BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPolitik Internasional secara
umum merupakan disiplin bidang studi yang berupaya memahami
Hubungan Politik antar bangsa.[footnoteRef:2] Sekarang, isu-isu
non-keamanan banyak bersaing dengan keamanan untuk perhatian dari
pembuat kebijakan, analis di luar, dan warga negara. Politik
Internasional bersifat dinamis. Kemampuan untuk mengenali potensi
kerjasama dan konflik antara keragaman aktor-aktor negara dan
non-negara, dan kemudian memilih dan menerapkan respon kebijakan
yang tepat untuk masalah yang ada memerlukan pemahaman yang canggih
dan informasi politik internasional serta keterampilan untuk
menanggapi ancaman yang tak terduga dan peluang yang ada. [2:
Catatan Kuliah Minggu-1, Mata Kuliah Politik Internasional, Drs.
Tri Cahyo Utomo, MA. ]
Dalam politik internasional selalu terdapat hubungan, dalam
suatu hubungan pasti selalu terdapat kepentingan dan kepentingan
dalam hubungan antar negara-bangsa sering disebut dengan
Kepentingan Nasional.[footnoteRef:3] Menurut John T. Rourke,
kepentingan nasional itu bersifat controversial, sehingga
menimbulkan sikap pro dan kontra. Sehingga hal ini memunculkan
berbagai macam argument pro dan kontra. Kemudian, menurut K. J.
Holsti terdapat 3 kriteria pokok kepentingan nasional yaitu
dikaitkan dengan besar atau kecilnya kepentingan negara, dikaitkan
dengan unsur waktu untuk mencapainya, dikaitkan dengan besar atau
kecilnya tuntutan yang diminta oleh negara lain. Dari kriteria
tersebut terbentuklah 3 macam kepentingan nasional yaitu pertama
nilai-nilai dan kepentingan inti, bersifat pokok dan sebagian warga
negara bersedia memperjuangkan untuk pencapaiannya, serta berjangka
pendek. Kedua, propaganda yaitu mengontrol atau mempengaruhi
perilaku kelompok dengan menggunakan sarana komunikasi dengan
maksud bahwa disetiap keadaan yang diberikan dari mereka yang
dipengaruhi sama seperti maksud dari orang yang melakukan
propaganda. Ketiga, economic warfare yaitu kebijakan ekonomi yang
ditetapkan suatu negara pada masa perang. [3: Ibid.]
Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, makalah ini akan
membahas mengenai kepentingan nasional Arab Saudi dalam
pemberontakan oleh kelompok Houthi di Yaman. Arab Saudi merupakan
negara yang berada dalam kawasan Timur Tengah, berbatasan dengan
Teluk Persia dan Laut Merah, serta Yaman Utara. Arab Saudi bersama
dengan Yaman termasuk kedalam Arab State. Kemudian, kelompok
pemberontak Houthi sendiri yaitu kelompok yang muncul dari wilayah
utara Yaman yang miskin sebagai gerakan militant yang berjuang
untuk melindungi tradisi agama dan budaya minoritas mereka.
Kelompok ini juga dikenal dengan Ansar Allah atau Partisan of God,
ajaran kelompok ini yaitu menggunakan Islam Syiah yang dikenal
dengan Zaidism, sebuah sekte yang hampir ada di seluruh Yaman dan
terdiri dari sekitar sepertiga dari penduduk Yaman.[footnoteRef:4]
Mereka juga mempunyai sebuah slogan yaitu "Allah Maha Besar.
Mampuslah Amerika. Matilah Israel. Allah mengutuk Yahudi.
Kemenangan bagi Islam," begitulah slogan para kelompok Houthi
ini.[footnoteRef:5] [4: Yemen conflict: Whos who in the conflict
tearing the Arab worlds poorest country apart, 2015, abc.net.au,
diakses pada 9 Mei 2015,
http://www.abc.net.au/news/2015-04-09/conflict-yemen-explained/6366996]
[5: Pandasurya Wijaya, Siapa sesungguhnya pemberontak Houthi di
Yaman?, 2015, merdeka.com, diakses pada 7 Mei 2015,
http://www.merdeka.com/dunia/siapa-sesungguhnya-pemberontak-houthi-di-yaman.html]
Pemberontakan oleh kelompok Houthi pernah terjadi tahun 2004
yang dipimpin oleh pendiri kelompok itu yaitu Hussein al-Houthi.
