Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia setiap tahunnya terus melaksanakan pembangunan di segala bidang. Segala kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan sebagainya yang berkembang sedemikian pesatnya menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang baik dan cukup demi menunjang segala aktifitas. Salah satu sarana yang paling penting sebagai penunjang berbagai kegiatan tersebut yaitu sarana jalan. Pada kenyataannya sarana jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor. Mengakibatkan timbulnya masalah baru yaitu masalah perkerasan jalan yang umur rencananya tidak sesuai lagi dari perkiraan awal. Dimana umur rencana dari suatu jalan menjadi lebih pendek dari perencanaan perhitungan. Prasarana jalan merupakan fasilitas yang sangat penting dalam menunjang kehidupan dan kualitas hidup masyarakat. Sejumlah bagian jalan banyak dijumpai dalam kondisi rusak, dengan berbagai jenis tingkatannya. Sesuai dengan kondisi alam daerah-daerah di Indonesia mengalami musim hujan, sehingga kerusakan jalan sering dikaitkan dengan fenomena alam ini. Perbaikan sulit dilakukan khususnya konstruksi jalan lentur, sedangkan negara Indonesia hampir 80% menggunakan aspal sebagai pembuat jalan.
73

Paper Nitnot

Aug 09, 2015

Download

Documents

Vito Ramadhan

1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Paper Nitnot

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia setiap tahunnya terus melaksanakan pembangunan di segala bidang.

Segala kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan sebagainya

yang berkembang sedemikian pesatnya menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang

baik dan cukup demi menunjang segala aktifitas. Salah satu sarana yang paling penting

sebagai penunjang berbagai kegiatan tersebut yaitu sarana jalan. Pada kenyataannya

sarana jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor. Mengakibatkan

timbulnya masalah baru yaitu masalah perkerasan jalan yang umur rencananya tidak

sesuai lagi dari perkiraan awal. Dimana umur rencana dari suatu jalan menjadi lebih

pendek dari perencanaan perhitungan.

Prasarana jalan merupakan fasilitas yang sangat penting dalam menunjang kehidupan

dan kualitas hidup masyarakat. Sejumlah bagian jalan banyak dijumpai dalam kondisi

rusak, dengan berbagai jenis tingkatannya. Sesuai dengan kondisi alam daerah-daerah di

Indonesia mengalami musim hujan, sehingga kerusakan jalan sering dikaitkan dengan

fenomena alam ini. Perbaikan sulit dilakukan khususnya konstruksi jalan lentur,

sedangkan negara Indonesia hampir 80% menggunakan aspal sebagai pembuat jalan.

Kerusakan mengakibatkan lumpuhnya perekonomian, meningkatnya biaya

transportasi karena waktu perjalan menjadi lebih lama. Kerusakan kendaraan akibat

guncangan pada jalan berlubang dan meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas

khususnya kendaraan roda dua karena terjebak oleh kondisi jalan yang rusak dan

berlubang. Kerusakan jalan disebabkan juga oleh beban lalu lintas yang berlebih.

Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu :

struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid

Pavement). Pengelompokkan struktur perkerasan tersebut pada umumnya lebih

didasarkan pada bahan perkerasan yang digunakan. Struktur perkerasan lentur umumnya

menggunakan lapisan aspal sebagai lapisan permukaan. Sedangkan struktur perkerasan

kaku menggunakan pelat beton semen sebagai komponen struktur utamanya.

Page 2: Paper Nitnot

Struktur perkerasan lentur terdiri dari lapisan permukaan (surface course), lapisan

pondasi (base course) , lapisan pondasi bawah (subbase course) dan lapisan tanah dasar

(subgrade). Lapisan permukaan yang umumnya menggunakan bahan campuran aspal

(aspal dan agregat) dapat dibedakan menjadi 2 lapisan, yaitu : lapisan penutup (wearing)

dan lapisan utama (binder). Bahan lapisan utama seringkali dibuat sama dengan bahan

lapisan penutup, tetapi terkadang lapisan utama menggunakan ukuran nominal agregat

yang lebih besar. Lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah dapat menggunakan

bahan agregat dengan atau tanpa bahan pengikat (seperti : aspal,semen atau kapur),

dimana bagian lapisan pondasi atas (base course).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumuan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan perkerasan jalan ?

2. Bagaimana standar material yang digunakan untuk suatu perkerasan jalan ?

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kerusakan yang terdapat di ruas-ruas jalan di

Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah Praktek Pengujian Material

Perkerasan Jalan.

2. Memberikan lebih banyak pemahaman dalam materi Praktek Pengujian Material

Perkerasan Jalan.

3. Mengetahui berbagai macam bahan material yang dipergunakan dalam suatu

perkerasan jalan, serta proses pelaksanaan dan standar-standar yang digunakan.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan didukung dari studi literature atau studi kepustakaan, yaitu data

yang dihimpun dari hasil membaca dan mempelajari buku-buku atau sumber dari internet

yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

Page 3: Paper Nitnot

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyajiannya sebagai tugas mata kuliah Geometrik Jalan Raya, dibahas dan

dijelaskan dengan sistematika penulisan seperti berikut ini :

BAB I. PENDAHULUAN

Membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode

pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II. PEMBAHASAN

Membahas sejarah perkembangan jalan dan teori geometrik jalan raya

BAB IV. PENUTUP

Page 4: Paper Nitnot

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Jalan Raya

Salah satu alasan adanya perkembangan jalan raya adalah karena adanya hasrat

manusia untuk melangsungkan hidupnya. Dengan hasrat itulah umat manusia terdorong

utnuk mencari nafkah terutama makan minum, serta mencari tempat berlindung terhadap

berbagai pengaruh yang mengancam kelangsungan hidupnya, antara lain karena akibat

perubahan cuaca, perubahan iklim, dan ganggguan binatang buas.

Oleh sebab itu, manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ke

tempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.1 Zaman purbakala

Pada zaman purbakala semula hanya berupa jalur jalan yang sempit yang dilalui oleh

satu orang yang disebut jalan setapak.

Setelah manusia berkembang biak dan mulai hidup berkelompok, secara musiman

mereka berpindah-pindah tempat untuk menemukan daerah yang dipandang dapat

memenuhi hasrat hidupnya. Kemudian jalan itu melebar dan mulai terbuat tangga-tangga

dan lorong-lorong yang lebar bila melalui hutan belantara. Maka jalan itu pun disebut

sebagai jalan musiman.

Penemuan-penemuan jalan purbakala adalah sebagai berikut:

1. Pada tahun 3500 SM ditemukan jalan yang telah diperkeras di Mesopotamia.

2. tahun 2500-2568 SM ditemukan jalan dari susunan blok-blok batu besar didaerah

Babilonia hingga Mesir di daerah padang pasir.

3. Tahun 1500 SM ditemukan permukaan jalan yang diperkeras dari batu-batuan di

pulau Crate (Kereta) di wilayah pantai timur laut tengah.

4. tahun 620 SM ditemukan jalan yang dibuat berlapis-lapis di wilayah Babilonia

diantara muara sungai Euphrat dan Tigris.

Page 5: Paper Nitnot

2.1.2 Zaman menuju modern

Penemuan-penemuan pada zaman modern adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1595 ditemukan Danau Aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh

2. Tahun 1718-1796 diperkenalkan suatu konstruksi jalan dari batu pecah oleh Pierre

Marie Jereme Tresaquet

3. Tahun 1790 diperkenalkan pembangunan jalan dengan Prinsip Desak oleh Thomas

Telford seorang Skotlandia, yaitu suatu konstruksi perkerasan jalan yang dibuat

menurut prinsip jembatan lengkung dari abtu belah, serta menambahkan susunan

batu-batu kecil di atasnya.

Gambar 2.1. Jalan Sistem Telford

4. Tahun 1815 diperkenalkan suatu teori oleh John London Mc Adam bahwa kekuatan

konstruksi perkerasan jalan terletak pada kekuatan tanah dasarnya dan kekuatannya

saling mengunci dari susunan batu besar yang ada pada lapisan tersebut (Teori

Prinsip Tumpang Tindih atau Konstruksi Makadam)

Gambar 2.2. Jalan Sistem Mac Adam

Page 6: Paper Nitnot

5. Tahun 1860 ditemukan mesin penggilas jalan (stom roller) oleh Lemoine, dan tahun

1867 ditemukan mesin penggilas jalan oleh Avelling dengan berat 30 ton.

