PAPER JURNAL ON LINE PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA" (Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya") Disusun Oleh : RINENGGA TIYANG PAMUNGKAS D1211066 Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Prodi Komunikasi Non Reguler pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
21
Embed
PAPER JURNAL ON LINE PESAN MORAL DALAM FILM SLANK …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
PAPER JURNAL ON LINE
PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA"
(Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")
Disusun Oleh :
RINENGGA TIYANG PAMUNGKAS
D1211066
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Prodi Komunikasi Non Reguler
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1
PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA"
(Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")
Rinengga Tiyang Pamungkas
Mahfud Ansyori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
This study tries to analyze the film Slank Not There Death by using framing
device as construction strategy and process data. This interest is due to
researchers wanted to see how the structural framing analysis represented by
Dawn Bustomi work in the film "Death of Slank Not There"? and How moral
message to be conveyed through the work Dawn Bustomi in the film "Death of
Slank Not There" ?
Research results and conclusions indicate that after presenting the data and
analyze on film Slank Nobody Death, moral values become the basis of this study.
Researchers examined the moral values contained in the film Slank Nobody
Death-scene using the scene vidio that have been taken by researchers who may
be considered to contain moral values. Data were taken from the film can be
divided into 13 pieces or language scene for the film. Film Slank Nobody Death,
morallah value which becomes the center of attention. In the process of
researching this film researchers linked with moral values or the character of the
book value of the character Mustari, Mohammad, (2014). The value of the
characters in this book become the main reference in the discussion. Researchers
managed to take the moral values of the film Slank Nobody Death of them are: a)
Categories of human relationship with God, b) category of human relationships
with oneself (Honestly, Compassion, Responsibility, Creativity, Courtesy, and
Discipline), and c) category human relationships with others / society (Solidarity
(friendship), Love help others, motivation for others, and Respect with others).
Keywords: movies, Slank, framing.
2
Pendahuluan
Film merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya,
karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya melalui
gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk
menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.Berkat unsur inilah film
merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat,
karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan
sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan
ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan
menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat
(Pranajaya, 1999 : 11).
Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi
informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain,
mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil
keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Ruben dan Stewart, (2005:1-8)
menyatakan bahwa Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita. Dalam
kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting..
Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang terus berpacu dengan
perkembangan zaman. Seiring perkembangan tersebut komunikasi sudah dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Di samping sebagai sistem penyampai atau
pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming
(dalam Haryalesmana, 2008:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara
dua pihak utama dalam proses belajar.
Film adalah sebuah alat komunikasi massa yang banyak digunakan untuk
menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang dikemas dalam bentuk cerita.
Film merupakan media komunikasi yang dapat mengubah dan mempengaruhi
perilaku seseorang. Perubahan perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun
negatif. Bersifat positif seperti menolong atau memberikan inspirasi yang baik
bagi penontonnya. Bersifat negatif seperti berkelahi, melakukan pelecahan seksual
3
atau membunuh. Perubahan perilaku ke arah negatif akibat menonton film perlu
diwaspadai dan perlu diantisipasi (Waluya, 2008).
Film "Slank Nggak Ada Matinya" adalah film drama Indonesia yang
dirilis pada tanggal 24 Desember 2013 dan dibintangi oleh personil Slank serta
melibatkan ribuan Slankers. Film ini membingkai kegalauan Bimbim saat
Bongky, Pay, Reynold dan Indra memutuskan keluar dari Slank tahun 1997. Saat
itu Bimbim, Kaka, dan Ivanka mengadakan audisi untuk mencari gitaris untuk
mendukung tur mereka dan akhirnya memilih Abdee dan Ridho. Abdee dan Ridho
kemudian menjadi bagian kekuatan baru Slank, sebagai anggota band dan sebagai
saudara, pada masa Slank mendapat banyak surat protes dari penggemar karena
sempat ingin membubarkan diri. Kisah perjalanan Slank dalam film itu tidak
hanya mengupas proses kreatif Slank, tapi juga kehidupan mereka di panggung
dan di luar panggung.
Film ini juga mengulas masa-masa gelap itu dan peran Bunda Iffet, yang
diperankan oleh Meriam Bellina, untuk memulihkan mereka dengan membuat
open house untuk main musik. Film ini memang ingin menyajikan pergulatan
Slank formasi 14 untuk lepas dari obat-obatan terlarang. Sutradara Fajar Bustomi
menggambarkan bagi Slank, saat itu obat-obatan tersebut merupakan salah satu
barang yang harus ada ketika mereka manggung. Dalam film ini, Abdee, Ridho,
dan Bunda Iffet berjuang melepaskan tiga personel Slank dari ketergantungan
narkoba. Dua tahun mereka mendampingi Bimbim, Kaka, dan Ivanka agar bebas
dari narkoba. Penggemar juga yang membuat Slank terpacu bersih dari narkoba.
Abdee mengatakan mereka tidak ingin Slankers sejati terkontaminasi dengan hal-
hal tersebut. Mereka pun sengaja mengumumkan bahwa Slank telah bersih dari
obat-obatan terlarang. Slank pun ingin terus berkarya dan menggunakan musik
mereka untuk hal-hal yang bermanfaat bagi Indonesia.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diangkat adalah :
1. Bagaimana struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya
Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"?
4
2. Bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan melalui karya Fajar Bustomi
dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui struktur analisis framing
yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak
Ada Matinya"", dan 2) untuk Mengetahui pesan moral yang ingin disampaikan
melalui karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya".
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan tentang Komunikasi
Ruben dan Stewart, (2005:1-8) menyatakan bahwa Komunikasi adalah
fundamental dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari
komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak
berkomunikasi, tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi,
dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala
kita berkomunikasi dengan orang lain.
