BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang telah memiliki teknologi yang sangat canggih, informasi yang dapat diperoleh dengan sangat mudah, dan komunikasi yang sangat luas yang dapat menghubungkan seluruh manusia yang ada di bumi ini, dan juga perekonomian yang dari waktu ke waktu yang selalu berkembang. Di zaman yang seperti itu sangat mendukung perkembangan dan kemajuan berbagai perusahaan yang ada diberbagai belahan dunia. Selain faktor teknologi, informasi, komunikasi, dan kondisi ekonomi tersebut, ada faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan adalah kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan ini dapat dilihat dari laba (keuntungan) dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan semakin baik(efektif, efisien, dan maksimal) kinerja perusahaan tersebut, sebaliknya semakin kecil laba yang dihasilkan perusahaan semakin buruk kinerja perusahaan. Disini pemilik perusahaan akan selalu menginginkan laba (keuntungan) yang maksimal atas usaha yang dijalankannya. Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan oleh setiap pemilik pasti sangat menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam bisnisnya secepat mungkin kembali. Selain hal itu, pemilik juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang telah ditanamkannya sehingga mampu memberikan tambahan modal 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang telah memiliki teknologi yang sangat
canggih, informasi yang dapat diperoleh dengan sangat mudah,
dan komunikasi yang sangat luas yang dapat menghubungkan
seluruh manusia yang ada di bumi ini, dan juga perekonomian
yang dari waktu ke waktu yang selalu berkembang. Di zaman yang
seperti itu sangat mendukung perkembangan dan kemajuan
berbagai perusahaan yang ada diberbagai belahan dunia. Selain
faktor teknologi, informasi, komunikasi, dan kondisi ekonomi
tersebut, ada faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan adalah kinerja
perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan ini dapat dilihat dari
laba (keuntungan) dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
besar laba yang dihasilkan perusahaan semakin baik(efektif,
efisien, dan maksimal) kinerja perusahaan tersebut, sebaliknya
semakin kecil laba yang dihasilkan perusahaan semakin buruk
kinerja perusahaan.
Disini pemilik perusahaan akan selalu menginginkan laba
(keuntungan) yang maksimal atas usaha yang dijalankannya.
Mengapa bisa demikian? Hal ini disebabkan oleh setiap pemilik
pasti sangat menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam
bisnisnya secepat mungkin kembali. Selain hal itu, pemilik
juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang telah
ditanamkannya sehingga mampu memberikan tambahan modal
1
(investasi yang baru) dan kemakmuran bagi pemilik dan seluruh
karyawannya.
Bagi pihak manajemen, laba (keuntungan) yang diperoleh
merupakan pencapaian dari suatu rencana (target) yang telah
ditentukan sebelumnya. Pencapaian target laba sangatlah
penting karena dengan pencapaian target yang telah ditetapkan
atau bahkan melebihi target yg diinginkan, hal ini merupakan
prestasi tersendiri bagi pihak manajemen. Prestasi ini
merupakan ukuran untuk menilai kesuksesan manajemen dalam
mengelola perusahaan (baik jenjang karier maupun penghasilan).
Demikian pula sebaliknya apabila manajemen gagal mencapai
target, hal ini merupakan cermin kegagalan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Kegagalan mencapai target ini dapat
merusak citra, reputasi, dan kepercayaan dari pemilik kepada
karier manajemen ke depan.
Manajemen laba sering kali dianggap sebagai tindakan
akuntansi negatif oleh banyak pihak karena pada umumnya
manajemen laba menyebabkan tampilan informasi laporan keuangan
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Manajemen laba
selalu identik dengan perilaku opportunistic, dimana dalam hal
ini pihak manajemen bertindak untuk kepentingan pribadinya.
Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus
skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara
lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di
Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian,
2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT.
Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan
2
keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi (Gideon, 2005).
PT Kimia Farma Tbk sebagai salah satu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI adalah contoh terjadinya
manajemen laba yang berawal dari adanya manipulasi laporan
keuangan. Praktek oleh akuntan untuk melakukan "earning
management" dalam masalah kasus PT Kimia Farma, Tbk (PT KAEF)
sebagai berikut :
PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), merupakan salah satu
produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Tujuan
perusahaan sebagai badan usaha tidak berbeda dengan badan
usaha lainnya, yaitu mencari laba sebesar-besarnya. Pelaporan
keuangan pada tanggal 31 Desember 2001, menunjukkan adanya
laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan keuangan
tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan
tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar dan mengandung unsur manajemen. Setelah
dilakukan audit ulang, pada tanggal 3 Oktober 2002 laporan
keuangan PT. KAEF tahun 2001 disajikan kembali (restated).