6. Tahun 1878 ditemukan mesin penggerak kendaraan pengangkut barang oleh

Nokolous Otto.

7. Tahun 1858 ditemukan alat pemecah batu oleh Blade

8. Tahun 1880 ditemukan ban angin oleh Dunlop

9. Tahun 1880 ditemukan kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimier and Karl

Benz

10. Tahun 1911 diperkenalkan teori tentang kandungan air dan sifat-sifat tanah oleh

Albert Atterberg.

2.1.3 Zaman modern

Revolusi terbesar dalam sejarah perkembangan jalan raya dimulai segera setelah

adanya penemuan mesin penggerak kendaraan pengangkut.

Pada tahun 1935 pembangunan jalan raya mulai dibuat dengan konstruksi yang lebih

baik agar tahan lama, mampu bertahan terhadap segala bentuk pengaruh cuaca, mampu

menyediakan fasilitas jalan dengan standar konstruksi yang tinggi, serta dapat melayani

kapasitas lalu lintas yang mampu memikul beban yang besar.

Pada tahun 1954-1973 AASHO (American Association of State Highway Official)

dan AASHTO (American of State Highway Transfortation Official) menetapkan

beberapa ketentuan standar perencanaan dan pembangunan jalan raya.

2.2 Perkerasan Jalan Raya

Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis

konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan

tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara

aman.

Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah

dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang

Page 7: Paper Nitnot

berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka

pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan

jalan sangat diperlukan.

2.2.1 Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya

Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang

digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri, antara lain:

1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

a. Memakai bahan pengikat aspal.

b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke

tanah dasar.

c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada jalur

roda).

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti

tanah dasar).

Gambar 2.1. Komponen Perkerasan Lentur

2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).

b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu lintas.

c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak pada

permukaan jalan.

Page 8: Paper Nitnot

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai balok di atas

permukaan.

3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.

b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya

2.1.1 Fungsi Lapis Perkerasan

Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi

tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling atas

disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Di

bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah

dipadatkan.

1. Lapis Permukaan (LP)

Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan

dapat meliputi:

Page 9: Paper Nitnot

a. Struktural :

Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan,

baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal ini persyaratan

yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.

b. Non Struktural, dalam hal ini mencakup :

1. Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada di

bawahnya.

2. Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan

memperoleh kenyamanan yang cukup.

3. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid

resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.

4. Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi

dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu:

1. Lapis Aus (Wearing Course)

Lapis aus (wearing course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak

di atas lapis antara (binder course). Fungsi dari lapis aus adalah :

a. Mengamankan perkerasan dari pengaruh air.

b. Menyediakan permukaan yang halus.

c. Menyediakan permukaan yang kesat.

2. Lapis Antara (Binder Course)

Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak

di antara lapis pondasi atas (base course) dengan lapis aus (wearing course). Fungsi

dari lapis antara adalah :

a. Mengurangi tegangan.

Page 10: Paper Nitnot

b. Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus

mempunyai kekuatan yang cukup.

2. Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course

Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis

permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak menggunakan

lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah :

a. Lapis pendukung bagi lapis permukaan.

b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.

c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.

3. Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course

Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi

dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :

a. Penyebar beban roda.

b. Lapis peresapan.

c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.

d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.

4. Tanah Dasar (TD) atau Subgrade

Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian

atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah

dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

Page 11: Paper Nitnot

BAB III

PEMBAHASAN

A. LASTON

Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas laston lapis aus (AC-WC),

laston lapis permukaan antara (AC-BC) dan laston lapis fondasi (AC-Base). Pembuatan Lapis

Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau

lapis antara pada perkerasan jalan raya yang mampu memberikan sumbangan daya dukung

yang terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi

dibawahnya. Sebagai lapis permukaan, Lapis Aspal Beton harus dapat memberikan

kenyamanan dan keamanan yang tinggi (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk

Jalan Raya, SKBI – 2.4.26.1987)

1. Fungsi dan Sifat Laston

Laston adalah aspal campuran panas yang bergradasi tertutup (bergradasi menerus)

yang berfungsi sebagai berikut:

a. Sebagai pendukung beban lalu lintas.

b. Sebagai pelindung konstruksi dibawahnya.

c. Sebagai lapisan aus.

d. Menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak licin.

Sedangkan sifat-sifat dari Laston antara lain:

a. Kedap air.

b. Tahan terhadap keausan akibat lalu lintas.

c. Mempunyai nilai struktural.

d. Mempunyai stabilitas tinggi

e. Peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan.

Page 12: Paper Nitnot

2. Bahan penyusun Laston

Berikut adalah penyusun dari kedua campuran tersebut.

a. Agregat

Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran

beraspal panas dengan asbuton olahan, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus

perbandingan campuran dan memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam

Tabel 2.6 dan Tabel 2.7.

b. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.

Page 13: Paper Nitnot

c. Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan

perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.

d. Agregat Kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan No.8 (2,36 mm) dan

harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki

lainnya dan memenuhi ketentuan.

e. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri atas pasir atau pengayakan

batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) sesuai SNI 03-

6819-2002.

f. Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal. Persentase maksimum yang disarankan

untuk Laston (AC) adalah 10%.

g. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.7.

e

h. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan harus dari semen Portland. Bahan

tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.

Page 14: Paper Nitnot

Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan

bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-

4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (0,075mm) tidak

kurang dari 75% dari yang lolos ayakan No. 30 (0,600mm) dan mempunyai sifat

non plastis.

i. Gradasi agregat gabungan Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal,

ditunjukkan dalam Tabel 2.8. Laston harus berada di luar zona larangan (restriction

zone) dan berada dalam batas-batas titik kontrol (control point) yang diberikan dalam

Tabel 2.8.

j. Aspal

Aspal keras pen 60/70 yang digunakan harus memenuhi persyaratan pada Tabel

2.9. Untuk campuran beraspal panas dengan asbuton olahan, aspal yang digunakan

harus salah satu dari jenis, aspal yang dimodifikasi dengan Asbuton, bitumen

Asbuton modifikasi dan aspal keras Pen 60 apabila menggunakan Asbuton butir.

Persyaratan untuk bitumen Asbuton modifikasi bisa dilihat pada Tabel 2.10.

Page 15: Paper Nitnot

Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399- 2000.

Pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada

bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Contoh pertama yang diambil harus

langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik

lembek. Pengambilan contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari pedoman

ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos ujian, tidak berarti

aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final kecuali aspal dan

contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat yang disyaratkan dalam

pedoman ini.

Aspal harus di ekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640- 1994.

Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 ml, partikel

mineral yang dianggap terkandung dipindahkan dengan alat sentrifugal.

Pemindahan ini dianggap memenuhi kadar abu dalam aspal yang diperoleh

kembali tidak lebih dari 1% (dengan pengapian). Aspal harus diperoleh kembali

dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002

Page 16: Paper Nitnot

B. LASBUTAG

Pekerjaan ini meliputi penyediaan suatu campuran yang terdiri dari batuan aspal alam

dari Buton, agregat dan bahan peremaja, dicampur secara dingin di tempat tertentu, serta

dihampar dan dipadatkan diatas lapis pondasi atas (base) yang telah disiapkan sesuai dengan

Spesifikasi ini dan memenuhi garis, elevasi dan penampang melintang dalam Gambar atau

sebagaimana diperlukan Direksi Pekerjaan.

Campuran aspal yang diproduksi sesuai dengan Spesifikasi ini umumnya mempunyai

kadar aspal yang lebih tinggi dan agregat yang bergradasi rapat. Campuran harus dirancang

dengan menggunakan prosedur khusus yang diberikan dalam Spesifikasi ini untuk menjaga

agar asumsi rancangan tentang kadar aspal efektif minimum, rongga udara, stabilitas,

kelenturan, tebal film aspal, keawetan, rasio filler terhadap aspal, dan viskositas aspal efektif,

harus dipenuhi secara tepat. Perlu dicatat bahwa cara konvensional untuk rancangan

campuran bergradasi rapat yang dimulai dengan usaha untuk memperoleh kepadatan

maksimum agregat yang memungkinkan, tidak boleh digunakan karena pendekatan ini

umumnya tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi ini.

1. Standar Rujukan

a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus

dan Kasar.

SNI 03-1971-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Agregat.

Page 17: Paper Nitnot

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los

Angeles.

SNI 06-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal.SNI 06-

2433-1991 : Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Cleveland Open Cup

SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.

SNI 06-2440-1991 : Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal

dengan Cara A.

SNI 06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen.

SNI 06-2488-1991 : Metode Pengujian Fraksi Aspal Cair Dengan Cara

Penyulingan.

SNI 06-2489-1991 : Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshall.

SNI 06-2490-1991 : Metode Pengujian Kadar Air Aspal dan Bahan Yang

Mengandung Aspal.

SNI 03-2852-1992 : Tata Cara Pelaksanaan Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag)

SNI 03-3645-1994 : Metode Pengujian Pelekatan dan Ketahanan Aspal Emulsi

Terhadap Air

SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos

Saringan No.200 (0,075 mm).

SNI 03-4428-1997 : Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir Yang

Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir.

SNI 03-4797-1998 : Metode Pengujian Pemulihan Aspal Dengan Alat Penguap

Putar.

SNI 13-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat

SNI 03-6752-2002 : Metode Pengujian Kadar Air dan Kadar Fraksi Ringan dalam

Campuran Perkerasan Beraspal

Page 18: Paper Nitnot

SNI 03-6753-2002 : Metode Pengujian Pengaruh Air terhadap Kuat Tekan

Campuran Beraspal yang dipadatkan

SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal

Padat menggunakan Benda Uji Kering Permukaan Jenuh

SNI 03-6758-2002 : Metode Pengujian Kuat Tekan Campuran Beraspal

SNI 03-6822-2002 : Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Hasil Ekstraksi

SNI 03-6834-2002 : Metode Pengujian Konsistensi Aspal dengan Cara Apung

SNI 03-6890-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Campuran Beraspal

SNI 03-6893-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran

Beraspal

RSNI S-01-2003 : Spesifikasi Aspal Berdasarkan Penetrasi Pd T-07-2004-B :

Pedoman Asbuton Campuran Panas

2. Toleransi

a. Tebal campuran yang dihampar harus dipantau dengan benda uji inti (core) atau

dengan cara lain yang disetujui Direksi Pekerjaan dan harus dilaksanakan oleh

Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan, bagaimanapun juga paling

sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang melintang per lajur dengan

jarak memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 200 m,

dan jumlah benda uji inti (core) yang diambil atau pengukuran cara lainnya pada

setiap ruas yang diukur untuk pembayaran tidak kurang dari enam.

b. Tebal nominal campuran yang aktual dihampar pada setiap ruas jalan dari Pekerjaan

ini harus didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua pengambilan benda uji inti

(core) di ruas itu.

c. Tebal nominal campuran yang aktual dihampar pada sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 6.4.1.2).b) harus sama atau lebih besar dari tebal nominal rancangan. Dalam

beberapa hal, menurut pendapatnya, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau

menerima tebal rata-rata yang lebih kecil dari tebal nominal rancangan asalkan

Lasbutag yang terhampar itu mulus (sound) dan memenuhi semua ketentuan. Pada

Page 19: Paper Nitnot

setiap titik tebal lapisan yang telah dipadatkan tidak boleh berbeda 5 mm dari tebal

nominal rancangan.

d. Kerataan permukaan akhir Lasbutag di semua titik yang diukur dengan mistar lurus

sepanjang 3 m tidak boleh berbeda lebih dari 5 mm, penyesuaian dapat diberikan

untuk perubahan bentuk normal pada kurva vertikal dan pada punggung jalan. Mistar

lurus dapat dipasang secara memanjang atau melintang.

3. Bahan

a. Asbuton

Semua Asbuton yang akan digunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi

Pekerjaan.

Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk bahan

Asbuton dalam kantong kedap air, paling sedikit 40 % kebutuhan Asbuton untuk

proyek tersebut dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling

sedikit 40 % kebutuhan sisanya.

Tempat untuk menumpuk Asbuton harus rata, terlindung dari air, bersih dari

tanaman, mudah mengalirkan air dan harus mampu menahan kendaraan berat

tanpa kerusakan selama musim hujan. Pada umumnya tempat ini memerlukan

suatu lapis pondasi yang dihampar dan dipadatkan agar mampu menahan

kendaraan berat. Lapis pondasi agregat ini harus mempunyai kelandaian paling

sedikit 3 % untuk menjaga agar air bebas mengalir.

Asbuton dalam kantong kedap air harus diletakkan dalam lapisan-lapisan dengan

tebal tiap lapis tidak lebih dari 1 m dan membentuk timbunan akhir yang

tingginya tidak lebih dari 200 meter.

Gradasi Asbuton harus memenuhi batasan gradasi dalam Tabel 6.4.21).

Page 20: Paper Nitnot

Kadar air Asbuton pada saat pencampuran dengan agregat dan bahan peremaja,

tidak boleh lebih besar dari 2 %.

Kadar aspal Asbuton rata-rata 25% denga toleransi 3% dan dengan standar deviasi

tidak lebih dari 2. Hal tersebut harus berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh

instansi yang berwenamg.

Kadar aspal Asbuton harus ditentukan dengan metode Extraksi Reflux. Dalam

keadaan apapun tidak dibenarkan untuk menggunakan kadar aspal klasifikasi

Asbuton sebagai kadar aspal Asbuton untuk maksud-maksud rancangan

campuran.

Pengujian gradasi Asbuton sebelum ekstraksi dan agregat mineral Asbuton setelah

ekstraksi harus dilaksanakan dengan cara pencucian (washed grading).

b. Agregat – Umum

Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui secara tertulis oleh Direksi

Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11.

Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi

agregat pecah dan pasir untuk Lasbutag atau Latasbusir, paling sedikit untuk

kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan

paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan berikutnya.

Direksi Pekerjaan dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat

yang tidak memenuhi ketentuan gradasi yang disyaratkan dalam Pasal 6.4.2.3),

atau 6.4.2.4) asalkan dapat dibuktikan sampai dapat diterima oleh Direksi

Pekerjaan, bahwa Lasbutag yang dihasilkannya memenuhi sifat-sifat campuran

yang disyaratkan dalam Pasal 6.4.3.8).

Agregat Kasar

o Agregat kasar harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah atau kerikil

alam yang bersih, atau campuran dari bahan-bahan tersebut.

o Agregat kasar harus terdiri atas bahan yang bersih, keras, awet, bebas dari

lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan mempunyai

Page 21: Paper Nitnot

prosentase keausan tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran sebagaimana

ditentukan dengan SNI 03-2417-1991.

o Bilamana “Kelekatan Agregat Terhadap Aspal” diuji sesuai dengan SNI

03-2439-1991, permukaan agregat yang terselimuti aspal tidak boleh

kurang dari 95 persen. Agregat yang tidak memenuhi ketentuan ini masih

dapat disetujui untuk digunakan bilamana bahan aditif yang digunakan

mengandung suatu bahan adhesi yang disetujui, dan menghasilkan

campuran yang menunjukkan penyelimutan aspal dan ketahanan terhadap

air memenuhi ketentuan ini. d) Agregat Halus. Agregat halus harus terdiri

dari satu atau beberapa jenis pasir atau batu pecah halus atau

kombinasinya. Agregat halus harus terdiri dari bahan yang bersih, keras,

bebas dari lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Batu pecah

halus yang dihasilkan dari batu harus memenuhi mutu dalam Pasal

6.4.2.3). Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai

partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang

mempunyai nilai setara pasir (sand equi-valent) kurang dari 50 sesuai

dengan SNI-03- 4428-1997, tidak diperkenankan untuk digunakan dalam

campuran. Pasir dengan kadar filler (lolos ayakan 75 mikron) yang rendah

(< 3 %) adalah lebih baik.

Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi yang ditambahkan biasanya tidak diperlukan dalam Lasbutag

karena Asbuton telah mengandung cukup banyak bahan pengisi (filler).

Bahan Peremaja

Bahan peremaja harus dipasok oleh suatu pusat distribusi atau harus dicampur di

lapangan. Bahan peremaja harus memenuhi ketentuan yang diberikan pada Tabel

6.4.2-2.