Beberapa pemberontakan lebih berkobar sebelum gencatan senjata itu
ditengahi oleh pemerintah pada tahun 2010. Pada tahun 2011, dalam
momentum Arab Spring, kelompok Houthi bergabung dengan faksi
lainnya dalam protes nasional terhadap presiden Ali Abdullah Saleh
atas ketidakmampuannya dalam keditaktorannya untuk menangani
ekonomi negara dan masalah sosial yang memaksa beliau untuk turun
dari jabatannya. Lalu pada tahun 2014, presiden yang baru yaitu
Hadi mengumukan sebuah rencana untuk Yaman untuk menjadi federasi
enam wilayah. Hal tersebut membuat geram para pemberontak Houthi
sehingga menyerang pangkalan militer dan menyita sejumlah besar
senjata berat. Dukungan terhadap kelompok ini meningkat pada
Agustus lalu ketika para pemrotes anti-pemerintah kembali turun ke
jalan yang membuat Hadi melarikan diri. Sekarang ini Houthi
didukung oleh beberapa unit militer yang masih setia kepada mantan
presiden Ali Abdullah Saleh yang masih memiliki pengaruh dalam
angkatan bersenjata. Konflik yang terjadi di Yaman mencapai
puncaknya pada Maret 2015 sehingga membuat negara ini jatuh dan
dapat memperburuk ketegangan regional. Hal ini juga dikhawatirkan
oleh Barat karena ancaman serangan yang berasal dari negara ini
menjadi lebih tidak stabil. Konflik antara Houthi dan Pemerintah
juga dilihat sebagai bagian dari perebutan kekuasaan regional
antara Islam Syiah yang diperintah Iran dan Islam Sunni yang
dikuasai Arab, yang berbagi perbatasan panjang dengan
Yaman.[footnoteRef:6] [6: Yemen crisis: Who is fighting whom?,
2015, bbc.com, diakses pada 9 Mei 2015,
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423]
B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang sudah
dipaparkan diatas maka terdapat sebuah rumusan masalah yaitu apa
kepentingan nasional Arab Saudi dalam konflik yang terjadi di Yaman
antara pemerintah dengan kelompok pemberontak Houthi?
C. TUJUAN PENELITIANTujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui kepentingan nasional Arab Saudi dalam konflik di
Yaman dan sejauh mana kontribusi yang dilakukan oleh Arab Saudi
dalam konflik di Yaman ini.
BAB IIPEMBAHASANA. KONFLIK POLITIK YAMANYaman menjadi negara
dengan krisis yang parah untuk saat ini, ketidakstabilan,
pemerintahan yang lemah, banyaknya korupsi, penipisan sumber daya
dan infrastruktur yang buruk telah menghambat pembangunan di negara
termiskin di Timur Tengah ini. Walaupun miskin tetapi negara ini
strategis dan perebutan kekuasaan di Yaman memiliki implikasi
serius bagi wilayah regional dan keamanan Barat. Beberapa bulan
terakhir ini di Yaman telah pecah menjadi konflik antara beberapa
kelompok yang berbeda dan mendekati dengan perang saudara. Konflik
utamanya ini terjadi antara militan yang setia kepada Presiden
sekarang yaitu Abdrabbuh Mansour Hadi dan orang-orang yang
bersekutu dengan pemberontak Zaidi Syiah yang dikenal dengan
Houthi, hal tersebut memaksa Hadi meninggalkan ibukota Sanaa pada
bulan Februari.[footnoteRef:7] [7: Ibid. ]
Sebelum konflik pecah pada maret 2015, pada tahun 2011 sudah
terjadi protes besar di Yaman. Hal yang memicu kemarahan publik ini
yaitu saat Ali Abdullah Saleh mengumumkan paket konsesi ekonomi
pada Januari 2011, termasuk kenaikan gaji, pemotongan pajak, dan
peningkatan kontrol harga dan subsidi.[footnoteRef:8] Saat
langkah-langkah ekonominya gagal sehingga menimbulkan ketidakpuasan
rakyat, hal ini lah yang membuat terjadinya protes besar-besaran.
Puluhan ribu demonstran turut serta dalam protes tersebut dan
menjadi jelas bahwa protes tersbeut tidak lebih untuk perebutan
kekuasaan politik di antara elite negara karena mereka berusaha
untuk memaksimalkan posisi negosiasi mereka.[footnoteRef:9] [8:
Haddad dan Haddas, Yemen: Divided Dissent, The World Today, Vol.
