Top Banner
Metode Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Minyak di Perairan Indonesia terutama di Laut Natuna, Batam, Kepulauan Riau. Kartika Vina Pramita 12/333511/TK/39862 Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM () Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062-274-520226, Email: [email protected] Abstract The activities of oil and gas industry are potentially cause the water, land, and air pollution. The oils which seeps into the ground can make the oxygen supply closed and poisoned the soil microorganism, so that can cause the death of microorganism. The oil spills in the environment can polluted water and land until subsurface area and aquifer layer of ground water and sea. One of the causes of the pollution are tanker accident in transportation process, petroleum drilling process in the sea, water disposal arbitrary of the exploration process, oil and gas process and etc. Efforts to controlled the oil spill in the sea has had time to run but didn’t get a good response from the waterways user especially the petroleum industry. Therefore, we need a way to controlling the pollution for the balance life of marine ecosystems. The ways are conducted visual monitoring and remote sensing of the pollution site, in situ burning, elimination of oil wastes through two stages, bioremediation, use of sorbent, chemical dispersant, washing oil, and enforcement of basic law at the sea pollution. Wastes management can be done with the wastes minimization concept, either directly or indirectly. However, the preventive action more valuable than countermeasures with happen oil wastes pollution in the environment. The environmental management more be better if it supported by awareness and community participation. Besides that, it should be equipped with applicable legislation. Keywords: oil wastes, sea pollution, industry, countermeasure
10

Paper PSDAL KartikaVinaPramita

Nov 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Metode Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Minyak di Perairan Indonesia terutama di Laut Natuna, Batam, Kepulauan Riau.Kartika Vina Pramita

12/333511/TK/39862Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM (()

Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062-274-520226, Email: [email protected] Abstract

The activities of oil and gas industry are potentially cause the water, land, and air pollution. The oils which seeps into the ground can make the oxygen supply closed and poisoned the soil microorganism, so that can cause the death of microorganism. The oil spills in the environment can polluted water and land until subsurface area and aquifer layer of ground water and sea. One of the causes of the pollution are tanker accident in transportation process, petroleum drilling process in the sea, water disposal arbitrary of the exploration process, oil and gas process and etc. Efforts to controlled the oil spill in the sea has had time to run but didnt get a good response from the waterways user especially the petroleum industry. Therefore, we need a way to controlling the pollution for the balance life of marine ecosystems. The ways are conducted visual monitoring and remote sensing of the pollution site, in situ burning, elimination of oil wastes through two stages, bioremediation, use of sorbent, chemical dispersant, washing oil, and enforcement of basic law at the sea pollution. Wastes management can be done with the wastes minimization concept, either directly or indirectly. However, the preventive action more valuable than countermeasures with happen oil wastes pollution in the environment. The environmental management more be better if it supported by awareness and community participation. Besides that, it should be equipped with applicable legislation.Keywords: oil wastes, sea pollution, industry, countermeasure

