Metode Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Minyak di Perairan
Indonesia terutama di Laut Natuna, Batam, Kepulauan Riau.Kartika
Vina Pramita
12/333511/TK/39862Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM (()
Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062-274-520226, Email:
[email protected] Abstract
The activities of oil and gas industry are potentially cause the
water, land, and air pollution. The oils which seeps into the
ground can make the oxygen supply closed and poisoned the soil
microorganism, so that can cause the death of microorganism. The
oil spills in the environment can polluted water and land until
subsurface area and aquifer layer of ground water and sea. One of
the causes of the pollution are tanker accident in transportation
process, petroleum drilling process in the sea, water disposal
arbitrary of the exploration process, oil and gas process and etc.
Efforts to controlled the oil spill in the sea has had time to run
but didnt get a good response from the waterways user especially
the petroleum industry. Therefore, we need a way to controlling the
pollution for the balance life of marine ecosystems. The ways are
conducted visual monitoring and remote sensing of the pollution
site, in situ burning, elimination of oil wastes through two
stages, bioremediation, use of sorbent, chemical dispersant,
washing oil, and enforcement of basic law at the sea pollution.
Wastes management can be done with the wastes minimization concept,
either directly or indirectly. However, the preventive action more
valuable than countermeasures with happen oil wastes pollution in
the environment. The environmental management more be better if it
supported by awareness and community participation. Besides that,
it should be equipped with applicable legislation.Keywords: oil
wastes, sea pollution, industry, countermeasure
Pendahuluan Latar Belakang
Pesatnya perkembangan aktivitas industri perminyakan akhir-akhir
ini telah menyebabkan permasalahan lingkungan. Salah satunya
pencemaran yang terjadi disekitar Laut Natuna tepatnya di Pulau
Putri dan Pulau Utara , Batam, Kepulauan Riau yang dihasilkan dari
minyak bumi yang tersembur atau tertumpah ke permukaan laut.
Pencemaran oleh minyak bumi di kawasan laut natuna merupakan
permasalahan yang sulit diatasi, karena proses degradasi yang sulit
serta sifat polutan berbahaya dan beracun (B3). Pada umumnya,
Limbah minyak dihasilkan dari pengeboran minyak bumi di .dasar laut
yang menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak.
Pada saat ini, transportasi limbah minyak di laut sangat
memprihatinkan. Banyak kapal kapal yang membuang limbah minyak
hasil pengeboran secara sembarangan yang mengakibatkan ekosistem
laut terganggu. Salah satu contohnya adalah aktifitas burung laut
yang semakin menurun, terumbu karang mengalami efek letal dan
suletal (kerusakan sel pada makhluk hidup yang dapat menyebabkan
kematian), penurunan populasi algae dan protozoa akibat kontak
langsung dengan racun slick (lapisan minyak pada permukaan bumi),
dan terhambatnya pertumbuhan fitoplankton akibat senyawa beracun
dalam komponen minyak bumi. Cara penanggulangan limbah minyak pada
aktivitas pelayaran laut perlu dikembangkan dalam rangka
mengantisipasi dampak negatif lingkungan hidup akibat limbah minyak
yang tumpah di laut, baik karena tumpahan minyak kapal tanker,
kebocoran minyak akibat kerusakan mesin kapal, dan berbagai akibat
yang disebabkan oleh aktivitas pelayaran laut lainnya. Jika tidak
ditangani, maka dimungkinkan akan menimbulkan kerusakan ekosistem
laut secara ekonomis ataupun biologis. Secara ekonomi hal tersebut
akan menimbulkan kerugian besar pada suatu negara karena membebani
pembiayaan negara tersebut dalam bidang pelestarian dan pengawasan
lingkungan hayatinya. Pada kasus Indonesia, hampir seluruh
pelabuhan lautnya tidak menyediakan fasilitas penampungan limbah.
Pada saat ini, limbah tersebut harus dikapalkan lagi dari fasilitas
pelabuhan yang menerima limbah menuju pusat pengolahan limbah yang
permanen, yang secara geografis lokasinya terletak pada areal atau
pulau yang lain.Oleh Karena itu, perlu dilakukan pengelolan limbah
minyak bumi untuk menjaga stabilitas ekosistem didalam
laut.TujuanTujuan pembuatan jurnal ini yaitu memberi solusi yang
bisa dikembangkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan terutama
masalah pengelolaan limbah minyak di perairan Laut Natuna, Batam,
Kepulauan Riau. Cara pengelolaan limbah melalui beberapa metode
seperti pemantauan visual dan remote sensing serta bioremediasi
(pendaur ulangan) limbah menggunakan bakteri tertentu diharapkan
dapat mengurangi tingkat pencemaran limbah di lingkungan tersebut
dan meningkatkan proses transportasi limbah minyak di area
pelabuhan yang sering menjadi tempat berlabuh kapal minyak
(tanker).Rumusan Masalah
1. Bagaimana jalur transportasi limbah minyak di Indonesia?2.
Apa penyebab terjadinya pencemaran limbah minyak di Indonesia
terutama di Laut Natuna?3. Berapa presentase limbah minyak yang
menyebabkan pencemaran?4. Apa dampak yang terjadi dari pencemaran
limbah minyak ?5. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan
pencemaran limbah minyak?Metodologi PenelitianMetode penulis untuk
mendapatkan data-data dan berbagai keterangan lainnya menggunakan
studi literature, dimana penulis mengumpulkan berbagai artikel
jurnal dan skripsi atau tesis untuk mendapatkan informasi mengenai
cara penanggulangan dan pengelolaan limbah minyak di Indonesia
terutama di Laut Natuna.Tahapan penelitian penulis dimulai dari
pengumpulan ide dasar, dimana ide dasar berawal dari jumlah limbah
minyak yang semakin meningkat setiap tahunnya, namun pengelolaan
dan proses transportasi dari limbah minyak tersebut terlaksana
dengan baik. Oleh karena itu diperlukan metode pengelolaan yang
tepat untuk meminimalisasikan pencemaran tersebut. Hasil jurnal ini
nantinya diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat bahwa hal
kecil yang dilakukan pada saat ini akan berdampak besar di masa
mendatang, supaya generasi mendatang dapat merasakan manfaat dari
alam yang ada pada saat ini.Hasil dan PembahasanLimbah minyak
adalah lumpur berminyak atau oil sludge merupakan salah satu limbah
yang berasal dari hasil sampling kegiatan industri minyak dan gas
(migas) (wikipedia 2013). Estimasi jumlah limbah minyak dipengaruhi
oleh jumlah kedatangan kapal di setiap pelabuhan. Dan kedatangan
kapal dipengaruhi oleh jumlah muatan di kapal. Gambar dibawah ini
menunjukkan peramalan jumlah kedatangan armada kapal di setiap
Pelabuhan di Indonesia termasuk di Laut Natuna.Gambar Grafik Jumlah
Armada Kapal Di Indonesia
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan laut (2009)
Gambar 1. Wilayah kajian pencemaran limbahBerdasarkan kategori
pencemar laut, limbah minyak termasuk dalam : 1. The disposal of
domestic and industrial wastes
Pencemaran yang disebabkan oleh pengaliran limbah domestik atau
limbah industri dari pantai, baik melalui sungai sewage outlets
atau akibat dumping
2. Marine Pollution caused by radioactivity
Pencemaran laut karena adanya kegiatan-kegiatan radioaktif alam
ataupun dari kegiatan-kegiatan manusia. Dua penyebab utamanya
adalah percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah radioaktif,
termasuk pencemaran yang disebabkan oleh penggunaan laut untuk
kepentingan militer atau pembuangan alat-alat militer di laut.
3. Ship-borne Pollutants
Pencemaran jenis ini dapat terdiri dari berbagai macam bentuk
kapal dan muatan. Akan tetapi penyebab utamanya adalah tumpahan
minyak di laut, yang dapat dibedakan karena kegiatan kapal seperti
pembuangan air ballast atau karena adanya kecelakaan kapal di laut,
terutama apabila kecelakaan itu melibatkan kapal tanker.4.
Pollution from offshore mineral production
Kegiatan penambangan di dasar laut, terutama apabila terjadi
kebocoran pada instalasi penambangan dan pembuangan limbah yang
tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan..Penyebab
Terjadinya Pencemaran Limbah Minyak di laut : Pengeboran Sumber
Minyak Bumi didasar lautPada umumnya, pengeboran minyak bumi di
laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak.
Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut,
sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya, ledakan anjungan minyak
yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai
Louisiana pada 22 April 2010 Pencemaran laut yang diakibatkan oleh
pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak
British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000
barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya Tumpahan
Minyak
Limbah minyak yang dibuang ke air lingkungan akan terapung
menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung
senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas
permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam
air. Hal ini disebabkan lapisan tersebut menghalangi diffusi
oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan
berkurang. lapisan tersebut juga akan menghalangi masuknya sinar
matahari ke dalam air, sehingga fotosintesis akan terganggu.
