BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu
ternak yang cukup menjanjikan dalam usaha peternakan. Maka dari itu
system pemeliharaannya pun harus diperhatikan baik itu pakan,
kandang dan biosecurity serta program medikasi yang baik. Makanan
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab
60% dari seluruh biaya dihabiskan untk keperluan babi-babi induk
(bibit), dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu
suatu hal yang perlu diperhatikan di sini ialah walaupun babi itu
secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka
makan apapun, namun mereka perlu diberi makanan dengan perhitungan
yang betul. Sebab, di samping ternak babi itu banyak makan dan
rakus konversi terhadap makanan pun sangat bagus, sehingga apabila
pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula.
Tetapi perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat
pencernaan yang sederhana, yang tidak mampu mencerna bahan makanan
yang kadar serat kasarnya tinggi. Maka kepada ternak babi harus
diberikan makanan yang serat kasarnya rendah, dan kandungan energy
yang cukup tinggi. Untuk pembahasan paper kelompok kali ini akan
dibahas tentang pakan atau makanan yang baik bagi ternak babi
khususnya pada induk masa laktasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. Apa
saja zat-zat makanan yang perlu dimasukan dalam ransum babi?
Bagaiamana susunan ransum babi pada induk masa laktasi?
1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada
penulisan paper ini adalah:1. Mengetahui zat-zat makanan yang
umumnya diperlukan ternak babi. 2. Mengetahui dan memahami program
pakan pada induk masa laktasi.
BAB II PEMBAHASAN 11
2.1 Susunan Zat Makanan untuk Babi
1.
Karbohidrat dan serat kasar Karbohidrat (Carbon dan
Hydrogen)
Karbohidrat terdiri dari unsur-unsur carbon,hydrogen dan
oksigen. Unsur-unsur tadi merupakan suatu kesatuan, tetapi
masing-masing berbeda besarnya. Fungsi karbohidrat: terutama untuk
keperluan energi yang bisa mempertahankan pengaturan panas tubuh,
aktivitas tubuh dan mempertahankan tubuh yang normal. Selain itu
kelebihan lemak bisa disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen
atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam tubuh, di bawah
kulit. Serat Kasar Merupakan karbohidrat yang kompleks, yang
terdiri dari sellulosa dan lignin. Bagi hewan ruminansia (memamah
biak) serat kasar ini bisa dihancurkan menjadi gula sederhana oleh
kerja bakteri di dalam alat pencernaan. Akan tetapi bagi hewan
nonruminansia yang memiliki alat pencernaan yang sederhana seperti
halnya babi, maka jumlah serat kasar yang bisa dicernakan hanyalah
sedikit sekali. Bagi babi serta kasar yang terdapat di dalam
makanan ini hanya diperlukan untuk menstimulir sekresi enzimenzim
serta menstimulir gerak peristaltik pada alat pencernaan. Serat
kasar yang terlalu banyak akan menurunkan daya cerna, karena
enzim-enzim tidak mampu menembus jaringan serat kasar. Itulah
sebabnya pada ternak babi hanya diberikan serat kasar dengan
kandungan rendah terutama pada babi muda. Apabila mereka diberik
serat kasar yang tinggi, pertumbuhan akan menjadi lambat, sebab
babi dewasa saja hanya mampu mencerna serat kasar sekitar 6%. 2.
Protein Protein terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan sulfur. Unsurunsur ini bergabung membentuk asam amino
dan amiden. Prosesnya berlangsung sangat kompleks, yakni terdiri
dari 20-23 unsur yang disebut asam amino. Akan tetapi tidak semua
unsur asam amino dalam protein ini diperlukan untuk pertumbuhan.
Ada 10 macam asam amino yang sangat vital, yakni yang disebut asam
amino esensial. 11
Asam amino esensial tersebut terdiri dari: lysine, methionine,
tryptophane, histidine, arginine, valine, leucine, isoleucine,
threonine, phenylandine. Dari kesepuluh asam amino ini yang paling
penting adalah lysine, tryptophane dan methionine. Fungsi protein
adalah: Membentuk sel-sel atau jaringan tubuh, misalnya pada fase
pertumbuhan anak babi
dan babi muda. Menggantikan sel-sel yang rusak, misalnya pada
babi-bai tua.
Berproduksi, misalnya memproduksi air susu. Kekurangan protein
dapat berakibat: Petumbuhan lambat. Nafsu makan berkutang,
akibatnya berat badan menurun. Penggunaan makanan lainnya kurang
efisien.
3.
Lemak Lemak juga terdiri dari unsur-unsur H, C dan O. Baik lemak
maupun karbohidrat arang
kedua-duanya berfungsi: Untuk menimbulkan energi (tenaga),
sehingga babi dapat bergerak, berjalan,
mencerna makanan. Sebagai pelarut vitamin-vitamin A, D, E,
K:
Karena hidrat-arang dan lemak berfungsi untuk menimbulkan tenaga
maka bahan makanan yang mengandung lemak dan hidrat-arang disebut
juga makanan energy. Apabila ternak babi kekurangan lemak di dalam
makanan akan berakibat atau gejala:
Kulit bersisik Bulu sekitar bahu dan leher rontok:
Untuk mengetahui kekurangan zat lemak ini, bisa ditambahkan
lemak 10% pada ransumnya. 4. Mineral Mineral esensial bagi ternak
dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: 11
Makromineral: Fosfor (p), Kalium (K), Khlor (Cl), Magnesium
(Mg), Natrium
(Na), dan Sulfur (S) Makromineral: Besi (Fe), Flour (F), Kromium
(Cr), Kobalt (Co), Mangan (Mn),
Molibdenum (Mo), Selenium (Se), Silikon (Si), Tembaga (Cu), dan
Seng (Zn) Untuk kebutuhan akan mineral pada ternak babi, kurang
lebih ada tiga belas unsur esensial pada babi, yaitu kalsium,
fosfor, kalium, natrium, khlor, magnesium, belerang, seng, besi,
mangan, tembaga, yodium dan selenium. 5. Vitamin Vitamin yang
dierlukan secara umum antara lain: Vitamin A: untuk proses
reproduksi dan pengelihatan. Vitamin D: untuk membantu penyerapan
Ca dan P selama proses pembentukan
tulang. Vitamin E: berperan dalam pertumbuhan sel babi, dalam
proses reproduksi, dan
dalam meningkatkan imunitas tubuh. Vitamin K: berperan dalam
proses pembentukan prothrombin yang berfungsi
sebagai zat anti perdarahan. Asam folat: berfungsi dalam proses
pembentukan darah. Asam panthotenat: berperan dalam metabolism
energy.
Vitamin B12 Vitamin B6 Biotin, kolin, riboflavin, thiamin
Vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan tulang dan pencegah
stress.2.2 Hal Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan Ransum
Babi
Dalam menyusun ransum, berbagai hal harus diperhatikan agar
ransum tersebut dapat memberikan efek yang terbaik bagi ternak. Hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum adalah:
Ambang kebutuhan akan gizi dari kelompok babi pemakai. Kandungan
zat makanan dalam pakan (tabel dibawah ini). 11
Daya guna zat makanan, dan kemungkinan adanya zat anti-gizi
seperti toksin dan Mempertimbangkan ketersediaan bahan serta
harganya. Patokan utama dalam menyusun ransum adalah kebutuhan akan
protein dan energy.
zat anti-metabolik dalam pakan.
Patokan lainnya adalah kandungan asam amino (khususnya lisin),
mineral dan vitamin yang dapat dipenuhi dengan penambahan
supplement dan feed additive. Dan dalam praktiknya masing-masing
fase ternak babi mempunyai susunan ransum yang berbeda.2.3 Ransum
untuk Induk Menyusui
Dua hal penting yang perlu diperhatikan setelah induk mencapai
stadium laktasi dan siklus perkembangbiakannya adalah terjaminnya
air susu yang memadai bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak
dan dimungkinkannya induk mencapai kinerja reproduksi yang dapat
diterima setelah anak-anaknya disapih.
