Top Banner
1 PENGARUH PARTISIPASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN (Studi kasus pada PT Pegadaian Wilayah VII Makassar) Srikandi Matippanna Universitas hasanuddin Dibimbing oleh: Sri Sundari Universitas Hasanuddin Rahmawati HS Universitas Hasanuddin ABSTRACT This study aims to determine the effect of budgetary participation and leadership style to employee’s motivation. The data used in this research were obtained from questioner. Questioner given away to 63 employees of PT Pegadaian Wilayah VII Makassar and distribution who involved in budgetary participation. Collected data processed by multiple regression statistical with Statistical Package for Social Science (SPSS). Research findings showed that budgetary participation and leadership style either simultaneously or partially have a significant effect on motivation. Of 52,2 percent, while the rest of 47,8 percent is explained by other variables. Keywords: participation, leadership style, motivation. 1. PENDAHULUAN Menghadapi era globalisasi dan persaingan dalam dunia ekonomi bebas, perusahaan diharapkan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan yang menuntut pihak manajemen harus mampu menghadapinya. Keberhasilan dalam mengelola suatu perusahaan tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan sikap bawahan dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin, Kartono (2009: 6). Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Anggaran merupakan alat untuk perencanaan dan pengendalian serta berkaitan erat dengan perilaku manusia sebagai pelaksana anggaran. Oleh karena itu anggaran yang disusun harus senantiasa relevan dengan tujuan perusahaan dan mendapat dukungan dari pelaksana anggaran. Dengan kata lain pelaksana anggaran mempunyai
25

partisipasi anggaran

Dec 28, 2015

Download

Documents

sharonizta

.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: partisipasi anggaran

1

PENGARUH PARTISIPASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN(Studi kasus pada PT Pegadaian Wilayah VII Makassar)

Srikandi MatippannaUniversitas hasanuddin

Dibimbing oleh:

Sri SundariUniversitas Hasanuddin

Rahmawati HSUniversitas Hasanuddin

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of budgetary participation and leadership style to employee’s motivation. The data used in this research were obtained from questioner. Questioner given away to 63 employees of PT PegadaianWilayah VII Makassar and distribution who involved in budgetary participation. Collected data processed by multiple regression statistical with Statistical Package for Social Science (SPSS). Research findings showed that budgetary participation and leadership style either simultaneously or partially have a significant effect on motivation. Of 52,2 percent, while the rest of 47,8 percent is explained by other variables.

Keywords: participation, leadership style, motivation.

1. PENDAHULUAN

Menghadapi era globalisasi dan persaingan dalam dunia ekonomi bebas, perusahaan diharapkan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan yang menuntut pihak manajemen harus mampu menghadapinya.

Keberhasilan dalam mengelola suatu perusahaan tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan sikap bawahan dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin, Kartono (2009: 6). Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Anggaran merupakan alat untuk perencanaan dan pengendalian serta berkaitan erat dengan perilaku manusia sebagai pelaksana anggaran. Oleh karena itu anggaran yang disusun harus senantiasa relevan dengan tujuan perusahaan dan mendapat dukungan dari pelaksana anggaran. Dengan kata lain pelaksana anggaran mempunyai

Page 2: partisipasi anggaran

2

keinginan dalam dirinya (motivasi) untuk mencapai target anggaran yang ditetapkan. Bagaimanapun baiknya sistem penganggaran atau seberapapun besarnya nilai suatu anggaran tidak akan berarti jika pelaksananya tidak menerima secara positif. Secara positif berarti anggaran dipandang sebagai suatu rencana yang ditetapkan secara rasional dan disertai komitmen untukmencapainya. Motivasi kerja dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong seseorang melakukan perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasa ada kebutuhan pada dirinya yang menuntut untuk dipenuhi.

Oleh sebab itu setiap pimpinan harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah para karyawan. Agar supaya karyawan dapat lebih efektif dalam melakukan tugasnya, maka pimpinan harus memahami situasi dalam organisasi. Dengan demikian setiap pimpinan perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan adalah faktor pimpinan yang dalam hal ini menyangkut gaya kepemimpinan.

PT Pegadaian merupakan salah satu perusahaan yang telah menerapkan participate budgeting (penganggaran partisipatif) dengan melibatkan manajer dari manajemen tingkat bawah. Dalam penyusunan anggaran, manajer dilibatkan oleh para kepala seksi yang bertanggung jawab pada suatu unit bisnis. Untuk menyusun anggaran, masing-masing unit bertanggung jawab mengajukan usulan anggaran kepada pimpinan tertinggi berdasarkan pada pedoman penyusunan anggaran untuk dinilai dan ditetapkan.

2. Telaah Literatur

2.1 Motivasi2.1.1 Teori Motivasi

Teori Maslow memandang bahwa manusia pada dasarnya melakukantindakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Maslowmengklasifikasikan kebutuhan manusia kedalam lima tingkatan (hierarki) dalamRobbins dan Judge (2009: 223). Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:

1. Fisiologis: meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya.

2. Rasa Aman: meliputi rasa ingin dilindungi dari bahasa fisik dan emosional.

3. Sosial: meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.

4. Penghargaan: meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan pencapaian; dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.

5. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecapakannya; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.

2.1.2 Pengertian MotivasiMotivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,

tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Robbins dan Judge (2009:222) mendefinisikan “motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan”.

Page 3: partisipasi anggaran

3

2.1.3 Jenis-Jenis MotivasiMenurut Hasibuan (2009:222), jenis-jenis motivasi dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu:a. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

b. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum. Tetapi jika terus menerus dilakukan atau berlaku dalam jangka waktu yang panjang, akan berdampak kurang baik bagi diri karyawan, sehingga akan mempengaruhi karyawan untuk mencari pekerjaan lain atau perusahaan lain.

