sangat rumit antara faktor genetik dan lingkungan yang
dihubungkan oleh penjamu mediator neuro-hormonal.
Secara umum disebabkan oleh peningkatan tekanan perifer
dan/atau peningkatan volume darah.
Teori terkini mengenai hipertensi primer
meliputi :
- Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis
1. Respon maladaptif terhadap stimulasi sistem
saraf simpatis
2. Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar
katekolamin serum yang menetap.
- Peningkatan aktivitas sistem rennin-
angiotensin-aldosteron (RAA)
1. Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi
tetapi juga meningkatkan aktivitas sistem
saraf simpatis dan menurunkan kadar
prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat
2. Memediasi remodelling arteri (perubahan
struktural pada dinding pembuluh darah).
3. Memediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.
- Defek pada transport garam dan air
1. Gangguan aktivitas peptide natriuretik otak
(brain natriuretic peptide, BNF), peptide natriuretik
atrial (atrial natriuretic peptide, ANF),
adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin
2. Berhubungan dengan asupan diet kalsium,
magnesium, dan kalium yang rendah.
- Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi
insulin dan fungsi endotel.
1. Hipertensi sering terjadi pada penderita
diabetes, dan resistensi insulin ditemukan
pada banyak pasien hipertensi yang tidak
memiliki diabetes klinis.
2. Resistensi insulin berhubungan dengan
penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat
dan vasodilator lain serta memengaruhi fungsi
ginjal.
3. Resistensi insulin dan kadar insulin yang
tinggi meningkatkan aktivitas saraf simpatis
dan RAA.
Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung
intervensi terkini yang diterapkan dalam
penatalaksanaan hipertensi, seperti pembatasan asupan
garam, penurunan berat badan, dan pengontrolan
diabetes, penghambat system saraf simpatis, penghambat
RAA, vasodilator nonspesifik, diuretic, dan obat-obatan
eksperimental baru yang mengatur ANF dan endotelin11.
Perubahan patofisiologi sering dikaitkan dengan
hipertensi pada usia lanjut. Pasien usia lanjut
memiliki perubahan dalam fungsi peredaran darah,
seperti berkurangnya kemampuan β-adrenergik untuk
membuat pembuluh darah elastis. Sensitivitas
baroreseptor direduksi. Rennin dalam plasma dan rennin
pada ginjal yang berfungsi untuk membuang sodium dari
tubuh berkurang aktivitasnya seiring dengan
bertambahnya usia. hal tersebut juga disertai dengan
penurunan renal blood flow, glomerular filtration rate, dan klirens
kreatinin 12.
Tabel 3 patofisiologi dan kerusakan organ pada
usia lanjut 8.
Data WHO tahun 2000 menunjukkan 26,4% penduduk di
dunia menderita hipertensi. Menurut Riskesdas 2007, di
Indonesia prevalensi hipertensi 29,8%. Di PSTW Budi
Mulya 3,menurut distribusi penyakit pada bulan Mei
tahun 2012 sebanyak 20 WBS (Warga Binaan Sosial)
mengalami hipertensi dari total 80 WBS yang menderita
penyakit atau sekitar 25% penyakit yang ada di PSTW
merupakan hipertensi.
Ada beberapa penyebab yang menyebabkan hipertensi
pada pasien usia lanjut. Penyebab paling besar sekitar
95% dari hipertensi merupakan hipertensi primer atau
essential hypertension. Factor resiko yang menyebabkan
hipertensi primer diantaranya : bertambahnya usia,
riwayat keluarga hipertensi, intake sodium yang tinggi,
Ras African American, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan obesitas13. Hipertensi primer merupakan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya14. Pada beberapa
pasien hipertensi primer terdapat kecenderungan
herediter yang kuat15. Berbanding terbalik dengan
hipertensi sekunder yang jarang terjadi pada pasien
usia lanjut. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
diketahui penyebabnya. Beberapa penyebab dari
hipertensi sekunder diantaranya : penyakit ginjal, sleep
apnea, abnormalitas hormonal, dan penyakit vaskular
ginjal13. Dari hasil anamnesis pasien, ditemukan bahwa
pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi herediter,
dimana anak dan orang tua pasien juga menderita
hipertensi. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung
penyebab dari penyakit hipertensi pada pasien.