Gambar 1. Babi masa laktasi
Kondisi tubuh induk saat laktasi sangat menentukan keberhasilan
reproduksi berikutnya. Tubuh induk yang kurus menimbulkan masalah
pada saat dikawinkan kembali, misalnya: Saat birahi kembali yang
tertunda
Kelahiran anak berikutnya yang jumlahnya rendah 11
Produksi air susu yang sedikit Anak yang dilahirkan kecil dan
lemah Untuk mengatasinya, diperlukan pakan yang mengandung nutrisi
seimbang, lengkap dan sesuai dengan kebutuhan induk menyusui.
Normalnya, produksi air susu berkisar 7,5-12,0 per hari selama
puncak laktasi. Analisis pakan induk menyusui Energy (ME) 3150 K
kal/Kg Protein16,0 %
Lemak (minimum) 3,0 % Serat (maksimum) 7,0 % Abu (maksimum) 9,5
% Kalsium 0,9 % Fosfor 0,8 % Antibiotik ( gram +)
Keterangan pakan: Mengandung nutrisi ekstra untuk kebutuhan
,menyusui dan mengandung energi dan protein tinggi dengan asam
amino lengkap. Manfaat: Meningkatkan produksi air susu (produksi
air susu mencapai puncak pada umur 3 minggu laktasi dan menurun
secara perlahan sampai dengan 6 minggu laktasi) Meningkatkan
efisiensi reproduksi Meningkatkan jumlah angka kelahiran, dan
Mempertahankan kondisi ideal induk dengan mencegah kehilangan berat
badan
saat menyusui. Pemberian pakan induk selama laktasi seekor induk
selama laktasi menghasilkan sekitar 7,0 kg air susu sehari. Dari
sebab itu pengeluaran bahan kering adalah sebanyak yang dihasilkan
dalam 2 hari babi bunting selama 114 hari masa bunting. Sebagai
akibatnya adalah bahwa kebutuhan zat-zat makanan induk berlaktasi
jelas lebih tinggi dari kebutuhan induk babi bunting. Selama induk
bunting diberlakukan pemberian ransum yang 11
pembatasannya sedang, induk yang berlaktasi malah harus diberi
ransum sepenuh kebutuhannnya. Kebutuhan ransum selama laktasi
tergantung dari banyaknya anak yang disusukan, sebab semakin banyak
anak sakan semakin besar peransang produksi susu induk. Sebagai
petunjuk umum adalah menyediakan 2 kg ransum bagi induk perhari dan
tambahan 0,5 kg bagi setiap anak. Sebagai contoh seekor induk yang
menyusukan 10 ekor anak harus memperoleh 7 kg makanan perhari (2 +
(0,5kali 10) = 7). Perhitungan yang lebih teliti akan kebutuhan
makanan induk yang berlaktasi ditampilkan pada tabel 1. Air susu
hampir selalu terkuras dari tubuh induk sehingga kehilangan bobot
selama masa laktasi. Kehilangan bobot badan yang langsung ini harus
diatasi dengan pemberian makanan yang memadai selama masa lakasi
untuk mencegah problem perkawinan selanjutnya. Bila induk tidak
lancar mengeluarkan air susu 10 hari setelah melahirkan, maka
ransumnya harus diteliti, terutama terhadap kandungan kalsium dan
fosfor. Kandungannya mungkin terlalu rendah atau terbalik
perbandingannya, misalnya kandungan fosfor lebih tinggi dari
kandungan kalsium. Bila induk kehilangan bobot badan terlalu banyak
pemberian ransum harus ditingkatkan. Bila nafsu makannnya rendah
sehingga agak lambat mengembalikan kondisi tubuh yang layak maka
harus diusahakan memperbaiki selera makannya. Bila terlalu tinggi
ransumnya yang dimakan selama bunting maka hal ini harus dikurangi
sebab lebih banyak yang dimakan selama bunting, lebih rendah nafsu
makannya pada masa laktasi. Cara lain untuk meningkatkan konsumsi
ransum induk berlaktasi adalah memperendah temperatur kandang
tempat menyusukan anak. Induk berlaktasi yang dipelihara dalam
kandang yang lebih rendah temperaturnya menghabiskan ransum lebih
banyak, lebih rendah bobot badan yang hilang. Tabel 1. Perkiraan
Kebutuhan Makanan Babi Induk Berlaktasi Ransum (kg) yang Menyuplai
Kebutuhan Energi (ED) Sesuai Banyak Anak 3 4 135 3,6 3,9 dengan
Bobot Induk Bobot Induk (kg) 180 4,0 4,3 11
225 4,5 4,8
5 6 7 8 9 10 11 12
4,2 4,6 5,0 5,2 5,5 5,6 5,6 5,7
4,6 5,0 5,4 5,6 5,9 6,0 6,0 6,1
5,1 5,5 5,9 6,1 6,4 6,5 6,5 6,6
Anak yang disapih lebih berbobot dibanding dengan induk yang
dipelihara dalam kandang yang temperaturnya lebih tinggi. Dari
sebab itu bila menginginkan ransum lebih banyak dimakan lebih baik
mengusahakan pemanas khusus untuk anak daripada seluruh ruangan
kandang dihangatkan dan dengan demikian induk tetap terpelihara
dalam ruangan sejuk. Seekor induk akan menghabiskan ransum
berenergi tinggi yang sama jumlahknya dengan ransum berenergi
konvensional. Dari sebab itu energi yang diperoleh dapat
ditingkatkan melalui ransum berenergi tinggi. Induk akan
menghabiskan lebih banyak ransum bila disuguhkan dua kali sehari
daripada disuguhkan sekali saja. Konsumsi ransum akan semakin
tinggi apabila disuguhkan lebih sering. Protein yang dibutuhkan
harus cukup diberikan agar terjamin birahi dan ovulasi yang tepat
setelah ank selesai disapih. Pemberian protein ransum yang rendah
pada masa laktasi dapat mengakibatkan pengunduran birahi dan
konsepsi yang lama setelah anak disapih, terutama sejak laktasi
yang pertama. Tabel 2. Efek level protein yang diberikan kepada
induk selama laktasi terhadap interval penyapihan hingga kawin
lepas sapih Level protein kasar (%) Level lisin (%) Interval
penyapihan hingga pascakawin (hari) Laktasi 1 Laktasi 2 Laktasi 3
Induk menyelesaikan 4 masa laktasi (%) 9,3 0,4 9.3 0,6 11,8 0,6
11,8 0,8 14,3 0,8
29,0 12,0 8,0 63,0
18,0 14,0 6,0 58,0
14,0 7,0 9,0 67,0
14,0 7,0 5,0 71,0
9,0 7,0 5,0 80,0
11
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Peternakan babi memang merupakan
usaha yang menguntungkan, dengan pengelolaan yang tepat tentu akan
meningkatkan hasil produksi dan reproduksi. Untuk babi pada masa
menyusui yang harus diperhatikan adalah komposisi energi (ME),
protein, lemak (minimum), serat (maksimum), abu (maksimum), kalsium
Fosfor antibiotic ( gram +) dalam pakan perlu memadai sehingga bisa
memperoleh hasil, antara lain:
Peningkatkan produksi air susu Peningkatkan efisiensi reproduksi
Peningkatkan jumlah angka kelahiran, dan Pempertahankan kondisi
ideal induk dengan mencegah kehilangan berat badan saat Selain itu
juga harus diperhatikan bahwa ternak babi harus diberikan makanan
yang
menyusui. serat kasarnya rendah, dan kandungan energi yang cukup
tinggi.
11
DAFTAR PUSTAKA Ardana, I.B.K, Putra, D.K.H. 2008. Ternak Babi
Manajemen Reproduksi, Produksi dan Penyakit. Denpasar: Udayana
University Press AAK. 1981. Pedoman Beternak Babi. Yogyakarta:
Kanisius Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
11