67, No.3 (Maret 2011): 8.] [9: Ibid, 9.]
Kemudian konflik yang ada terus berlanjut hingga pada tahun 2014
terjadi kudeta yang juga dikenal sebagai September 21 Revolution
yang ditandai dengan pengambilalihan pemerintah Yaman oleh Houthi,
dengan pemberontakan merebut sebagian besar ibukota dan menduduki
fasilitas pemerintah. Pasukan keamanan Yaman sendiri telah membagi
loyalitasnya antara pendukung Presiden sekarang, A.M Hadi dan
kelompok Houthi, serta Ali Abdullah Saleh telah beralih kesetiaan
dengan mendukung Houthi. A.M. Hadi juga didukung di selatan dengan
dominasi negara Sunni oleh milisi yang dikenal sebagai Popular
Resistance Committees dan suku setempat. Kedua Presiden tersebut
dan kelompok pemberontak Houthi sangat bertentangan dengan Al-Qaeda
in the Arabian Peninsula (AQAP), yang telah memulai sejumlah
serangan dari kubu selatan dan selatan-timur.[footnoteRef:10] [10:
Ibid. ]
Pada Januari 2015, Presiden A.M. Hadi mengundurkan diri
ditengah-tengah protes, setelah Houthi memaksa masuk ke Istana
Presiden di Sanaa dan menamai lima anggotanya dewan presiden untuk
memerintah negara. Kemudian Mr. Hadi dijadikan sebagai tahanan
rumah, namun ia dapat melarikan diri ke kota pelabuhan selatan Aden
pada bulan Februari, dimana ia segera mencabut pengunduran dirinya
dan membentuk pemerintahan baru dan menyerukan tentara untuk
bergabung dengannya.[footnoteRef:11] [11: Yemen conflict: Whos who
in the conflict tearing the Arab worlds poorest country apart,
2015, abc.net.au, diakses pada 9 Mei 2015,
http://www.abc.net.au/news/2015-04-09/conflict-yemen-explained/6366996]
Kelompokk Houthi saat ini sudah mendekati Aden dan mengontrol
pintu masuk ke Laut Merah, selat Bab al-Mandab, dimana sekitar
20.000 kapal melewati daerah itu setiap tahunnya. Kota tersebut
juga merupakan pangkalan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang telah
menyerukan intervensi militer oleh the Gulf Co-operation Council
(GCC), termasuk penerapan zona larangan terbang, sementara beberapa
orang berharap banyak dengan perdamaian yang dijanjikan yang telah
dibicarakan di Qatar.[footnoteRef:12] Lalu pada 20 Maret Islamic
State yang juga ikut terlibat dalam pecahnya perang sipil di Yaman
ini menandai debut kekerasannya dengan serangan bom bunuh diri di
Masjid dengan pendukung Houthi dan menewaskan lebih dari 130
jamaah. Kelompok Houthi juga telah berhasil menduduki ibukota dan
mereka mendapatkan banyak bantuan dari beberapa kalangan, salah
satunya mantan Presiden 30 tahun yaitu Ali Abdullah Saleh yang
bertekad untuk membuat Yaman dapat diatur oleh penerusnya. Iran
juga diduga mendukung Houthi karena sama-sama menganut Islam Syiah.
[12: Frank Gardner, Yemen crisis: An Iranian Saudi battleground?,
bbc.com, 2015, diakses pada 10 Mei 2015,
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32044059]
A man Stands in a room of a house burnt after an air strike by a
Saudi-led coalition struck a nearby missile base, in Sanaa. Puncak
dari pemberontakan Houthi ini terjadi pada 25 Maret, ketika Arab
Saudi melancarkan serangan militer dengan menggunakan serangan
udara lintas batas membom posisi-posisi pemberontak di ibukota
Sanaa untuk mengembalikan mantan pemerintah Yaman.[footnoteRef:13]
Koalisi ini terdiri dari lima negara di Teluk Arab dan Yordania,
Mesir, Maroko, dan Sudan. [13: Ibid. ]
Untuk memulihkan konflik yang ada, Yaman perlu untuk memulai
transisi ke pemerintahan baru. Semakin cepat negara itu mampu
bergerak melewati krisis politik ini, semakin cepat pemerintah
dapat mengatasi masalah yang mendasari ketidakamanan di Yaman. Saat
ini memang Yaman menghadapi banyak tantangan utama pada waktu yang
sama, selain masalah sosial dan ekonomi tetapi juga didukung dengan
adanya perang sipil ini yang dapat mengancam regional.
B. KEPENTINGAN NASIONAL DAN TINDAKAN ARAB SAUDI DALAM KONFLIK
YAMANArab Saudi merupakan salah satu negara yang berbatasan
langsung dengan Yaman di wilayah Utara, selain Iran di wilayah
Selatan. dan ini sangat menjadi masalah. Untuk alasan sejarah dan
geografi, Arab Saudi memang sangat tertarik dan terobsesi dengan
perkembangan di Yaman.[footnoteRef:14] Hal ini tidak mungkin bagi
mereka jika hanya melihat perang sipil yang terjadi di Yaman dan
bahwa Raja baru Arab Saudi telah membuat Yaman menjadi prioritas
pertamanya. [14: Jeremy Shapiro, Why are 10 countries attacking
Yemen?, Order from Chaos: Foreign Policy in a Troubled World, 2015,
diakses pada 7 Mei 2015,
http://www.brookings.edu/blogs/order-from-chaos/posts/2015/03/26-why-attack-yemen-shapiro]
Akhirnya dibentuklah koalisi dengan Sembilan negara Arab,
termasuk dengan lima negara Teluk dan Yordania, Maroko, dan Sudan,
dan baru-baru ini Mesir ikut bergabung, serta Arab Saudi memimpin
koalisi militer tersebut untuk bertempur melawan pemberontakan
Houthi. Sebelum melakukan serangan udara, Arab Saudi telah
menjatuhkan selebaran peringatan kepada warga di distrik perbatasan
Yaman untuk pergi, yang dijatuhkan di Old Saada di provinsi Saada.
Arab Saudi mengatakan lima hari gencatan senjata kemanusiaan akan
dimulai pada 12 Mei.[footnoteRef:15] [15: Yemen conflict: Saudis
warn border civilians to leave, bbc.com, 2015, diakses pada 10 Mei
2015, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32654346]
Pada tanggal 25 Maret 2015, Arab Saudi memimpin serangan udara
besar-besaran dengan menjatuhkan bom-bom di Sanaa, ibukota Yaman
melawan pemberontak Houthi, intervensi militer ini dinamakan
Operation Decesive Storm. Serangan tersebut bertujuan untuk
mengembalikan Presiden Yaman yaitu Hadi yang diasingkan oleh
kelompok Houthi, agar dapat melarikan diri pertama ke kota
pelabuhan selatan Aden dan kemudian ke Riyadh.[footnoteRef:16] Jet
tempur dari Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Uni Emirat Arab,
Kuwait, Qatar, dan Bahrain juga mengambil bagian dalam operasi ini,
sedangkan Somalia telah membuat wilayah udaranya , perairan
territorial dan pangkalan militernya untuk digunakan oleh koalisi.
Kemudian Amerika Serikat juga ikut mendukung operasi ini dengan
menyediakan intelijennya dan dukungan logistik serta penyelamatan
untuk pesawat yang jatuh atau pilot yang terluka.[footnoteRef:17]
Serangan udara ini telah menewaskan sekitar ratusan warga sipil
termasuk anak-anak, mengahancurkan kamp pengungsi dan tempat
ibadah, serta rumah-rumah penduduk sipil. [16: Rannie Amiri, Saudi
Arabias Attack on Yemen, 2015, counterpatch, diakses pada 10 Mei
2015,
http://www.counterpunch.org/2015/05/08/saudi-arabias-attack-on-yemen/]
[17: James Rosen, U.S stepping up weapons shipments to aid Saudi
air campaign over Yemen, 2015, McClatchyDC, diakses pada 10 Mei
2015,
http://www.mcclatchydc.com/2015/04/07/262381/us-stepping-up-weapons-shipments.html]
Sebelumnya Arab Saudi pernah melakukan serangan udara terhadap
Houthi di perbatasan mereka bersama pada tahun 2010 dan mengatakan
bahwa tiadk akan membiarkan Iran untuk menyebarkan konflik
sekterian di wilayah tersebut dan bersumpah untuk mendukung
presiden Yaman sekarang. Sekarang ini Arab Saudi masih dalam proses
membangun pagar perbatasan besar dengan Yaman dan saat ini
memperkuat pangkalan angkatan laut di selatan pelabuhan Laut Merah
Jizan.[footnoteRef:18] [18: Frank Gardner, Yemen crisis: An Iranian
Saudi battleground?, bbc.com, 2015, diakses pada 10 Mei 2015,
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32044059]
Serangan masih saja terus dilakukan hingga saat ini, hal
tersebut diperparah saat pemberontak Houthi mulai menyerang kota
Najran, Arab Saudi dengan melepaskan tembakan mortar pada tanggal 5
Mei 2015.[footnoteRef:19] Kota Najran terletak tidak jauh dari
perbatasan Yaman, disana terlibat baku tembak antara pasukan darat
Arab Saudi dan kelompok Houthi, serta helicopter-helikopter Arab
Saudi sudah beberapa kali menggelar operasi militer. Akibat dari
serangan di kota Najran ini menyebabkan Arab Saudi harus menunda
semua penerbangan di bandara setempat dan menutup semua sekolah.