Pendahuluan Latar Belakang

Pesatnya perkembangan aktivitas industri perminyakan akhir-akhir ini telah menyebabkan permasalahan lingkungan. Salah satunya pencemaran yang terjadi disekitar Laut Natuna tepatnya di Pulau Putri dan Pulau Utara , Batam, Kepulauan Riau yang dihasilkan dari minyak bumi yang tersembur atau tertumpah ke permukaan laut. Pencemaran oleh minyak bumi di kawasan laut natuna merupakan permasalahan yang sulit diatasi, karena proses degradasi yang sulit serta sifat polutan berbahaya dan beracun (B3). Pada umumnya, Limbah minyak dihasilkan dari pengeboran minyak bumi di .dasar laut yang menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak. Pada saat ini, transportasi limbah minyak di laut sangat memprihatinkan. Banyak kapal kapal yang membuang limbah minyak hasil pengeboran secara sembarangan yang mengakibatkan ekosistem laut terganggu. Salah satu contohnya adalah aktifitas burung laut yang semakin menurun, terumbu karang mengalami efek letal dan suletal (kerusakan sel pada makhluk hidup yang dapat menyebabkan kematian), penurunan populasi algae dan protozoa akibat kontak langsung dengan racun slick (lapisan minyak pada permukaan bumi), dan terhambatnya pertumbuhan fitoplankton akibat senyawa beracun dalam komponen minyak bumi. Cara penanggulangan limbah minyak pada aktivitas pelayaran laut perlu dikembangkan dalam rangka mengantisipasi dampak negatif lingkungan hidup akibat limbah minyak yang tumpah di laut, baik karena tumpahan minyak kapal tanker, kebocoran minyak akibat kerusakan mesin kapal, dan berbagai akibat yang disebabkan oleh aktivitas pelayaran laut lainnya. Jika tidak ditangani, maka dimungkinkan akan menimbulkan kerusakan ekosistem laut secara ekonomis ataupun biologis. Secara ekonomi hal tersebut akan menimbulkan kerugian besar pada suatu negara karena membebani pembiayaan negara tersebut dalam bidang pelestarian dan pengawasan lingkungan hayatinya. Pada kasus Indonesia, hampir seluruh pelabuhan lautnya tidak menyediakan fasilitas penampungan limbah. Pada saat ini, limbah tersebut harus dikapalkan lagi dari fasilitas pelabuhan yang menerima limbah menuju pusat pengolahan limbah yang permanen, yang secara geografis lokasinya terletak pada areal atau pulau yang lain.Oleh Karena itu, perlu dilakukan pengelolan limbah minyak bumi untuk menjaga stabilitas ekosistem didalam laut.TujuanTujuan pembuatan jurnal ini yaitu memberi solusi yang bisa dikembangkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan terutama masalah pengelolaan limbah minyak di perairan Laut Natuna, Batam, Kepulauan Riau. Cara pengelolaan limbah melalui beberapa metode seperti pemantauan visual dan remote sensing serta bioremediasi (pendaur ulangan) limbah menggunakan bakteri tertentu diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran limbah di lingkungan tersebut dan meningkatkan proses transportasi limbah minyak di area pelabuhan yang sering menjadi tempat berlabuh kapal minyak (tanker).Rumusan Masalah

1. Bagaimana jalur transportasi limbah minyak di Indonesia?2. Apa penyebab terjadinya pencemaran limbah minyak di Indonesia terutama di Laut Natuna?3. Berapa presentase limbah minyak yang menyebabkan pencemaran?4. Apa dampak yang terjadi dari pencemaran limbah minyak ?5. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah minyak?Metodologi PenelitianMetode penulis untuk mendapatkan data-data dan berbagai keterangan lainnya menggunakan studi literature, dimana penulis mengumpulkan berbagai artikel jurnal dan skripsi atau tesis untuk mendapatkan informasi mengenai cara penanggulangan dan pengelolaan limbah minyak di Indonesia terutama di Laut Natuna.Tahapan penelitian penulis dimulai dari pengumpulan ide dasar, dimana ide dasar berawal dari jumlah limbah minyak yang semakin meningkat setiap tahunnya, namun pengelolaan dan proses transportasi dari limbah minyak tersebut terlaksana dengan baik. Oleh karena itu diperlukan metode pengelolaan yang tepat untuk meminimalisasikan pencemaran tersebut. Hasil jurnal ini nantinya diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat bahwa hal kecil yang dilakukan pada saat ini akan berdampak besar di masa mendatang, supaya generasi mendatang dapat merasakan manfaat dari alam yang ada pada saat ini.Hasil dan PembahasanLimbah minyak adalah lumpur berminyak atau oil sludge merupakan salah satu limbah yang berasal dari hasil sampling kegiatan industri minyak dan gas (migas) (wikipedia 2013). Estimasi jumlah limbah minyak dipengaruhi oleh jumlah kedatangan kapal di setiap pelabuhan. Dan kedatangan kapal dipengaruhi oleh jumlah muatan di kapal. Gambar dibawah ini menunjukkan peramalan jumlah kedatangan armada kapal di setiap Pelabuhan di Indonesia termasuk di Laut Natuna.Gambar Grafik Jumlah Armada Kapal Di Indonesia

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan laut (2009)

Gambar 1. Wilayah kajian pencemaran limbahBerdasarkan kategori pencemar laut, limbah minyak termasuk dalam : 1. The disposal of domestic and industrial wastes

Pencemaran yang disebabkan oleh pengaliran limbah domestik atau limbah industri dari pantai, baik melalui sungai sewage outlets atau akibat dumping

2. Marine Pollution caused by radioactivity

Pencemaran laut karena adanya kegiatan-kegiatan radioaktif alam ataupun dari kegiatan-kegiatan manusia. Dua penyebab utamanya adalah percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah radioaktif, termasuk pencemaran yang disebabkan oleh penggunaan laut untuk kepentingan militer atau pembuangan alat-alat militer di laut.

