Top Banner
LAPORAN KASUS UPAYA PENGOBATAN DASAR KASUS PAROTITIS OLEH: dr. Maulan Saputra PENDAMPING: dr. H. SARTONO, MM
33

parotitis

Dec 14, 2015

Download

Documents

MauLan Saputra

case report parotitis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: parotitis

LAPORAN KASUS

UPAYA PENGOBATAN DASAR

KASUS PAROTITIS

OLEH:

dr. Maulan Saputra

PENDAMPING:

dr. H. SARTONO, MM

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS PEMARON

2015

Page 2: parotitis

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS UPAYA PENGOBATAN DASAR (F.6)

KASUS PAROTITIS

Brebes, Juni 2015

Peserta Program Internship Pendamping Program Internship

dr. Maulan Saputra dr. H. Sartono, MM

Page 3: parotitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan

infeksi asimptomatik.  Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative

sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam

genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae

(Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,

bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang

dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis

epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela,

karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta

medika,2009).

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi

walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis,

artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.

Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis

yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis

Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini

penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis

Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat

berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena

central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral,

namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Sebagai dokter pada layanan primer, diagnosis parotitis harus dapat

ditegakkan, demikian pula dalam memberikan penatalaksanaan komprehensif

terhadap pasien. Upaya pengobatan dasar adalah konsep fungsional keberadaan dokter

pada tingkat layanan primer, oleh karena itu pengkajian terhadap kasus kompetensi 4

yang sering terjadi di masyarakat sangat penting untuk dilakukan.

Page 4: parotitis

B. PERMASALAHAN

Pengobatan dasar pada layanan primer diharapkan dapat memberikan

penatalaksanaan komprehensif pada penyakit dengan kompetensi 4. Pasien

diharapkan tidak perlu mendapatkan penanganan lanjutan tingkat spesialis.

Penatalaksanaan ini diharapkan dapat memenuhi standar terapi medikamenosa dan

non medikamentosa, pencegahan komplikasi.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan dalam penanganan

kasus parotitis, baik diagnosis, pemeriksaan, penatalaksanaan hingga tindakan

lanjutan apabila terjadi komplikasi

2. Tujuan Khusus

Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Pemaron

D. MANFAAT

Menjadi sumber referensi bagi tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan

Page 5: parotitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular

dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar

ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan

pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan

tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan

ini cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).

(Warta Medika,2009)

Parotitis  ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah

terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus).  Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar

ludah terutama kelenjar parotis.  Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa

pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,

infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,

payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita

atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-

obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan

zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008).

B. ETIOLOGI

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan

virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. 

Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan

terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus

subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae.Virus mumps mempunyai 2

glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga

memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat

larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari

hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4

Page 6: parotitis

ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.Virus

masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran

napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum

setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya

lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,

jantung atau otak.Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat

infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui

dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus

dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah

munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum

pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang

(Sumarmo,2008)

C. EPIDEMIOLOGI

Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus

menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva

dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada

menyusutnya imunitas.

Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi

endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada

kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak

tentara, asrama atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis

epidemika pada tahun 1968.

Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur

yang terkena 5 – 15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotits

kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan siatas 40 tahun. Namun meskipun

demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah

endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar

17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70% - 80%. Gender juga berpengaruh terhadap

angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan

perempuan.

Page 7: parotitis

D. KLASIFIKASI

1. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1

bulan hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan berarti sebelumnya anak telah

terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

2. Parotitis Akut

Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan

pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah

yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut,

khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan

dehidrasi.

E. MANIFESTASI KLINIS

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami

keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit

(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang

mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa

tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 

hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya

masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam

(suhu badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu

makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku

rahang (sulit membuka mulut).

Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang

diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar

mengalami pembengkakan.Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari

kemudian berangsur mengempis.Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di

bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual).Pada pria

dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui

aliran darah.

Page 8: parotitis

F. PATOGENESIS

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis

(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

1. Percikan ludah

2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

3. Muntahan

4. urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar

yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar

parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari

serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam

tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian

terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di

jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan

ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,

anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari

terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian

bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase

akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas

kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

G. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien parotitis akan didapatkan antara lain :

a. Pada inspeksi terlihat pembengkakan dan eritm pada kulit leher, baik

unilateral maupun bilateral.

b. Kelenjar parotisyang mengalami inflmasi biasanya teraba kenyal.

c. Kelenjar submandibularis dan sublingualis juga mengalami

pembengkakan.

d. Adanya nyeri telan

Page 9: parotitis

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia

ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya

leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif,

namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear

tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih

2 minggu.Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan

adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat

dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga.  Jika perbedaan titer

spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya  parotitis.

Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk

biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi

hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya

hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika.  Uji

netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya

untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah

respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa

infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V

mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan

berikutnya dan kemudian  menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu

jumlah yang rendah dan tetap ada.  Peningkatan 4 kali lipat dalam titer

dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. 

Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum

Page 10: parotitis

dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12

minggu.

Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus

dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor

serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat

hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak

ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

H. DIAGNOSIS BANDING

Pada umumnya diagnosis klinik parotitis mudah ditegakkan, tetapi pada kasus

tertentu perlu dibedakan dengan penyakit lain yang member gambaran klinis hampir

sama, yaitu :

a. Parotitis supurative, pada penyakit ini sering terjadi pengeluaran nanah dari

dalam kelenjar parotis bila dilakukan penekanan dan terjadi leukositosis.

b. Kalkulus saliva, akibat sumbatan saluran kelenjar parotis yang menyebabkan

pembengkakan interminten.

c. Sialolithiasis (batu parotis), gejala yang ditimbulkan diantara pembesarkan

kelenjar parotis yang berlangsung lambat dan terus menerus disertai perasaan

nyeri yang ringan sampai berat.

d. Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun.

e. Tumor parotis, ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis yang berlangsung

cepat dan progresif, umumnya unilateral dan tidak disertai rasa nyeri.

f. Sjorgen`s syndrome (Parotitis, keratokonjuntivitis, tidak adanya air mata)

I. PENATALAKSANAAN

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang

sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik

bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya

simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog

seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin

diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons

Page 11: parotitis

suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena

mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1. Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan

umum cukup baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

e. Analgetik-antipiretik bila perlu

metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin

berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka

namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum

tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai

“salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepalahebat,

gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

J. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi

pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif

Page 12: parotitis

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi

komplikasi.

2. Aktif 

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang

hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau

diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini

tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus

dan tidak menular.  Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan

bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili,

Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam

menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang

seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. 

Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu

vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang

diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam

akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-

obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan

setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin

“Mumps” dalam situasi ini

K. KOMPLIKASI

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,

obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi

nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,

pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa

penyulit,  tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang

Page 13: parotitis

organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi

setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan

yang  kurang dini menurut Nelson (2000) :

1. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian

disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi

(hiperpireksia).Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-

anak.

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah

(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan

pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena

mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga

kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi

mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit

pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.  Bila

testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya menyertai

parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 –

14 hari.Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya

bengkak dan merah.  Rata-rata lamanya 4 hari.Sekitar 30-40% testis yang terkena

menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.  Tetapi infertilitas

absolut jarang terjadi.

4. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak.Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,

mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan

kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami

Page 14: parotitis

ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti

ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita

wanita pasca pubertas

6. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang

dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan

sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik

disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan

tanda adanya pankreatitis akibat mumps. 

7. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria

terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum

diketahui.  Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis.Nefritis

ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna  tanpa meninggalkan

kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi

pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan

selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.Miokarditis ringan

dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi

dari miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.

Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

Page 15: parotitis

10. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak.Atralgia yang disertai dengan pembengkakan

dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang

jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-

pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis.Biasanya

yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.Penyakit ini berakhir 1-

12 minggu dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala

bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan

penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan

fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam

20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

Page 16: parotitis

BAB III

KASUS

A. IDENTITAS

Tanggal dilakukan anamnesis adalah 09 Juni 2015

1. Pasien

Nama : An. AS

Umur : 7 TH

JK : Laki-Laki

Alamat : Padasugih

2. Orangtua Pasien

Nama : Ny. A

Umur : 39 TH

JK : Perempuan

Alamat : Padasugih

Pekerjaan : Berdagang

Pendidikan : SD

Agama : Islam

B. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa dengan ibu pasien pada hari Selasa

tanggal 09 Juni 2015

1. Keluhan Utama

Leher kanan benjol/bengkak sejak ± 2 hari yang lalu

2. Keluhan Tambahan

Demam, batuk, pilek, pusing, nafsu makan menurun

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Dua hari sebelum datang ke PKD, pasien mengeluh leher kanan mulai

membengkak yang terasa nyeri saat perabaan. Bengkak pada leher tersebut di

rasakan semakin hari semakin membesar, Keluhan bengkak tersebut disertai

dengan keluhan nyeri teggorokan dan nyeri menelan. Keluhan ini disertai demam

yang tiba-tiba meninggi namun dengan frekuensi yang naik turun, tidak disertai

menggigil dan kejang. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak

sulit dikeluarkan, pilek, pusing, namun tidak sesak napas. Pasien juga mengeluh

Page 17: parotitis

nafsu makan menurun, namun tidak mual dan muntah, BAB dan BAK biasa tidak

ada keluhan. Pasien belum berobat untuk keluhan ini. Ibu pasien mengatakan

bahwa ada tetangga di lingkungan dan teman-temannya yang menderita keluhan

yang sama seperti ini sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama disangkal. Riwayat alergi disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan yang sama disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat

tetangga/ teman bermain dengan keluhan yang sama diketahui banyak yang

mengalami keluhan serupa.

6. Riwayat Kebersihan Diri

Anak mandi dengan sabun antiseptik 2x sehari. Kebersihan rambut kesan cukup,

kebersihan kuku buruk. Anak tidak rajin mencuci tangan dan menggunting kuku.

7. Riwayat Lingkungan

Tinggal di rumah yang berdempetan dengan rumah tetangga. Pencahayaan dalam

rumah cukup. Aliran udara dalam rumah cukup. Kebersihan di dalam rumah

cukup, kebersihan di luar rumah cukup. Sumber air dari sumur. Tidak memelihara

hewan ternak.

8. Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi menengah kebawah. Pasien mendapatkan jaminan kesehatan

untuk pengobatan.

9. Riwayat Kelahiran

Lahir normal pervaginam dengan bantuan bidan. Berat lahir diatas 2500 gr,

panjang diatas 45 cm. Tidak ada masalah selama kehamilan dan persalinan.

10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak tumbuh setara dengan teman seusianya. Rajin mengikuti posyandu, grafik

pertumbuhan tidak pernah berada dibawah garis merah. Anak aktif berkegiatan

bersama teman-teman seusianya, tidak menunjukkan tanda-tanda keterlambatan

perkembangan.

11. Riwayat Imunisasi

Imunisasi dasar lengkap di posyandu mengikuti jadwal yang diberikan bidan desa.

12. Riwayat Makan

Page 18: parotitis

Mendapatkan ASI sampai usia 1 tahun. Mulai makan pada usia 4 bulan, makan

pertama adalah bubur susu dan pisang yang dilumatkan. Tidak ada gangguan

makan. Anak sering jajan, tetapi tidak pilih-pilih makanan.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: baik

Kesadaran: compos mentis

Vital Sign:

Nadi: 90x/ menit

Suhu: 37,68* C

Pernafasan: 16x/ menit

Kepala: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema (-/-), ptosis (-/-)

Leher: Pembesaran kelenjar submandibularis (-/+), nyeri telan (+), nyeri tekan (+)

Thoraks:

Jantung: S1 > S2 reguler, bising (-)

Paru: pengembangan paru simetris, suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen:

Supel, timpani, BU (+) dbn, nyeri tekan (-)

Hepar: kesan ukuran dbn, tidak teraba massa

Lien: kesan ukuran dbn

Ekstrimitas: edema (-), akral dingin (-) kuku tampak kotor dan panjang

Status Lokalis :

Benjolan a/r Submandibula dextra, bentuk bulat, difus, permukaan rata, konsistensi

kenyal, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri tekan (+).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan.

E. DIAGNOSIS

Parotitis / Gondongan

Page 19: parotitis

F. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:

- Isolasi (menggunakan masker) untuk mencegah penularan

- Istirahat selama periode demam

- Menjaga personal hygiene

- Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang

tepat. Menghindari makanan asam dan pedas.

- Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering.

Medikamentosa:

- Syr. Paracetamol 125mg/ 5 ml: 3 x 1 sendok takar (5 ml), diberikan bila panas

tinggi tidak turun setelah dikompres

- GG tab 3 x 50 mg

- Vit B6 2 x 1

Page 20: parotitis

BAB IV

PEMBAHASAN

An. AS, 4 TH, Laki-Laki datang ke puskesmas dengan diantar oleh ibunya, mengeluh muncul

benjolan di leher kanan. Benjolan muncul di leher sejak 2 hari yang lalu, terasa nyeri saat di

tekan, keluhan tersebut di rasakan semakin hari semakin membesar, dan disertai dengan

keluhan nyeri teggorokan dan nyeri menelan. Keluhan ini disertai demam yang tiba-tiba

meninggi namun dengan frekuensi yang naik turun, batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan,

pilek, pusing, namun tidak sesak napas. Pasien mengeluh nafsu makan menurun namun tidak

mual dan muntah. Pasien belum berobat untuk keluhan ini. Ibu pasien mengatakan bahwa ada

tetangga di lingkungan dan teman-temannya yang menderita keluhan yang sama seperti ini

sebelumnya. Riwayat keluhan yang sama disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat

keluhan yang sama disangkal. Riwayat kebersihan diri kurang. Riwayat lingkungan tempat

tinggal cukup sehat. Riwayat sosial ekonomi menengah kebawah. Riwayat kelahiran baik,

tumbuh kembang dbn, imunisasi sesuai anjuran, riwayat makan dbn, tidak ASI ekslusif.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesan febris. Tidak ada kesan kelainan organ dan

sistem organ. Status Lokalis : Benjolan pada regio Submandibula dextra, bentuk bulat, difus,

permukaan rata, konsistensi kenyal, batas tidak tegas, terfiksir, nyeri tekan (+). Dengan

melihat hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis kerja Paotitis yang

kemudian diberikan penatalaksanaan medikamentosa berupa antipiretik, analgetik,

ekspetoran dan multivitamin tambahan serta non medikamentosa yaitu Isolasi (menggunakan

masker) untuk mencegah penularan, Istirahat selama periode demam, Menjaga personal

hygiene, Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.

Menghindari makanan asam dan pedas, Berikan banyak minum.

Page 21: parotitis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang

berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi

virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan

suportif. Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa

penyulit,  tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang

organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi

setelah masa pubertas. Komplikasi yang dapat timbul dan harus diwaspadai meliputi

septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas,

mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis. Pada

beberapa kasus juga telah dilaporkan dapat menyebabkan meningoensefalitis,

pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

B. SARAN

1. Pemberian Vaksin, Vaksin umum yang diberikan adalah dalam bentuk kombinasi

MMR ( mumps, measles, rubella). Vaksin MMR mulai diberikan pada umur 12-

15 bulan dan pemberian ulangan diberikan pada usia 4-6 tahun.

2. Pencegahan penyebaran virus, dilakukan melalui pola hidup sehat dan menjauhi

atau menghindari kontak dengan penderita

Page 22: parotitis

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Merdjani, 2002. “Parotitis Epidemika”, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : infeksi dan

penyakit tropis ; Balai Penerbit FKUI Jakarta

Anonim, 2005, “Pediatric Clinical Practice Guideline for Parotitis”, diambil dari

http://www.hc-sc.gc.ca/fnisah-spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.php

Anonim,2008.”parotitis”,diambil dari http://www.wikipedia.com/parotitis.htm

Brunell A. Philip, 1995. Buku Ajar pediatric Rudolph. Ed 20, Jakarta, EGC.

Jerry W. Templer, 2008. “Parotitis” diambil dari

http://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htm

Komite medic, “Standar Pelayanan Medis parotitis Epidemika”, Standar Pelayanan Medik

RSUP dr.Sardjito ; Penerbit Medika fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Snell S. Richard, 2006. Anatomi Klinik, Ed-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.