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan
gejala, kenaikan tekanan darah baru diketahui pada saat
pemeriksaan kesehatan. Gejala umum hipertensi (sakit
kepala, pusing, tinitus, pingsan) hampir sama dengan
kebanyakan orang normotensi16. Gejala-gejala hipertensi
merupakan gejala-gejala komplikasinya. Suatu krisis
hipertensi ditandai dengan peninggian tekanan darah
diastolik yang nyata (biasanya lebih dari 120 mmHg)
yang berkaitan dengan tanda-tanda ensefalopati akut:
sakit kepala, iritabilitas, gangguan sensorium, nausea,
dan vomitus17. Hal tersebut diatas berkaitan dengan
gejala pasien yaitu sering mengalami pusing dan mata
kunang-kunang walaupun pada saat anamnesis pasien (20
November 2012) pasien merasa sehat dan tidak ada gejala
pada saat itu.
Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) merupakan
hipertensi yang paling banyak pada usia lanjut. HST
sendiri didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. HST lebih sering
terjadi pada pasien usia lebih dari 60 tahun, sekitar
60% sampai 75% hipertensi pada usia lanjut berlanjut
menjadi HST. HST berhubungan dengan peningkatan resiko
infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi
ginjal, stroke, dan mortalitas karena kardiovaskular18. Dari hasil rekam medis pasien, didapatkan pasien
menderita HST. Hal ini didapat dari hasil riwayat
pemeriksaan tekanan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan
darah pasien bisa dilihat di tabel berikut.
Tabel 4, hasil pemeriksaan tekanan darah pasien menurut
rekam medis
No. Tanggal Hasil pemeriksaan Tekanan
Darah
1. 29 Agustus
2010
148/80 mmHg
2. 12 Juni 2011 150/80 mmHg
3. 27 Desember 170/80 mmHg
2011
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya
terapi hipertensi pada lanjut usia; dimana terjadi
penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
kardiovaskular dan serebrovaskular 6,2 . Sebelum
diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada
lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus,
mengingat beberapa orang lanjut usia menunjukkan
pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi
palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat 6.
Pasien Ny.K saat ini sulit untuk mendapatkan
pemeriksaan tekanan darah yang teratur, hal ini
dikarenakan karena kurangnya tenaga medis yang terdapat
di PSTW. Pasien mengatakan bahwa dokter hanya datang
setiap 3 bulan sekali, tetapi pihak PSTW mengatakan
bahwa dokter datang 1 bulan sekali. Tenaga medis yang
stand by di PSTW saat ini hanyalah seorang perawat dan 2
pegawai yang bekerja sebagai perawat (dengan latar
belakang bukan perawat). Perawat-perawat tersebut
dirasa sangat kurang untuk merawat sekitar 125 orang
WBS (data terakhir bulan November 2012). Keterbatasan
SDM dan kapasitas perawat untuk mendiagnosis suatu
penyakit hipertensi merupakan suatu masalah yang harus
segera diselesaikan.
Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis
pada penderita hipertensi lanjut usia, seperti halnya
pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang
perlu diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika
ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan
aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam,
pertahankan kalium yang adekuat, menghentikan merokok,
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol 19,20.
Intervensi melalui pola hidup seperti ini sangat
penting untuk terapi pada penderita hipertensi di PSTW.
Pola makan Ny.K di PSTW mengikuti apa yang diberikan
oleh PSTW. Saat ini PSTW memberikan makanan yang
bervariasi dihari-keharinya, seperti ikan, ayam, sayur-
sayuran, tempe, tahu, dll. Usaha yang dilakukan PSTW
untuk memodifikasi makanan adalah dengan membuat
makanan menjadi lebih lembek agar dapat dimakan para
lansia dan rendah garam. PSTW juga menyediakan susu
tiap harinya. Hal yang telah dilakukan PSTW sudah baik
dalam penanganan pasien hipertensi dari pola makan.
PSTW juga mempunyai kegiatan-kegiatan pada tiap
harinya, yaitu pengajian, panggung gembira,
keterampilan dalam pembuatan karya, dan senam lansia.
Hal yang sudah baik dilakukan. Ny.K mengaku tidak
pernah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, karena
Ny.K sendiri malas untuk turun ke bawah (kamar Ny.K
berada di lantai 2), sedangkan kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan di lantai dasar PSTW. Senam lansia
sendiri hanya dilakukan 1 hari dalam 1 minggu,
seharusnya intensitas dari senam lansia ini
ditingkatkan dan diwajibkan kepada WBS yang mempunyai
penyakit kardiovaskular.
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang
akan mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat,
karenanya harus dipertimbangkan dalam pemberian obat
antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan
dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan.