3. Ship-borne Pollutants

Pencemaran jenis ini dapat terdiri dari berbagai macam bentuk kapal dan muatan. Akan tetapi penyebab utamanya adalah tumpahan minyak di laut, yang dapat dibedakan karena kegiatan kapal seperti pembuangan air ballast atau karena adanya kecelakaan kapal di laut, terutama apabila kecelakaan itu melibatkan kapal tanker.4. Pollution from offshore mineral production

Kegiatan penambangan di dasar laut, terutama apabila terjadi kebocoran pada instalasi penambangan dan pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan..Penyebab Terjadinya Pencemaran Limbah Minyak di laut : Pengeboran Sumber Minyak Bumi didasar lautPada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010 Pencemaran laut yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya Tumpahan Minyak

Limbah minyak yang dibuang ke air lingkungan akan terapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Hal ini disebabkan lapisan tersebut menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. lapisan tersebut juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesis akan terganggu. Komposisi limbah minyak

Minyak bumi memiliki adalah senyawa hidrokarbon (Hidrogen-karbon) dan berupa campuran.Senyawa hidrokarbon sebanyak 50-98% berat, dan sisanya merupakan senyawa organik yang mengandung belerang, oksigen, dan nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium, kalsium, dan magnesium.Tabel Persentase Unsur Minyak BumiUnsurPersen

Carbon

Hidrogen

Oksigen

Sulfur

Nitrogen84 87 %

11 14 %

0 3 %

0 1 %

0 2 %

Sumber : EG Giwangkara S (2007)

Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin, naften, dan aromatik. Parafinmerupakan kelompok senyawa yang memiliki ciri khas sebagai senyawa hidrokarbon jenuh (alkana), CnH2n+2.Senyawa ini juga dapat kita kelompokkan ke dalam normal paraffin, dan yang memiliki gugus cabang.Kelompok normal paraffin meliputi metana(CH4), etan (C2H6), n-butana (C4H10), dan yang memiliki gugus cabang seperti isobutana (2-metilpropane, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentane, C8H18).Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa yang memiliki gugus cabang jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong normal paraffin. Olefinadalah merupakan kelompok senyawa senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n (Alkena).Contohnya etilena (C2H4), proprna (C3H6), dan butena (C4H8).Naftenamerupakan kelompok senyawa hidrokarbon jenuh bentuk siklis (cincin) dengan rumus molekul CnH2n.struktur cincinnya tersusun atas 5 atau 6 atom karbon, seperti siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12).Dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah normal paraffin. Aromatik adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, dengan kerangka utama molekul, cincin benzene (C6H6).Beberapa contoh molekul aromatik benzene (C6H6), metilbenzene (C7H8) dan naftalena (C10H8) (C10H8). Senyawa non hidrokarbonsebenarnya adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung atom atau unsure anorganik seperti belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium.Umumnya unsur ini terikat pada rantai atau cincin hidrokarbon.Kehadiran unsure ini menurunkan kualitas serta mengganggu proses pengolahan minyak bumi.Dampak pencemaran limbah di laut

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan dan tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain). Polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton Polutan yang masuk ke dalam tubuh fitoplankton, akan terakumulasi secara terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut, berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2 dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang, menyebabkan efek letal dan subletal pada kerang lautdan Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen.Cara Penanganan dan pengendalian Limbah Minyak di laut

a. Pemantauan

Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing).

Pengamatan secara visual

Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat bervariasi. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.

Pengamatan penginderaan jauh

Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. SLAR hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

b. Penanggulangan

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya adalah

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.

Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Bioremediasi yaitu proses pendaur ulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.

Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon). Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan. Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai..

c. Pemberitahuan dasar Hukum dan konvensi Pencemaran Limbah Minyak dilaut

1. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter (London Dumping) 1972 :