McQuails (1982) dalam bukunya Mass Communication Theory,
menyampaikan tiga pendekatan dalam mendefinisikan ‘Apa itu Komunikasi
Massa?’ yaitu: 1) Common-Sense Theory, yang mengacu pada berbagai
pemikiran manusia tentang media massa berdasarkan pengalaman langsung
manusia dalam menggunakan media tersebut dan mejadi bagian dari audien.
Dari sini akan sering muncul beberapa pertanyaan tentang media; apa itu, apa
baiknya itu, apa sesaui dengan kehidupan sehari-hari, bagaiman itu dibaca,
apa konotasi dan hubungan dari aspek-aspek penting dalam pengalaman
sosial, 2) Working Theory, yang mengacu pada pendapat para praktisi media
tentang tujuan dan dasar dalam bekerja dan bagaimana cara bahwa beberapa
efek akan diterima oleh audien. Dalam hal ini meliputi berbagai hal teknis,
norma perilaku, peraturan-peraturan yang membentuk bekerjanya produksi
media. Ini merupakan teori praktis karena bisa menjawab beberapa pertanyaan
seperti; ’Apa yang akan menghibur audien?’, ’Apakah akan efektif?’. Lebih
jelasnya working theory merupakan teori tentang ’bagaimana media sebaiknya
5
bekerja, dan 3) Social-Scientific Theory, yang mengacu pada observasi tentang
apa yang menjadi dasar dan konskuensi dari media massa.
Dalam kajian komunikasi massa, media massa atau mass-media
merupakan medium dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Disini
akan disampaikan beberapakn pengertian dari media massa menurut istilah
dan perkembangannya. Definisi simpel dari media massa seperti yang
disampaikan oleh Dance berikut ini:
A Dictionary of the Social Sciences defines mass media as "all the
impersonal means of communication by which visual and/or auditory
messages are transmitted directly to audiences. Included among the
mass media are television, radio, motion pictures, newspapers,
magazines, books, and billboards." (1967).
Definisi yang diberikan Dance ini tidak jauh berbeda dengan definisi
teori-teori komunikasi atau teori-toeri media yang lain yang bersifat
epistimologis yang bisa memberi gambaran umum tentang apa itu media
massa. Tentunya akan dibahas pula definisi-definisi yang lebih komprehensif
tentang media massa.
Komunikasi dan media (Gauntlett, 2002) pada saat ini sudah menjadi
elemen penting dari kehidupan modern. Media memberikan semua gambaran
tentang kehidupan menusia, dalam bukunya Gauntlett lebih memperhatikan
tentang fungsi media sebagai medium dalam merepresentasikan masyarakat.
Dalam hal ini, bagaimana media menyampaikan pesan atau isu kepada audien
dan bagaimana impact yang diciptakan dari media tersebut.
B. Film Sebagai Media Komunikasi
Undang-undang perfilman No. 8 Tahun 1992 : film adalah karya
cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-
dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada
seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi
lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,
elektronik, atau lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
dan/atau ditayangkandengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau
lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang
6
berhubungan dengan pembuatan, jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan,
pengedaran, pertunjukkan, dan/atau penayangan film (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32).
Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks.
Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata
dan musik. Jadi, film adalah produksi yang multi-dimensional dan sangat
kompleks (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32).
Sehingga film dapat memberikan pengaruh bagi jiwa manusia, karena dalam
suatu proses menonton film terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa
sosial sebagai identifikasi sosiologi sesuai dengan karakteristik dan keunikan
yang ada pada film, dan ini adalah salah satu kelebihan film sebagai media
massa dibanding dengan media massa lainnya.
Film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas
maupun publik yang seluas-luasnya. Pada dasarnya film dapat dikelompokkan
dalam dua kategori, yakni film cerita dan film noncerita. Film cerita adalah
film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh
aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya
dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi
dengan dukungan sponsor iklan tertentu (Pranajaya, 1999 : 9-10).
Menurut Herdian Wibisono (2010: 43) menuliskan bahwa film
mempunyai beberapa unsur-unsur diantaranya: penulis skenario, sutradara,
aktor/aktris, juru kamera, penyuntingan (editing), penata artistik, dan
produser. James Monaco dalam How to Read a Film, mengatakan bahwa
memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur, baik sosial,
ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-masing mengubah
diri dalam hubungannya yang dinamis, (Nugroho, 1998: 76)
Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan batiniah. Dalam struktur
lahirian, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun yaitu 1) Shot,
dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh fim tanpa interupsi, 2)
Scene, terbentuk apabila beberapa shot disusun secara berarti dan
menimbulkan pengertian yang lebih luas tapi utuh, 3) sequence atau babak,
7
babak terbentuk apabila beberapa adegan disusun secara berarti dan logis.
Babak memiliki ritme permulaan, pengembangan dan akhir (Monogin,
2010:31)
Menilai sebuah film pada hakikatnya adalah menganalisis unsur-
unsur sebuah film tanpa terlepas dari kebulatannya. Baik sifat, proporsi,
fungsi, dan saling hubungan dari unsur-unsurnya. Kalaupun kemudian terjadi
sudut pandang dan hasil penilaian yang berbeda karena film memiliki
keunikan dan kompleksitasnya sendiri. Yaitu memiliki dimensi etis, politis,
psikologis, sosiologis dan estetis. Namun, film juga mengadaptasi nilai-nilai
seni lainnya, seperti musik, drama, sastra dan lain-lain. Selain itu film tidak
selalu memiliki struktur yang jelas, yang bisa didekati dengan formal,
sistematis, rasional dan teratur. Akan tetapi jika sebuah film cukup efektif,
maka ia dapat didekati dalam tanggapan emosional, intuitif, dan lewat