Menurut JNC VI pilihan pertama untuk pengobatan pada
penderita hipertensi lansia adalah diuretik atau
penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan
diuretik dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium
nikardipin. Adanya penyakit penyerta lainnya akan
menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat
antihipertensi. Pada penyakit jantung koroner, penyekat
beta mungkin bermanfaat, namun demikian penggunaannya
pada keadaaan-keadaan seperti gagal jantung/kelainan
bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan
gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif,
diuretic, penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) atau
kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik 19.
tabel 5, management of isolated Systolic hypertension 24
Target tekanan darah pada terapi pasien HST adalah
dibawah 140 mmHg untuk sistolik dan 85-90 mmHg untuk
diastolik 18. Ny. K saat ini rajin meminum obat
antihipertensi yaitu amilodipin 5 mg. Amilodipin
merupakan golongan antagonis kalsium dan sudah tepat
indikasi untuk HST apabila digabungkan pemakaiannya
dengan diuretic. Permasalahan yang ada saat ini adalah
kesulitan Ny.K untuk memperoleh obat-obatan tersebut.
Saat ini persediaan obat Ny.K adalah pemberian dari
para praktikan (seperti perawat sebuah institusi
pendidikan) yang praktek lapangan di tempat tersebut.
Persediaan obat antihipertensi yang ada di PSTW saat
ini hanyalah kaptopril. Selain itu, kekurangannya
tenaga perawat membuat tekanan darah Ny.K sulit untuk
dikontrol.
Lalu adab seorang dokter muslim untuk merawat orang
yang berusia lanjut dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan
sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa` [17]: 23) 1
Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa berbakti kepada
kedua orangtua termasuk amaliah yang paling dicintai
Allah swt.. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra.,
dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
saw.: ‘Amaliah apa yang paling dicintai Allah?’
Rasulullah menjawab: ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa
lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua
orangtua.’ ‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab:
‘Jihad fii sabilillaah (di jalan Allah).’” 22
Salah satu cara berbakti kepada kedua orangtua adalah
dengan mendoakannya, yaitu mendoakan agar mereka
diampuni dosa-dosanya dan dirahmati oleh Allah swt.,
seperti diperintahkan dalam firman Allah:
“Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua,
sebagaimana mereka berdua telah mendidikku (di) waktu kecil.’” (QS.
Al-`Israa` [17]: 25) 1
Doa untuk kedua orangtua yang merupakan upaya untuk
berbakti kepada keduanya itu tidak hanya harus
dilakukan saat mereka masih hidup, tetapi juga ketika
mereka sudah meninggal dunia, seperti disabdakan oleh
Baginda Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang
berbunyi:
Diriwayatkan dari Abu `Usaid Malik bin Rabi’ah as-
Sa’idi ra., bahwa dia berkata: “Ketika kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang
lelaki dari Bani Salamah mendatangi beliau, kemudian
dia bertanya: ‘Wahai Rasulullah, masih adakah
(kewajiban) berbakti kepada ibu-bapakku setelah
keduanya meninggal?’ Rasulullah menjawab: ‘Ya, (masih ada),
(yaitu) menshalatkan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya,
melaksanakan janji mereka berdua setelah keduanya (wafat), menjalin
hubungan silaturahim (kekerabatan) yang tidak akan tersambung kecuali
melalui keduanya, dan menghormati teman keduanya.’” (HR. Abu
Dawud, 4/336 (5142) 23
Hanya saja, perlu digarisbawahi bahwa hal itu boleh
dilakukan bila kedua orangtua kita beragama Islam.
Tetapi bila ternyata keduanya (atau salah satunya)
tidak beragama Islam, maka kita dilarang untuk
memohonkan ampunan untuknya. Hal ini didasarkan pada
firman Allah swt.:
ا ان� م� ي� ك� ب� لن� ن� ل� ي�� ذ� وا وال� ن� م� ن� ا� روا ا! ف� غ� ت% س' ن� ي�� ي� رك� لمش'- و ل� وا ول�' ان�� ولي� ك�' ي ا! ب�� %'ر ق�
ن� عذ م� ا ب�� ن� م� ي= ب� هم ت�? هم ل� ن�� اب� ا! ح ص� م ا! ي� ح ج� ال�ا ان� وم� ار ك� ف� غ� ت% م اس� ي� راه� ب�� Sه ا ي� VWت أ لأ! ل Sن� ا ذة% ع� وع� ا م� ذه� اة وع� ي�� Sا ا لم ن� ف�� ي= ب� ه ت�? ه ل'' ''�eن ا!