Page 22: Paper Nitnot

4. Campuran

a. Komposisi Umum dari Campuran

Campuran aspal ini pada dasarnya harus terdiri dari agregat kasar, agregat halus,

Asbuton, dan bahan peremaja. Bahan Pengisi (filler) biasanya tidak diperlukan karena

Asbuton mengandung banyak bahan pengisi (filler).

b. Kadar Aspal Campuran

Kadar aspal campuran total harus didefinisikan sebagai jumlah dari aspal Asbuton,

aspal semen dan minyak berat peremaja dalam campuran. Kadar aspal efektif

campuran didefinisikan sebagai kadar aspal total dikurangi aspal yang diserap agregat

kasar dan halus, tetapi tanpa pengurangan aspal yang diserap oleh agregat Asbuton.

c. Gradasi Agregat Asbuton

Asumsi gradasi agregat Asbuton, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.4.2-3 harus

digunakan dalam perencanaan gradasi agregat campuran.

Page 23: Paper Nitnot

Gradasi agregat Asbuton (gradasi dengan pencucian sesudah ekstraksi) dan

perkiraan proporsi penakaran campuran dapat dipilih sedemikian rupa batas-batas

rancangan fraksi filler (FF) dapat memenuhi asumsi gradasi agregat Asbuton diatas.

d. Gradasi gabungan campuran Asbuton

Gradasi agregat gabungan termasuk mineral Asbuton untuk campuran asbuton adalah

seperti diberikan dalam Tabel 6.4.2-4.

5. Ketentuan Khusus untuk Instalasi Pencampur Jenis Takaran (Batching Plant)

a. Pemasok (feeder) yang terpisah untuk masing-masing agregat dan Asbuton yang

digunakan dalam campuran harus disediakan. Pemasok agregat halus dan pemasok

Asbuton hendaklah dari jenis ban berjalan (belt). Atas persetujuan Direksi Pekerjaan,

pemasok jenis lain dapat digunakan bilamana pemasok tersebut terbukti dapat

membawa bahan basah secara konstan tanpa tersumbat.

b. Seluruh pemasok harus dikalibrasi, bukaan pintu dan pengaturan kecepatan untuk tiap

rumus perbandingan campuran yang disetujui harus ditandai dengan jelas pada tiap

pintu dan panil kendali instalasi. Sekali ditetapkan maka penyetelan pemasok tersebut

tidak boleh diubah kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Setiap pintu harus

dilengkapi dengan indikator yang menunjukkan tinggi bukaan pintu dalam centimeter.

c. Suatu sistem pemasok terpisah yang digunakan untuk agregat, harus disediakan untuk

Asbuton sedekian rupa sehingga Asbuton dapat secara langsung dipasok ke dalam

kotak timbangan (weigh hopper) alat pencampur.

d. Bila ukuran agregat yang digunakan dalam campuran lebih besar dari 10 mm (untuk

sebagian terbesar dari campuran Lasbutag), instalsi pencampur harus dilengkapi

dengan paling sedikit satu ayakan untuk memisahkan agregat kasar dan agregat halus

Page 24: Paper Nitnot

sebelum dikirim menuju kotak timbangan. Satu ayakan harus mempunyai ukuran

lubang tidak lebih besar dari 10 mm. Ayakan yang lebih kecil dari 5 mm harus dilepas

untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

e. Instalasi ini harus memiliki perlengkapan yang akurat untuk menimbang masing-

masing agregat dalam kotak timbangan. Semua tepi-tepi, ujung-ujung dan sisi-sisi

penampung timbangan harus bebas dari sentuhan setiap batang penahan dan batang

kolom atau perlengkapan lainnya yang akan mempengaruhi fungsi penampung yang

sebenarnya. Pintu pengeluaran (discharge gate) kotak penimbangan harus dapat

menutup rapat setelah kotak timbangan kosong kembali.

f. Pengaduk (Mixer)

Alat pencampur sistem penakaran (batch) adalah jenis pengaduk putar ganda ("twin

pugmill") yang mampu menghasilkan campuran yang seragam dan memenuhi rentang

toleransi rumus perbandingan campuran. Alat pencampur harus dirancang sedemikian

rupa agar memudahkan pemeriksaan visual terhadap campuran. Alat pencampur harus

memiliki kapasitas minimum 500 kg. Kotak pencampur harus dilengkapi dengan

penutup debu untuk mencegah hilangnya kandungan debu. Alat pencampur harus

memiliki suatu perangkat pengendali waktu yang akurat untuk mengendalikan

kegiatan dalam satu siklus pencampuran yang lengkap. Periode pencampuran kering

didefinisikan sebagai interval waktu antara pembukaan pintu kotak timbangan untuk

memasukkan agregat hingga saat akan mulai memasukkan bahan peremaja. Periode

pencampuran basah didefinisikan sebagai interval waktu antara penyemprotan bahan

peremaja kedalam agregat hingga saat dibukanya kotak penimbang untuk

memasukkan Asbuton ke dalam pengaduk (pugmill). Periode pengadukan Asbuton

didefinisikan sebagai interval waktu antara saat Asbuton dimasukkan ke dalam

pengaduk hingga saat dibukanya pengaduk untuk mengeluarkan campuran. Perangkat

pengendali waktu harus dapat disetel untuk suatu interval waktu tidak lebih dari 5

detik sampai dengan 5 menit untuk keseluruhan siklus. Penghitung (counter) mekanis

penakar harus dipasang sebagai bagian dari perangkat pengendali waktu dan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat penakaran yang telah selesai

dicampur. Alat pencampur harus dilengkapi pedal (paddle) atau pisau (blade) dengan

jumlah yang cukup dan dpasang dengan susunan yang benar untuk menghasilkan

Page 25: Paper Nitnot

campuran yang seragam. Ruang bebas antara pisau-pisau (blades) dengan bagian

yang tidak bergerak maupun yang bergerak harus tidak melebihi 2 cm.

g. Ketentuan Khusus untuk Beton Molen

Pengaduk harus berbentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan adukan

yang seragam, tanpa mengalami segregasi dan kebocoran selama pengadukan.

Pengaduk yang dapat berpindah pindah (mobile mixer) boleh digunakan selama

semua ketentuan dalam Pasal ini dapat dipenuhi. Untuk pengadukan Latasbusir

sebaiknya digunakan pengaduk jenis pedal (pengaduk berputar vertikal), jenis pan

(pengaduk berputar horisontal) atau jenis ribbon. Bilah-bilah pedal atau pan harus

disetel cukup rapat dengan dinding ruang pengaduk untuk mencegah terbentuknya

lengketan mortar di sepanjang dinding tersebut. Bila digunakan pengaduk jenis drum

berputar maka bagian dari drum harus dibersihkan dari lengketan mortar secara

berkala menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.

6. Pelaksanaan

a. Prosedur Umum

Pembuatan dan Produksi Campuran Lasbutag

Campuran Lasbutag adalah suatu kombinasi campuran dingin antara batuan aspal

alam dari Buton (Asbuton butir), agregat dan bahan peremaja dicampur pada tempat

tertentu, serta dihampar dan dipadatkan diatas lapis perkerasan lama yang telah

disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi garis elevasi dan penampang

melintang dalam Gambar atau sebagaimana diperlukan Direksi Pekerjaan.

Alat dan Proses Pencampuran Lasbutag

Alat pencampur yang digunakan tipe beton molen atau instalasi pencampur aspal

(AMP) dan alat pencampur lainnya. Proses pencampuran Lasbutag , apabila

pencampuran menggunakan instalasi pencampur tipe timbangan, agregat dan asbuton

dimasukkan kedalam pencampur sambil diaduk dan terakhir dimasukkan peremaja

yang sudah dipanaskan sambil diaduk sampai homogin. Bilamana produksi yang

dilakukan dibawah 10 ton per jam dapat menggunakan alat pencampur tipe beton

molen sistim pedal.

Page 26: Paper Nitnot

b. Persiapan

Bahan

o Volume bahan Agregat kasar, agregat halus harus sudah siap kira-kira 40%

dari kebutuhan untuk keperluan produksi dan sudah memenuhi persyaratan

spesifikasi agregat.

o Ukuran butir asbuton harus seragam, kadar aspal dan kadar air sesuai

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

o Stok bahan peremaja yang siap untuk produksi harus dilengkapi dengan data

kualitas bahan peremaja yang diperlukan.

Persiapan permukaan

Kinerja campuran Lasbutag yang akan dipasang dipengaruhi oleh kondisi

perkerasan dibawahnya. Kerusakan pada lapis perkerasan ada lapis perkerasan

pada bagian bawah dapat menyebabkan kerusakan campuran Lasbutag yang baru,

meskipun campuran tersebut dalam berbagai hal telah memenuhi persyaratan.

Untuk itu kesiapan permukaan perkerasan yang akan dilapis dengan campuran

beraspal (Lasbutag) yang baru akan kinerja perkerasan. Sebelum penghamparan

harus dilakukan pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekatpada

permukaan perkerasan yang telah diap dengan kualitas dan kuantitas sesuai

dengan persyaratan yang disetujui Direksi Pekerjaan.

Penghamparan diatas lapis beraspal

Untuk penghamparan campuran Lasbutag di atas lapis beraspal maka harus

dipenuhi bebberapa hal, antara lain:

o Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan, seperti retak, lubang,

alur, amblas dan jenis kerusakan lainnya harus sudah diperbaiki. Metode

perbaikan yang umum dipakai adalah dengan pembongkaran dan

penambalan, yaitu membuat persegi empat dengan luas yang cukup yang

meliputi daerah yang mengalami kerusakan tersebut. Material yang

dibongkar diganti dengan material pengganti yang mempunyai kekuatan

minimum sama dengan perkerasan disekitarnya.

Page 27: Paper Nitnot

o Untuk pemkerjaan campuran Lasbutag yang dilakukan lapis-berlapis

dalam satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan kuantitas lapis

lasbutag dibawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian

kepadatan, ketebalan dan elevasinya.

o Setelah bahan peremaja, agregat dan asbuton butir ditakar sesuai dengan

komposisi yang direncanakan, bahan tersebut dimasukkan kedalam alat

pencampu. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah

oksidasi yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang cukup

pada butir agregat dan butir asbuton.

o Campuran Lasbutag diangkut kelokasi penghamparan menggunakan truk

(dump truck). Truk pengangkut campuran harus diperiksa dengan hati-hati

sebelum digunakan. Penggunaan pelapis bak dari minyak solar yang

dimaksudkan agar campuran tidak melekat pada bak truk. Solar atau oli

dapat mengakibatkan efek negatif pada campuran beraspal apalagi

berlebih.\ Untuk ketelitian pemeriksaan campuran, truk yang telah dimuati

ditimbang terlebih dahulu.

o Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat,Lapis resap pengikat

(prime coat) adalah lapisan ikat yang diletakkan di atas lapis

pondasiagregat, seangkan lapis perekat (tack coat) diletakkan diatas

lapisan beraspal atau lapis beton semen. Pemasangan lapi resap pengikat

atau lapis perekat dilaksanakan setelah permukaan lama dibersihkan

dengan kompressor udara atau sikat mekanis sehingga mosaik atau tekstur

perkerasan lama terlihat jelas. Tidak diijinkan adanya kotoran atau

gumpalan lempung.

o Penghamparan campuran lasbutag, Setelah permukaan perkerasan siap

seperti di uraikan pada butir 3).c) diatas, maka langkah selanjutnya adalah

penghamparan campuran Lasbutag. Tujuan utama dari penghamparan

adalah untuk meletakkan campuran lasbutag pada perkerasan lama dengan

lebar, elevasi dan kemiringan melintang dan ketebalan yang sesuai dengan

rencana dan menghasilkan tekstur yang seragam, tidak bergeser atau

beralur. Untuk mencapai tujuan tersebut harusmenggunakan alat

Page 28: Paper Nitnot

penghampar mekanis bermesin atau yang umum dikenal dengan finisher.

Meskipun menggunakan penghampar mekanis bermesin pengaturan dan

penyesuain perlu dilakukan pada alat tersebut untuk memperoleh hasil

yang maksimal.

Pemadatan campuran lasbutag

Pemadatan campuran lasbutag adalah proses pemampatan dan mengurangi rongga

udara dan meningkatkan berat isi campuran. Hasil dari pemadatan adalah

campuran yang mempunyai ikatan dan tahanan geser antara butir yang baik.

Pemadatan mempunyai dua tujuan penting, yaitu untuk memperoleh kekuatan dan

stabilitas campuran dan yang kedua dengan rongga udara yang sesuai maka

campuran menjadi relatif kedap terhadap air dan udara. Sifat kedap tersebut dapat

mencegah penuaan aspal akibat oksidasi dan mencegah masuknya air ke lapis

pondasi.

C. LAPIS PENETRASI MACADAM

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan lapis penetrasi yang terdiri dari

penghamparan agregat pokok dan agregat pengunci yang bergradasi terbuka dan

seragam yang diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan

lapis demi lapis. Apabila digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan

aspal dan dihampar agregat penutup. Pekerjaan ini dilaksanakan tidak hanya

pada lokasi yang terbatas seperti pekerjaan pengembalian kondisi.

1. Standar Rujukan

a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los

Angeles.

SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.

SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik.

SNI 03-4799-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.

SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.

Page 29: Paper Nitnot

SNI 03-6751-2002 : Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Makadam

SNI 03-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

RSNI S-01-2003 : Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi

ASTM D 4791 : Standard Test Method for Flat or Elongated Particles in Coarse

Aggregate.

2. Persyaratan Bahan

a. Persyaratan Agreagat

Bahan harus terdiri atas agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya

digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal. Setiap fraksi agregat harus disimpan

terpisah untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan harus bersih, kuat,

awet, bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki. Agregat Pokok,

Pengunci dan Penutup Agregat pokok dan pengunci harus memenuhi ketentuan SNI

03-6751-2002 dan memenuhi indeks kepipihan Maks.10 % dengan metode pengujian

ASTM D-4791. Gradasi Agregat Pokok, Pengunci dan Penutup Gradasi agregat

pokok dan pengunci bila diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990 harus memenuhi

gradasi sesuai SNI 03-6751 2002.

b. Persyaratan Aspal

Aspal haruslah salah satu dari berikut ini :

o Aspal keras Pen.80 atau Pen.60 yang memenuhi RSNI S-01-2003.

o Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998

atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-6832-2002.

o Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang

memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau aspal cair penguapan sedang

(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-

4799-1998. Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan

Direksi Pekerjaan.

c. Persyaratan Kuantitas Agregat dan Aspal

Page 30: Paper Nitnot

Kuantitas agregat dan aspal untuk lapis pondasi atau lapis perata dan lapis permukaan

Penetrasi Macadam, harus sesuai dengan tebal lapisan rencana sesuai Tabel 6.5.2-1

dan sebelum pekerjaan dimulai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu

oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan.

3. Persyaratan Peralatan

Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :

a. Penumpukan Bahan

Dump Truck

Loader

b. Di Lapangan

Mekanis : Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton,

Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan), Alat Distributor aspal

atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.1.2.(4), Truk

Penebar Agregat.

Manual : Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak

dorong, dan peralatan kecil lainnya, Ketel aspal, Penggilas seperti cara

mekanis.

Page 31: Paper Nitnot

4. Pelaksanaan

a. Persiapan Lapangan

Permukaan yang akan diperbaiki harus disiapkan seperti di bawah ini:

Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potongan

melintang dan memanjang.

Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan

bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 8.1.3.2) a) dan b) dari Spesifikasi ini

Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan dalam

Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b. Penghamparan dan Pemadatan

Khusus untuk pekerjaan dengan cara manual, agregat dan aspal harus tersedia di

lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga untuk

menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan. Selama pemadatan

agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permukaan harus dipelihara. Bilamana

permukaan yang telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaruk dan dibuang

atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali. Temperatur

penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel 6.6.3-1.

Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus disetujui Direksi

Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

Page 32: Paper Nitnot

c. Metode Mekanis

Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok

Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian hingga

kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.

Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6-8 ton yang bergerak dengan

kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang,

dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan

penggilasan harus tumpang tindih (overlap) paling sedikit setengah lebar alat

pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan

stabil (minimum 6 lintasan).

Penyemprotan Aspal

Temperatur aspal dalam alat Distributor harus sesuai dengan temperatur yang

disyaratkan untuk setiap jenis aspal yang digunakan. Temperatur penyemprotan dan

takaran penyemprotan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan

dimulai dan harus memenuhi rentang yang disyaratkan masing-masing dalam Tabel

6.5.3-1 dan 6.5.2- 1. Cara penggunaan harus memenuhi ketentuan dalam Pasal

6.1.2.3).

Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci.

Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan sesuai takaran

yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang

melintasi lokasi yang belum tertutup agregat pengunci. Takaran penebaran harus

sedemikian hingga setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat

pokok terisi dan agregat pokok masih nampak. Pemadatan agregat pengunci harus

dimulai segera setelah penebaran agregat pengunci dan harus seperti yang diuraikan

dalam Pasal 6.5.3.2).b).(1) Bilamana diperlukan, tambahan agregat pengunci dapat

dilakukan dalam jumlah kecil dan disapu perlahanlahan selama pemadatan.

Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh

dalam lapisan di bawahnya.

Apabila Lapis Penetrasi Macadam digunakan sebagai lapis permukaan maka

pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 33: Paper Nitnot

o Penyemprotan aspal dilakukan sebagaimana penyemprotan aspal pada agregat

pokok.

o Penebaran dan pemadatan agregat penutup dilakukan sebagaimana penebaran

agregat pengunci.

d. Metode Manual

Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.

Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus

sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan

keterampilan penebaran dan menggunakan alat perata tangan seperti penggarok.

Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratakan untuk metode mekanis.

Penyemprotan Aspal

Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyemprot tangan (hand

sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal harus

serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui.

Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan cara yang

sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sedemikian hingga setelah

pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok

masih nampak. Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk metode

mekanis.

Apabila Lapis Penetrasi Macadam digunakan sebagai lapis permukaan maka

pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Penyemprotan aspal

dilakukan sebagaimana penyemprotan aspal pada agregat pokok. (b) Penebaran dan

pemadatan agregat penutup dilakukan sebagaimana penebaran agregat pengunci.

Pemeliharaan Agregat Pengunci

Khusus untuk Penetrasi Macadam sebagai lapis pondasi atau lapis perata maka

Penyedia Jasa harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik

sampai lapis berikutnya dihampar.

Page 34: Paper Nitnot

D. LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) & LABURAN ASPAL DUA

LAPIS (BURDA)

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing)

yang terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan

kemudian ditutup dengan butiran agregat. Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas

Lapis Pondasi. Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Ikat, atau di atas lapisan

beraspal.

1. Standar Rujukan

a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los

Angeles.

SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.

SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terhadap

Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.

SNI 03-3979-1995 : Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu)

untuk Permukaan Jalan

SNI 03-3980-1995 : Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis (Burda)

untuk Permukaan Jalan

SNI 03-4137-1996 : Metoda Pengujian Tebal dan Panjang Rata-rata Agregat

SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik.

SNI 03-4799-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.

SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.

SNI 03-6750-2002 : Spesifikasi Bahan Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) dan

Bahan Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA)

b. Brirish Standards : BS 3403 : Industrial Tachometers

Page 35: Paper Nitnot

2. Persyaratan Bahan

a. Persyaratan Agregat

Agregat yang digunakan untuk pekerjaan BURTU dan BURDA harus memenuhi SNI

03-6750-2002.

b. Persyaratan Aspal

Aspal yang dipakai untuk pekerjaan BURTU dan BURDA dapat salah satu dari jenis

aspal keras (Pen 120/150), aspal cair (MC 800 dan MC 3000), dan aspal emulsi

kationik (CRS-1 atau CRS-2) sesuai SNI 03-6750-2002. Temperatur penyemprotan

untuk masing-masing jenis aspal ditunjukkan pada Tabel 6.2.2-1.

Aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada

suhu penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel 6.2.2.1 di atas atau telah dipanaskan

melebihi 200 °C, harus ditolak.

Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang

kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, atau

kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) tidak memenuhi persyaratan

Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti

pengelupasan (anti-stripping agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan

aspal. Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui

Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal

sampai merata sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan

dalam distributor minimum 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk memperoleh

campuran yang homogen.

Page 36: Paper Nitnot

3. Persyaratan Peralatan

Peralatan yang harus disediakan dan digunakan, harus sesuai ketentuan pada SNI 03-

3979-1995 dan SNI 03-3980-1995

4. Persyaratan Kerja

a. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan

Pelaburan aspal harus dilaksanakan pada permukaan yang kering dan bersih, serta

tidak boleh waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Pelaburan aspal harus

dilaksanakan bilamana cuaca diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah

pengerjaan. Aspal emulsi dan aspal cair tidak boleh disemprotkan menjelang malam

hari. Bilamana aspal keras digunakan maka temperatur permukaan perkerasan jalan

yang ada pada saat disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 °C.

b. Ketentuan Lalu Lintas

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung

dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui

permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

5. Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak

Memenuhi Ketentuan

Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan

dimulai, untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan

dibersihkan sesuai ketentuan dalam Pasal 6.2.3.2).a) dari Spesifikasi ini. Penyedia

Jasa tidak diperkenankan memulai pekerjaan pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis

dari Direksi Pekerjaan. BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal

dari satu batu dan bebas dari bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh

penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas

dari bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua

BURDA tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi

Pekerjaan. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus

terlihat seragam, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa

memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan yang telah selesai

harus dipelihara oleh Penyedia Jasa paling sedikit selama 3 hari agar tidak terdapat

Page 37: Paper Nitnot

agregat yang lepas. Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan,

harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan yang dapat

mencakup pembuangan atau penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan

pekerjaan penggantian atau pelaburan kembali dengan BURTU atau BURDA untuk

menghasilkan pekerjaan yang meme-nuhi ketentuan.

6. Pelaksanaan

a. Persiapan

Sebelum permukaan lapis beraspal dilabur, maka semua kotoran dan bahan yang tidak

dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor

atau keduaduanya. Bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata,

maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual dengan sapu

yang lebih kaku.

Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap

tepi yang akan disemprot.

Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus

disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui.

Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru harus

dicuci dengan air dan disikat secara manual.

Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima

oleh Direksi Pekerjaan.

Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal atau lapis pondasi, sebelum dilapisi

BURTU atau BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Ikat, sesuai ketentuan

dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis

Resap Ikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila ditemukan lokasi-

lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Ikat maka harus dilabur ulang sesuai petunjuk

Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan

ketentuan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai

kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk

Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.

Page 38: Paper Nitnot

Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa sampai

diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.Persiapan

b. Kegiatan Lapangan

Kuantitas Bahan Yang Akan Dipakai

o Takaran pemakaian aspal untuk setiap lapis laburan aspal untuk setiap ruas jalan

harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan yang tergantung dari ukuran terkecil rata-

rata agregat, jenis aspal, kondisi dan tekstur permukaan lapis beraspal yang ada

serta kepadatan lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang

diuraikan dalam Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi

Pekerjaan dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil

percobaan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk

Direksi Pekerjaan.

o Takaran penghamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa

terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadatan, sesuai dengan standar

Spesifikasi dalam Pasal 6.2.2.6). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi memuat tata cara

menghitung perkiraan takaran hamparan agregat.

Penyemprotan Aspal

o Penyemprotan aspal harus dilaksanakan merata pada semua lokasi. Penyemprotan

aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan harus dilakukan dengan

menggunakan peralatan batang semprot dari distributor aspal kecuali pada lokasi

yang sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan, maka Direksi

Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan. Alat

Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah

disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan

kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum

dan selama pelaksanaan penyemprotan.

o Suhu pada saat penyemprotan aspal untuk BURTU dan BURDA harus sesuai

dengan ketentual pada Tabel 6.2.2.1).

Page 39: Paper Nitnot

o Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan aspal

selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian yang tumpang tindih

(overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan

memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi

agregat penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah

selesai dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan

tetap terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran

aspal yang sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus

mempunyai sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis

pertama.

o Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dibatasi dengan kertas penutup yang

tebal dan cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai

seluruh bagian yang dikerjakan tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja

dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur. Alat Distributor aspal

harus mulai bergerak kira-kira 25 meter sebelum daerah yang akan disemprot,

sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang

semprot mencapai kertas penutup dan kecepatan ini harus dipertahankan sampai

melewati titik akhir. Kertas penutup harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian

hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

o Sisa aspal dalam tangki alat distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga

tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau sebesar yang

ditentukan oleh Direksi Pekerjaan untuk mencegah terperangkapnya udara pada

sistem penyemprotan dan untuk mencegah berkurangnya takaran penyemprotan

selanjutnya.

o Jumlah aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyemprotan, atau

jumlah yang disemprot secara manual harus diukur dengan cara memasukkan

tongkat celup ke dalam tangki alat distributor aspal segera sebelum dan sesudah

setiap lintasan penyemprotan atau setiap pemakaian secara manual.

o Lokasi yang telah disemprot, termasuk lokasi yang telah dilabur secara manual,

didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh

kertas penutup pada lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari

Page 40: Paper Nitnot

penyemprotan. Lebar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali dari

jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nosel yang bersebelahan.

o Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya

dihitung segera setelah penyemprotan selesai.

o Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau

yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal

yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai

dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal

6.2.3.2).a).(1) dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai berikut: 1 % dari

volume tangki = + 4 % dari takaran yg diperintahkan + --------------------------------

Toleransi takaran pemakaian Luas yang disemprot Takaran pemakaian yang

dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara

manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk

penyemprotan berikutnya.

o Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada alat

semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan tersebut

diperbaiki.

o Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran aspal harus dilabur

dengan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan takaran yang

hampir sama dengan takaran di sekitarnya.

Penghamparan Agregat

o Sebelum aspal disemprotkan, agregat dalam bak truk di lapangan harus

mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar

agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian sehingga

dijamin akan melekat ke aspal dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan.

Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan

aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak

selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat

sesuai perintah Direksi Pekerjaan.

Page 41: Paper Nitnot

o Agregat harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal,

dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap

tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual

sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan

agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus

dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan

dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan caralain dan ditumpuk sesuai petunjuk

Direksi Pekerjaan.

Penyapuan dan Penggilasan

o Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi

Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan dua alat pemadat

roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan telah

mengalami penggilasan sebanyak enam kali.

o Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan,

sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.2.10).e) dari Spesifikasi ini.

7. Pengendalian Mutu

a. Penerimaan Bahan

Penyimpanan bahan sesuai harus memnuhi ketentuan pada Seksi 1.2.

Contoh aspal dan data hasil ujinya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.2.8).a) dari

Spesifikasi ini, harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.

Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari pemasok aspal,

masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir

penyemprotan.

Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber

bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti disyaratkan dalam

SNI 03-6750-2002 atau pada Pasal 6.2.2.3).a) dari Spesifikasi ini dengan

minimum tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih

sedemikian hingga mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari

sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat

Page 42: Paper Nitnot

penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi

Pekerjaan, bilamana menurut hasil pengamatan terdapat perubahan mutu pada

bahan atau sumbernya.

Alat Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.2.4).(5)

dari Spesifikasiini sebagai berikut :

o Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;

o Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000

liter, dipilih yang mana lebih dulu tercapai;

o Bilamana alat Distributor aspal mengalami kerusakan atau modifikasi,

perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.

Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat sesuai Pasal 6.2.2.3).a) dari

Spesifikasi ini atau SNI 03-6750-2002 harus dilakukan pada setiap tumpukan

persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh

harus diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam timbunan

persediaan bahan.

Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk

pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang

dicapai, harus dibuat dalam formulir standar.

b. Pemeliharaan Hasil Pekerjaan

Penghamparan agregat harus dilakukan setelah aspal memperoleh kondisi

kelengketan yang tepat sesuai rentang waktu kemantapan aspal (setting/curing).

Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus

melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu

lintas.

Selama periode tunggu, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari

agregat yang lepas. Jika menurut Direksi Pekerjaan bahwa permukaan tampak

sudah kokoh, seluruh rambu dan pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana

tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melanjutkan

pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh.

Page 43: Paper Nitnot

Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan

terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana

disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.7) di atas, Penyedia Jasa harus bertanggungjawab

atas pemeliharaan rutin dari semua pelaburan aspal yang sudah selesai dikerjakan

dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode Pemeliharaan. Pekerjaan

pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1 dari

Spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.5.

E. Campuran Beraspal Panas

Merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan

aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat

terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat danmemperoleh

kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka

kedua-duanya dipanaskan pada temperatur tertentu. Umumnya suhu pencampuran

dilakukan pada suhu 145oC – 155oC. Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam

bentuk aspal campuran panas yang digunakan untuk lapisan perkerasan jalan.

Perbedaannya terletak pada jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan.

Pemilihan jenis beton aspal yang akan digunakan di suatu lokasi sangat ditentukan

oleh jenis karakteristik beton aspal yang lebih diutamakan. Sebagai contoh, jika

perkerasan direncanakan akan digunakan untuk melayani lalu lintas berat, maka sifat

stabilitas lebih diutamakan.Ini berarti jenis beton aspal yang paling sesuai adalah

beton aspal yang memiliki agregat campuran bergradasi baik. Pemilihan jenis beton

aspal ini mempunyai konsekuensi pori dalam campuran menjadi lebih sedikit, kadar

aspal yang dapat dicampurkan juga berkurang, sehingga selimut aspal menjadi lebih

tipis.

Jenis beton aspal campuran panas yang ada di Indonesia saat ini adalah:

1. Laston (Lapisan Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi menerus yang umum

digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang cukup berat. Laston

dikenal pula dengan nama AC (Asphalt Concrete). Karakteristik beton aspal yang

terpenting pada campuran ini adalah stabilitas. Tebal nominal minimum Laston 4-6

cm. Sesuai fungsinya Laston mempunyai 3 macam campuran yaitu:

Page 44: Paper Nitnot

a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete-

Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 4 cm.

b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt Concrete-

Binder Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 5 cm.

c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt Concrete-

Base). Tebal nominal minimum AC-BC adalah 6 cm.

2. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi senjang. Lataston

biasa pula disebut dengan HRS (Hot Rolled Sheet). Karakteristik beton aspal yang

terpenting pada campuran ini adalah durabilitas dan fleksibilitas. Sesuai fungsinya

Lataston mempunyai 2 macam campuran yaitu:

a. Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama HRS-WC (Hot Rolled Sheet-

Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.

b. Lataston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama HRS-Base (Hot Rolled

Sheet-base). Tebal nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm.

3. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah beton aspal untuk jalan-jalan dengan lalu

lintas ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak atau sulit diperoleh. Lapisan ini

khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah. Oleh karena itu tidak

diperkenankan untuk daerah berlalu lintas berat atau daerah tanjakan. Latasir biasa

pula disebut sebagai SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot Rolled Sand Sheet). Sesuai

gradasi agregatnya, campuran latasir dapat dibedakan atas:

a. Latasir kelas A, dikenal dengan nama HRSS-A atau SS-A. Tebal nominal

minimum HRSS-A adalah 1,5 cm. b. Latasir kelas B, dikenal dengan nama HRSS-

B atau SS-B. Tebal nominal minimum HRSS-A adalah 2 cm. Gradasi agregat

HRSS-B lebih kasar dari HRSS-A.

4. Lapisan perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan perata dan

pembentuk penampang melintang pada permukaan jalan lama. Semua jenis campuran

beton aspal dapat digunakan, tetapi untuk membedakan dengan campuran untuk lapis

perkerasan jalan baru, maka setiap jenis campuran beton aspal tersebut ditambahkan

huruf L (Leveling). Jadi ada jenis campuran AC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-

WC(L), dan seterusnya.

Page 45: Paper Nitnot

5. SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi terbuka dengan selimut

aspal yang tebal. Campuran ini mempergunakan tambahan berupa fiber selulosa yang

berfungsi untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi. Lapisan ini terutama

digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintasberat. Ada 3 jenis SMA, yaitu:

a. SMA 0 / 5 dengan tebal perkerasan 1,5 – 3 cm.

b. SMA 0 / 8 dengan tebal perkerasan 2 – 4 cm.

c. SMA 0 / 11 dengan tebal perkerasan 3 – 5 cm.

F. Beton Aspal

Beton aspal adalah tipe campuran pada lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan

yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi, terdiri atas agregat yang

berkualitas yang dicampur dengan aspal sebagai bahan pengikatnya. Material-material

pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada suhu tertentu, kemudian

diangkut ke lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan

berdasarkan jenis aspal apa yang akan digunakan. Dalam pencampuran aspal harus

dipanaskan untuk memperoleh tingkat kecairan (viskositas) yang tinggi agar dapat

mendapatkan mutu campuran yang baik dan kemudahan dalam pelaksanaan.

Pemilihan jenis aspal yang akan digunakan ditentukan atas dasar iklim, kepadatan lalu

lintas dan jenis konstruksi yang akan digunakan.

1. Jenis Beton Aspal

Jenis beton aspal dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material

pembentuk beton aspal, dan fungsi beton aspal.

Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran, campuran

beraspal (beton aspal) dapat dibedakan atas:

a. Beton aspal campuran panas (hot mix) adalah beton aspal yang material

pembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 1400C.

b. Beton aspal campuran sedang (warm mix) adalah beton aspal yang material

pembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 600C.

Page 46: Paper Nitnot

c. Beton aspal campuran dingin (cold mix) adalah beton aspal yang material

pembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 250C.

Sedangkan berdasarkan fungsinya beton aspal dapat dibedakan atas:

a. Beton aspal untuk lapisan aus/ wearing course (WC), adalah lapisan perkerasan

yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang

kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang diisyaratkan.

b. Beton aspal untuk lapisan pondasi/ binder course (BC), adalah lapisan perkerasan

yang tetletak di bawah lapisan aus.tidak berhubungan langsung dengan cuaca,

tetapi perlu stabilisasi untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui

roda kendaraan.

c. Beton aspal untuk pembentuk dan perata lapisan beton aspal yang sudah lama,

yang pada umumnya sudah aus dan seringkali tidak lagi berbentuk crown.

2. Karakteristik Campuran Aspal Beton

Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran panas aspal beton adalah:

a. Stabilitas, yaitu kekuatan dari campuran aspal untuk menahan deformasi akibat beban

tetap dan berulang tanpa mengalami keruntuhan (plastic flow). Untuk mendapat

stabilitas yang tinggi diperlukan agregat bergradasi baik, rapat, dan mempunyai

rongga antar butiran agregat (VMA) yang kecil. Tetapi akibat VMA yang kecil maka

pemakaian aspal yang banyak akan menyebabkan terjadinya bleeding karena aspal

tidak dapat menyelimuti agregat dengan baik.

b. Durabilitas atau ketahanan, yaitu ketahanan campuran aspal terhadap pengaruh cuaca,

air, perubahan suhu, maupun keausan akibat gesekan roda kendaraan. Untuk

mencapai ketahanan yang tinggi diperlukan rongga dalam campuran (VIM) yang

kecil, sebab dengan demikian udara tidak (atau sedikit) masuk kedalam campuran

yang dapat menyebabkan menjadi rapuh. Selain itu diperlukan juga VMA yang besar,

sehingga aspal dapat menyelimuti agregat lebih baik.

c. Fleksibilitas atau kelenturan, yaitu kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti

deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa mengalami retak

Page 47: Paper Nitnot

(fatigue cracking). Untuk mencapai kelenturan yang tinggi diperlukan VMA yang

besar, VIM yang kecil, dan pemakaian aspal dengan penetrasi tinggi.

d. Kekesatan (skid resistence), yaitu kemampuan perkerasan aspal memberikan

permukaan yang cukup kesat sehingga kendaraan yang melaluinya tidak mengalami

slip, baik diwaktu jalan basah maupun kering. Untuk mencapai kekesatan yang tinggi

perlu pemakaian kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding, dan

penggunaan agregat kasar yang cukup.

e. Ketahanan leleh (fatigue resistence), yaitu kemampuan aspal beton untuk mengalami

beban berulang tanpa terjadi kelelahan berupa retak atau kerusakan alur (rutting).

f. Permeabilitas, yaitu kemudahan campuran aspal dirembesi udara dan air.

g. Workabilitas, yaitu kemudahan campuran aspal untuk diolah. Faktor yang

mempengaruhi workabilitas antara lain gradasi agregat, dimana agregat yang

bergradasi baik lebih mudah dikerjakan, dan kandungan filler, dimana filler yang

banyak akan mempersulit pelaksanaan.

G. LABURAN ASPAL (BURAS)

Pekerjaan ini meliputi penyemprotan aspal yang ditutup agregat halus pada lokasi

permukaan perkerasan yang cukup luas atau setempat-setempat. Aspal yang dapat

digunakan adalah aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi. Laburan aspal ini ditujukan

untuk menutup retak dan pelepasan butiran agregat akibat aspal pada perkerasan lama

yang mengalami penuaan sehingga permukaan perkerasan kedap air, atau untuk tujuan

pemeliharaan lainnya.

1. Standar Rujukan

a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisa Saringan Agregat Halus

dan Kasar.

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los

Angeles.

SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.

Page 48: Paper Nitnot

SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik.

SNI 03-4799-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.

SNI 03-4800-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.

SNI 03-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

RSNI S-01-2003 : Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi

2. Persyaratan Bahan

a. Persyaratan Agregat Penutup

Agregat penutup harus terdiri atas pasir atau abu batu yang bersih, keras, awet,

dan bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi

penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal. Agregat harus memiliki nilai setara pasir

sekurang-kurangnya 50 % bilamana diuji sesuaidengan SNI 03-4428-1997.

Sumber agregat yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :

Keausan dengan Mesin Los Angeles (SNI 03-2417-1991) : Maks. 30 %

Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (SNI 03-2439-1991) : Min. 95 %

Bila diuji menurut SNI 03-1968-1990 maka agregat penutup harus memenuhi

gradasi sesuai dengan gradasi yang diberikan dalam Tabel 6.7.2-1.

b. Persyaratan Aspal

Aspal yang dapat digunakan adalah aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi.

Tingkatan dari masing-masing jenis aspal yang digunakan dan standar rujukannya

harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Tabel 6.7.2-2.

Page 49: Paper Nitnot

c. Persyaratan Kuantitas Agregat dan Aspal

Takaran agregat dan aspal yang digunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh

Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai dan harus sesuai dengan Tabel 6.7.2-3.

Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu

oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan. Takaran

aspal yang lebih tinggi harus digunakan bilamana gradasi agregat mendekati batas

atas gradasi yang disyaratkan dan takaran yang lebih rendah harus digunakan

bilamana gradasi agregat mendekati batas bawah gradasi yang disyaratkan.

3. Persyaratan Kerja

a. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan

Laburan Aspal (Buras) harus dilaksanakan hanya pada permukaan yang kering dan

tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Aspal

emulsi dan aspal cair tidak boleh disemprotkan menjelang malam hari. Bilamana

aspal keras digunakan maka temperatur perkerasan pada saat disemprotkan tidak

boleh kurang dari 25 °C. Departemen Pekerjaan Umum 2005

b. Ketentuan Lalu Lintas

Page 50: Paper Nitnot

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung

dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui

permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

4. Pelaksanaan

a. Persiapan

Permukaan perkerasan yang akan dilabur harus dibersihkan dengan menggunakan

sapu atau kompresor, dan harus bebas dari genangan air.

b. Kegiatan Lapangan

Pemakaian Aspal

Cara pemakaian aspal harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Mesin

penyemprot harus mampu memberikan distribusi aspal yang merata baik

menggunakan batang penyemprot dari distributor aspal maupun penyemprot

tangan. Cara manual pada pelaburan dengan aspal emulsi untuk lokasi yang kecil,

mungkin dapat diperkenankan menurut pendapat Direksi Pekerjaan. Cara manual

harus menggunakan batang penyemprot manual atau cara lain yang disetujui.

Takaran aspal yang digunakan dan temperatur penyemprotan harus sesuai dengan

Tabel 6.6.2-3 dan Tabel 6.7.3-1.

Pemakaian Agregat

Agregat harus ditebar segera setelah penyemprotan aspal. Agregat dapat ditebar

dengan setiap cara yang memadai (termasuk cara manual) sampai diperoleh

lapisan yang padat dan merata. Agregat harus digilas dengan menggunakan

pemadat roda karet yang sesuai atau pemadat roda baja dengan berat kotor tidak

kurang dari satu ton. Setelah pemadatan selesai dilaksanakan, kelebihan agregat

yang lepas harus disapu dari permukaan perkerasan. Bilamana laburan aspal

dilaksanakan setengah lebar jalan, suatu lajur semprotan aspal selebar 20 cm harus

Page 51: Paper Nitnot

dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup agar dapat menyediakan

bagian tumpang tindih (overlap) aspal bilamana lajur yang bersebelahan

dilaksanakan.