[19: Pemberontak Houthi Serang Sebuah Kota di Arab Saudi, 2015,
kompas, diakses pada 10 Mei 2015,
http://internasional.kompas.com/read/2015/05/05/22042401/Pemberontak.Houthi.Serang.Sebuah.Kota.di.Arab.Saudi]
Keterlibatan Arab Saudi dalam konflik Yaman dengan memimpin
koalisi dari Arab State, tentunya karena adanya kepentingan
nasional Saudi di Yaman. Beberapa alsannya sudah dijelaskan diatas
dan kepentingan lainnya Saudi menganggap dirinya sebagai penjaga
kepentingan Sunni di wilayah tersebut dan kemajuan kelompok Houthi
yang menganut Syiah dapat mengancam bagi sekutu Sunni. Letak
geografis Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman juga
menjadi alasan mengapa Saudi ingin terlibat dalam konflik ini,
karena dapat mengancam kemanan di wilayah Saudi yang dekat dengan
perbatasan. Juga karena Yaman merupakan negara yang strategis,
wilayahnya selalu dilewati oleh kapal-kapal minyak bermuatan besar
yang sangat penting untuk perdagangan di Saudi. Banyak yang
berpendapat bahwa perang sipil yang terjadi di Yaman ini menjadi
lahan untuk persaingan antara Arab Saudi dan Iran, namun
kebenarannya masih diragukan.Kepentingan Nasional Arab Saudi di
Yaman ini tentu dipengaruhi oleh beberapa dimensi. Terdapat dimensi
pokok dari kepentingan nasional yang berkaitan dengan kepentingan
Saudi yaitu pertama keamanan fisik, isu pokok dari bangsa adalah
masyarakat dan kelangsungan hidup secara fisik dari masyarakatnya
adalah elemen yang utama kepentingan nasional, keamanan bangsanya
lebih penting daripada negara atau pemerintahannya. Kedua yaitu
national cohesion, berhubungan untuk mempromosikan nilai atau
ideologi atau seperangkat nilai yang masyarakat percaya. Bisa
dilihat jika Saudi sangat ingin tetap menjaga Sunni terus menjadi
mayoritas di dalam Yaman. Konsep kepentingan nasional ini selalu
berkaitan dengan teori realisme dan disebutkan bahwa politik
internasional adalah arena kepentingan-kepentingan negara yang
sedang berkonflik.[footnoteRef:20] Kesadaran akan tujuan politik
(yaitu mempertahankan kepentingan nasional) kadang harus
membenarkan cara-cara yang secara moral dapat dipermasalahkan,
seperti mengearahkan dan membom kota-kota berpenduduk, membawa pada
etika situasional dan menyebutkan kebijaksanaan politik , serta
tidak menghindarkan tindakan jahat walaupun terdapat tujuan
tertentu.[footnoteRef:21] Dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan
nasionalnya tidak jarang sebuah negara menekankan dimensi tragis
etika internasional: mereka mengetahui tidak terlekannya dilemma
keamanan dalam politik internasional bahwa tindakan jahat
kadang-kadang harus diambil untuk mencegah kejahatan yang lebih
besar,[footnoteRef:22] contohnya saja Saudi tidak segan untuk
mengebom kota-kota yang diduki oleh pemberontak Houthi yang dapat
menewaskan banyak warga sipil. [20: Jackson dan Sorensen, Pengantar
Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), 129.] [21: Ibid, 128.] [22: Ibid]
Dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional Saudi di Yaman
sangat beragam dan dapat mengancam kemanan Saudi bila negara
tersebut diam saja, karena semakin lama kelompok Houthi semakin
memperbesar daerah kekuasaannya. Kemudian Saudi juga menganggap
bahwa konflik ini sebagai ancaman dari Iran dan melihat Houthi