ذو ع� ا! هلل ر ب� ه ن�? ي� ن� م� Sم ا ي� راه� ب�� Sاة ا و م لأ! لي� ح�
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Alloh swt) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah
jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka Jahannam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Alloh
swt) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka ketika jelas bagi Ibrahim
bahwa bapaknya itu adalah musuh Alloh, maka Ibrahim berlepas diri dari
padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun.” (QS At-Taubah :113-114) 1
SIMPULAN
Hipertensi merupakan kasus yang sangat sering
ditemukan baik di dunia maupun di Indonesia. manusia
secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolic dan structural yang disebut sebagai “penyakit
degeneratif” (seperti hipertensi, aterosklerosis,
diabetes mellitus dan kanker) 9. Pada pasien usia
lanjut, Hipertensi Sistolik Terasosiasi (HST) biasanya
sering terjadi. HST berhubungan dengan peningkatan
resiko infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri,
disfungsi ginjal, stroke, dan mortalitas karena
kardiovaskular. Perlu penanganan yang komprehensif
dalam penanganan hipertensi pada lansia dari berbagai
aspek, yaitu perubahan pola hidup, pengaturan pola
makan, monitor tekanan darah, dan pemberian obat-obatan
yang sesuai indikasi.
Saran – saran penulis kepada pasien sehubungan
dengan pembahasan tersebut diatas :
1. Pasien harus mencari tahu apa yang sedang
terjadi dengan penyakitnya dan apa saja
komplikasi yang dapat terjadi.
2. Pasien harus mengontrol asupan makanannya (diet
rendah garam) untuk mengontrol tekanan darah
pasien agar tidak berkembang menjadi komplikasi
lebih lanjut.
3. Pasien harus bersikap pro-aktif dengan meminta
agar tekanan darahnya dikontrol secara teratur
dengan petugas PSTW.
4. Pasien harus menyesuaikan kegiatannya dengan
melakukan aktivitas yang diadakan oleh PSTW.
Saran – saran penulis untuk PSTW sehubungan dengan
kasus tersebut diatas adalah :
1. Hipertensi merupakan penyakit yang paling
banyak terjadi, sehingga PSTW perlu perhatian
yang cukup terhadap penyakit tersebut.
2. PSTW perlu melakukan pemeriksaan yang rutin
terhadap semua WBS di PSTW Budi Muya 3 dengan
secara pro-aktif menggandeng semua instansi
kesehatan baik pemerintahan maupun institusi
pendidikan.
3. Perlu adanya penambahan tenaga medis
terutama perawat yang terampil.
4. Melakukan screening terhadap berbagai
penyakit agar pegawai PSTW tahu bagaimana
penanganan berbagai penyakit di PSTW.
5. Mengirimkan pegawai-pegawai terutama perawat
ke pelatihan atau seminar agar perawat lebih
terampil dalam menangani pasien
6. Perlu pengadaan dokter jaga di PSTW agar
penanganan pasien lebih optimal
7. Penggalangan dana perlu dilakukan untuk
mensukseskan program diatas sesuai dengan UU
no.13 tahun 1999 tentang tanggung jawab
pemerintah dan dinas sosial masyarakat dalam
meningkatkan upaya perlindungan sosial dan
agama lansia, menciptakan lingkungan ramah,
serta menunjang kreativitas dalam
meningkatkan kesejahteraan lansia20.
ACKNOWLEDGEMENT
Pada bagian ini penulis ingin berterimakasih
kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas
yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan
pengumpulkan data. Kepada Ny. K yang telah bersedia
untuk diambil data-datanya demi terciptanya laporan
ini. Kepada seluruh WBS di PSTW Budi Mulya 3 yang
dengan hangat menerima mahasiswa kepeminatan geriatri.
Kepada dr. Fathul Jannah, Msi yang telah memberikan
bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus
ini. Tidak lupa kepada dr.Faisal Sp.PD, dr. Hj.
Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun dan
teman-teman kelompok 2 kepeminatan geriatrii dan teman
sejawat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Daftar Pustaka
1. AL QUR’AN dan terjemahannya, surat Al-Isra ayat
23. Surat Al-Isra ayat 25. Surat At-Taubah ayat
113-114.
2. Kaplan, N.M., & Victor, R.G. Kaplan’s Clinical
Hypertension. Tenth Edition. P: 2. 2010
3. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I.
Simadibrata, M. Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta : InternaPublishing.
Hal : 899 – 901. 2009.
4. Ward, Helen. Toledano, Mireille B. Shaddick,
Gavin. Davies, Bethan. Elliot, Paul. Oxford
Handbook of Epidemiology for Clinicians. P : 334. 2012.
5. Rahajeng, E. Tuminah, S. Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Jakarta : Pusat
Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
2009.
6. The Sixth Report of the Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation,
and treatment of high blood pressure. NIH
publication No. 98-4080 November 1997.
7. Goroll, Allan H. Muley, Albert G. 2009.
“Primary Care Medicine”. Office Evaluation and
Management of the Adult Patient. Sixth Edition.
Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins. P
: 103
8. Virdis, A. Bruno, R.M. Neves M. Fritsch.
Bernini, G. Taddei, S. Ghiadoni, L. hypertension in
Elderly : An Evidence-based Review. 2011.
9. Aronow, Wilbert S. Why and How We Should Treat Elderly
Patients with Hypertension?. New York : Division of
Cardiology, Geriatrics, and Pulmonary/Critical
Care, New York Medical College. 2010.
10. Prananka, K.,& Martono, H. Buku Ajar Boedhi-
Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Hal: . 2011
11. Brashers, V.L. CLINICAL APLICATION OF
PATOPHYSIOLOGY, ASSESMENT, DIAGNOSTIC REASONING, AND
MANAGEMENT, SECOND EDITION. Elshevier Science. P:
1-2. 2001
12. Gallo, Joseph J. Busby-Whitehead, J. Peter V.
Siliman, Rebecca A. Murphy, John B. Reichel’s Care
of the Elderly Clinical Aspect of Aging, fifth edition.
Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
P: 129-130. 1999
13. Black, Henry R. Elliot, W.J. Hypertension A
Companion to Braunwald’s Heart Disease.
Philladelphia : Saunders, an imprint of
Elsevier Inc. p: 5-6. 2007
14. Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E.,
Asputra H., Siahaan S.S. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang
Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari sampai Juni 2008. 2009.
15. Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 11st ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
16. Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., &
Simpson, I.A. (Eds). Lecture Notes Kardiologi (Edisi
Keempat ed., Vol.4).(A, Agoes, & A.D. Rachmawati,
Trans.) Penerbit Erlangga. Hal : 59. 2005
17. Burnside, J.W., McGlyn, T.J.(Eds).(2005).
Adams Diagnostic Fisik(Edisi 17).(Lukmanto, H., Trans.)
Jakarta: EGC, 1995. P: 245.
18. Giudice, A.D., Pompa,G. Aucella, F.
Hypertension in the Elderly. JNephrol, 2. 2010.
19. Kuswardhani, RA.T. Penatalaksanaan Hipertensi pada
usia lanjut. Jurnal Penyakit dalam, Volume 7. 2006
20. Westhoff, T.H., et all. 2007. Too Old to Benefit
from Sports? The Cardiovascular Effects of Exercise Training in
Elderly Subjects Teated for Isolated Systolic Hypertension.
Kidney Blood Press Res 2007;30:240–247.
21. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13
TAHUN 1999 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
22. Hadits Riwayat Bukhari Muslim.
23. Hadits Riwayat Abu Dawud.
24. Chobanian, A. V. Isolated Systolic Hypertension in the
Elderly. The New England Journal of Medicine.
2007.
25. Lampiran 1
KETERANGAN :
SAMPAI DENGAN AKHIR BULAN MEI 2012
JUMLAH WBS (WARGA BINAAN SOSIAL) PSTW BUDI MULIA 3
CIRACAS BERJUMLAH : 127 ORANG
LAKI-LAKI : 55 ORANG
PEREMPUAN : 72 ORANG
MUSLIM : 110 ORANG
KRISTEN : 16 ORANG
KATOLIK : 1 ORANG
TOTAL CARE : 35 ORANG
KETERANGAN PENYAKIT
DENGAN HIPERTENSI : 20
ORANG
DENGAN DM : 6 ORANG
DENGAN EPILEPSI
: 1 ORANG
DENGAN PARKISON : 1
ORANG
DENGAN TBC : 1
ORANG
DENGAN FRAKTUR : 2 ORANG
DENGAN HERNIA : 2
ORANG
DENGAN KATARAK : 11 ORANG
DENGAN GATAL-GATAL : 3
ORANG
DENGAN OBESITAS :1
ORANG
DENGAN PSIKOTIK : 7
ORANG
DENGAN ASMA : 2
ORANG
DENGAN DEMENSIA : 12
ORANG
DENGAN STROKE : 5
ORANG
DENGAN TUNA NETRA : 5
ORANG
DENGAN GANGREN : 1 ORANG