2.2 AnggaranAnggaran merupakan implementasi dari rencana yang telah ditetapkan

perusahaan. Anggaran juga merupakan proses pengendalian manajemen yang melibatkan komunikasi dan interaksi formal di kalangan para manajer dan karyawan dan merupakan pengendalian manajemen atas operasional perusahaan pada tahun berjalan. Anggaran menunjukkan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini. Ada beberapa pengertian anggaran:

1. Munandar (1994:1) berpendapat Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

2. Menurut Supriyono (2000) dalam Mahanani (2009) anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.

3. Sementra itu, Menurut Garrison & Noreen (2000) dalam Safitri (2006) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu.Munandar (1994: 5) memberikan empat unsur dari pengertian anggaran,

yakni sebagai berikut.1. Rencana, ialah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau

kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Budget (anggaran) juga merupakan suatu rencana, karena budget merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja, maka sudah semestinyalah bahwa budget harus mencakup seluruh kegiatan perusahaan.

3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka-

Page 4: partisipasi anggaran

4

ragam. Dengan unit moneter dapatlah diseragamkan semua kesatuan yang berbeda tersebut, sehingga memungkinkan untuk dijumlahkan, diperbandingkan serta dianalisa lebih lanjut.

4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa budget berlakunya untuk masa yang akan datang.

2.2.1 Pendekatan Dalam Penyusunan AnggaranSecara garis besar, pendekatan dalam penyusunan anggaran dapat

dibagi menjadi tiga, Mattola (2011), yakni: 1. Pendekatan top-down 2. Pendekatan bottom-up 3. Kombinasi top-down dan bottom-up

Dalam pendekatan top-down, proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer puncak. Anggaran diturunkan dari manajer puncak kepada bawahannya dan bawahan tersebut dituntut untuk melaksanakan anggaran tanpa ada keterlibatan dalam proses penyusunannya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bawahan menjadi tertekan oleh pekerjaannya dan akan berperilaku tidak semestinya. Keunggulan pendekatan ini yaitu adanya dukungan yang kuat dari manajer puncak dalam pengembangan anggaran dan proses penyusunan menjadi lebih mudah dikendalikan oleh manajer puncak.

Dalam pendekatan bottom-up, anggaran disusun sepenuhnya oleh bawahan dan disahkan oleh manajer puncak sebagai anggaran perusahaan. Hal yang menonjol dari pendekatan ini adalah adanya negosiasi usulan anggaran antara penyusun anggaran dengan komite anggaran. Tujuan negosiasi adalah menyatukan dua kepentingan yang berbeda. Di satu pihak, manajer puncak menginginkan anggaran yang ketat untuk menjamin perusahaan memperoleh laba yang maksimal. Di lain pihak, manajer pusat pertanggungjawaban (manajer operasi) ingin agar anggaran yang disetujui mendapat kelonggaran yang cukup dan adanya tanggapan atas masalah-masalah tak terduga atau perubahan kegiatan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah dengan partisipasi yang terlalu luas sering menimbulkan konflik dan memakan waktu yang panjang dalam proses penyusunan anggaran. Sedangkan keunggulan pendekatan ini terletak pada mekanisme negosiasi yang ada antara penyusun anggaran dan komite anggaran.

Pendekatan yang paling banyak dianut adalah gabungan pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam pendekataan ini anggaran disusun oleh setiap manajer pusat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan dengan berpedoman pada tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, kelemahan dari kedua pendekatan terdahulu dapat dikurangi sampai sekecil-kecilnya sehingga bawahan merasakan bahwa dirinya diperhitungkan dan efektivitas pelaksanaan anggaran dapat terjamin.

Berdasarkan pada uraian diatas menunjukkan bahwa dalam penyusunan anggaran tidak boleh hanya dilakukan oleh manajer puncak tetapi harus disusun dengan peran serta (partisipasi) aktif para manajer tingkat menengah dan bawah sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dengan kata lain bahwa anggaran partisipatif tidak berarti bahwa setiap manajer dapat memilih dengan bebas apa yang akan dia tuju didalam anggarannya, namun anggaran partisipatif berarti bahwa manajemen setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai kesempatan untuk menjelaskan dan memberikan alasan mengenai anggaran yang diusulkannya.

Page 5: partisipasi anggaran

5

2.2.2 Proses Penyusunan AnggaranMenurut Ikhsan dan Ishak (2005:161) ada tiga tahapan utama dalam

proses penyusunan anggaran yaitu sebagai berikut.1. Penetapan tujuan. Manajemen puncak harus memutuskan apa yang

menjadi tujuan jangka pendek perusahaan dan strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya.

2. Implementasi. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian disetujui oleh menejemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus dikomunikasikan kepada penyelia dan karyawan yang kinerjanya dikendalikan.

3. Pengendalian dan evaluasi kinerja. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang-bidang masalah dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hasil kinerja aktual dengan tujuan yang telah dianggarkan secara periodik.

2.2.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran“Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian

besar orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri dari para anggota organisasi” (Ikhsan dan Ishak, 2005:173). Wirjono dan Raharjono (2007) mengatakan Partisipasi adalah keterlibatanindividu yang bersifat mental dan emosional dalam situasi kelompok bagipencapaian tujuan bersama dan berbagi tanggungjawab bersama. Partisipasi yang diberikan oleh individu bukan hanya aktivitas fisik tetapi juga sisi psikologis, yaitu seberapa besar pengaruh yang dianggap memiliki seseorang dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang terlibat dalam pengambilan keputusan akan termotivasi dalam situasi kelompok karena diberi kesempatan untuk mewujudkan inisiatif dan daya kreatifitas. Partisipasi anggaran juga akan memotivasi level lebih rendah sehingga bersedia menerima dan mencapai target serta skema pengendalian. Penyusunan anggaran dimaksudkan bukan hanya untuk menyajikan informasi mengenai rencana keuangan yang berisi tentang biaya-biaya dan pendapatan pusat-pusat pertanggungjawaban suatu organisasibisnis, tetapi juga merupakan suatu alat untuk pengendalian, koordinasi,komunikasi, evaluasi kerja, dan motivasi, Kenis (1979) dalam Soetrisno (2010).2.2.4 Manfaat Partisipasi dalam Proses Penyusunan Anggaran

Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:175) penerapan partisipasi dalam proses penyusunan anggaran memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Partisipan menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka.

2. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen.

3. Partisipasi yang berarti juga meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerja sama antaranggota kelompok dalam penetapan tujuan.