Komposisi limbah minyak
Minyak bumi memiliki adalah senyawa hidrokarbon
(Hidrogen-karbon) dan berupa campuran.Senyawa hidrokarbon sebanyak
50-98% berat, dan sisanya merupakan senyawa organik yang mengandung
belerang, oksigen, dan nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik
seperti vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium, kalsium, dan
magnesium.Tabel Persentase Unsur Minyak BumiUnsurPersen
Carbon
Hidrogen
Oksigen
Sulfur
Nitrogen84 87 %
11 14 %
0 3 %
0 1 %
0 2 %
Sumber : EG Giwangkara S (2007)
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin,
olefin, naften, dan aromatik. Parafinmerupakan kelompok senyawa
yang memiliki ciri khas sebagai senyawa hidrokarbon jenuh (alkana),
CnH2n+2.Senyawa ini juga dapat kita kelompokkan ke dalam normal
paraffin, dan yang memiliki gugus cabang.Kelompok normal paraffin
meliputi metana(CH4), etan (C2H6), n-butana (C4H10), dan yang
memiliki gugus cabang seperti isobutana (2-metilpropane, C4H10),
isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil
pentane, C8H18).Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa yang
memiliki gugus cabang jauh lebih banyak daripada senyawa yang
tergolong normal paraffin. Olefinadalah merupakan kelompok senyawa
senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n (Alkena).Contohnya etilena
(C2H4), proprna (C3H6), dan butena (C4H8).Naftenamerupakan kelompok
senyawa hidrokarbon jenuh bentuk siklis (cincin) dengan rumus
molekul CnH2n.struktur cincinnya tersusun atas 5 atau 6 atom
karbon, seperti siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan
sikloheksana (C6H12).Dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan
kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua
setelah normal paraffin. Aromatik adalah kelompok senyawa
hidrokarbon tidak jenuh, dengan kerangka utama molekul, cincin
benzene (C6H6).Beberapa contoh molekul aromatik benzene (C6H6),
metilbenzene (C7H8) dan naftalena (C10H8) (C10H8). Senyawa non
hidrokarbonsebenarnya adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung
atom atau unsure anorganik seperti belerang, nitrogen, oksigen,
vanadium, nikel dan natrium.Umumnya unsur ini terikat pada rantai
atau cincin hidrokarbon.Kehadiran unsure ini menurunkan kualitas
serta mengganggu proses pengolahan minyak bumi.Dampak pencemaran
limbah di laut
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan
lingkungan daratan dan tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang
jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan masuk ke dalam
ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air,
sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan
sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk
fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan
lain-lain). Polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung
oleh fitoplankton Polutan yang masuk ke dalam tubuh fitoplankton,
akan terakumulasi secara terus-menerus dan bahkan bisa melebihi
konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan
mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya
sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh
organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak
mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan
laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut, berpengaruh
terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran
CO2 dan O2 dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar
oksigen dalam akar berkurang, menyebabkan efek letal dan subletal
pada kerang lautdan Akibat jangka panjang yang paling potensial dan
paling berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen.Cara
Penanganan dan pengendalian Limbah Minyak di laut
a. Pemantauan
Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak
yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari
laut dan kondisi tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan
yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote
sensing).
Pengamatan secara visual
Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan
pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan
yang diberikan sangat bervariasi. Sebagai contoh, pada tumpahan
jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading),
sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi
pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan
lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari,
sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak
dapat dipercaya.
Pengamatan penginderaan jauh
Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam
teknik, seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat
dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah
yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. SLAR hanya
bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa
mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang
tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer,
Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System.
Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang
cepat dan akurat.
b. Penanggulangan
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya
adalah
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut,
sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi.
Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan
minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang
dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu
melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan
pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan
mekanis yang disebut skimmer. Bioremediasi yaitu proses pendaur
ulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat
diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi.
Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan
oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan
absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini
berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga
mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki
karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan
minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis
sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk
gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan
sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat
nilon). Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak
menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi
adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan. Washing
oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai..