Hal ini disebabkan telah ditemukan kesalahan yang cukup
mendasar. Pada laporan keuangan restated, laba yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp
32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul dari:
a. Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT KAEF. Sehingga
dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada
laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
3
sebesar Rp 32,6 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan
dan 24,7% dari laba bersih PT KAEF.
b. Kesalahan tersebut terdapat pada unit-unit sebagai berikut:
1. Unit Industri Bahan Baku: Kesalahan berupa overstated
penjualan sebesar Rp 2,7 Miliar.
2. Unit Logistik Sentral: Kesalahan berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 Miliar.
3. Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF): Kesalahan berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp 8,1 Miliar dan
Kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 10,7
Miliar.
c. Bahwa kesalahan penyajian tersebut, dilakukan oleh Direksi
periode 1998 - Juni 2002 dengan cara:
1. Membuat 2 (dua) daftar harga persediaan (master prices)
yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1
Pebruari 2002 dan 3 Pebruari 2002, dimana keduanya
merupakan master prices yang telah diotorisasi oleh pihak
yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT KAEF. Master
prices per 3 Pebruari 2002 merupakan master prices yang
telah disesuaikan nilainya (penggelembungan) dan
dijadikan dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada
unit distribusi PT KAEF per 31 Desember 2001.
2. Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF
dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan
pada unit-unit yang tidak disampling oleh Akuntan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Manajemen
Secara Etimologis, Manajemen adalah kosa kata yang
berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang
belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal
sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih
memiliki banyak perbedaan.Secara umum manajemen juga dipandang
sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengajarkan tentang proses
untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya bersama
dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Dalam hal
ini manajemen dibedakan menjadi 3 bentuk karakteristik,
diantaranya adalah:
1. Sebuah proses atau seri dari aktivitas yang berkelanjutan
dan berhubungan.
2. Melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan
organisasi.
3. Mendapatkan hasil-hasil ini dengan berkerja sama dengan
sejumlah orang dan memanfaatkan sumber-sumber dimiliki si
organisasi.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional
atau maksudmaksud yang nyata. Menurut Hilman manajemen adalah
fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang
5
sama. Menurut Ricky W. Griffin manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Drs. Oey Liang Lee manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menurut William H. Newman manajemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil
tertentu melalui orang lain. Menurut Renville Siagian
manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang
jasa pelayanan dan dikelola oleh para tenaga ahli tyerlatih
serta berpengalaman. Menurut Prof. Eiji Ogawa manajemen adalah
Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-
kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh
organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan
sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai
dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Menurut Federick Winslow Taylor manajemen adalah Suatu
percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap
persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan
organisasi lain)atau setiap system kerjasama manusia dengan
sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan alat-
alat perumusan. Menurut Henry Fayol manajemen mengandung
gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang, mengorganisasi,
6
memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Lyndak F. Urwick
manajemen adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-
nizing (perencanaan Pengorganisiran), Commanding
(memerintahklan), Coordinating (pengkoordinasian) dan
Controlling (pengontrolan).
2.2 Definisi Laba
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal
dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi
dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian
lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali
yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik
(Baridwan, 1992: 55). Pengertian laba secara umum adalah
selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka
waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu
dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman
investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
(Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba,
akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda
dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi,
para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang
terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk
menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran
7
penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-
unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan
biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya,
akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan
laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai
informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan
investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang
dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha,
analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan
sebagainya (Harahap, 2001: 259). Hal ini menyebabkan adanya
berbagai definisi untuk laba.
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi
pada keuntungan atau laba, menurut Soemarso (2004:245) Laba
adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba
sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari
kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang
didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses
penjualan selama periode tertentu.
2.3 Definisi Manajemen Laba
Copeland (1968 :10) dalam Utami (2005) mendefinisikan
manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease
reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba
8
mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan
laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer.
Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) membagi cara
pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
1. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, kontrak utang, dan political costs
(opportunistic earnings management).
2. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif