Penurunan dan Keterlambatan Produksi Buah Durian (Durio zibethinus Murray) Oleh Kelompok 2: Nadia Dwi Larasati (20120210102)
Penurunan dan Keterlambatan Produksi Buah Durian(Durio zibethinus Murray)
Oleh
Kelompok 2:
Nadia Dwi Larasati (20120210102)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2013
I. PERMASALAHAN
Penanaman durian secara monokultur di daerah Sukabumi, Jawa Barat
oleh Pak Gino, mengalami penurunan produksi buah akibat bunganya rontok
sebelum pembuahan. Pada awalnya durian mampu berbuah 5-10 buah per pohon
pada tahun ke lima setelah penanaman. Setelah beberapa tahun kemudian
produktivitas tanaman menurun. Pak Gino memperoleh bibit yang berasal dari
cangkok varietas Sitokong dan tidak pernah melakukan pemeliharaan secara
intensif, termasuk pemupukan.
Pada saat yang sama, penanaman 2 tanaman durian di Bantul, Yogyakarta
oleh Pak Sigit mengalami masalah pembuahan. Yakni tanaman belum berbuah
setelah berumur 8 tahun. Tanaman berasal dari biji dan tidak diketahui
varietasnya.
II. DESKRIPSI/LANDASAN TEORI
Durian atau durio adalah tanaman buah asli Asia Tenggara. Tanaman
durian merupakan jenis pohon hutan basah yang memiliki tinggi mencapai 30-40
m dan garis tengah 2-2,5 m. Berikut klasifikasi ilmiah buah durian.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Order : Malvales
Keluarga : Bombacaceae
Genus : Durio Adanson
Spesies : Durio zibethinus Murray
Morfologi Tanaman
Tanaman durian merupakan jenis pohon tahunan, hijau abadi
(pengguguran daun tidak tergantung musim); tetapi ada saat tertentu untuk
menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing atau peronaan) yang terjadi
setelah masa berbuah selesai. Ketinggian tanaman dapat mencapai 25-50 m.
Pohon durian sering memiliki banir (akar papan). Pepagan (kulit batang) berwarna
coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan. Tajuknya rindang dan renggang.
1. Daun
Gambar 1. Daun Durian
Daun durian berbentuk jorong hingga
lanset dengan panjang 10-15 cm dan lebar 3-4,5
cm. Daun umumnya terletak berseling; bertan
gkai; berpangkal lancip atau tumpul dan berujung
lancip melandai. Sisi bagian atas berwarna hijau
terang, sedangkan sisi bawah tertutup sisik-sisik
berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu
bintang.
2. Bunga
Gambar 2. Bunga Durian
Bunga durian muncul langsung dari batang
(cauliflorous) atau cabang-cabang yang tua di
bagian pangkal (proximal) secara berkelompok.
Bunga-bunga tersebut berkelompok dalam
karangan berisi 3-10 kuntum berbentuk tukal atau
mulai rata.
Kuncup bunganya membulat, diameternya sekitar 2 cm, dan bertangkai
panjang. Kelopak bunga berbentuk tabung sepangjang kurang lebih 3 cm. Daun
kelopak tambahan terpecah menjadi 2-3 cuping, berbentuk bundar telur. Mahkota
berbentuk sudip, panjangnya kira-kira 2 kali panjang kelopak, berjumlah 5 helai,
dan berwarna keputih-putihan. Benang sarinya banyak, terbagi kedalam 5 berkas.
Sementara kepala putiknya membentuk bongkol dengan tangkai yang berbulu.
Bunga muncul dari kuncup dorman, umumnya mekar pada sore hari dan
bertahan hingga beberapa hari. Sementara pada siang hari, bunga menutup. Bunga
durian menyebarkan aroma wangi yang berasal dari kelenjar nektar di bagian
pangkalnya untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya.
3. Buah
Gambar 3. Buah Durian
Buah durian bertipe kapsul berbentuk bulat,
bulat telur hingga lonjong dengan panjang hingga
25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit buahnya
tebal serta berwarna hijau kekuning-kuningan,
kecoklatan hingga keabu-abuan. Permukaan kulit
durian bersudut tajam (berduri) walaupun duri ini
bukan duri dalam pengertian botani. Oleh karena
itu buah ini disebut buah durian.