Tujuan dari konvensi ini adalah melindungi dan melestarikan lingkungan laut dari segala bentuk pencemaran yang menimbulkan kewajiban bagi peserta protokol untuk mengambil langkah-langkah yang efektif, baik secara sendiri atau bersama-sama, sesuai dengan kemampuan keilmuan, teknik dan ekonomi mereka guna mencegah, menekan dan apabila mungkin menghentikan pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya lainnya di laut. Peserta protokol juga berkewajiban untuk menyelaraskan kebijakan mereka satu sama lain.2. The International Convention on Oil Pollution Preparedness Response and Cooperation (OPRC).Konvensi Internasional yang baru dikeluarkan oleh IMO mengenai kerjasama internasional untuk menanggulangi pencemaran yang terjadi akibat tumpahan minyak dan barang beracun yang berbahaya telah disetujui oleh delegasi negara anggota IMO pada bulan Nopember 1990 dan diberlakukan mulai tanggal 13 Mei 1995 karena sudah diterima oleh kurang lebih 15 negara anggota. Konvensi ini bertujuan untuk mendorong adanya kerjasama dimaksud dan kerjasama internasional beserta penanggulangannya, yang memungkinkan dapat memobilisasi sarana dan peralatan secara maksimal secepat mungkin.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 1999 tentang pencemaran laut dan atau kerusakan laut.Peraturan pemerintah tentang pengelolaan lingkungan laut beserta sumber daya alamnya bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dan kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.Karena meningkatnya kegiatan pembangunan di darat dan di laut maupun pemanfataan laut beserta sumber dayaalamnya dapat mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan laut yang akhirnya menurunkan mutu serta fungsi laut.Oleh karena itu, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusahaan LautKesimpulan dan Saran Kesimpulan :Limbah minyak merupakan limbah yang sulit terdegradasi sehingga menimbulkan banyak dampak seperti kerusakan kerang didalam laut, kepunahan ekosistem burung laut, masalah kesehatan karena terkontaminasinya sumber makanan yang berasal dari laut, dan lain lain. Pencemaran limbah minyak ini harus segera ditangani agar tidak merusakan keseimbangan ekosistem didalam laut. Langkah terbaik untuk menanggulangi pencemaran yang sudah menyebar di area perairan Pulau Putri dan Pulau Utara, batam, Kepulauan Riau adalah melakukan pemantauan visual dan remote sensing disekitar area pelayaran dengan metode SLAR (Side looking Airbones Radar), In-situ Burning dengan menggunakan booms, bioremediasi ( pendaurulangan limbah minyak dengan bakteri pemecah minyak),dan lain lain.Selanjutnya,setelah tahap penanggulangan selesai dilakukan perlu adanya upaya penegakan hukum tentang dasar hukum pencemaran dan atau kerusakan laut agar lebih menjaga keamanan dan kelestarian lingkungan alam di Indonesia teruatama wilayah perairan yang menjadi jalur utama dalam perekonomian Asia Pasific menuju jalur perdagangan bebas.Saran :Bagi Penulis Lebih Lanjut Untuk kepenulisan selanjutnya, perlu dikembangkan cara penanganan dan pencegahan yang menyertakan aspek probabilitas dalam pengambilan kesimpulan agar dapat merepresentasikan situasi real secara lebih valid terhadap kondisi laut di Indonesia.

Upaya penanggulangan dengan bioremediasi dapat dikembangkan dengan metode pendaurulangan yang lebih baru.

Jalur pengangkutan limbah minyak dapat diperluas lagi dengan menambah jumlah pelabuhan penampungan limbah minyak.

Perlu dilakukan spesifikasi dalam penggunaan metode penanggulangan limbah minyak sesuai asal terbentuknya limbah minyak tersebut.

Bagi Pemerintah

Pemerintah sebaiknya dapat segera membangun sistem transportasi limbah minyak pada aktivitas pelayaran untuk mengurangi jumlah limbah di laut.

Kebijakan pemerintah dalam pencegahan pencemaran laut dan atau kerusakan laut harus lebih dipertegas lagi supaya keamanan dan kelestarian ekosistem laut dapat terjaga secara berkelanjutan ( menerapkan prinsip pelestarian berkelanjutan ).Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih yang pertama penulis persembahkan kepada Allah swt yang telah memberikan penulis ide dalam membuat paper tentang pengelolaan limbah minyak di laut. Ucapan terima kasih kedua penulis persembahkan untuk keluarga yang telah memberi support besar demi terselesainya paper ini, serta yang terakhir ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu terselesainya paper ini.Daftar Pustaka

Bahar, Emirul.,2003. Analisis penentuan jalur transportasi limbah minyak pada aktivitas pelayaran laut untuk menghasilkan total biaya pelayaran minimum. Jurnal ekonomi dan bisnis No.2 , jilid 8 ,tahun 2003.

Nandy.,2006. Minyak Bumi dan Gas, S.Pd Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.

Giwangkara S, EG., 2008, Apa Komposisi dari Minyak Bumi?, http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/apa_komposisi_dari_minyak_bumi/?, akses tanggal 10 November 2013.

Yoswaty, Dessy.,2002. Pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi : studi kasus pengolahan tanah terkontaminasi minyak minas SBU, PT.Caltex Pasific Indonesia, Tesis. Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indonesia .Jakarta.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Kerusakan Laut, PP No 19 Tahun 1999, TLN No.3816.