c. Pemberitahuan dasar Hukum dan konvensi Pencemaran Limbah
Minyak dilaut
1. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping
of Wastes and Other Matter (London Dumping) 1972 :
Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan melestarikan
lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang menimbulkan
kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil langkah-langkah
yang efektif, baik secara sendiri atau bersama-sama, sesuai dengan
kemampuan keilmuan, teknik dan ekonomi mereka guna mencegah,
menekan dan apabila mungkin menghentikan pencemaran yang
diakibatkan oleh pembuangan atau pembakaran limbah atau bahan
berbahaya lainnya di laut. Peserta protokol juga berkewajiban untuk
menyelaraskan kebijakan mereka satu sama lain.2. The International
Convention on Oil Pollution Preparedness Response and Cooperation
(OPRC).Konvensi Internasional yang baru dikeluarkan oleh IMO
mengenai kerjasama internasional untuk menanggulangi pencemaran
yang terjadi akibat tumpahan minyak dan barang beracun yang
berbahaya telah disetujui oleh delegasi negara anggota IMO pada
bulan Nopember 1990 dan diberlakukan mulai tanggal 13 Mei 1995
karena sudah diterima oleh kurang lebih 15 negara anggota. Konvensi
ini bertujuan untuk mendorong adanya kerjasama dimaksud dan
kerjasama internasional beserta penanggulangannya, yang
memungkinkan dapat memobilisasi sarana dan peralatan secara
maksimal secepat mungkin.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 1999
tentang pencemaran laut dan atau kerusakan laut.Peraturan
pemerintah tentang pengelolaan lingkungan laut beserta sumber daya
alamnya bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat dan kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya
baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.Karena meningkatnya
kegiatan pembangunan di darat dan di laut maupun pemanfataan laut
beserta sumber dayaalamnya dapat mengakibatkan pencemaran dan atau
perusakan lingkungan laut yang akhirnya menurunkan mutu serta
fungsi laut.Oleh karena itu, dipandang perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusahaan
LautKesimpulan dan Saran Kesimpulan :Limbah minyak merupakan limbah
yang sulit terdegradasi sehingga menimbulkan banyak dampak seperti
kerusakan kerang didalam laut, kepunahan ekosistem burung laut,
masalah kesehatan karena terkontaminasinya sumber makanan yang
berasal dari laut, dan lain lain. Pencemaran limbah minyak ini
harus segera ditangani agar tidak merusakan keseimbangan ekosistem
didalam laut. Langkah terbaik untuk menanggulangi pencemaran yang
sudah menyebar di area perairan Pulau Putri dan Pulau Utara, batam,
Kepulauan Riau adalah melakukan pemantauan visual dan remote
sensing disekitar area pelayaran dengan metode SLAR (Side looking
Airbones Radar), In-situ Burning dengan menggunakan booms,
bioremediasi ( pendaurulangan limbah minyak dengan bakteri pemecah
minyak),dan lain lain.Selanjutnya,setelah tahap penanggulangan
selesai dilakukan perlu adanya upaya penegakan hukum tentang dasar
hukum pencemaran dan atau kerusakan laut agar lebih menjaga
keamanan dan kelestarian lingkungan alam di Indonesia teruatama
wilayah perairan yang menjadi jalur utama dalam perekonomian Asia
Pasific menuju jalur perdagangan bebas.Saran :Bagi Penulis Lebih
Lanjut Untuk kepenulisan selanjutnya, perlu dikembangkan cara
penanganan dan pencegahan yang menyertakan aspek probabilitas dalam
pengambilan kesimpulan agar dapat merepresentasikan situasi real
secara lebih valid terhadap kondisi laut di Indonesia.
Upaya penanggulangan dengan bioremediasi dapat dikembangkan
dengan metode pendaurulangan yang lebih baru.
Jalur pengangkutan limbah minyak dapat diperluas lagi dengan
menambah jumlah pelabuhan penampungan limbah minyak.
Perlu dilakukan spesifikasi dalam penggunaan metode
penanggulangan limbah minyak sesuai asal terbentuknya limbah minyak
tersebut.
Bagi Pemerintah
Pemerintah sebaiknya dapat segera membangun sistem transportasi
limbah minyak pada aktivitas pelayaran untuk mengurangi jumlah
limbah di laut.
Kebijakan pemerintah dalam pencegahan pencemaran laut dan atau
kerusakan laut harus lebih dipertegas lagi supaya keamanan dan
kelestarian ekosistem laut dapat terjaga secara berkelanjutan (
menerapkan prinsip pelestarian berkelanjutan ).Ucapan Terima
Kasih
Ucapan terimakasih yang pertama penulis persembahkan kepada
Allah swt yang telah memberikan penulis ide dalam membuat paper
tentang pengelolaan limbah minyak di laut. Ucapan terima kasih
kedua penulis persembahkan untuk keluarga yang telah memberi
support besar demi terselesainya paper ini, serta yang terakhir
ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada dosen dan
teman-teman yang telah membantu terselesainya paper ini.Daftar
Pustaka
Bahar, Emirul.,2003. Analisis penentuan jalur transportasi
limbah minyak pada aktivitas pelayaran laut untuk menghasilkan
total biaya pelayaran minimum. Jurnal ekonomi dan bisnis No.2 ,
jilid 8 ,tahun 2003.
Nandy.,2006. Minyak Bumi dan Gas, S.Pd Skripsi, Jurusan
Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.
Giwangkara S, EG., 2008, Apa Komposisi dari Minyak Bumi?,
http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/apa_komposisi_dari_minyak_bumi/?,
akses tanggal 10 November 2013.
Yoswaty, Dessy.,2002. Pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam
proses bioremediasi : studi kasus pengolahan tanah terkontaminasi
minyak minas SBU, PT.Caltex Pasific Indonesia, Tesis. Jurusan Ilmu
Lingkungan Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indonesia
.Jakarta.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang
Pengendalian Pencemaran dan atau Kerusakan Laut, PP No 19 Tahun
1999, TLN No.3816.