Buah akan berkembang setelah pembuahan
dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan.
Pada masa pemasakan, terjadi persaingan
antarbuah pada satu kelompok sehingga hanya
satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, sedangkan sisanya
gugur. Buah akan jatuh sendiri apabila masak. Pada umumnya berat buah durian
dapat mencapai 1,5-5 kg.
Setiap buah memiliki lima ruang yang menunjukkan jumlah daun buah
yang dimiliki. Masing-masing ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga
butir atau lebih. Biji tersebut berbentuk lonjong dengan panjang kira-kira 4 cm.
Warnanya merah muda kecoklatan dan tampak mengkilap. Biji terbungkus oleh
arilus (salut biji, daging buah) berwarna putih hingga kuning terang dengan
ketebalan yang bervariasi. Pada kultivar unggul, ketebalan arilus ini dapat
mencapai 3 cm. Biji dengan salut biji dalam perdagangan disebut pongge.
Durian Varietas Sitokong
Tabel 1. Indeks Durian Varietas Sitokong
- No. Kepmentan
- Tgl pelepasan
- Asal
- Tinggi tanaman
- Lebar tajuk
- Bentuk tanaman
- Percabangan
- Kedudukan cabang
- Warna batang
- Keadaan batang
- Bentuk batang
- Bentuk daun
- Warna permukaan daun atas
- Warna permukaan daun bawah
- Kedudukan daun
- Bentuk bunga
- Warna mahkota bunga
- Warna benang sari
- Jumlah bunga per tandan
- Jumlah buah per tandan
- Bentuk buah
- Warna buah
- Bentuk duri
- Sifat buah
- Bobot per buah
- Ketebalan kulit buah
- Jumlah juring per buah
- Jumlah pongge per buah
- Warna daging
- Banyak biji sempurna per buah
- Bentuk biji
- Ketebalan daging
- Keadaan daging
897/Kpts/TP. 240/II/1984
12 November 1984
Lokal, Ragunan, Pasar minggu
20 m
8 m
Menjulang
Agak jorong, mulai ketinggian 5 m
Horizontal
Kecokelatan
Halus
Bulat (gilig)
Bulat panjang, ujung runcing
Hijau
Hijau kekuningan
Mendatar, ujung daun melengkung ke bawah
Bulat, dalam tandan
Putih
Kekuningan
5-15 buah
1-3 buah
Bulat panjang
Hijau kekuningan
Kerucut, rapat
Sukar dibelah
2-2,5 kg
Sedang (5-8 mm)
5 buah
5-25 buah
Kuning
5-20 buah
Lonjong kecil
Tebal
Kering berlemak
- Rasa daging
- Tekstur daging
- Aroma daging
- Produksi buah per tanaman
- Ketahanan terhadap penyakit
- Ketahanan terhadap hama
Penggerek buah
- Penampilan tanaman
- Keterangan
Manis
Halus sampai berserat halus
Harum, cukup tajam
50-200 buah/tahun, umur tanaman 100 tahun
Tahan penyakit busuk akar Fusarium sp.
Tahan terhadap tirathaba ruptilinea
Cukup menarik
Kualitas buah sama dengan durian luar negeri
Teknik Budidaya Tanaman Durian
Syarat Tumbuh Durian
Tanaman durian untuk dapat tumbuh dengan baik memiliki syarat tumbuh
yang berhubungan dengan iklim, media tanam dan juga ketinggian tempat. Durian
akan tumbuh optimum pada curah hujan maksimum 3000-3500 mm/tahun dan
minimal 1500-3000 mm/tahun. Intensitas cahaya 60-80%, temperatur 20-300C.
Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumusol dan andosol. Derajat
keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah pH 5-7, dengan pH
optimum 6-6,5. Tanaman durian dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian
400-600 m dpl dan tidak boleh melebihi 800 m dpl.
Persiapan pengembangan kebun
- Penetapan lokasi tanam. Lokasi tanam sangat menentukan keberhasilan
produksi buah. Lokasi harus memenuhi memenuhi syarat agroklimat.
- Penetapan varietas. Tahapan ini sangat penting karena sangat berkaitan
dengan daya adaptasi.
- Penyediaan bibit. Bibit harus bersertifikat untuk menjamin mutu genetik
serta memiliki ukuran dan vigor yang baik.