sebagai sebuah kekuatan proxy Iran atau Iran puppets. Hal ini
dikarenakan mayoritas Syiah Iran dan dominasi Sunni Arab Saudi
terkunci dalam kontes strategis untuk menyebarkan pengaruh di Timur
Tengah.Sejauh ini yang akan dilakukan Saudi yaitu dengan mengirim
150.000 tentara untuk koalisi yang akan turun ke Yaman dan
meningkatkan kemungkinan serangan darat. Lalu pada pertemuan di
Paris, Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan
humanitarian ceasefire selama lima hari akan dimulai pukul 23.00
waktu setempat pada tanggal 12 Mei.[footnoteRef:23] Tindakan yang
dilakukan Arab Saudi ini sangat didukung oleh Arab State dan juga
Amerika Serikat, karena konflik di Yaman ini dianggap dapat sebagai
ancaman langsung terhadap kemanan Arab State dan juga bersama-sama
ingin menemukan solusi politik yang tepat dengan bertujuan untuk
membawa kembali Yaman dalam kemanan dan stabilitas melalui
pembentukan proses politik. [23: Yemen conflict: Saudis warn border
civilians to leave, bbc.com, 2015, diakses pada 10 Mei 2015,
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32654346]
BAB IIIPENUTUPKESIMPULANKonflik politik yang terjadi di Yaman
diawali dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan yang
gagal pada masa Ali Abdullah Saleh, presiden yang memerintah Yaman
selama 30 tahun. Hal tersebut memicu kemarahan kelompok Houthi
sehingga terjadilah protes besar-besaran yang membuat Saleh
terpaksa turun dari jabatannya. Setelah itu, pemberontakan Houthi
tidak berhenti disitu saja karena mereka percaya bahwa
pemberontakannya harus dilanjutkan. Kemudian berlanjut hingga
terpilihnya presiden baru hingga sekarang yaitu A.M Hadi. Beliau
sempat menjadi tahanan bawah tanah oleh kelompok Houthi. Hal ini
yang membuat A.M. Hadi mencari bantuan internasional dengan
melibatkan Arab Saudi di dalamnya. Puncak dari konflik ini yaitu
saat Arab Saudi memimpin sebuah koalisi yang terdiri dari Arab
State untuk melakukan serangan udara besar-besaran yang menewaskan
ratusan warga sipil dan merusak sarana-prasarana publik. Ikut
campur Arab Saudi ini membuat kelompok Houthi geram dan membalaskan
dendam dengan mengebom kota Najran yang berada di perbatasan Yaman.
Keterlibatan Arab Saudi dalam konflik politik di Yaman ini
dikarenakan alasan kepentingan nasional Saudi. Karena faktor
geografis yang sangat berbatasan langsung di wilayah Utara Yaman
dan faktor sejarah. Kemudian faktor ideologi, yaitu Saudi tidak mau
dominasi Sunni terganggu dengan munculnya kelompok Houthi yang
menganut Syiah dengan didukung oleh Iran. Saudi dan Iran memang
memiliki ketegangan dalam rangka untuk memenangkan pengaruh di
Timur Tengah. Kepentingan Saudi lainnya yaitu karena Yaman
merupakan negara yang strategis dan dilewati oleh kapal-kapal besar
pengangkut minyak yang penting dalam perdagangan Saudi. Keamanan
Saudi juga dipertaruhkan dalam konflik ini, karena dengan adanya
konflik ini dapat mengancam keamanan nasional Arab Saudi. Konflik
politik yang terjadi di Yaman ini juga dapat menjadi ancaman bagi
keamanan regional karena dapat membuat krisis diseluruh
negara-negara Arab. Oleh karena itu, Saudi sangat gencar dalam
melakukan serangan untuk menghentikan pemberontakan kelompok
Houthi. Namun, sampai saat ini serangan masih saja terjadi dan
koalisi masih mencari solusi politik yang baik.11