4. Partisipasi yang berarti juga berkaitan dengan penurunan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran. Hal ini disebabkan karna orang yang berpartisipasi dalam penetapan tujuan mengetahui bahwa tujuan tersebut wajar dan dapat dicapai.

5. Partisipasi juga dapat menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya organisasi antara subunit organisai, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam itu.

2.2.5 Keunggulan Partisipasi Dalam Proses Penyusunan Anggaran

Page 6: partisipasi anggaran

6

Menurut Garrison dan Noreen (2000:408) keunggulan paritisipasi dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut.

1. Setiap orang pada semua tingkat organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

2. Setiap orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam estimasi anggaran.

3. Setiap orang lebih cenderung mencapai anggaran yang penyusunannya melibatkan orang tersebut sebaliknya orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang di drop dari atas.

4. Suatu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendalinya sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika anggaran di drop dari atas mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis untuk diterapkan dan dicapai.

2.3 Gaya Kepemimpinan2.3.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Menurut Hasibuan (2009:197), “kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. “Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya”, Rivai ( 2003 : 2).

Gaya kepemimpinan adalah cara-cara khas yang digunakan ataudilaksanakan oleh seseorang dalam rangka menjalankan kepemimpinannya.Pengertian gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2003 : 15) adalah “perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya”.Masing-masing pemimpin dapat memiliki gaya yang berbeda. MenurutWahjosumidjo (1993) dalam Azhar (2009), gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas:

a. Pemimpin selalu memberikan petunjuk-petunjuk kepada orang yangdipimpin.

b. Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap orangyang dipimpin.

c. Pemimpin meyakinkan kepada orang yang dipimpin bahwa tugas-tugasharus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin.

2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada orang yang dipimpin:a. Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada mengadakan pengawasan

terhadap orang yang dipimpin.b. Pemimpin melibatkan orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan.c. Pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan

kerjasama yang saling menghormati diantara sesama anggota kelompok.Dengan melihat uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan

Page 7: partisipasi anggaran

7

secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2.3.2 Sifat-Sifat Pemimpin

George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management”, (1964) dalam Kartono (2009: 47) menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu:

1. Kekuatan Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan ditengah-tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu.

2. Stabilitas emosiPemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional.

3. Pengetahuan tentang relasi insaniSalah satu tugas pokok pemimpin ialah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak buah, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan.

4. KejujuranPemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain(terutama bawahannya).

5. Objektif Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasar prasangka sendiri).

6. Dorongan pribadiKeinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri.

7. Keterampilan berkomunikasiPemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara; mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya.

8. Kemampuan mengajar Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Mengajar itu adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran-sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka.

9. Keterampilan sosialPemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk “mengelola” manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya.

10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerialPemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan.

2.3.3 Jenis Gaya KepemimpinanMenurut Hasibuan (2009:205) ada tiga gaya kepemimpinan.

1. Gaya kepemimpinan otoriterKepemimpinan otoriter, yaitu jika seorang pemimpin menganut sistem sentralisasi wewenang. Falsafa pemimpin, bawahan adalah untuk

Page 8: partisipasi anggaran

8

pemimpin (atasan) dan menganggap dirinya paling berkuasa, paling pintar dan mampu. Pengarahan bawahan dilakukan dengan cara instruksi atau perintah. Orientasi kepemimpinannya hanya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ia kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan karyawannya.

2. Gaya kepemimpinan partisipatifKepemimpinan partisipatif, yaitu jika seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya. Pemimpin memotivasi para bawahan, agar mereka merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafa pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan, dan bawahan diminta untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan informasi, saran-saran, dan pertimbangan.

3. Gaya kepemimpinan delegatifKepemimpinan delegatif, yaitu jika seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahannya dengan agak lengkap, sehingga bawahan itu dapat mengambil keputusan dan kebijakan-kebijakan dengan agak bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.4 Penelitian TerdahuluPenelitian Jufrian (2009) yang berjudul pengaruh komitmen organisasi,

gaya kepemimpinan, dan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT Bosowa Berlian Motor. Hasil penelitian menunjukkan adannya hubungan negatif dan tidak signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan gaya kepemimpinan dengan kinerja manajerial. Dan komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

Setiawan (2010) melakukan penelitian terhadap Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. PLN (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai.

Syarif (1997), yang meneliti PT Semen Tonasa (persero). Ia mengemukakan bahwa partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran dan tingkat motivasi karyawan dalam melaksanakan anggaran pada PT Semen Tonasa sangat tinggi, sehingga disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap motivasi karyawan dalam melaksanakan anggaran.

Penelitian lainnya yang terkait dengan variabel partisipasi anggaran dan motivasi terhadap kinerja karyawan dilakukan oleh Budiman (2008), yang meneliti PT Hadji Kalla Ia mengemukakan bahwa variabel partisipasi dalam penyusunan anggaran dan motivasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel kinerja karyawan.

Penelitian Muhidin (2007) yang berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi (KAPET) Pare-pare. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif yang sangat kuat dan tidak searah artinya kenaikkan gaya kepemimpinan terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai motivasi demikian pula sebaliknya.

Penelitian Ramadhani (2009) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pekerjaan Pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan hipotesis gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran menjadi pengaruh terhadap kinerja pekerjaan pegawai Dinas

Page 9: partisipasi anggaran

9

Pertamanan Kota Medan secara simultan tidak dapat diterima karena variabel gaya kepemimpinan (X1) dan partisipasi dalam penyusunan anggaran (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pekerjaan pegawai (Y). Hipotesis gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran menjadi pengaruh terhadap kinerja pekerjaan pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan secara parsial juga tidak dapat diterima karena variabel gaya kepemimpinan (X ) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pekerjaan pegawai (Y).2.5 Kerangka Pemkiran Dan Hipotesis Penelitian2.5.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Gaya kepemimpinan yang diarahkan pada hubungan baik (relationship oriented) antara atasan dan bawahan dapat mempengaruhi munculnya partisipasi dalam penyusunan anggaran. Atasan yang mempunyai gayakepemimpinan yang berorientasi pada hubungan baik (relationship oriented) akan lebih meningkatkan motivasi karyawan. Dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap efektivitas partisipasi anggaran dalam rangka peningkatan motivasi karyawan.2.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sejalan dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran sebagaimana diuraikan dimuka, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah: H1: Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap motivasi karyawan.H2: Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi.H3: Partisipasi anggaran dan gaya kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap motivasi karyawan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Dengan penelitian

kausalitas ini selain mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (membuktikan hubungan sebab-akibat).

Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran

(X1)

Gaya Kepemimpinan(X2)

Motivasi Karyawan(Y)

Page 10: partisipasi anggaran

10

3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di PT Pegadaian Kota Makassar. Waktu penelitian

dilakukan selama kurang lebih dua bulan.3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah partisipasi dan gaya kepemimpinandalam penyusunan anggaran, untuk selanjutnya disebut X. Variabel dependen adalah motivasi karyawan, untuk selanjutnya disebut Y.3.4 Pengukuran Variabel

Ada dua variabel yang akan dijelaskan hubungannya yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).X1= Partisipasi dalam penyusunan anggaranX2= Gaya KepemimpinanY = Motivasi karyawan3.4.1 Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran

Variabel partisipasi anggaran diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) dalam Ramadhani (2009). Setiap responden diminta untuk menjawab 5 butir pertanyaan yang mengukur tingkat partisipasi, pengaruh yang dirasakan dan kontribusi responden dalam proses penyusunan anggaran, dengan memiliki skala 1 sampai dengan 5.

Keenam item yang digunakan untuk mengukur partisipasi dalam penyusunan anggaran terdiri atas:

1. keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. kebutuhan memberikan pendapat 3. kerelaan dalam memberikan pendapat 4. besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir 5. seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang

disusun. 3.4.2 Gaya Kepemimpinan

Untuk mengukur variabel kepemimpinan di gunakan beberapa indikator sebagai berikut:

1. Berorientasi tugas atau kepemimpinan yang mengendalikan, danmenstruktur.

2. Berorientasi hubungan atau penuh perhatian.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari (fiedler dan

yukl, 1981) dalam J. Sumarno (2005), skala tersebut merupakan pasangan kata yang berlawanan, yaitu meliputi 16 pasangan kata.3.4.3 Motivasi Karyawan

Untuk mengukur variabel motivasi karyawan digunakan beberapa indikator sebagai berikut:

1. Sikap positif terhadap tugas yang diberikan oleh atasan terutama yang menyangkut pelaksanaan anggaran.

2. Semangat kerja dalam melaksanakan tugas sehubungan dengan apa yang ditetapkan dalam anggaran.Untuk mengukur indikator-indikator variabel tersebut digunakan skala

likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih skala pernyataan dari skala likert 1-5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan replikasi dari Zaini (2000).

Page 11: partisipasi anggaran

11

3.5 Populasi dan SampelMenurut Sugiyono (2011: 90) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Jumlah keseluruhan populasi yang akan diteliti adalah 63 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu Sugiyono (2011: 93).3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data subyek dengan bersumber pada data primer. Oleh karena itu, data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode survei, yaitu: 1) Wawancara, dan 2) Kuesioner (Indriantoro dan Supomo, 1999:152).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. 3.7 Analisis Data3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian, yakni partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan, dan motivasi. Penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran aktual, dan nilai rata-rata (mean).3.7.2 Uji Kualitas Data

Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi: pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu: reliabilitas dan validitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliable dan kurang valid (Indriantoro dan Supomo, 1999:179-180).3.7.2.1 Uji Validitas Data

Uji validitias digunakan untuk mengetahui kesamaan antara data yang dikumpulkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Sebuah pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, Sugiyono (2011: 137). Pendekatan yang digunakan untuk mengukur validitas dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity)dengan teknik korelasi product moment yaitu dengan membandingkan nilai r (Corrected Item Total Corelation) dengan r tabel sehingga dapat diketahui item pertanyaan mana yang gugur dan yang mana yang sahih (Ngatemin, 2009).3.7.2.2 Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap pernyataan yang sama menggunakan alat ukur yang sama pula. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya. Besarnya

Page 12: partisipasi anggaran

12

tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas (Jogiyanto, 2004: 132). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha (α), dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel), bila memiliki Cronbach Alpha ≥ 0,60 (Sunyoto, 2011: 70).3.7.3 Uji Asumsi Klasik3.7.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan data dan dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ngatemin, 2009).3.7.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang erat antar variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas dilihat dari angka colinearity statistic yang ditunjukkan oleh nilai Varian Inflation Factor (VIF) atau Tolerance (Ghozali, 2002 dalam Ngatemin, 2009).

Jika angka VIF > 10 atau Tolerance < 0,10 maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinearitas. Jika VIF < 10 atau Tolerance > 0,10 maka variabel bebas tidak memiliki masalah multikolinearitas.3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Santoso (2004: 208), metode ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot disekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga uji diatas, sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan. Hal ini dikarenakan uji autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah time series (Hadi, 2006:175) dalam Ramadhani (2009). 3.7.4 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier berganda (multiple regression) dengan bentuk interaksi secara keseluruhan. Selanjutnya data yang didapat dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan regression analysis dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution), yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier, dimana dalam persamaan regresinya adalah sebagai berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:Y = motivasi karyawana = konstantaX1= partisipasi anggaranX2 = gaya kepemimpinanb = koefisien regresi

Page 13: partisipasi anggaran

13

3.7.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)Digunakan untuk memperkuat keyakinan penulis tentang kesimpulan

hasil yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan analisis korelasi linear. Di samping itu analisis ini juga dapat di gunakan untuk mengetahui apakah bukti yang ada memadai atau tidak dengan signifikan sebesar 0,05, sehingga kesimpulan yang diambil jika pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual pada taraf 0,05 berarti hipotesis diterima. Jika lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis ditolak.3.7.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel terikat atau tidak. Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig, jika probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi DataPengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner pada responden dengan mendatangi langsung lokasi pengambilan sampel yaitu karyawan PT Pegadaian Kota Makassar yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran pada empat divisi yaitu divisi Operasional dan Pengembangan, divisi Keuangan, divisi SDM, dan divisi Logistik. Proses pendistribusian hingga pengumpulan data dilakukan kurang lebih dua minggu yaitu dari tanggal 15 Maret–8 April 2013. Kuesioner dibagikan kepada 63karyawan yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Distribusi kuesioner dalam penelitian ini secara lengkap tersaji dalam tabel berikut.Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner

No KeteranganJumlah

KuesionerPersentase

1 Distribusi kuesioner 63 100%2 Kuesioner yang kembali 63 100%3 Kuesioner yang tidak kembali 0 0%4 Kuesioner yang cacat 0 0%5 Kuesioner yang dapat diolah 63 100%

n sampel = 63Responden Rate = 100%

Sumber: Data Primer, diolah 20134.1.1 Karakteristik Responden

Responden terdiri dari tiga divisi pada PT Pegadaian Makassar. Sebanyak 63 kuesioner yang telah dikembalikan oleh responden dan dapat dipergunakan dalam pengolahan data. Adapun karakteristik responden sebagai berikut.1. Jenis KelaminTabel 4.2 Jenis Kelamin Responden

Page 14: partisipasi anggaran

14

Frequency

Percent

Validlaki-laki 46 73

perempuan 17 27Total 63 100,0

Sumber: Data primer, diolah 2013Pada tabel jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah responden yang

paling banyak adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46 orang atau sebesar 73%.2. Tingkat UsiaTabel 4.3 Tingkat Usia Responden

Sumber: Data primer, diolah 2013Pada tabel tingkat usia menunjukkan bahwa usia responden rata-rata

berkisar antara 30-39 yaitu berjumlah 25 orang atau sebesar 39,7%.3. Lama BekerjaTabel 4.4 Lama Bekerja Responden

Sumber: Data primer, diolah 2013Pada tabel lama bekerja menunjukkan bahwa rata-rata responden

bekerja selama enam sampai sembilan tahun yaitu sebanyak 24 orang atau sebesar 38,1%.4. Keterlibatan Penyusunan AnggaranTabel 4.5 Keterlibatan Penyusunan Anggaran

Sumber: Data primer, diolah 2013Pada tabel keterlibatan penyusunan anggaran menunjukkan bahwa

responden paling banyak terlibat dalam penyusunan anggaran selama enam sampai delapan tahun yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 36,5%.

Frequency

Percent

Valid

20-29 20 31,730-39 25 39,739-49 18 28,6Total 63 100.0

Frequency

Percent

Valid

3-6 21 33,36-9 24 38,1> 9 18 28,6

Total 63 100.0

Frequency

Percent

Valid

< 3 18 28,63-5 22 34,96-8 23 36,5

Total 63 100.0

Page 15: partisipasi anggaran

15

4.2 Analisis Data4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Sebanyak 63 kuesioner yang telah dikembalikan oleh responden. Hal ini berarti response rate 100%, dan observasi penelitian berjumlah 63 sampel. Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel secara Keseluruhan

Variabel PenelitianKisaran Teoritis

Kisaran aktual

Mean

Motivasi Karyawan 6-30 22-30 26,63Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

5-25 12-25 19,54

Gaya Kepemimpinan 16-128 84-128 107,49 Sumber: Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat dideskripsikan bahwa untuk variabel motivasi karyawan dimana kisaran teoritis bernilai antara 6-30, kisaran aktual terendah 22 dan tertinggi 30, nilai rata-rata (mean) 26,63. Dengan demikian variabel motivasi karyawan menunjukkan bahwa skor jawaban responden berada pada tingkat motivasi yang bersemangat. Variabel partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan nilai kisaran teoritis 5-25, kisaran aktual terendah 12 dan tertinggi 25, nilai rata-rata 19,54. Dengan demikian untuk variabel partisipasi dalam penyusunan anggaran menunjukkan bahwa skor jawaban responden berada pada tingkat partisipasi yang tinggi. Variabel gaya kepemimpinan dengan nilai kisaran teoritis 16-128, kisaran aktual terendah 84dan tertinggi 128, nilai rata-rata 107,49. Angka ini menunjukkan bahwa skor jawaban responden berada pada tingkat yang tinggi atau berorientasi pada hubungan yang baik.4.2.2 Uji Kualitas Data4.2.2.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi produk momen Pearson (Pearson’s Product Moment) dalam program SPSS. Untuk mengetahui validitas pertanyaan dari setiap variabel,maka r

hitungdibandingkan dengan r

tabel. Rtabel dapat dihitung dengan df (degree of

freedom) yaitu dengan rumus df= N–2, dalam hal ini N adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini sampel berjumlah 63, dengan demikian dapat dihitung df = 63-2 = 61. Berdasarkan tabel r dengan signifikansi 0,05, apabila df = 61, maka diperoleh rtabel = 0,252. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid. Hasil pengujian validitas untuk setiap variabel ditampilkan dalam tabel-tabel berikut.

1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran

Item Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan1 0.897 0.252 Valid2 0.838 0.252 Valid3 0.903 0.252 Valid4 0.846 0.252 Valid5 0.863 0.252 Valid

Page 16: partisipasi anggaran

16

Sumber: Data Primer, diolah 2013Tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) untuk setiap item pertanyaan lebih besar dari rtabel. Hal ini berarti bahwa semua indikator/item pertanyaan yang mengukur variabel partisipasi anggaran adalah valid.

2. Gaya KepemimpinanTabel 4.8 Hasil Uji Validitas Gaya Kepemimpinan

Item Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan

1 0.737 0.252 Valid

2 0.830 0.252 Valid

3 0.895 0.252 Valid

4 0.894 0.252 Valid

5 0.866 0.252 Valid

6 0,852 0,252 Valid

7 0,906 0,252 Valid

8 0,857 0,252 Valid

9 0,830 0,252 Valid

10 0,881 0,252 Valid

11 0,849 0,252 Valid

12 0,834 0,252 Valid

13 0,829 0,252 Valid

14 0,826 0,252 Valid

15 0,857 0,252 Valid

16 0,792 0,252 Valid

Sumber: Data Primer, diolah 2013Tabel 4.8 di atas menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) untuk setiap item pertanyaan lebih besar dari rtabel. Hal ini berarti bahwa semua indikator/item pertanyaan yang mengukur variabel gaya kepemimpinan dapat dinyatakan valid.

3. Motivasi KaryawanTabel 4.9 Hasil Uji Validitas Motivasi Karyawan

Item Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan1 0.724 0.252 Valid2 0.710 0.252 Valid3 0.584 0.252 Valid4 0.765 0.252 Valid5 0.664 0.252 Valid6 0.666 0.252 Valid

Page 17: partisipasi anggaran

17

Sumber: Data Primer, diolah 2013Tabel 4.9 di atas menunjukkan Corrected Item-Total Correlation (rhitung) untuk setiap item pertanyaan lebih besar dari 0.252 yang merupakan nilai dari rtabel. Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang mengukur variabel motivasidinyatakan valid.4.2.2.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas menunjukkan seberapa besar suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan digunakan sebagai alat pengumpul data. Metode yang digunakan adalah metode Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0.60.Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Data

Variabel Alpha Cronbach KeteranganPartisipasi Anggaran 0.917 > 0.60 ReliabelGaya Kepemimpinan 0.973 > 0.60 Reliabel

Motivasi 0.775 > 0.60 Reliabel Sumber: Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas di atas menunjukkan bahwa semua variabel yang dijadikan instrumen adalah reliabel atau dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data sebab nilai cronbach’s alpha> 0.60. Reliabilitas yang semakin tinggi menunjukkan hasil ukur yang didapatkan semakin terpercaya.4.2.3 Uji Asumsi Klasik4.2.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal. Ada dua metodedalam menguji normalitas, yaitu metode normal probability plot dan metodestatistik. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Berikut ini adalah gambar grafik normal probability plot untuk setiap model regresi.

Sumber: Output SPSS 20, 2013

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Gambar 4.1 di atas menunjukkan adanya titik-titik data yang tersebar di

sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik tersebut mengikuti arah garis diagonal. Pengujian normalitas secara grafik tidak cukup untuk membuktikan

Page 18: partisipasi anggaran

18

apakah data sudah berdistribusi normal atau tidak karena pengujian normalitas dengan menggunakan metode grafik masih memiliki kekurangan, yaitu persepsi setiap orang dapat berbeda dalam menilai normalitas distribusi data pada sebuah grafik. Oleh karena itu, metode statistik juga diperlukan dalam mengujinormalitas data.

Uji Kolimogorov-Smirnov biasanya digunakan untuk menguji normalitas data, dengan melihat tingkat signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah dengan melihat probabilitas asymp.sig (2-tailed). Jika asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, data tidak terdistribusi secara normal.Tabel 4.11 Hasil Uji Kolimogorov-Smirnov

No. Variabel Nilai Asymp. Sig.

Taraf Signifikansi

1. Partisipasi Anggaran 0,66 0,052. Gaya Kepemimpinan 0,145 0,053. Motivasi Karyawan 0,74 0,05

Sumber: Data Primer, diolah 2013Hasil uji normalitas menunjukkan nilai probabilitas asymp.sig (2-tailed)

partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan, dan motivasi masing-masing sebesar 0,66; 0,145; dan 0,74. Hasil statistik menunjukkan bahwa semua nilai probabilitas asymp.sig (2-tailed) dari variabel-variabel yang diteliti lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan data sampel berdistribusi normal. 4.2.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan uji yang digunakan untuk menemukan apakah terjadi korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.12 hasil pengujiannya menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai variance inflation factors (VIF) lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi penelitian ini.Tabel 4.12 Statistik Kolinearitas

No. Variabel Tolerance VIF1. Partisipasi Anggaran 0,878 1,1402. Gaya Kepemimpinan 0,878 1,140

Sumber: Data Primer, diolah 20134.2.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, uji heterokedastisitas dilakukan melalui analisis grafik scatterplot. Berikut ini adalah gambar scatterplot dari hasil pengujian heteroskedastisitas untuk masing-masing persamaan regresi.

Page 19: partisipasi anggaran

19

Sumber: Output SPSS 20, 2013Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa data tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada persamaan regresi sehingga model regresi layak untuk digunakan. Pengujian secara grafik saja tidak cukup untuk membuktikan tidak adanya heterokedastisitas dalam model regresi karena persepsi setiap orang berbeda dalam menilai grafik scatterplot tersebut. Oleh karena itu, pengujian secara statistik juga akan dilakukan. Metode statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji glejser. Bila signifikan di atas 0,05, dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.

Hasil uji heterokedastisitas (lampiran tujuh) menunjukkan bahwa nilai signifikan pada partisipasi anggaran (X1), dan gaya kepemimpinan (X2) masing-masing sebesar 0,857; dan 0,727. Nilai signifikan kedua variabel ini lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heterokedastisitas.4.2.4 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, pengujian secara statistic perlu dilakukan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi dan gaya kepemimpinan dalam penyusunan anggaran terhadap motivasi karyawan. Proses analisis data ini akan dibantu dengan program computer Statistical Package For Social Science (SPSS).1. Koefisien Korelasi dan DeterminasiTabel 4.13 Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,722a ,522 ,506 1,584a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan (X2), Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran (X1)b. Dependent Variable: Motivasi Karyawan (Y)

Sumber: Output SPSS 20, diolah 2013R menunjukkan menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara

dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Berdasarkan hasil uji statistik, angka R didapat 0,722, artinya korelasi antara variabel partisipasi

Page 20: partisipasi anggaran

20

anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan sebesar 0,722. Hal ini berarti terjadi hubungan yang erat karena nilai mendekati 1.

R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R square sebesar 0,522, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel partisipasi anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan sebesar 52,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 47,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Adjusted R square adalah R square yang telah disesuaikan. Nilai yang diperoleh sebesar 0,506.

Standard error of the estimate adalah ukuran kesalahan prediksi. Dalam kasus ini nilainya sebesar 1,584. Artinya, kesalahan yang dapat terjadi dalam memprediksi motivasi sebesar 1,584.2. Uji F

Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Jika F hitung > F tabel dengan signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikan F hitung yang berada di bawah 0,05. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel dengan signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau dapat juga dilakukan dengan melihat signifikan F hitung yang berada di atas 0,05. Cara menentukan F tabel adalah mengetahui derajat bebas (df) untuk pembilang dan penyebut dengan melihat F tabel. Derajat bebas pembilang diketahui dengan jumlah variabel dikurangi satu sedangkan derajat bebas penyebut diketahui dengan jumlah sampel pembentuk regresi dikurangi jumlah variable. Derajat bebas pembilang adalah dua dan derajat bebas penyebut adalah 60.Tabel 4.14 Hasil Uji F

No. Variabel Nilai F Sig.1. Partisipasi Anggaran 32,708 0,0002. Gaya Kepemimpinan 32,708 0,0003. Motivasi Karyawan 32,708 0,000

Sumber: Data Primer, diolah 2013Berdasarkan uji ANOVA pada Gambar 4.14 di atas menunjukkan nilai F

hitung sebesar 32,708 sedangkan nilai F tabel 3,15. Hasil yang diperoleh adalah nilai F hitung > nilai F tabel dengan nilai signifikan F hitung lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa partisipasi anggaran dan gaya kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap motivasi karyawan.3. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Jika nilai t hitung > t tabel dengan signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikan t hitung yang berada di bawah 0,05. Sebaliknya, jika t hitung < t tabel dengan signifikansi 0,05, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau dapat

Page 21: partisipasi anggaran

21

juga dilakukan dengan melihat sinifikansi t hitung yang berada di atas 0,05. Cara menentukan t tabel adalah mengetahui tingkat signifikansi atau probabilitas (pr) dan derajat bebas (df) dalam tabel t. T tabel dapat dilihat pada signifikansi 0,05 /2 = 0,025 dengan derajat bebas (df = n-k-1) adalah 60.Tabel 4.15 Hasil Uji t

No. ModelRegresi

Koefisien Regresi

Nilai t Sig.

1. Constant 14,756 9,844 0,0002. Partisipasi Anggaran 0,221 4,063 0,000

3.Gaya

Kepemimpinan0,070 5,129 0,000

Sumber: Data Primer, diolah 2013Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.15 diperoleh model

persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 14,756 + 0,221X

1+ 0,070X

2 a. Konstanta

Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 9,844 dengan nilai signifikan 0,000 sedangkan nilai t tabel signifikansi 0,05 sebesar 2,00030. Nilai t hitung lebih besar daripada t tabel dan nilai signifikan lebih kecil daripada 0,05, sehingga dapat disimpulkan konstanta dalam penelitian ini signifikan. Pada persamaan regresi di atas, konstanta memiliki koefisien regresi sebesar 14,756 yang berarti jika variabel partisipasi anggaran dan gaya kepemimpinandianggap konstan, motivasi akan mengalami peningkatan sebesar14,756.

b. Partisipasi AnggaranVariabel partisipasi anggaran (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 4,063dengan tingkat signifikan 0,000 sedangkan nilai t tabel sebesar 2,00030dengan signifikansi 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan nilai signifikan variabel partisipasi anggaran lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap motivasi sehingga menerima hipotesis pertama yang menyatakan partisipasi anggaran berpengaruh terhadap motivasi.

c. Gaya KepemimpinanVariabel gaya kepemimpinan (X2) memiliki t hitung sebesar 5,129 dengan nilai signifikan 0,000 sedangkan nilai t tabel 2,00030 dengan signifikansi 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan nilai signifikan variabel gaya kepemimpinan lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti gaya kepemimpinan (X2) berpengaruh terhadap motivasi.

4.3 Pembahasan Penelitian4.3.1 Pengaruh Partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap

motivasi karyawanDari berbagai pengujian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian

menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran (X1) berpengaruh

terhadap motivasi karyawan (Y) pada Kantor Wilayah VII PT Pegadaian Makassar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zaini (2000) dan Syarif (1997) yang menyatakan adanya pengaruh positif partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap motivasi karyawan.

Page 22: partisipasi anggaran

22

Secara teori, kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Partisipasi dalam penyusunan anggaran menciptakan kesempatan pada karyawan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyusunan anggaran. Keterlibatan tersebut akan meningkatkan komitmen mereka terhadap sasaran-sasaran anggaran, karyawanyang memiliki komitmen terhadap sasaran anggaran akan termotivasi untuk meningkatkan usahanya untuk memperoleh dan menggunakan informasi yang relevan yang mendukung pembuatan keputusan.

Partisipasi adalah keterlibatan individu yang bersifat mental dan emosional dalam situasi kelompok bagi pencapaian tujuan bersama dan berbagi tanggungjawab bersama. Partisipasi yang diberikan oleh individu bukan hanya aktivitas fisik tetapi juga sisi psikologis, yaitu seberapa besar pengaruh yang dianggap dimiliki seseorang dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang terlibat dalam pengambilan keputusan akan termotivasi dalam situasi kelompok karena diberi kesempatan untuk mewujudkan inisiatif dan daya kreatifitas.

Penelitian ini tidak sependapat dengan Brownell dan Mc. Innes (1986) dan Riyadi (2000) yang menyatakan bahwa partisipasi tidak berpengaruh terhadap motivasi.4.3.2 Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan

Hasil penelitian pengaruh gaya kepemimpinan (X2) terhadap motivasi karyawan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiawan (2010) yang menyatakan ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja. Secara teori, seseorang akan berprestasi baik, jika ia diterima dan di akui dalam pekerjaan serta lingkungannya. Karena itu seorang pemimpin harus menjaga peranan aktif dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja, apabila dalam memotivasi bawahan memerlukan kata-kata, hendaknya kata-kata itu mengandung kebijakan, sehingga dapat menimbulkan rasa dihargai dan sikap optimis.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Muhidin (2007) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan menunjukkan hubungan negatif terhadap motivasi karyawan.4.3.3 Pengaruh partisipasi dan gaya kepemimpinan dalam penyusunan

anggaran terhadap motivasi karyawanHasil penelitian yang dilakukan secara bersama-sama atau simultan

menyatakan adanya pengaruh signifikan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan.

4. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat

diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pengaruh partisipasi dan gaya kepemimpinan dalam penyusunan anggaran terhadap motivasi karyawan sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap motivasi karyawan PT Pegadaian Makassar.

2. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi karyawan PT Pegadaian Makassar.

Page 23: partisipasi anggaran

23

3. Secara simultan terdapat pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan.

5.2 Saran Beberapa saran dan rekomendasi dari peneliti antara lain:

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperluas variabel yang digunakan dalam mengukur pengaruhnya terhadap motivasi karyawan.

2. Pengamatan langsung kepada objek penelitian juga disarankan untuk menghindari response bias akibat penggunaan kuesioner.

3. Untuk peneliti sejenis yang akan datang disarankan agar tidak melakukan penelitian serupa hanya pada satu instansi saja, tetapi bisa untuk beberapa instansi. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan masukan

terhadap penyusunan anggaran yang lebih baik di masa yang akan datang, juga memberikan informasi mengenai pentingnya partisipasi anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi karyawan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran dan motivasi karyawan yang lebih sempurna.

5.3 Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini dilakukan pada satu instansi saja yaitu PT Pegadaian kota Makassar. Oleh karena itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk objek di luar penelitian. Hasil penelitian mungkin akan berbeda untuk perusahaan lain.

2. Data yang dihasilkan melalui penggunaan responden mendasarkan kepada persepsi responden. Data tersebut tidak terlepas dari unsur subjektivitas. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner mungkin saja berbeda dengan kondisi yang sebenarnya. Dengan demikian, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Fachri. 2009. “Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Dalam Organisasi Perusahaan”. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Budiman, Irfan Muhammad. 2008.“Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. HADJI KALLA”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah. 2006. Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana.

Fazli Syam dan Muslim A. Djalil, 2006.“Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran: Interaksi Antara Partisipasi Anggaran dan Penggunaan Anggaran Sebagai Alat Ukur Kinerja dengan Orientasi Manajerial (Suatu Penelitian Empiris Pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)”. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Page 24: partisipasi anggaran

24

Fred N. Kerlinger. 1990. Azas-azas Penelitian Behavioral (Edisi bahasa Indonesia, Alih Bahasa; Landung R. Simatupang, Yogyakarta: Gajah Mada University Press)

Garisson dan Noreen. 2000. Akuntansi Manajerial. Terjemahan Totok Budi Santoso. Buku satu, salemba empat, Jakarta.

Hafiz, Wihisfina Frisilia. 2007. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada PT Cakra Compact Aluminium Industries”. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hernowo Narmodo dan Farid Wadji. 2007.“Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri”. Jurnal Daya saing. Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Ikhsan, Arfan, dan Ishak Muhammad. 2005. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat

Indrawijaya, I.,Adam. 1989. Perilaku Organisasi. Cet. Keempat.Sinar Baru Bandung

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, PT. BPFE, Yogyakarta.

Jogiyanto, H. M. 2004. Metodelogi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE-UG.

J.Supranto. 1986. Pengantar Probabilitas dan Statistik Induktif (Jilid2), (Jakarta:Erlangga, Cet.Pertama)

Jufrian, Almunzi. 2009. “Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Bosowa Berlian Motor”.Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Ed.1,-16.-Jakarta: Rajawali Pers.

Kenis. I., (1979), Effect of Budgetary Goal Charactiristics on Managerial Attitudesand Performance, The Accounting Review, Vol. LIV No.4 Oktober: 707-721.

Hasibuan, Malayu S.P., Haji. 2009. Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah.Bumi Aksara, Jakarta.

Mahanani, Tri. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy, Social Desirability, Dan Organizational Commitment Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mattola, Ridwan. 2011. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Dengan Locus Of Control sebagai Variabel Moderating”. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Maisardana, 2006. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Bank SUMUT Cabang Stabat”.

Moekijat. 1984. Dasar-Dasar motivasi, Sumur, Bandung.Mohyi A. 1996. Teori dan Perilaku Organisasi, UMM Press.Muhidin, Andi. 2007. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi

Karyawan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare”. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Munandar. 1994. BUDGETING, (Yogyakarta: BPFE, Edisi Pertama, Cet.Kedelapan)

Page 25: partisipasi anggaran

25

Ngatemin. 2009. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Locus of Control Terhadap Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manejerial. Tesis. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nursutan, 2001. Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. SUN, Jakarta.Ompusunggu, Krieler Bornadi dan Icuk Rangga, 2006. “Pengaruh Partisipasi

Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) Terhadap Informasi Asimetris (Studi Pada Badan Layanan Umum Universitas Negeri di Kota Purwokerto, Jawa Tengah)”. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Priyatno, Duwi. 2011. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17.C.V ANDI OFFSET.

Ramadhani, Meitia. 2009. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pekerjaan Pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan”.Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Riyadi, Slamet, 2000. “Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai variabelIntervening dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggarandengan Kinerja Manajerial”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Robbins, Stephen P., dan Judge, Timothy A. 2009. Perilaku Organisasi, Jakarta:Salemba Empat

Safitri, Niken. 2006. “Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (Jri) Sebagai Varibel Antara (Studi Pada PT. Merapi Utama Pharma Cabang Yogyakarta)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Santoso, Singgih, Fandy Tjiptono. 2004. Riset Pemasaran, Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS. PT. Elex Media Kompatindo. Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2001. Kiat Meningkatkan Produktivitas, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

--------------------------. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya, Cetakan Ketiga, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Siegel G, and Marconi, H.R. 1989. Behavioral Accounting. South Western Publishing Co. Second Edition

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi II. Jakarta: UPP AMP YKPN

Soetrisno. 2010. “Pengaruh Partisipasi, Motivasi dan Pelimpahan WewenangDalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial”. Tesis.Universitas Diponegoro.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.Sukardi. 2002. “Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial: Peran Motivasi Kerja Dan Kultur Organisasional Sebagai

Variabel Moderating”.Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.Sumarno, J. 2005. “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan

Terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada Kantor Cabang Perbankan Indonesia di Jakarta)”.Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.