- Persiapan lahan. Untuk tumbuh baik, persiapan lahan yang prima sangat
dibutuhkan. Persiapan lahan menyangkut pembersihan gulma, dll.
Penanaman dan Pemeliharaan
- Pemeliharaan rutin, mencakup pemangkasan cabang air, perbaikan
sirkulasi pada tajuk tanaman, monitoring organisme pengganggu tanaman,
pembersihan gulma disekeliling batang pohon, serta penyiraman bila
diperlukan.
- Pemangkasan tajuk. Untuk mendapatkan produksi buah yang optimum,
perlu pembuangan tunas-tunas serta cabang tersier yang hanya akan
mengurangi pengisian buah.
- Pemupukan. Pertumbuhan tanaman sangat membutuhkan pupuk yang
sesuai jenis, jumlah, dan aplikasinya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
produksi buah dan kualitas buah.
Pembuahan dan Pemanenan
- Sanitasi lingkungan di sekitar pohon menjelang pembungaan agar proses
pembentukan buah tidak terganggu penyakit serta penambahan pupuk
organik disekitar batang pohon agar penyediaan air lebih terjaga untuk
mencegah bunga rontok.
- Penyerbukan bunga agar buah yang terbentuk banyak dan bentuk buah
sempurna. Pada daerah terbatas, penyerbukan perlu penyerbuk buatan,
misalnya dengan lebah hutan. Perlu diingat bunga durian siap serbuk
setelah pukul 19.00.
Perkembangan buah durian
Buah terbentuk dari bakal buah setelah bunga mengalami penyerbukan dan
pembuahan. Penyerbukan buah durian dibantu oleh serangga seperti lebah dan
kelelawar. Hal ini disebabkan bunga mengandung nektar dan beraroma harum
yang dapat mengundang serangga. Setelah penyerbukan, mahkota dan benang sari
akan layu dan rontok dan kemudian bakal buah akan berkembang menjadi buah.
Ilustrasi pertumbuhan buah dapat dilihat pada Gambar berikut
Gambar 4. Perkembangan Buah Durian
Pembentukan buah durian terjadi setelah bunga anthesis yang secara tidak
langsung diserbuki oleh serangga atau kelelawar (Ashari, 2002; 2006). Setelah
penyerbukan mahkota dan benang sari akan layu dan rontok (6-12 jam setelah
anthesis). Pelayuan dan perontokan mahkota dan benang sari ini disebabkan oleh
pengangkutan air secara besar-besaran dari bunga ke bagian ovarium (Salisbury
dan Ross, 1992). Setelah itu, bakal buah yang telah berhasil dibuahi akan
mengalami perkembangan menjadi buah durian. Volume buah mengalami
peningkatan tiap minggu. Hal ini dikarenakan pada saat perkembangan buah
terjadi peristiwa pembelahan dan pembesaran sel dalam berbagai arah
pertumbuhan yang menyebabkan perubahan perbandingan panjang dan diameter
buah, sehingga terjadi perubahan bentuk buah (Hidayat, 1995).
Deskripsi Wilayah
1. Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim B (Oldeman)
dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari.
Suhu udara berkisar antara 20-30 0C dengan kelembaban udara 85-89%.
Ketinggian dari permukaan laut wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0-
2.958 m.
1 2 3 4 5 6
Jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Sukabumi sebagian besar didominasi
oleh tanah Latosal dan Podsolik yang terutama tersebar pada wilayah bagian
selatan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Sedangkan jenis tanah Andosol
dan Regosol umumnya terdapat di daerah pegunungan terutama daerah Gunung
Salak dan Gununggede, dan pada daerah pantai dan tanah Aluvial umumnya
terdapat di daerah lembah dan daerah sungai.
2. Kabupaten Bantul
Rata-rata curah hujan di Bantul adalah 90,76 mm/bulan atau 1089,12
mm/tahun. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata
300Celsius dan tingkat kelembabannya sekitar 59%.
Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Rendzina,
Alluvial, Grumosol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan Litosol. Jenis tanah
Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul.
Ketinggiannya kurang dari 100 m dpl.
III. ANALISIS PERMASALAHAN
Dari kasus yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, diketahui bahwa tanaman
durian ditanam secara monokultur dengan jarak tanam sesuai anjuran. Bibitnya
berasal dari cangkok varietas Sitokong. Buah mulai berbuah pada tahun kelima
setelah ditanam. Setelah beberapa tahun, produksi durian yang seharusnya
meningkat justru menurun. Bahkan bunganya rontok sebelum pembuahan.
Ditinjau dari lokasinya, maka daerah Sukabumi memiliki syarat tumbuh yang
bagus untuk penanaman tanaman durian.
- Curah hujan
Sukabumi memiliki curah hujan sebesar 2.805 mm/tahun yang telah
memenuhi syarat tumbuh tanaman durian dengan curah hujan minimal
1500-3000 mm/tahun dan maksimum 3000-3500 mm/tahun.
- Suhu
Suhu udara juga telah memenuhi, yaitu sebesar 20-300C.
- Tanah
Tanah yang berada di Sukabumi yaitu latosol, andosol, dan podsolik.
Tanah andosol sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman durian.
Sehingga kemungkinan kecil tanaman ditanam di tanah andosol.
- Ketinggian
Ketinggian wilayah Sukabumi bervariasi. 0-2.958 m dpl. Sehingga
kemungkinan kecil tanaman durian ditanam pada ketinggian 400-600 m
dpl sesuai syarat tumbuh.
Ditinjau dari aspek teknik budidayanya, tanaman durian tersebut tidak
pernah dilakukan pemeliharaan secara intensif, yang meliputi tidak diberikannya
pupuk. Kurangnya perawatan tersebut mengakibatkan tanaman durian kurang
mendapat asupan nutrisi yang diperlukan untuk meningkatkan produksi buahnya.
Tidak diperhatikannya pemeliharaan ini disebabkan pemilik berpikir bahwa
tanaman durian akan tetap tumbuh dan berkembang dengan baik meskipun tanpa
perawatan secara intensif. Anggapan tersebut salah, karena tanaman durian
membutuhkan perawatan intensif untuk menghasilkan produksi buah yang
memuaskan. Selain pemupukan, tanaman durian juga membutuhkan perawatan
lain seperti penyiangan, pemangkasan, dan perawatan lainnya.
Penanaman tanaman durian ini dilakukan secara monokultur dimana
hanya terdapat satu kultivar yang ditanam pada satu luasan lahan. Sementara itu,
tanaman durian termasuk tanaman yang melakukan penyerbukan silang. Artinya
bunganya bisa menjadi buah bila diserbuki oleh bunga dari pohon lain. Bahkan,
persilangan ini juga masih diberi catatan lagi, durian dari pohon lain itu berasal
dari kultivar berbeda (Setiadi, 1995).
Dalam kasus ini, tanaman dapat berbuah diduga terdapat tanaman lain di
sekitar kebun. Menurut Setiadi (1995), serbuk sari bisa terbang karena terbawa
serangga atau angin sampai sejauh 1 km. Jadi, bila dalam radius tersebut terdapat
durian kultivar lain yang berbunga, berarti ada kemungkinan bunga durian akan
mengalami pembuahan.
Menurut Setiadi (1995), durian yang ditanam secara monokultur akan
mengalami kegagalan pembuahan. Apalagi bila durian itu berasal dari bibit
vegetatif yang mempunyai pertumbuhan pohon pendek, percabangannya rapat,
dan tajuk yang rimbun. Akibatnya, penyerbukannya agak terhalang. Apabila
terjadi kegagalan pembuahan, maka pada keesokan harinya bunga akan rontok.
Kerontokan bunga dapat juga disebabkan oleh kekurangan mineral kalium.
Apalagi telah diketahui bahwa tanaman durian tersebut tidak mendapat
pemeliharaan berupa pemupukan. Kekurangan mineral itu menyebabkan daya
tahan tanaman menurun. Sehingga ketika tanaman menjelang berbunga, unsur
NPK harus tersedia, Setiadi (1995). Karena tidak dilakukan pemupukan maka
menyebabkan daya tahan tanaman menurun, sehingga bunganya mudah rontok.
Menurut Sunarjono (1987), pengembangan tanaman durian dianjurkan
dengan menggunakan bibit vegetatif, yakni yang berupa okulasi, sambungan, atau
susuan. Bibit cangkok jarang digunakan karena hasil jadinya rendah.
Sedangkan dari kasus kedua, penanaman durian di Bantul, Yogyakarta,
diketahui bahwa 2 tanaman durian ditanam di pekarangan. Tanaman tersebut telah
berumur 8 tahun, namun belum berbunga dan berbuah. Asal tanaman tersebut
yaitu dari biji dan tidak diketahui varietasnya.
Ditinjau dari genetikanya, tanaman durian ini tidak diketahui varietasnya.
Ketidakjelasan varietas ini mengakibatkan ketidakjelasan mutu atau kualitas
durian yang ditanam. Dapat dimungkinkan juga, durian yang ditanam ini berasal
dari varietas yang kurang bagus sehingga mengalami keterlambatan pembungaan.
Ditinjau dari lokasi dan mikroklimatnya, daerah Bantul kurang memenuhi
persyaratan pertumbuhan tanaman durian. Bantul memiliki curah hujan 1089,12
mm/tahun sementara curah hujan minimal agar tanaman durian bisa tumbuh
optimal adalah 1500 mm/tahun. Menurut Setiadi (1995), apabila tanaman durian
kekurangan air, maka bunga akan mengalami kerontokan. Telah kita ketahui
bersama, bahwa unsur hara akan terserap dalam bentuk larutan. Jika kekurangan
air, maka unsur hara akan sulit terserap. Sehingga daya tahan tanaman akan
menurun dan bunga akan rontok. Selain itu, tanah, ketinggian juga kurang
memenuhi persyaratan agar tanman durian tumbuh secara optimal.
Ditinjau dari tanamannya, tanaman tersebut diduga hanya menghasilkan
bunga, tetapi tidak menghasilkan buah. Hal ini berkaitan dengan kegagalan
penyerbukan yang disebabkan oleh keseragaman varietas dan semakin
berkurangnya agen penyerbuk alami. Bunga yang telah mekar pada malam hari,
akan gugur jika tidak terjadi pembuahan.
Kegagalan pembuahan bisa dikarenakan tanaman sejenis. Sedangkan tanaman
durian merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan silang dengan tanaman
lain yang tidak sejenis. Walaupun bunga durian termasuk bunga sempurna.
Selain itu, apabila ditinjau dari lokasi penanamannya yang berada di
pekarangan, dapat memiliki keuntungan dan kerugian bagi tanaman durian itu
sendiri. Keuntungan penanaman di pekarangan yakni pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dapat dipantau secara mudah oleh pemiliknya. Begitu
juga untuk pemeliharaanya, seperti pemberian pupuk, penyiangan dan
pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman. Meskipun demikian,
penanaman di pekarangan memiliki kerugian bagi tanaman itu sendiri yakni
dengan lahan yang terbatas akan terbatas pula pertumbuhan dan
perkembangannya seharusnya dapat lebih maksimal.
IV. PENYELESAIAN MASALAH
Kasus yang terdapat di Sukabumi dapat diatasi dengan penyelesaian sebagai
berikut.
1. Penanaman durian secara monokultur kurang optimal atau kurang sesuai
untuk tanaman durian. Hal ini dikarenakan tanaman durian memerlukan
kultivar lain untuk melakukan penyerbukan. Apabila ditanam secara
monokultur dapat dilakukan penyerbukan buatan yang dibantu oleh petani.
Caranya yaitu dengan mengambil serbuk sari dari tanaman durian lain
kemudian dilarutkan ke dalam aquades. Larutan ini disemprotkan ke
bunga yang sedang mekar dengan botol semprot. Penyemprotan dilakukan
pada malam hari pukul 19.00. bila penyerbukan dilakukan dilain hari
serbuksari dapat disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu kira-kira
15°C. Cara ini mungkin kurang efektif mengingat penyerbukan buatan ini
perlu dilakukan secara manual dari satu pohon ke pohon lain yang sedang
berbunga, namun dengan demikian produktivitas durian dapat meningkat.
Pada suatu luasan lahan monokultur terdapat kemungkinan bahwa
tanaman durian tidak mengalami pembungaan secara serentak sehingga
petani hanya melakukan penyerbukan buatan pada beberapa tanaman yang
sedang berbunga.
2. Penurunan produksi buah durian diakibatkan oleh tidak dilakukannya
pemeliharaan secara intensif, sehingga bunganya rontok. Oleh karena itu
perlu pemeliharaan secara intensif untuk menaikkan produktivitas tanaman
durian tersebut. Yaitu dengan cara pemberian pupuk cair ataupun pupuk
organik. Pupuk cair bisa dilakukan pada saat mulai pembungaan hingga 60
hari setelah pembentukan buah atau setelah panen. Pemberiannya setiap 15
hari sekali. sementara jika menggunakan pupuk organik aplikasinya bisa
melalui tanah. Caranya dengan membuat lingkaran parit dengan lebar 20
cm dan kedalaman 20 cm pada radius 75 cm di sekeliling pohon (di bawah
kanopi tanaman). Kemudian ditimbun dengan tanah bekas galian. Pupuk
organik diberikan setiap tahun pada musim kemarau. Dosis yang
digunakan adalah 20-30 kg/pohon.
3. Karena tanaman berasal dari bibit cangkok, maka tanaman akan rimbun
dan pendek. Sehingga serbuk sari akan terhalang. Jadi perlu dilakukan
pemangkasan agar serbuk sari tidak terhalang dan terjadi pembuahan.
Kasus yang terdapat di Bantul dapat diatasi dengan penyelesaian sebagai berikut.
1. Tanaman durian ini berasal dari biji yang tidak diketahui varietasnya.
Tanaman juga belum mengalami pembuahan setelah berumur 8 tahun
diduga karena kegagalan pembuahan. Sehingga untuk mampu berproduksi
dengan baik dapat dilakukan penyerbukan buatan dari varietas lain yang
diketahui varietas dan kualitas buahnya. Penyerbukan buatan dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan. Caranya yaitu dengan mengambil
serbuk sari dari tanaman durian lain kemudian dilarutkan ke dalam
aquades. Larutan ini disemprotkan ke bunga yang sedang mekar dengan
botol semprot. Penyemprotan dilakukan pada malam hari pukul 19.00.
Bila penyerbukan dilakukan dilain hari serbuk sari dapat disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu kira-kira 15°C.
2. Kerontokan bunga juga disebabkan oleh kurang intensifnya pemeliharaan
yang diberikan yakni diduga karena kurangnya pengairan yang diberikan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengairan yang cukup. Selain itu, bisa
juga dengan menambahkan pupuk organik di sekitar pohon agar
penyediaan air lebih terjaga.
3. Supaya tanaman lebih cepat berbunga, maka perlu menambahkan ZPT
agar tanaman berbunga. ZPT yang dapat digunakan adalah hormon
giberelin, baik yang alami maupun sintetik.
4. Penanaman tanaman durian dengan varietas lain juga perlu dilakukan.
Mengingat tanaman durian merupakan tanaman yang menyerbuk silang
walaupun merupakan bunga sempurna. Langkah ini dilakukan apabila
pada pekarangan tersebut masih terdapat tempat untuk tanaman durian.
Apabila tidak, tanaman durian dengan varietas lain ini dapat ditanam pada
lahan yang berjarak maksimal 1 km.
KESIMPULAN
1. Diperlukan pemeliharaan secara intensif untuk memperoleh produktivitas
tanaman durian secara optimal.
2. Lokasi penanaman berpengaruh terhadap produktivitas tanaman durian.
3. Selain lokasi, asal bibit juga mempengaruhi produktivitas tanaman durian.
4. Taknik budidaya sangat mempengaruhi produktivitas tanaman durian.
5. Diperlukan penyelesaian secara tepat sesuai dengan pokok masalah yang
dihadapi supaya hasilnya maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kabupaten Bantul.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bantul#Iklim_dan_topografi .
Diakses tanggal 17 September 2013.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
Pemkab Bantul. 2013. http://bantulkab.go.id/ . Diakses tanggal 17 September
2013.
Pemrov Jawa Barat. 2013. Kabupaten Sukabumi.
http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/kabupaten_slashkota/profil
_kabupaten_slashkota/detailprofil/5 . Diakses tanggal 17 September 2013.
Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3(diterjemahkan
oleh Dyah R Lukman dan sumaryono). ITB. Bandung.
Setiadi. 1995. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sobir dan Rodame M.. 2012. Bertanam Durian Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sunarjono, H.. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung.